PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
LATAR BELAKANG
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Deteksi dini kanker serviks lewat pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual
Asam Asetat) dianggap dapat membantu menyelamatkan banyak wanita karena relatif mudah dilakukan dan
hasilnya cepat diperoleh. Pemeriksaan IVA dilakukan dengan meneteskan asam asetat (asam cuka) pada
permukaan mulut rahim. Teknik ini dinilai terjangkau, mudah, hanya memerlukan alat sederhana, dan hasilnya
bisa langsung didapatkan. Agar hasilnya akurat, pemeriksaan IVA hanya boleh dilakukan oleh wanita yang
sudah pernah melakukan hubungan intim, tidak berhubungan intim selama 24 jam sebelum pemeriksaan, dan
Pemeriksaan IVA secara berkala dianjurkan setidaknya setiap 3-5 tahun sekali. Hal ini dilakukan untuk
mendeteksi kanker serviks secara dini, sebab gejala kanker serviks stadium awal sering kali tidak jelas. Gejala
umumnya baru muncul pada tahap lanjut. Pemeriksaan IVA sangat dianjurkan bagi wanita yang berisiko
terhadap kanker serviks, misalnya wanita dengan riwayat kanker serviks dalam keluarga (keturunan), memiliki
lebih dari satu pasangan seksual, atau pernah mengalami infeksi menular seksual.
PERMASALAHAN
untuk mengetahui tentang kanker serviks. Termasuk gejala dan pilihan pemeriksaan yang tersedia.
PELAKSANAAN
Peserta: +- 30 pasien
Evaluasi:
- Promosi kegiatan dilakukan lebih sering sehingga dapat mencakup lebih banyak peserta kegiatan.
PESERTA HADIR
Dokter Pendamping
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Penyakit degeneratif merupakan salah satu masalah dalam dunia
PERMASALAHAN
c. Perbedaan bahasa daerah penyuluh dengan masyarakat yang diberikan penyuluhan mungkin
PELAKSANAAN
desa Colo dengan metode presentasi, pemberian materi sederhana dan tanya jawab.
b. Memberikan materi kepada masyrakat mengenai penyakit hipertensi meliputi pengertian, penyebab,
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> TErjadi proses tanya jawab yang aktif selama penyuluhan
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Anak usia dini merupakan masa terbaik untuk melandasi
keberhasilan proses kehidupan untuk menjadi individu, masyarakat dan bangsa yang sehat dan sejahtera.
Pendidikan kesehatan anak usia dini merupakan unsur utama dalam pendidikan anak usia dini dan tidak
pembelajaran kesehatan, tetapi mengoptimalkan pertumbuhan fisik dan potensi kognitif dan emosional untuk
melandasi karakter kepribadian dan kecerdasan serta landasan utama dalam pendidikan selanjutnya.
Salah satu program pemerintah dalam pendidikan dan pelayanan kesehatan anak khususnya di lingkungan
Sekolah Dasar adalah Program Dokter Kecil, tujuannya sebagai upaya pendekatan edukasi dalam rangka
menciptakan perilaku sehat di Sekolah. Siswa yang menjabat sebagai dokter kecil bertugas untuk
melaksanakan sebagian usaha peningkatan dan pemeliharaan terhadap diri sendiri, teman sekolahnya,
PERMASALAHAN
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Tidak semua Sekolah Dasar menjalankan Program dokter kecil.
- Banyaknya sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang program dokter kecil.
- Membutuhkan tempat praktek cuci tangan dan gosok gigi yang banyak.
- Dibutuhkan ruangan UKS yang cukup luas untuk menampung infrastruktur yang dibutuhkan.
sekolah dasar yang ada di wilayah kerja puskesmas rejosari dengan syarat:
- Siswa kelas 5 dan 6 yang belum pernah mendapatkan pelatihan “dokter kecil”.
- Berprestasi di sekolah.
- Berbadan sehat.
PELAKSANAAN
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Kegiatan dilaksanakan di Balai Desa Rejosari dengan peserta dari
Melakukan tanya jawab kepada peserta tentang pengetahuan peserta akan dokter kecil
Dalam pelaksanaannya ada beberapa tugas dan kewajiban yang harus di lakukan oleh dokter kecil adalah
sebagai berikut:
- Selalu bersikap dan berperilaku sehat.
