Anda di halaman 1dari 29

11 Jenis Imunisasi yang

Disarankan untuk Bayi 0-12


Bulan dan Jadwal Pemberiannya
Jadwal imunisasi seperti yang direkomendasikan dirancang
untuk melindungi bayi dan anak-anak di awal kehidupannya.
Sebagai orang tua, memang sudah semestinya Moms
memahami pentingnya imunisasi bayi.
Mengingat bayi dan anak-anak merupakan masa-masa paling
rentan. Oleh karena itu, sebelum terkena penyakit yang
berpotensi mengancam jiwa, mereka harus di imunisasi.

Baca Juga : 6 Alasan Orang Tua Anti Vaksin


Sudahkah Moms memeriksa jadwal imunisasi wajib yang
dianjurkan sesuai dengan usia Si Kecil saat ini? Berikut ini
merupakan imunisasi yang harus didapatkan bayi 0-12 bulan
beserta waktu atau jadwal pemberian imunisasi sesuai usia
yang dianjurkan.

Baca Juga: Manfaat Vaksin untuk Bayi yang Perlu Mama Tahu
1. BCG
Vaksinasi BCG harus diberikan pada bayi sebelum berusia 3
bulan. Jika usia bayi sudah lebih dari 3 bulan, dianjurkan untuk
terlebih dahulu dilakukan uji tuberkulin. Vaksinasi BCG bisa
diberikan jika uji tuberkulin menunjukkan hasil negatif. Tempat
penyuntikan vaksin BCG yang dianjurkan yakni pada lengan
kanan atas.
2. DTP
Vaksinasi DTP dianjurkan untuk diberikan sebanyak lima kali,
masing-masing pada usia:

 2, 4, 6 – 18 bulan dan 4-6 tahun, atau


 2 – 3 – 4 - 18 bulan dan SD kelas 1
Baca Juga : 5 Gejala Difteri pada Anak yang Harus Segera
Ditangani
3. Campak
Vaksinasi campak merupakan imunisasi dasar lengkap yang
harus diberikan saat bayi berusia 9 bulan. Vaksinasi diulang
saat anak berusia 2 tahun dan saat masuk sekolah SD.
4. Cacar Air
Vaksinasi cacar air harus diberikan pada anak-anak yang
belum pernah menderita cacar air, yakni pada saat berusia 12 –
15 bulan.

5. Hepatitis B
Vaksinasi hepatitis B harus diberikan sebelum bayi berusia 6
bulan, sebanyak 3 dosis:

 Dosis pertama: Diberikan saat bayi baru lahir.


Tepatnya sebelum bayi berusia 12 jam.
 Dosis kedua: Diberikan saat bayi berusia 1 – 2 bulan.
 Dosis ketiga: Diberikan saat bayi berusia 6 – 12 bulan.
Jika bayi mendapatkan vaksin kombinasi yang mengandung
hepatitis B, maka dapat diberikan 4 dosis.

Selain itu, bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis B, perlu
mendapatkan vaksin hepatitis B dosis pertama sebelum
usianya 12 jam ditambah dengan imunoglobulin hepatitis B
pada saat bersamaan di bagian paha yang berbeda (dilakukan
setelah mendapat suntikan vitamin K1).

Pemberian vaksin selanjutnya dapat diberikan sesuai jadwal.


Saat berusia 9-18 bulan, bayi yang lahir dari ibu dengan
hepatitis B perlu diperiksa antiHBs dan HbsAg.

Baca Juga : Bayi Baru Lahir Bisa Mengidap Hepatitis?


6. Hib
Vaksin Hib dianjurkan untuk diberikan saat bayi berusia 2, 4, 6
bulan dan diulang pada usia 12 – 15 bulan dengan dosis
tergantung usia bayi (3 atau 4 dosis).

7. Flu
Vaksinasi flu dapat diberikan setiap tahun saat anak berusia 6
bulan hingga 8 tahun dalam 2 dosis dasar/awal.

8. MMR
Vaksinasi MMR harus diberikan sebanyak 2 dosis pada anak-
anak, yakni:
 Dosis pertama saat anak berusia 12 – 15 bulan.
 Dosis kedua saat anak berusia 4-6 tahun.
Interval antara dosis pertama dengan dosis kedua berjarak
setidaknya 28 hari. Sehingga dosis kedua dapat diberikan lebih
cepat. Vaksinasi ini dapat diberikan bersama dengan vaksinasi
lain.

9. Pneumokokus
Saat bayi berusia 2, 4, 6, dan 12 - 15 bulan, harus mendapatkan
vaksinasi pneumokokus konjugasi secara rutin.
Baca Juga : Pentingkah Si Kecil Mendapat Imunisasi
Tambahan?
10. Polio
Anak-anak perlu mendapatkan 4 dosis vaksinasi polio dengan
jadwal pemberian dosis pertama saat lahir dan dilanjutkan
saat berusia 2, 4, 6 bulan. Kemudian, diulang saat berusia 18
bulan dan 4 – 6 tahun.

11. Rotavirus
Vaksinasi rotavirus terbagi menjadi 2 jenis yang diberikan
sebanyak 2 atau 3 dosis, tergantung jenis vaksin yang
digunakan. Vaksin dapat diberikan dengan cara diminum
(bukan disuntik) saat bayi berusia 2, 4 (dan 6 bulan jika
diberikan 3 dosis). Dapat diberikan bersama vaksin lain.

