Disusun Oleh :
06SMJP008 – R.539
UNIVERSITAS PAMULANG
2023
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................3
BAB 1..............................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................5
BAB II..............................................................................................................6
TINJAUAN TEORI............................................................................................6
2.1 Keterbukaan Ekonomi................................................................................6
2.2 Jumlah Penduduk.......................................................................................7
BAB III............................................................................................................9
PEMBAHASAN.................................................................................................9
3.1 Sistem Perekonomian Indonesia................................................................9
3.2 Pelaku dan Peranan Perekonomian Indonesia.........................................25
BAB IV...........................................................................................................35
PENUTUP.......................................................................................................35
4.1 KESIMPULAN..........................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................36
LAMPIRAN.....................................................................................................37
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Sistem
Perekonomian Indonesia" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Ekonomi Manajerial. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Sistem Perekonomian
Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Syamrudin, M.M. selaku
Dosen Mata kuliah Ekonomi Manajerial. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap negara memiliki sistem ekonomi yang berbeda-beda. Sistem
perekonomian merupakan cara dalam mengelola, mengatur, dan
mengorganisir seluruh kegiatan ekonomi masyarakat. Disamping itu sistem
perekonomian bertujuan untuk mengalokasikan sumber daya yang dimiliki
dengan prinsip tertentu untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakat. Sistem perekonomian digunakan untuk menyelesaikan masalah
ekonomi yang fundamental berupa pedoman, aturan, maupun kaidah yang
digunakan untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti produksi, distribusi,
konsumsi, investasi dan sebagainya. Sistem ekonomi juga merupakan cara
pandang, pola, dan falsafah hidup masyarakatnya yang menyangkut tentang
kepemilikan sumber daya dan faktor produksi, kebebasan masyarakat untuk
berkompetisi dan peran pemerintah memengaruhi kegiatan ekonomi (Siagian et
al., 2020).
4
properti, dan kekayaan, (b) pemberian kepemilikan, dan (c) Distribusi
kekayaan (Nazeri, 2016).
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Keterbukaan Ekonomi
2.1.1 Definisi Keterbukaan Ekonomi
keterbukaan ekonomi memberikan peluang dan tantangan bagi negara kita.
Keterbukaan ekonomi memberikan peluang terbukanya pasar bagi produk barang
dan jasa karena ada kemudahan akses dan penetrasi pasar, berkurangnya hambat
an perdagangan maupun investasi, dan perkembangan teknologi informasi yang sa
ngat cepat telah menciptakan sistem atau pola perdagangan modern berbasis jarin
gan elektronik. Keterbukaan ekonomi merupakan perekonomian yang terlibatkan d
alam perdagangan internasional (ekspor dan impor) barang dan jasa serta modal d
engan negara-negara lain. Sistem ini akan memberikan kesempatan bagi masyarak
at untuk berinteraksi dalam bidang ekonomi dengan negara lain baik itu perseoran
gan, swasta ataupun pemerintahan. Keterbukaan ekonomi juga sebagai ukuran ke
bijakan untuk mengatur arus barang dan jasa serta arus modal secara internasion
al baik dalam bentuk membatasi maupun memperlonggar hubungan internasional
antarnegara. Penerapan kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk mewujudkan pe
rkembangan dan pergerakkan perekonomian yang lebih baik. Dalam keterbukaan
ekonomi terdapat dua arus pergerakan internasional. Pertama, keterbukaan perda
gangan atau trade openness yang mengatur pergerakan arus barang dan jasa. Ked
ua, untuk mengatur arus internasional adalah financial openness (Yanikkaya, 200
3).
Kegiatan ekonomi bisa dalam bentuk perdagangan produk barang dan jasa,
pertukaran teknologi, dan sebagainya. Dalam perekonomian terbuka beberapa pro
duksi dalam negeri diekspor atau dijual di luar negeri dan di samping itu, ada juga
barang-barang di negara itu yang diimpor dari negara lain.
