Anda di halaman 1dari 7

Peran pemerintah dalam perekonomian

Rasionalitas peran pemerintah


Pada dasar nya peranan pemerintah dalam perekonomiam yang isalmi, memiliki dasar
rasionalitas yang kokoh. Dalam pandangan islam, peran pemerintah di dasari oleh beberapa
argumnetasi. Pertama derivasi dari konsep kekhalifahan, kedua, konsekuesni adanya
kewajiban-kewajiban kolektif (fardh – kifayah) dan yang terakhir adanya kegagalan pasar dalam
merealisasika falah.Pemerintah adalah pemegang  amanah Allah untuk menjalankan tugas-
tugas kolektif dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan serta tata kehidupan yang baik
bagi seluruh umat.
Pemerintah adalah agen dari Tuhan ataukhalifatullahuntuk merealisasikan falah. Sebagai
pemegang amanah Tuhan , ksistensi dan peran pemrintah ini memiliki landasan yang kokoh
dalam al quran dan sunnah, baik secara eksplisit maupun implisit. Kehidupan rasululllah dan
khulafaurrasyidin merupakan teladan yang amat baik bagi eksistensi pemerntah. Dasar dalam
menjalankan amanah tersebut pemerintah akan menjunjung tinggi prinsip musyawarah sebagai
salah satu mekanisme pengambilan keputusan yang penting dalam islam. 

Dengan demikian pemerintah pada dasarnya sekaligus  memegang amanah dari masyarakat.
Fardh Kifayah merupakan suatu kewajiban yang di tujukan kepada masyarakat , diaman jika
keajiban ini di langgar, maka seluruh masyarakat akan menanggung dosa sementara  jika telah
dilaksanakan (bahkan hanya oleh satu orang), maka seluruh masyarakat akan terbebas dari
kewajiban tersebut , dengan kata lain jika individu gagal menjalankan kewajiban tersebut, maka
ia akan menjai beban (dosa) publik.

Selain pada shalat jenazah , konsep fardh -k ifayah mengacu pada segala kepentingan
masyarakat dimana jika tidaka ada masyarakat yang melakukan nya, maka seluruh masyarakat
akan terkena kerugian . Beberapa contoh dari hal ini misalnya kewajiban untuk membangun
industri yang menyediakan kebutuhan dasar  (dharurat) dan kebutuhan pokok (hajiyyah)
seperti tranportasi , pendidikan, pelayanan medis, dan lain-lain. Jika tidak ada anggota
masyarakat  yang bersedia untuk mengusahakannya, maka seluruh masyarakat menderita
kerugian.
Pemerintah dapat memiliki peran penting dalam menjalankan fardh-kifayah ini karena
kemungkinan masyarakat gagal untuk menjalankannya  atau tidak dapat menjalankannya
dengan baik. Kemugkinan kegagalan masyarakat dalam menjalankan fardh- kifayah ini di
sebabkan beberapa hal yaitu pertama, asimetri dan kekurangan informasi, kedua, pelanggaran
moral, dan yang terakhir kekurangan sumber daya  atau kesulitan teknis
Masyarkat kemungkinan tidak memiliki informasi yang memadai tentang adanya suatu
kewajiban publik, sehingga mereka tidak melaksanakannya.. Dalam kenyataan, pemerintah
biasanya memiliki  informasi yang lebih lengkap dan akurat. Di bandingkan dengan masyarakat,
karena pemerintah memiliki sumber daya yang lebih baik dalam mencari dan mengolah
inforamasi. 

