Anda di halaman 1dari 4

Tabel Penilaian Prioritas Masalah dengan Metode Hanlon

No Identifikasi
Masalah
Urgensi Kemungkinan
Intervensi
Biaya Mutu Total
Skor
Skala
Prioritas
1 Rendahnya
cakupan rumah
berPHBS
4 2 4 4 14 4
2 Rendahnya
pemantauan
DAMIU
5 2 2 5 14 3
3 Rendahnya
cakupan ASI
eksklusif
3 4 4 4 15 2
4 Rendahnya CDR
TB
4 2 5 5 16 1
5 Rendahnya
cakupan D/S
3 3 2 4 12 5
1. Rendahnya cakupan rumah berPHBS
Urgensi: 4
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan upaya pencegahan
berbagai penyakit, baik menular maupun tidak menular.
Pencapaian indikator tidak merokok di rumah masih rendah, yaitu
23,3% sedangkan target rumah berPHBS adalah semua indikator
harus tercapai.
Faktor perilaku memiliki andil 30-35% terhadap derajat kesehatan.
Intervensi: 2
Perlu motivasi dan kemauan yang sungguh-sungguh untuk
mengubah perilaku.
Kebiasaan merokok susah untuk dihentikan.
Biaya: 4
Kegiatan dapat dilaksanakan bersamaan dengan program lain.
Mutu: 4
PHBS merupakan kebutuhan hidup dasar untuk kesehatan. Jika
setiap rumah berPHBS, maka keluarga tersebut berperan dalam
pencapaian peningkatan kesehatan masyarakat.

2. Rendahnya pemantauan DAMIU
Urgensi: 5
Kurangnya pemantauan DAMIU berpotensi menyebabkan
timbulnya Kejadian Luar Biasa diare dan keracunan
Telah adanya laporan dari masyarakat mengenai kejadian diare
akibat mengkonsumsi air dari DAMIU di wilayah kerja
Ditemukannya 3 dari 8 DAMIU di wilayah kerja yang diperiksa
pada tahun 2014 positif mengandung E Coli dan 1 DAMIU positif
mengandung zat kimia arsen dan
Intervensi: 2
Kurangnya kepedulian pemilik DAMIU dalam pengurusan
perizinan dan pemeriksaan DAMIU
Tingginya pengaruh kebijakan lintas sektor dalam mendisiplinkan
DAMIU yang bukan merupakan wewenang puskesmas
Minimnya jumlah tenaga ahli kesehatan lingkungan di puskesmas
dan tenaga yang menguasai permasalahan kesehatan DAMIU
Biaya: 2
Tidak dapat diintegrasikan dengan program lain
Perlunya alat akomodasi khusus bagi petugas untuk menjalankan
program mengingat lokasi DAMIU yang berbeda-beda
Kegiatan harus dilakukan secara rutin dan berkala
Mutu: 5
Secara tidak langsung dapat menurunkan angka kejadian diare dan
meningkatkan derajat kesehatan

3. Rendahnya cakupan ASI eksklusif
Urgensi: 3
ASI eksklusif dapat membentuk ketahanan tubuh bayi, sehingga
mencegah bayi sakit
ASI eksklusif merupakan satu-satunya makanan utama yang
dianjurkan secara medis untuk dikonsumsi oleh bayi
Pemberian ASI eksklusif dapat meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan bayi
Intervensi: 4
Adanya program Posyandu yang berjalan rutin di puskesmas
ambacang kuranji yang dapat mempermudah upaya sosialisasi ASI
eksklusif
Telah ada cara mempermudah penyimpanan ASI dan alat pompa
ASI bagi ibu yang memerlukan
Biaya: 4
Hanya diperlukan tenaga penyuluh dan leaflet sebagai media
edukasi selain konseling
Mutu: 4
Secara tidak langsung dapat meningkatkan status gizi anak,
pertumbuhan dan perkembangan
Dapat meningkatkan mutu SDM

4. Rendahnya CDR TB
Urgensi: 4
TB merupakan penyakit yang sangat menular dan berbahaya.
Semakin awal dideteksi semakin tinggi nilai kesembuhan dan
menurunkan angka penularan dan komplikasi
Intervensi: 2
Rendahnya kemauan dan kesadaran masyarakat yang masih rendah
dan paradigm negatif penderita TB
Banyaknya penderita yang mengonsumsi obat yang dijual bebas
sehingga mengurangi gejala khas (batuk lama) dan menyulitkan
diagnosis
Belum adanya tenaga ahli dalam pemeriksaan BTA di puskesmas
sehingga pemeriksaan dahak harus dirujuk
Biaya: 3
Alat pemeriksaan sudah ditanggung BPJS
Mutu: 5
Dengan bagusnya angka CDR diharapkan dapat mengurangi
insidensi TB di Indonesia, khususnya puskesmas ambacang dan
memutus rantai penularan

5. Rendahnya cakupan D/S
Urgensi: 3
Program ini diperlukan sebagai usaha screening terhadap status
gizi dan pemantauan tumbuh kembang bayi dan anak.
Peningkatan D/S akan menunjang data pencapaian gizi anak. Pada
data 2013, status gizi anak di wilayah kerja puskesmas Ambacang
Kuranji sudah mencapai target dari DKK, yaitu <15%, tetapi
hasilnya masih diragukan akibat kurangnya partisipasi masyarakat.
Puskesmas Ambacang Kuranji memiliki target sendiri untuk
pencapaian status gizi anak, yaitu 0%.
Intervensi: 3
Penyuluhan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepedulian
ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anaknya
dirasa dapat dilakukan tanpa kesulitan yang tinggi.
Biaya: 2
Perlu ada inovasi yang memerlukan biaya misalnya hadiah kepada
ibu yang rajin atau rutin menimbang anaknya
Perlu adanya dana yang lebih untuk memperbagus posyandu
sehingga menarik kunjungan ibu dan balita.


Mutu: 4
Peningkatan D/S mempengaruhi nilai N/D sehingga tidak ada keraguan
lagi untuk menilai tumbuh kembang anak secara keseluruhan
Dengan tercapainya D/S, maka secara tidak langsung pemantauan
tumbuh kembang sudah tercapai.

Anda mungkin juga menyukai