2.1.2 Faktor-faktor penyebab perdagangan Internasional
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya perdagangan internasional yaitu s
ebagai berikut :
1. Perbedaan dalam faktor produksi.
2. Motif keuntungan yang diperoleh dalam perdagangan.
3. Perbedaan dalam tingkat kelangkaan.
4. Perbedaan komparatif dari harga barang.
5. Perbedaan dalam kemapuan untuk produksi.
2.1.3 Penyebab terjadinya perdagangan nasional
Kegiatan ekspor dan impor saat ini memiliki peranan penting dalam perekon
omian antar negara dimana salah satu penyebabnya karena perbedaan kepentinga
n antar negara satu dengan negara lainnya. Selain itu, ekspor impor dapat memba
ntu negara untuk membangkitkan perekonomian melalui kerja sama yang terjalin
antar negara. Di Indonesia, terdapat berbagai jenis kerja sama perdagangan intern
asional, kegiatan ini memicu sistem perekonomian yang bebas yang ditunjukkan ol
eh lembaga perbankan dan keuangan yang turut mengikuti perkembangan untuk
6
mendukung ekspor dan impor. Berikut beberapa alasan yang menyebabkan terjadi
nya perdagangan internasional yaitu :
1. Perbedaan kondisi produk
Perbedaan kondisi suatu produk lebih cenderung mengarah pada kualitas p
rodukmenjadi yang menjadi alasan terjadinya perdagangan internasional. Misalka
n, salah satu negara yang mempunya iklim tropis memiliki kemampuan untuk me
mproduksi pisang dan kopi dengan kualitas yang lebih maksimal kemudian diperd
agangkan ke luar yang ditukar dengan berbagai macam barang dan jasa dari negar
a lain.
2. Menghemat biaya produksi
Menghemat biaya produksi menjadi alasan para produsen untuk melakuka
n perdagangan secara internasional dengan alasan untuk menekan tingginya biaya
produksi dengan cara menghasilkan produk dalam skala jumlah yang lebih besar.
3. Perbedaan tingkat selera
Walaupun kondisi sebuah produk dari berbagai daerah itu sama, perdagang
an internasional tetap akan terjadi apabila masing – masing penduduk di suatu ne
gara memiliki selera yang berbeda.
4. Adanya prinsip perbandingan keunggulan (comparative advantage)
Suatu negara cenderung akan lebih berspesialisasi untuk menciptakan prod
uk dan mengekspornya ke luar jika pembuatan produk di negaranya memakan bia
ya yang relatif lebih rendah dari pada dibuat oleh negara lain. Sebaliknya suatu ne
gara akan lebih memilih untuk mengimpor produk jika 13 biaya produksi untuk m
enghasilkan produk tersebut dinilai relatif tinggi (kurang efisien) jika di produksi di
negaranya sendiri.
2.2 Jumlah Penduduk
2.2.1 Definisi Jumlah Penduduk
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), 2017:40 Penduduk merupakan semu
a orang yang berdomisili di suatu wilayah selama 6 (enam) bulan atau lebih dan at
au mereka yang berdomisili kurang dari 6 (enam) bulan tetapi bertujuan menetap.
Jumlah penduduk merupakan sekumpulan orang yang berdomisili di suatu
wilayah dalam jangka waktu tertentu dan memenuhi syarat yang berlaku di negara
tersebut. Bentuk penduduk meliputi tempat tinggal, umur, agama, bahasa, jenis k
elamin, mata pencaharian, dan lain-lain. dengan demikian penduduk adalah selur
uh orang yang berdomisili atau tinggal disuatu daerah atau negara. Jumlah orang
yang tinggal suatu daerah atau negara akan menentukan kepadatan penduduk se
dangkan jumlah penduduk merupakan jumlah orang yang bertempat tinggal atau
berdomisili di suatu wilayah dalam waktu tertentu dengan jumlah penduduk meny
angkut kepentingan penduduk.
7
Penduduk usia produktif adalah kelompok penduduk yang berusia antara 1
5 hingga 64 tahun. Seseorang masuk dalam usia produktif jika sudah melebihi bat
asan minimum umur yang ditentukan dan tidak melewati batas maksimum umur
nya. Orang-orang yang masih dapat bekerja dengan baik untuk menghasilkan suat
u produk dan jasa dan masih terikat kontrak pekerjaan pada suatu perusahaan da
pat dikatakan usia produktif.
2. Penduduk Usia NonProduktif
Penduduk usia nonpoduktif adalah penduduk yang berada pada kelompok
usia lebih dari 64 tahun. Orang yang termasuk dalam kelompok ini sudah lanjut u
sia dan sudah tidak mungkin lagi untuk melakukan sejumlah pekerjaan.
3. Penduduk Usia Belum Produktif
Penduduk Usia Belum Produktif adalah penduduk yang masih berusia anak
anak yaitu berumur dibawah 15 tahun.
