Anda di halaman 1dari 35

SISTEM PEREKONOMIAN TERBUKA

Mata Kuliah Ekonomi Manajerial

Dosen Pengampu : Drs. Syamruddin, M.M.

Disusun Oleh :

HENDY MAYSAPUTRA (201010504317)

06SMJP008 – R.539

PROGRAM STUDI MANAJEMEN S-1

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PAMULANG

2023

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................3
BAB 1..............................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................5
BAB II..............................................................................................................6
TINJAUAN TEORI............................................................................................6
2.1 Keterbukaan Ekonomi................................................................................6
2.2 Jumlah Penduduk.......................................................................................7
BAB III............................................................................................................9
PEMBAHASAN.................................................................................................9
3.1 Sistem Perekonomian Indonesia................................................................9
3.2 Pelaku dan Peranan Perekonomian Indonesia.........................................25
BAB IV...........................................................................................................35
PENUTUP.......................................................................................................35
4.1 KESIMPULAN..........................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................36
LAMPIRAN.....................................................................................................37

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Sistem
Perekonomian Indonesia" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Ekonomi Manajerial. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Sistem Perekonomian
Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Syamrudin, M.M. selaku
Dosen Mata kuliah Ekonomi Manajerial. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tangerang Selatan, 20 Maret 2023

3
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap negara memiliki sistem ekonomi yang berbeda-beda. Sistem
perekonomian merupakan cara dalam mengelola, mengatur, dan
mengorganisir seluruh kegiatan ekonomi masyarakat. Disamping itu sistem
perekonomian bertujuan untuk mengalokasikan sumber daya yang dimiliki
dengan prinsip tertentu untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakat. Sistem perekonomian digunakan untuk menyelesaikan masalah
ekonomi yang fundamental berupa pedoman, aturan, maupun kaidah yang
digunakan untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti produksi, distribusi,
konsumsi, investasi dan sebagainya. Sistem ekonomi juga merupakan cara
pandang, pola, dan falsafah hidup masyarakatnya yang menyangkut tentang
kepemilikan sumber daya dan faktor produksi, kebebasan masyarakat untuk
berkompetisi dan peran pemerintah memengaruhi kegiatan ekonomi (Siagian et
al., 2020).

Sistem ekonomi dalam sebuah negara dipengaruhi oleh faktor internal


dan eksternal negara tersebut. Faktor internal yang memengaruhi seperti
lokasi geografi, jumlah penduduk, sumber daya alam, dan kualitas sumber
daya manusia negara tersebut. Sedangkan faktor eksternal yang
memengaruhi sistem ekonomi negara tersebut seperti kondisi politik, sistem
pemerintahan, sosial dan budaya, dan perkembangan teknologi yang digunakan.
Pengelolaan ekonomi dapat dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta
tergantung pada karakteristik maupun sejarah dari bangsa tersebut.
Perbedaan sistem perekonomian suatu negara dengan negara lain juga dapat
dilihat dari (a) kepemilikan sumber daya dan faktor produksi, (b) kebebasan
masyarakat untuk berkompetisi, dan (c) peran pemerintah dalam mengatur
kehidupan ekonomi. Fungsi utama dalam pengelolaan perekonomian adalah
untuk (a) mengatur dan mengkoordinasikan kegiatan individu dalam
perekonomian, (b) menyediakan dorongan untuk menghasilkan barang dan
jasa, (c) mengatur pembagian produksi ke seluruh lapisan masyarakat agar
adil dan merata, (d) menciptakan mekanisme dan kebijakan agar distribusi
barang dan jasa dapat berjalan dengan baik. Menurut Nazeri bahwa sistem
perekonomian harus mencakup tiga elemen yaitu (a) kepemilikan komoditas,

4
properti, dan kekayaan, (b) pemberian kepemilikan, dan (c) Distribusi
kekayaan (Nazeri, 2016).

Sistem ekonomi yang dianut oleh bangsa Indonesia berbeda dengan


sistem ekonomi yang dianut oleh negara-negara lainnya. Negara Indonesia
menggunakan sistem Ekonomi Pancasila karena dianggap sesuai dengan
karakteristik bangsa Indonesia. Pancasila merupakan ideologi dan falsafah
kehidupan bangsa Indonesia. Landasan sistem ekonomi Indonesia yaitu
Pancasila, pembukaan UUD 1945, dan UUD 1945 pada pasal 27, 33, dan 34.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka dapat
dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Sistem Perekonomian Indonesia.
2. Sejarah Perekonomian Indonesia
3. Pelaku dan Peranan Perekonomian Indonesia
4. Peran Pelaku Badan Usaha Milik Negara
5. Peran Pelaku Badan Usaha Milik Swasta
6. Peran Pelaku Badan Usaha Koperasi
7. Solusi dalam mengatasi masalah yang menghambat Perkembangan
Koperasi di Indonesia
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan
penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui apa maksud dari Sistem Perekonomian Indonesia
2. Untuk mengetahui apa maksud dari Sejarah Perekonomian Indonesia
3. Untuk mengetahui apa maksud dari Pelaku dan Peranan Perekonomian
Indonesia
4. Untuk mengetahui Peran Pelaku Badan Usaha Milik Negara
5. Untuk mengetahui Peran Pelaku Badan Usaha Milik Swasta
6. Untuk mengetahui Peran Pelaku Badan Usaha Koperasi
7. Untuk mengetahui Solusi dalam mengatasi masalah yang menghambat
Perkembangan Koperasi di Indonesia

5
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Keterbukaan Ekonomi
2.1.1 Definisi Keterbukaan Ekonomi
keterbukaan ekonomi memberikan peluang dan tantangan bagi negara kita.
Keterbukaan ekonomi memberikan peluang terbukanya pasar bagi produk barang
dan jasa karena ada kemudahan akses dan penetrasi pasar, berkurangnya hambat
an perdagangan maupun investasi, dan perkembangan teknologi informasi yang sa
ngat cepat telah menciptakan sistem atau pola perdagangan modern berbasis jarin
gan elektronik. Keterbukaan ekonomi merupakan perekonomian yang terlibatkan d
alam perdagangan internasional (ekspor dan impor) barang dan jasa serta modal d
engan negara-negara lain. Sistem ini akan memberikan kesempatan bagi masyarak
at untuk berinteraksi dalam bidang ekonomi dengan negara lain baik itu perseoran
gan, swasta ataupun pemerintahan. Keterbukaan ekonomi juga sebagai ukuran ke
bijakan untuk mengatur arus barang dan jasa serta arus modal secara internasion
al baik dalam bentuk membatasi maupun memperlonggar hubungan internasional
antarnegara. Penerapan kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk mewujudkan pe
rkembangan dan pergerakkan perekonomian yang lebih baik. Dalam keterbukaan
ekonomi terdapat dua arus pergerakan internasional. Pertama, keterbukaan perda
gangan atau trade openness yang mengatur pergerakan arus barang dan jasa. Ked
ua, untuk mengatur arus internasional adalah financial openness (Yanikkaya, 200
3).
Kegiatan ekonomi bisa dalam bentuk perdagangan produk barang dan jasa,
pertukaran teknologi, dan sebagainya. Dalam perekonomian terbuka beberapa pro
duksi dalam negeri diekspor atau dijual di luar negeri dan di samping itu, ada juga
barang-barang di negara itu yang diimpor dari negara lain.
2.1.2 Faktor-faktor penyebab perdagangan Internasional
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya perdagangan internasional yaitu s
ebagai berikut :
1. Perbedaan dalam faktor produksi.
2. Motif keuntungan yang diperoleh dalam perdagangan.
3. Perbedaan dalam tingkat kelangkaan.
4. Perbedaan komparatif dari harga barang.
5. Perbedaan dalam kemapuan untuk produksi.
2.1.3 Penyebab terjadinya perdagangan nasional
Kegiatan ekspor dan impor saat ini memiliki peranan penting dalam perekon
omian antar negara dimana salah satu penyebabnya karena perbedaan kepentinga
n antar negara satu dengan negara lainnya. Selain itu, ekspor impor dapat memba
ntu negara untuk membangkitkan perekonomian melalui kerja sama yang terjalin
antar negara. Di Indonesia, terdapat berbagai jenis kerja sama perdagangan intern
asional, kegiatan ini memicu sistem perekonomian yang bebas yang ditunjukkan ol
eh lembaga perbankan dan keuangan yang turut mengikuti perkembangan untuk