Baca Juga : Si Kecil Mau Disuntik Vaksin? Cek Dulu 5 Tips


Berikut Ini!
Jangan ragu untuk menanyakan pada dokter mengenai vaksin
apa yang harus didapatkan oleh si kecil di usianya saat ini ya,
Moms. Perhatikan baik-baik jadwal imunisasi si kecil dan
jangan lupa untuk mengajaknya mengikuti imunisasi atau
mendapatkan vaksinasi dari dokter.

Apa saja imunisasi rekomendasi IDAI untuk bayi dan anak?


Bunda, berikut ini daftar imunisasi yang dianjurkan oleh IDAI untuk bayi
dan anak:

1. Hepatitis B (HepB)
Imunisasi hepatitis B mencegah penyakit hepatitis B, yang
merupakan penyakit liver kronis yang bisa memicu gagal liver dan
kanker.

Waktu pemberian

o Dosis pertama diberikan sebelum bayi keluar dari rumah


sakit setelah lahir.

o Dosis kedua diberikan antara usia 1 hingga 2 bulan.

o Bila bayi tidak mendapat imunisasi hepatitis B di rumah sakit,


berarti dibutuhkan 3 dosis pada 0, 1, dan 6 bulan.

o Dosis terakhir harus diberikan tidak kurang dari usia 24


minggu.

o Bila Bunda hepatitis B surface antigen (HBsAg) positive, bayi


perlu menerima imunisasi plus hepatitis B immune globulin
dalam 12 jam kelahiran lalu menerima 3 dosis vaksin lagi
antara usia 9 hingga 18 bulan, kemudian dites untuk HbsAg
dan antibodi HbsAg satu hingga 2 bulan setelah kelengkapan
dosis.

Efek samping
Rasa sakit yang ringan dan rewel

2. Polio
Imunisasi polio bertujuan mencegah penyakit polio, yang bila
mewabah bisa membunuh dan melumpuhkan ribuan orang.

Waktu pemberian

o Usia 2 bulan
o Usia 4 bulan

o Usia 6 -18 bulan

o Usia 15 -18 bulan

o Usia 4 - 6 tahun.

Efek samping
Kemerahan pada area suntikan, namun reaksi alergi jarang terjadi.

3. BCG (Bacillus Calmette–Guerin)


Imunisasi BCG mencegah bayi atau anak kecil terserang penyakit
TBC. Kontak dengan pengidap TBC membuat bayi dan anak kecil
rentan terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis yang jadi penyebab
penyakit TBC.

Waktu pemberian
Imunisasi BCG diberikan pada bayi di bawah usia 2 bulan. Lewat
dari usia 2 bulan, bayi disarankan menjalani tes Mantoux untuk
mengetahui apakah ada kuman Mycrobacterium tuberculosis
dalam tubuhnya.

Efek samping
Muncul bengkak pada ketiak, leher bagian bawah, atau pangkal
paha, tapi akan sembuh tanpa diobati.

4. Difteri, Tetanus, Pertusis (DTP)


Imunisasi DTP ini adalah kombinasi vaksin untuk melindungi
dari difteri, tetanus, dan pertusis. Difteri dulunya merupakan
penyebab utama penyakit dan kematian anak. Tetanus adalah
penyakit serius yang menyebabkan rasa sakit pada otot rahang.
Sedangkan pertusis juga dikenal sebagai batuk rejan, infeksi
pernafasan yang sangat menular.

Waktu pemberian

o Usia 2 bulan

o Usia 4 bulan

o Usia 6 bulan

o Usia 15 -18 bulan

o Usia 4 - 6 tahun.

Efek samping
Bengkak, kemerahan, demam, atau kehilangan selera makan
dalam dua hari setelah menerima suntikan.

5. Haemophilus Influenzae Type B Conjugate Vaccine (Hib)


Imunisasi Hib bertujuan mencegah penyakit Hib yang sangat
berbahaya. Hib adalah penyebab meningitis bakteri pada anak.
Anak dengan Hib bisa menderita kerusakan otak permanen atau
komplikasi serius seperti pneumonia.

Waktu pemberian:

o Usia 2 bulan

o Usia 4 bulan

o Usia 6 bulan

o Usia 12-15 bulan


Efek samping
Demam dan kemerahan pada area suntikan.

6. Pneumokokus (PCV)
Mencegah Streptococcus pneumoniae, penyakit yang bisa menjadi
sangat serius bahkan memicu kematian. Streptococcus
pneumoniae menyebabkan infeksi darah atau sepsis, infeksi
telinga, meningitis, dan pneumonia pada anak.

Waktu pemberian

o Usia 2 bulan

o Usia 4 bulan

o Usia 6 bulan

o Usia 12-15 bulan

Efek samping
Demam tingkat rendah dan kemerahan pada area suntik.

7. Rotavirus
Rotavirus merupakan virus yang menyebar dengan mudah pada
bayi dan anak kecil. Virus bisa menyebabkan diare parah, muntah,
demam, dan nyeri perut. Anak yang terkena penyakit rotavirus bisa
mengalami dehidrasi dan perlu dirawat di rumah sakit.

