PEMBAHASAN
Puskesmas Pauh tahun 2014 dan diskusi dengan pemegang program Gizi di
Puskesmas Pauh. Kegiatan ini dilakukan mulai tanggal 9 Mei - 22 Mei 2015.
lima masalah yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas. Penilaian
serta observasi langsung lapangan. Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari
kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari urgensi,
Pentingnya pemberian ASI eksklusif terlihat dari peran dunia yaitu pada
pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. ASI
44
2. Tingginya kebiasaan merokok di dalam rumah
Merokok di dalam rumah merupakan salah satu kebiasaaan yang harus
dihindarkan. Hal ini telah dituangkan juga dalam indikator MDGs. Merokok
Namun akibat dari seorang perokok aktif maupun pasif hanya dapat dilihat
dalam jangka waktu lama. Terdapatnya seorang perokok atau lebih di dalam
rumah akan memperbesar resiko anggota keluarga lain untuk sakit terutama
kesehatan utama terutama pada bayi dan balita. Berdasarkan SKRT (Survei
utama pada bayi. Faktor risiko terjadinya ISPA meliputi pencemaran udara
45
5. Rendahnya cakupan penjaringan suspek TB paru
suspek TB paru masih rendah. Hal ini dapat meningkatkan resiko penularan
TB paru ke lingkungan sekitar semakin tinggi jika suspek dengan BTA (+)
46
Nilai 3 : sedang
Nilai 4 : tinggi
Nilai 5 : sangat tinggi
47
Tabel 4.1.Penilaian Prioritas Masalah di Puskesmas Pauh
48
Tabel 4.2. Penentuan Prioritas Masalah
No. Masalah Metode Skor Alasan
1. Rendahnya angka Urgensi 5 ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan
pemberianASI perkembangan bayi. Sehingga tidak dilaksanakannya pemberian ASI eksklusif akan
eksklusif mempengaruhi status gizi bayi yang nantinya akan meningkatkan angka kematian bayi.
Intervensi 4 Intervensi dapat dilakukan langsung kepada ibu hamil dan menyusui melalui penyuluhan
tentang ASI eksklusif oleh petugas Puskesmas maupun kader. Selain itu juga bisa dilakukan
intervensi kepada tenaga kesehatan dalam hal pelaksanaan IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
derajat kesehatan ibu dan anak sehingga mengurangi angka kematian bayi dan balita.
49
2. Tingginya Urgensi 3 Merokok di dalam rumah merupakan salah satu kebiasaaan yang harus dihindarkan. Hal ini
kebiasaan telah dituangkan juga dalam indikator MDGs. Merokok dalam rumah terdapat anggota
merokok di dalam keluarga lainnya yang menjadi perokok pasif. Namun akibat dari seorang perokok aktif
rumah maupun pasif hanya dapat dilihat dalam jangka waktu lama.
Intervensi 2 Melakukan penyuluhan pada masyarakat yang merokok didalam rumah oleh petugas
puskesmas.
Biaya 4 Biaya yang dibutuhkan murah karena hanya diperlukan untuk penyuluhan kepada
kesehatan
3. Rendahnya Urgensi 4 Menggunakan jamban sehat merupakan salah satu indikator PHBS. Walaupun sebagian
penggunaan besar masyarakat sudah memiliki jamban, namun angka open defecation di masayarakat
jamban sehat masih tinggi. Masyarakat yang menggunakan jamban sehat akan mencegah berbagai
ancaman penyakit menular berbasis lingkungan salah satunya diare. Berdasarkan laporan
tahunan Puskesmas Pauh tahun 2014, diare termasuk 10 penyakit terbanyak di Kecamatan
Pauh.
50
Intervensi 3 Intervensi dapat dilakukan dengan penyuluhan dan pemicuan langsung oleh petugas
mengubah kebiasaan melalui penyuluhan dan pemicuan. Serta melakukan kerjasama dengan
kejadian ISPA dengan baik akan tetapi sangat sulit untuk dicegah karena ISPA bergantung pada banyak
masyarakat
51
Biaya 3 Biaya yang dibutuhkan untuk penanganan ISPA berupa biaya untuk pembelian obat-obatan
Mutu 5 Dengan tatalaksana yang baik, penderita ISPA dapat kembali sembuh seperti sebelumnya
5. Rendahnya Urgensi 4 Dengan penjaringan suspek TB yang masih rendah dapat meningkatkan resiko penularan TB
penjaringan ke lingkungan sekitar. Jika suspek dengan BTA (+) tidak ditemukan dan diberikan
52
Biaya 3 Pemeriksaan sputum jika ada warga yang dicurigai menderita TB tidak dipungut biaya.
