Anda di halaman 1dari 6

DIET ANAK

PILIH-PILIH MAKANAN
19.08.2015

Salah satu hal yang sering dikeluhkan orangtua terkait dengan kebiasaan makan anaknya
adalah pilih-pilih makanan. Biasanya, hal ini paling sering terjadi pada anak berusia 1-3
tahun. Sebenarnya kenapa sih anak suka pilih-pilih makanan? Normal atau tidak? Dan
bagaimana tips mengatasinya?

picky eater for article


Kebiasaan pilih-pilih makanan termasuk ke dalam istilah food preference. Selain pilih-pilih
makanan, penolakan terhadap makanan tertentu juga tercakup pada istilah ini. Food
preference memang memiliki spektrum yang luas, mulai dari picky eatersampai selective
eater. Apa bedanya?

Salah satu food preference yang normal terjadi pada fase perkembangan anak adalah
neofobia atau penolakan terhadap makanan baru. Sebenarnya, neofobia ini merupakan
mekanisme evolusi pertahanan anak yang menguntungkan karena membantu anak
menghindari makan bahan beracun saat anak sudah mampu memilih makanannya sendiri
tanpa pengawasan orangtua. Namun neofobia dapat berlanjut menjadi penolakan
berkepanjangan dan terus menerus terhadap makanan tertentu sehingga menimbulkan
masalah makan berupa food preference. 1,2
Picky eater berarti anak mau mengonsumsi berbagai jenis makanan baik yang sudah
maupun yang belum dikenalnya tapi menolak mengonsumsi dalam jumlah yang cukup.
Selain jumlah yang tidak cukup, picky eater pun berhubungan dengan rasa dan tekstur
makanan. Walaupun pilih-pilih makanan, picky eater masih mau mengonsumsi minimal satu
macam makanan dari setiap kelompok karbohidrat, protein, sayur/buah dan susu. Misalnya,
walaupun anak menolak makan nasi, tapi ia masih mau makan roti atau mie.3,4

Sementara selective eater adalah anak yang menolak segala jenis makanan dalam
kelompok makanan tertentu. Misalnya sama sekali enggan mengonsumsi karbohidrat, baik
itu nasi, roti atau mie.

Kalau picky eater masih merupakan fase normal dalam perkembangan seorang anak, lain
halnya dengan selective eater yang mengakibatkan anak berisiko mengalami defisiensi
makro atau mikronutrien tertentu.

Apa saja yang mempengaruhi terjadinya food preference ini? Selain paparan makanan pada
usia dini, tipe kepribadian anak, pengaruh lingkungan, tekanan dalam proses makan juga
sangat berpengaruh lho! Maka dari itu, saat menghadapi anak yang sulit makan atau sering
pilih-pilih makanan, jangan tambah memaksa atau marah-marah ya!

Bagaimana menghadapi anak yang suka pilih-pilih makanan?5

1. Children see, children do. Kebiasaan makan orangtua akan sangat berpengaruh
terhadap kebiasaan anak. Jika orangtua enggan makan sayur misalnya, wajar saja jika
anak pun meniru enggan makan sayur. Selalu sajikan menu makanan yang berimbang
setiap harinya.
2. Sajikan makanan dalam porsi kecil.
3. Biasanya, jika anak disuruh memakan sesuatu, mereka akan langsung menolak.
Sebaliknya, jika anak yang memegang kendali , mereka cenderung lebih tertarik.
Sebaiknya sajikan makanan di meja yang terjangkau.
4. Jika ingin memberikan makanan baru, jangan langsung menyerah jika anak langsung
menolak. Paparkan makanan baru tadi pada anak sebanyak 10-15 kali.
5. Berikan contoh makan yang menyenangkan. Jika anak melihat orang lain makan
makanan serupa, anak akan lebih tertarik mencoba.
6. Orangtua harus tetap tenang. Jangan panik atau marah-marah saat anak menolak
makanan tertentu.

