BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Contoh:
NILAI KRITERIA
NO MASALAH TOTAL
U S G R
Kurang energi protein
1. 3 4 5 4 17
pada balita
F. Revolusi Mental
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), revolusi adalah perubahan yang cukup
mendasar dalam suatu bidang, sedangkan mental adalah bersangkutan dengan batin dan watak
manusia, yang bukan bersifat badan dan tenaga. Dengan demikian dapat ditarik benang merah dari
istilah ini bahwa revolusi mental menyangkut keadaan kejiwaaan, roh, spiritual dan nilai-nilai (vested
interest) yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang dalam sebuah ruang lingkup kecil atau
bahkan dalam sebuah Negara. Revolusi Mental menurut Ir. Soekarno adalah suatu gerakan untuk
menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja,
bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala. Hal ini dikatakan ketika peringatan Hari
Kemerdekaan RI 17 agustus 1956.
Mengutip kamus Webster Dictionary, kata revolusi punya beberapa makna. Pertama, kata
revolusi dikaitkan dengan pergerakan sebuah benda seperti bintang atau planet dalam
orbitnya. Makna lain adalah perubahan radikal dari sesuatu. Masih ada arti lain, yaitu penggulingan
sebuah pemerintahan atau bentuk pemerintahan atau sistem sosial dengan cara kekerasan dan
diganti dengan sistem yang lain seperti Revolusi Perancis (1789), Revolusi Amerika pada tahun 1775,
Revolusi China pada tahun 1911 atau Revolusi Rusia pada tahun 1917. Dengan kamus yang sama,
kata mental diartikan sebagai pikiran atau intelek.
Arti kata “revolusi” dapat dilihat dari sebuah buku yang berjudul The Structure of Scientific
Revoultions (1962) yang ditulis oleh Thomas Khun. Ia mengatakan bahwa semua bentuk perubahan
atau inovasi yang terjadi dalam sebuah paradigma (dalam sebuah spektrum cara pandang yang
sama) disebut “normal” science. Namun, perubahan atau inovasi yang menimbulkan sebuah cara
pandang yang baru, disebut revolution. Dengan kata lain, revolusi membutuhkan sebuah paradigm
shift, atau perubahan cara pandang. Pertanyaan berikutnya adalah cara pandang seperti apa yang
dibutuhkan untuk mewujudkan Revolusi Mental? Yaitu sebuah paradigma yang dapat membangkitkan
lima karatkter bangsa, yang masing-masing ada di Pancasila, termasuk ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Dengan demikian, Pancasila bukan saja
sebagaiweltanschaung, tetapi juga merupakan karakter bangsa kita.
Istilah ‘Revolusi Mental’ banyak dipakai dalam sejarah pemikiran, manajemen, sejarah politik
dan bahkan sejarah musik. Penggunaan itu terjadi baik di dunia Barat maupun Timur, baik oleh pemikir
Islam, Kristiani, Hinduisme maupun (Zen) Buddhisme. Bung Karno pun pernah menggunakan istilah
ini dalam pidato 17 Agustus 1956)
Menurut Koentjaraningrat (1974), bahwa isu mentalitas manusia dalam konteks
pembangunan, mewajibkan mengapresiasi suatu nilai budaya yang berorientasi ke masa depan, yaitu
suatu sifat hemat, suatu hasrat untuk bereksplorasi dan berinovasi; suatu pandangan hidup yang
menilai tinggi prestasi (achievement) dari karya; suatu nilai yang kurang berorientasi vertilal (ke atas);
suatu nilai yang lebih percaya kepada kemampuan sendiri; berdisiplin murni dan berani mengambil
tanggung jawab sendiri. Dikatakan bahwa sifat-sifat ini belum secara mantap sebagai identitas mental
kedirian (Self) dari sebagian besar anak bangsa kita. Yang menonjol justru sifat-sifat atau sikap mental
yang kontra-produktif dari tuntutan pembangunan, seperti sikap mental yang cenderung suka
menerabas (suap dan nepotisme) dalam meraih gelar pendidikan, jabatan dan kekayaan ketimbang
melalui upaya kerja keras dan berprestasi. Sementara itu, mengenai tanggung jawab dan penegakkan
hukum, implementasinya relatif masih lemah, tidak konsisten, diskriminatif, irasional dan serba ‘ragu’
dalam menetapkan atau memutuskan suatu kebijakan. Dapat dikatakan sikap-sikap mental seperti
ini, telah membawa implikasi kepada bangsa kita, di mana sampai saat ini, masih mengalami kesulitan
untuk keluar dari krisis sosial, dan ekonomi.
