TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
2.2. Epidemiologi
3
2.3. Klasifikasi
4
Tabel 2.2 Gambaran klinis DM tipe 1 dan DM tipe 2
2.4. Patogenesis
5
Gambar 2.1 Patogenesis DM tipe 1 (Kasper, 2018)
6
Gambar 2.2 Patogenesis DM tipe 1 (Christoffersson, 2016)
1. Periode pre-diabetes
7
Gambar 2.3 Perjalanan penyakit DM tipe 1 (Jennifer, 2018)
3. Periode Honey Moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada
periode ini sisa-sisa sel β pankreas akan bekerja optimal sehingga
akan diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada saat ini
kebutuhan insulin dari luar tubuh akan berkurang hingga kurang dari
0,5 U/kgBB/hari dengan HbA1c <7%. Namun periode ini hanya
berlangsung sementara, bisa dalam hitungan hari ataupun bulan,
sehingga perlu adanya edukasi pada orang tua bahwa periode ini
bukanlah fase remisi yang menetap.
2.6. Diagnosis
9
autoantibodi, tetapi pemeriksaan autoantibodi juga belum menjadi
pemeriksaan yang rutin dilakukan karena ketersediaan pemeriksaan yang
belum luas dan relatif mahal di Indonesia. Penanda serologi untuk
autoimunitas terhadap sel β pankreas, antara lain glutamic acid
decarboxylase autoantibodies (GAD), tyrosine phosphatase-like
insulinoma antigen 2 (IA2), insulin autoantibodies (IAA), dan β-cell-
specific zinc transporter 8 autoantibodies (ZnT8). Skrining DM tipe 1
pada anak asimtomatik dengan panel antibodi hanya direkomendasikan
dalam penelitian dan jika memiliki anggota keluarga derajat pertama
dengan DM tipe 1.2,3,6
2.7. Tatalaksana
2.7.1. Insulin
10
Sumber: UKK endokrinologi IDAI, 2017
Dosis insulin:
11
sebagai komponen bolus terbagi yang disuntikkan 20- 30 menit sebelum
makan bila menggunakan insulin reguler, atau segera sebelum makan
atau sesudah makan bila menggunakan analog insulin kerja cepat.
Analog insulin kerja cepat dapat diberikan 15-20 menit sebelum makan
untuk mendapatkan efek yang maksimal.4,5
Ada dua hal yang perlu dikenali pada pemberian insulin, yaitu
efek Somogyi dan efek subuh (Dawn Effect). Efek Somogyi terjadi
sebagai kompensasi terhadap hipoglikemia yang terjadi sebelumnya
(rebound effect), yaitu pemberian insulin yang berlebihan sehingga
terjadi hipoglikemia pada malam hari (jam 02.00-03.00), akibat adanya
hipoglikemia maka tubuh mengkonpensasi dengan peningkatan sekresi
hormon kontrainsulin (hormon glikogenik). Sebaliknya efek subuh
terjadi akibat kerja hormon hormon kontra insulin yang lebih dominan
pada malam hari. Sehingga efek Somogyi memerlukan penambahan
makanan kecil sebelum tidur atau pengurangan dosis insulin malam hari,
sedangkan efek Subuh memerlukan penambahan dosis insulin malam
hari untuk menghindari hiperglikemia pagi hari.4-6
12
Tabel 2.4 Target glukosa darah
2.7.3. Nutrisi
14
Risiko terjadinya hipoglikemia nokturnal pasca olahraga cukup
tinggi terutama jika kadar glukosa darah sebelum tidur < 125 mg/
dL (<7,0 mmol/L). Dosis insulin basal sebelum tidur sebaiknya
dikurangi.
Pasien dengan retinopati proliferatif atau nefropati harus
menghindari olahraga yang bersifat anaerobik atau yang
membutuhkan ketahanan fisik karena dapat menyebabkan tekanan
darah tinggi.
2.7.5. Edukasi
16
Gambar 2.4 Patofisiologi ketoasidosis diabetikum ( Joseph, 2018)
17
Ketonemia dan ketonuria.
18
retinopati, dan neuropati. Komplikasi yang mengenai makrovaskular
seperti penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskular, dan penyakit
pembuluh darah perifer (klaudikasio, infeksi/ gangren, amputasi).3
19