Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME KELOMPOK 1

Nama : 1. Indah Nur Hanifah (501171614)

2. Ramida Syafitri (501171724)

3. Silvi Adila Harditya (501171764)

Dosen Pengampu : Mohd Haramen

Kelas :6H

Mata Kuliah : Keuangan Publik Islam

PERAN DAN FUNGSI NEGARA DALAM EKONOMI ISLAM

A. Peran Negara dalam Ekonomi Islam

Islam hadir sebagai sumber kekuatan yang baru pada abad ke-7 Masehi, menyusul
runtuhnya kekaisaran Romawi. Hal ini ditandai dengan berkembangnya peradaban baru
yang sangat mengagumkan. Kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kehidupan sosial lainnya termasuk ekonomi berkembang secara menakjubkan. Fakta
sejarah itu sesungguhnya menunjukkan bahwa islam merupakan sistem kehidupan yang
bersifat komprehensif, yang mengatur semua aspek, baik dalam sosial, ekonomi dan
politik maupun kehidupan yang bersifat spiritual.1

Interaksi antar manusia dalam sebuah wilayah memerlukan suatu kepemimpinan


ataupun institusi negara. Setiap masyarakat memerlukan adanya suatu negara yang dapat
memberikan identitas, perlindungan dan jaminan-jaminan kehidupan sosial kepada
mereka. Negara dapat didefinisikan sebagai suatu organisasi yang mengatur aktivitas-
aktivitas individu dalam hubungannya dengan masyarakat dimana negara itu bertindak
bsebagai kekuatan kolektif melalui perangkat peraturan-peraturan dan hukum-hukum
tertentu (Takariawan,2010).2

Peran negara dalam islam secara khusus pun terbagi menjadi 3, yaitu :

1
Nurul Huda, Alvien Nur Amalia, Ana Shardiana, Emi nurwaheni, Zuhri Hambali, Shandy Dwi
Fernandi, Keuangan Publik Pendekatan Instrumen Kebijakan dalam Perspektif Islam, Jakarta: PT. Alex Media
Computindo, 2015, hlm.6
2
Ibid, hlm.7
1. Membentuk masyarakat dengan tatanan sosial yang solid, berdasarkan keadilan
dan persaudaraan yang universal. 3
2. Mencapai distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil dan merata.4
3. Menciptakan kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial.5

Pada rana kenagaraan yang perlu kita ketahui adalah bagaimana menjadikan
masyarakat sejahtera dan makmur, tanpa melepaskan sendi-sendi keutamaan sebuah negara
itu berdiri. Sebagaimana mengenai tema kesejahteraan rakyat yang dalam perdebatan public
sering kali tidak mendapatkan suatu pemacahan masalah dari permasalahan yang kerap kali
terjadi. Konsep dari negara kesejahteraan (welfare state) itu sendiri dalam beberapa teori
ekonomi dianggap sebagai suatu kemampuan negara dalam memberdayakan masyarakatnya
guna mencapai keadilan sosial. Pemberdayaan masyarakat guna mencapai keadilan sosial
tersebut, terangkum pada beberapa kewajiban suatu negara yaitu dengan menjamin
keamanan, mensuplai pelayanan sosial, mensubsidi biaya sosial, dan mengontrol angka
reproduksi.6

Menurut ilmu ekonomi Islam, negara mempunyai peran penting dalam perekonomian.
Para ulama dan pakar ekonomi Islam sepanjang sejarah telah membahas peran penting
negara dalam perekonomian, Menurut para ulama, dalam ekonomi Islam, negara memiliki
kekuasaan yang paling luas untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, dengan syarat bahwa
tugas itu dilaksanakan dengan cara demokratis dan adil, dimana segala keputusan diambil
sesudah bermusyawarah secukupnya dengan wakil-wakil rakyat yang sebenarnya. Meskipun
Islam memberikan peran kepada negara secara luas, hal itu tidak berarti bahwa konsep
ekonomi Islam mengabaikan kemerdekaan individu. Alquran sebagai sumber pertama ajaran
Islam, menjelaskan tentang peranan negara dalam mekanisme pasar dan dalam perekonomian
secara umum.

