Anda di halaman 1dari 14

Case Report Session

EFUSI PLEURA

Oleh :
Edwin Danie Olsa 1740312205
Cici Irawanti Putri 1740312006
Clarissa 1740312053

Preseptor :
dr. Liza Fitria Sp, A. M.Biomed

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2018

0
BAB I

Laporan Kasus

Identitas Pasien

Nama : an. S.S

Umur : 8 tahun 3 bulan

No MR : 50.66.71

Suku Bangsa : Minang

Pekerjaan : Pelajar

Seorang anak perempuan 8 tahun 3 bulan dirawat di bangsal anak RSAM Bukit Tinggi

pada tanggal 08 September 2018 dengan:

Keluhan Utama

Sesak Nafas yang semakin meningkat sejak 2 minggu yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang

- Sesak Nafas yang semakin meningkat sejak 2 minggu yang lalu, sesak nafas tidak

dipengaruhi oleh cuaca dan makanan, sesak tidak bertambah dengan aktivitas. Anak

merasa lebih senang tidur miring ke arah kanan


- Batuk-batuk sejak 3 minggu yang lalu. Batuk tidak berdahak, 1 minggu ini batuk

berdahak namun anak tidak bisa mengeluarkan dahak.


- Demam tidak ada
- Nafsu makan menurun ada sejak sekitar 3 minggu yang lalu
- Penurunan berat badan (+) kira-kira 4 kg sejak 1 minggu terakhir.
- Mual dan muntah tidak ada
- Buang Air Kecil jumlah dan warna biasa
- Buang Air Besar jumlah dan warna biasa
- Riwayat berkontak dengan keluarga atau tetangga dengan batuk-batuk lama disangkal
- Pasien sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Stroke bukittinggi dengan diagnosis Efusi

pleura (D) empyema + Asma Serangan Berat, disana telah diberika terapi O2 2L/I,

1
Cefotaxim 2 x ½, Drip Aminofilin 165 mg, Dexamethasone 3 x 5 mg iv, dan Nebu

Ventolin/6jam

Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat penyakit asma atau bersin-bersin di pagi hari disangkal


- Pasien tidak pernah menderita kelainan seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada keluarga yang menderita kelainan seperti ini sebelumnya.


- Riwayat asma atau bersin-bersin di pagi hari dalam keluarga ada, kakek pasien penderita

asma
- Riwayat keganasan disangkal
- Riwayat keluarga yang batuk-batuk lama, atau meminum obat paket disangkal

Riwayat Persalinan

Anak lahir spontan, langsung menangis, dibantu oleh dokter spesialis, lahir cukup bulan,

dengan BBL 4000 gr, PB 48 cm. Kesan Normal

Riwayat Imunisasi

Ibu Pasien mengatakan imunisasi pasien lengkap

Riwayat Pekerjaan dan Sosial Ekonomi

- Seorang pelajar SD.

PEMERIKSAAN FISIK

A. Umum

Keadaaan umum : Berat

Kesadaran : CMC

2
TD : 120/80

Nadi : 135x/menit

Nafas : 45x/menit

Suhu : 36,50 C

TB : 152 cm

BB : 31 kg

B. Kulit : Warna : ikterik (-), sianosis (-)

Turgor : normal, oedem (-)

Suhu Raba : hangat

Lembab/kering : lembab

C. KGB : Submandibula : tidak teraba pembesaran


Supraclavikula : tidak teraba pembesaran
Axila : tidak teraba pembesaran
Inguinal : tidak teraba pembesaran
D. Kepala : Normocephal

Rambut hitam, tidak mudah dicabut

E. Mata
- Konjungtiva : tidak anemis
- Sklera : tidak ikterik
- Pupil : isokor, refleks cahaya +/+
- Lensa : bening
F. Telinga : Tidak ditemukan kelainan
G. Hidung : Tidak ditemukan kelainan
H. Mulut : Caries (+)
I. Leher :
- Kelenjar Tiroid tidak teraba
- JVP = 5 +0 cmH2O
- Deviasi trakea (-)
J. Dada
Paru :

3
 I : statis : asimetris, kanan lebih cembung daripada kiri

Dinamis : gerak pernapasan kanan lebih tertinggal dari kiri

 P : fremitus kanan lebih lemah dibanding kiri

 Pe : ki = sonor, ka = redup setinggi RIC III ke bawah

 A : ki : SN bronkovesikuler, Rh (+) ronkhi basah halus nyaring, Wh (-)

ka : SN melemah hingga menghilang dari RIC III ke bawah.