- Dapat menggerakkan sesama teman-teman siswa untuk bersama-sama menjalankan usaha kesehatan
- Berusaha bagi tercapainya kesehatan lingkungan yang baik di sekolah maupun di rumah.
- Membantu guru dan petugas kesehatan pada waktu pelaksanaan pelayanan kesehatan di sekolah.
- Berperan aktif dalam rangka peningkatan kesehatan, antara lain: Pekan kebersihan, Pekan Gizi, Pekan
Penimbangan BB dan TB di sekolah, Pekan Kesehatan Gigi, Pekan Kesehatan Mata, dan lain-lain.
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindroma klinis kelainan
metabolik, ditandai oleh adanya hiperglikemik yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin
atau keduanya. Diabetes Melitus tipe 2, disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar
insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada
atau kurang. Peningkatan insidensi diabetes melitus di Indonesia tentu akan diikuti oleh meningkatnya
kemungkinan terjadinya komplikasi kronik diabetes melitus. Dengan demikian, pengetahuan mengenai
World Health Organization (WHO) memperkirakan, prevalensi global diabetes melitus tipe 2 akan meningkat
dari 171 juta orang menjadi 366 juta tahun 2030. WHO memperkirakan Indonesia menduduki ranking ke-4 di
dunia dalam hal jumlah penderita diabetes setelah China, India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2000,
jumlah penderita diabetes mencapai 8,4 juta dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes di
Indonesia akan berjumlah 21,3 juta. Tetapi, hanya 50% dari penderita diabetes di Indonesia menyadari bahwa
mereka menderita diabetes, dan hanya 30% dari penderita melakukan pemeriksaan secara teratur.
PERMASALAHAN
b. Kurangnya pemahaman penderita bahwa konsumsi obat DM harus sepanjang hidup sehingga
Dilakukannya penyuluhan mengenai penyakit hipertensi digedung Desa Colo dengan metode
Memberikan materi kepada masyarakat mengenai penyakit diabetes melitus meliputi pengertian,
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Jamban merupakan fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk
memutuskan mata rantai penularan penyakit. Penggunaan jamban tidak hanya nyaman melainkan juga turut
melindungi dan meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat. Dengan bertambahnya jumlah penduduk
yang tidak sebanding dengan area pemukiman yang ada, masalah mengenai pembuangan kotoran manusia
menjadi meningkat, dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia
merupakan masalah pokok untuk sedini mungkin diatasi. Pada masa sekarang ini pemilihan jamban cemplung
masih menjadi masalah, mengingat jamban cemplung merupakan jenis jamban yang kurang memenuhi syarat
kesehatan.
PERMASALAHAN
yang memenuhi syarat baru sekitar 60% dan yang yang lainnya tidak
menggunakan jamban dan lebih suka buang air besar (BAB) di sungai dan tempat-tempat lainya.
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Pemicuan, Penyuluhan dan Edukasi mengenai jamban sehat dan
PELAKSANAAN
Penjelasan tentang kriteria dan program peningkatan derajat kesehatan di masyarakat, menjelaskan jamban
sehat dan ajakan kepada waraga yang belum menerapkan jamban sehat<TEXTAREA
READONLY></TEXTAREA>
Melalui kader memantau warga yang belum menerapkan jamban sehat tersebut, melakukan kunjungan rumah
READONLY></TEXTAREA>
CATATAN PENDAMPING
Judul Lap. Kegiatan : Penyuluhan tentang Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga.
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini produksi
sampah rumah tangga ikut berperan penting dalam kesehatan lingkungan di masyarakat. Oleh karena itu
penting bagi masyarakat itu sendiri untuk mengetahui cara pengelolaan sampah yang baik dan benar.
PERMASALAHAN
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> • Produksi sampah rumah tangga yang masih cukup tinggi.
• Pengetahuan masyarakat tentang cara pengelolaan sampah yang baik dan benar masih kurang.
baik dan benar sehingga dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat serta memberikan contoh nyata
dengan metode yang sederhana yang dapat diterapkan oleh masyarakat itu sendiri.
PELAKSANAAN
tangga.
Fakultas Pertanian UGM, kepala puskesmas, dokter pendamping, 2 dokter internship, dan beberapa orang
kader.
• Kegiatan penyuluhan dilaksanakan sesuai waktu dan tempat yang telah ditentukan dengan
• Pembicara memberikan materi serta contoh tentang cara pengelolaan sampah organik rumah
tangga.
