Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SISTEM EKONOMI DUNIA DAN PENGARUHNYA


TERHADAP BISNIS INTERNASIONAL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Internasional

Dosen Pengampu:
Dr. H. Mashudi, M.Pd. I.

Disusun oleh:
Kelompok 3
1. Muchammad Aris Setia Budi (126402212112)
2. Fuad Salim (126402212136)
3. Shabrina Putri Nur Sayekti (126402212148)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


JURUSAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
MARET 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat, taufik serta hidayah- Nya
sehingga penyusunan makalah dengan judul "Perdagangan Internasional" dapat kami
selesaikan dengan tepat pada waktunya. Selawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa ke zaman
yang penuh cahaya Ilahi. Dengan terselesaikannya pembuatan makalah ini kami sebagai
penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
2. Dr. H. Mashudi, M.Pd. I. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Ekonomi
Internasional.
3. Orang tua yang mendukung baik secara materil dan doa dalam pembelajaran dan
pembuatan makalah ini.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih memiliki kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu kami menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun demi perbaikan ke arah kesempurnaan. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami maupun pembaca. Akhir kata kami
sampaikan terima kasih.

Tulungagung, 12 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
a. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
b. Tujuan ............................................................................................................................. 2
c. Manfaat ........................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3
a. Pentingnya Pengetahuan Teori Ekonomi ....................................................................... 3
b. Teori Perdagangan Internasional .................................................................................... 5
c. Panorama Dunia: Atura Tarif Perpajakan (USA) ......................................................... 12
BAB II PENUTUP .................................................................................................................. 15
a. Kesimpulan .................................................................................................................. 15
b. Saran ............................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah ekonomi merupakan masalah mendasar yang terjadi disemua
negara. Oleh karena itu, dalam menyikapi permasalahan ekonomi tiap negara,
masing-masing negara menganut sistem ekonomi yang sesuai dengan kondisi dan
ideologi negara yang bersangkutan. Peranan pemerintah sebagai regulator di
dalam perekonomian suatu negara di bagi menjadi dua, yaitu jangka panjang dan
jangka pendek. Dimana pada jangka panjang pemerintah harus menghantarkan
masyarakat kepada kemakmuran, kesejahteraan lahir dan batin, serta harus
menghadapi masalah jangka panjang seperti masalah pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan dalam jangka pendek pemerintah di tuntut untuk selalu dapat
membantu menciptakan iklim usaha yang kondusif mendukung semua pihak.
Sistem Ekonomi sangat berpengaruh besar pada keberhasilan pemerintah dalam
mencapai misi memakmurkan dan menyejahterakan perekonomian
masyarakatnya. Bahkan tidak hanya pemerintah, pihak swasta pun menggunakan
sistem ekonomi demi tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan baik untuk diri
sendiri ataupun pihak-pihak lainnya.
Persoalan-persoalan ekonomi pada hakekatnya adalah masalah
transformasi atau pengolahan alat-alat / sumber pemenuh pemuas kebutuhan, yang
berupa faktor-faktor produksi yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam dan
keterampilan (skill) menjadi barang dan jasa. Dewasa ini, masalah ekonomi di
Indonesia dan dunia tertuju pada pengangguran, stabilitas ekonomi, pertumbuhan
ekonomi, dan neraca pembayaran internasional. Semuanya itu merujuk pada
pemilihan sistem ekonomi mana yang akan dipakai oleh suatu negara untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut. Pembahasan sistem ekonomi di dunia
maupun yang diterapkan Indonesia saat ini sangat menarik untuk dibahas karena
menyangkut falsafah yang dipakai tiap-tiap negara untuk mencapai kemakmuran.
Topik tentang sistem ekonomi ini diharapakan bisa menambah pemahaman
tentang sistem ekonomi, cara kerja sistem tersebut dan hasil yang direalisasikan
dari sistem yang diterapkan oleh negara-negara di dunia.

