Anda di halaman 1dari 30

PENENTUAN PRIORITAS MASALAH MELALUI METODE USGR

DAN PENENTUAN STRATEGI DALAM IMPLEMENTASI REVOLUSI


MENTAL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kemampuan setiap warga negara untuk mandiri memenuhi kebutuhan hidupnya (berdikari
secara ekonomi) menjadi modal utama pembangunan nasional. Untuk mewujudkan kemandirian
tersebut, masyarakat perlu kembali kepada nilai-nilai luhur bangsa, yakni prinsip kegotong-royongan,
kejujuran dan kekeluargaan serta keinginan kuat memanfaatkan potensi dengan berbasis kearifan
lokal. "Masyarakat Indonesia harus segera mengimplementasi prinsip-prisnip revolusi mental untuk
menghadapi persaingan global yang sangat ketat," kata Pakar Politik Bambang Wiwoho dalam
Seminar Ekonomi Kerakyatan 'Revolusi Mental Mewujudkan Ekonomi Berdikari' di Ruang Djarum
Hall, Pertamina Tower Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM Bulaksumur, Jumat (4/9/2015).
Menurut Wiwoho, di negara-negara maju, prinsip revolusi mental juga diaplikasikan meski
dengan sebutan lain. Seperti spirit 'Bushido' yang diterapkan pemerintah Jepang untuk
masyarakatnya, dan terbukti membawa kemajuan. Sementara di Indonesia, revolusi mental bisa
dimulai dengan membudayakan etos kerja berdasar semangat gotong-royong untuk mengolah
potensi yang dimiliki. Revolusi mental harus diimplementasikan semua komponen, mulai dari elit
hingga rakyat bawah. "Penerapan revolusi mental tidak perlu menunggu kebijakan atau sistem dari
pemerintah, namun harus dimulai sekarang," katanya.
Reformasi yang dilaksanakan di Indonesia sejak tumbangnya rezim Orde Baru Soeharto
tahun 1998 baru sebatas melakukan perombakan yang sifatnya institusional. Ia belum menyentuh
paradigma, mindset, atau budaya politik kita dalam rangka pembangunan bangsa (nation building).
Agar perubahan benar-benar bermakna dan berkesinambungan, dan sesuai dengan cita-cita
Proklamasi Indonesia yang merdeka, adil, dan makmur, kita perlu melakukan revolusi mental. Nation
building tidak mungkin maju kalau sekadar mengandalkan perombakan institusional tanpa melakukan
perombakan manusianya atau sifat mereka yang menjalankan sistem ini. Sehebat apa pun
kelembagaan yang kita ciptakan, selama ia ditangani oleh manusia dengan salah kaprah tidak akan
membawa kesejahteraan. Sejarah Indonesia merdeka penuh dengan contoh di mana salah
pengelolaan (mismanagement) negara telah membawa bencana besar nasional.
Kita melakukan amandemen atas UUD 1945. Kita membentuk sejumlah komisi independen
(termasuk KPK). Kita melaksanakan otonomi daerah. Dan, kita telah banyak memperbaiki sejumlah
undang-undang nasional dan daerah. Kita juga sudah melaksanakan pemilu secara berkala di tingkat
nasional/daerah. Kesemuanya ditujukan dalam rangka perbaikan pengelolaan negara yang
demokratis dan akuntabel. Namun, di saat yang sama, sejumlah tradisi atau budaya yang tumbuh
subur dan berkembang di alam represif Orde Baru masih berlangsung sampai sekarang, mulai dari
korupsi, intoleransi terhadap perbedaan, dan sifat kerakusan, sampai sifat ingin menang sendiri,
kecenderungan menggunakan kekerasan dalam memecahkan masalah, pelecehan hukum, dan sifat
oportunis. Kesemuanya ini masih berlangsung, dan beberapa di antaranya bahkan semakin
merajalela, di alam Indonesia yang katanya lebih reformis.
Korupsi menjadi faktor utama yang membawa bangsa ini ke ambang kebangkrutan ekonomi
di tahun 1998 sehingga Indonesia harus menerima suntikan dari Dana Moneter Internasional (IMF)
yang harus ditebus oleh bangsa ini dengan harga diri kita. Terlepas dari sepak terjang dan kerja keras
KPK mengejar koruptor, praktik korupsi sekarang masih berlangsung, malah ada gejala semakin
luas. Demikian juga sifat intoleransi yang tumbuh subur di tengah kebebasan yang dinikmati
masyarakat. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi yang pesat malah memacu sifat kerakusan dan
keinginan sebagian masyarakat untuk cepat kaya sehingga menghalalkan segala cara, termasuk
pelanggaran hukum. Jelas reformasi, yang hanya menyentuh faktor kelembagaan negara, tidak akan
cukup untuk menghantarkan Indonesia ke arah cita-cita bangsa seperti diproklamasikan oleh para
pendiri bangsa. Apabila kita gagal melakukan perubahan dan memberantas praktik korupsi,
intoleransi, kerakusan, keinginan cepat kaya secara instan, pelecehan hukum, dan sikap oportunis,
semua keberhasilan reformasi ini segera lenyap bersama kehancuran bangsa. Dalam pembangunan
bangsa, saat ini kita cenderung menerapkan prinsip-prinsip paham liberalisme yang jelas tidak sesuai
dan kontradiktif dengan nilai, budaya, dan karakter bangsa Indonesia. Sudah saatnya Indonesia
melakukan tindakan korektif, tidak dengan menghentikan proses reformasi yang sudah berjalan, tetapi
dengan mencanangkan revolusi mental menciptakan paradigma, budaya politik, dan pendekatan
nation building baru yang lebih manusiawi, sesuai dengan budaya Nusantara, bersahaja, dan
berkesinambungan.
Gagasan revolusi mental yang diluncurkan presiden terpilih Joko Widodo mendapat respons
positif dari berbagai kalangan, baik dari teknokrat, agamawan, maupun para pendidik. Ide revolusi
mental bermula dari kegalauan yang dirasakan masyarakat di berbagai ruang kehidupan. Revolusi
mental harus segera dilakukan. Mengingat, pertama, gagalnya rezim Orde Baru dalam melaksanakan
pembangunan, yang belum menyentuh paradigma, mindset, atau budaya politik dalam rangka
pembangunan bangsa (nation building). Kedua, tradisi atau budaya yang tumbuh subur dan
berkembang di alam represif Orde Baru masih berlangsung hingga sekarang, mulai korupsi,
intoleransi terhadap perbedaan, dan sifat kerakusan hingga sifat ingin menang sendiri,
kecenderungan menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah, pelecehan hukum, dan sifat
oportunis. Semua itu masih berlangsung dan beberapa di antaranya bahkan makin merajalela di alam
Indonesia yang terkenal ramah ini.
Dalam melaksanakan revolusi mental, kita dapat menggunakan konsep Trisakti yang pernah
diutarakan Bung Karno dalam pidatonya tahun 1963 dengan tiga pilarnya, “Indonesia yang berdaulat
secara politik”, “Indonesia yang mandiri secara ekonomi”, dan “Indonesia yang berkepribadian secara
sosial-budaya”. Terus terang kita banyak mendapat masukan dari diskusi dengan berbagai tokoh
nasional tentang relevansi dan kontektualisasi konsep Trisakti Bung Karno ini.
Kedaulatan rakyat sesuai dengan amanat sila keempat Pancasila haruslah ditegakkan di Bumi
kita ini. Negara dan pemerintahan yang terpilih melalui pemilihan yang demokratis harus benar-benar
bekerja bagi rakyat dan bukan bagi segelintir golongan kecil. Kita harus menciptakan sebuah sistem
politik yang akuntabel, bersih dari praktik korupsi dan tindakan intimidasi.
Semaraknya politik uang dalam proses pemilu sedikit banyak memengaruhi kualitas dan
integritas dari mereka yang dipilih sebagai wakil rakyat. Kita perlu memperbaiki cara kita merekrut
pemain politik, yang lebih mengandalkan keterampilan dan rekam jejak ketimbang kekayaan atau
kedekatan mereka dengan pengambil keputusan. Kita juga memerlukan birokrasi yang bersih, andal,
dan kapabel, yang benar-benar bekerja melayani kepentingan rakyat dan mendukung pekerjaan
pemerintah yang terpilih. Demikian juga dengan penegakan hukum, yang penting demi menegakkan
wibawa pemerintah dan negara, menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdasarkan hukum.
Tidak kalah pentingnya dalam rangka penegakan kedaulatan politik adalah peran TNI yang kuat dan
terlatih untuk menjaga kesatuan dan integritas teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Di bidang ekonomi, Indonesia harus berusaha melepaskan diri dari ketergantungan yang
mendalam pada investasi/modal/bantuan dan teknologi luar negeri dan juga pemenuhan kebutuhan
makanan dan bahan pokok lainnya dari impor. Kebijakan ekonomi liberal yang sekadar
mengedepankan kekuatan pasar telah menjebak Indonesia sehingga menggantung pada modal
asing. Sementara sumber daya alam dikuras oleh perusahaan multinasional bersama para
“komprador” Indonesia-nya.
Reformasi 16 tahun tidak banyak membawa perubahan dalam cara kita mengelola ekonomi.
Pemerintah dengan gampang membuka keran impor untuk bahan makanan dan kebutuhan lain.
Banyak elite politik kita terjebak menjadi pemburu rente sebagai jalan pintas yang diambil yang tidak
memikirkan konsekuensi terhadap petani di Indonesia. Ironis kalau Indonesia dengan kekayaan
alamnya masih mengandalkan impor pangan. Indonesia secara ekonomi seharusnya dapat berdiri di
atas kaki sendiri, sesuai dengan amanat Trisakti. Ketahanan pangan dan ketahanan energi
merupakan dua hal yang sudah tidak dapat ditawar lagi. Indonesia harus segera mengarah ke sana
dengan program dan jadwal yang jelas dan terukur. Di luar kedua sektor ini, Indonesia tetap akan
mengandalkan kegiatan ekspor dan impor untuk menggerakkan roda ekonomi. Kita juga perlu meneliti
ulang kebijakan investasi luar negeri yang angkanya mencapai tingkat rekor beberapa tahun terakhir
ini karena ternyata sebagian besar investasi diarahkan ke sektor ekstraktif yang padat modal, tidak
menciptakan banyak lapangan kerja, tetapi mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya.
Pilar ketiga Trisakti adalah membangun kepribadian sosial dan budaya Indonesia. Sifat ke-
Indonesia-an semakin pudar karena derasnya tarikan arus globalisasi dan dampak dari revolusi
teknologi komunikasi selama 20 tahun terakhir. Indonesia tidak boleh membiarkan bangsanya larut
dengan arus budaya yang belum tentu sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa kita. Sistem pendidikan
harus diarahkan untuk membantu membangun identitas bangsa Indonesia yang berbudaya dan
beradab, yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral agama yang hidup di negara ini. Akses ke pendidikan
dan layanan kesehatan masyarakat yang terprogram, terarah, dan tepat sasaran oleh nagara dapat
membantu kita membangun kepribadian sosial dan budaya Indonesia.
Meski sangat sederhana, konsep yang ditawarkan Joko Widodo itu didasari oleh pemikiran
yang sangat fundamental, filosofis, dan empiris sehingga mampu menyentuh akar persoalan.
Masalahnya, revolusi mental dimulai dari mana? Pikiran begitu dinamis; pikiran begitu lincah dan
kreatif. Saat ini ia memikirkan sesuatu, dalam hitungan detik ia bisa memikirkan yang lain. Dalam
pikiran, bisa muncul loncatan ide dari yang satu ke ide yang lain dan bukan tidak mungkin pikiran-
pikiran yang revolusioner yang bersifat merusak muncul. Pertanyaan tentang revolusi mental pun
mencuat dalam diskusi dengan tajuk jargon tersebut di Balai Kartini, Jumat (17/10/2014).
Jawaban Jokowi sendiri atas pertanyaan tentang revolusi mental dalam diskusi pada Jumat
petang tersebut dipandu oleh presenter Najwa Shihab. Jokowi memulai jawabannya dengan
menyebutkan tentang sebuah keharusan. Menurut dia, revolusi mental berarti warga Indonesia harus
mengenal karakter orisinal bangsa. Indonesia, sebut Jokowi, merupakan bangsa yang berkarakter
santun, berbudi pekerti, ramah, dan bergotong royong. Dia mengatakan, karakter tersebut merupakan
modal yang seharusnya dapat membuat rakyat sejahtera. "Tapi saya juga ndak tahu kenapa, sedikit
demi sedikit (karakter) itu berubah dan kita tidak sadar. Yang lebih parah lagi tidak ada yang nge-rem.
Yang seperti itulah yang merusak mental," ujar Jokowi. Perubahan karakter bangsa tersebut, kata
Jokowi, merupakan akar dari munculnya korupsi, kolusi, nepotisme, etos kerja tidak baik, bobroknya
birokrasi, hingga ketidaksiplinan. Kondisi itu dibiarkan selama bertahun-tahun dan pada akhirnya hadir
di setiap sendi bangsa. "Oleh sebab itu, saya menawarkan ada sebuah revolusi mental," ujar
Jokowi. Terminologi "revolusi", kata Jokowi, tidak selalu berarti perang melawan penjajah. Menurut
dia, kata revolusi merupakan refleksi tajam bahwa karakter bangsa harus dikembalikan pada aslinya.
"Kalau ada kerusakan di nilai kedisiplinan, ya mesti ada serangan nilai-nilai ke arah itu. Bisa
mengubah pola pikir, mindset. Titik itulah yang kita serang," ujar Jokowi. Satu-satunya jalan untuk
revolusi sebagaimana yang dia maksudkan itu, kata Jokowi, adalah lewat pendidikan yang berkualitas
dan merata, serta penegakan hukum yang tanpa pandang bulu. "Kita harus mengembalikan karakter
warga negara ke apa yang menjadi keaslian kita, orisinalitas kita, identitas kita," tegas Jokowi. Dia
berkeyakinan, dengan komitmen pemerintah yang kuat disertai kesadaran seluruh warga negara,
Indonesia dapat berubah ke arah yang lebih baik.
Pada akhirnya, jika kita sebagai bangsa Indonesia menginginkan sebuah perubahan yang
radikal, kita membutuhkan sebuah “revolusi” atau perubahan paradigma. Perubahan yang dibutuhkan
adalah perubahan yang dapat membangkitkan karakter bangsa, yang masing-masing telah dijabarkan
di dalam Pancasila, yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Tulisan
ini memberikan thesis bahwa karakter bangsa Indonesia masih belum terbangun dengan baik karena
nilai-nilai Pancasila belum terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Bangsa ini membutuhkan sebuah cara
pandang baru untuk membangkitkan karakter-karakter tersebut untuk menjadi sebuah bangsa yang
dicita-citakan oleh founding fathers kita. Bangsa ini membutuhkan sebuah “revolusi mental.”
Pada saat ini Presiden kita Joko Widodo sangat ingin mengaungkan kembali revolusi mental,
maksudnya agar memajukan dan membangun negara kita yang sudah sangat lama rakyat-rakyatnya
masih terbelenggu oleh mental yang kurang memahami bahwa pada saat ini sudah mulai terjadi
merosotnya wibawa negara, merebaknya intoleransi, dan terakhir melemahnya sendi-sendi
perekonomian nasional. Sehingga melihat fenomena permasalahan tersebut bangsa kita perlu maju
dan perlu lepas dalam permasalahan tersebut. Bukan hanya maju dalam bidang segi ekonomi tetapi
maju dalam bidang keilmuwan dan intelektual, dan membangun kembali semangat bangsa kita.
Pembangunan dapat terlaksana tanpa dilandasi jiwa yang merdeka, pembangunan tidak akan
mencapai tujuannya. Menurut Joko Widodo revolusi mental itu adalah revolusi jiwa bangsa dari jiwa
budak yang negativisme ke jiwa merdeka yang penuh dengan keunggulan atau positivisme. Lewat
gerakan revolusi mental, Presiden Jokowi bertekad membawa Indonesia menjadi bangsa yang
berdaulat secara politik, berdiri di kaki sendiri secara ekonomi, dan berkepribadian dalam
kebudayaan.
Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang
berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong. Pemerintahan Presiden Jokowi
berkomitmen untuk jadi pelopor gerakan revolusi mental kepada masyarakat agar menjadi gerakan
sosial, karena pelaku revolusi mental adalah seluruh rakyat Indonesia.Para pemimpin dan aparat
negara akan jadi pelopor untuk menggerakkan revolusi mental, dimulai dari masing-masing
Kementerian/Lembaga (K/L).
Pertanyaannya sekarang, Revolusi Mental yang seperti apa yang cocok dengan kondisi
Indonesia saat ini? Segala permasalahan di negeri ini mulai dari korupsi, narkoba, kekerasan dan
sebagainya salah satunya disebabkan oleh kurangnya peran keluarga dan pendidikan sebagai
pembentuk karakter dari seorang individu.
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk menganalisis permasalahan yang
prioritas diselesaikan dan strategi mengatasi permasalahan tersebut dalam implementasi gerakan
revolusi mental.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, beranjak dari fenomena yang terjadi
di negara Indonesia hingga saat ini. Oleh karena itu, sebagai batasan dalam pembahasan
penyusunan makalah ini, sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi permasalahan yang prioritas untuk diselesaikan dalam mengimplementasi
gerakan revolusi mental?
2. Bagaimana strategi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut guna terlaksananya
revolusi mental?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui masalah utama yang harus diselesaikan dalam pelaksanaan revolusi mental.
2. Untuk mengetahui strategi yang digunakan dalam mengatasi permasalahan tersebut.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Menetapkan Prioritas Masalah