Jantung :

- I : ictus tidak terlihat


- P : ictus teraba 1 jari medial Linea Midclavikularis Sinistra RIC V, kuat angkat (-)
- Pe : Batas atas : RIC II , ka : Linea Sternalis Dextra ,
Ki : 1 jari medial Linea Midclavikularis Sinistra RIC V
- A : Reguler, bising (-), M1>M2, A2>P2
K. Abdomen
- I : tidak tampak membuncit
- P : Hati dan Lien tidak teraba. Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defense muscular (-).
- Pe : Tympani, shifting dullness (-), tes undulasi (-)
- A : Bising usus (+) Normal
L. Anggota gerak : edema -/-, flapping tremor (-)
M. Refleks Urat : Refleks Fisiologis +/+, Refleks Patologis -/-

HASIL LABORATORIUM
Hb : 12,9 g/dl
Leukosit : 11000/mm3
Trombosit : 246.000/mm3
Ht : 42%

WD/
- Efusi pleura dekstra ec susp TB paru

TERAPI :
- Bed rest
- MB TKTP
- Cefotaxim 2x1 gr IV

4
- NTR 3x1
- Ranitidin 2x1
- Lanjutkan OAT : INH 1x300mg
Rifampisin 1x450mg
Etambutol 1x750mg
Pirazinamid 1x1gr
Rencana Pemeriksaan:
- Pemeriksaan darah, urin, dan feses rutin
- Analisa cairan pleura
- Ro thorax PA
- CT Scan Thorak
- Pemeriksaan sputum
- Sitologi cairan pleura
- WSD bila sesak bertambah

BAB II

5
EFUSI PLEURA

2.1 Definisi

Efusi pleura adalah suatu keadaan terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang

berlebihan di dalam rongga pleura, yang dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan antara

produksi dan absorbsi cairan pleura. Efusi pleura akibat proses penyakit primer jarang terjadi

tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang

pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang

memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi.1

2.2 Anatomi Pleura

Rongga pleura adalah rongga potensial dengan lebar 16-24 mm, terdapat antara pleura

parietal dan viseral. Normalnya cairan yang difiltrasi dan yang diabsorbsi dari rongga pleura

sebanding, dengan jumlah cairan 0,1-0,2 ml/kgBB. Cairan pleura normal mengandung 1,5 g/dL

protein dengan pH basa (7,60). Absorbsi cairan pleura melalui mikrovili membran kapiler dan

limfe.2

2.3 Etiologi Efusi Pleura1

a. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada

dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, dan sindroma vena kava

superior.

b. Pembentukan cairan yang berlebihan pada proses infeksi tuberculosis, pneumonia, dan

bronkiektasis

c. Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastic seperti

tumor paru

6
d. Kelainan sistemik seperti penyakit-penyakit yang mengakibatkan hambatan aliran getah

bening, hipoproteinemia pada penyakit ginjal, hati, dan gagal jantung.

e. Idiopatik

2.4 Patofisiologi

Peningkatan cairan dalam rongga pleura diakibatkan oleh: 1

1. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler seperti pada gagal jantung

2. Penurunan tekanan osmotik koloid darah seperti pada sindrom nefrotik

3. Meningkatnya permiabilitas kapiler seperti pada Rheumatoid artritis, sarkoidosis

4. Menurunnya tekanan onkotik plasma Hipoalbuminemia; nefrosis, sirosis hepatis

7
2.6 Diagnosis3
2.6.1 Anamnesis
a. Sesak nafas
Nyeri yang hebat menghambat pergerakan nafas dan menyebabkan dipsnea. Pada

penderita efusi pleura mempunyai tanda khas berupa adanya hubungan sesak nafas

dengan posisi tidur. Seorang penderita efusi pleura akan lebih senang tidur miring kearah

yang sakit, dan jika miring kearah paru yang sehat sesak akan bertambah.
b. Rasa berat pada dada
Anak yang lebih besar akan mengeluhkan nyeri yang tajam pada saat inspirasi atau batuk

yang diakibatkan karena peregangan pada pleura parietal


c. Gejala penyakit yang mendasari timbulnya efusi pleura.
Misalnya pada TB : batuk – batuk lama, berat badan menurun, keringat malam, nafsu

makan menurun.