1
B. Rumusan Masalah
1. Kenapa Pentingnya Pengetahuan Teori Ekonomi?
2. Bagaimana Teori Perdagangan Internasional?
3. Bagaimana Panorama dunia Aturan Tarif Perpajakan (USA)?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Pentingnya Pengetahuan Teori Ekonomi
2. Untuk mengetahui Teori Perdagangan Internasional
3. Untuk mengetahui Panorama Dunia Aturan Tarif Perpajakan (USA)

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pentingnya Pengetahuan Teori Ekonomi
Ilmu ekonomi adalah sebuah cabang ilmu dari pengetahuan sosial yang
tidak bisa lepas dalam kehidupan sehari-hari karena melalui ilmu ekonomi inilah
setiap manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, baik sebagai individu
maupun sebagai satu kesatuan. Menurut Suhartati tati & M Fathorazzib (2003:19)
berpendapat bahwa “ilmu ekonomi secara garis besar dibagi menjadi tiga
kelompok, yakni :
1. Ilmu ekonomi deskriptif, yang bertugas mengumpukan keterangan
keterangan factual tentang suatu masalah (hipotesis)
2. Teori ekonomi yang bertugas menjelaskan mekansme kegiatan ekonomi.
(pengujian hipotesis) teori ekonomi ini menjadi dua yakni :
1) Teori ekonomi mikro
2) Teori ekonomi makro
3. Ilmu ekonomi terapan yaitu dengan mengguanakan kesimpulan
kesimpulan yang diperoleh dari teori ekonomi untuk menjelaskan
keterangan keteranagan atau masalah masalah yang dikumpulkan oleh
ilmu ekonomi deskriptif. (kebijakan ekonomi).
Dilihat dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwasanya melalui
ekonomi deskriptif mengumpulkan keterangan keterangan factual yang relevan
mengenai suatu masalah. Yang selanjutnya dilakuakan penganalisisan melalui
teori ekonomi dan kemudian hasil dari analisa didapatlah kesimpulan di dalam
ilmu ekonomi terapan untuk menjelaskan pemecahan masalah yang telah
dikumpulkan.
Focus pemecahan masalah terdapat pada prosesnya yakni di teori mikro
dan makro. Teori ekonomi mikro atau teori harga membahas perilaku ekonomi
mengenai unit pengambilan keputusan individu seperti para konsumen, pemilik
sumber daya, perusahaan serta pasar individu dalam suatu perekonomian bebas.
Teori ekonomi makro berlawanan dengan mikro yang mempelajari tingkat output,
aggrerat, pendapatan nasional, kesempatan kerja dan harga harga komoditi dilihat
secara keseluruhan.

3
1. Landasan Teori
Berikut ini merupakan Landasan landasan teori ekonomi menurut para
ahli ekonomi:
1) Aristoteles
Aristoteles membedakan antara Oikonomos dan Chrematisti.
Menurutnya Oikonomos adalah menyelediki peraturan rumah tangga, dan
Chrematisti adalah mempelajari peraturan-peraturan tukar-
menukar. Pemikiran ini dapat disebut sebagai perintis jalan bagi
berkembangnya teori ilmu ekonomi.
2) Adam Smith
Menurut Adam Smith, ilmu ekonomi adalah :“Ilmu kekayaan atau
ilmu yang khusus mempelajari sarana-sarana kekayaan suatu bangsa
dengan memusatkan perhatian secara khusus terhadap sebab-sebab
material dari kemakmuran, seperti hasil-hasil industri, pertanian dan
sebagainya”
3) Alfred Marshall
Menurut Alfred Marshall, ilmu ekonomi adalah :“Ilmu yang
mempelajari usaha-usaha individu dalam ikatan pekerjaan dalam
kehidupannya sehari-hari. Ilmu ekonomi membahas kehidupan manusia
yang berhubungan dengan bagaimana ia memperoleh pendapatan dan
bagaimana pula ia mempergunakan pendapatan itu”.
4) Paul A. Samuelson
Menurut Paul A. Samuelson, ilmu ekonomi adalah :“studi
mengenai bagaimana cara manusia dan masyarakat sampai pada pilihan
(dengan atau tanpa uang) untuk menggunakan sumber-sumber ekonomi
yang terbatas yang dapat mempunyai kegunaan-kegunaan alternatif untuk
menghasilkan berbagai macam barang dan mendistribusikan untuk
konsumsi baik sekarang maupun masa yang akan datang diantara berbgai
orang dan golongan dalam masyarakat”
5) Alfred W. Stonier
Alfred W. Stonier membagi ilmu ekonomi menjadi 3 kelompok,
yaitu :