8
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sistem Perekonomian Indonesia
3.1.1 Pengertian Sistem Ekonomi
Untuk mengatasi masalah ekonomi yang bersifat fundamental (what, how
dan for whom) setiap masyarakat mempunyai cara yang berbeda dalam
memecahkannya sesuai dengan sistem ekonomi yang dianutnya. Cara suatu
masyarakat mengatur kehidupan ekonominya disebut sistem ekonomi atau tata
ekonomi. Ada pula yang mengartikan bahwa sistem ekonomi itu merupakan
keseluruhan lembaga ekonomi yang dilaksanakan atau dipergunakan oleh suatu
bangsa atau negara dalam melakukan kegiatan ekonominya. Lembaga ekonomi
yang dimaksudkan adalah berupa pedoman, aturan atau kaidah yang
dipergunakan masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi (produksi,
distribusi dan konsumsi). Lembaga ekonomi tersebut ada yang bersifat tertulis
seperti undang-undang, peraturan pemerintah, instruksi presiden, dan
sebagainya. Ada yang bersifat tidak tertulis seperti kebiasaan, adat-istiadat, cara-
cara yang biasa dilakukan suatu masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi.
Perangkat kelembagaan ini meliputi cara kerja, mekanisme hubungan hukum,
peraturan-peraturan perekonomian, dan norma-norma lain yang tertulis maupun
tidak tertulis yang berkaitan dengan kegiatan ekonominya. Suatu sistem ekonomi
merupakan bagian dari kesatuan ideologi kehidupan bermasyarakat pada suatu
negara atau bangsa. Sistem ekonomi yang dianut suatu negara biasanya bersifat
khas. Untuk membedakannya dengan sistem ekonomi yang diterapkan oleh negara
lain, bisa digunakan sudut pandangan yang menyangkut :
9
negara yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai
keseluruhan.
10
tangan tersebut tidak menghapus kegiatan ekonomi yang diselenggarakan oleh
pihak swasta. Sistem ekonomi campuran yang diterapkan oleh banyak negara
tidak selalu sama. Ada yang kadar kapitalismenya lebih tinggi seperti Amerika
Serikat, Hongkong, Singapura. Ada pula yang bobot sosialismenya lebih besar
seperti India. Untuk mengetahui apakah suatu negara condong ke arah sistem
ekonomi liberal atau sebaliknya, terdapat ukuran yang disebut “indeks
kebebasan ekonomi“ yang dikembangkan oleh Milton Friedman dkk yang
tergabung dalam “Economic Freedom Network“. Indeks ini dibangun atas 17
komponen, diantaranya menyangkut aspek operasi (campur tangan)
pemerintah dan struktur ekonomi. Skala indeks bergerak dari 0 sampai 10.
Negara dengan indeks lebih tinggi menunjukkan konsistensi yang kuat pada
sistem ekonomi liberal. Dengan menggunakan indeks kebebasan ekonomi dari
Milton Friedman, sistem ekonomi yang paling liberal di dunia adalah Hongkong
(9,3), disusul oleh Singapura (8,2), Selandia Baru (8,0) dan Amerika Serikat
(7,6). Sementara itu di tingkat ASEAN, tercatat Thailand (7,2), Filipina (7,0),
Malaysia (7,0), Indonesia (6,3). Perekonomian Indonesia dalam kurun waktu
1975-1995 tampak semakin liberal dengan bergeraknya indeks kebebasan
ekonomi dari 5,2 pada tahun 1975 menjadi 6,3 pada tahun 1995. Apakah
negara dengan indeks kebebasan ekonomi yang tinggi menunjukkan
pertumbuhan yang baik dalam perekonomiannya? Secara empirik terbukti
bahwa memang ada korelasi positif antara kebebasan ekonomi dengan
pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi. Studi yang dilakukan oleh
Liberal Institut pada tahun 1997 menunjukkan bahwa selama kurun 1985-
1996, pendapatan per kapita di negara-negara yang perekonomiannya sangat
bebas mencapai US $ 14.829, sedangkan di negara yang kurang bebas
mencapai US $ 12.369, dan di negara yang paling kurang bebas hanya
mencapai US $ 2.541. Demikian pula dengan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Di negara- negara yang yang perekonomiannya sangat bebas, tingkat
pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 2,9 % per tahun, sedangkan di negara
yang perekonomiannya kurang bebas mencapai 1,8 % per tahun, dan di negara
yang paling kurang bebas, tingkat pertumbuhan ekonomi hanya 1,0 % per
tahun. Sayangnya hasil studi ini tidak melaporkan bagaimana hubungan
kebebasan ekonomi dengan pemerataan tingkat kesejahteraan. Dalam sistem
ekonomi campuran, pemerintah dapat mengatur, mengawasi, menstabilkan