6
mendukung ekspor dan impor. Berikut beberapa alasan yang menyebabkan terjadi
nya perdagangan internasional yaitu :
1. Perbedaan kondisi produk
Perbedaan kondisi suatu produk lebih cenderung mengarah pada kualitas p
rodukmenjadi yang menjadi alasan terjadinya perdagangan internasional. Misalka
n, salah satu negara yang mempunya iklim tropis memiliki kemampuan untuk me
mproduksi pisang dan kopi dengan kualitas yang lebih maksimal kemudian diperd
agangkan ke luar yang ditukar dengan berbagai macam barang dan jasa dari negar
a lain.
2. Menghemat biaya produksi
Menghemat biaya produksi menjadi alasan para produsen untuk melakuka
n perdagangan secara internasional dengan alasan untuk menekan tingginya biaya
produksi dengan cara menghasilkan produk dalam skala jumlah yang lebih besar.
3. Perbedaan tingkat selera
Walaupun kondisi sebuah produk dari berbagai daerah itu sama, perdagang
an internasional tetap akan terjadi apabila masing – masing penduduk di suatu ne
gara memiliki selera yang berbeda.
4. Adanya prinsip perbandingan keunggulan (comparative advantage)
Suatu negara cenderung akan lebih berspesialisasi untuk menciptakan prod
uk dan mengekspornya ke luar jika pembuatan produk di negaranya memakan bia
ya yang relatif lebih rendah dari pada dibuat oleh negara lain. Sebaliknya suatu ne
gara akan lebih memilih untuk mengimpor produk jika 13 biaya produksi untuk m
enghasilkan produk tersebut dinilai relatif tinggi (kurang efisien) jika di produksi di
negaranya sendiri.
2.2 Jumlah Penduduk
2.2.1 Definisi Jumlah Penduduk
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), 2017:40 Penduduk merupakan semu
a orang yang berdomisili di suatu wilayah selama 6 (enam) bulan atau lebih dan at
au mereka yang berdomisili kurang dari 6 (enam) bulan tetapi bertujuan menetap.
Jumlah penduduk merupakan sekumpulan orang yang berdomisili di suatu
wilayah dalam jangka waktu tertentu dan memenuhi syarat yang berlaku di negara
tersebut. Bentuk penduduk meliputi tempat tinggal, umur, agama, bahasa, jenis k
elamin, mata pencaharian, dan lain-lain. dengan demikian penduduk adalah selur
uh orang yang berdomisili atau tinggal disuatu daerah atau negara. Jumlah orang
yang tinggal suatu daerah atau negara akan menentukan kepadatan penduduk se
dangkan jumlah penduduk merupakan jumlah orang yang bertempat tinggal atau
berdomisili di suatu wilayah dalam waktu tertentu dengan jumlah penduduk meny
angkut kepentingan penduduk.

2.2.2 Pengelompokan Jumlah Penduduk


1. Penduduk Usia Produktif

7
Penduduk usia produktif adalah kelompok penduduk yang berusia antara 1
5 hingga 64 tahun. Seseorang masuk dalam usia produktif jika sudah melebihi bat
asan minimum umur yang ditentukan dan tidak melewati batas maksimum umur
nya. Orang-orang yang masih dapat bekerja dengan baik untuk menghasilkan suat
u produk dan jasa dan masih terikat kontrak pekerjaan pada suatu perusahaan da
pat dikatakan usia produktif.
2. Penduduk Usia NonProduktif
Penduduk usia nonpoduktif adalah penduduk yang berada pada kelompok
usia lebih dari 64 tahun. Orang yang termasuk dalam kelompok ini sudah lanjut u
sia dan sudah tidak mungkin lagi untuk melakukan sejumlah pekerjaan.
3. Penduduk Usia Belum Produktif
Penduduk Usia Belum Produktif adalah penduduk yang masih berusia anak
anak yaitu berumur dibawah 15 tahun.

8
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Sistem Perekonomian Indonesia
3.1.1 Pengertian Sistem Ekonomi
Untuk mengatasi masalah ekonomi yang bersifat fundamental (what, how
dan for whom) setiap masyarakat mempunyai cara yang berbeda dalam
memecahkannya sesuai dengan sistem ekonomi yang dianutnya. Cara suatu
masyarakat mengatur kehidupan ekonominya disebut sistem ekonomi atau tata
ekonomi. Ada pula yang mengartikan bahwa sistem ekonomi itu merupakan
keseluruhan lembaga ekonomi yang dilaksanakan atau dipergunakan oleh suatu
bangsa atau negara dalam melakukan kegiatan ekonominya. Lembaga ekonomi
yang dimaksudkan adalah berupa pedoman, aturan atau kaidah yang
dipergunakan masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi (produksi,
distribusi dan konsumsi). Lembaga ekonomi tersebut ada yang bersifat tertulis
seperti undang-undang, peraturan pemerintah, instruksi presiden, dan
sebagainya. Ada yang bersifat tidak tertulis seperti kebiasaan, adat-istiadat, cara-
cara yang biasa dilakukan suatu masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi.
Perangkat kelembagaan ini meliputi cara kerja, mekanisme hubungan hukum,
peraturan-peraturan perekonomian, dan norma-norma lain yang tertulis maupun
tidak tertulis yang berkaitan dengan kegiatan ekonominya. Suatu sistem ekonomi
merupakan bagian dari kesatuan ideologi kehidupan bermasyarakat pada suatu
negara atau bangsa. Sistem ekonomi yang dianut suatu negara biasanya bersifat
khas. Untuk membedakannya dengan sistem ekonomi yang diterapkan oleh negara
lain, bisa digunakan sudut pandangan yang menyangkut :

1. Sistem pemilikan sumber daya atau faktor-faktor produksi.


2. Kebebasan masyarakat untuk saling berkompetisi satu sama lain.
3. Peranan pemerintah dalam mengatur kehidupan ekonomi

1. Sistem Ekonomi Sosialis

Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam sistem ekonomi kapitalis, telah


menyebabkan munculnya paham baru yang menentang paham tersebut. Paham
baru ini dikenal dengan sistem ekonomi sosialis atau sistem ekonomi
terpimpin.Sistem ekonomi sosialis merupakan suatu sistem ekonomi di mana
sebagian besar barang- barang modal / faktor-faktor produksi, dikuasai oleh

9
negara yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai
keseluruhan.

Berbeda dengan kapitalisme yang menitik beratkan pada pandangan hidup


individualisme, sosialisme menitik beratkan pada pandangan kolektivisme.
Kolektivisme adalah pandangan yang mengajarkan bahwa di samping setiap orang
sebagai warga masyarakat, masyarakat sebagai keseluruhan merupakan satuan
tersendiri yang mempunyai kepentingan yang hendaknya dipenuhi terlebih dahulu
daripada kepentingan perseorangan. Ciri-ciri sistem ekonomi sosialis tersebut anta
ra lain :

– Semua alat-alat produksi (tanah, mesin-mesin, pabrik) produksi dimiliki dan


dikuasai oleh pemerintah/negara. Tidak ada hak milik pribadi atas alat-alat pro
duksi.
– Seluruh kegiatan produksi dilakukan oleh negara. Tidak ada usaha swasta,
semua perusahaan adalah perusahaan negara.
– Jumlah dan jenis barang yang harus diproduksi ditentukan oleh Badan
Perencana Ekonomi Pusat yang dibentuk pemerintah.
– Harga dan distribusi barang ditentukan dan dikendalikan oleh pemerintah.
– Semua warga masyarakat adalah tenaga kerja/karyawan yang wajib ikut
berproduksi sesuai dengan kemampuannya, yang kemudian diberi upah/gaji
oleh negara sesuai dengan kebutuhannya.