Mochtar Lubis (1978), dalam bukunya yang berjudul ‘Cermin Indonesia’, pernah
mengidentifikasi ciri-ciri manusia Indonesia yang dianggap merupakan ciri mentalitas yang tidak dapat
dibanggakan sebagai bangsa yang beradab. Bangsa yang menyandang ideologi Pancasila dan UUD
45 sebagai acuan dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; dan ‘fanatik’ dengan kehidupan
‘ke-agamaan-nya’ dipandang sebagai alasan untuk menyatakan bahwa salah satu ciri yang tidak
dapat dibanggakan ini, adalah ciriHipokrit alias Munafik.
Istilah ‘mental’ adalah nama bagi genangan segala sesuatu menyangkut cara hidup, misalnya:
‘mentalitas zaman’. Di dalam cara hidup ada cara berpikir, cara memandang masalah, cara merasa,
mempercayai/meyakini, cara berperilaku dan bertindak. Namun kerap muncul anggapan bahwa
‘mental’ hanyalah urusan batin yang tidak terkait dengan sifat ragawi tindakan dan cirri fisik benda-
benda dunia. Daya-daya mental seperti bernalar, berpikir, membuat pertimbangan dan mengambil
keputusan memang tidak ragawi (tidak kasat mata), tetapi dunia mental tidak mungkin terbangun
tanpa pengalaman ragawi. Pada gilirannya, daya-daya mental pun dibentuk dan menghasilkan
perilaku serta tindakan ragawi. Kelenturan mental, yaitu kemampuan untuk mengubah cara berpikir,
cara memandang, cara berperilaku/bertindak juga dipengaruhi oleh hasrat (campuran antara emosi
dan motivasi)..
Kekeliruan memahami pengertian mental (dan bahkan ada yang menyempitkannya ke
kesadaran moral) membuat seolah-olah perubahan mental hanyalah soal perubahan moral yang tidak
ada hubungannya dengan hal-hal ragawi seperti soal-soal struktural ekonomi, politik, dsb. Padahal
kesadaran moral, atau hati nurani yang mengarahkan orang ke putusan moral yang tepat, hanyalah
salah satu buah daya-daya mental yang terdidik dengan baik.
Revolusi Mental melibatkan semacam strategi kebudayaan. Strategi kebudayaan berisi
haluan umum yang berperan memberi arah bagaimana kebudayaan akan ditangani, supaya tercapai
kemaslahatan hidup berbangsa. Strategi berisi visi dan haluan dasar yang dilaksanakan berdasarkan
tahapan, target setiap tahap, langkah pencapaian dan metode evaluasinya.
Bila kata revolusi mental Jokowi diartikan, pengertian yang paling dekat adalah sebuah
gerakan yang masif atau perubahan yang radikal yang berkaitan dengan mental. Dalam kisah-kisah
klasik, perubahan radikal pernah terjadi. Confucius pernah mengatakan bahwa perubahan dalam
sebuah negara bisa terjadi secara masif bila dimulai dari pemimpin. Bahkan ia juga mengatakan
bahwa pengaruh seorang raja yang bijaksana bisa sampai ke ujung bumi, melampaui batas
kerajaannya.
Tentu perubahan radikal bisa terjadi dalam diri seseorang. Ketika seorang mendengar sebuah
ide atau inspirasi, perubahan mental yang radikal dapat dialami. Sekalipun fakta-fakta sejarah telah
mengungkapkan kisah-kisah perubahan dramatis, tidak dapat dipungkiri bahwa kekuatan yang
merusak selalu bekerja secara evolusi maupun radikal dalam diri setiap orang. Kekuatan ini
menunggu saat-saat yang paling tepat bahkan pelan-pelan ia dapat menyelinap ke dalam pikiran
orang-orang yang dianggap mampu menguasai pikiran sekalipun.