dan memajukan ekonomi nasional secara keseluruhan, dengan mendorong
atau menumbuhkan inisiatif swasta. Namun, yang masih menjadi persoalan
11
adalah : bagaimana sebaiknya cara yang ditempuh pemerintah dan apakah
campur tangan pemerintah tersebut harus bersifat langsung atau tidak
langsung, apakah cukup dengan peraturan saja? Secara garis besar,
keterlibatan pemerintah dalam kehidupan ekonomi, dapat dibedakan dalam
tiga bentuk :
12
mempengaruhi kekuatan permintaan dan penawaran tersebut melalui
kebijaksanaan harga, termasuk penetapan upah minimum. Mengenai turut
campurnya pemerintah dalam kehidupan ekonomi, dapat dilihat ketentuan pada
ayat 2 dan 3 pasal 33 UUD 1945. Ayat 2 tersebut berbunyi “Cabang-cabang
produksi yang penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh Negara“. Menurut Mohammad Hatta, yang merumuskan pasal 33
tersebut, dikuasai oleh negara tidak berarti negara sendiri yang menjadi
pengusaha, usahawan atau ondenemer. Selanjutnya dikatakan bahwa kekuasaan
negara terdapat pada membuat peraturan-peraturan guna kelancaran jalan
ekonomi, peraturan yang melarang penghisapan orang lemah oleh orang yang
bermodal. Demikian pula negara mempunyai kewajiban supaya ketentuan yang
termuat pada pasal 27 ayat 2 dapat terlaksana. Ketentuan itu berbunyi “ tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan “. Dalam dokumen GBHN pada masa Orde Baru, sistem ekonomi
Indonesia dinamakan sebagai demokrasi ekonomi yang memiliki ciriciri positif
sebagai berikut :
13
Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap
manusia dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah
menimbulkan dan mempertahankan kelemahan struktural poisisi Indonesia
dalam ekonomi dunia.
Sistem etatisme dalam mana negara beserta aparatur ekonomi negara
mendesak dan mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi di
luar sektor negara.
Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli
yang merugikan masyarakat.
Pada dekade 1980-an terdapat suatu polemik dari para pakar ekonomi tentang
sistem ekonomi yang diinginkan (ideal) untuk masyarakat Indonesia. Sistem
ekonomi tersebut kemudian dinamai Sistem Perekonomian Pancasila (SPP).
Menurut Mubyarto, salah seorang penggagasnya, Sistem Perekonomian Pancasila
tersebut memiliki 5 ciri pokok sebagai berikut :
14
2. Periode Kemerdekaan
15
a) Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC)
Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah hampir dua abad
diterapkan oleh Belanda, dengan menerapkan Landrent (pajak tanah). Sistem ini
sudah berhasil di India, dan Thomas Stamford Raffles mengira sistem ini akan
berhasil juga di Hindia Belanda. Selain itu, dengan landrent, maka penduduk
pribumi akan memiliki uang untuk membeli barang produk Inggris atau yang
diimpor dari India. Inilah imperialisme modern yang menjadikan tanah jajahan
tidak sekedar untuk dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah
pemasaran produk dari negara penjajah.
Sesuai dengan teori-teori mazhab klasik yang saat itu sedang berkembang di
Eropa, antara lain:
1) Pendapat Adam Smith bahwa tenaga kerja produktif adalah tenaga kerja yang
menghasilkan benda konkrit dan dapat dinilai pasar, sedang tenaga kerja tidak
produktif menghasilkan jasa dimana tidak menunjang pencapaian
16
pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, Inggris menginginkan tanah jajahannya
juga meningkat kemakmurannya, agar bisa membeli produk- produk yang di
Inggris dan India sudah surplus (melebihi permintaan).
2) Pendapat Adam Smith bahwa salah satu peranan ekspor adalah memperluas
pasar bagi produk yang dihasilkan (oleh Inggris) dan peranan penduduk dalam
menyerap hasil produksi.
3) The quantity theory of money bahwa kenaikan maupun penurunan tingkat
harga dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar.
Akan tetapi, perubahan yang cukup mendasar dalam perekonomian ini sulit
dilakukan, dan bahkan mengalami kegagalan di akhir kekuasaan Inggris yang
cuma seumur jagung di Hindia Belanda. Sebab-sebabnya antara lain :
1. Masyarakat Hindia Belanda pada umumnya buta huruf dan kurang mengenal
uang, apalagi untuk menghitung luas tanah yang kena pajak.