Pewarnaan sputum dapat dilakukan di Puskesmas Pauh, sedangkan pembacaan slide sputum
53
4.3 Analisis Sebab Akibat
Dari hasil analisis terhadap Laporan Tahunan Puskesmas Pauh tahun 2014 dan diskusi
dengan pemegang program Gizi di Puskesmas Pauh didapatkan bahwa pencapaian ASI
Eksklusif di Puskesmas Pauh belum mencapai target. Untuk mengetahui penyebab dari
masalah ini dilakukan diskusi dengan Bu Lely Guslina, AMG selaku pemegang program
Gizi dan didapatkan kesimpulan bahwa faktor - faktor yang mempengaruhi rendahnya
1. Manusia
a. Kurangnya kesadaran ibu mengenai ASI Eksklusif
Rendahnya kesadaran ibu menyusui tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif bisa
dilihat dari laporan tahunan Puskesmas Pauh tahun 2014 jumlah bayi usia 0 - 6 bulan
adalah 1.275 bayi, tetapi yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 60,88% dari total
pemberian ASI ekslusif. Selain itu juga disebabkan oleh rasa khawatir keluarga
apabila bayi tidak segera mendapat ASI apabila ASI tidak bisa keluar atau saat ibu
sedang bekerja.
c. Belum adanya pelatihan mengenai ASI Eksklusif bagi para kader
Selama ini pelatihan kader di wilayah kerja Puskesmas Pauh hanya terfokus pada
kegiatan posyandu, seperti penimbangan berat badan bayi, pengukuran panjang badan
bayi, lingkar kepala bayi, dan lain lain. Maka dari itu, diperlukan pelatihan lebih
banyak bagi para kader mengenai ASI eksklusif agar masyarakat memahami tentang
54
d. Masih adanya Bidan Praktek Swasta yang memberikan susu formula kepada
yang memberikan susu formula kepada bayi baru lahir dengan berbagai macam
alasan, seperti puting susu terbenam, ASI tidak keluar, bayi tidak bisa menghisap, dan
lain-lain.
2. Material
Belum adanya media promosi
Dari penyuluhan - penyuluhan mengenai ASI Eksklusif di daerah kerja Puskesmas
Pauh, selama ini belum terlihat adanya pemanfaatan dari media promosi, seperti
poster, leaflet, video, dan lain - lain. Hal ini mungkin terkendala dana dan sumber
MANUSIA
MATERIAL METODE
Masih minimnya 55
Metode penyuluhan yang
jumlah media kurang menarik
promosi.
Gambar 4.4 Diagram Ishikawa
4.4 Alternatif Penyelesaian Masalah
1. Manusia
Masalah 1
Kurangnya pengetahuan ibu mengenai ASI Eksklusif
Rencana
Melakukan penyuluhan ASI Eksklusif kepada ibu hamil dan menyusui
56
Kurangnya dukungan dari keluarga kepada ibu menyusui untuk memberikan ASI
Eksklusif
Rencana
Memberikan edukasi kepada keluarga ibu menyusui yang memiliki bayi berusia di
bawah enam bulan
Pelaksana
Kader
Target
Meningkatnya dukungan keluarga kepada ibu untuk pemberian ASI Eksklusif
Masalah 3
Belum adanya pelatihan mengenai ASI Eksklusif bagi para kader
Rencana
Mengadakan pelatihan dan upgrade ilmu mengenai ASI Eksklusif bagi para kader
Waktu dan Tempat
Pelatihan kader diadakan satu kali dalam setahun dan upgrade ilmu satu kali dalam
tiga bulan pada minggu pertama di Puskesmas Pauh
Pelaksana
Petugas promkes,gizi dan KIA
Target
Semua kader mendapatkan pelatihan
Masalah 4
Masih adanya Bidan Praktek Swasta yang memberikan susu formula kepada bayi
baru lahir
Rencana
Mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh pimpinan Puskesmas dan Bidan Praktek
Swasta di Puskesmas pada awal bulan Juni tahun 2015
Pelaksana
Pimpinan puskesmas
Target
Tidak ada Bidan Praktek Swasta yang memberikan susu formula kepada bayi baru
lahir
2. Material
Masalah
Belum adanya media promosi
Rencana
Bekerjasama dengan mahasiswa praktek untuk menyediakan media promosi seperti
leaflet dan brosur tentang ASI Eksklusif.
Pelaksana
Petugas promkes, mahasiswa
Target
Tercukupinya jumlah media promosi tentang ASI Eksklusif
3. Metode
57
Masalah
Metode penyuluhan tidak menarik
Rencana
Penyuluhan dibuat lebih interaktif dan dibuat dalam grup kecil maksimal 15 orang
agar kondusif
Pelaksana
Petugas puskesmas bagian gizi bersama kader
Target
Terbentuknya grup yang berjumlah maksimal 15 orang untuk penyuluhan ASI
eksklusif.
58