Daftar Pustaka:

1. Birch, LL, Fisher JO. Development of eating behaviour among children and adolescents.
Pediatrics. 1998; 101:539-49.
2. Dovey TM, Staples PA, Gibson EL, Halford JCG. Food neophobia and "picky/fussy"
eating in children: a review. Appetite, 2008:50:181-93 (abstract).
3. Galloway AT, Fiorito LM, Lee Y, Birch LL. Parental pressure, dietary patterns and weight
status among girls who are "picky/fussy" eaters. J Am Diet Assoc. 2005;105:541-8.
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia, UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik. Pendekatan
diagnosis dan tata laksana masalah makan pada batita di Indonesia. Jakarta: IDAI;2014.
5. Benoit D, Art-Rodas D. Feeding problems in infancy and early childhood; Identification
and management. Paediatr Child Health. 1998;3:21-7

Penulis: Meta Herdiana Hanindita, Nur Aisiyah Widjaja, Siti Nurul Hidayati, Roedi
Irawan (Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Universitas
Airlangga / RSU. Dr. Soetomo, Surabaya)

SEKILAS TENTANG OBESITAS PADA


BUAH HATI
31.03.2016

Obesitas disebut juga kegemukan atau kelebihan berat badan. Ketika buah hati terlihat
gemuk (obes), kerap orangtua menjadi senang dan bahagia karena merasa bahwa buah hati
tidak mengalami kesulitan makan dan mendapatkan gizi yang cukup. Seiring dengan
pertambahan usia anak hingga remaja, berat badan tidak berkurang, tanda-tanda obesitas
makin terlihat jelas dan akhirnya orangtua menyadari ada yang salah dengan kondisi ini. Nah,
agar ini tidak terjadi, pahamilah obesitas sejak anak masih kecil.
Cara mudah mengetahui anak mengalami obesitas adalah dengan melihat bentuk pipi yang
tembem, dagu rangkap, leher tampak pendek, perut membuncit dan berlipat-lipat, payudara
membesar, kedua tungkai umumnya berbentuk x, paha dalam saling menempel dan pada
anak-laki-laki penis tampak kecil dan terbenam. Selain itu anak seringkali tidur mengorok,
tidur tidak nyenyak karena sering terbangun pada malam hari, dan berkurangnya konsentrasi
belajar di sekolah. Anak disebut obes jika berat badan menurut tinggi badan berada pada +3
dan overweight +2 menurut kriteria WHO 2006. Indeks massa tubuh pada anak obes usia
dibawah 5 tahun berada diatas sama dengan +3 pada kurva WHO 2006 dan pada anak usia
diatas sama dengan 5 tahun lebih dari +2 simpang baku pada kurva WHO 2007. 1

Obesitas dapat terjadi pada siapa saja dan pada semua umur. Obesitas pada anak dapat
dimulai sejak usia balita hingga remaja. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara
asupan makanan berupa energi yang dihasilkan dengan energi yang dikeluarkan. Kelebihan
energi yang ada akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak diseluruh tubuh. Selain asupan
makanan yang berlebihan, pengeluaran energi yang kurang disebabkan karena kurangnya
aktifitas fisik, rendahnya metabolisme tubuh, dan rendahnya pemecahan jenis makanan
tertentu seperti makanan yang banyak mengandung lemak dibandingkan makanan dari
sumber karbohidrat dan protein. Asupan makanan yang berlebih merupakan penyebab
utama obesitas (sering disebut sebagai obesitas primer atau nutrisional) dan sisanya sekitar
10% oleh karena kelainan hormon, sindrom atau kerusakan gen (obesitas sekunder atau
non-nutrisional).

Dampak fisik obesitas pada anak dapat menyebabkan kesakitan, kematian dan mengenai
seluruh organ. Penyakit kardiovaskular, hipertensi, stroke, diabetes, perlemakan hati, infeksi
jamur dan kulit, gangguan panggul dan lutut, kista ovarium hingga gejala sesak atau asma,
merupakan penyakit yang sering ditemui pada obesitas. Dampak psikososial anak menjadi
minder, depresi karena bentuk tubuhnya, bau badan yang kurang sedap, kesulitan gerak dan
berisiko tinggi mendapat perlakuan bully baik verbal maupun fisik di sekolah.