2. Pegawai pengukur tanah dari Inggris sendiri jumlahnya terlalu sedikit.
3. Kebijakan ini kurang di dukung raja-raja dan para bangsawan,karena Inggris
tak mau mengakui suksesi jabatan secara turun-temurun.
c) Cultuurstelstel
Cultuurstelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas
inisiatif Van Den Bosch. Tujuannya adalah untuk memproduksi berbagai komoditi
yang ada permintaannya di pasaran dunia. Sejak saat itu, diperintahkan
pembudidayaan produkproduk selain kopi dan rempah-rempah, yaitu gula, nila,
tembakau, teh, kina, karet, kelapa sawit, dll. Sistem ini jelas menekan penduduk
pribumi, tapi amat menguntungkan bagi Belanda, apalagi dipadukan dengan
sistem konsinyasi (monopoli ekspor). Setelah penerapan kedua sistem ini, seluruh
kerugian akibat perang dengan Napoleon di Belanda langsung tergantikan berkali
lipat.
17
Adanya desakan dari kaum Humanis Belanda yang menginginkan perubahan
nasib warga pribumi ke arah yang lebih baik, mendorong pemerintah Hindia
Belanda untuk mengubah kebijakan ekonominya. Dibuatlah peraturan- peraturan
agraria yang baru, yang antara lain mengatur tentang penyewaan tanah pada
pihak swasta untuk jangka 75 tahun, dan aturan tentang tanah yang boleh
disewakan dan yang tidak boleh. Hal ini nampaknya juga masih tak lepas dari
teori-teori mazhab klasik, antara lain terlihat pada:
Keberadaan pemerintah Hindia Belanda sebagai tuan tanah, pihak swasta yang
mengelola perkebunan swasta sebagai golongan kapitalis, dan masyarakat
pribumi sebagai buruh penggarap tanah.
Prinsip keuntungan absolut: Bila di suatu tempat harga barang berada diatas
ongkos tenaga kerja yang dibutuhkan, maka pengusaha memperoleh laba yang
besar dan mendorong mengalirnya faktor produksi ke tempat tersebut.
Laissez faire laissez passer, perekonomian diserahkan pada pihak swasta,
walau jelas, pemerintah Belanda masih memegang peran yang besar sebagai
penjajah yang sesungguhnya.
PendudukanJepang (1942-1945).
18
2. Periode Kemerdekaan
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara
lain disebabkan:
Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata
uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu
pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu
mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan
mata uang pendudukan Jepang. Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946.
Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan sekutu)
mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu.
Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru,
yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang.
Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar
mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk
menutup pintu perdagangan luar negri RI. - Kas negara kosong. - Eksploitasi
besar-besaran di masa penjajahan.
19
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948. yaitu dengan
mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif. -
Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan denganı
beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan, di
harapkan perekonomian akan membaik.
2. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957).
Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem
ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada
pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez
passer. Usaha- usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara
lain :
20
3. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967).
Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan
sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada
sistem etatisme (segala-galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini,
diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam
sosial, politik,dan ekonomi (Mazhab Sosialisme). Akan tetapi, kebijakan-kebijakan
ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki
keadaan ekonomi Indonesia, antara lain:
Tujuan jangka panjang dari pembangunan ekonomi pada masa Orde Baru:
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui suatu proses industrialisasi
dalam skala besar, yang pada saat itu dianggap sebagai satu-satunya cara yang
paling tepat dan efektif untuk menanggulangi masalah-masalah ekonomi, seperti
21
kesempatan kerja dan defisit neraca pembayaran. Terjadi perubahan struktural
dalam perekonomian Indonesia selama masa Orde Baru jika dilihat dari
perubahan pangsa PDB (Produk Domestik Bruto), terutama dari sektor industri.
Kontribusi sektor industri sekitar 8% (1960) menjadi 12% (1983). Hal ini
menunjukkan terjadinya proses industrialisasi atau transformasi ekonomi dari
negara agraris menuju semiindustri. Proses pembangunan dan perubahan
ekonomi semakin cepat pada paruh dekade 80-an, di mana pemerintah
mengeluarkan berbagai deregulasi di sektor moneter maupun riil dengan tujuan
utama meningkatkan ekspor nonmigas dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
serta berkelanjutan. Deregulasi menyebabkan terjadinya pergeseran dari semula
tersentralisasi menjadi desentralisasi dan peranan sektor swasta semakin besar.
Pada level meso (tengah) dan mikro, pembangunan tidak terlalu berhasil : jumlah
kemiskinan tinggi, kesenjangan ekonomi meningkat di akhir 90-an.