Pikiran begitu dinamis; pikiran begitu lincah dan kreatif. Saat ini ia memikirkan sesuatu, dalam
hitungan detik ia bisa memikirkan yang lain. Dalam pikiran, bisa muncul loncatan ide dari yang satu
ke ide yang lain dan bukan tidak mungkin pikiran-pikiran yang revolusioner yang bersifat merusak
muncul. Apakah perubahan radikal yang positif seperti yang telah dituliskan di atas akan mengiringi
Revolusi Mentalnya Jokowi?
Menurut Jokowi tentang revolusi mental berarti warga Indonesia harus mengenal karakter
orisinal bangsa. Indonesia, sebut Jokowi, merupakan bangsa yang berkarakter santun, berbudi
pekerti, ramah, dan bergotong royong. Dia mengatakan, karakter tersebut merupakan modal yang
seharusnya dapat membuat rakyat sejahtera.
BAB III
PEMBAHASAN
2. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat) adalah metode perencanaan
strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam
suatu perumusan strategi. Analisis internal dan eksternal organisasi dilakukan demi mengetahui
dimensi apa saja yang mempengaruhi organisasi baik dari dalam organisasi. Hal ini dilakukan untuk
menggambarkan bagaimana interaksi organisasi dengan lingkungan eksternalnya.
Interaksi/hubungan dalam hal ini akan memperlihatkan bagaimana memanfaatkan sumber daya
internal organisasi dalam mengelola sumber daya eksternal sehingga terjadi optimalisasi terhadap
potensi yang ada dan kemungkinan peluang dimasa datang.
a) Analisis lingkungan internal: kekuatan dan kelemahan
Dalam suatu lembaga atau organisasi pasti memiliki kekuatan dan kelemahan baik itu dalam
segi struktural maupun fungsional. Kekuatan dan kelemahan suatu lembaga tersebut merupakan
suatu kondisi internal yang harus dianalisis agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan lebih
baik.
Analisis lingkungan internal adalah mengeksplorasi lingkungan internal organisasi untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dihadapi organisasi. Beberapa faktor eksternal yang
menjadi kekuatan di lingkungan organisasi pengadilan adalah sebagai berikut:
1. Anggaran yang besar (Sumber daya keuangan)
Faktor keuangan merupakan hal yang sangat penting untuk menjalankan fungsi pemerintahan
atau kegiatan pemerintahan. Karena hampir tidak ada kegiatan pemerintahan yang tidak
membutuhkan biaya (uang). semakin besar jumlah uang yang tersedia semakin banyak pula
kemungkinan kegiatan atau pekerjaan yang dapat dilaksanakan. Tersedianya anggaran yang akan
memungkinkan organisasi dalam mengembangkan dirinya dan mempermudah organisasi dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang dibebankan kepadanya. Analisis yang dapat
disimpulkan adalah bahwa ketersediaan angaran merupakan faktor pendorong bagi berjalannya
organisasi dan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Sumber daya keuangan juga menjamin
kelancaran dan kesinambungan organisasi.
2. Peraturan perundang-undangan yang jelas
Undang-undang yang dimiliki bangsa Indonesia jelas sehingga para penegak hukum
mempunyai pedoman dalam pemutusan perkara. Kemudian dengan adanya UU tersebut, para
stakeholder mengetahui apa yang menjadi tugas dan kewajibannya serta prosedur formal yang harus
dilaksanakan.
3. Penghasilan Hakim yang tinggi
Penghasilan hakim yang besar menjadi salah satu kekuatan agar para penegak hukum tidak
mempunyai alasan lagi untuk korupsi. Pemerintah selalu memperhatikan kesejahteraan hakim melalui
pemberian tunjangan yang yang tinggi.
4. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana merupakan unsur penunjang yang sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan tugas dan fungsi. Jadi dapat dikatakan bahwa keterbatasan sarana dan prasarana yang
cukup lengkap dimiliki oleh instansi pengadilan merupakan salah satu faktor kekuatan pada organisasi
dalam menjalankan tugas-tugas.