Penetapan prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses pemecahan masalah
dikarenakan dua alasan. Pertama, karena terbatasnya sumber daya yang tersedia, dan karena itu
tidak mungkin menyelesaikan semua masalah. Kedua, karena adanya hubungan antara satu masalah
dengan masalah lainnya, dan karena itu tidak perlu semua masalah diselesaikan (Azwar, 1996).
Ada beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan untuk menetapkan prioritas masalah
baik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Dalam makalah ini, penentuan
prioritas masalah menggunakan metode USGR (Urgency, Seriusness, Growth and Rationality).
Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan
metode teknik scoring. Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari
masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, dan kemungkinan bekembangnya masalah tersebut
semakin besar serta kemudahan dalam penyelesaian masalah. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Urgency atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut
diselesaikan, artinya apabila masalah tidak segera ditanggulangi akan semakin gawat. Contoh:
Kasus perdarahan lebih gawat jika dibandingkan dengan patah tulang.
b. Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat dampak masalah tersebut
terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan sistem atau tidak,
apabila masalah tidak diselesaikan dengan cepat akan berakibat serius pada masalah lainnya.
Contoh: Kekurangan kalori protein pada balita jauh lebih serius jika dibandingkan dengan kasus
kekurangan zat yodium pada wanita dewasa.
c. Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut berkembang
sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah, artinya apabila masalah tersebut tidak segera diatasi
pertumbuhannya akan berjalan terus. Contoh: Kasus malaria pertumbuhannya jauh lebih cepat
dibandingkan dengan masalah kekurangan gizi.
d. Rationality merupakan kemudahan memecahkan masalah dengan rasional.
Penggunaan metode USGR dalam penentuan prioriotas masalah dilaksanakan apabila pihak
perencana telah siap mengatasi masalah yang ada, serta hal yang sangat dipentingkan adalah aspek
yang ada dimasyarakat dan aspek dari masalah itu sendiri. Langkah-langkah cara menentukan
maslah dengan metode USGR secara umum adalah sebagai berikut:
1. Buat kelompok diskusi untuk mengurangi subjektifitas pada pemberian bobot
2. Beri kesempatan pada seluruh peserta diskusi
3. Setiap orang diberi kesempatan untuk memberi nilai
4. Mulailah dengan satu masalah dulu diselesaikan dan urutkan dari U (Urgen), S (Serious),
G (Growt) dan R (Ratoionality).
5. Tentukan range untuk setiap kriteria baik U, S, G, R sesuai kesepakatan. Bisa dibuat rentang (1-
3, 1-5, 1-10).
6. Tentukan suara terbanyak dari peserta diskusi untuk mengisi tiap kolom
7. Jumlahkan hasil tiap-tiap kolom (U, S, G, R) dan hasilnya tuliskan pada hasil total
8. Lanjutkan pada masalah kedua dan seterusnya.