Sistem ekonomi ini dipraktekkan di negara-negara komunis, di mana


pemerintah sepenuhnya menentukan corak kegiatan ekonomi yang akan
dilakukan. Perencanaan dilakukan meliputi hampir semua aspek kehidupan
ekonomi. Karena itu, sistem ini sering juga disebut ekonomi komando (command
economy) atau sistem ekonomi yang diatur oleh perintah dari pusat. Sekalipun
sistem ekonomi ini dapat lebih menjamin adanya pemerataan pembagian
pendapatan, namun sistem ekonomi ini telah mengorbankan kemerdekaan
manusia secara pribadi. Hak milik pribadi atas alat-alat produksi tidak ada,
sehingga menyebabkan kurangnya dorongan untuk bekerja secara produktif.

2. Sistem Ekonomi Campuran

Dalam kenyataanya, kedua bentuk sistem ekonomi tersebut (kapitalis


maupun sosialis), tidak ada yang murni, yang ada adalah bentuk campuran
dari kedua sistem tersebut. Dalam sistem ekonomi campuran, pemerintah ikut
campur dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Namun demikian, campur

10
tangan tersebut tidak menghapus kegiatan ekonomi yang diselenggarakan oleh
pihak swasta. Sistem ekonomi campuran yang diterapkan oleh banyak negara
tidak selalu sama. Ada yang kadar kapitalismenya lebih tinggi seperti Amerika
Serikat, Hongkong, Singapura. Ada pula yang bobot sosialismenya lebih besar
seperti India. Untuk mengetahui apakah suatu negara condong ke arah sistem
ekonomi liberal atau sebaliknya, terdapat ukuran yang disebut “indeks
kebebasan ekonomi“ yang dikembangkan oleh Milton Friedman dkk yang
tergabung dalam “Economic Freedom Network“. Indeks ini dibangun atas 17
komponen, diantaranya menyangkut aspek operasi (campur tangan)
pemerintah dan struktur ekonomi. Skala indeks bergerak dari 0 sampai 10.
Negara dengan indeks lebih tinggi menunjukkan konsistensi yang kuat pada
sistem ekonomi liberal. Dengan menggunakan indeks kebebasan ekonomi dari
Milton Friedman, sistem ekonomi yang paling liberal di dunia adalah Hongkong
(9,3), disusul oleh Singapura (8,2), Selandia Baru (8,0) dan Amerika Serikat
(7,6). Sementara itu di tingkat ASEAN, tercatat Thailand (7,2), Filipina (7,0),
Malaysia (7,0), Indonesia (6,3). Perekonomian Indonesia dalam kurun waktu
1975-1995 tampak semakin liberal dengan bergeraknya indeks kebebasan
ekonomi dari 5,2 pada tahun 1975 menjadi 6,3 pada tahun 1995. Apakah
negara dengan indeks kebebasan ekonomi yang tinggi menunjukkan
pertumbuhan yang baik dalam perekonomiannya? Secara empirik terbukti
bahwa memang ada korelasi positif antara kebebasan ekonomi dengan
pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi. Studi yang dilakukan oleh
Liberal Institut pada tahun 1997 menunjukkan bahwa selama kurun 1985-
1996, pendapatan per kapita di negara-negara yang perekonomiannya sangat
bebas mencapai US $ 14.829, sedangkan di negara yang kurang bebas
mencapai US $ 12.369, dan di negara yang paling kurang bebas hanya
mencapai US $ 2.541. Demikian pula dengan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Di negara- negara yang yang perekonomiannya sangat bebas, tingkat
pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 2,9 % per tahun, sedangkan di negara
yang perekonomiannya kurang bebas mencapai 1,8 % per tahun, dan di negara
yang paling kurang bebas, tingkat pertumbuhan ekonomi hanya 1,0 % per
tahun. Sayangnya hasil studi ini tidak melaporkan bagaimana hubungan
kebebasan ekonomi dengan pemerataan tingkat kesejahteraan. Dalam sistem
ekonomi campuran, pemerintah dapat mengatur, mengawasi, menstabilkan
dan memajukan ekonomi nasional secara keseluruhan, dengan mendorong
atau menumbuhkan inisiatif swasta. Namun, yang masih menjadi persoalan

11
adalah : bagaimana sebaiknya cara yang ditempuh pemerintah dan apakah
campur tangan pemerintah tersebut harus bersifat langsung atau tidak
langsung, apakah cukup dengan peraturan saja? Secara garis besar,
keterlibatan pemerintah dalam kehidupan ekonomi, dapat dibedakan dalam
tiga bentuk :

Membuat peraturan-peraturan, dengan tujuan pokok agar kegiatan-kegiatan


ekonomi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi berjalan secara wajar dan
tidak merugikan masyarakat. Misalnya, peraturan mengenai upah minimum
ditetapkan agar para pekerja diberikan upah yang wajar dan layak sehingga
dapat mencukupi berbagai kebutuhan yang pokok. Peraturan mengenai lokasi
pengembangan dibuat, agar industri-industri. yang didirikan tidak mengganggu
masyarakat di sekitarnya dengan berbagai polusi (pencemaran) yang
dihasilkannya.
Menjalankan berbagai kebijaksanaan ekonomi, antara lain kebijaksanaan fiskal
dan moneter.
Secara langsung menjalankan berbagai kegiatan ekonomi, sehingga dapat
memaksimumkan keuntungan sosial (keuntungan yang diperoleh masyarakat
secara keseluruhan). Kegiatan ekonomi yang dilakukan pihak swasta pada
umumnya dapat menghasilkan keuntungan yang besar sekali bagi individu
yang bersangkutan (keuntungan perseorangan). Akan tetapi, masyarakat belum
tentu mendapat keuntungan, bahkan mengalami kerugian, akibat tindakan
individu yang bersangkutan, misalnya dengan menetapkan harga yang tidak
wajar. Karena itulah pemerintah ikut campur secara langsung, dengan
mendirikan perusahaan- perusahaan negara untuk bidang-bidang yang vital
dan berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Ikut campur pemerintah terse
but, diharapkan dapat memaksimumkan keuntungan sosial.

3. Sistem Ekonomi Indonesia

Seperti dikemukakan oleh Partadiredja (1983), seorang pakar ekonomi dari


Universitas Gadjah Mada, sebagian besar negara-negara sedang berkembang,
termasuk Indonesia, menganut sistem ekonomi campuran. Terdapat pemilikan
swasta perseorangan atas alatalat produksi yang berdampingan dengan pemilikan
negara, dan bahkan pemilikan kelompok-kelompok persekutuan adat. Mekanisme
harga dan pasar bebas, hidup berdampingan dengan perencanaan yang dilakukan
oleh pemerintah. Sebagian besar harga barang dan jasa dan faktor produksi
ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Pemerintah juga

12
mempengaruhi kekuatan permintaan dan penawaran tersebut melalui
kebijaksanaan harga, termasuk penetapan upah minimum. Mengenai turut
campurnya pemerintah dalam kehidupan ekonomi, dapat dilihat ketentuan pada
ayat 2 dan 3 pasal 33 UUD 1945. Ayat 2 tersebut berbunyi “Cabang-cabang
produksi yang penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh Negara“. Menurut Mohammad Hatta, yang merumuskan pasal 33
tersebut, dikuasai oleh negara tidak berarti negara sendiri yang menjadi
pengusaha, usahawan atau ondenemer. Selanjutnya dikatakan bahwa kekuasaan
negara terdapat pada membuat peraturan-peraturan guna kelancaran jalan
ekonomi, peraturan yang melarang penghisapan orang lemah oleh orang yang
bermodal. Demikian pula negara mempunyai kewajiban supaya ketentuan yang
termuat pada pasal 27 ayat 2 dapat terlaksana. Ketentuan itu berbunyi “ tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan “. Dalam dokumen GBHN pada masa Orde Baru, sistem ekonomi
Indonesia dinamakan sebagai demokrasi ekonomi yang memiliki ciriciri positif
sebagai berikut :

 Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas


kekeluargaan.
 Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan memenuhi hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara.
 Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
 Sumber-sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan dengan
permufakatan Lembaga-lembaga Perwakilan Rakyat serta pengawasan
terhadap kebijakannya ada pada Lembaga-lembaga Perwakilan Rakyat pula.
 Warga negara memiliki kebebasan dalam memiliki kebebasan dalam memilih
pekerjaan yang dikehendaki serta mempunyai hak akan pekerjaan dan
penghidupan yang layak.
 Hak milik perorangan diakui sedangkan pemanfaatannya tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan masyarakat.
 Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan
sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum.
 Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara

Sebaliknya dalam demokrasi ekonomi harus dihindarkan timbulnya ciri-ciri


negatif berikut ini :

13
Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap
manusia dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah
menimbulkan dan mempertahankan kelemahan struktural poisisi Indonesia
dalam ekonomi dunia.
Sistem etatisme dalam mana negara beserta aparatur ekonomi negara
mendesak dan mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi di
luar sektor negara.
Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli
yang merugikan masyarakat.