4
a. Ilmu ekonomi deskriptif ilmu ekonomi mendiskripsikan data-data yang
menjelaskan berbagai fenomena dan kenyataan yang terjadi.
b. Teori ekonomi ilmu ekonomi memberikan penjelasan yang
disederhanakan tentang caranya suatu sistem ekonomi bekerja dan ciri-
ciri yang penting dari sistem seperti itu.
c. Ilmu ekonomi terapan ilmu ekonomi mempergunakan rangka dasar
umum dan analisis yang diberikan oleh ekonomi teori untuk
menerangkan sebab-sebab dan arti pentingnya kejadian-kejadian yang
dilaporkan oleh para ahli ekonomi deskriptif.1
B. Teori Perdagangan Internasional
1. Teori Klasik
Kemanfaatan Absolut (Absolute Advantage: Adam Smith). Teori ini
lebih mendasarkan pada besaran (variabel) riil bukan moneter sehingga sering
dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan internasional.
Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil
seperti misalnya nilai sesuatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja
yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja
yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut (labor theory of
value). Contoh klasik yang dikemukakan oleh Adam Smith. misalnya, untuk
menangkap seekor harimau diperlukan tenaga kerja empat kali lipat
dibandingkan untuk menangkap seekor kucing. Atas dasar teori nilai tenaga
kerja maka perbandingan nilai/harga harimau dengan kucing adalah 1:4.
Mengapa perbandingan harga mesti demikian (1:4)? Misal- nya, perbandingan
harganya itu 1: 1 maka pencarian harimau akan berkurang karena akan lebih
murah (diukur dengan kerja). Orang terlebih dahulu mencari (memburu)
kucing kemudian ditukarkan dengan harimau di pasar. Akibatnya, penawaran
harimau di pasar akan menurun dan penawaran kucing bertambah sampai
perbandingan nilai tukarnya kembali pada 1:4.
Teori nilai tenaga kerja ini sifatnya sangat sederhana sebab
menggunakan anggapan bahwa tenaga kerja itu sifat- nya homogen serta
merupakan satu-satunya faktor produksi. Dalam kenyataannya bahwa tenaga
1
Erwin Nasution, Teori Ekonomi, dalam
https://www.academia.edu/8176813/TEORI_EKONOMI diakses 11 Maret 2023

5
kerja itu tidak homogen, faktor produksi itu tidak hanya satu serta mobilitas
tenaga kerja tidak bebas. Namun teori itu mempunyai dua manfaat: Pertama,
memungkinkan kita dengan secara sederhana men-jelaskan tentang
spesialisasi dan keuntungan dari pertukaran. Kedua, meskipun pada teori-teori
berikutnya (teori modern) kita tidak menggunakan teori nilai tenaga kerja
namun prinsip teori ini tetap tidak bisa ditinggalkan (tetap berlaku).
Teori absolute advantage Adam Smith yang secara seder- hana
menggunakan teori nilai tenaga kerja dapat dijelaskan dengan contoh sebagai
berikut: misalnya hanya ada dua negara, Amerika dan Inggris memiliki faktor
produksi tenaga kerja yang homogen, menghasilkan dua barang, yakni gan-
dum dan pakaian. Untuk menghasilkan satu unit gandum dan pakaian
Amerika masing-masing membutuhkan 8 unit tena- ga kerja, dan 4 unit tenaga
kerja. Di Inggris setiap unit gandum dan pakaian, masing-masing
membutuhkan tenaga sebanyak 10 unit dan 2 unit.
Kemanfaatan Relatif (Comparative Advantage: J.S Mill)
Teori ini menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan
kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage
terbesar dan mengimpor barang yang memiliki comparative disadvantage,
yaitu suatu barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan meng-
impor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang besar.
Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh
banyaknya tenaga kerja yang dicu- rahkan untuk memproduksi barang
tersebut. Makin banyak tenaga yang dicurahkan untuk memproduksi suatu
barang. makin mahal barang tersebut.
Dengan demikian maka teori comparative advantage dapat
menerangkan berapa nilai tukar dan berapa keuntungan karena pertukaran di
mana kedua hal ini tidak dapat diterangkan oleh teori absolute advantage.
Biaya Relatif (Comparative Cost: David Ricardo)
Titik pangkal teori Ricardo tentang perdagangan inter- nasional adalah
teorinya tentang nilai/value. Menurut dia nilai/value sesuatu barang tergantung
dari banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang
tersebut (labor cost value theory).