Contoh:

NILAI KRITERIA
NO MASALAH TOTAL
U S G R
Kurang energi protein
1. 3 4 5 4 17
pada balita

2. Anemia pada ibu hamil 5 5 4 5 19


Kasus cacingan pada anak
3 2 3 3 2 10
SD
Keterangan: berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat
kecil)
Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa urutan prioritasnya sebagai berikut:
I. Anemia pada ibu hamil
II. Kurang energi protein pada balita
III. Kasus cacingan pada anak SD.

B. Manajemen Strategis dan Perencanaan Strategis


Strategi adalah tindakan yang diambil untuk mencapai satu atau lebih tujuan. Strategi juga
dibutuhkan agar organisasi untuk tetap dapat bertahan. Menurut Glueck dan Jauch (Saladin, 2004: 1)
strategi adalah: Sebuah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi, yang menghubungkan
keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan
bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.
Sedangkan Agrys, Mintzberg, Steiner dan Miner (Rangkuti 2008: 4) mendefinisikan strategi
sebagai respon secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta
kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi. Kemudian menurut Efendy
pengertian strategi adalah sebagai berikut: Strategi merupakan perpaduan dari perencanaan
komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management)
untuk mencapai suatu tujuan, dan untuk mencapai tujuan tersebut strategi harus dapat menunjukkan
bagaimana opersionlanya secara taktis. (Efendy, 1993 : 301).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi perusahaan/organisasi
adalah kesatuan rencana yang menyeluruh, komprehensif, terpadu dan terus menerus yang
diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Pengertian manajemen strategis tidak dapat dilepaskan dari perkembangan sebelumnya
terutama berkaitan dengan perencanaan strategis. Barry (Bryson, 1999) menjelaskan pengertian
perencanaan strategis sebagai suatu proses sistematis untuk mengelola organisasi dan arah
mendatang dalam hubungan dengan lingkungan dan permintaan stakeholder eksternal, mencakup
perumusan strategi, analisis kekuatan dan kelemahan agensi, identifikasi stakeholder agensi,
implementasi tindakan strategis, dan manajemen isu.
Dalam memahami konsep manajemen strategis akan dihadapkan pada konsep lainnya yaitu
perencanaan strategis yang secara substantive memiliki persamaan walaupun pendefinisiannya
dilakukan terpisah oleh para pakar. Salusu (1996: 492) mengemukakan bahwa “manajemen strategis
diartikan sebagai suatu cara memimpin organisasi untuk mencapai misi, tujuan dan sasarannya”.
Sedangkan pengertian perencanaan strategis menurut Bryson (1999: 24) adalah “salah satu cara
untuk membantu organisasi dan komunitas mengatasi lingkungan mereka yang berubah”.
Berdasarkan pendapat di atas, terlihat manajemen strategis dan perencanaan strategis tidak
dapat dibedakan karena secara substantive memiliki persamaan sebagai suatu cara untuk membantu
mengendalikan organisasi secara efektif dan efisien dalam mencapai misi, tujuan dan sasarannya.
Utomo (2001) menegaskan bahwa:Manajemen strategis dan perencanaan strategis pada dasarnya
dapat disamakan karena secara substantif tidak memiliki perbedaan, di mana keduanya merupakan
suatu penetapan strategi atau perencanaan untuk masa depan (as plans for the future) maksudnya
bukan hanya memecahkan masalah pada masa kini tetapi juga masa depan sesuai dengan tuntutan
perubahan lingkungan. Gaspersz (2004: 34) menjelaskan manfaat perencanaan strategis diantaranya
adalah:
1. Berguna bagi perencanaan untuk perubahan dalam lingkungan dinamik yang kompleks.
2. Berguna untuk pengelolaan hasil.
3. Perencanaan strategis merupakan suatu alat manajerial yang penting.
4. Perencanaan strategis berorientasi masa depan.
5. Perencanaan strategis mampu beradaptasi.
6. Perencanaan strategis adalah penting untuk mendukung pelanggan.
7. Perencanaan strategis mempromosikan komunikasi.
Liou menjelaskan salah satu variasi utama dari gaya/model manajemen strategis adalah
perencanaan strategis. Pengembangan manajemen strategis penting karena ia mengoreksi adanya
perumusan strategi pada tahap awal dan memberikan perhatian khusus pada implementasi dan
evaluasi strategi pada tahap akhir dari proses strategis secara menyeluruh. Dengan kata lain,
pendekatan strategis pada manajemen menekankan analisis organisasional sistematis yang menguji
fungsi dan tujuan organisasi, lingkungan organisasi internal dan eksternal, dan kerangka kerja
pembuatan keputusan organisasi dari perspektif jangka panjang. Menurut Bryson (2007: 80) pada
organisasi sektor publik menekankan pada pentingnya proses perencanaan strategis yang terdiri dari
sepuluh langkah interaktif yaitu:
1. Memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis
2. Mengidentifikasi mandat organisasi
3. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi
4. Menilai lingkungan eksternal: peluang dan ancaman
5. Menilai lingkungan Internal : kekuatan dan kelemahan
6. Mengidentifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi
7. Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu
8. Menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan.
Manfaat yang diperoleh dengan penerapan manajemen/perencanaan strategis pada
organisasi sektor publik diantaranya adalah:
1. Membantu organisasi publik berpikir secara strategis
2. Mengklarifikasi arah mendatang
3. Memecahkan masalah organisasi
4. Meningkatkan kinerja
5. Berhubungan secara efektif dengan lingkungan yang berubah
6. Membangun tim kerja dan keahlian
7. Memudahkan interface administrasi politik melalui membangun hubungan kerjasama antara
pejabat terpilih dan manajer publik.
Perencanaan strategis dapat disimpulkan mengandung unsur-unsur antara lain: visi dan misi
organisasi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, penilaian terhadap lingkungan, berorientasi masa
depan, perumusan dan pemilihan strategi, implementasi strategi dan pengendalian strategi.
Makalah ini berupaya untuk menemukan strategi yang tepat bagi mengimplementasikan
revolusi mental. Teori yang digunakan adalah teori Bryson dengan melakukan modifikasi sesuai
kebutuhan. Strategi tersebut selanjutnya akan dijabarkan melalui beberapa langkah sebagai berikut:
a. Identifikasi masalah.
b. Analisis lingkungan eksternal: peluang dan ancaman.
c. Analisis lingkungan internal: kekuatan dan kelemahan.
d. Mengidentifikasi isu-isu strategis yang dihadapi.
e. Merumuskan strategi untuk mengelola isu.
1. Mengidentifikasi masalah
Dalam proses perumusan strategi sebuah perusahaan perlu melakukan identifikasi dan
evaluasi atas lingkungan bisnis perusahaan. Hasil dari identifikasi dan evaluasi tersebut diharapkan
perusahaan dapat mengetahui profil keunggulan strategi perusahaan yang dimiliki. Sehingga dengan
demikian perusahaan dapat mengantisipasi peluang bisnis dan menyikapi ancaman bisnis yang ada
dengan cepat.
Selanjutnya Gravens (Yoeti, 2005: 55) menekankan bahwa arah dari suatu tujuan adalah
untuk memberitahukan apa yang hendak dicapai, bukan bagaimana mencapainya. Bagaimana
mencapainya ini sangat berkaitan dengan tindakan strategis yang disusun untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
Atas dasar semua itu perencanaan strategis merupakan arus keputusan dan tindakan yang
mengarahkan pada pengembangan strategis manajemen yang efektif untuk membantu mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. (Utomo, 2001: 2)
2. Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan alat yang membantu manajer menentukan dan mengembangkan
strategi yang tepat dalam menghadapi persaingan. Namun yang perlu diperhatikan bahwa tujuan
dalam menentukan strategi yang digunakan dari hasil SWOT adalah pada dasarnya menghasilkan
strategi alternative yang layak, bukan untuk menetapkan strategi yang terbaik. Sehingga seorang
manajer dapat menilai bahwa tidak semua strategi dalam SWOT dipilih untuk dikembangkan.
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat) adalah metode perencanaan
strategisyang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam
suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari
spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan
yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Teknik ini dibuat oleh Albert Humphyrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas
Stanford pada dasawarsa 1960an dan 1970an dengan menggunakan data dari perusahaan-
perusahaan Fortune500.
a) Tujuan Analisis SWOT
Analisis SWOT dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal yang terlibat
sebagai inputan untuk perancangan proses sehingga proses yang dirancang dapat berjalan optimal,
efektif, dan efisien.
b) Penjabaran Analisis SWOT
S = Strength merupakan kondisi internal yang menunjang suatu organisasi untuk mencapai objektif yang
diinginkan
W = Weakness merupakan kondisi internal yang menghambat suatu organisasi untuk mencapai objektif
yang diinginkan
O = Opportunity merupakan kondisi eksternal yang menunjang suatu organisasi untuk mencapai objektifnya
T = Threat merupakan kondisi eksternal yang menghambat suatu orgaisasi untuk mencapai objektifnya.
c) Analisis lingkungan eksternal: peluang dan ancaman
Analisis lingkungan eksternal merupakan aktivitas memonitor dan mengevaluasi lingkungan
eksternal dan internal organisasi kepada orang-orang penting yang ada dalam perusahaan.
Lingkungan eksternal dibedakan atas lingkungan makro dan lingkungan industri. Untuk lingkungan
tersebut menggunakan metode SWOT (Strength and weaknesses lingkungan internal, Opportunities
and Threats untuk analisa lingkungan eksternal).
Analisis eksternal terdiri dari analisis lingkungan makro dan mikro. Analisis lingkungan makro
bertujuan mengidentifiksasi peluang dan ancaman makro yang berdampak terhadap value yang
dihasilkan lembaga pendidikan kepada pengamat. Obyek pengamatan dalam analisis ini adalah
antara lain: kekuatan politik dan hukum, kekuatan ekonomi, kekuatan teknologi, kekuatan sosial,
faktor demografi.
Lingkungan makro merupakan lingkungan yang secara tidak langsung mempengaruhi
keputusan-keputusan strategi perusahaan dalam jangka panjang. Secara umum lingkungan makro
dikategorikan menjadi empat, yaitu:
1. Ekonomi
2. Politik dan budaya
3. Teknologi
4. Sosial Budaya
Analisis eksternal mikro diterapkan pada lingkungan yang lebih dekat dengan institusi yang
bersangkutan. Dalam dunia lembaga pendidikan, lingkungan tersebut adalah industri di mana suatu
lembaga pendidikan termasuk di dalamnya. Analisis yang dilakukan dapat menggunakan teori Porter
mengenai persaingan, yaitu: kekuatan tawar pemasok, ancaman pendatang baru, kekuatan tawar
pembeli, ancaman produk atau jasa pengganti.
Setelah mendapatkan permasalahan pada situasi dan kondisi sekarang. Langkah ini
mengharuskan pengumpulan informasi mutakhir tentang kekuatan dan kelemahan internal organisasi
serta peluang dan ancaman eksternalnya.
