Anda di halaman 1dari 17

AB 46 03

1501223112 1501223044

1501223364 1501223385
Sistem politik yang dianut negara Indonesia
adalah demokrasi Pancasila.
Istilah Demokrasi Pancasila hanya dikenal di
Indonesia. Demokrasi yang bersumber pada nilai-nilai
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan.
Sistem ekonomi Pancasila pertama kali disebutkan di
salah satu artikel karangan Dr. Emil Salim pada 1967.
Dalam artikel tersebut, ekonomi Pancasila dapat
dipahami sebagai sistem ekonomi pasar dengan kendali
pemerintah. Sistem ini dibangun menggunakan paham
liberal dengan menjunjung nilai individualisme dan
kebebasan pasar yang ditambah dengan nilai-nilai
Pancasila.
Ekonomi Pancasila sebenarnya dibentuk untuk
mengubah perekonomian kolonial menjadi nasional
kala itu.
1. Kelebihan Sistem Ekonomi Pancasila
Perekonomian nasional diutamakan untuk
kemakmuran seluruh rakyat.
1. Kekurangan Sistem Ekonomi Pancasila
Adanya dominasi negara dalam pengelolaan
perekonomian berpotensi meredam dan mematikan
daya kreasi dan inovasi masyarakat.
Dalam berbisnis sangatlah penting
mempertimbangkan risiko politik dan pengaruhnya
terhadap organisasi. Hal ini patut dipertimbangkan
karena perubahan dalam suatu tindakan maupun
kebijakan politik di suatu negara dapat menimbulkan
dampak besar pada sektor keuangan dan
perekonomian negara tersebut. Risiko politik umumnya
berkaitan erat dengan pemerintahan serta situasi politik
dan keamanan di suatu negara.
Ditetapkan dalam Pasal 33 UUD NRI 1945, apa yang
tersurat dan tersirat merupakanlandasan utama bagi
implementasi Ekonomi Pancasila untuk mencapai
masyarakatadil dan makmur. Namun demikian, bukan berarti
semua kegiatanekonomi harus dilakukan oleh koperasi
dan/atau badan usaha milik negara. Perusahaan
swastadiperbolehkan memasuki sektor-sektor yang
produksinya tidak mempengaruhihajat hidup orang banyak.
Kinerja Ekonomi Indonesia belum sesuai dengan
sistem ekonomi Pancasila. Sistem Ekonomi Pancasila belum
dapat diimplementasikan karena kurangnya kemauanpolitik
untuk dilaksanakan oleh pemerintah pusat.
Pengelolaan sistem keuangan yang baik
akan menghindarkan adanya
kemungkinan kerugian dan potensi
terjadinya penyalahgunaan keuangan
perusahaan yang bertentangan
` dengan
nilai agama atau ketuhanan yang maha
esa.
Memberikan gaji dan fasilitas karyawan
sesuai dengan tingkat kinerja, tanggung
jawab dan risiko yang diberikan pada
perusahaan adalah implementasi dari
nilai kemanusiaan yang adil
` dan beradab.
Menghasilkan produk usaha terbaik, tidak
bertentangan dengan nilai dan norma
masyarakat serta bermanfaat bagi seluruh rakyat
Indonesia adalah wujud dari sila ke-3. Dengan
produk yang baik dan bermanfaat
` bagi banyak
orang maka kita bisa berharap bahwa produk itu
bisa digunakan dan tidak menimbulkan masalah
dalam pemanfaatannya.
Dengan adanya kebersamaan dan
musyawarah dalam perusahaan untuk
memutuskan segala masalah menyangkut
usaha adalah wujud dari sila ke-4 yang
mengutamakan adanya permusyawaratan.
`
Adanya proses distribusi yang baik dan
produk yang bisa dimanfaatkan banyak
pihak, sehingga timbul pemerataan
pemasaran terhadap produk hasil usaha
adalah implementasi dari sila
` keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada awal pemerintahan Orde Baru, pemerintah
mencanangkan pembangunan ekonomi dan industri. Pada waktu itu
posisi pengusaha dalam negeri masih dalam keadaan yang tidak kuat
untuk berdiri sendiri. Akibatnya, pemerintah (negara) menjadi dominan
dalam perekonomian. Pengusaha menggantungkan diri kepada
pemerintah. Hal ini menimbulakan konsekuensi yaitu pemerintah
menjadi mesin pertumbuhan ekonomi atau dengan kata lain
pemerintah menjadi sumber penggerak investasi dan pengalokasian
kekayaan nasional. Dalam hal ini pemerintah tidak hanya menyediakan
proyek, kontrak, konsesi pengeboran minyak dan eksploitasi hutan,
serta lisensi agen tunggal, melainkan juga kredit besar dan subsidi.
Pemerintah juga menunjang dengan kebijakan proteksi serta
pemberian hak monopoli impor dan pasar.
Struktur dan pandangan rezim Orde Baru telah menjadikan
kalangan bisnis dan profesional merasa lebih mudah dan aman untuk
mengikuti keadaan daripada mencoba mendorongnya ke arah lain
yang lebih sehat. Kecenderungan ini dengan sendirinya
memperluaskan korupsi, kolusi, dan penyalahgunaan kekuasaan pada
zaman Orde Baru. Pada era reformasi, gejala-gejala itu sulit dihilangkan
karena telah mengakar di setiap lembaga negara, maupun di kalangan
bisnis dan profesional. Masalahnya bukan hanya korupsi yang sulit
diatasi, tetapi juga hilangnya orientasi terhadap kepentingan
masyarakat luas dan lemahnya kemauan untuk merombak sistem
politik, termasuk lembaga-lembaga negara yang amat perlu diperbaiki,
struktur ekonomi, dan hubungan antara warga negara dan negara.

Anda mungkin juga menyukai