6
Pada dasarnya teori comparative cost dan comparative advantage itu
sama, hanya kalau pada teori:
1) Comparative advantage untuk sejumlah tertentu tenaga kerja di masing-
masing negara outputnya berbeda.
2) Sedangkan comparative cost, untuk sejumlah output tertentu, waktu yang
dibutuhkan berbeda antara satu negara dengan negara lain.
Teori-teori klasik tersebut di atas disusun berdasarkan beberapa
anggapan, antara lain: hanya ada 2 negara, 2 barang, keadaan full
employment, persaingan sempurna, mobilitas dalam negara yang tinggi dari
faktor-faktor produksi (tenaga kerja dan kapital) tetapi immobile secara
internasional.
Terhadap teori Klasik ada beberapa kritik:
1) Bahwa tenaga kerja nyatanya tidak homogeny
2) Mobilitas tenaga kerja di dalam negeri mungkin tidak sebebas seperti dalam
anggapan klasik. Hal ini disebabkan oleh ikatan keluarga, ketidaktentuan
tentang pekerjaan yang baru di tempat dan sebagainya.
3) dengan adanya noncompeting group dari tenaga kerja menyebabkan tidak
mungkin nilai suatu barang dinyatakan dengan banyaknya tenaga kerja yang
dibutuhkan.
Namun demikian teori klasik ini masih mengandung kebenaran bahwa
perdagangan bebas/free trade seperti yang dianjurkannya dapat menimbulkan
spesialisasi yang akan menaikkan efisiensi produksi.
Dalam kenyataannya, setiap negara menghasilkan lebih dari satu
macam barang. Apabila jumlah barang serta negara yang berdagang diperluas
tidak hanya satu macam barang serta hanya ada dua negara, prinsip
comparative advantage tetap berlaku.
Semua barang yang dihasilkan oleh satu negara disusun urutan
(ranking) menurut tinggi/rendahnya ongkos produksi atau harga. Setiap negara
akan mengekspor barang yang mempunyai comparative advantage paling
besar, yakni barang yang mempunyai urutan ongkos produksi/harga paling
rendah.

7
Kelemahan Teori Klasik
Teori klasik menjelaskan bahwa keuntungan dari perda- gangan
internasional itu timbul karena adanya comparative advantage yang berbeda
antara dua negara. Teori nilai tenaga kerja menjelaskan mengapa terdapat
perbedaan dalam comparative advantage itu karena adanya perbedaan di
dalam fungsi produksi antara dua negara atau lebih. Jika fungsi produksinya
sama, maka kebutuhan tenaga kerja juga akan sama nilai produksinya sama
sehingga tidak akan terjadi perdagangan internasional. Oleh karena itu syarat
timbulnya perdagangan antarnegara adalah perbedaan fungsi produksi di
antara dua negara tersebut. Namun teori klasik tidak dapat menjelaskan
mengapa terdapat perbedaan fungsi produksi antara dua negara. Teori modern,
mulai dengan anggapan bahwa fungsi produksi itu sama dan menjelaskan
faktor penyebab terjadinya perbedaan dalam comparative advantage adalah
proporsi pemilikan faktor produksi. Teori ini kemudian dikenal dengan faktor
proportions theory oleh Hecksher dan Ohlin.
2. Teori Modern
1) Faktor Proporsi (Hecksher & Ohlin)
Telah dijelaskan di atas bahwa kaum klasik menerangkan
comparative advantage dalam bentuk produktivitas dari tenaganya (labor
productivity). Teori yang lebih modern seperti yang dikemukakan oleh
Hecksher dan Ohlin menyatakan bahwa perbedaan dalam oportunity cost
suatu negara dengan negara lain karena adanya perbedaan dalam jumlah
faktor produksi yang dimilikinya.
Suatu negara memiliki tenaga kerja lebih banyak dari- pada negara
lain, sedang negara lain memiliki kapital lebih banyak daripada negara
tersebut sehingga dapat menyebabkan terjadinya pertukaran.
2) Kesamaan Harga Faktor Produksi (Factor Price Equalization)
Inti dari teori ini adalah bahwa perdagangan bebas cenderung
mengakibatkan harga faktor-faktor produksi sama di beberapa negara.
Dari teori faktor proportions Hecksher- Ohlin, selama negara A
memperbanyak produksi barang X akan mengakibatkan bertambahnya
permintaan tenaga kerja, sebaliknya makin berkurangnya produksi barang