Seandai nya informasi tentang  kewajiban publik ini diketahui masyarakat, maka belum tentu
mereka akan dapat menjalankannya karena alasan rendahya  kesadran masyarakat terhadap
kewajiban publik rendah , maka karena tidak akan melakukannya , meskipun mengetahui  
adanya kewajiban ini.  Bahkan masyarakat kemungkinan juga akan mengabaikan   atau
setidaknya tidak dapat melaksanakan  kewajiban publik dengan baik karena ketiadaan sumber
daya  atau keahlian yang di butuhkan . Jika salah satu atau ketiga hal ini terjadi , maka pemerin
tah   harus mengambil alih kewajiban kewaijban publik tersebut

Ruang lingkup peran pemerinntah


elakangan ini, telaah tentang peranan negara dalam kehidupan ekonomi keuangan semakin
banyak mendapat perhatian, terutama setelah munculnya krisis demi krisis baik di Amerika
Serikat, Eropa maupun wilayah dunia lainnya. Dalam analisis terapi penyembuhan krisis
tersebut, teori Keynes banyak diangkat ke permukaan. Majalah Newsweek pernah memasang
besar-besar tulisan We are all Keynesians dalam sampul depannya. Sejumlah pakar ekonomi
(konvensional) Indonesia juga ikut-ikutan meneriakkan kembali pentingnya revitalisasi
mazhab Keynesians. Mereka mengklaim, bahwa semua negara saat ini kembali melirik Keynes
setelah sebelumnya berbondong-bondong  mencampakkan Keynes untuk berselingkuh dengan
kapitalisme neoliberal sejak tahun 1970-an. Padahal seribu tahun sebelum Keynes, ratusan
ulama dan pakar ekonomi Islam sudah merumuskan pentingnya peran negara dalam
perekonomian. Tapi sayangnya para pakar ekonomi Indonesia tidak punya akses keilmuan
terhadap ilmu ekonomi Islam.
Menurut ilmu ekonomi Islam, negara mempunyai peran penting dalam perekonomian. Para
ulama dan pakar ekonomi Islam sepanjang sejarah telah membahas peran penting negara
dalam perekonomian, Menurut  para ulama,  dalam ekonomi Islam, negara memiliki kekuasaan
yang paling luas untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, dengan syarat bahwa tugas itu
dilaksanakan dengan cara demokratis dan adil, dimana segala keputusan diambil sesudah
bermusyawarah secukupnya dengan wakil-wakil rakyat yang sebenarnya. Meskipun Islam
memberikan peran kepada negara secara luas, hal itu tidak berarti bahwa konsep ekonomi
Islam mengabaikan kemerdekaan individu.
Alquran sebagai sumber pertama ajaran Islam, menjelaskan tentang peranan negara dalam
mekanisme pasar dan dalam perekonomian secara umum.
Dalam konteks ini Al-Mubarak dalam buku Nizaham al-Islam al-Iqtishadi, mengutip ayat Alquran
surah Al-Hadid ayat 25 :
Sesungguhnya kami telah mengutus Rasul-Rasul kami dengan membawa bukti–bukti yang nyata
dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan. Dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat
dan berbagai manfaat bagi manusia (supaya mereka menggunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agamanya) dan Rasul Rasul-Nya, padahal Allah tidak
dilihatnya, Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
Mengomentari ayat tersebut, Muhammad Al-Mubarak mengatakan, bahwa penyebutan
keadilan dan besi secara bersamaan dalam ayat ini menunjukkan pentingnya penegakan
keadilan dengan kekuatan (kekuasaan), yang dalam ayat tersebut disebutkan enggan besi.
Dengan demikian, negara hendaknya menggunakan kekuatan, jika dibutuhkan, untuk
mewujudkan keadilan dan mencegah kezaliman dalam kegiatan ekonomi dan bisnis.