Pada dekade 1980-an terdapat suatu polemik dari para pakar ekonomi tentang
sistem ekonomi yang diinginkan (ideal) untuk masyarakat Indonesia. Sistem
ekonomi tersebut kemudian dinamai Sistem Perekonomian Pancasila (SPP).
Menurut Mubyarto, salah seorang penggagasnya, Sistem Perekonomian Pancasila
tersebut memiliki 5 ciri pokok sebagai berikut :

1. Koperasi sebagai soko guru perekonomian, karena koperasi merupakan


bentuk yang paling kongkrit dari sebuah usaha bersama.
2. Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomis, sosial dan
moral. Rangsangan (dorongan) sosial dan moral ini sangat ditekankan,
karena rangsanganrangsangan inilah yang membedakan Sistem
Perekonomian Pancasila dengan sistem ekonomi kapitalis yang menekankan
rangsangan ekonomi semata.
3. Adanya kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah kemerataan sosial.
Hal ini berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis yang hanya punya rasa
individual dalam mencari keuntungan yang sebesar-besarnya bagi dirinya
dalam kegiatan ekonomi.
4. Nasionalisme menjiwai setiap kebijakan ekonomi.
5. Adanya keseimbangan yang jelas antara perencanaan di tingkat nasional
denga desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi.

3.1.2 Sejarah Ringkas Perekonomian Indonesia


Secara sederhana sejarah perekonomian Indonesia dapat dikelompokkan
menjadi dua periode utama, yaitu :

1. Periode Pra Kemerdekaan

 Periode pra kolonialisme


 Perode kolonialisme

14
2. Periode Kemerdekaan

 Periode Orde Lama (ORLA)


 Periode Orde Baru (ORBA)
 Periode Orde Reformasi

1. Periode Pra Kemerdekaan

 Periode Pra Kolonialisme


Yang dimaksud dengan periode Pra-Kolonialisme adalah masa – masa
berdirinya kerajaan – kerajaan di wilayah Nusantara (sekitar abad ke – 5) a
mpai sebelum masa masuknya penjajah yang secara sistematis menguasai
kekuatan ekonomi dan politikdi wilayah nusantara (sekitar abad k-15 samp
ai 17). Pada masa itu RI belum berdiri. Daerah – daerah umumnya dipimpin
oleh kerajaan – kerajaan.
Indonesia terletak di posisi geografis antara benua Asia dan Eropa
serta samudra Pasifik dan Hindia, sebuah posisi yang strategis dalam jalur
pelayaran niaga antar benua. Salah satu jalan sutra, yaitu jalur sutra laut,
ialah dari Tiongkok dan Indonesia, melalui selat Malaka ke India. Dari sini
ada yang ke teluk Persia, melalui Suriah ke laut Tengah, ada yang ke laut
Merah melalui Mesir dan sampai juga ke laut Tengah (Van Leur).
Perdagangan laut antara India, Tiongkok, dan Indonesia dimulai pada abad
pertama sesudah masehi, demikian juga hubungan Indonesia dengan
daerah-daerah di Barat (kekaisaran Romawi).
 Periode Kolonialisme
Sebelum merdeka, Indonesia mengalami masa penjajahan yang
terbagi dalam beberapa periode. Ada empat negara yang pernah menduduki
Indonesia, yaitu Portugis, Belanda,Inggris, dan Jepang. Portugis tidak
meninggalkan jejak yang mendalam di Indonesia karena keburu diusir oleh
Belanda, tapi Belanda yang kemudian berkuasa selama sekitar 350 tahun,
sudah menerapkan berbagai system yang masih tersisa hingga kini. Untuk
menganalisa sejarah perekonomian Indonesia, rasanya perlu membagi masa
pendudukan Belanda menjadi beberapa periode, berdasarkan perubahan-
perubahan kebijakan yang mereka berlakukan di Hindia Belanda (sebutan
untuk Indonesia saat itu).

15
a) Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC)

Belanda yang saat itu menganut paham Merkantilis benar-benar menancapkan


kukunya di Hindia Belanda. Belanda melimpahkan wewenang untuk mengatur
Hindia Belanda kepada VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie), sebuah
perusahaan yang didirikan dengan tujuan untuk menghindari persaingan antar
sesama pedagang Belanda, sekaligus untuk menyaingi perusahaan imperialis lain
seperti EIC (Inggris). Untuk mempermudah aksinya di Hindia Belanda, VOC diberi
hak Octrooi, yang antara lain meliputi:

 Hak mencetak uang


 Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai
 Hak menyatakan perang dan damai
 Hak untuk membuat angkatan bersenjata sendiri
 Hak untuk membuat perjanjian dengan raja-raja

Hak-hak itu seakan melegalkan keberadaan VOC sebagai “penguasa” Hindia


Belanda. Namun walau demikian, tidak berarti bahwa seluruh ekonomi Nusantara
telah dikuasai VOC. Kenyataannya, sejak tahun 1620, VOC hanya menguasai
komoditi-komoditi ekspor sesuai permintaan pasar di Eropa, yaitu rempah-
rempah.

b) Pendudukan Inggris (1811-1816)

Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah hampir dua abad
diterapkan oleh Belanda, dengan menerapkan Landrent (pajak tanah). Sistem ini
sudah berhasil di India, dan Thomas Stamford Raffles mengira sistem ini akan
berhasil juga di Hindia Belanda. Selain itu, dengan landrent, maka penduduk
pribumi akan memiliki uang untuk membeli barang produk Inggris atau yang
diimpor dari India. Inilah imperialisme modern yang menjadikan tanah jajahan
tidak sekedar untuk dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah
pemasaran produk dari negara penjajah.

Sesuai dengan teori-teori mazhab klasik yang saat itu sedang berkembang di
Eropa, antara lain:

1) Pendapat Adam Smith bahwa tenaga kerja produktif adalah tenaga kerja yang
menghasilkan benda konkrit dan dapat dinilai pasar, sedang tenaga kerja tidak
produktif menghasilkan jasa dimana tidak menunjang pencapaian

16
pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, Inggris menginginkan tanah jajahannya
juga meningkat kemakmurannya, agar bisa membeli produk- produk yang di
Inggris dan India sudah surplus (melebihi permintaan).
2) Pendapat Adam Smith bahwa salah satu peranan ekspor adalah memperluas
pasar bagi produk yang dihasilkan (oleh Inggris) dan peranan penduduk dalam
menyerap hasil produksi.
3) The quantity theory of money bahwa kenaikan maupun penurunan tingkat
harga dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar.