8
Y berarti makin sedikitnya permintaan akan kapital. Hal ini akan
cenderung menurunkan upah (harga daripada tenaga kerja) dan menaikkan
harga daripada kapital (rate of return).
3) Teori Permintaan dan Penawaran
Pada prinsipnya perdagangan antara 2 negara itu timbul karena
adanya perbedaan di dalam permintaan maupun penawaran. Permintaan
ini berbeda misalnya, karena perbedaan pendapatan dan selera sedangkan
perbedaan penawaran misalnya, dikarenakan perbedaan di dalam jumlah
dan kualitas faktor-faktor produksi, tingkat teknologi dan eksternalitas.
a. Constant costs
Keadaan constant costs Production possibilities curve (PPC)
adalah kurva yang menunjukkan berbagai-bagai kombinasi daripada
output yang dapat dihasilkan dengan sejumlah tertentu faktor produksi
yang dikerjakan dengan sepenuhnya (full employment). Ben- tuk
daripada kurva ini tergantung daripada anggapan tentang ongkos
alternatif (opportunity cost) yang digunakan.
b. Increasing cost
Dalam hal increasing cost maka setiap tambahan 1 unit T
pengorbanan W selalu bertambah besar.
Untuk analisa selanjutnya selalu dipakai suatu PPC dengan
keadaan increasing costs karena keadaan ini lebih mendekati realita.
Bersama-sama dengan penggunaan suatu indefference curve (IC)
dapatlah digunakan untuk menjelaskan tentang terjadinya perdagangan
internasional. Perdagangan internasional dapat timbul apabila antara
dua negara itu memiliki:
a) PPC yang sama dan IC berbeda
b) PPC yang berbeda dan IC sama
c) PPC dan IC berbeda.
Prinsip ketiga keadaan ini sama saja, sehingga di sini hanya
dijelaskan salah satu di antaranya, yakni PPC sama dan IC berbeda.
Perbedaan IC ini disebabkan oleh perbedaan dalam pendapatan, rasa
atau preferensi (selera), sedangkan PPC yang sama menunjukkan

9
kesamaan dalam faktor-faktor produksi serta teknik produksi yang
digunakan.
4) Offer Curve
Analisa offer curve dikemukakan oleh James Meade seorang ahli
ekonomi dari Inggris untuk menjelaskan terjadinya keseimbangan harga
internasional. Proses penurunan offer curve ini akan lebih mudah
difahami apabila terlebih dahulu dijelaskan apa yang dimaksud dengan
trade indifference curve.
Untuk menjelaskan konsep trade indifference curve digunakan
anggapan: ada dua negara (yang relatife sama besarnya), serta mempunyai
faktor produksi tenaga dan modal digunakan untuk menghasilkan kedua
macam barang tersebut (digambarkan dengan production possibilities
curve). Kepuasan (welfare) dari masyarakat diwujudkan dengan
indifference curve (community indifference cost curves). Analisanya,
pertama dimulai dengan penurunan trade dan offer curves untuk negara B,
kemudian dengan proses yang sama dilakukan untuk negara A. Akhirnya,
kedua offer curve digabungkan guna menentukan harga serta volume
perdagangan dalam keadaan keseimbangan.
5) Keseimbangan dalam perdagangan
Dengan menggunakan kedua offer curve tersebut di atas, dapatlah
ditentukan volume perdagangan serta harga dalam keadaan keseimbangan,
yakni pada titik potong kedua kurva.
6) Studi Empirik Teori Perdagangan Internasional
Beberapa studi untuk melakukan test terhadap teori perdagangan
khususnya teori Ricardo dan Hecksher-Ohlin hasilnya sangat bervariasi:
ada yang mendukung tetapi ada pula yang tidak sejalan dengan
teori/hipotesanya.
Hipotesa kedua teori tersebut menyangkut tentang kompo
sisi/struktur barang yang diperdagangkan serta pemilikan sumber daya
(factor endowment). Menurut model Ricardo komposisi barang ekspor
atau impor dari satu negara ditentukan oleh produktivitas tenaga kerja
pada masing-masing industri. Suatu negara akan mengekspor barang di

