Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EKONOMI SYARIAH

“ PERAN PEMERINTAH DALAM KERANGKA EKONOMI ISLAM ”

Dosen Pengampu : Dr. Noni Rozaini, M.Si

Disusun Oleh : Kelompok 10

Laila Safitri ( 7213341017 )

Artha Nauli Sitohang ( 7202341002 )

MHD Rifqi Farhan HSB ( 7213341003 )

Tanjung Parningotan Manik ( 7213141013 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

NOVEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia- Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan tugas Makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dan
kami juga mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Noni Rozaini, M.Si selaku dosen pengampu
mata kuliah Ekonomi Syariah yang telah memberikan ini kepada kami.
Harapan kami semoga Makalah ini kedepannya dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca dan dapat dijadikan sebagai referensi tentang mata kuliah Ekonomi
Syariah. Masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam Makalah ini oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca dan perhatiannya semoga
materi yang ada didalam Makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat
bagi kita semua.

Medan, November 2023

Kelompok 10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………………… 2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………………………. 3

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………………………. 4

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………………… 4

B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………………………….. 4

C. Tujuan …………………………………………………………………………………………………………………. 5

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………………………………………. 6

A. Peran dan Fungsi Pemerintah ………………………………………………………………………………. 6

B. Ruang Lingkup Peran Pemerintah dalam Kerangka Ekonomi Islam ………………………. 6

C. Lanskap Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia ………………………………………….. 7

D. Kebijakan Fiskal dalam Islam ……………………………………………………………………………….. 8

E. Kebijakan Moneter dalam Islam ………………………………………………………………………….. 10

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………………………………………….. 12

A. Kesimpulan …………………………………………………………………………………………………………. 12

B. Saran ………………………………………………………………………………………………………………….. 12

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………………………………….. 13


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerintah adalah lembaga yang bertugas mengelola suatu negara Oleh karena itu,
pemerintah harus memiliki peran dan fungsi yang merata dan merata. Dalam Islam, pemerintahan
dipandang sebagai agen Kalifatullah, yang berkewajiban meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan
mencapai Farah (kemenangan) di dunia dan di akhirat. Kewajiban untuk melahirkan Farah pada
dasarnya merupakan tanggung jawab semua pelaku ekonomi, termasuk pemerintah dan masyarakat.
Ada banyak kegiatan ekonomi yang tidak dapat dilakukan secara memadai di pasar dan oleh karena
itu memerlukan peran aktif pemerintah dan masyarakat setempat. Selain pemerintah, memiliki
peran langsung ada fenomena pasar Bahwa sektor-sektor ini gagal mencapai hingga solusi untuk
masalah ekonomi mereka.

Oleh karena itu untuk mewujudkan Farah, pasar, pemerintah, dan masyarakat harus bahu-
membahu melakukan kegiatan ekonomi untuk kemaslahatan umat. Dalam islam, Chapra
menyatakan bahwa sistem pasar tidak hanya menentukan penggunaan sumber daya yang "paling
efisien", tetapi juga distribusi pendapatan yang "paling adil" secara rasional dan adil tanpa
pertimbangan nilai Secara otomatis juga membawa keselarasan antara kepentingan pribadi dan
kepentingan umum. Pertanyaan apakah komposisi ini memenuhi kebutuhan dasar manusia dan
apakah distribusinya adil tidak tepat.

Hal ini karena pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab tanpa penilaian nilai
kolektif yang tidak dapat ditentukan secara imparsial, tidak seperti harga kliring pasar. Pertanyaan
perbedaan kekayaan juga tidak akurat. Untuk kekayaan pribadi merupakan nilai pasar dari
kontribusi terhadap output dan tabungan yang dihasilkan dari pengabaian konsumsi. Oleh karena itu
intervensi pemerintah tidak diperlukan kecuali sejauh yang diperlukan untuk memastikan
persaingan dan pasar yang teratur dan untuk mengatasi kegagalan pasar dalam penyediaan barang
publik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas maka dapat diambil beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Peran dan Fungsi Pemerintah?
2. Bagaimana Ruang Lingkup Peran Pemerintah dalam Kerangka Ekonomi Islam?
3. Bagaimana Lanskap Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia?
4. Bagaimana Kebijakan Fiskal dalam Islam?
5. Bagaimana Kebijakan Moneter dalam Islam?