Imunisasi rotavirus jadi cara terbaik untuk melindungi anak dari


penyakit rotavirus. Kebanyakan anak (9 dari 10 anak) yang
menerima imunisasi ini terlindungi dari penyakit rotavirus yang
parah. Sedang sekitar 7 dari 10 anak akan terlindungi dari penyakit
rotavirus. Imunisasi rotavirus diberikan melalui mulut (oral), bukan
dengan injeksi (suntik).

Waktu pemberian

o Usia 2 bulan

o Usia 4 bulan

o Usia 6 bulan

Di Indonesia terdapat dua jenis vaksin, yaitu vaksin yang diberikan


pada usia dua bulan, empat bulan, dan enam bulan, serta dosis
yang diberikan pada usia 2 dan 4 bulan. Dosis pertama paling
efektif bila diberikan sebelum anak berusia 15 minggu. Anak juga
perlu menerima semua dosis imunisasi rotavirus sebelum berusia
8 bulan.

Efek samping
Imunisasi rotavirus memiliki sejumlah efek samping. Biasanya efek
samping bersifat ringan dan hilang dengan sendirinya. Efek
samping serius bisa terjadi tapi jarang. Kebanyakan anak yang
menerima imunisasi rotavirus tidak menunjukkan efek samping.
Tapi ada beberapa efek atau masalah yang terkait dengan
imunisasi rotavirus.

Masalah ringan setelah imunisasi rotavirus antara lain bayi menjadi


rewel, atau diare ringan, atau muntah setelah menerima dosis
imunisasi rotavirus.

Masalah serius setelah vaksin rotavirus bisa berupa


intussusception, merupakan kondisi yang membutuhkan
penanganan di rumah sakit. Tapi ini hanya risiko kecil dari
imunisasi rotavirus, biasanya terjadi pada satu minggu setelah
dosis imunisasi rotavirus pertama atau kedua.

8. Influenza
Mencegah flu yang lebih berbahaya pada anak dibanding pilek
biasa.

Waktu pemberian

o Satu tahun sekali, mulai anak usia 6 bulan.

Efek samping
Demam, nyeri, kemerahan atau bengkak pada area suntikan.

9. Campak
Imunisasi ini bertujuan mencegah penyakit campak. Campak
disebabkan oleh virus rubeola. Ketika orang yang memiliki virus ini
bersin atau batuk, semburan cairan yang mengandung virus
menyebar ke udara. Cairan ini tetap aktif selama dua jam di udara.
Bayi bisa terinfeksi bila kontak dengan cairan ini. Ia juga bisa
terkena campak dari kontak kulit dengan orang yang terkena virus.

Waktu pemberian

o Dosis pertama di usia 9 bulan.

o Dosis kedua di usia 6 tahun.

o Bila anak tidak menerima imunisasi campak hingga usia 12


bulan, ia harus diimunisasi MMR (Measles, Mump, Rubella).

Efek Samping
Vaksin campak dapat mengakibatkan sakit ringan dan bengkak
pada lokasi suntikan, demam, serta ruam, yang terjadi 24 jam
setelah imunisasi.

10. Campak, Gondong, dan Rubella (MMR)


Mencegah campak, gondong, dan rubella. Ketiganya merupakan
penyakit berbahaya yang bisa menyebabkan ruam dan demam
serta memicu kondisi serius seperti pneumonia,
meningitis, seizure, dan gangguan pendengaran.

Waktu pemberian

o Usia 12 - 15 bulan

o Usia 4 - 6 tahun

Efek samping
Ruam, demam ringan, nyeri sendi, dan bengkak pada leher dan
kelenjar air liur satu atau dua minggu setelah pemberian suntikan.

11. Tifoid
Mencegah infeksi tifoid yang dapat mengakibatkan komplikasi
serius. Bila tidak terjadi komplikasi, setidaknya anak membutuhkan
waktu 2 minggu untuk pulih. Ada dua jenis vaksin untuk mencegah
tifoid. Satu dalam bentuk vaksin tidak aktif yang diberikan dalam
bentuk suntikan. Jenis yang kedua berupa vaksin aktif yang
diberikan secara oral.

Waktu pemberian

o Usia 2 tahun

o Dosis berikutnya diberikan setiap 3 tahun.


Efek samping
Reaksi ringan berupa demam, sakit kepala, dan kemerahan atau
bengkak pada area suntikan.

12. Hepatitis A

Melindungi dari Hepatitis A, penyakit yang menyebabkan


peradangan liver. Anak kecil biasanya tidak menunjukkan gejala
jadi sering kali penyakit ini tidak dikenali hingga pengasuh anak
jatuh sakit.

Waktu pemberian

o Usia 12 - 23 bulan

o Dosis kedua pada 6 bulan setelah diberikan dosis pertama

Efek samping
Rasa sakit pada area injeksi, sakit kepala, tidak nafsu makan, dan
lelah.

13. Varisela
Mencegah cacar air. Beberapa anak yang telah divaksin bisa tetap
terkena cacar air tapi biasanya sangat ringan dan sembuh lebih
cepat. Risiko cacar air antara lain demam dan ruam parah.
Komplikasi dari cacar air berupa infeksi bakteri pada kulit, bengkak
pada otak, dan pneumonia.

Waktu pemberian

o Usia 12 - 15 bulan
o Usia 4 - 6 tahun.

Efek samping
Bengkak pada area injeksi, demam riangan, dan ruam.