CATATAN PENDAMPING
PESERTA HADIR
Kapuskes
Dokter Pendamping
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini produksi
sampah rumah tangga berperan penting dalam kesehatan lingkungan di masyarakat. Oleh karena itu penting
bagi masyarakat itu sendiri untuk mengetahui cara pengelolaan sampah yang baik dan benar.
PERMASALAHAN
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Produksi sampah rumah tangga yang masih cukup tinggi.
Pengetahuan masyarakat tentang cara pengelolaan sampah yang baik dan benar masih kurang.
baik dan benar sehingga dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat serta memberikan contoh nyata
dengan metode yang sederhana yang dapat diterapkan oleh masyarakat itu sendiri.
PELAKSANAAN
Fakultas Pertanian UGM, kepala puskesmas, dokter pendamping, 2 dokter internship, dan beberapa orang
kader.
• Kegiatan penyuluhan dilaksanakan sesuai waktu dan tempat yang telah ditentukan dengan
• Pembicara memberikan materi serta contoh tentang cara pengelolaan sampah organik rumah
tangga.
CATATAN PENDAMPING
Jenis Kegiatan : F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko untuk
terkena berbagai macam gangguan kesehatan (kesakitan) dan kematian. i. Oleh karena itu Kementerian
Kesehatan RI telah meluncurkan berbagai program kesehatan untuk menanggulangi hal ini, antara lain: Kelas
PERMASALAHAN
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007, Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 44/10.000 Kelahiran Hidup. Bila dihitung secara
matematis, berarti dalam setiap jam terjadi 22 kematian balita di Indonesia, suatu jumlah yang tergolong
fantastis untuk ukuran di era globalisasi.Tidak semua ibu dan keluarga mau/dapat membaca buku KIA karena
berbagai sebab atau alasan, misalnya malas membaca, tidak punya waktu membaca, sulit mengerti atau
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Kelas dimana para ibu mempunyai anak berusia antara 0 sampai
5 tahun secara bersama-sama berdiskusi , tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan
kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing oleh fasilitator dengan
PELAKSANAAN
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Kelas Balita dilaksanakan di rumah warga /kader pada setiap desa
selama bulan oktober 2019-januari 2020. Peserta kelas ibu balita adalah kelompok belajar ibu-ibu yang
mempunyai anak usia antara 0-5 th dengan pengelompokan 0-1 th, 1-2 th, 2-5 th. Peserta kelompok belajar
terbatas, paling banyak 15 orang. Fasilitator kelas ibu balita adalah bidan/perawat/tenaga kesehatan lainnya
seperti dokter intershipyang mendapat pelatihan fasilitator kelas ibu balita.Narasumber adalah tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian bidang tertentu, misalnya di bidang gizi, gigi, PAUD, penyakit
Ibu dan balitaaktif dalam sesi tanya jawab mengenai isi dari penyuluhan<TEXTAREA
READONLY></TEXTAREA>
Jenis Kegiatan : F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
kesehatan rutin ibu hamil untuk mendiagnosis komplikasi obstetri serta untuk memberikan informasi tentang
gaya hidup, kehamilan dan persalinan (Backe et al, 2015). Setiap ibu hamil sangat dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan ANC komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali yaitu minimal 1 kali pada trimester
pertama (sebelum usia kehamilan 14 minggu), minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 14-28
minggu) dan minimal 2 kali pada trimester ketiga (28-36 minggu dan setelah 36 minggu usia kehamilan)
Tujuan dari pemeriksaan ANC salah satunya adalah mempersiapkan wanita dalam menghadapi persalinan.
Kesiapan persalinan adalah perencanaan awal dan persiapan melahirkan yang bertujuan untuk membantu
perempuan, suami dan keluarga agar siap untuk melahirkan dengan membuat rencana menghadapi
PERMASALAHAN
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Cakupan kunjungan ibu hamil di Indonesia pada tahun 2013
mencapai K1 95,25% dan K4 86,85% dan pada tahun 2015 K1 97,86% dan K4 sebesar 89,33%.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
PELAKSANAAN
hamil.