Basri (2005: 15) menyatakan bahwa menilai lingkungan organisasi akan memperhalus dan
mungkin menyusun ulang daftar pernyataan kritis yang dihadapi organisasi dan yang harus dihadapi
oleh rencana strategis itu. Ini mencakup keprihatinan utama, misalnya pendanaan, peluang program
baru, peraturan yang berubah, kebutuhan yang berubah, dan seterusnya. Intinya adalah memilih
masalah-masalah paling penting yang harus dihadapi.
Langkah awal suatu perencanaan strategis adalah melakukan analisis lingkungan organisasi.
Dengan cara ini diketahui kecenderungan yang relevan dan implikasinya terhadap organisasi dan
DTW. Kotler (Yoeti,2005: 27) mengatakan, bila suatu organisasi atau lembaga ingin menyesuaikan
diri dengan keadaan yang selalu berubah, maka organisasi atau lembaga itu harus terlebih dahulu
mengetahui jenis atau macam perubahan yang terjadi. Oleh karena dirasa perlu bagi setiap organisasi
atau lembaga untuk selalu mengamati dan mencermati segala bentuk perubahan.
Perencanaan strategis adalah bagaimana suatu organisasi atau lembaga secara periodik
mengetahui atau dapat menilai kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang (opportunities)
dan ancaman (threats), bila terjadi perubahan lingkungan usahanya.
d) Analisis lingkungan internal: kekuatan dan kelemahan
Analisis internal dan eksternal organisasi dilakukan demi mengetahui dimensi apa saja yang
mempengaruhi organisasi baik dari dalam maupun dari luar organisasi. Hal ini dilakukan untuk
menggambarkan bagaimana interaksi organisasi dengan lingkungan eksternalnya.
Interaksi/hubungan dalam hal ini akan memperlihatkan bagaimana memanfaatkan sumber daya
internal organisasi dalam mengelola sumber daya eksternal sehingga terjadi optimalisasi terhadap
potensi yang ada dan kemungkinan peluang dimasa datang.
Analisis Internal ditujukan untuk merumuskan kekuatan dan kelemahan lembaga pendidikan.
Kekuatan suatu lembaga pendidikan antara lain: kompetensi yang unik, sumberdaya keuangan yang
memadai, keterampilan yang unggul, citra yang baik, keunggulan biaya, kemampuan inovasi tinggi,
dll. Sedangkan kelemahan lembaga pendidikan antara lain: tidak ada arah strategi yang jelas, posisi
persaingan yang kurang baik, fasilitas yang ‘usang’, kesenjangan kemampuan manajerial, lini produk
yang sempit, citra yang kurang baik, dll.
Menurut Silalahi (1996: 113) dimensi lingkungan organisasi dapat dikategorikan atas:
1. Lingkungan internal organisasi yaitu yang secara langsung menentukan keberlangsungan operasi
organisasi seperti: manager/ karyawan (SDM), fisik organisasi, finansial, sistem kerja dan
teknologi.
2. Lingkungan eksternal organisasi yaitu segala sesuatu atau keseluruhan yang ada di luar organisasi.
Lingkungan eksternal ini juga disebut sebagai general environment atau macro environment.
Dalam hal ini berupa sumber daya, masyarakat, aksesibilitas, sarana dan prasarana diluar
organisasi, termasuk lingkup aspek geografis, politik, sosial, ekonomi, teknologi, dll.
Kemudian Muhammad (Tangkilisan, 2003: 17) menjelaskan yang termasuk dalam faktor
internal adalah: kemampuan SDM, kemampuan keuangan dan kultur organisasi, sedangkan faktor
eksternal adalah; pelanggan, kompetitor, dan kolaborator.
Dari beberapa pendapat tersebut dan latar belakang permasalahan yang ada, maka yang
termasuk faktor internal dalam penelitian ini adalah: Sumber daya manusia, Sumber daya keuangan,
Sarana dan Prasarana organisasi dan koordinasi. Sedangkan faktor eksternalnya Silalahi dan Pitana
(2009: 63-64) adalah: Objek dan daya tarik wisata, prasarana dan sarana wisata, masyarakat/
lingkungan, dan infrastruktur.
Salah satu instrumen analisis yang dapat digunakan adalah analisis SWOT. Dengan analisis
ini akan diketahui secara jelas faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan organisasi
dan faktor-faktor eksternal yang menyangkut peluang dan ancaman yang akan dihadapi.
Pengertian mengenai peluang, ancaman, kekuatan, dan ancaman dalam lingkungan
organisasi Wahyudi (1996: 68) adalah:
a. Kekuatan (Strength) adalah suatu keunggulan sumber daya yang berlimpah yang belum terjadi
secara optimal sehingga memberi kemungkinan suatu organisasi untuk dapat lebih meningkatkan
kinerjanya.
b. Kelemahan (Weakness) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya manusia serta
keterampilan dalam dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu
organisasi.
c. Peluang (Opportunities) adalah suatu yang menguntungkan dalam organisasi.
d. Ancaman (Threats) adalah merupakan situasi utama yang tidak menguntungkan dalam suatu
organisasi.
e) SWOT Matrix
SWOT Matrix menggambarkan berbagai alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh
perusahaan yang disarakan pda hasil analisis SWOT. Karenanya tidaklah mengherankan jika
kemudian ada 4 alternatif strategi yang tersedia yaitu strategi SO, WO, ST dan WT. Data dan informasi
yang digunakan oleh masing-masing strategi ini diperoleh dari matrix EFE dan IFE. Oleh karena itu
sebelum menghasilkan SWOT Matrix, pembuatan EFE (External Factor Evaluation) dan IFE (Internal
Factor Evaluation) tentu saja menjadi hal yang harus didahulukan terlebih dahulu.
Strategi SO dalam SOWT Matrix ini adalah strategi yang digunakan perusahaan dengan
memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan yang dimilikinya/Strength (S) untuk memanfaatkan
berbagai peluang/Opportunities (O) yang ada. Sedangkan WO strategi adalah strategi yang
digunakan perusahaan dengan seoptimal mungkin meminimalisir kelemahan/Weakness (W) yang ada
untuk memanfaatkan berbagai peluang/Opportunity (O). Strategi ST adalah strategi yang digunakan
perusahaan dengan memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan/Strength (S) untuk mengurangi
berbagai ancaman/Threats (T) yang mungkin melingkupi perusahaan. Dan yang terakhir, strategi WT
adalah strategi yang digunakan untuk mengurangi kelemahan/Weaknesses (W) dalam rangka
meminimalisir menghindari ancaman/Threats (T).
f) Penyusunan Strategi Berdasarkan Analisis SWOT
Setelah kondisi-kondisi teridentifikasi, maka strategi dapat disusun berdasarkan analisis
SWOT:
1) Bagaimana menggunakan Strength?
2) Bagaimana memperbaiki Weakness?
3) Bagaimana mengeksploitasi setiap Opportunity?
4) Bagaimana melunakkan Threat?
Jadi, antara kekuatan maupun kelemahan, peluang ataupun ancaman bila digunakan sudut
pandang yang berbeda dapat menjadi terbalik. Oleh karena itu, hal utama sebelum menentukan
SWOT adalah memahami tujuan (objektif) dari suatu organisasi itu sendiri sehingga konteks SWOT
pun tentu sesuai dengan pencapaian objektif SWOT.
Sebaiknya, alangkah bijaksana jika tidak mengeliminasi kandidat daftar SWOT terlalu terburu-
buru. Pentingnya masing-masing SWOT akan diungkapakan oleh nilai dari strategi yang akan
dikembangkan. Jadi, item SWOT yang tidak menghasilkan strategi tidaklah penting. Analisis SWOT
hanyalah salah satu metode untuk mengidentifikasi dan memiliki kelemahan. Analisis SWOT juga
terkadang menampilkan hasil daftar yang tanpa prioritas yang jelas, sehingga dapat terjadi “peluang
kecil terlihat seperti ancaman besar.
Dengan melakukan analisis SWOT nantinya akan diperoleh apa saja faktor-faktor pendukung
(kekuatan dan peluang) serta faktor penghambat (kelemahan dan ancaman) organisasi sehingga
memudahkan dalam mengidentifikasi isu-isu strategis dalam pelaksanaan revolusi mental.
3. Mengidentifikasi isu-isu strategis yang dihadapi
Bryson (Tangkilisan, 2003: 163-164), mengartikan isu strategis sebagai konflik satu jenis atau
lainnya. Konflik bisa terjadi pada arah tujuan, cara, prinsip, lokasi, waktu, dan kelompok-kelompok
yang memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian akibat dampak atau hasil dari pemecahan
isu tersebut.
Mengidentifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi bertujuan untuk mengidentifikasi
pertanyaan-pertanyaan kebijakan dasar yakni agenda isu strategis yang dihadapi oleh organisasi. Isu
strategis merupakan pertanyaan mendasar kebijakan atau tantangan kritis yang mempengaruhi
mandat, misi dan nilai-nilai. Pernyataan isu strategis harus mengandung tiga elemen, yaitu: Pertama,
isu strategis harus dinyatakan dengan jelas, Kedua, berbagai faktor (peluang dan ancaman, kekuatan
dan kelemahan organisasi) yang membuat isu menjadi tantangan fundamental harus didaftar, Ketiga,
membuat pernyataan mengenai isu strategis.
Masih menurut Bryson, mengidentifikasi isu-isu strategis yang dihadapi oleh organisasi dapat
dilakukan melalui proses tahapan sebagai berikut:
a) Melakukan kajian kembali (review) organisasi terhadap mandat, misi, kekuatan, kelemahan,
peluang serta ancaman termasuk dalam menentukan indikator organisasi lingkungannya.
b) Menentukan pendekatan isu strategi yang tepat sesuai dengan situasi yang dihadapinya melalui
cara pendekatan langsung, pendekatan tidak langsung, pendekatan tujuan serta pendekatan visi
keberhasilan.
c) Mengidentifikasi isu strategis dengan menggunakan kriteria prioritas, logika atau kriteria waktu.
d) Melakukan litmust test untuk mengukur besarnya tingkat strategis dari suatu isu yang dihadapi.
e) Diskusikan dan melakukan revisi terhadap isu strategis jika hal tersebut dipandang perlu.
f) Memformulasikan strategi untuk mengatasi isu-isu yang ada dikaitkan dengan misi yang telah
ditetapkan oleh organisasi. Bryson (Tangkilisan, 2003: 15)
Dengan mengetahui isu-isu strategis/ sentral organisasi maka akan memudahkan organisasi
dalam menentukan langkah selanjutnya dalam memilih pilihan strategis yang akan dilakukan nantinya.
4. Merumuskan strategi untuk mengelola isu
Menentukan pilihan strategis dimaksudkan adalah memilih dan menyepakati prioritas-prioritas
dari isu-isu strategis yang telah disusun sebelumnya. Isu yang diperoleh dengan melakukan analisis
internal dan eksternal kemudian dinilai dengan melakukan tes litmus agar diketahui tingkat prioritas
dari isu-isu yang didapat.
Strategi yang akan disusun dan ditetapkan adalah garis-garis besar tanggapan organisasi
terhadap pilihan-pilihan kebijakan fundamental diarahkan untuk menangani isu-isu strategis. “Without
a strategi, there is no established course to follow, no roadmap to manage by, no cohesive action plan
to produce the intended resultThompson dan Strickland (Bryson, 1999:209)”.
Sejalan dengan pendapat di atas Bryson (1999: 210) juga mengemukakan bahwa: Strategi
merupakan suatu pola tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan, atau alokasi sumber daya
yang mendefinisikan organisasi itu, apa yang dikerjakan organisasi, dan mengapa organisasi
mengerjakan hal tersebut.
Dalam menetapkan suatu strategi hendaknya diyakini keberhasilannya dan juga dapat
dipercaya oleh orang lain serta memang dapat dilaksanakan. Dengan demikian suatu strategi yang
ditetapkan harus berdasarkan pada peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang dihadapi dan
dimiliki organisasi.