14. HPV
Imunisasi HPV mencegah kanker serviks, serta penyakit lain yang
disebabkan oleh virus HPV seperti kanker anus, vulva, penis, serta
kutil kelamin. Imunisasi HPV diberikan melalui suntikan pada
lengan.

Waktu pemberian
Waktu pemberian imunisasi HPV sejak usia anak 10 tahun,
sebanyak 2 kali. Dosis kedua diberikan satu tahun kemudian.

Efek samping
Tidak ada efek samping.

Kenapa imunisasi penting untuk anak?


Melindungi kesehatan anak menjadi hal penting untuk orangtua.
Kebanyakan orangtua memilih imunisasi karena tak ada yang bisa
melindungi anak lebih baik dari 14 penyakit serius. Imunisasi menjadi
pertahanan terkuat yang aman, terbukti, dan efektif.
Merawat dan membesarkan anak berarti orangtua akan melakukan apa
saja untuk membantu mereka tumbuh dengan sehat dan aman. Anda
melihat buah hati bereksplorasi di tempat baru dan mengamankan
rumah dari potensi bahaya. Tapi bagaimana dengan bahaya yang tidak
terlihat yang bisa menyebabkan penyakit serius bahkan kematian pada
anak?
Imunisasi memberi Anda kekuatan untuk melindungi anak dari 14
penyakit serius. Apapun gaya pengasuhan Anda, ada banyak alasan
untuk mengimunisasi anak:

 Ada banyak sekali penyakit serius yang bisa menyerang anak


Imunisasi telah terbukti dapat menurunkan bahkan membasmi
banyak penyakit. Karena imunisasi, kebanyakan orangtua tidak
lagi merasakan efek dari penyakit seperti polio, campak, atau
batuk pertusis yang bisa menyerang anak, keluarga, atau
masyarakat. Mungkin ada yang menganggap ini penyakit zaman
dulu, tapi masih bisa terjadi hingga saat ini. Beberapa anak masih
terjangkit penyakit ini. Bahkan bila tingkat imunisasi rendah di
masyarakat, penyakit-penyakit ini bisa menjadi wabah.

 Penyakit bisa menyebar dengan mudah


Anda mungkin belum pernah melihat kasus polio atau difteri, tapi
penyakit ini masih terjadi di kawasan lain. Misalnya, campak jarang
terjadi di negara Amerika, tapi masih umum terjadi di belahan
negara lain. Orang yang melakukan perjalanan ke wilayah wabah
campak bisa dengan mudah membawa penyakit ini. Campak bisa
dengan mudah menyebar ke orang yang tidak diimunisasi.

 Imunisasi aman dan terbukti efektif


Sebelum vaksin diberikan ke anak, dilakukan pengujian ekstensif.
Para ahli kesehatan dengan seksama mengevaluasi semua
informasi yang ada tentang vaksin untuk menentukan keamanan
dan efektivitasnya.

Meski anak mengalami rasa tidak nyaman atau sakit di area


suntikan, ini sangat kecil dibandingkan komplikasi serius yang bisa
terjadi akibat penyakit yang bisa dicegah oleh imunisasi ini. Selain
itu, efek samping serius dari imunisasi sangat jarang terjadi.
Hampir semua anak bisa diimunisasi dengan aman, tapi ada
pengecualian pada beberapa anak yang tidak bisa menerima
beberapa imunisi:

o Anak dengan alergi terhadap kandungan vaksin

o Anak dengan sistem kekebalan lemah karena panyakit atau


penanganan medis seperti kemoterapi.

 Anak membutuhkan perlindungan dini


Jadwal imunisasi yang dianjurkan untuk anak dibuat untuk
melindungi bayi dan anak kecil sejak awal kehidupan mereka,
ketika mereka sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Agar
imunisasi lengkap, anak perlu menerima semua dosis vaksin yang
direkomendasikan. Bila anak tidak menerima jumlah dosis yang
lengkap, ia bisa rentan terhadap penyakit serius. Periksakan ke
dokter untuk mencari tahu apakah anak membutuhkan imunisasi
tertentu. Memperbaharui imunisasi anak penting lho, Bun.

 Imunisasi berarti anak tidak perlu bolos sekolah dan Anda


tidak bolos kerja
Bila anak terjangkit penyakit yang sebenarnya bisa dicegah
dengan imunisasi, kemungkinan ia tidak bisa berangkat sekolah
selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Waktu yang
terbuang untuk merawat anak yang sakit bisa membebani
keuangan keluarga. Banyak penyakit yang bisa dicegah oleh
imunisasi juga menyebabkan disabilitas yang membutuhkan
pengobatan jangka panjang yang juga berdampak pada kondisi
keuangan keluarga.

 Imunisasi melindungi keluarga, teman, dan masyarakat


Imunisasi pada anak berarti juga perlindungan untuk orang lain,
seperti tetangga yang terkena kanker dan tidak bisa menerima
imunisasi tertentu atau anak teman Anda yang masih terlalu kecil
dan belum lengkap imunisasinya. Ketika tiap orang di masyarakat
yang bisa menerima imunisasi mendapat imunisasi, ini mencegah
penyebaran penyakit dan bisa memperlambat atau menghentikan
wabah penyakit. Imunisasi pada anak jadi pilihan untuk melindungi
keluarga, teman, dan bahkan tetangga Anda juga.