C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari dibuatnya makalah ini ialah
sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami Peran dan Fungsi Pemerintah.
2. Mengetahui dan memahami Ruang Lingkup Peran Pemerintah dalam Kerangka
Ekonomi Islam.
3. Mengetahui dan memahami Lanskap Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia.
4. Mengetahui dan memahami Kebijakan Fiskal dalam Islam.
5. Mengetahui dan memahami Kebijakan Moneter dalam Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran dan Fungsi Pemerintah

Dalam ekonomi Islam, pemerintah memiliki peran dan fungsi yang penting dalam mengatur
dan mengawasi perekonomian agar terjadi keseimbangan sehingga individu memperoleh
kebebasan, tetapi dibatasi oleh batasan-batasan tertentu dan tidak merugikan orang lain. Berikut
adalah beberapa peran dan fungsi pemerintah dalam ekonomi Islam yang dapat diambil dari hasil
pencarian:

1. Mengawasi faktor penggerak utama perekonomian : Pemerintah bertanggung jawab untuk


mengawasi faktor-faktor utama yang mempengaruhi perekonomian, seperti produksi, distribusi,
dan konsumsi.

2. Menghentikan muamalah yang diharamkan : Pemerintah juga bertanggung jawab untuk


menghentikan transaksi atau aktivitas ekonomi yang diharamkan dalam Islam, seperti riba, judi,
dan spekulasi.

3. Mematok harga kalau dibutuhkan : Pemerintah dapat mematok harga pada barang atau jasa
tertentu jika diperlukan untuk menjaga stabilitas harga dan mencegah inflasi.

4. Mengawasi mekanisme pasar : Pemerintah juga memiliki peran untuk mengawasi mekanisme
pasar agar terjadi kompetisi yang sehat, informasi yang merata, dan keadilan dalam transaksi
ekonomi.

5. Menjamin kesamaan hak setiap individu dan menghapuskan pemikiran : Pemerintah juga
bertanggung jawab untuk menjamin kesamaan hak setiap individu dan menghapuskan pemikiran
dalam perekonomian.

6. Menjaga perekonomian agar dapat berkembang : Pemerintah juga memiliki peran penting
dalam menjaga perekonomian agar dapat berkembang melalui kebijakan sektor publik yang
mendukung pertumbuhan ekonomi.

Dalam Islam, pemerintah dianggap sebagai pengontrol suatu negara dan harus memiliki
peran dan fungsi yang merata dan menyeluruh dalam mengatur perekonomian.

B. Ruang Lingkup Peran Pemerintah dalam Kerangka Ekonomi Islam

Dalam konteks ekonomi Islam, pemerintah dipandang sebagai agen Kalifatullah, yang
mempunyai tanggung jawab meningkatkan kesejahteraan umat dengan mencapai Farah
(kemenangan) di dunia dan akhirat. Pemerintah mempunyai peran penting dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi dan menjamin keadilan dalam perekonomian. Berikut beberapa peran dan
tanggung jawab pemerintah dalam rangka ekonomi Islam:
1. Memastikan keadilan : Pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan keadilan dalam

perekonomian, mencegah penindasan, dan menghukum mereka yang melanggar undang- undang
ekonomi

2. Memberikan jaminan sosial : Pemerintah harus memberikan jaminan sosial kepada warganya,
terutama kepada masyarakat miskin dan rentan

3. Mengatur pasar : Pemerintah harus mengatur pasar untuk memastikan persaingan yang sehat,
kesetaraan informasi, dan keadilan dalam transaksi