F. Revolusi Mental
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), revolusi adalah perubahan yang cukup
mendasar dalam suatu bidang, sedangkan mental adalah bersangkutan dengan batin dan watak
manusia, yang bukan bersifat badan dan tenaga. Dengan demikian dapat ditarik benang merah dari
istilah ini bahwa revolusi mental menyangkut keadaan kejiwaaan, roh, spiritual dan nilai-nilai (vested
interest) yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang dalam sebuah ruang lingkup kecil atau
bahkan dalam sebuah Negara. Revolusi Mental menurut Ir. Soekarno adalah suatu gerakan untuk
menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja,
bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala. Hal ini dikatakan ketika peringatan Hari
Kemerdekaan RI 17 agustus 1956.
Mengutip kamus Webster Dictionary, kata revolusi punya beberapa makna. Pertama, kata
revolusi dikaitkan dengan pergerakan sebuah benda seperti bintang atau planet dalam
orbitnya. Makna lain adalah perubahan radikal dari sesuatu. Masih ada arti lain, yaitu penggulingan
sebuah pemerintahan atau bentuk pemerintahan atau sistem sosial dengan cara kekerasan dan
diganti dengan sistem yang lain seperti Revolusi Perancis (1789), Revolusi Amerika pada tahun 1775,
Revolusi China pada tahun 1911 atau Revolusi Rusia pada tahun 1917. Dengan kamus yang sama,
kata mental diartikan sebagai pikiran atau intelek.
Arti kata “revolusi” dapat dilihat dari sebuah buku yang berjudul The Structure of Scientific
Revoultions (1962) yang ditulis oleh Thomas Khun. Ia mengatakan bahwa semua bentuk perubahan
atau inovasi yang terjadi dalam sebuah paradigma (dalam sebuah spektrum cara pandang yang
sama) disebut “normal” science. Namun, perubahan atau inovasi yang menimbulkan sebuah cara
pandang yang baru, disebut revolution. Dengan kata lain, revolusi membutuhkan sebuah paradigm
shift, atau perubahan cara pandang. Pertanyaan berikutnya adalah cara pandang seperti apa yang
dibutuhkan untuk mewujudkan Revolusi Mental? Yaitu sebuah paradigma yang dapat membangkitkan
lima karatkter bangsa, yang masing-masing ada di Pancasila, termasuk ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Dengan demikian, Pancasila bukan saja
sebagaiweltanschaung, tetapi juga merupakan karakter bangsa kita.
Istilah ‘Revolusi Mental’ banyak dipakai dalam sejarah pemikiran, manajemen, sejarah politik
dan bahkan sejarah musik. Penggunaan itu terjadi baik di dunia Barat maupun Timur, baik oleh pemikir
Islam, Kristiani, Hinduisme maupun (Zen) Buddhisme. Bung Karno pun pernah menggunakan istilah
ini dalam pidato 17 Agustus 1956)
Menurut Koentjaraningrat (1974), bahwa isu mentalitas manusia dalam konteks
pembangunan, mewajibkan mengapresiasi suatu nilai budaya yang berorientasi ke masa depan, yaitu
suatu sifat hemat, suatu hasrat untuk bereksplorasi dan berinovasi; suatu pandangan hidup yang
menilai tinggi prestasi (achievement) dari karya; suatu nilai yang kurang berorientasi vertilal (ke atas);
suatu nilai yang lebih percaya kepada kemampuan sendiri; berdisiplin murni dan berani mengambil
tanggung jawab sendiri. Dikatakan bahwa sifat-sifat ini belum secara mantap sebagai identitas mental
kedirian (Self) dari sebagian besar anak bangsa kita. Yang menonjol justru sifat-sifat atau sikap mental
yang kontra-produktif dari tuntutan pembangunan, seperti sikap mental yang cenderung suka
menerabas (suap dan nepotisme) dalam meraih gelar pendidikan, jabatan dan kekayaan ketimbang
melalui upaya kerja keras dan berprestasi. Sementara itu, mengenai tanggung jawab dan penegakkan
hukum, implementasinya relatif masih lemah, tidak konsisten, diskriminatif, irasional dan serba ‘ragu’
dalam menetapkan atau memutuskan suatu kebijakan. Dapat dikatakan sikap-sikap mental seperti
ini, telah membawa implikasi kepada bangsa kita, di mana sampai saat ini, masih mengalami kesulitan
untuk keluar dari krisis sosial, dan ekonomi.
Mochtar Lubis (1978), dalam bukunya yang berjudul ‘Cermin Indonesia’, pernah
mengidentifikasi ciri-ciri manusia Indonesia yang dianggap merupakan ciri mentalitas yang tidak dapat
dibanggakan sebagai bangsa yang beradab. Bangsa yang menyandang ideologi Pancasila dan UUD
45 sebagai acuan dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; dan ‘fanatik’ dengan kehidupan
‘ke-agamaan-nya’ dipandang sebagai alasan untuk menyatakan bahwa salah satu ciri yang tidak
dapat dibanggakan ini, adalah ciriHipokrit alias Munafik.
Istilah ‘mental’ adalah nama bagi genangan segala sesuatu menyangkut cara hidup, misalnya:
‘mentalitas zaman’. Di dalam cara hidup ada cara berpikir, cara memandang masalah, cara merasa,
mempercayai/meyakini, cara berperilaku dan bertindak. Namun kerap muncul anggapan bahwa
‘mental’ hanyalah urusan batin yang tidak terkait dengan sifat ragawi tindakan dan cirri fisik benda-
benda dunia. Daya-daya mental seperti bernalar, berpikir, membuat pertimbangan dan mengambil
keputusan memang tidak ragawi (tidak kasat mata), tetapi dunia mental tidak mungkin terbangun
tanpa pengalaman ragawi. Pada gilirannya, daya-daya mental pun dibentuk dan menghasilkan
perilaku serta tindakan ragawi. Kelenturan mental, yaitu kemampuan untuk mengubah cara berpikir,
cara memandang, cara berperilaku/bertindak juga dipengaruhi oleh hasrat (campuran antara emosi
dan motivasi)..
Kekeliruan memahami pengertian mental (dan bahkan ada yang menyempitkannya ke
kesadaran moral) membuat seolah-olah perubahan mental hanyalah soal perubahan moral yang tidak
ada hubungannya dengan hal-hal ragawi seperti soal-soal struktural ekonomi, politik, dsb. Padahal
kesadaran moral, atau hati nurani yang mengarahkan orang ke putusan moral yang tepat, hanyalah
salah satu buah daya-daya mental yang terdidik dengan baik.
Revolusi Mental melibatkan semacam strategi kebudayaan. Strategi kebudayaan berisi
haluan umum yang berperan memberi arah bagaimana kebudayaan akan ditangani, supaya tercapai
kemaslahatan hidup berbangsa. Strategi berisi visi dan haluan dasar yang dilaksanakan berdasarkan
tahapan, target setiap tahap, langkah pencapaian dan metode evaluasinya.
Bila kata revolusi mental Jokowi diartikan, pengertian yang paling dekat adalah sebuah
gerakan yang masif atau perubahan yang radikal yang berkaitan dengan mental. Dalam kisah-kisah
klasik, perubahan radikal pernah terjadi. Confucius pernah mengatakan bahwa perubahan dalam
sebuah negara bisa terjadi secara masif bila dimulai dari pemimpin. Bahkan ia juga mengatakan
bahwa pengaruh seorang raja yang bijaksana bisa sampai ke ujung bumi, melampaui batas
kerajaannya.
Tentu perubahan radikal bisa terjadi dalam diri seseorang. Ketika seorang mendengar sebuah
ide atau inspirasi, perubahan mental yang radikal dapat dialami. Sekalipun fakta-fakta sejarah telah
mengungkapkan kisah-kisah perubahan dramatis, tidak dapat dipungkiri bahwa kekuatan yang
merusak selalu bekerja secara evolusi maupun radikal dalam diri setiap orang. Kekuatan ini
menunggu saat-saat yang paling tepat bahkan pelan-pelan ia dapat menyelinap ke dalam pikiran
orang-orang yang dianggap mampu menguasai pikiran sekalipun.
Pikiran begitu dinamis; pikiran begitu lincah dan kreatif. Saat ini ia memikirkan sesuatu, dalam
hitungan detik ia bisa memikirkan yang lain. Dalam pikiran, bisa muncul loncatan ide dari yang satu
ke ide yang lain dan bukan tidak mungkin pikiran-pikiran yang revolusioner yang bersifat merusak
muncul. Apakah perubahan radikal yang positif seperti yang telah dituliskan di atas akan mengiringi
Revolusi Mentalnya Jokowi?
Menurut Jokowi tentang revolusi mental berarti warga Indonesia harus mengenal karakter
orisinal bangsa. Indonesia, sebut Jokowi, merupakan bangsa yang berkarakter santun, berbudi
pekerti, ramah, dan bergotong royong. Dia mengatakan, karakter tersebut merupakan modal yang
seharusnya dapat membuat rakyat sejahtera.