Mitos seputar imunisasi


Bunda, berikut ini beberapa informasi keliru yang mungkin pernah Anda
dengar tentang imunisasi:

 Vaksin pada imunisasi mengandung merkuri


Thimerosal, zat pengawet yang mengandung sekitar 50 persen
merkuri, mencegah pencemaran yang disebabkan oleh bakteri.
Thimerosal bisa ditemukan di kebanyakan vaksin flu. Tapi sejak
tahun 2001, thimerosal tidak lagi ada di kandungan vaksin untuk
imunisasi anak.

 Imunisasi menyebabkan autisme


Sebuah penelitian di tahun 1998 mengklaim menemukan
hubungan antara imunisasi campak, gondongan, dan rubella
(MMR) dengan autisme, yang menyebabkan kepanikan dan
memicu penurunan tingkat imunisasi.

Tapi sebuah laporan yang dipublikasikan di tahun 2004


menyatakan tidak ada bukti ilmiah keterkaitan antara imunisasi
MMR dan autisme. Hasil penelitian serupa diterbitkan di tahun
2010. Akan lebih berisiko bila anak tidak diimunisasi, Bun.

 Imunisasi menjamin perlindungan dari penyakit


Imunisasi tidak menjadi jaminan 100 persen anak tidak akan sakit,
tapi imunisasi menjadi pertahanan terbesar anak untuk melawan
penyakit. Bila anak menerima imunisasi influenza, ia tetap bisa
terkena flu tapi kemungkinan kondisinya tidak parah. Ketika anak
menerima imunisasi cacar air, imunisasi ini 80 persen efektif
mencegah infeksi dan 100 persen efektif melindunginya dari
penyakit serius ini.

Semakin banyak anak yang diimunisasi, semakin besar


kemungkinan mereka terlindungi, termasuk orang yang tidak
menerima imunisasi karena faktor usia, kesehatan, serta alasan
agama.
https://www.ibupedia.com/artikel/balita/12-imunisasi-wajib-anjuran-idai-untuk-anak

MELENGKAPI/ MENGEJAR IMUNISASI


(BAGIAN I)
30.05.2015

TUJUAN imunisasi adalah melindungi seseorang atau sekelompok masyarakat terhadap


penyakit tertentu, bahkan menghilangkan penyakit tertentu di dunia, seperti imunisasi cacar.
Jika seseorang terlindungi dari suatu penyakit, kemungkinan terkena penyakit tersebut
akan berkurang, sehingga pada akhirnya tercapailah tujuan akhir imunisasi, yaitu
pemberantasan penyakit di dunia. Agar terlindungi dari penyakit tersebut, seseorang harus
mempunyai kekebalan tubuh dengan cara membentuk zat anti penyakit (antibodi) dengan
kadar tertentu yang disebut kadar protektif (kadar zat anti penyakit yang dapat melindungi).

Untuk mencapai kadar perlindungan tersebut, imunisasi harus diberikan sesuai jadwal yang
telah ditentukan. Jadwal imunisasi terbagi atas jadwal imunisasi dasar dan jadwal
imunisasi ulangan. Ada yang cukup satu kali imunisasi, ada yang memerlukan beberapa
kali imunisasi dan bahkan pada umur tertentu diperlukan ulangan imunisasi. Jadwal
imunisasi tersebut dibuat berdasarkan rekomendasi WHO dan organisasi profesi yang
berkecimpung dalam imunisasi setelah melalui uji klinis. Oleh karena itu, jika ada imunisasi
yang belum diberikan sesuai jadwal yang seharusnya, atau imunisasi tertunda, imunisasi
harus secepatnya diberikan atau dikejar.
mengejar-imunisasi ini fotooo
Masalah yang paling umum dijumpai dalam praktek sehari-hari adalah imunisasi yang tidak
sesuai dengan jadwal, terlambat, tidak lengkap atau belum imunisasi. Pemberian imunisasi
yang tidak sesuai jadwal atau belum lengkap tersebut bukan merupakan hambatan untuk
melanjutkan imunisasi. Imunisasi yang telah diberikan sudah menghasilkan respon
imunologis walaupun masih di bawah ambang kadar proteksi atau belum mencapai
perlindungan untuk kurun waktu yang panjang (life long immunity)sehingga dokter tetap
perlu melanjutkan dan melengkapi imunisasi (catch up immunization) agar tercapai kadar
perlindungan yang optimal.

Saat ini, angka kematian anak di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan Negara maju
dan Negara di Asean lainnya. Sebanyak 28 persen kematian disebabkan oleh diare (54
persen diare pada balita disebabkan oleh infeksi rotavirus) dan 20 persen lainnya
disebabkan oleh radang paru/pneumonia. Pneumonia dapat disebbkan oleh berbagai
kuman patogen di antaranya kuman HiB dan Pneumokokus.

Imunisasi dibedakan sesuai dengan kelompok umur. (Tabel 1)


Pada bayi baru lahir hingga berusia 1 tahun, imunisasi dasar wajib dipenuhi untuk
memberikan kekebalan terhadap penyakit yang berbahaya pada awal masa anak. Saat
anak berusia 1-4 tahun, imunisasi ulangan bertujuan untuk memperpanjang masa
kekebalan imunisasi dasar tersebut. Masa ini juga berfungsi untuk melengkapu imunisasi
yang belum lengkap (catch up immunization). Imunisasi diulang pada usia sekolah (5-12
tahun) dan usia remaja 13-18 tahun sambil melengkapi imunisasi.