Dr.Abdul Sattar dalam kitab Al-Muamalah fil Islam, merumuskan kandungan ayat di atas sbb :
Pertama, bahwa tujuan utama risalah ilahiyah (dalam kitab & syari’ah) adalah menegakkan
aturan (nizham) yang adil dalam muamalah di antara manusia
Kedua, Menegakkan aturan syariah yang adil mesti dengan peranan negara
(kekuasaan/kekuatan (besi), setelah dakwah dan tabligh/komunikasi dilaksanakan (hlm.17)
Para penguasa pada periode Islam yang pertama sangat menyadari tanggung jawab mereka
selaku Kepala Negara terhadap perekonomian, terutama terhadap  pemenuhan kebutuhan
dasar seluruh warga negara. Keempat khalifah pertama yang berkuasa, memerintah negara
Islam setelah wafatnya Nabi SAW, telah menganggap pemenuhan kebutuhan dasar, sebagai
salah satu tujuan dasar dari kebajikan negara.
Dalam periode Abu Bakar (Khalifah pertama), ada segolongan penduduk yang enggan
membayar zakat. Penolakan membayar zakat dianggap sebagai penentangan terhadap negara,
sehingga tindakan bersenjata dilakukan untuk memaksa mereka membayar zakat.
Khalifah kedua, Umar, juga sangat menyadari tanggung jawab ini, sehingga ia mengumumkan,
“jika seekor unta mati tanpa perawatan di tepi Sungai Eufrat, saya takut Allah akan meminta
pertanggung jawaban saya terhadap hal itu di akhirat. Pernyataan ini mengandung makna yang
dalam, betapa seorang penguasa memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap rakyatnya.
Jangankan manusia yang tidak bisa makan karena busung lapar, misalnya, seekor hewan saja
yang mati karena kelalaian penguasa, menjadi tanggung jawab penguasa.
Catatan sejarah juga menunjukkan bahwa ada beberapa contoh pada periode ini, dimana pada
daerah-daerah Daulah Islamiyah, tidak ditemukan seorangpun warga negara yang fakir miskin,
karena mendapat perhatian serius dari negara.
Para ahli fikih Islam telah menulis secara mendalam mengenai prinsip pemenuhan kebutuhan.
Mereka semua setuju bahwa secara umum, pemenuhan kebutuhan dasar merupakan
kewajiban negara dan masyarakat, sehingga tak seorangpun dijumpai yang tak bisa memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya.
Para  ahli fikih Islam berpandangan bahwa perlindungan hukum harus diberikan sesuai dengan
prinsip pemenuhan kebutuan, sehingga setiap warga negara bisa melapor ke pengadilan, agar
mendapatkan jaminan pelaksanaan atas prinsip tersebut.
Peranan Negara
Dalam politik ekonomi Islam, negara bertugas dan bertanggung jawab untuk menegakkan
keadilan dalam ekonomi, mencegah terjadinya setiap kezhaliman serta menindak para
pelanggar hukum di bidang ekonomi. Usaha mewujudkan itu, dapat dilakukan dengan kekuatan
aparat pemerintah (tangan besi), apabila kondisi membutuhkannya sebagaimana yang
dijabarkan di atas berdasarkan ayat Alquran Al-Hadid ayat 25.
Dalam pembahasannya, mengenai peran negara dalam ekonomi, Muhammad Al Mubarak,
dalam buku Nizam al-Islam, menyatakan bahwa negara merupakan salah satu dari tiga
sokoguru sistem ekonomi Islam bersama-sama dengan iman (moral) dan prinsip-prinsip
organisasi ekonomi.
Fungsi negara adalah untuk menegakkan keadilan ekonomi, pasar dan menjamin terpenuhinya
kebutuhan dengan mengatur fasilitas–fasilitas umum dan sistem jaminan sosial.
Aswaf Ali, dalam disertasi doktornya, Political Economy of the Islamic State,menyimpulkan
bahwa filsafat kemasyarakatan Islam menggambarkan suatu masyarakat ekonomi yang
didasarkan pada peranan negara yang luas di dalam bidang perekonomian, perdagangan dan
keuangan.