5. Wewenang yang besar dalam memutuskan suatu perkara
Faktor-faktor eksternal yang menjadi kelemahan di lingkungan organisasi pengadilan adalah
sebagai berikut:
1. Kompetensi SDM yang rendah
Sumber daya manusia merupakan tenaga operasional utama yang menentukan apakah
organisasi dapat berjalan dan berkembang dengan baik. Untuk mengemban dan melaksanakan tugas
dan fungsi penegakan hukum tentunya membutuhkan sumber daya manusia yang unggul, kompeten
dan profesional. Hal ini sangat penting mengingat kualitas kinerja yang bagus akan diperoleh dari
tenaga pelaksana yang profesional dan berdedikasi tinggi. Realita menunjukkan bahwa secara
kualitas dan kuantitas, organisasi pengadilan belum mengasilkan kinerja maksimal dalam
menegakkan hukum. Sehingga menurut penulis sumber daya manusia baik kualitas maupun kuantitas
menjadi kelemahan yang harus dipenuhi organisasi karena merupakan faktor penentu tegaknya suatu
organisasi.
2. Kualitas kinerja
3. Kuantitas kinerja
Kesimpulan Analisis Faktor Internal (Internal Factor Evaluation)
STRENGTH (KEKUATAN) Bobot Rating Bobot X Rating
- Anggaran yang besar 2 3 6
- Undang-undang yang jelas 3 3 9
- Penghasilan hakim yang tinggi 1,5 2 3
- Sarana dan Prasarana yang lengkap 2 4 8
- Wewenang yang besar dalam memutuskan 1,5 3 4,5
suatu perkara
10 15 30,5
WEAKNESS (KELEMAHAN)
- Kompetensi SDM yang rendah 4 2 8
- Kualitas kinerja 3 3 9
- Kuantitas kinerja 3 3 9
10 8 26
Dari kuadran diatas didapat bahwa posisi strategi untuk mengatasi permasalahan adalah
berada dikuadran I, maka strategi yang dikembangkan adalah strategi Agresif.
d) Mengidentifikasi isu-isu strategis yang dihadapi Berdasarkan Analisis SWOT Matrix
SWOT Matrix menggambarkan berbagai alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh
organisasi. Karenanya tidaklah mengherankan jika kemudian ada 4 alternatif strategi yang tersedia
yaitu strategi SO, WO, ST dan WT. Data dan informasi yang digunakan oleh masing-masing strategi
ini diperoleh dari matrix EFE dan IFE. Oleh karena itu sebelum menghasilkan SWOT Matrix,
pembuatan EFE (External Factor Evaluation) dan IFE (Internal Factor Evaluation) tentu saja menjadi
hal yang harus didahulukan terlebih dahulu.
Matrik SWOT untuk mengidentifikasi isu-isu strategis
STRENGTHS WEAKNESSES
1. Anggaran yang besar (Sumber 1. Kompetensi SDM yang
daya keuangan) rendah
LINGKUNGAN 2. Kualitas kinerja
INTERNAL
2. Peraturan perundang- 3. Kuantitas kinerja
LINGKUNGAN undangan yang jelas
EKSTERNAL 3. Penghasilan Hakim yang tinggi
4. Sarana dan prasarana
5. Wewenang yang besar dalam
memutuskan suatu perkara
1. Tes Litmus untuk isu strategis: Meningkatkan kualitas SDM dengan Menggunakan anggaran yang
tersedia
NO PERTANYAAN SKOR
Operasional Strategis
1 2 3
1. Apakah isu termasuk dalam Tidak - Ya
agenda yang dipikirkan oleh
dewan pengambil keputusan
kebijakan organisasi?
2. Apakah isu tersebut Tidak - Ya
merupakan/termasuk dalam
agenda pimpinan eksekutif
organisasi?
3. Kapan isi strategis berupa Sekarang Tahun 2 tahun atau
tantangan atau peluang ada depan lebih dari
dihadapan anda? sekarang
4. Seberapa luas isu tersebut akan Unit/Bagian Beberapa Seluruh
berpengaruh kepada organisasi? Tunggal bagian bagian
5. Seberapa banyak resiko Kecil Sedang Besar
keuangan/peluang keuangan (<10 span=""> (10%- (>25%)
organisasi? 25%)
6. Akankah strategi bagi pemecahan
isi akan memerlukan:
a. Pengembangan sasaran dan Tidak Ya
program pelayanan baru?
b. Perubahan signifikan dalam Tidak Ya
keuangan atau anggaran?
c. Perubahan signifikan dalam Tidak Ya
peraturan perundang-undangan?
d. Penambahan sarana dan Tidak Ya
prasarana?
e. Penambahan Staf yang Tidak Ya
signifikan?