Tabel 1 Jenis Vaksin Sesuai Kelompok Umur

Kelompok Umur Jenis Imunisasi


BCG, polio, hepatitis B, DPT,
Lahir < 1 tahun campak, HiB, pneumokokus,
rotavirus

DPT, polio, MMR, tifoid, hepatitis


1 - 4 tahun A, varisela, influenza, HiB,
pneumokokus

DPT, polio, campak, MMR, tifoid,


5 - 12 tahun Hepatitis A, varisela, influenza,
pneumokokus

TT, hepatitis B, (MM)R, tifoid,


12 - 18 tahun hepatitis A, varisela, influenza,
pneumokokus, HPV

Lansia Influenza, pneumokokus

MELENGKAPI/ MENGEJAR IMUNISASI


(BAGIAN II)
30.05.2015

IMUNISASI yang wajib diberikan adalah imunisasi yang telah menjadi suatu komitmen
global. Artinya, imunisasi tersebut harus diberikan oleh semua negara di dunia seperti
program pemberantasan penyakit polio, tetanus, pertusis, campak, Hib, hepatitis B,
rotavirus. Imunisasi BCG hanya dianjurkan bagi negara endemis.
mengejar-imunisasi ini
fotooo

Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B idealnya diberikan sedini mungkin (<12 jam) setelah lahir, lalu
dianjurkan pada jarak 4 minggu dari imunisasi pertama. Jarak imunisasi ke-3 dengan ke-2
minimal 2 bulan dan terbaik setelah 5 bulan. Apabila anak belum pernah mendapat
imunisasi hepatitis B pada masa bayi, ia bisa mendapat serial imunisasi kapan saja saat
berkunjung. Hal ini dapat dilakukan tanpa harus memeriksa kadar anti hepatitis B.

BCG
Imunisasi lain adalah imunisasi BCG. Indonesia saat ini merupakan negara ke-3 tertinggi di
dunia untuk penyakit TBC, setelah India dan Tiongkok. Imunisasi BCG terbaik diberikan
pada usia 2-3 bulan karena pada bayi usia <2 bulan sistem imun anak belum matang.
Pemberian imunisasi penyokong (booster) tidak dianjurkan.

DPT
Imunisasi DPT juga termasuk komitmen global dalam rangka eliminasi tetanus. Imunisasi
DPT diberikan 3 kali sebagai imunisasi dasar, dilanjutkan dengan imunisasi ulangan 1 kali
(interval 1 tahun setelah DPT3). Pada usia 5 tahun, diberikan ulangan lagi (sebelum masuk
sekolah) dan pada usia 12 tahun berupa imunisasi Td. Pada wanita, imunisasi TT perlu
diberikan 1 kali sebelum menikah dan 1 kali pada ibu hamil, yang bertujuan untuk
mencegah tetanus neonatorum (tetanus pada bayi baru lahir).
Apabila imunisasi DPT terlambat diberikan, berapa pun interval keterlambatannya, jangan
mengulang dari awal, tetapi lanjutkan imunisasi sesuai jadwal. Bila anak belum pernah
diimunisasi dasar pada usia <12 bulan, lakukan imunisasi sesuai imunisasi dasar baik
jumlah maupun intervalnya. Bila pemberian DPT ke-4 sebelum ulang tahun ke-4,
pemberian ke-5 paling cepat diberikan 6 bulan sesudahnya. Bila pemberian ke-4 setelah
umur 4 tahun, pemberian ke-5 tidak diperlukan lagi.

Polio
Vaksin polio oral (OPV) diberikan saat lahir, usia 2, 4, 6, 18 bulan (atau usia 2, 3, 4 bulan
sesuai program pemerintah), sedangkan untuk vaksin polio suntik (IPV) diberikan pada usia
2, 4, 6-18 bulan dan 6-8 tahun. Apabila imunisasi polio terlambat diberikan, jangan
mengulang pemberiannya dari awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi sesuai jadwal, tidak
peduli berapa pun interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya.

Campak
Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan dan dosis ulangan (second
opportunity pada crash programcampak) pada usia 6-59 bulan serta saat SD kelas 1-6.
Terkadang, terdapat program PIN (Pekan Imunisasi Nasional) campak yang bertujuan
sebagai penguatan (strengthening). Program ini bertujuan untuk mencakup sekitar 5 persen
individu yang diperkirakan tidak memberikan respon imunitas yang baik saat diimunisasi
dahulu. Bagi anak yang terlambat/belum mendapat imunisasi campak: bila saat itu anak
berusia 9-12 bulan, berikan kapan pun saat bertemu. Bila anak berusia >1 tahun, berikan
MMR.