Untuk persoalan ekonomi, negara harus menjamin dan memastikan bahwa setiap
warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses dan memanfaatkan sumber
daya ekonomi. Dampaknya, setiap anggota masyarakat akan dapat hidup dengan standar
kebutuhan minimum, seperti makanan, tempat tinggal, kesehatan, pakaian, ibadah, dan
pendidikan, Dengan demikian, negara selayaknya mengatur pemanfaatan sumber daya

3
Ibid, hlm.9
4
Ibid, hlm.13
5
Ibid, hlm.17
6
Suharto Edi, Negara Kesejahtearan dan Reinventing Depsos, Bandung: Alfabeta, 2006, hlm.27
ekonomi tersebut agar dapat terdistribusi secara merata dan adil. Sehingga tidak ada satu pun
bagian dari anggota masyarakat yang terdzalimi haknya baik oleh negara maupun sesama
anggota masyarakat untuk memperoleh hak akses terhadap sumber daya ekonomi tersebut.

Agar keadilan tersebut dapat tercapai, maka negara bisa mengalo- kasikan
pemanfaatan sumber daya sesuai dengan tingkat kepentingan dan ketersediaan sumber daya
ekonomi yang dimiliki oleh suatu negara.7

Tanpa adanya pengalokasian yang bijak, maka akan terjadi inefisiensi dalam
pemanfaatan sumber daya ekonomi. Inefisiensi ini akan memba- wa dampak yang sangat luas
baik dalam dimensi ruang maupun waktu. Salah satu dampaknya adalah terjadinya
ketimpangan pembangunan antarwilayah dalam suatu negara, karena sumber daya ekonomi
yang tidak dialokasikan secara merata untuk masing-masing wilayah.

Prof. Dr. M. Umer Chapra, juga berpandangan bahwa peranan ekonomi yang aktif
oleh negara merupakan segi yang tidak bisa dipisahkan dari sistem ekonomi Islam.
Selanjutnya Chapra menyatakan bahwa penyediaan modal untuk kepentingan sosial serta
penataan jaminan sosial merupakan kewajiban penting negara. Negara juga bertanggung
jawab untuk menciptakan kemantapan (stabilitas) nilai mata uang, selain usaha penghapusan
kemiskinan dan penciptaan kondisi yang sehat untuk pemberian kesempatan kerja yang
penuh (full employment) serta pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dal hal 46 Chapra

Selanjutnya ia menekankan bahwa tata cara untuk mencapai semua itu ialah lewat
pendidikan, bukan paksaan. Menurut Muhammad Nejatullah Ash-Shiddiqi, tak seorangpun
membantah bahwa selama bisa diatasi dengan pendidikan, maka paksaan hendaklah
dihindarkan. Tapi kita tak boleh ragu-ragu, bahwa tujuan Islam harus dapat dicapai. Karena
itu, paksaan dibolehkan, bila usaha lewat pendidikan mengalami kegagalan.

Sementara itu menurut Prof. Dr. Muhammad Nejatullah Ashshiddiqi, peranan negara
mencakup empat macam:

1. Menjamin tegaknya etika ekonomi dan bisnis Islam dari setiap individu melalui
pendidikan, dan bila perlu melalui paksaan.
2. Menciptakan iklim yang sehat dalam mekanisme pasar

7
Nurul Huda Dkk, Keuangan Publik Islami: Pendekatan Teoretis Dan Sejarah, Kencana (Devisi Dari
Prenadamedia Group), Jakarta: Kencana, 2016, hlm. 50
3. Mengambil langkah-langkah positif di bidang produksi dan pembentukan modal, guna
mempercepat pertumbuhan dan menjamin keadilan sosial
4. Perbaikan penyediaan sumber-sumber daya dan distribusi pendapatan yang adil, baik
dengan bimbingan, pengaturan, maupun campur tangan langsung dalam proses
penyediaan sumber daya itu dan distribusi pendapatan.