7. Bagaimana pendekatan terbaik Jelas, siap untuk Parameter Terbuka luas
bagi pemecahan isu diimplementasikan luas agak
terperinci
8. Tingkat manajemen terendah Pegawas Kepala Kepala
manakah yang dapat menetapkan Staf lini bidang Dinas
bagaimana menanggulangi isu?
9. Konsekuensi yang mungkin Ada gangguan Kekacauan Kekacauan
terjadi bila isu ini tidak inefisiensi pelayanan pelayanan
diselesaikan? kihilangan jangka
sumber panjang dan
dana biaya besar,
merosotnya
penghasilan
10. Berapa Instansi/ Dinas Tidak ada 1-3 Empat atau
lainnya yang dipengaruhi isu ini instansi lebih
dan harus dilibatkan dalam
pemecahan?
11. Bagaimana sensitifitas atau Lunak Sedang Keras
beban isu terhadap aspek sosial,
politik, ekonomi dan kultural
komunitas
Keterangan = yang dipilih
2. Tes Litmus untuk isu strategis: Mengoptimalkan sarana dan prasarana dalam membangun
kerjasama dengan pihak kepolisian dan kejaksaaan
NO PERTANYAAN SKOR
Operasional Strategis
1 2 3
1. Apakah isu termasuk dalam Tidak - Ya
agenda yang dipikirkan oleh
dewan pengambil keputusan
kebijakan organisasi?
2. Apakah isu tersebut Tidak - Ya
merupakan/termasuk dalam
agenda pimpinan eksekutif
organisasi?
3. Kapan isi strategis berupa Sekarang Tahun 2 tahun atau
tantangan atau peluang ada depan lebih dari
dihadapan anda? sekarang
4. Seberapa luas isu tersebut akan Unit/Bagian Beberapa Seluruh
berpengaruh kepada organisasi? Tunggal bagian bagian
5. Seberapa banyak resiko Kecil Sedang Besar
keuangan/peluang keuangan (<10 span=""> (10%- (>25%)
organisasi? 25%)
6. Akankah strategi bagi
pemecahan isi akan memerlukan:
a. Pengembangan sasaran dan Tidak Ya
program pelayanan baru?
b. Perubahan signifikan dalam Tidak Ya
keuangan atau anggaran?
c. Perubahan signifikan dalam Tidak Ya
peraturan perundang-undangan?
d. Penambahan sarana dan Tidak Ya
prasarana?
e. Penambahan Staf yang Tidak Ya
signifikan?
7. Bagaimana pendekatan terbaik Jelas, siap untuk Parameter Terbuka luas
bagi pemecahan isu diimplementasikan luas agak
terperinci
8. Tingkat manajemen terendah Pegawas Kepala Kepala
manakah yang dapat menetapkan Staf lini bidang Dinas
bagaimana menanggulangi isu?
9. Konsekuensi yang mungkin Ada gangguan Kekacauan Kekacauan
terjadi bila isu ini tidak inefisiensi pelayanan pelayanan
diselesaikan? kihilangan jangka
sumber panjang dan
dana biaya besar,
merosotnya
penghasilan
10. Berapa Instansi/ Dinas Tidak ada 1-3 Empat atau
lainnya yang dipengaruhi isu ini instansi lebih
dan harus dilibatkan dalam
pemecahan?
11. Bagaimana sensitifitas atau Lunak Sedang Keras
beban isu terhadap aspek sosial,
politik, ekonomi dan kultural
komunitas
Keterangan = yang dipilih
3. Tes Litmus untuk isu strategis: Mengoptimalkan pengawasan dari KPK, Mahkamah konstitusi dan
LSM dalam penggunaan kewenangan
NO PERTANYAAN SKOR
Operasional Strategis
1 2 3
1. Apakah isu termasuk dalam Tidak - Ya
agenda yang dipikirkan oleh
dewan pengambil keputusan
kebijakan organisasi?
2. Apakah isu tersebut Tidak - Ya
merupakan/termasuk dalam
agenda pimpinan eksekutif
organisasi?