Akan tetapi, perubahan yang cukup mendasar dalam perekonomian ini sulit
dilakukan, dan bahkan mengalami kegagalan di akhir kekuasaan Inggris yang
cuma seumur jagung di Hindia Belanda. Sebab-sebabnya antara lain :

1. Masyarakat Hindia Belanda pada umumnya buta huruf dan kurang mengenal
uang, apalagi untuk menghitung luas tanah yang kena pajak.
2. Pegawai pengukur tanah dari Inggris sendiri jumlahnya terlalu sedikit.
3. Kebijakan ini kurang di dukung raja-raja dan para bangsawan,karena Inggris
tak mau mengakui suksesi jabatan secara turun-temurun.
c) Cultuurstelstel

Cultuurstelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas
inisiatif Van Den Bosch. Tujuannya adalah untuk memproduksi berbagai komoditi
yang ada permintaannya di pasaran dunia. Sejak saat itu, diperintahkan
pembudidayaan produkproduk selain kopi dan rempah-rempah, yaitu gula, nila,
tembakau, teh, kina, karet, kelapa sawit, dll. Sistem ini jelas menekan penduduk
pribumi, tapi amat menguntungkan bagi Belanda, apalagi dipadukan dengan
sistem konsinyasi (monopoli ekspor). Setelah penerapan kedua sistem ini, seluruh
kerugian akibat perang dengan Napoleon di Belanda langsung tergantikan berkali
lipat.

Sistem ini merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka


memperkenalkan penggunaan uang pada masyarakat pribumi. Masyarakat
diwajibkan menanam tanaman komoditas ekspor dan menjual hasilnya ke gudang-
gudang pemerintah untuk kemudian dibayar dengan harga yang sudah ditentukan
oleh pemerintah.

d) Sistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal)

17
Adanya desakan dari kaum Humanis Belanda yang menginginkan perubahan
nasib warga pribumi ke arah yang lebih baik, mendorong pemerintah Hindia
Belanda untuk mengubah kebijakan ekonominya. Dibuatlah peraturan- peraturan
agraria yang baru, yang antara lain mengatur tentang penyewaan tanah pada
pihak swasta untuk jangka 75 tahun, dan aturan tentang tanah yang boleh
disewakan dan yang tidak boleh. Hal ini nampaknya juga masih tak lepas dari
teori-teori mazhab klasik, antara lain terlihat pada:

Keberadaan pemerintah Hindia Belanda sebagai tuan tanah, pihak swasta yang
mengelola perkebunan swasta sebagai golongan kapitalis, dan masyarakat
pribumi sebagai buruh penggarap tanah.
Prinsip keuntungan absolut: Bila di suatu tempat harga barang berada diatas
ongkos tenaga kerja yang dibutuhkan, maka pengusaha memperoleh laba yang
besar dan mendorong mengalirnya faktor produksi ke tempat tersebut.
Laissez faire laissez passer, perekonomian diserahkan pada pihak swasta,
walau jelas, pemerintah Belanda masih memegang peran yang besar sebagai
penjajah yang sesungguhnya.

Pada akhirnya, sistem ini bukannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat


pribumi, tapi malah menambah penderitaan, terutama bagi para kuli kontrak yang
pada umumnya tidak diperlakukan layak.

PendudukanJepang (1942-1945).

Pemerintah militer Jepang menerapkan suatu kebijakan pengerahan


sumber daya ekonomi mendukung gerak maju pasukan Jepang dalam perang
Pasifik. Sebagai akibatnya, terjadi perombakan besar-besaran dalam struktur
ekonomi masyarakat.

Kesejahteraan rakyat merosot tajam dan terjadi bencana kekurangan


pangan, karena produksi bahan makanan untuk memasok pasukan militer dan
produksi minyak jarak untuk pelumas pesawat tempur menempati prioritas
utama. Impor dan ekspor macet, sehingga terjadi kelangkaan tekstil yang
sebelumnya didapat dengan jalan impor. Seperti ini lah sistem sosialis ala bala
tentara Dai Nippon. Segala hal diatur oleh pusat guna mencapai kesejahteraan
bersama yang diharapkan akan tercapai seusai memenangkan perang Pasifik.

18
2. Periode Kemerdekaan

A. Periode Orde Lama (ORLA) : periode 1945-1966.


1. Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950).

Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara
lain disebabkan:

Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata
uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu
pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu
mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan
mata uang pendudukan Jepang. Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946.
Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan sekutu)
mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu.
Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru,
yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang.
Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar
mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk
menutup pintu perdagangan luar negri RI. - Kas negara kosong. - Eksploitasi
besar-besaran di masa penjajahan.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi,


antara lain :

Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir.


Surachman dengan persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946.
Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mangadakan
kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda
di Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh
kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang
mendesak, yaitu : masalah produksi dan distribusi makanan, masalah
sandang, serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947.

19
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948. yaitu dengan
mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif. -
Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan denganı
beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan, di
harapkan perekonomian akan membaik.
2. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957).

Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem
ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada
pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez
passer. Usaha- usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara
lain :

Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950,


untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.
Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menunbuhkan wiraswastawan
pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan
perusahaan impor asing dengan membatasi impor barang tertentu dan
memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi serta memberikan
kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat
berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal,
karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa
bersaing dengan pengusaha non-pribumi.
Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember
1951 lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank
sirkulasi. Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang
diprakarsai Mr Iskak Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara
pengusaha cina dan pengusaha pribumi. Pengusaha nonpribumi diwajibkan
memberikan latihan-latihan pada pengusaha pribumi, dan pemerintah
menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Program ini
tidak berjalan dengan baik, karena pengusaha pribumi kurang berpengalaman,
sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari
pemerintah.
Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni
Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual
perusahaannya sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa
mengambil alih perusahaan-perusahaan tersebut.

20
3. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967).

Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan
sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada
sistem etatisme (segala-galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini,
diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam
sosial, politik,dan ekonomi (Mazhab Sosialisme). Akan tetapi, kebijakan-kebijakan
ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki
keadaan ekonomi Indonesia, antara lain:

Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang


sebagai berikut :Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas
pecahan Rp 1000 menjadi Rp 100, dan semua simpanan di bank yang melebihi
25.000 dibekukan.
Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi
sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru
mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-
1962 harga barang-barang naik 400%.

B. Periode Orde Baru (ORBA) : periode Maret 1966 - Mei 1998.

Orde baru memiliki perhatian kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat


melalui pembangunan ekonomi dan sosial di tanah air. Orde baru menjalin
kerjasama dengan pihak barat dan menjauhi pengaruh ideologi komunis. Sebelum
melakukan pembangunan Repelita, dilakukan pemulihan stabilitas ekonomi,
sosial, dan politik serta rehabilitasi ekonomi di dalam negeri. Sasaran kebijakan
terutama untuk menekan kembali tingkat inflasi, mengurangi defisit keuangan
pemerintah, dan menghidupkan kembali kegiatan produksi, termasuk ekspor yang
sempat mengalami stagnasi pada Orde Lama. Penyusunan rencana Pelita secara
bertahap dengan target- target yang jelas sangat dihargai oleh negaranegara Barat.

Tujuan jangka panjang dari pembangunan ekonomi pada masa Orde Baru:
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui suatu proses industrialisasi
dalam skala besar, yang pada saat itu dianggap sebagai satu-satunya cara yang
paling tepat dan efektif untuk menanggulangi masalah-masalah ekonomi, seperti

21
kesempatan kerja dan defisit neraca pembayaran. Terjadi perubahan struktural
dalam perekonomian Indonesia selama masa Orde Baru jika dilihat dari
perubahan pangsa PDB (Produk Domestik Bruto), terutama dari sektor industri.
Kontribusi sektor industri sekitar 8% (1960) menjadi 12% (1983). Hal ini
menunjukkan terjadinya proses industrialisasi atau transformasi ekonomi dari
negara agraris menuju semiindustri. Proses pembangunan dan perubahan
ekonomi semakin cepat pada paruh dekade 80-an, di mana pemerintah
mengeluarkan berbagai deregulasi di sektor moneter maupun riil dengan tujuan
utama meningkatkan ekspor nonmigas dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
serta berkelanjutan. Deregulasi menyebabkan terjadinya pergeseran dari semula
tersentralisasi menjadi desentralisasi dan peranan sektor swasta semakin besar.
Pada level meso (tengah) dan mikro, pembangunan tidak terlalu berhasil : jumlah
kemiskinan tinggi, kesenjangan ekonomi meningkat di akhir 90-an.