BAB III
PEMBAHASAN

Manajemen strategis merupakan suatu seni dalam merencanakan, mengorganisasikan,


melaksanakan, dan mengendalikan hal-hal strategis dengan menggunakan kecakapan dan sumber
daya suatu organisasi untuk mencapai suatu sasaran melalui hubungannya yang efektif dengan
lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan. Untuk itu setiap organisasi perlu menyusun
suatu manajemen strategis sebagai gambaran arah dan tujuan dibentuknya suatu organisasi.
1. Identifikasi Masalah
Dalam pelaksanaan revolusi mental, berbagai masalah yang dihadapi bangsa untuk
diselesaikan, sehingga perlu di tetapkan prioritas masalah yang akan diselesaikan. Dalam makalah
ini menggunakan metode USGR dalam menentukan prioritas masalah. Implementasi Revolusi mental
melibatkan seluruh lapisan masyarakat, yaitu Masyarakat sipil, Aparatur negara, Pejabat dan
pengusaha. Masalah yang diidentifikasi untuk ditetapkan yang menjadi prioritas melalui metode
USGR adalah sebagai berikut:
1. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan masalah klasik yang belum terselesaikan sampai saat
ini. KKN melibatkan pejabat negara/Aparatur dan juga sektor swasta. KKN selama ini sangat
banyak merugikan negara.
2. Budaya Malas
Budaya malas dalam bekerja masih menjadi permasalahan yang yang dihadapi bangsa Indonesia
sampai saat ini.
3. Penegakan Hukum
Penegakan hukum dalam hal ini adalah penegakan hukum secara adil. Selama ini banyak
ketidakadilan dari penegakan hukum yang dirasakan masyarakat, seolah para penegak hukum
tebang pilih dan kurang adil dalam memutuskan suatu perkara.
4. Pendidikan
Pendidikan menjadi suatu masalah yang dihadapi bangsa Indonesia. Kurangnya sarana dan
prasarana khususnya di tingkat daerah menjadi persoalan yang utama dalam pelaksanaan
pendidikan.
5. Indisipliner
Indisipliner mencakup ketidakdisiplinan masyarakat secara umun dan ketidakdisiplinan aparatur
dan pejabat negara dalam menjalankan tugas-tugasnya.
6. Produktivitas
Peningkatan produktivitas dan efisiensi merupakan sumber pertumbuhan utama untuk
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya, pertumbuhan yang tinggi dan
berkelanjutan juga merupakan unsur penting dalam menjaga kesinambungan peningkatan
produktivitas jangka panjang. Dengan demikian, pertumbuhan dan produktivitas bukan dua hal
yang terpisah atau memiliki hubungan satu arah, melainkan keduanya adalah saling tergantung
dengan pola hubungan yang dinamis, tidak mekanistik, non linear dan kompleks. Permasalahan
disini adalah kurangnya produktivitas masyarakat dan juga aparatur negara.
7. Kreatifitas dan Inovatif
Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara baru dalam
penyelesaian masalah dan menemukan peluang (thinking new thing). Inovasi adalah kemampuan
untuk menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing
new thing). Masyarakat kita cenderung tidak mampu berinovasi dan kurang kreatif sehingga sangat
mempengaruhi kinerja.
8. Entrepreunership
Minimnya jiwa kewirausahaan masyarakat kita membuat tenaga kerja hanya mengharapkan
lowongan tenaga kerja dari perusahaan, sedangkan lapangan pekerjaan yang tersedia tidak
sebanding dengan jumlah tenaga kerja. Saat ini masyarakat dituntut agar tidak hanya pencari kerja
tetapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan dengan membuka usaha baik usaha mikro, kecil
dan menengah.
REVOLUSI MENTAL
Penentuan Prioritas Masalah Melalui Metode USGR
Growth
Jenis Mental Urgency Seriousity (Kecepatan Rationality(Kemudahan
Jumlah
Model (Mendesak) (Keseriusan) Pertumbuhan Pemecahan)
Masalah)
KKN 5 5 4 3 17
Indisipliner 5 4 3 3 15
Budaya Malas 4 3 3 2 12
Penegakan
5 5 5 4 19
Hukum
Produktivitas 4 4 2 4 14
Kreatifitas dan
4 3 2 4 13
Inovatif
Entrepreneurship 4 3 2 3 12
Pendidikan 4 5 3 4 16
Keterangan: berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat
kecil)
Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa urutan prioritasnya sebagai berikut:
1. Penegakan Hukum
2. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
3. Pendidikan
4. Indisipliner
5. Produktivitas
6. Kreatifitas dan Inovatif
7. Budaya Malas
8. Entrepreunership
Setelah mendapatkan urutan prioritas masalah, selanjutnya masalah dipersempit dengan
pertanyaan 5W+H. Konflik tersebut dapat menyangkut tujuan (apa), cara (bagaimana), filsafat
(mengapa), tempat (dimana), waktu (kapan), dan kelompok yang mungkin akan diuntungkan atau
tidak diuntungkan oleh cara-cara yang berbeda dalam pemecahan isu (siapa).
Analisis USGR Revolusi Mental
What : Apa yang menjadi masalah yang prioritas untuk diselesaikan? Dari hasil metode USGR, prioritas
masalah yang dihasilkan adalah penegakan hukum
Why : Mengapa masalah tersebut harus diprioritaskan? Karena sebagai landasan mental model utama dalam
penyelenggaraan sebuah negara.
Who : Dikalangan siapa masalah tersebut? Permasalahan ini terjadi di kalangan penegak hukum, yaitu hakim.
Where : Dimana masalah tersebut terjadi? Masalah ini terjadi di kantor pengadilan negeri.
When : Kapan harus diselesaikan? Masalah ini diselesaikan dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun.
How : Bagaimana cara mengatasinya? Penyelesaiannya melalui perumusan strategi yaitu melalui metode
SWOT.

2. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat) adalah metode perencanaan
strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam
suatu perumusan strategi. Analisis internal dan eksternal organisasi dilakukan demi mengetahui
dimensi apa saja yang mempengaruhi organisasi baik dari dalam organisasi. Hal ini dilakukan untuk
menggambarkan bagaimana interaksi organisasi dengan lingkungan eksternalnya.
Interaksi/hubungan dalam hal ini akan memperlihatkan bagaimana memanfaatkan sumber daya
internal organisasi dalam mengelola sumber daya eksternal sehingga terjadi optimalisasi terhadap
potensi yang ada dan kemungkinan peluang dimasa datang.
a) Analisis lingkungan internal: kekuatan dan kelemahan
Dalam suatu lembaga atau organisasi pasti memiliki kekuatan dan kelemahan baik itu dalam
segi struktural maupun fungsional. Kekuatan dan kelemahan suatu lembaga tersebut merupakan
suatu kondisi internal yang harus dianalisis agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan lebih
baik.
Analisis lingkungan internal adalah mengeksplorasi lingkungan internal organisasi untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dihadapi organisasi. Beberapa faktor eksternal yang
menjadi kekuatan di lingkungan organisasi pengadilan adalah sebagai berikut:
1. Anggaran yang besar (Sumber daya keuangan)
Faktor keuangan merupakan hal yang sangat penting untuk menjalankan fungsi pemerintahan
atau kegiatan pemerintahan. Karena hampir tidak ada kegiatan pemerintahan yang tidak
membutuhkan biaya (uang). semakin besar jumlah uang yang tersedia semakin banyak pula
kemungkinan kegiatan atau pekerjaan yang dapat dilaksanakan. Tersedianya anggaran yang akan
memungkinkan organisasi dalam mengembangkan dirinya dan mempermudah organisasi dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang dibebankan kepadanya. Analisis yang dapat
disimpulkan adalah bahwa ketersediaan angaran merupakan faktor pendorong bagi berjalannya
organisasi dan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Sumber daya keuangan juga menjamin
kelancaran dan kesinambungan organisasi.
2. Peraturan perundang-undangan yang jelas
Undang-undang yang dimiliki bangsa Indonesia jelas sehingga para penegak hukum
mempunyai pedoman dalam pemutusan perkara. Kemudian dengan adanya UU tersebut, para
stakeholder mengetahui apa yang menjadi tugas dan kewajibannya serta prosedur formal yang harus
dilaksanakan.
3. Penghasilan Hakim yang tinggi
Penghasilan hakim yang besar menjadi salah satu kekuatan agar para penegak hukum tidak
mempunyai alasan lagi untuk korupsi. Pemerintah selalu memperhatikan kesejahteraan hakim melalui
pemberian tunjangan yang yang tinggi.
4. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana merupakan unsur penunjang yang sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan tugas dan fungsi. Jadi dapat dikatakan bahwa keterbatasan sarana dan prasarana yang
cukup lengkap dimiliki oleh instansi pengadilan merupakan salah satu faktor kekuatan pada organisasi
dalam menjalankan tugas-tugas.
5. Wewenang yang besar dalam memutuskan suatu perkara
Faktor-faktor eksternal yang menjadi kelemahan di lingkungan organisasi pengadilan adalah
sebagai berikut:
1. Kompetensi SDM yang rendah
Sumber daya manusia merupakan tenaga operasional utama yang menentukan apakah
organisasi dapat berjalan dan berkembang dengan baik. Untuk mengemban dan melaksanakan tugas
dan fungsi penegakan hukum tentunya membutuhkan sumber daya manusia yang unggul, kompeten
dan profesional. Hal ini sangat penting mengingat kualitas kinerja yang bagus akan diperoleh dari
tenaga pelaksana yang profesional dan berdedikasi tinggi. Realita menunjukkan bahwa secara
kualitas dan kuantitas, organisasi pengadilan belum mengasilkan kinerja maksimal dalam
menegakkan hukum. Sehingga menurut penulis sumber daya manusia baik kualitas maupun kuantitas
menjadi kelemahan yang harus dipenuhi organisasi karena merupakan faktor penentu tegaknya suatu
organisasi.
2. Kualitas kinerja
3. Kuantitas kinerja
Kesimpulan Analisis Faktor Internal (Internal Factor Evaluation)
STRENGTH (KEKUATAN) Bobot Rating Bobot X Rating
- Anggaran yang besar 2 3 6
- Undang-undang yang jelas 3 3 9
- Penghasilan hakim yang tinggi 1,5 2 3
- Sarana dan Prasarana yang lengkap 2 4 8
- Wewenang yang besar dalam memutuskan 1,5 3 4,5
suatu perkara
10 15 30,5
WEAKNESS (KELEMAHAN)
- Kompetensi SDM yang rendah 4 2 8
- Kualitas kinerja 3 3 9
- Kuantitas kinerja 3 3 9
10 8 26