MMR
Vaksin MMR diberikan pada usia 15-18 bulan dengan minimal interval 6 bulan antara
imunisasi campak dengan MMR. MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau sesudah
penyuntikan imunisasi lain. Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada
usia 12-18 bulan dan diulang pada usia 6 tahun, imunisasi campak (monovalen) tambahan
pada usia 6 tahun tidak perlu lagi diberikan. Bila imunisasi ulangan (booster) belum
diberikan setelah berusia 6 tahun, berikan vaksin campak/MMR kapan saja saat bertemu.
Pada prinsipnya, berikan imunisai campak 2 kali atau MMR 2 kali.

http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/melengkapi-mengejar-imunisasi-bagian-ii

Penulis: Kusnandi Rusmil (Ikatan Dokter Anak Indonesia)


MELENGKAPI/ MENGEJAR IMUNISASI
(BAGIAN III)
30.05.2015

mengejar-
imunisasi ini fotooo
HiB
IMUNISASI HiB dapat berupa vaksin PRP-T (konjugasi) diberikan pada usia 2, 4, dan 6
bulan, dan diulang pada usia 18 bulan. Vaksin HiB juga dapat diberikan dalam bentuk
vaksin kombinasi. Apabila anak datang pada usia 1-5 tahun, HiB hanya diberikan 1 kali .
Anak di atas usia 5 tahun tidak perlu diberikan karena penyakit ini hanya menyerang anak
dibawah usia 5 tahun. Saat ini, imunisasi HiB telah telah masuk program pemerintah, yaitu
vaksin Pentabio produksi Bio Farma, vaksin HiB diberikan bersama DPT, Hepatitis B.

Pneumokokus
Imunisasi yang penting lainnya yaitu imunisasi Pneumokokus untuk mencegah infeksi
kuman pneumokokus salah satu penyebab penting dari radang telinga, pneumonia,
meningitis dan beredarnya bakteri dalam darah. Sayangnya, imunisasi ini belum masuk
program pemerintah.
Imunisasi pneumokokus diberikan tergantung usia pasien (Table 2).

Tabel 2. Jadwal dan Dosis Pemberian Imunisasi Pneumokokus

Usia Dosis dan Interval Ulangan

3 dosis, interval 6 - 1 dosis, 12 - 15


2 - 6 bulan
8 minggu bulan

2 dosis, interval 6 - 1 dosis, 12 - 15


7 - 11 bulan
8 minggu bulan

2 dosis, interval 6 -
12 - 23 bulan
8 minggu

> 24 bulan 1 dosis

Rotavirus
Angka kejadian kematian diare masih tinggi di Indonesia dan untuk mencegah diare karena
rotavirus, digunakan vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus yang beredar di Indonesia saat ini
ada 2 macam. Pertama Rotateq diberikan sebanyak 3 dosis: pemberian pertama pada usia
6-14 minggu dan pemberian ke-2 setelah 4-8 minggu kemudian, dan dosisi ke-3 maksimal
pada usia 8 bulan. Kedua, Rotarix diberikan 2 dosis: dosis pertama diberikan pada usia 10
minggu dan dosis kedua pada usia 14 minggu (maksimal pada usia 6 bulan). Apabila bayi
belum diimunisasi pada usia lebih dari 6-8 bulan, maka tidak perlu diberikan karena belum
ada studi keamanannya.

Influenza
Vaksin influenza diberikan dengan dosis tergantung usia anak. Pada usia 6-35 bulan cukup
0,25 mL. Anak usia >3 tahun, diberikan 0,5 mL. Pada anak berusia <8 tahun, untuk
pemberian pertama kali diperlukan 2 dosis dengan interval minimal 4-6 minggu, sedangkan
bila anak berusia >8 tahun, maka dosis pertama cukup 1 dosisi saja.

Varisela
Vaksin varisela (cacar air) diberikan pada usia >1 tahun, sebanyak 1 kali. Untuk anak
berusia >13 tahun atau pada dewasa, diberikan 2 kali dengan interval 4-8 minggu. Apabila
terlambat, berikan kapan pun saat pasien datang, karena imunisasi ini bisa diberikan
sampai dewasa.
Hepatitis A & Tifoid
Imunisasi hepatitis A dan tifoid diberikan pada usia lebih dari 2 tahun. Imunisasi hepatitis A
diberikan sebanyak 2 dosis dengan interval 6-12 bulan. Imunisasi tifoid diberikan pada usia
lebih dari 2 tahun, dengan ulangan setiap 3 tahun. Vaksin tifoid merupakan vaksin
polisakarida sehingga di atas usia 2 tahun.

http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/melengkapi-mengejar-imunisasi-bagian-iii

MELENGKAPI/MENGEJAR IMUNISASI
(BAGIAN IV)
30.05.2015

Vaksin pada masa remaja

Imunisasi HPV, pencegahan kanker mulut rahim yang diberikan pertama kali pada usia
remaja awal, sebagai persiapan menuju masa dewasa dan kehamilan. Vaksin HPV
diberikan sejak anak berusia 10 tahun, dapat diberikan hingga anak berusia 26 tahun.
Vaksin ini bertujuan untuk mencegah kanker leher rahim. Kejadian kanker serviks di
Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan kanker payudara. Terdapat dua jenis vaksin
HPV. Pertama, vaksin HPV bivalen (tipe 16 dan 18), yang diberikan pada 0, 1, dan 6 bulan.
Kedua, vaksin HPV kuadrivalen (tipe 6, 11, 16, dan 18) diberikan pada 0, 2, dan 6 bulan,
Pada masa remaja pertengahan, imunisasi diberikan pada remaja yang tidak mendapat
imunisasi lengkap sebelumnya, misalnya imunisasi hepatitis B, polio, MMR, varisela,
hepatitis A, pnumokokus polisakarida, serta vaksin untuk remaja tertentu yang berisiko
tinggi. Demikian juga, pada masa remaja akhir, semua jenis vaksin sudah harus dilengkapi
pemberiannya. Imunisasi juga penting diberikan pada lansia untuk mengurangi terjadinya
penyakit, khususnya influenza dan bakteri pneumokokus.
mengejar-imunisasi ini
fotooo
Berikut rancangan imunisasi menurut WHO (Gambar 1) termasuk catch up, jadwal
imunisasi Departemen Kesehatan (Gambar 2) dan Jadwal imunisasi anjuran Ikatan Dokter
Anak Indonesia (Gambar 3). Apabila status imunisasi pasien tidak diketahui, maka
dianggap belum pernah diimunisasi dan harus diimunisasi sesuai jadwal.
tabel imunisasi