Perkembangan ekonomi masa Orde Baru lebih baik dari Orde Lama disebabkan
oleh beberapa factor :

Kemauan Politik yang kuat dari pemerintah untuk melakukan pembangunan


atau melakukan perubahan kondisi ekonomi.
Stabilitas politik dan ekonomi yang lebih baik daripada masa Orde Lama.
Pemerintah Orde Baru berhasil menekan inflasi. Mereka juga berhasil
menyatukan bangsa dan kelompok masyarakat serta meyakinkan mereka
bahwa pembangunan ekonomi dan sosial adalah jalan satu-satunya agar
kesejahteraan masyarakat di Indonesia dapat meningkat.
Sumber daya manusia yang lebih baik. SDM di masa ORBA memiliki
kemampuan untuk menyusun program dan strategi pembangunan dengan
kebijakan-kebijakan yang terkait serta mampu mengatur ekonomi makro
secara baik.
Sistem politik dan ekonomi terbuka yang berorientasi ke Barat. Hal ini sangat
membantu khususnya dalam mendapatkan pinjaman luar negeri, PMA dan
transfer teknologi serta ilmu pengetahuan.
Kondisi ekonomi dan politik dunia yang lebih baik. Selain terjadi oil boom
(tingkat produksi minyak dan harganya yang meningkat), juga kondisi ekonomi
dan politik dunia pada era ORBA khususnya setelah perang dingin berakhir,
jauh lebih baik daripada semasa ORLA.

22
Pemerintahan Transisi, ciri-cirinya :

Diawali dengan melemahnya nilai tukar baht Thailand terhadap USD pada
Mei 1997, sehingga para investor mengambil keputusan jual baht untuk beli USD.
Melemahnya baht merambah sampai ke mata uang Asia lainnya (Ringgit Malaysia
hingga Rupiah).

Hal ini menyebabkan terjadinya krisis keuangan di Asia. Nilai tukar Rupiah
terus melemah terhadap USD, pemerintah melakukan intervensi dengan
memperluas rentang intervensi. Namun hal itu tidak banyak membantu
pemulihan nilai tukar rupiah thd USD. Pada Oktober 1997, pemerintah
memutuskan meminta bantuan keuangan pada IMF.

Paket bantuan I sebesar USD 40 Milyar diturunkan pada akhir Okt 1997.
Bantuan tersebut diikuti dengan persyaratan penutupan atau pencabutan izin
usaha 16 bank swasta yang dinilai tidak sehat. Setelah paket bantuan, justru nilai
tukar Rp semakin melemah. Akhirnya pemerintah membuat kesepakatan dengan
IMF dalam bentuk Letter of Intent (LoI) pada Januari 1998. LoI berisi 50 butir
kebijakan mencakup ekonomi makro (fiskal dan moneter), restrukturisasi sektor
keuangan, dan reformasi struktural. Di bidang fiskal : penegasan penggunaan
prinsip anggaran berimbang pada APBN, usaha pengurangan pengeluaran
pemerintah (menghilangkan subsidi BBM dan listrik), membatalkan sejumlah
proyek infrastruktur yang besar, serta peningkatan pendapatan pemerintah.
Setelah gagal dengan kesepakatan pertama, dibuat lagi kesepakatan baru pada
Maret 1998 dengan nama Memorandum Tambahan tentang Kebijakan Ekonomi
dan Keuangan (MTKEK).

C. Periode Orde Reformasi: Periode 1998-Sekarang


1) Pemerintahan presiden BJ.Habibie.

Pemerintahan presiden BJ.Habibie Yang mengawali masa reformasi belum


melakukan manuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijaka
n-kebijakannya diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik.

23
2) Kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid.

Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid pun belum ada


tindakan yang cukup berarti untuk menyelamatkan negara dari keterpurukan.
Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru harus
dihadapi, antara lain masalah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), pemulihan
ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs rupiah.
Malah presiden terlibat skandal Bruneigate yang menjatuhkan kredibilitasnya di
mata masyarakat. Akibatnya, kedudukannya digantikan oleh presiden Megawati.

3) Masa Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri.

Masalah-masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalah pemulihan


ekonomi dan penegakan hukum. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk
mengatasi persoalan - persoalan ekonomi antara lain:

Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada


pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri
sebesar Rp 116.3 triliun.
Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di
dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari
intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara.

Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia


menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN
yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.

4) Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono.

Kebijakan kontroversial pertama presiden Yudhoyono adalah mengurangi


subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar
belakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke
subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan kontroversial pertama itu
menimbulkan kebijakan controversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT)
bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak,
dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial. Kebijakan yang

24
ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan
pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah
satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan
November 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepala
daerah. Menurut Keynes, investasi merupakan faktor utama untuk menentukan
kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu
ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang
salahsatunya adalah revisi undangundang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak
investasi asing di Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan
bertambah.

3.2 Pelaku dan Peranan Perekonomian Indonesia


Di dalam sistem perekonomian Indonesia dikenal ada tiga pilar utama
yang menyangga perekonomian. Ketiga pilar itu adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), dan Koperasi. Kelompok swasta
dapat dibagi dalam dua sub-kelompok, yakni koperasi dan BUMS. Sedangkan
kelompok pemerintah adalah BUMN. Menurut jumlah unit usaha, jumlah BUMN
jauh lebih kecil dibandingkan jumlah perusahan-perusahaan swasta, namun
kelompok BUMN tersebut beroperasi di sektor-sektor atau sub sektor-sub sektor
ekonomi yang sangat strategis, seperti pertambangan, energi dan sejumlah
industri manufaktur. Adanya BUMN yang mencerminkan keterlibatan langsung
pemerintah di dalam ekonomi praktis tersebut tidak lepas dari UUD 1945 Pasal
33 mengenai sistem perekonomian Indonesia yang menegaskan (ayat 2) bahwa
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Oleh karena itu, selama Pasal 33
UUD 1945 masih tercantum dalam konstitusi Indonesia maka selama itu
pula keterlibatan pemerintah (termasuk BUMN) dalam perekonomian Indonesia
masih diperlukan.

Peran dari pelaku-pelaku ekonomi tersebut di dalam perekonomian


Indonesia selama ini dapat dilihat dari sejumlah indikator, terutama dalam
sumbangannya terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDB, kesempatan
kerja, dan peningkatan cadangan valuta asing (devisa) terutama lewat ekspor dan
sumbangannya terhadap keuangan pemerintah lewat pembayaran pajak dan
lainnya.

25
Keberadaan pelaku ekonomi sangat dibutuhkan oleh sistem ekonomi
itu sendiri. Sebab, setiap aktivitas yang dilakukan oleh pelaku ekonomi memiliki
kaitan erat dengan pertumbuhan sekaligus pendapatan, yaitu melalui besaran
hasil dan distribusi barang dan jasa yang dinikmati oleh setiap pelaku ekonomi.
Seperti yang disebutkan, ada tiga pelaku ekonomi dalam sistem ekonomi
Indonesia, yakni BUMN, BUMS dan koperasi.

3.2.1 Peran Pelaku Badan Usaha Milik Negara


Setiap pemerintah memiliki kebutuhan rutin yang salah satunya
adalah pengeluaran untuk berbagai kebutuhan termasuk belanja pegawai,
belanja barang dan jasa, pembayaran cicilan utang, pengeluaran untuk
pembangunan infrastruktur, sekolah, daerah dan lainnya serta pengeluaran
untuk kebutuhan operasional lainnya. Untuk dapat membiayai semua
pengeluaran tersebut pemerintah perlu mendapatkan penerimaan. Ada berbagai
sumber penerimaan negara salah satunya yaitu pemasukan dari BUMN.

Berdasarkan Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, maksud dan


tujuan pendirian BUMN adalah sebagai berikut :

Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada


umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.
Mencari keuntungan.
Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan jasa
yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang ban
yak.
Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan
oleh swasta dan koperasi.
Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.