4. Memastikan persamaan hak : Pemerintah harus menjamin persamaan hak bagi setiap individu
dan menghilangkan penindasan

5. Mendorong pertumbuhan ekonomi : Pemerintah harus mendorong pertumbuhan ekonomi


melalui kebijakan sektor publik

6. Melindungi kekayaan masyarakat : Pemerintah harus mengelola kekayaan dan sumber daya
masyarakat dengan cara yang menguntungkan rakyat

Singkatnya, pemerintah mempunyai peran penting dalam perekonomian Islam, dan tanggung
jawabnya mencakup menjamin keadilan, menyediakan jaminan sosial, mengatur pasar, mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan melindungi kekayaan masyarakat.

C. Lanskap Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia

Lanskap ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan pesat
dalam dua dasawarsa terakhir, baik secara global maupun nasional. Berikut adalah beberapa
informasi yang dapat diambil dari hasil pencarian:

• Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia : Pemerintah Indonesia telah merilis Masterplan


Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024, yang bertujuan untuk menjadikan keuangan syariah
sebagai kekuatan nyata bagi Indonesia dengan memanfaatkan potensinya dan memainkan peran
penting dalam membangun ekonomi nasional yang sejalan dengan tujuan Syariah dan
memprioritaskan Pemerintah Indonesia.
• Industri keuangan syariah : Lanskap industri keuangan syariah di Indonesia sangatlah berbeda
dengan negara lain seperti Malaysia dan GCC yang fokus pada perbankan investasi dan pasar
Kendati pertumbuhannya semakin kuat setiap tahun, ukuran keseluruhan dan dampak dari industri
ini terhadap ekonomi nasional tetap kecil dibandingkan dengan industri keuangan umum.

• Laporan Bank Indonesia : Bank Indonesia telah merilis laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan
Syariah 2022, yang membahas pertumbuhan aset keuangan syariah global dan perubahan struktur
struktur keuangan syariah global

• Laporan OJK : Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga merilis laporan Perkembangan Keuangan
Syariah Indonesia, yang menyajikan informasi tentang pelaksanaan tugas OJK di sektor keuangan
syariah, termasuk perbankan syariah dan keuangan non-syariah
• Laporan Lestari Moerdijat : Lestari Moerdijat, Deputy Chairman at Media Group, juga telah
membuat laporan tentang lanskap industri keuangan syariah di Indonesia

Dari informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa lanskap ekonomi dan keuangan syariah di
Indonesia telah mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir, namun masih
memiliki potensi untuk terus berkembang. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Masterplan
Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024 untuk memanfaatkan potensi keuangan syariah dan
memainkan peran penting dalam membangun ekonomi nasional yang sejalan dengan tujuan Syariah
dan prioritas Pemerintah Indonesia.

D. Kebijakan Fiskal dalam Islam

Dalam Islam, kebijakan fiskal merupakan salah satu perangkat untuk mencapai tujuan
syariah yang menurut imam al-Ghazali termasuk peningkatan kesejahteraan dengan tetap menjaga
keimanan, kehidupan, intelektualitas, kekayaan dan kepemilikan.4Pada dasarnya kebijakan fiskal
telah lama dikenal dalam teori ekonomi Islam, yaitu sejak zaman Rasulullah dan Khulafaur
Rasyidin, dan kemudian dikembangkan oleh para ulama. Ibnu Khaldun (1404) mengajukan obat
untuk resesi berupa mengecilkan pajak dan meningkatkan pengeluaran pemerintah, pemerintah
adalah pasar terbesar, ibu dari semua pasar, dalam hal besarnyapendapatan dan penerimaannya.