Jenis Kegiatan : F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling banyak terjadi
pada wanita Indonesia. Kasus kematian yang tinggi disebabkan oleh kanker serviks pada wanita Indonesia
terjadi karena kanker tersebut baru diketahui setelah memasuki stadium lanjut. Faktor pemicu kanker serviks
itu sendiri adalah wanita yang terinfeksi HPV, wanita yang berganti-ganti pasangan seksual, wanita yang
merokok, pencucian vagina dengan anti septik yang terlalu sering, kekebalan tubuh yang rendah, dan
penggunaan pil kontrasepsi. Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada serviks (leher rahim) dan
Program deteksi dini yang telah dilakukan di Indonesia untuk mengantisipasi kanker serviks adalah dengan
metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) yang telah tercantum di dalam Keputusan Menteri
kanker payudara dan kanker serviks. Pemerintah juga mengeluarkan peraturan baru yaitu Permenkes no. 34
pada wanita di negara yang sedang berkembang setelah kanker payudara, diperkirakan sebesar 273.000
kematian setiap tahunnya. Akan tetapi belum banyak wanita yang ingin melakukan deteksi dini karkes serviks
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Melakukan penyuluhan tentang deteksi dini kanker serviks dengan
PELAKSANAAN
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Melakukan penyuluhan tentang deteksi dini kanker serviks dengan
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Sesi tanya jawab berjalan aktif, masyarakat terlihat antusias dan
aktif bertanya.
Diharapkan semua peserta yang hadir dapat melakukan pemeriksaan IVA di puskesmas.
CATATAN PENDAMPING
Jenis Kegiatan : F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang ditandai
dengan demam mendadak, sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan manifestasi perdarahan seperti
uji tourniquet (rumple lead) positif, bintik-bintik merah di kulit (petekie), mimisan, gusi berdarah dan lain
sebagainya.
Faktor-faktor yang berperan terhadap peningkatan kasus DBD antara lain kepadatan vektor, kepadatan
penduduk yang terus meningkat sejalan dengan pembangunan kawasan pemukiman, urbanisasi yang tidak
terkendali, meningkatnya sarana transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar
Pengendalian penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Menteri Kesehatan nomor 92 tahun 1994 tentang perubahan atas lampiran Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 581/ MENKES/SK/1992, dimana menitikberatkan pada upaya pencegahan dengan gerakan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) selain penatalaksanaan penderita DBD dengan memperkuat kapasitas
pelayanan kesehatan dan sumber daya, memperkuat surveilans epidemiologi dan optimalisasi kewaspadaan
dini terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD. Manajemen pengendalian vektor secara umum diatur dalam
Vektor.
Mengingat obat dan untuk mencegah virus Dengue hingga saat ini belum tersedia, maka cara utama yang
dapat dilakukan sampai saat ini adalah dengan pengendalian vektor penular (Aedes aegypti). Pengendalian
Upaya pemberdayaan masyarakat dengan melaksanakan kegiatan PSN 3M Plus (menguras, menutup tempat
penampungan air dan mendaur-ulang / memanfaat kembali barang-barang bekas) serta ditambah (Plus)
seperti : menaburkan larvasida pembasmi jentik, memelihara ikan pemakan jentik, mengganti air dalam
pot/vas bunga dan lain-lain. Upaya ini melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait melalui wadah
Kelompok Kerja Operasional Demam Berdarah Dengue (Pokjanal DBD) dan kegiatan Juru Pemantau Jentik
PERMASALAHAN
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Menurut World Health Organitation (WHO) insiden DBD di seluruh
jumlah orang yang beresiko terserang penyakit ini sekitar 2,5-3 miliar dan 20 juta pada setiap tahunnya
(2010). Indonesia merupakan daerah yang mempunyai potensi terjadinya infeksi penyakit DBD(Depkes RI,
2004). Menurut Indrawati (2010) jumlah kasus DBD di Indonesia terus meningkat dan meluas penyebarannya,
diselingi ledakan KLB dalam kisaran 5-6 tahun. Tahun 2010, terjadi sekitar 150.000 kasus dengan tingkat
kematian 1.317 orang. Sedangkan kasus DBD di Jawa Tengah pada tahun yang sama terjadi kasus sebanyak
Dari data PKP Puskesmas Rejosari tahun 2018, angka kasus DBD di wilayah puskesmas rejosari menunjukan
PELAKSANAAN
Sebagian besar masyarakat telah paham mengenai demam berdarah, pencegahan, serta pemberantasannya.