26
Undang-undang tersebut juga menetapkan bahwa bentuk BUMN terdiri
atas dua jenis, yaitu badan usaha perseroan (Persero) dan badan usaha
umum (Perum). Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas
yang modalnya terbagi dalam saham seluruh atau paling sedikit 51 persen
sahamnya dimiliki oleh negara yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
Maksud dan tujuan Persero adalah adalah menyediakan barang atau jasa
yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta mengejar keuntungan guna
meningkatkan nilai badan usaha. Sedangkan Perum adalah BUMN yang
seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas saham, yang
bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang
bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip
pengelolaan badan usaha.

Dalam periode 2001-2017, hingga tahun 2004 jumlah BUMN mengalami


penambahan, namun setelah itu mulai merosot karena privatisasi (penjualan ke
sektor swasta). Pada tahun 2011 tercatat jumlah BUMN mencapai 140
perusahaan dan per Januari 2017 tercatat sebanyak 121 unit.

Menilai kinerja BUMN harus dari dua sisi. Pertama, dari sisi
kontribusinya terhadap ekonomi dan masyarakat sesuai tujuan atau misinya
yang telah dibahas diatas, seperti sumbangannya terhadap: (i) pembentukan
atau pertumbuhan PDB, (ii) kesempatan kerja, (iii) pengadaan barang dan jasa, (iv)
penerimaan negara dan (v) perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat
lemah termasuk UMK dan koperasi lewat antara lain pembiayaan ekonomi
mikro dengan kredit usaha rakyat (KUR), Permodalan Nasional Madani (PNM),
dan penyaluran program kemitraan dan bina lingkungan. Data Kementrian
BUMN menunjukkan penyaluran KUR oleh BUMN sampai dengan awal 2017
mencapai 222 triliun. Akumulasi penyaluran program kemitraan sampai
dengan tahun 2015 mencapai Rp. 14.487.656 juta dengan jumlah mitra
binaan sebanyak 505,804 dan selama semester pertama tahun 2017 sebanyak
Rp. 335,909 dengan jumlah mitra binaan 542,606. Kontribusi BUMN terhadap
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam bentuk setoran
dividen dan pajak dapat dilihat di Gambar 3.2. selama periode 2013-2016,
penerimaan pemerintah terbesar dari kedua komponen tersebut secara total
terjadi pada tahun 2014 yang mencapai Rp. 211 triliun dan terendah pada
tahun 2013 yang hanya 194 triliun.

27
Kedua adalah dari sisi kinerjanya yang dapat diukur dengan berbagai
indikator, seperti posisi keuangan serta pendapatan dan laba bersih BUMN.
Menurut Purwoko (2002), pada tahun 2000, BUMN memiliki total asset
sebesar Rp. 861,52 triliun hanya mampu menghasilkan keuntungan sebesar
Rp. 13,34 triliun atau dengan tingkat Return on Assets (RoA) sebesar 1,55 persen.
Salah satu alasan pemerintah melakukan privatisasi atau penjualan sebagian
saham BUMN ke swasta adalah kinerja BUMN yang selama periode sebelum krisis
1998 relatif buruk atau bahkan hampir semua BUMN nyaris bangkrut
(seperti yang pernah dialami oleh PT. Garuda Indonesia, PT PLN) jika tidak ada
bantuan keuangan dari pemerintah pusat. Pemerintah pusat lewat
Kementerian Keuangan lebih banyak menyuntikkan dan ke BUMN-BUMN
daripada mendapatkan pemasukan dari mereka lewat pajak dan dividen.

3.2.2 Peran Pelaku Badan Usaha Milik Swasta


Menurut skala usaha, BUMS terdiri atas usaha mikro (UMI), usaha
kecil (UK), Usaha Menengah (UM), dan usaha besar (UB). Walaupun jumlah UB
saat ini jauh lebih banyak dibandingkan pada awal Orde Baru, namun masih
jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah perusahaan dari kategori usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM). Menurut data dari Kementerian Negara
Urusan Koperasi dan UKM (Menegkop & UKM) dan Badan Pusat Statistik (BPS),
pada tahun 2013 jumlah usaha mikro dan kecil (UMK) mencapai 58 juta, jauh
lebih banyak dibandingkan UM dan UB.

Di Indonesia, seperti negara sedang berkembang umumnya UMKM


berperan sangat penting, khususnya dari perspektif kesempatan kerja dan
sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan
pengurangan kemiskinan, dan pembangunan ekonomi pedesaan. Namun,
dilihat dari sumbangannya terhadap pembentukan PDB dan ekspor non-migas,
khususnya produk-produk manufaktur, dan inovasi serta pengembangan
teknologi, peran UMKM masih relatif rendah dan ini sebenarnya perbedaan
yang paling menyolok dengan UMKM di negara maju.

28
UMKM sangat penting karena ciri khas mereka, antara lain sebagai
berikut (Tambunan, 2018):

1. Jumlah perusahaan sangat banyak sekali (jauh melebihi UB), terutama


dari kategori UMK. Berbeda dengan UB dan UM, UMK tersebar diseluruh
pelosok perdesaan, kelompok usaha ini mempunyai suatu signifikansi
’lokal’ yang khusus untuk ekonomi pedesaan.
2. Karena sangat padat karya, yang berarti mempunyai suatu potensi
pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar, pertumbuhan UMK
dapat dimasukkan sebagai suatu elemen penting dari kebijakan-kebijakan
nasional untuk meningkatkan kesempatan kerja dan menciptakan
pendapatan, terutama bagi masyarakat miskin.
3. Tidak hanya mayoritas dari UMKM, terutama UMK, berlokasi di pedesaan,
kegiatan-kegiatan peoduksi dari kelompok usaha ini juga pada umumnya
berbasis pertanian. Oleh karena itu, upaya-upaya pemerintah mendukung
UMKM sekaligus juga merupakan suatu cara tak langsung namun efektif
untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan produksi disektor
pertanian.
4. UMKM memakai teknologi-teknologi yang lebih cocok terhadap proporsi-
proporsi dari faktor-faktor produksi dan kondisi lokal yang ada, yakni SDA
dan tenaga kerja berpendidikan rendah yang berlimpah.
5. Banyak UMKM bisa tumbuh pesat. Bahkan banyak UMKM bisa bertahan
pada saat ekonomi Indonesia dilanda suatu krisis besar pada tahun
1997/1998. Oleh sebab itu kelompok usaha ini dianggap sebagai
perusahaan-perusahaan yang memiliki fungsi sebagai basis bagi
perkembangan usaha lebih besar. Misalnya UMK bisa menjadi landasan bagi
pengembangan UM, dan UM bagi UB.
6. Walaupun pada umumnya masyarakat pedesaan miskin, banyak bukti yang
menunjukkan bahwa orang-orang desa yang miskin bisa menabung dan
mereka mau mengambil risiko dengan melakukan investasi.

Perbedaan mendasar antara usaha swasta dan usaha milik negara adalah
berangkat dari status kepemilikannya. Kepemilikan usaha swasta jelas, di
mana lembaga usahanya sepenuhnya menjadi milik perseorangan. Dari status
kepemilikan privat seperti ini, melahirkan kebebasan untuk mengelola dan
mengembangkan usaha sesuai dengan kepentingannya. Pelaku ekonomi
swasta sadar bahwa kelangsungan hidupnya tergantung pada tindakan yang

29
dilakukan oleh pemiliknya, sehingga pemilik akan berhati-hati dan selalu
berhitung secara cermat dalam menjalankan usahanya agar tidak rugi. Sebab,
kalau terjadi kerugian, hidupnya akan hancur karena kerugian itu tidak bisa
digeserkan kepada orang lain. Sebaliknya kalau usahanya untung, maka
hidupnya akan enak karena keuntungannya untuk dirinya.