Apabila pasar pemerintah mengalami penurunan, wajar apabila pasar yang lain pun akan ikut
menurun, bahkan dalam agregat (keseluruhan) yang lebih besar." Laffer, penasihat ekonomi
Presiden Ronald Reagan, yang menemukan teori Laffer's Curve, berterus terang bahwa ia
mengambil ide Ibnu Khaldun. Selain itu, Abu Yusuf (798 H) adalah ekonom pertama yang menulis
secara khusus tentang kebijakan ekonomi dalam kitabnya, al-Kharaj, yang menjelaskan tanggung
jawab ekonomi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Abu Yusuf sangat menentang
adanya pajak atas tanah pertanian dan menyarankan diganti dengan zakat pertanian yang dikaitkan
dengan jumlah hasil panennya. Abu Yusuf membuat rincian bagaimana membiayai pembangunan
jembatan, 22 bendungan, dan irigasi.

Sementara itu, di antara beberapa kebijakan fiskal di dalam Islam antara lain meliputi:
A. Pendapatan Negara

Di antara instrumen kebijakan fiskal yang termasuk kedalam kebijakan anggaran


pendapatan negara antara lain :

1. ZISWA

Zakat menurut istilah agama Islam adalah kadar harta yang tertentu yang diberikan kepada
orang yang berhak menerimanya, dengan beberapa syarat.Zakat merupakan sedekah wajib bagi
seorang muslim yang dikumpulkan kepada amil zakat yang sudah ditentukan oleh pemerintah.
Zakat sebagai salah satu pendapatan negara Islam yang digunakan sebagai pemerataan, walaupun
hasil zakat tergolong kecil dibandingkan dengan pajak, tetapi zakat cukup membantu dalam
perekonomian karena akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Ghanīmah
Ghanīmah adalah harta hasil rampasan perang yang berasal dari hasil memerangi orang kafir
atau yang memusuhi Islam. secara khusus, distribusi ghaimah sudah diatur dalam QS : Al- Anfāl :
41
Artinya: Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang,
Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, Kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan
kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan Yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalam konteks perekonomian modern, ghanimah juga bisa berasal dari barang sitaan
pemerintah akibat dari pelanggaran hukum, barang temuan dan barang tambang. Dalam istilah lain
Ghanimah dikenal dengan khums.

3. Jizyah
Jizyah adalah pajak perlindungan dari negara muslim terhadap warganya yang non muslim
yang mampu. Perlindungan yang dimaksud baik dalam maupun gangguan-gangguan dari pihak luar.
Dan ini sejalan secara adil dengan penduduk Muslim sendiri, yang telah dibebani beberapa
instrumen biaya yang harus dikeluarkan ke negara, seperti zakat.

4. Kharraj

Kharâj merupakan pajak khusus yang diberlakukan negara atas tanah-tanah yang produktif
yang dimiliki rakyat. Pada era awal Islam, kharâj sebagai pajak tanah dipungut dari non-Muslim
ketika Khaybar ditaklukkan. Tanahnya diambil alih oleh orang Muslim dan pemilik menawarkan
untuk mengolah tanah tersebut sebagai pengganti sewa tanah dan bersedia memberikan sebagian
hasil produksi kepada negara. Jumlah dari kharâj bersifat tetap, yaitu setengah dari hasil produksi.

5. „Ushur

„Ushur merupakan pajak khusus yang dikenakan atas barang niaga yang masuk ke Negara
Islam (impor). Menurut Umar bin Khattab, ketentuan ini berlaku sepanjang ekspor Negara Islam
kepada Negara yang sama juga dikenakan pajak ini. Di indonesia, istilah ini lebih dikenal dengan
cukai

6. Pendapatan lain

Pendapatan lain dapat berupa kaffarat (denda) atau juga orang yang meninggal yang tidak
mempunyai pewaris.

B. Pengeluaran Negara

Secara umum, pengeluaran negara di dalam islam dibagi menjadi :

1. Belanja kebutuhan operasional pemerintah yang rutin. Kebijakan belanja rutin pemerintah
harus sesuai dengan azas maslahat umum, tidak boleh dikaitkan dengan kemaslahatan
seseorang terlebih pada kepentingan pribadi.
2. Belanja umum yang dapat dilakukan pemerintah apabila sumber dananya tersedia.