b) Analisis lingkungan eksternal: peluang dan ancaman


Analisis eksternal terdiri dari analisis lingkungan makro dan mikro. Analisis lingkungan makro
bertujuan mengidentifiksasi peluang dan ancaman makro yang berdampak terhadap value yang
dihasilkan. Obyek pengamatan dalam analisis ini adalah antara lain: kekuatan politik dan hukum,
kekuatan ekonomi, kekuatan teknologi, kekuatan sosial, faktor demografi.
Analisis lingkungn eksternal adalah mengeksplorasi lingkungan di luar organisasi untuk
mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi. Beberapa faktor eksternal yang
menjadi peluang di lingkungan organisasi pengadilan negeri adalah:
1. Adanya kerjasama dengan pihak kepolisian
2. Adanya kerjasama dengan pihak kejaksaan
3. Kesempatan peningkatan SDM
4. Pengawasan dari KPK dan mahkamah konstitusi
5. Pengawasan dari lembaga swadaya masyarakat
Faktor-faktor eksternal yang menjadi ancaman bagi organisasi adalah:
1. Adanya kesempatan untuk melakukan KKN
Kesempatan KKN di lingkungan pengadilan sangat besar, sehingga para hakim akan sangat mudah
tergoda untuk memperkaya pribadi sehingga akan sangat mempengaruhi kinerjanya.
2. Citra/image dari masyarakat yang rendah
Citra/image aparat penegak hukum, khususnya hakim sangat rendah di mata masyarakat. Hal ini
akan menjadi ancaman hakim dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai aparat
penegak hukum.
3. Rendahnya kesadaran masyarakat, swasta dan pejabat negara dalam melaksanakan aturan hukum.
Rendahnya kesadaran seluruh lapisan masyarakat dalam melaksanakan peraturan perundang-
undangan menjadi salah satu ancaman yang dimiliki organisasi pengadilan dalam melaksanakan
tugasnya.
4. Lulusan universitas hukum yang kurang kompeten
Banyanknya lulusan universitas jurusan hukum yang kurang kompeten akan menjadi ancaman
bagi organisasi penegak hukum karena lulusan tersebut bisa saja masuk menjadi salah satu anggota
penegak hukum melalui jalur yang curang, seperti menyogok, faktor politik dan lain-lain.
5. Tekanan politik
Tekanan politik dari pejabat negara akan sangat mempengaruhi kualitas kinerja hakim dalam
memutuskan suatu permasalahan.
Kesimpulan Analisis Eksternal Faktor Eksternal (Eksternal Factor Evaluation)

OPPORTUNITIES (PELUANG) Bobot Rating Bobot x Rating


- Kerjasama dengan kepolisian 2,5 4 10
- Kerjasama dengan kejaksaan 2,5 4 10
- Kesempatan peningkatan kompetensi
1 2 2
SDM
- Pengawasan dari KPK dan Mahkamah
3 3 9
konstitusi
- Pengawasan dari lembaga swadaya
1 3 3
masyarakat
10 16 34
THREATS (ANCAMAN)
- Adanya kesempatan untuk
1 2 2
melakukan KKN
- Citra/image dari masyarakat yang rendah 2 3 6
- Rendahnya kesadaran masyarakat, swasta
dan pejabat negara dalam melaksanakan 3 4 12
aturan hukum
- Lulusan universitas hukum yang kurang
2 3 5
kompeten
- Tekanan politik 2 1 2
10 13 27
c) Kuadran SWOT
Untuk mengetahui jenis strategi yang akan dilaksanakan, maka hasil dari kesimpulan analisi
eksternal dan internal organisasi dmasukkan ke dalam kuadran swot sebagai berikut:
Sumbu X = S – W
Sumbu Y = O - T
S = Jumlah rating kekuatan / jumlah faktor = 15/3 = 5
W = Jumlah rating kelemahan / jumlah faktor = 8/3 = 2,7
O = Jumlah rating peluang / jumlah faktor = 16/5 = 3,2
T = Jumlah rating ancaman / jumlah faktor = 13/5 = 2,6
Maka nilai sumbu X = 5-2,7 = 2,3
Nilai sumbu Y = 3,2-2,6 = 0,6

Dari kuadran diatas didapat bahwa posisi strategi untuk mengatasi permasalahan adalah
berada dikuadran I, maka strategi yang dikembangkan adalah strategi Agresif.
d) Mengidentifikasi isu-isu strategis yang dihadapi Berdasarkan Analisis SWOT Matrix
SWOT Matrix menggambarkan berbagai alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh
organisasi. Karenanya tidaklah mengherankan jika kemudian ada 4 alternatif strategi yang tersedia
yaitu strategi SO, WO, ST dan WT. Data dan informasi yang digunakan oleh masing-masing strategi
ini diperoleh dari matrix EFE dan IFE. Oleh karena itu sebelum menghasilkan SWOT Matrix,
pembuatan EFE (External Factor Evaluation) dan IFE (Internal Factor Evaluation) tentu saja menjadi
hal yang harus didahulukan terlebih dahulu.
Matrik SWOT untuk mengidentifikasi isu-isu strategis
STRENGTHS WEAKNESSES
1. Anggaran yang besar (Sumber 1. Kompetensi SDM yang
daya keuangan) rendah
LINGKUNGAN 2. Kualitas kinerja
INTERNAL
2. Peraturan perundang- 3. Kuantitas kinerja
LINGKUNGAN undangan yang jelas
EKSTERNAL 3. Penghasilan Hakim yang tinggi
4. Sarana dan prasarana
5. Wewenang yang besar dalam
memutuskan suatu perkara

OPPORTUNITIES STRATEGI S-O STRATEGI W-O


1. Adanya kerjasama1. Meningkatkan kualitas SDM 1. Mengoptimalkan
dengan pihak kepolisian dengan Menggunakan anggaran pengawasan dari mahkamah
2. Adanya kerjasama yang tersedia konstitusi dalam
dengan pihak kejaksaan 2. Mengoptimalkan sarana dan meningkatkan kualitas dan
3. Kesempatan prasarana dalam membangun kuantitas kinerja
peningkatan SDM kerjasama dengan pihak 2.Menggunakan kesempatan
4. Pengawasan dari kepolisian dan kejaksaaan peningkatan SDM dalam
mahkama konstitusi 3. Mengoptimalkan pengawasan guna kompetensi
5. Pengawasan dari dari KPK, Mahkamah konstitusi3.Mengoptimalkan kerjasama
lembaga swadaya dan LSM dalam penggunaan dengan kepolisian dan
masyarakat kewenangan kejaksaan guna
meningkatkan kualitas dan
kuantitas kinerja
THREATS STRATEGI S -T STRATEGI W-T
1. Adanya kesempatan 1. Mengoptimalkan anggaran yang1. Meningkatkan kualifikasi
untuk melakukan KKN besar dalam meningkatkan dalam penerimaan aparatur
2.Citra/image dari kesadaran masyarakat akan penegak hukum (hakim)
masyarakat yang rendah pelaksanaan peraturan UU 2. Meningkatkan kualitas
3.Rendahnya kesadaran 2. Mengoptimalkan penghasilan kinerja untuk memperbaiki
masyarakat, swasta dan yang tinggi untuk menghindari image hakim di mata
pejabat negara dalam KKN masyarakat
melaksanakan aturan3. Menjalankan UU untuk 3. Meningkatkan kuantitas
hukum. mengurangi tekanan politik kinerja untuk memperbaiki
4.Lulusan universitas citra hakim
hukum yang kurang
kompeten
5. Tekanan politik

3. Merumuskan strategi untuk mengelola isu


Menentukan pilihan strategis dimaksudkan adalah memilih dan menyepakati prioritas-prioritas
dari isu-isu strategis yang telah disusun sebelumnya. Isu yang diperoleh dengan melakukan analisis
internal dan eksternal kemudian dinilai dengan melakukan tes litmus agar diketahui tingkat prioritas
dari isu-isu yang didapat. Tahapan merumuskan strategi dilakukan setelah isu-isu strategis yang
dihadapi organisasi berhasil diidentifikasi. Sehingga maksud dari tahapan ini adalah merumuskan
strategi yang tepat untuk mengatasi isu-isu tersebut.
Dari analisis sebelumnya didapat bahwa strategi yang digunakan organisasi pengadilan untuk
mengatasi permasalahan adalah berada di kuadran I yaitu strategi Agresif. Dari identifikasi isu-isu
strategis melalui matriks swot di dapat ada 3 strategi utama yaitu startegi S-O. Dari isu-isu strategis
yang diperoleh, kemudian akan dilakukan penilaian yang nantinya menggambarkan tingkat
kestrategisan isu tersebut. Adapun pilihan-pilihan strategis yang bisa ditempuh demi optimalisasi
potensi pariwisata dapat ditentukan dengan skala litmus berikut:

1. Tes Litmus untuk isu strategis: Meningkatkan kualitas SDM dengan Menggunakan anggaran yang
tersedia
NO PERTANYAAN SKOR
Operasional Strategis
1 2 3
1. Apakah isu termasuk dalam Tidak - Ya
agenda yang dipikirkan oleh
dewan pengambil keputusan
kebijakan organisasi?
2. Apakah isu tersebut Tidak - Ya
merupakan/termasuk dalam
agenda pimpinan eksekutif
organisasi?
3. Kapan isi strategis berupa Sekarang Tahun 2 tahun atau
tantangan atau peluang ada depan lebih dari
dihadapan anda? sekarang
4. Seberapa luas isu tersebut akan Unit/Bagian Beberapa Seluruh
berpengaruh kepada organisasi? Tunggal bagian bagian
5. Seberapa banyak resiko Kecil Sedang Besar
keuangan/peluang keuangan (<10 span=""> (10%- (>25%)
organisasi? 25%)
6. Akankah strategi bagi pemecahan
isi akan memerlukan:
a. Pengembangan sasaran dan Tidak Ya
program pelayanan baru?
b. Perubahan signifikan dalam Tidak Ya
keuangan atau anggaran?
c. Perubahan signifikan dalam Tidak Ya
peraturan perundang-undangan?
d. Penambahan sarana dan Tidak Ya
prasarana?
e. Penambahan Staf yang Tidak Ya
signifikan?
7. Bagaimana pendekatan terbaik Jelas, siap untuk Parameter Terbuka luas
bagi pemecahan isu diimplementasikan luas agak
terperinci
8. Tingkat manajemen terendah Pegawas Kepala Kepala
manakah yang dapat menetapkan Staf lini bidang Dinas
bagaimana menanggulangi isu?
9. Konsekuensi yang mungkin Ada gangguan Kekacauan Kekacauan
terjadi bila isu ini tidak inefisiensi pelayanan pelayanan
diselesaikan? kihilangan jangka
sumber panjang dan
dana biaya besar,
merosotnya
penghasilan
10. Berapa Instansi/ Dinas Tidak ada 1-3 Empat atau
lainnya yang dipengaruhi isu ini instansi lebih
dan harus dilibatkan dalam
pemecahan?
11. Bagaimana sensitifitas atau Lunak Sedang Keras
beban isu terhadap aspek sosial,
politik, ekonomi dan kultural
komunitas
Keterangan = yang dipilih

2. Tes Litmus untuk isu strategis: Mengoptimalkan sarana dan prasarana dalam membangun
kerjasama dengan pihak kepolisian dan kejaksaaan
NO PERTANYAAN SKOR
Operasional Strategis
1 2 3
1. Apakah isu termasuk dalam Tidak - Ya
agenda yang dipikirkan oleh
dewan pengambil keputusan
kebijakan organisasi?
2. Apakah isu tersebut Tidak - Ya
merupakan/termasuk dalam
agenda pimpinan eksekutif
organisasi?
3. Kapan isi strategis berupa Sekarang Tahun 2 tahun atau
tantangan atau peluang ada depan lebih dari
dihadapan anda? sekarang
4. Seberapa luas isu tersebut akan Unit/Bagian Beberapa Seluruh
berpengaruh kepada organisasi? Tunggal bagian bagian
5. Seberapa banyak resiko Kecil Sedang Besar
keuangan/peluang keuangan (<10 span=""> (10%- (>25%)
organisasi? 25%)
6. Akankah strategi bagi
pemecahan isi akan memerlukan:
a. Pengembangan sasaran dan Tidak Ya
program pelayanan baru?
b. Perubahan signifikan dalam Tidak Ya
keuangan atau anggaran?
c. Perubahan signifikan dalam Tidak Ya
peraturan perundang-undangan?
d. Penambahan sarana dan Tidak Ya
prasarana?
e. Penambahan Staf yang Tidak Ya
signifikan?
7. Bagaimana pendekatan terbaik Jelas, siap untuk Parameter Terbuka luas
bagi pemecahan isu diimplementasikan luas agak
terperinci
8. Tingkat manajemen terendah Pegawas Kepala Kepala
manakah yang dapat menetapkan Staf lini bidang Dinas
bagaimana menanggulangi isu?
9. Konsekuensi yang mungkin Ada gangguan Kekacauan Kekacauan
terjadi bila isu ini tidak inefisiensi pelayanan pelayanan
diselesaikan? kihilangan jangka
sumber panjang dan
dana biaya besar,
merosotnya
penghasilan
10. Berapa Instansi/ Dinas Tidak ada 1-3 Empat atau
lainnya yang dipengaruhi isu ini instansi lebih
dan harus dilibatkan dalam
pemecahan?
11. Bagaimana sensitifitas atau Lunak Sedang Keras
beban isu terhadap aspek sosial,
politik, ekonomi dan kultural
komunitas
Keterangan = yang dipilih

3. Tes Litmus untuk isu strategis: Mengoptimalkan pengawasan dari KPK, Mahkamah konstitusi dan
LSM dalam penggunaan kewenangan
NO PERTANYAAN SKOR
Operasional Strategis
1 2 3
1. Apakah isu termasuk dalam Tidak - Ya
agenda yang dipikirkan oleh
dewan pengambil keputusan
kebijakan organisasi?
2. Apakah isu tersebut Tidak - Ya
merupakan/termasuk dalam
agenda pimpinan eksekutif
organisasi?
3. Kapan isi strategis berupa Sekarang Tahun 2 tahun atau
tantangan atau peluang ada depan lebih dari
dihadapan anda? sekarang
4. Seberapa luas isu tersebut akan Unit/Bagian Beberapa Seluruh
berpengaruh kepada organisasi? Tunggal bagian bagian
5. Seberapa banyak resiko Kecil Sedang Besar
keuangan/peluang keuangan (<10 span=""> (10%- (>25%)
organisasi? 25%)
6. Akankah strategi bagi
pemecahan isi akan
memerlukan:
a. Pengembangan sasaran dan Tidak Ya
program pelayanan baru?
b. Perubahan signifikan dalam Tidak Ya
keuangan atau anggaran?
c. Perubahan signifikan dalam Tidak Ya
peraturan perundang-undangan?
d. Penambahan sarana dan Tidak Ya
prasarana?
e. Penambahan Staf yang Tidak Ya
signifikan?
7. Bagaimana pendekatan terbaik Jelas, siap untuk Parameter Terbuka luas
bagi pemecahan isu diimplementasikan luas agak
terperinci
8. Tingkat manajemen terendah Pegawas Kepala Kepala
manakah yang dapat menetapkan Staf lini bidang Dinas
bagaimana menanggulangi isu?
9. Konsekuensi yang mungkin Ada gangguan Kekacauan Kekacauan
terjadi bila isu ini tidak inefisiensi pelayanan pelayanan
diselesaikan? kihilangan jangka
sumber panjang dan
dana biaya besar,
merosotnya
penghasilan
10. Berapa Instansi/ Dinas Tidak ada 1-3 Empat atau
lainnya yang dipengaruhi isu ini instansi lebih
dan harus dilibatkan dalam
pemecahan?
11. Bagaimana sensitifitas atau Lunak Sedang Keras
beban isu terhadap aspek sosial,
politik, ekonomi dan kultural
komunitas
Keterangan = yang dipilih
Setelah masing-masing isu diberi skor untuk tiap-tiap pertanyaan yang diberikan oleh tes litmus,
maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Hasil Tes Litmus untuk isu-isu strategis


NO. ISU SKOR TIAP PERTANYAAN JUMLAH
STRATEGIS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 19
2 3 3 1 3 2 1 1 1 3 1 1 2 2 2 2 28
3 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 2 3 3 2 3 29
Dari hasil skoring identifikasi isu-isu strategis tersebut diatas, selanjutnya diambil isu yang
merupakan prioritas yang bersifat strategis.
Dengan demikian yang merupakan isu strategis dan perlu dicari pemecahan masalahnya adalah
skor tertinggi yaitu: Isu nomor 3 : Mengoptimalkan pengawasan dari KPK, Mahkamah konstitusi
dan LSM dalam penggunaan kewenangan.
Dalam makalah ini, sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penulisan maka puncak dari
analisis dimaksud adalah untuk merumuskan strategi yang dapat dilakukan dalam implementasi
revolusi mental. Dari analisis swot yang dilakukan dalam pelaksanaan revolusi mental maka yang
pertama diperbaiki adalah penegakan hukum di pengadilan dan strategi yang digunakan adalalah
Mengoptimalkan pengawasan dari KPK, Mahkamah konstitusi dan LSM dalam penggunaan
kewenangan. Dengan pengawasan KPK, MA dan LSM maka diharapkan hakim bisa
melaksanakan tugasnya secara benar sesuai dengan peraturan yang berlaku dan adil dalam
memutuskan suatu perkara.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam makalah ini, sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penulisan maka puncak
dari analisis dimaksud adalah untuk merumuskan strategi yang dapat dilakukan dalam implementasi
revolusi mental.

1. Melalui metode USGR dalam menentukan prioritas masalah, didapatlan bahwa masalah
prioritas dalam pelaksanaan revolusi mental adalah penegakan hukum.
2. Dari analisis swot yang dilakukan dalam pelaksanaan revolusi mental maka yang pertama
diperbaiki adalah penegakan hukum di pengadilan dan strategi yang digunakan adalalah
Mengoptimalkan pengawasan dari KPK, Mahkamah konstitusi dan LSM dalam penggunaan
kewenangan. Dengan pengawasan KPK, MA dan LSM maka diharapkan hakim bisa
melaksanakan tugasnya secara benar sesuai dengan peraturan yang berlaku dan adil dalam
memutuskan suatu perkara.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah diperlukan adanya kerjasama dari semua pihak dalam
menegakkan hukum di negeri ini, termasuk masyarakat, pejabat negara dan aparatur penegak
hukum.
DAFTAR PUSTAKA

Alisson, Michael & Kaye, Jude. 2005. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba. Jakarta:Buku
Obor.
Basri, Faisal. 2005. Perencanaan strategis. Jakarta: Obor
Bryson, John.M. 1999, Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
David, Fred R. 2004. Manajemen Strategis. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Liou, Kuotsai Tom. 2000. Strategic Management and Economic Development. New York: Marcel
Decker, Inc.
Nawawi, Hadari. 2005. Manajemen Stratejik Orgnisasi Non Profit Bidang Pemerintahan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Salusu, J,. 1996. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Non Profit. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Tangkilisan, Hiessel Nogi S, Drs, M.Si. 2003. Manajemen Modern Untuk Sektor Publik: Strategic
Management, Total Quality Management, Balanced Scorecard, Scenario Planning. Yogyakarta:
Balairung & Co.
_______.2014.Revousi Mental Dan Strategi Kebudayaan.http://www.nefosnews.com (20 Oktober
2014).
______2014.Pengertian Revolusi Mental. http://www.jokowi.id/opini/mengartikan-revolusi-mental/.
(20 Oktober 2014).

Anda mungkin juga menyukai