Badan usaha swasta memiliki dua sifat alamiah yang bertentangan, yaitu
”efisiensi-inovatif (dinamis)” dan ”egois”. Sifat dinamis yang muncul dari
golongan pribadi memiliki keunggulan untuk dijadikan sebagai penggerak
utama dari kegiatan ekonomi. Tetapi, dengan sifat alamiah yang
mementingkan dirinya sendiri (egois), badan usaha swasta sangat tidak layak jika
ditempatkan sebagai penyedia dan pelindung kepentingan sosial. Dengan sifat
alamiah seperti itu, maka peran yang pas bagi usaha swasta adalah
”penggerak dinamika perekonomian” (Kartasasmita, 1996). Atau, menurut
istilah yang digunakan oleh Tjakrawerdaja (1968), peran yang sesuai adalah
sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi (dan bukan penggerak utama
pemerataan). Kedua istilah tersebut memiliki substansi yang sama, yaitu sektor
swasta didorong untuk menjadi ujung tombak kemajuan dan kreativitas
perekonomian nasional. Disinilah seharusnya peran badan swasta ditempatkan
dalam perekonomian nasional.

3.2.3 Peran Pelaku Badan Usaha Koperasi


Definisi, Bentuk, dan Jenis

Di Indonesia, istilah koperasi sudah diperkenalkan sejak zaman pra-


kemerdekaan 1945, dan dicantumkan dalam penjelasan UUD 1945, yakni di
Pasal 33 yang mengatur sistem ekonomi Indonesia. Defenisi koperasi yang
lebih jelas baru muncul di Undang-undang Perkoperasian Indonesia yang
dibuat setelah kemerdekaan, dan mengalami beberapa kali perubahan. Di
dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Perbedaan antara kelompok perusahaan koperasi dengan kelompok


perusahaan bukan koperasi dapat dilihat dalam sejumlah aspek, terutama
aspek-aspek berikut ini (Tambunan, 2018):

30
Kepemilikan: perusahaan koperasi dimiliki oleh anggota.
Pengguna jasa perusahaan: pengguna utama jasa perusahaan koperasi adalah
anggota.
Tujuan mendirikan perusahaan: perusahaan koperasi didirikan dengan
tujuan bukan untuk mencari laba melainkan untuk mensejahterakan
anggotanya.
Keuntungan dan pembagiannya: bagi perusahaan koperasi, selisih antara
penjualan (omset) dan biaya.
Disebut selisih atau sisa hasil usaha (SHU). Bagi perusahaan noon-
koperasi disebut keuntungan atau laba.
Kekuasaan tertinggi. Di Perusahaan koperasi, kekuasaan tertinggi ada ditangan
para anggota lewat rapat anggota. Anggota bias memecat atau mengangkat
pengurus koperasi, dan anggota yang menetapkan anggaran dasar koperasi
dan keputusan-keputusan lainnya.
Sistem demokrasi. Di Perusahaan koperasi ditetapkan sepenuhnya sistem
demokrasi, yakni satu orang satu suara artinya semua anggota terlibat dalam
suatu keputusan.

Menurut UU No.25 Tahun 1992, fungsi dan peran koperasi di Indonesia


adalah sebagai berikut:

 Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi


anggota pada khususnya dan pada masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
 Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat.
 Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dan dengan koperasi sebagai soko
gurunya.
 Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas atas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Jenis Koperasi di Indonesia menurut fungsinya atau status


keanggotaannya atau kepentingan anggotanya adalah sebagai berikut:

31
 Koperasi pembelian/pengadaan/konsumen: koperasi yang
menyelenggarakan fungsi pembelian atau pengadaan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan anngota.
 Koperasi penjualan/pemasaran: koperasi yang menyelenggarakan fungsi
distribusi barang atau jasa yang dihasilkan oleh anggotanya agar
sampai ketangan konsumen.
 Koperasi produsen/produksi: koperasi yang menghasilkan barang dan jasa,
di mana anggota-anggotanya adalah para produsen barang dan jasa
atau orang-orang yang memiliki usaha produksi yang sama.
 Koperasi jasa adalah koperasi yang menyelenggarakan pelayanan jasa
yang dibutuhkan oleh anggota.
 Koperasi simpan pinjam: koperasi yang didirikan untuk mendukung
kepentingan anggota yang membutuhkan tambahan modal usaha dan
kebutuhan finansial lainnya.

32
BAB IV

PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Sistem ekonomi dalam sebuah negara dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal negara tersebut. Faktor internal yang memengaruhi seperti
lokasi geografi, jumlah penduduk, sumber daya alam, dan kualitas sumber
daya manusia negara tersebut. Sedangkan faktor eksternal yang
memengaruhi sistem ekonomi negara tersebut seperti kondisi politik, sistem
pemerintahan, sosial dan budaya, dan perkembangan teknologi yang digunakan.
Pengelolaan ekonomi dapat dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta
tergantung pada karakteristik maupun sejarah dari bangsa tersebut.
Perbedaan sistem perekonomian suatu negara dengan negara lain juga dapat
dilihat dari (a) kepemilikan sumber daya dan faktor produksi, (b) kebebasan
masyarakat untuk berkompetisi, dan (c) peran pemerintah dalam mengatur
kehidupan ekonomi. Fungsi utama dalam pengelolaan perekonomian adalah
untuk (a) mengatur dan mengkoordinasikan kegiatan individu dalam
perekonomian, (b) menyediakan dorongan untuk menghasilkan barang dan
jasa, (c) mengatur pembagian produksi ke seluruh lapisan masyarakat agar
adil dan merata, (d) menciptakan mekanisme dan kebijakan agar distribusi
barang dan jasa dapat berjalan dengan baik. Menurut Nazeri bahwa sistem
perekonomian harus mencakup tiga elemen yaitu (a) kepemilikan komoditas,
properti, dan kekayaan, (b) pemberian kepemilikan, dan (c) Distribusi
kekayaan (Nazeri, 2016).

Sistem ekonomi yang dianut oleh bangsa Indonesia berbeda dengan


sistem ekonomi yang dianut oleh negara-negara lainnya. Negara Indonesia
menggunakan sistem Ekonomi Pancasila karena dianggap sesuai dengan
karakteristik bangsa Indonesia. Pancasila merupakan ideologi dan falsafah
kehidupan bangsa Indonesia. Landasan sistem ekonomi Indonesia yaitu
Pancasila, pembukaan UUD 1945, dan UUD 1945 pada pasal 27, 33, dan 34.

33
DAFTAR PUSTAKA
Achsan, N. A., Fauzi, A. J., & Abdullah, P. (2009). KETERKAITAN INFLASI
DENGAN NILAI TUKAR RIIL: ANALISIS KOMPARATIF ANTARA ASEAN +3, UNI
EROPA, DAN AMERIKA UTARA. Majalah Jurnal, 231-250.
Achsani, N. A. (2010). The Relationship between Inflation and Real Exchange Rate:
Comparative Study between ASEAN+3, the EU and North America. European
Journal of Economics, Finance and Administrative Science, 69-76.
Agustin, G. (2009). Analisis Paritas Daya Beli Pada Kurs Rupiah Terhadap Dollar
Amerika Serikat Periode September 1997-Desember 2007 dengan Menggunakan
Metode Error Correction Model. JESP, 1, 27-38.
Anraini, D. M., & Siregar, E. S. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERMINTAAN VALUTA ASING DI INDONESIA. Jurnal At-
Tasyri'iy, 126-137.
Asari, F. F., Baharuddin, N. S., Jusoh, N., Mohamad, Z., Shamsudin, N., &
Jusoff,K. (2011). A Vector Error Correction Model (VECM) Approach in Explaining
the Relationship Between Interest Rate and Inflation Towards Exchange Rate
Volatility in Malaysia. World Applied Science Journal , 49-56.
Atmadja, A. S. FREE FLOATING EXCHANGE RATE SYSTEM DAN PENERAPANNYA
PADA KEBIJAKSANAAN EKONOMI DI NEGARA YANG BERPEREKONOMIAN KECIL
DAN TERBUKA. Jurnal Akuntansi, 19-29. Awang, M. H. (2016). Determinan

34
LAMPIRAN

Lampiran 1.1

35

Anda mungkin juga menyukai