10
mana produktivitas tenaga kerja pada produksi barang tersebut paling
tinggi dan mengimpor barang yang produktivitas tenaga kerjanya paling
rendah. Model Hecksher-Ohlin menyatakan bahwa komposisi barang
ekspor atau impor ditentukan oleh perbandingan pemilikan faktor produksi
tenaga kerja dan modal masing-masing negara dan intensitas penggunaan
faktor produksi pada setiap barang. Suatu negara yang memiliki faktor
produksi modal dalam jumlah yang relatif me- limpah cenderung
mengekspor barang yang padat modal dan sebaliknya negara yang relatif
memiliki faktor produksi tenaga kerja melimpah akan mengekspor barang
yang padat tenaga kerja (labor intensive).
7) Alternatif Teori
Beberapa alternatif teori yang mencoba menjelaskan
komposisi/struktur barang yang diperdagangkan muncul, di antaranya:
a. Ketrampilan (human skills)
Satu ciri yang membedakan negara maju dengan negara
berkembang adalah dalam hal ketrampilan keahlian tenaga kerja.
Secara umum ketram- pilan/keahlian tenaga kerja di negara maju jauh
lebih tinggi baik dalam jumlah, jenis maupun kualitasnya. Oleh karena
itu negara maju cenderung mengekspor barang yang padat tenaga ahli
trampil. Sebaliknya, negara berkembang akan mengekspor barang
yang padat tenaga tidak ahli/trampil.
Untuk mengetest hipotesa tersebut diperlukan data tentang
kandungan tenaga terdidik/ahli atau tidak terdidik untuk setiap barang
yang diperdagangkan, dihubungkan dengan rasio tenaga ahli (trampil
dengan jumlah tenaga) atau dengan menggunakan data upah (upah
sering mencerminkan kualitas tenaga kerja). Korelasi antara dua
variabel tersebut menggambarkan apakah keahlian/ketrampilan dapat
dipakai untuk menjelaskan arah perdagangan internasional suatu
negara.
b. Skala ekonomis (economies of scale)
Menurut teori ini suatu negara yang pasar dalam negerinya
luas cenderung mengekspor barang yang dapat dihasilkan dengan

11
biaya rata- rata menurun dengan makin besarnya skala perusahaan
(eco- nomies of scale). Sebaliknya suatu negara kecil di mana pasar
dalam negerinya sempit cenderung mengekspor barang yang tidak
memenuhi syarat skala perusahaan yang ekono mis.
Untuk membuktikan hipotesa ini perlu dicari hubungan antara
luas pasar dengan jenis barang yang diperdagangkan yang
diklasifikasikan menurut tingkatan proses produksi, yakni apakah
sedang dalam kondisi skala ekonomis atau tidak.
c. Kemajuan teknologi.
Suatu negara yang industrinya telah maju biasanya dapat
menciptakan barang baru, sehingga dapat menikmati pasar luar negeri
untuk produk barunya. Namun lama-kelamaan negara lain meniru
(memproduksi barang tiruan) dan kemudian mengekspomya. Biasanya
negara yang meniru ini mendasarkan pada adanya biaya tenaga kerja
yang murah.
d. Product cycle.
Teori ini menekankan pada standardisasi produk. Untuk produk
baru biasanya masih belum distandar disir. Dengan makin luasnya
pasar serta makin berkembang- nya teknologi proses produksi maka
produk maupun proses produksi semakin distandardisir, bahkan
mungkin nantinya secara internasional ditentukan standardnya.
Sebagai kon- sekuensinya, hipotesa teori ini mengatakan bahwa negara
maju cenderung mengekspor barang yang belum distan- dardisir
sedangkan negara berkembang spesialisasi pada barang yang sudah
distandardisir. Test terhadap hipotesa ini dapat dilakukan dengan
menghubungkan antara tingkat spesialisasi (atau differensiasi) produk
ekspor dengan tingkat industrialisasi.2
C. Panorama Dunia Aturan Tarif Perpajakan (AS)
Pajak merupakan bagian yang paling bernilai untuk menopang anggaran
penerimaan Negara. Oleh karena itu pemerintah negara-negara di dunia menaruh
perhatian yang begitu besar terhadap sektor pajak. Pada umumnya perbedaan