tabel imunisasi
imunisasi IV

imunisasi IV

Klik di sini untuk melihat bagian 1

Klik di sini untuk melihat bagian 2

Klik di sini untuk melihat bagian 3


Penulis: Kusnandi Rusmil (Ikatan Dokter Anak Indonesia)

Catatan: Artikel pernah dimuat di harian Kompas, kolom klasika, tanggal 3 Mei 2015

http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/melengkapimengejar-imunisasi-bagian-iv

Pemantauan dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi


(KIPI)
Dipublikasikan Pada : Selasa, 15 Agustus 2017 00:00:00, Dibaca : 10.574 Kali Jakarta, 15 Agustus 2017

Pemerintah berkomitmen kuat mewujudkan eliminasi penyakit campak dan


mengendalikan penyakit rubella serta kecacatan bawaan akibat rubella atau Congenital
Rubella Syndrome di Indonesia pada tahun 2020.

Untuk mewujudkan eliminasi dan pengendalian kedua penyakit ini ditempuh strategi
nasional pemberian imunisasi MR tambahan atau catch up campaign untuk anak usia 9
bulan sampai dengan kurang dari 15 tahun, diikuti peralihan pemakaian vaksin campak
menjadi vaksin Measles Rubella (MR) ke dalam program imunisasi.

Dengan mempertimbangkan besarnya jumlah sasaran dan mengingat sumber daya


yang tersedia, maka kegiatan ini dilaksanakan dalam dua fase, yaitu: Fase I pada bulan
Agustus September 2017 di provinsi di Pulau Jawa, dan Fase II pada bulan Agustus
September 2018 di seluruh provinsi di luar Pulau Jawa. Agar eliminasi campak dan
pengendalian rubella dapat terwujud pada tahun 2020, maka kampanye imunisasi MR
ini harus mencapai cakupan minimal 95%. Sampai Hari Minggu 13 Agustus 2017,
cakupan kampanye imunisasi MR sudah mencapai total 13.475.438 anak (38,5%).

Vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasional termasuk vaksin MR untuk
kampanye imunisasi MR sangat aman dan efektif, namun demikian seiring dengan
meningkatnya jumlah vaksin yang diberikan, menurut Chen dkk (1994) akan muncul
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). KIPI merupakan kejadian medik yang terjadi
setelah pemberian imunisasi dan diduga berhubungan dengan imunisasi. Untuk itu
diperlukan kajian dari tim ahli yang independen untuk menilai apakah ada kaitan
dengan imunisasi atau tidak.

Indonesia telah memiliki tim ahli independen untuk melakukan kajian terhadap kasus-
kasus yang diduga KIPI yang terbentuk sejak tahun 1998, dengan unsur keanggotaan
terdiri dari perwakilan dokter spesialis anak, dokter spesialis penyakit dalam, dokter
spesialis kandungan dan kebidanan, dokter spesialis syaraf, dokter spesialis forensik,
farmakolog, vaksinolog dan imunolog serta unsur lintas sektor terkait. Di tingkat
nasional yaitu Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (Komnas PP KIPI) ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI, sedangkan di tingkat
daerah yaitu Komite Daerah (Komda PP KIPI) provinsi yang ditetapkan oleh Gubernur.
Bahkan di tingkat Kabupaten/Kota sepanjang memenuhi unsur keanggotaan tersebut
dapat dibentuk Pokja KIPI Kabupaten/Kota. Tim ini mempunyai kewenangan dan
keahlian untuk melakukan investigasi dan kajian kasus- kasus diduga KIPI.

Saat ini telah dilakukan koordinasi dengan Komnas PP KIPI dan Komnas telah
berkoordinasi dengan Komite Daerah (Komda PP KIPI) untuk penguatan pemantauan
KIPI MR termasuk kajian terhadap kasus-kasus diduga KIPI yang saat ini sedang
diberitakan di beberapa media.

Komnas PP KIPI akan memberikan laporan resmi tentang hasil kajian kasus diduga KIPI
kepada Menteri Kesehatan. Selanjutnya Komnas PP KIPI dan Komda PP KIPI akan
memberi penjelasan kepada masyarakat apabila dibutuhkan.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian
Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemenkes, melalui
nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002 dan
alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id

http://www.depkes.go.id/article/view/17081500008/pemantauan-dan-penanggulangan-kejadian-
ikutan-pasca-imunisasi-kipi-.html

Anda mungkin juga menyukai