Perkembangan ekonomi masa Orde Baru lebih baik dari Orde Lama disebabkan
oleh beberapa factor :
22
Pemerintahan Transisi, ciri-cirinya :
Diawali dengan melemahnya nilai tukar baht Thailand terhadap USD pada
Mei 1997, sehingga para investor mengambil keputusan jual baht untuk beli USD.
Melemahnya baht merambah sampai ke mata uang Asia lainnya (Ringgit Malaysia
hingga Rupiah).
Hal ini menyebabkan terjadinya krisis keuangan di Asia. Nilai tukar Rupiah
terus melemah terhadap USD, pemerintah melakukan intervensi dengan
memperluas rentang intervensi. Namun hal itu tidak banyak membantu
pemulihan nilai tukar rupiah thd USD. Pada Oktober 1997, pemerintah
memutuskan meminta bantuan keuangan pada IMF.
Paket bantuan I sebesar USD 40 Milyar diturunkan pada akhir Okt 1997.
Bantuan tersebut diikuti dengan persyaratan penutupan atau pencabutan izin
usaha 16 bank swasta yang dinilai tidak sehat. Setelah paket bantuan, justru nilai
tukar Rp semakin melemah. Akhirnya pemerintah membuat kesepakatan dengan
IMF dalam bentuk Letter of Intent (LoI) pada Januari 1998. LoI berisi 50 butir
kebijakan mencakup ekonomi makro (fiskal dan moneter), restrukturisasi sektor
keuangan, dan reformasi struktural. Di bidang fiskal : penegasan penggunaan
prinsip anggaran berimbang pada APBN, usaha pengurangan pengeluaran
pemerintah (menghilangkan subsidi BBM dan listrik), membatalkan sejumlah
proyek infrastruktur yang besar, serta peningkatan pendapatan pemerintah.
Setelah gagal dengan kesepakatan pertama, dibuat lagi kesepakatan baru pada
Maret 1998 dengan nama Memorandum Tambahan tentang Kebijakan Ekonomi
dan Keuangan (MTKEK).
23
2) Kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid.
24
ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan
pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah
satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan
November 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepala
daerah. Menurut Keynes, investasi merupakan faktor utama untuk menentukan
kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu
ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang
salahsatunya adalah revisi undangundang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak
investasi asing di Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan
bertambah.
25
Keberadaan pelaku ekonomi sangat dibutuhkan oleh sistem ekonomi
itu sendiri. Sebab, setiap aktivitas yang dilakukan oleh pelaku ekonomi memiliki
kaitan erat dengan pertumbuhan sekaligus pendapatan, yaitu melalui besaran
hasil dan distribusi barang dan jasa yang dinikmati oleh setiap pelaku ekonomi.
Seperti yang disebutkan, ada tiga pelaku ekonomi dalam sistem ekonomi
Indonesia, yakni BUMN, BUMS dan koperasi.
26
Undang-undang tersebut juga menetapkan bahwa bentuk BUMN terdiri
atas dua jenis, yaitu badan usaha perseroan (Persero) dan badan usaha
umum (Perum). Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas
yang modalnya terbagi dalam saham seluruh atau paling sedikit 51 persen
sahamnya dimiliki oleh negara yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
Maksud dan tujuan Persero adalah adalah menyediakan barang atau jasa
yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta mengejar keuntungan guna
meningkatkan nilai badan usaha. Sedangkan Perum adalah BUMN yang
seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas saham, yang
bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang
bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip
pengelolaan badan usaha.
Menilai kinerja BUMN harus dari dua sisi. Pertama, dari sisi
kontribusinya terhadap ekonomi dan masyarakat sesuai tujuan atau misinya
yang telah dibahas diatas, seperti sumbangannya terhadap: (i) pembentukan
atau pertumbuhan PDB, (ii) kesempatan kerja, (iii) pengadaan barang dan jasa, (iv)
penerimaan negara dan (v) perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat
lemah termasuk UMK dan koperasi lewat antara lain pembiayaan ekonomi
mikro dengan kredit usaha rakyat (KUR), Permodalan Nasional Madani (PNM),
dan penyaluran program kemitraan dan bina lingkungan. Data Kementrian
BUMN menunjukkan penyaluran KUR oleh BUMN sampai dengan awal 2017
mencapai 222 triliun. Akumulasi penyaluran program kemitraan sampai
dengan tahun 2015 mencapai Rp. 14.487.656 juta dengan jumlah mitra
binaan sebanyak 505,804 dan selama semester pertama tahun 2017 sebanyak
Rp. 335,909 dengan jumlah mitra binaan 542,606. Kontribusi BUMN terhadap
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam bentuk setoran
dividen dan pajak dapat dilihat di Gambar 3.2. selama periode 2013-2016,
penerimaan pemerintah terbesar dari kedua komponen tersebut secara total
terjadi pada tahun 2014 yang mencapai Rp. 211 triliun dan terendah pada
tahun 2013 yang hanya 194 triliun.