2
Nopirin, Ekonomi Internasional. Yogyakarta: BPFE

12
kepentingan di bidang perpajakan terjadi anatara perusahaan dan pemerintah.
karena pada dasarnya suatu perusahaan akan meminimkan pembayaran pajak
sedangkan pemerintah memaksimalkan pembayaran pajak. Apabila beban pajak
yang ditanggung oleh suatu perusahaan dirasa cukup memberatkan, maka dapat
mendorong manajemen untuk mengatasinya dengan berbagai cara, salah satunya
memanipulasi keuntungan perusahaan.
Di Negara Amerika Serikat memiliki pemerintah federal, Negara bagian,
dan lokal yang terpisah dengan pajak yang dikenakan pada masing-masing tingkat
ini. Setiap Negara dari suatu bangsa pada umumnya didirikan melalui proses
penyatuan. Dalam konteks ini, proses penyatuan merupakan suatu alasan
sekaligus pendekatan atau cara membentuk Negara termasuk di dalamnya
membentuk negara federal.3
Pajak dipungut atas pendapatan, penggajian, property, penjualan,
keuntungan modal, dividen, impor,serta berbagai biaya lainnya. Pada tahun 2010,
pajak yang dikumpulkan oleh pemerintah federal, Negara bagian, dan lokal
berjumlah 24,8% dari PDB di OECD, hanya Chili dan Meksiko yang dikenakan
pajak lebih sedikit sebagai bagian dari PDB mereka. Namun, pajak pendapatan
tenaga kerja secara signifikan lebih tinggi daripada pendapatan modal. Pajak dan
subsidi yang berbeda untuk bentuk pendapatan dan pengeluaran yang berbeda
juga dapat menjadi pajak tidak langsung pada beberapa aktivitas dibandingkan
aktivitas lainnya. Misalnya, dapat dikatakan bahwa pengeluaran individu untuk
pendidikan tinggi akan dikenai pajak yang tinggi dibandingkan dengan bentuk
konsumsi pribadi lainnya yang seacara resmi diakui sebagai investasi.
Pemerintah federal, sebagian besar merupakan Negara bagian, dan
beberapa pemerintah dalam memungut pajak atas pendapatan bersih individu dan
bisnis. Warga Negara dan penduduk dikenakan pajak atas pendapatan di seluruh
dunia dan menerima kredit pajak asing. Penghasilan kena pajak ditentukan oleh
aturan akutansi pajak, bukan prinsip akuntansi, dan mencakup sebagian besar
penghaslian dari sumber mana pun. Sebagian besar pengeluaran bisnis dapat
dikurangkan dari penghasilan kena pajak meskipun beberapa pengeluaran
memiliki batas berlakunya. Individu dapat mengurangi penghasilan kena pajak
3
M. Ramadhan, Negara Federal Dan Eksistensinya. (Padang, Universitas Ekasakti Padang 2022),
hlm. 1