3. Belanja umum yang berkaitan dengan proyek yang disepakati oleh masyarakat beserta
pendanaannya. Seperti pembangunan jalan, jembatan, lembaga pendidikan dan lain
sebagainya.

C. Utang Negara

Setiap perubahan mengenai pendaptan ataupun penerimaan negara memberikan dampak


terhadap anggatan pemerintah, selayaknya anggaran pemerintah disesuaikan dengan
kemampuan negara.Ketika terjadi defisit anggaran maka akan berusaha untuk memenuhi defisit
atau kekurangan tersebut.

Untuk menutupi kekurangan tersebut, cara yang paling umum digunakan adalah
meningkatkan pendapatan melalui pajak ataupun dengan meminjam dana (utang). Utang negara
dapat berasal dari dalam negri maupun luar negeri. Utang saat ini tidak lagi sebagai pemenuh
anggaran, tetapi sebagai instrumen kebijakan fiskal guna menstimulasi perekonomian suatu negara.

E. Kebijakan Moneter dalam Islam

Pada dasarnya kebijakan moneter merupakan kebijakan untuk mengelola permintaan dan
penawaran uang sehingga kondusif bagi pembangunan ekonomi. Pada masa Islam awal, telah
dikenal sebuah lembaga, yaitu Baitul Maal yang berperan serupa dengan bank sentral yang kita
kenal pada masa kini. Baitul Maal merupakan Central Finance House yang memiliki cabang-cabang
di seluruh negeri Islam, dimana ia menjalankan hampir semua fungsi dari bank sentral masa kini,
seperti menerbitkan uang dan menjaga stabilitas nilainya.

Baitul Maal merupakan konsep perbendaharaan negara yang luas, bahkan terdapat bukti-
bukti yang menunjukan bahwa semua harta benda kaum muslimin merupakan sebagian dari Baitul
Maal, terlepas dari lokasi fisiknya. Konsep Baitul Maal mendasar kepada suatu keyakinan dasar
ajaran Islam bahwa Allah S.w.t adalah pemilik mutlak alam raya ini, sementara manusia hanyalah
amanah untuk memanfaatkan alam semesta ini. Negara (kekhilafahan) dibentuk untuk mengemban
amanah ajaran-ajaran Allah, termasuk didalamnya menjga kesejahteraan dan mengatur hak milik
masyarakat atas harta benda. Dalam rangka menjalankan fungsi inilah kemudian dibentuk Baitul
Maah, yang terdiri dari tiga macam institusi, yaitu :

 Baitul Maal al-Khas


Baitul Maal al-Khas merupakan institusi perbendaharaaan negara yang khusus berfungsi
mengelola dana penyelenggaraan pemerintah, seperti pengeluaran pribadi khalifah, perawatan
fasilitas kekhalifahan, serta pengeluaran khusus lainnya.

 Baitul Maal
Baitul Maal merupakan bank bagi negara Islam. Tugas lembaga ini memang masih sederhana,
tetapi menjalankan funsi-fungsi dasar bank sentral sebagaimana dalam perekonomian modern,
kecuali dalam tiga hal: (1) penerbiatn mata uang, (2) pengadaan pembiayaan, dan (3)
pengawasan suku bunga.
 Baitul Maal al-Musliminal-Muslimi
Baitul Maal al-Muslimin merupakan lembaga perbendaharaan dalam arti yang lebih luas,
yaitu perbendaharaan bagi seluruh kaum muslimin dan masyarakat umum, yang memiliki
fungsi untuk mengumpulkan dan menyalurkan dana bagi kepentingan umum, misalnya
penyediaan pekerjaan umum, perbaikan jalan dan jembatan, peningkatan kesejahteraan bagi
fakir miskin, serta fungsi publik lainnya.