Cara mencegah anak menjadi obes adalah dengan menjaga pola hidup sehat sedari dini,
meneruskan pemberian ASI, makanan yang seimbang gizi dan kalorinya, mengurangi
camilan dan makanan manis, memperbanyak aktifitas fisik dengan berlari, bersepeda,
berenang, senam dan permainan lain yang banyak menggunakan gerakan motorik atau
aerobic, serta membatasi waktu menonton televisi dan penggunaan media elektronik hingga
1-2 jam/hari.2

Jika memang anak sudah menderita obes, maka berbagai hal berikut ini perlu dilakukan agar
berat badannya dapat menjadi ideal kembali:

 Menerapkan pola makan yang sehat dan gizi seimbang


 Menggantikan camilan tinggi kalori dengan buah-buahan segar dan air piutih diantara
jadwal makanan utama dan camilan
 Memperbanyak aktifitas fisik, mengurangi bermain permainan di komputer atau
menonton televisi dan modifikasi perilaku orangtua sebagai panutan
 Motivasi buah hati untuk menurunkan berat badannya dengan pola hidup sehat
 Beri target untuk menurunkan berat badan 0,5 kg dalam seminggu atau turun mencapai
20% diatas berat badan ideal atau cukup dipertahankan karena pertumbuhan linier
(tinggi badan) masih berlangsung
 Ajak anak banyak berjalan kaki dan berolahraga bersama
 Ajak anak mengkonsumsi makanan sehat. Pilih jenis makanan sehat yang disukai dan
dapat diterima anak serta memperbanyak asupan berupa sayur mayor dan buah-
buahan. Serat akan cepat mengenyangkan, mengurangi rasa lapar dan meningkatkan
pemecahan lemak. Panduan makanan berupa traffic light dietdapat diterapkan.3 Buah
dan sayur termasuk green food pada traffic light diet yaitu dapat dikonsumsi setiap hari,
tinggi vitamin, mineral dan serat. Green food lainnya mengandung rendah lemak,
rendah gula dan garam berupa daging tanpa lemak, ikan, kacang-kacangan, roti
gandum, susu rendah lemak dan air. Yellow food/makanan yang boleh dikonsumsi
dalam porsi kecil, tetapi tidak dianjurkan untuk dikonsumsi setiap hari yaitu daging
olahan rendah lemak dan garam, produk roti dan sereal olahan, susu tinggi lemak, kue
dan biskuit rendah lemak dan gula. Red food adalah makanan yang boleh dikonsumsi
1x/minggu yaitu makanan yang mengandung rendah vitamin dan mineral tetapi tinggi
kalori, lemak jenuh, gula dan garam, berupa gorengan, daging olahan tinggi lemak, kue,
minuman manis dan coklat.3
 Beri dorongan dan pujian terhadap setiap keberhasilan anak dalam perilaku sehat yang
berhasil dilakukannya
 Libatkan juga anggota keluarga yang lain serta guru dan teman di sekolah untuk
menghilangkan obesitas.

Bila memang anak mengalami obesitas, sebaiknya kunjungi dokter anak anda,
konsultasikan masalah nutrisi, aktifitas fisik, dan dampak psikis yang terjadi. Dokter anak
akan memberi panduan makanan dan perhitungan kalori yang sesuai serta aktifitas fisik
yang disarankan. Terapi obat maupun bedah (gastric binding) hanya diberikan pada kondisi
khusus dan keputusan tersebut harus dilakukan dengan hati-hati karena prinsip
penanganan obesitas pada anak bukanlah obat maupun terapi bedah. Terapi ini hanya
dapat diberikan pada anak dan remaja obes yang telah berusia diatas sama dengan 13
tahun untuk anak perempuan dan diatas sama dengan 15 tahun untuk anak laki-laki,
mengalami komplikasi obesitas yang berat dan tidak memberikan respon yang baik
terhadap pemberian pola makan, aktifitas fisik dan perubahan perilaku yang benar.

Kepustakaan

1. Sjarif DR. Obesitas anak dan remaja. Dlaam: Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar
SS, penyunting. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Edisi ke-1. Jakarta:
BP IDAI; 2011.h.230-41.
2. Rekomendai Ikatan Dokter ANak Indonesia. Diagnosis, tatalaksana dan pencegahan
obesitas pada anak dan remaja. Dalam: Sjarif DR, Gultom LC, Hendarto A, Lestari ED,
Sidharta IGL, Mexitalia M, penyunting. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Edisi ke-1, 2014.
3. Traffic light eating. http://www.drsearswellnessinstitute.org. Diakses pada tanggal 17
Maret 2016.

Penulis : Dr. Fransiska Farah,SpA,MKes

Reviewer : Dr.Titis Prawitasari,Sp.A(K)

Ikatan Dokter Anak Indonesia

Anda mungkin juga menyukai