13
untuk keuntungan pribadi dan biaya non-bisnis tertentu, termasuk bunga hipotek
rumah, pajak Negara bagian dan lokal, kontribusi amal, dan biaya medis tertentu
serta biaya lainnya yang melebihi presentase pendapatan tertentu.
Aturan Negara untuk menentukan penghasilan kena pajak seringkali
berbeda dari aturan federal. Tariff pajak marjinal federal berkisar dari 10%
menjadi 39,6% dari penghasilan kena pajak. Tariff pajak Negara bagian dan lokal
sangat bervariasi berdasarkan yuridiksi, dari 0% hingga 13,30% dari pendapatan
dan banyak yang lolos dari perpajakan. Pada umumnya, pajak Negara
diperlakukan sebagai biaya yang dapat dikurangkan untuk perhitungan pajak
federal, meskipun UU pajak tahun 2017 memberlakukan batasan $10.000 untuk
pengurangan pajak Negara bagian dan lokal (PNBL), yang menaikkan tariff pajak
efektif bagi mereka yang berpenghasilan menengah dan tingii dalam tariff pajak
tinggi. sebelum batas pengurangan PNBL, pengurangan rata-rata melebihi
$10.000 di sebagian besar wi;ayah Midwest, dan melebihi $11.000 di sebagian
besar Amerika Serikat bagian Timur Laut, serta California dan Oregon. Negara-
nagara yang paling berdampak adalah wilayah tiga Negara bagian (NY, NJ, dan
CT) dan California. Rata, rata pengurangan PNBL di Negara-negara tersebut lebih
besar dari $17.000 pada tahun 2014.4

4
Andi Nabila, dkk. Bisnis Global. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ilmu ekonomi adalah sebuah cabang ilmu dari pengetahuan sosial yang
tidak bisa lepas dalam kehidupan sehari-hari karena melalui ilmu ekonomi
inilah setiap manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, baik sebagai
individu maupun sebagai satu kesatuan. ekonomi deskriptif mengumpulkan
keterangan keterangan factual yang relevan mengenai suatu masalah. Yang
selanjutnya dilakuakan penganalisisan melalui teori ekonomi dan kemudian
hasil dari analisa didapatlah kesimpulan di dalam ilmu ekonomi terapan
untuk menjelaskan pemecahan masalah yang telah dikumpulkan.
2. Teori klasik ini lebih mendasarkan pada besaran (variabel) riil bukan
moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory)
perdagangan internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan
perhatiannya pada variabel riil seperti misalnya nilai sesuatu barang diukur
dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan
barang. Teori yang lebih modern seperti yang dikemukakan oleh Hecksher
dan Ohlin menyatakan bahwa perbedaan dalam oportunity cost suatu negara
dengan negara lain karena adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi
yang dimilikinya.
3. Pajak merupakan bagian yang paling bernilai untuk menopang anggaran
penerimaan Negara. Oleh karena itu pemerintah negara-negara di dunia
menaruh perhatian yang begitu besar terhadap sektor pajak. Di Negara
Amerika Serikat memiliki pemerintah federal, Negara bagian, dan lokal
yang terpisah dengan pajak yang dikenakan pada masing-masing tingkat ini.
Setiap Negara dari suatu bangsa pada umumnya didirikan melalui proses
penyatuan. Dalam konteks ini, proses penyatuan merupakan suatu alasan
sekaligus pendekatan atau cara membentuk Negara termasuk di dalamnya
membentuk negara federal.
B. Saran
Setelah dilakukannya penyusunan makalah mengenai Perdagangan
Internasional ini diharapkan para pembaca dapat memahaminya dengan

15
seksama agar penyusunan makalah ini bermanfaat bagi semuanya. Kami
menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Maka
dari itu, kami berharap kepada dosen untuk meneliti hasil dari makalah
kelompok kami dan juga disarankan kepada teman-teman untuk mencari
referensi dari sumber lain apabila masih ada yang belum dimengerti.

16
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Erwin. 2014. Teori Ekonomi, dalam


https://www.academia.edu/8176813/TEORI_EKONOMI diakses 11 Maret
2023
Nopirin. 2014. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: BPFE
Ramadhan, M. (2022). Negara Federal dan Eksistensinya. Padang: Universitas
Ekasakti Padang
Nabila, Andi, dkk. (2020). Bisnis Global. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Y.A.I

17

Anda mungkin juga menyukai