Dalam pemahaman ekonomi konvensional definisi yang paling singkat dari “teori moneter”
adalah teori mengenai bekerjanya pasar uang . “Pasar” dalam teori ekonomi bukan dimaksudkan
suatu tempat (fisik) orang berjualan dan menjajakan barang dagangannya. Tetapi “pasar” diartikan
secara luas dan abstrak, namun tetap mencakup pasar dalam pengertian sehari-hari, yaitu sebagai
pertemuan antara permintaan dan penawaran. sebagai sistem yang bebas bunga, Islam memiliki
model operasional yang berbeda, yaitu:

1. Otorita Meneter (Bank Sentral dan Pemerintah)

Otorita moneter mempunyai peran utama sebagai sumber awal dari terciptanya uang beredar.
Kelompok pelaku ini merupakan sumber “penawaran” (suplay) uang kartal (C) untuk memenuhi
“permintaan” (demand) akan uang tersebut dari masyarakat dan sumber “penawaran” uang yang
dibutuhkan oleh lembaga-lembaga keuangan/cadangan bank atau bank reserves (R). Uang kartal
dan cadangan Bank merupakan sumber atau benih bagi terciptanya semua unsur dari uang
beredar, dan keduanya bersama-sama disebut sebagai “uang inti” atau “uang primer” (primary
money).

2. Lembaga Keuangan (Bank dan Non-Bank)

Lembaga keuangan yang terdiri dari bank-bank dan lembaga keuangan lain yang tidak berstatus
bank semisal lembaga investasi, perusahaan asuransi dan kantor pos dan giro. Peran utama dari
lembaga ini adalah sebagai sumber “penawaran uang giral” (DD), deposito berjangka (TD),
simpanan tabungan (SD) dan aktiva-aktiva keuangan lain yang diminta oleh masyarakat. Otorita
moneter bersama-sama dengan lembaga keuangan merupakan apa yang disebut “sistem
moneter” atau monetery system.

3. Masyarakat (Rumah Tangga dan Perusahaan)

Masyarakat adalah konsumen akhir dari uang tercipta, di mana mereka menggunakannya untuk
memperlancar kegiatan-kegiatan produksi, konsumsi dan pertukaran.

Manajemen moneter Islam adalah pengelolaan moneter yang berbasiskan pada nilai-nilai
Islam, yang diharapkan akan menciptakan stabilitas harga dan perekonomian yang kondusif dalam
memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan-tujuan pembangunan ekonomi suatu negara.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemerintah adalah lembaga yang bertugas mengelola suatu negara Oleh karena itu, pemerintah
harus memiliki peran dan fungsi yang merata dan merata. Dalam Islam, pemerintahan dipandang
sebagai agen Kalifatullah, yang berkewajiban meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan mencapai
Farah (kemenangan) di dunia dan di akhirat.

Selain itu, pemerintah juga memiliki peran dan fungsi yang penting dalam mengatur dan
mengawasi perekonomian agar terjadi keseimbangan sehingga individu memperoleh kebebasan,
tetapi dibatasi oleh batasan-batasan tertentu dan tidak merugikan orang lain.

Dalam konteks ekonomi Islam, pemerintah dipandang sebagai agen Kalifatullah, yang
mempunyai tanggung jawab meningkatkan kesejahteraan umat dengan mencapai Farah
(kemenangan) di dunia dan akhirat. Pemerintah mempunyai peran penting dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi dan menjamin keadilan dalam perekonomian.

B. SARAN

Kelompok penyaji menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Kesalahan ejaan
kata, penulisan, pemilihan kata serta cakupan masalah yang kurang dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kelompok penyaji mengharapkan saran dan kritik membangun guna penyempurnaan makalah
kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.inzah.ac.id/index.php/iqtishodiyah/article/download/308/293/

https://hes.unida.gontor.ac.id/peran-pemerintah-terhadap-perekonomian-islam/

https://ejurnal.iainpare.ac.id/index.php/banco/article/download/3369/1363/

http://jurnal.staiannawawi.com/index.php/annawa/article/download/143/136/

https://osf.io/u5nk6/download

Anda mungkin juga menyukai