Sementara itu, Dr. Fazlur Rahman mengatakan bahwa dalam kepentingan dasar dari keadilan
sosial ekonomi, negara harus mencampuri pribadi warga negara, sejauh keadilan sosial
ekonomi menuntutnya.
Prof. Dr. M. Umer Chapra, juga berpandangan bahwa peranan ekonomi yang aktif oleh negara
merupakan segi yang tidak bisa dipisahkan dari sistem ekonomi Islam. Selanjutnya Chapra
menyatakan bahwa penyediaan modal untuk kepentingan sosial serta penataan jaminan sosial
merupakan kewajiban penting negara. Negara juga bertanggung jawab untuk menciptakan
kemantapan (stabilitas) nilai mata uang, selain usaha penghapusan kemiskinan dan penciptaan
kondisi yang sehat untuk pemberian kesempatan kerja yang penuh (full employment) serta
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dal hal 46 Chapra
Selanjutnya ia menekankan bahwa tata cara untuk mencapai semua itu ialah lewat pendidikan,
bukan paksaan. Menurut Muhammad Nejatullah Ash-Shiddiqi, tak seorangpun membantah
bahwa selama bisa diatasi dengan pendidikan, maka paksaan hendaklah dihindarkan. Tapi kita
tak boleh ragu-ragu, bahwa tujuan Islam harus dapat dicapai. Karena itu, paksaan dibolehkan,
bila usaha lewat pendidikan mengalami kegagalan.
Di antara tindakan paksaan yang dibolehkan, guna melindungi masyarakat umum adalah
pembatasan-pembatasan kebebasan pribadi dalam bertindak, seperti pengaturan kegiatan
bisnis, penentuan harga barang-barang tertentu, perpajakan, pajak progressif, nasionalisasi,
pembatasan pemilikan, penetapan denda-denda keuangan. Demikian pula isi Undang-undang
yang berkaitan dengan monopoli, hak-hak konsumen, hak cipta, dsb.
Untuk pelaksanaan tujuan ini, menjadi kewajiban negara untuk menyediakan sumber-sumber
daya, khususnya sumber-sumber yang langka, atau intervensi pasar ketika kekuatan pasar
berjalan tak terkendali.
Sementara itu menurut Prof. Dr. Muhammad Nejatullah Ashshiddiqi, peranan negara
mencakup empat macam.
1. Menjamin tegaknya etika ekonomi dan bisnis Islam dari setiap individu melalui pendidikan,
dan bila perlu melalui paksaan.
2. Menciptakan iklim yang sehat dalam mekanisme pasar.
3. Mengambil langkah-langkah positif di bidang produksi dan pembentukan modal, guna
mempercepat pertumbuhan dan menjamin keadilan sosial.
4. Perbaikan penyediaan sumber-sumber daya dan distribusi pendapatan yang adil, baik dengan
bimbingan, pengaturan, maupun campur tangan langsung dalam proses penyediaan sumber
daya itu dan distribusi pendapatan.
 Jaminan Sosial
Jaminan sosial menjadi rukun ekonomi Islam. Tanggung jawab langsung negara tentang jaminan
sosial, didasarkan atas hak umum seluruh rakyat terhadap sumber-sumber alam. Oleh karena
adanya warga negara yang tak mampu bekerja , atau cacat atau tua renta, mereka juga
mempunyai hak yang sama terhadap sumber-sumber alam tersebut. Sistem jaminan sosial ini
diatur di zaman Nabi SAW dan berfungsi secara efektif pada periode Islam pertama dan pda
periode sesudahnya.
Para ulama fiqh  secara rinci   membahas kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
seluruh warga negara. Alqur’an dan Sunnah telah berulang kali menekankan pemberian
makanan kepada mereka yang sedang kelaparan. Demikian pula pemenuhan kebutuhan gizi
bagi setiap orang, harus diperhatikan untuk meringankan penderitaan kaum miskin. Kebutuhan
dasar lainnya yang menempati prioritas tinggi adalah pakaian dan perumahan.