B. Fungsi Negara dalam Ekonomi Islam

Secara garis besar fungsi Negara yang diungkapkan oleh Yusuf Qordhowi terbagi
menjadi dua yaitu:

1. Negara berfungsi menjamin segala kebutuhan minimum rakyat. Fungsi pertama ini
bermakna bahwa Negara harus menyediakan atau menjaga tingkat kecukupan
kebutuhan minimum dari masyarakat.
2. Negara berfungsi mendidik dan membina masyarakat. Dalam fungsi ini yang menjadi
ruang lingkup kerja Negara adalah menyediakan fasilitas infrastuktur, regulasi,
institusi sumber daya manusia, pengetahuan sekaligus kualitasnya. Sehingga keilmuan
yang luas dan mendalam serta menyeluruh (syamil mutakalimin) tersebut berkorelasi
positif pada pelestarian dan peningkatan keimanan yang telah dimunculkan oleh poin
pertama dari fungsi Negara ini.8

Mengingat betapa pentingnya peran negara dalam Islam, baik dalam hal fungsi atau
teritorial, maka perlu dijabarkan secara mendalam. Begitu juga dampaknya terhadap
ekonomi dan sektor publik. Secara garis besar, fungsi negara dalam mengelola sektor
ekonomi dan publik terbagi atas 2 fungsi, yakni fungsi alokasi dan fungsi distribusi.

1. Fungsi Alokasi Negara

Pada hakikatnya, dalam konsep Islam, fungsi ini harus dapat di 9 jalankan oleh tiga
elemen utama dalam perekonomian, yakni pasar, negara-negara dan organisasi negara
(Faridi, 1983). Ketiganya saling berinteraksi di dalam suatu negara perekonomian, dan
mendorong terjadinya transfer antar elemen sehingga tercipta keadilan dan keseimbangan
perekonomian. Dalam rangka untuk mengalokasikan sumber daya negara di antara anggota

8
Muhammad Abdul Mannan, Islamic Economic : Theory and Practice (Ekonomi Islam : Teori dan
Praktek), terj. Nastangin, Yogyakarta: Dhana Bakti, 1997, hlm. 357
9
Nurul Huda Dkk, Keuangan Publik Islami: Pendekatan Teoretis Dan Sejarah, Kencana (Devisi Dari
Prenadamedia Group), Jakarta: Kencana, 2016, hlm.53
masyarakat, maka ketiga elemen di atas (negara, pasar, dan negara) melakukan integrasi
tindakan sehingga ketiganya memiliki agenda yang komprehensif untuk mengelola negara.
Jika ketiga elemen tersebut saling berkoordinasi dalam tindakan dan kebijakannya, maka
kemungkinan terjadi tumpang-tindih kebijakan akan dapat diminimali- sasi. Dengan
demikian, sumber daya yang dimiliki oleh suatu negara akan menjadi lebih optimal dalam
pemanfaatannya.

2. Fungsi Distribusi

Jika di dalam fungsi alokasi, negara mengatur bagaimana seharusnya alokasi sumber
daya ekonomi dapat dimanfaatkan secara adil dan efisien, maka dengan fungsi distribusi ini,
negara harus memastikan bahwa seluruh anggota masyarakat dapat menikmati hasil-hasil dari
pembangunan berupa tercukupinya kebutuhan hidup minimum. Ada beberapa pilar yang
harus terpenuhi oleh negara untuk men- jalankan fungsi distribusinya (Ahmad, 1995), yaitu:

a. Supremasi atas kepentingan sosial dibanding kepentingan pribadi.


b. Penentuan standar publik mengenai kebutuhan dasar minimum.
c. Melarang adanya konsentrasi kekayaan dan eksploitasi.
d. Kebijakan yang mengutamakan sektor riil dan melarang penggunaan suku
bunga.10

10
Ibid, hlm. 62
DAFTAR PUSTAKA

Edi, Suharto. 2006. Negara Kesejahtearan dan Reinventing Depsos, Bandung: Alfabeta

Huda, Nurul Dkk. 2016. Keuangan Publik Islami: Pendekatan Teoretis Dan Sejarah,

Kencana (Devisi Dari Prenadamedia Group), Jakarta: Kencana

Huda, Nurul, Amalia, Nur Alvien, Shardiana Ana, Emi nurwaheni, Zuhri Hambali, Shandy

Dwi Fernandi. 2015. Keuangan Publik Pendekatan Instrumen Kebijakan dalam

Perspektif Islam. Jakarta: PT. Alex Media Computindo

Mannan, Muhammad Abdul. 1997. Islamic Economic : Theory and Practice (Ekonomi

Islam: Teori dan Praktek), terj. Nastangin, Yogyakarta: Dhana Bakti

Anda mungkin juga menyukai