27
Kedua adalah dari sisi kinerjanya yang dapat diukur dengan berbagai
indikator, seperti posisi keuangan serta pendapatan dan laba bersih BUMN.
Menurut Purwoko (2002), pada tahun 2000, BUMN memiliki total asset
sebesar Rp. 861,52 triliun hanya mampu menghasilkan keuntungan sebesar
Rp. 13,34 triliun atau dengan tingkat Return on Assets (RoA) sebesar 1,55 persen.
Salah satu alasan pemerintah melakukan privatisasi atau penjualan sebagian
saham BUMN ke swasta adalah kinerja BUMN yang selama periode sebelum krisis
1998 relatif buruk atau bahkan hampir semua BUMN nyaris bangkrut
(seperti yang pernah dialami oleh PT. Garuda Indonesia, PT PLN) jika tidak ada
bantuan keuangan dari pemerintah pusat. Pemerintah pusat lewat
Kementerian Keuangan lebih banyak menyuntikkan dan ke BUMN-BUMN
daripada mendapatkan pemasukan dari mereka lewat pajak dan dividen.
28
UMKM sangat penting karena ciri khas mereka, antara lain sebagai
berikut (Tambunan, 2018):
Perbedaan mendasar antara usaha swasta dan usaha milik negara adalah
berangkat dari status kepemilikannya. Kepemilikan usaha swasta jelas, di
mana lembaga usahanya sepenuhnya menjadi milik perseorangan. Dari status
kepemilikan privat seperti ini, melahirkan kebebasan untuk mengelola dan
mengembangkan usaha sesuai dengan kepentingannya. Pelaku ekonomi
swasta sadar bahwa kelangsungan hidupnya tergantung pada tindakan yang
29
dilakukan oleh pemiliknya, sehingga pemilik akan berhati-hati dan selalu
berhitung secara cermat dalam menjalankan usahanya agar tidak rugi. Sebab,
kalau terjadi kerugian, hidupnya akan hancur karena kerugian itu tidak bisa
digeserkan kepada orang lain. Sebaliknya kalau usahanya untung, maka
hidupnya akan enak karena keuntungannya untuk dirinya.
Badan usaha swasta memiliki dua sifat alamiah yang bertentangan, yaitu
”efisiensi-inovatif (dinamis)” dan ”egois”. Sifat dinamis yang muncul dari
golongan pribadi memiliki keunggulan untuk dijadikan sebagai penggerak
utama dari kegiatan ekonomi. Tetapi, dengan sifat alamiah yang
mementingkan dirinya sendiri (egois), badan usaha swasta sangat tidak layak jika
ditempatkan sebagai penyedia dan pelindung kepentingan sosial. Dengan sifat
alamiah seperti itu, maka peran yang pas bagi usaha swasta adalah
”penggerak dinamika perekonomian” (Kartasasmita, 1996). Atau, menurut
istilah yang digunakan oleh Tjakrawerdaja (1968), peran yang sesuai adalah
sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi (dan bukan penggerak utama
pemerataan). Kedua istilah tersebut memiliki substansi yang sama, yaitu sektor
swasta didorong untuk menjadi ujung tombak kemajuan dan kreativitas
perekonomian nasional. Disinilah seharusnya peran badan swasta ditempatkan
dalam perekonomian nasional.
30
Kepemilikan: perusahaan koperasi dimiliki oleh anggota.
Pengguna jasa perusahaan: pengguna utama jasa perusahaan koperasi adalah
anggota.
Tujuan mendirikan perusahaan: perusahaan koperasi didirikan dengan
tujuan bukan untuk mencari laba melainkan untuk mensejahterakan
anggotanya.
Keuntungan dan pembagiannya: bagi perusahaan koperasi, selisih antara
penjualan (omset) dan biaya.
Disebut selisih atau sisa hasil usaha (SHU). Bagi perusahaan noon-
koperasi disebut keuntungan atau laba.
Kekuasaan tertinggi. Di Perusahaan koperasi, kekuasaan tertinggi ada ditangan
para anggota lewat rapat anggota. Anggota bias memecat atau mengangkat
pengurus koperasi, dan anggota yang menetapkan anggaran dasar koperasi
dan keputusan-keputusan lainnya.