Selain makanan, pakaian dan perumahan yang diperlukan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup, masih terdapat kebutuhan lain yang harus diperhatikan negara, seperti
kebutuhan memelihara agama (ad-din), akal, dan keturunan. Kebutuhan memelihara akal
diwujudkan melalui pembangunan pendidikan dan sarana pendidikan, Kebutuhan memelihara
jiwa diwujudkan dengan pendirian rumah sakit dan pelayanan kesehatan yang memadai bagi
rakyat, termasuk alokasi dana untuk keamanan, kepolisian, militer dan aparat terkait.
Kebutuhan keturunan diwujudkan dengan dorongan nikah dan larangan zina.
Untuk mewujudkan berbagai kebutuhan dasar manusia, negara membuat regulasi di bidang
pidana, perdata, keuangan dan sebagainya dalam bentuk perundang-undangan dan peraturan.
Menurut Baqir al-Sadr, selain melaksanakan perundangan yang relevan, negara berkewajiban
memberikan jaminan sosial, menjamin pemenuhan kebutuhan bagi setiap warga negara.
Baqir Al-Sadr menunjukkan bahwa pembentukan perbendaharan negara merupakan sarana
untuk menunaikan tanggung jawab ini. Berkaitan dengan distribusi pendapatan ia menekankan
bahwa hal itu tidak berkaitan dengan keharusan kesamaan pendapatan, tapi standar hidup
tertentu, yakni teratasinya kemiskinan absolute. Kemiskinan absolute inilah yang bisa
diberantas. Sedangkan kemiskinan relatif tak mungkin diwujudkan, sekalipun dalam ekonomi
sosialisme. Jadi menurutnya, dalam Islam dimungkinkan ada perbedaan-perbedaan yang tidak
menyolok antara satu individu dengan individu lain
Menurut Imam Nawawi, adalah kewajiban negara untuk memberi makan mereka yang lapar
dan memberi pakaian kepada mereka yang tidak punya cukup pakaian. Ibnu Khaldun juga
menegaskan biaya yang harus ditanggung negara untuk menjamin kehidupan masyarakat
miskin, penuhilah kebutuhan orang miskin, anak yatim dan para janda. Berilah upah kepada
orang buta, orang yang mengajarkan Al-Quran atau yang menghafalnya. Dan selama tidak
memberatkan kas negara didirikan rumah sakit di tengah masyarakat muslim disertai dengan
orang-orang yang sabar merawatnya dan dokter-dokter yang mengobatinya.
Selain tanggung jawab memenuhi kebutuhan pokok, negara punya fungsi penting untuk
membuat perundang-undangan baru yang mengatur dan memberikan bimbingan dalam
kehidupan ekonomi.
Arus Produksi dan Distribusi
Sistem ekonomi Islam berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis yang menganut faham lassez
faire. Dalam Islam, pemerintah harus mengatur arus produksi dan distribusi, khusunya
mencegah terjadinya kecendrungan dan praktek monopolistik.
Ada beberapa prioritas langkah yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan distributif
tersebut.
1. Sistem zakat dan kharaj sangat efektif untuk mengalihkan surplus kekayaan dari orang kaya
kepada orang-orang miskin.
2. Negara harus mengamati dan mengatur pemerataan distribusi sumber daya alam. Ekonomi
Islam tidak membenarkan terjadinya penumpukan asset sumber daya alam pada sekelompok
orang tertentu saja. Penguasaan sumber daya alam yang dikuasai swasta harus dibatasi,
misalnya, lima ribu hektar sawit.
3. Jasa layanan masyarakat yang menghasilkan keuntungan, seperti kereta api, pos dan telegraf,
listrik, air dan gas, harus dikelola negara.
4. Jasa layanan masyarakat yang tidak menghasilkan , seperti jalan raya, tempat umum, tempat
parkir dan sebagainya, perlu disubsidi pemerintah dengan menggalakkan sumbangan para
donatur. 

Anda mungkin juga menyukai