Jenis Kegiatan : F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular
Judul Lap. Kegiatan : Penyuluhan Remaja perihal Kesehatan Reproduksi dan Kesehatan Remaja
seperti tentang gizi bagi remaja, bahaya seks bebas, penyakit infeksi menular seksual, cara perawatan
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
kesehatan reproduksi dan kesehatan remaja seperti tentang gizi bagi remaja, bahaya seks bebas, penyakit
infeksi menular seksual, cara perawatan alat reproduksi, dan kejahatan seksual
PERMASALAHAN
pengertian serta pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan kesehatan remaja seperti tentang gizi bagi
remaja, bahaya seks bebas, penyakit infeksi menular seksual, cara perawatan alat reproduksi, dan kejahatan
seksual
dan film edukasi disertai dengan tanya jawab yang interaktif dengan pelajar
PELAKSANAAN
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Melakukan penyuluhan tentang gizi bagi remaja, bahaya seks
bebas, penyakit infeksi menular seksual, cara perawatan alat reproduksi, dan kejahatan seksual pada pelajar
dengan menggunakan media powerpoint dan film edukasi serta tanya jawab dengan siswa.
Pelajar aktif dalam sesi tanya jawab mengenai isi dari penyuluhan
Jenis Kegiatan : F4 - Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Gizi seimbang adalah pola makan yang seimbang pada zat gizi
yang diperoleh dari aneka ragam makanan dalam memenuhi kebutuhan zat gizi untuk hidup sehat, cerdas,
dan produktif. Status gizi merupakan keadaan yang dihasilkan oleh status keseimbangan antara jumlah
asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis
antara lain pertumbuhan fisik, perkembangan, dan aktivitas). Pengertian lain, status gizi adalah ekspresi
keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat gizi
tersebut atau keadaan fisiologis akibat tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh
PERMASALAHAN
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Kurangnya pengetahuan masyarakat akan penting nya gizi dan
tumbuh kembang anak. sehingga berdampak pada adanya balita yang mengalami gizi kurang dan stunting di
kepada masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dan terdapat sesi tanya jawab.
PELAKSANAAN
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Ibu pada kelas balita aktif bertanya dan kondusif selama
Judul Lap. Kegiatan : Penyuluhan Gizi Seimbang pada Anak Sekolah Dasar
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Gizi seimbang adalah pola makan yang seimbang pada zat gizi
yang diperoleh dari aneka ragam makanan dalam memenuhi kebutuhan zat gizi untuk hidup sehat, cerdas,
dan produktif. Status gizi merupakan keadaan yang dihasilkan oleh status keseimbangan antara jumlah
asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis
antara lain pertumbuhan fisik, perkembangan, dan aktivitas). Pengertian lain, status gizi adalah ekspresi
keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat gizi
tersebut atau keadaan fisiologis akibat tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh
PERMASALAHAN
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Kurangnya pengetahuan masyarakat akan penting nya gizi dan
tumbuh kembang anak sehingga berdampak pada adanya anak yang mengalami gizi kurang dan stunting di
menjelaskan kepada peserta tentang pentingnya gizi seimbang dan terdapat sesi tanya jawab.
PELAKSANAAN
Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan power pint, menjelaskan kepada peserta tentang pentingnya gizi
Diharapkan peserta dapat menerapkan materi yang disampaikan sehiingga terwujud anak indonesia sehat.
Jenis Kegiatan : F6 - Upaya Pengobatan Dasar
PESERTA HADIR
Masyarakat
LATAR BELAKANG
upaya pelayanan kesehatan pada lanjut usia. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut usia,
pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kesehatan lanjut usia untuk mencapai masa tua bahagia dan
PERMASALAHAN
Sebagian besar penduduk berlatar belakang tingkat ekonomi dan pendidikan yang kurang memadai sehingga
Kurangnya dukungan dan peran serta masyarakat (keluarga) dalam menyadari kesehatan usia lanjut secara
optimal.
menjangkau para Lansia agar dapat tetap memperoleh pelayanan kesehatan yaitu melalui Program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, dan masyarakat
PELAKSANAAN
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA>
CATegiatan Posyandu Lansia ini dilaksanakan oleh 1 dokter internship, 1 orang perawat, 1 bidan, dan
• Kegiatan Posyandu Lansia dilaksanakan sesuai waktu dan tempat yang telah ditentukan
dengan perlengkapan/peralatan yang sudah dipersiapkan oleh Petugas Kesehatan berupa Posbindu
Kit.