3. Kapan isi strategis berupa Sekarang Tahun 2 tahun atau
tantangan atau peluang ada depan lebih dari
dihadapan anda? sekarang
4. Seberapa luas isu tersebut akan Unit/Bagian Beberapa Seluruh
berpengaruh kepada organisasi? Tunggal bagian bagian
5. Seberapa banyak resiko Kecil Sedang Besar
keuangan/peluang keuangan (<10 span=""> (10%- (>25%)
organisasi? 25%)
6. Akankah strategi bagi
pemecahan isi akan
memerlukan:
a. Pengembangan sasaran dan Tidak Ya
program pelayanan baru?
b. Perubahan signifikan dalam Tidak Ya
keuangan atau anggaran?
c. Perubahan signifikan dalam Tidak Ya
peraturan perundang-undangan?
d. Penambahan sarana dan Tidak Ya
prasarana?
e. Penambahan Staf yang Tidak Ya
signifikan?
7. Bagaimana pendekatan terbaik Jelas, siap untuk Parameter Terbuka luas
bagi pemecahan isu diimplementasikan luas agak
terperinci
8. Tingkat manajemen terendah Pegawas Kepala Kepala
manakah yang dapat menetapkan Staf lini bidang Dinas
bagaimana menanggulangi isu?
9. Konsekuensi yang mungkin Ada gangguan Kekacauan Kekacauan
terjadi bila isu ini tidak inefisiensi pelayanan pelayanan
diselesaikan? kihilangan jangka
sumber panjang dan
dana biaya besar,
merosotnya
penghasilan
10. Berapa Instansi/ Dinas Tidak ada 1-3 Empat atau
lainnya yang dipengaruhi isu ini instansi lebih
dan harus dilibatkan dalam
pemecahan?
11. Bagaimana sensitifitas atau Lunak Sedang Keras
beban isu terhadap aspek sosial,
politik, ekonomi dan kultural
komunitas
Keterangan = yang dipilih
Setelah masing-masing isu diberi skor untuk tiap-tiap pertanyaan yang diberikan oleh tes litmus,
maka diperoleh hasil sebagai berikut:
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam makalah ini, sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penulisan maka puncak
dari analisis dimaksud adalah untuk merumuskan strategi yang dapat dilakukan dalam implementasi
revolusi mental.
1. Melalui metode USGR dalam menentukan prioritas masalah, didapatlan bahwa masalah
prioritas dalam pelaksanaan revolusi mental adalah penegakan hukum.
2. Dari analisis swot yang dilakukan dalam pelaksanaan revolusi mental maka yang pertama
diperbaiki adalah penegakan hukum di pengadilan dan strategi yang digunakan adalalah
Mengoptimalkan pengawasan dari KPK, Mahkamah konstitusi dan LSM dalam penggunaan
kewenangan. Dengan pengawasan KPK, MA dan LSM maka diharapkan hakim bisa
melaksanakan tugasnya secara benar sesuai dengan peraturan yang berlaku dan adil dalam
memutuskan suatu perkara.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah diperlukan adanya kerjasama dari semua pihak dalam
menegakkan hukum di negeri ini, termasuk masyarakat, pejabat negara dan aparatur penegak
hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Alisson, Michael & Kaye, Jude. 2005. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba. Jakarta:Buku
Obor.
Basri, Faisal. 2005. Perencanaan strategis. Jakarta: Obor
Bryson, John.M. 1999, Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
David, Fred R. 2004. Manajemen Strategis. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Liou, Kuotsai Tom. 2000. Strategic Management and Economic Development. New York: Marcel
Decker, Inc.
Nawawi, Hadari. 2005. Manajemen Stratejik Orgnisasi Non Profit Bidang Pemerintahan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Salusu, J,. 1996. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Non Profit. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Tangkilisan, Hiessel Nogi S, Drs, M.Si. 2003. Manajemen Modern Untuk Sektor Publik: Strategic
Management, Total Quality Management, Balanced Scorecard, Scenario Planning. Yogyakarta:
Balairung & Co.
_______.2014.Revousi Mental Dan Strategi Kebudayaan.http://www.nefosnews.com (20 Oktober
2014).
______2014.Pengertian Revolusi Mental. http://www.jokowi.id/opini/mengartikan-revolusi-mental/.
(20 Oktober 2014).