8
2.6.2 Pemeriksaan Fisik :
a. Inspeksi
Bentuk thorak asimetris. Bagian yang mengalami efusi pleura lebih besar dibanding

bagian yang normal. Pelebaran rongga interkostal. Gerakan dada bagian yang efusi

tertinggal dibanding bagian yang normal.


b. Palpasi
Akan ditemukan fremitus yang melemah hingga menghilang dibagian yang mengalami

efusi. Hal ini dikarenakan getaran suara yang dihantarkan dihalangi oleh cairan di dalam

rongga pleura.
c. Perkusi
Perkusi pada bagian yang mengalami efusi menjadi redup
d. Auskultasi
Suara nafas melemah sampai menghilang.

2.6.3 Pemeriksaan penunjang

a. Radiologi4
 Rontgen thorak
Pada pemeriksaan foto thorak rutin tegak, cairan pleura tampak berupa

perselubungan homogen menutupi struktur paru bawah yang biasanya relative radioopak

dengan permukaan atas cekung berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Karena cairan

mengisi ruang hemithorak sehingga jaringan paru akan terdorong kearah sentral / hilus,

dan kadang-kadang mendorong mediastinum kearah kontralateral.


 Computed Tomography Scan/CT scan
CT scan dada akan terlihat adanya perbedaan densitas cairan dengan jaringan sekitarnya.

Pada CT scan, efusi pleura bebas diperlihatkan sebagai daerah berbentuk bulan sabit di

bagian yang tergantung dari hemithorax yang terkena. Permukaan efusi pleura memiliki

gambaran cekung ke atas karena tendensi recoil dari paru-paru. Karena kebanyakan CT

pemeriksaan dilakukan dalam posisi terlentang, cairan mulai menumpuk di posterior

sulkus kostofrenikus. Pada efusi pleuran yang banyak, cairan meluas ke aspek apikal dan

anterior dada dan kadang-kadang ke fisura tersebut. Dalam posisi tengkurap atau lateral,

9
cairan bergeser ke aspek yang tergantung dari rongga pleura. Pergeseran ini menegaskan

sifat bebas dari efusi tersebut.


 Ultrasonografi (USG)
Penampilan khas dari efusi pleura merupakan lapisan anechoic antara pleura visceral dan

pleura parietal. Bentuk efusi dapat bervariasi dengan respirasi dan posisi.
b. Analisis cairan pleura1

Eksudat Parameter Transudat

>3 gr/dl Kadar protein dari cairan efusi <3 gr/dl

>0,5 Ratio protein efusi / plasma <0,5

>200 IU/dl Laktat dehydrogenase <200 IU/dl

>0,6 Ratio LDH efusi / plasma <0,6

>1,016 Berat jenis <1,016

2.7 Pengobatan1

10
11
2.6 Terapi

Kebanyakan pasien anak-anak yang memiliki efusi parapneumonik memberikan respon

yang baik dengan pemberian terapi antibiotic sehingga tidak memerlukan torakostomi. Pemberian

awal terapi antibiotik didasari pada infeksi penyebab yang mendasarinya dan pengeluaran cairan

efusi. Antibiotik idealnya diberi sesuai dengan hasil kultur. Sampai penyebabnya diketahui

pemberian antibiotik spektrum luas diberikan.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Saguil Aaron. Diagnostic Approach to pleural effusion. 2014. American Academy of

Family Physician
2. Pediatric pleural Effusion. Diakses dari www/medscape/com diakses tanggal 12 septeber

2018
3. Liemena S. Comparison of diagnostic examination appearance tuberculosis antigen

rapid test kit between sputum tuberculosis and lung atient serum. 2014.
4. Demirhan R, Kosar A, Sancakli I, Kiral H, Orki A, Arman B. Management of

postpneumonic empyemas in children. Acta Chir Belg. 2008; 108:208-211

13

Anda mungkin juga menyukai