Sistem demokrasi. Di Perusahaan koperasi ditetapkan sepenuhnya sistem
demokrasi, yakni satu orang satu suara artinya semua anggota terlibat dalam
suatu keputusan.
31
Koperasi pembelian/pengadaan/konsumen: koperasi yang
menyelenggarakan fungsi pembelian atau pengadaan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan anngota.
Koperasi penjualan/pemasaran: koperasi yang menyelenggarakan fungsi
distribusi barang atau jasa yang dihasilkan oleh anggotanya agar
sampai ketangan konsumen.
Koperasi produsen/produksi: koperasi yang menghasilkan barang dan jasa,
di mana anggota-anggotanya adalah para produsen barang dan jasa
atau orang-orang yang memiliki usaha produksi yang sama.
Koperasi jasa adalah koperasi yang menyelenggarakan pelayanan jasa
yang dibutuhkan oleh anggota.
Koperasi simpan pinjam: koperasi yang didirikan untuk mendukung
kepentingan anggota yang membutuhkan tambahan modal usaha dan
kebutuhan finansial lainnya.
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Sistem ekonomi dalam sebuah negara dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal negara tersebut. Faktor internal yang memengaruhi seperti
lokasi geografi, jumlah penduduk, sumber daya alam, dan kualitas sumber
daya manusia negara tersebut. Sedangkan faktor eksternal yang
memengaruhi sistem ekonomi negara tersebut seperti kondisi politik, sistem
pemerintahan, sosial dan budaya, dan perkembangan teknologi yang digunakan.
Pengelolaan ekonomi dapat dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta
tergantung pada karakteristik maupun sejarah dari bangsa tersebut.
Perbedaan sistem perekonomian suatu negara dengan negara lain juga dapat
dilihat dari (a) kepemilikan sumber daya dan faktor produksi, (b) kebebasan
masyarakat untuk berkompetisi, dan (c) peran pemerintah dalam mengatur
kehidupan ekonomi. Fungsi utama dalam pengelolaan perekonomian adalah
untuk (a) mengatur dan mengkoordinasikan kegiatan individu dalam
perekonomian, (b) menyediakan dorongan untuk menghasilkan barang dan
jasa, (c) mengatur pembagian produksi ke seluruh lapisan masyarakat agar
adil dan merata, (d) menciptakan mekanisme dan kebijakan agar distribusi
barang dan jasa dapat berjalan dengan baik. Menurut Nazeri bahwa sistem
perekonomian harus mencakup tiga elemen yaitu (a) kepemilikan komoditas,
properti, dan kekayaan, (b) pemberian kepemilikan, dan (c) Distribusi
kekayaan (Nazeri, 2016).
33
DAFTAR PUSTAKA
Achsan, N. A., Fauzi, A. J., & Abdullah, P. (2009). KETERKAITAN INFLASI
DENGAN NILAI TUKAR RIIL: ANALISIS KOMPARATIF ANTARA ASEAN +3, UNI
EROPA, DAN AMERIKA UTARA. Majalah Jurnal, 231-250.
Achsani, N. A. (2010). The Relationship between Inflation and Real Exchange Rate:
Comparative Study between ASEAN+3, the EU and North America. European
Journal of Economics, Finance and Administrative Science, 69-76.
Agustin, G. (2009). Analisis Paritas Daya Beli Pada Kurs Rupiah Terhadap Dollar
Amerika Serikat Periode September 1997-Desember 2007 dengan Menggunakan
Metode Error Correction Model. JESP, 1, 27-38.
Anraini, D. M., & Siregar, E. S. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERMINTAAN VALUTA ASING DI INDONESIA. Jurnal At-
Tasyri'iy, 126-137.
Asari, F. F., Baharuddin, N. S., Jusoh, N., Mohamad, Z., Shamsudin, N., &
Jusoff,K. (2011). A Vector Error Correction Model (VECM) Approach in Explaining
the Relationship Between Interest Rate and Inflation Towards Exchange Rate
Volatility in Malaysia. World Applied Science Journal , 49-56.
Atmadja, A. S. FREE FLOATING EXCHANGE RATE SYSTEM DAN PENERAPANNYA
PADA KEBIJAKSANAAN EKONOMI DI NEGARA YANG BERPEREKONOMIAN KECIL
DAN TERBUKA. Jurnal Akuntansi, 19-29. Awang, M. H. (2016). Determinan
34
LAMPIRAN
Lampiran 1.1
35