• Lansia yang datang untuk berobat berjumlah 70 orang dengan keluhan terbanyak nyeri sendi,
• Program Posyandu Lansia ini sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk mengetahui kondisi
kesehatannya, usaha untuk meningkatkan kesehatan, mendapatkan pengobatan, serta salah satu
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Diabetes Melitus tipe 2, disebabkan insulin yang ada tidak dapat
bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk
metabolisme glukosa tidak ada atau kurang. Peningkatan insidensi diabetes melitus di Indonesia tentu akan
diikuti oleh meningkatnya kemungkinan terjadinya komplikasi kronik diabetes melitus. Dengan demikian,
pengetahuan mengenai diabetes dan komplikasinya menjadi penting untuk diketahui dan dimengerti.
World Health Organization (WHO) memperkirakan, prevalensi global diabetes melitus tipe 2 akan meningkat
dari 171 juta orang menjadi 366 juta tahun 2030. WHO memperkirakan Indonesia menduduki ranking ke-4 di
dunia dalam hal jumlah penderita diabetes setelah China, India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2000,
jumlah penderita diabetes mencapai 8,4 juta dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes di
Indonesia akan berjumlah 21,3 juta. Tetapi, hanya 50% dari penderita diabetes di Indonesia menyadari bahwa
mereka menderita diabetes, dan hanya 30% dari penderita melakukan pemeriksaan secara teratur.
PERMASALAHAN
b. Kurangnya pemahaman penderita bahwa konsumsi obat DM harus sepanjang hidup sehingga penderita
b. Melakukan tanya jawab mengenai pola makan, pola hidup dan riwayat penyakit penderita
c. Memberikan edukasi kepada penderita tentang perbaikan pola makan, pola hidup dan mengonsumsi
obat rutin.
PELAKSANAAN
b. Melakukan pemeriksaan gula darah dan edukasi kepada masyarakat yang datang ke posyandu.
c. Melakukan tanya jawab mengenai pola makan, pola hidup dan riwayat penyakit penderita
d. Memberikan edukasi kepada penderita tentang perbaikan pola makan, pola hidup dan mengonsumsi
obat rutin.
meningkat
CATATAN PENDAMPING
Jenis Kegiatan : F6 - Upaya Pengobatan Dasar
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
komplek yang muncul sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular serta diabetes mellitus tipe 2. Komponen
utama sindrom metabolik diantaranya adalah obesistas abdomen, peningkatan kadar glukosa darah (sewaktu
Faktor risiko yang membuat sindrom metabolik adalah kadar kolestrol yang melebihi normal, tekanan darah
tinggi, kadar gula darah yang tinggi, dan kelebihan lemak perut, yang meningkatkan potensi seseorang untuk
mendapatkan masalah kesehatan. Sindrom metabolik itu meliputi diabetes dan penyakit jantung serta
pembuluh darah. Secara spesifik, sindrom metabolik dapat menyebabkan arteriosklerosis atau penebalan
arteri.
PERMASALAHAN
penduduk dewasa di dunia, dan jumlahnya meningkat pada populasi muda seiring meningkatnya obesitas
Di Indonesia menurut "Profil Kesehatan Indonesia" tahun 2012, status gizi pada kelompok dewasa berusia di
PELAKSANAAN
di psyandu lansia.
b. Memberikan materi kepada masyrakat mengenai penyakit sindroma metabolic meliputi pengertian,
CATATAN PENDAMPING
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Penyakit degeneratif merupakan salah satu masalah dalam dunia
kesehatan di Indonesia termasuk hipertensi. Tingginya angka kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
PERMASALAHAN
c. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi obat setiap hari dan sepanjang hidup.
b. Melakukan tanya jawab mengenai pola makan, hidup dan riwayat penyakit pasien.
c. Memberikan edukasi kepada pasien yang memeliki tekanan darah tinggi untuk mengatur pola makan dan
pola hidup.
PELAKSANAAN
c. Melakukan tanya jawab mengenai pola makan, hidup dan riwayat penyakit pasien.
d. Memberikan edukasi kepada pasien yang memeliki tekanan darah tinggi untuk mengatur pola makan dan
pola hidup.
meningkat
CATATAN PENDAMPING
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
dalam darah (dislipidemia) dimana kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240 mg/dL (Perkeni 2004).
Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan kadar kolesterol LDL di dalam darah. Dislipidemia adalah
kelainan metabolism lipid yang ditandai dengan peningkatan kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida di atas
Kadar kolesterol yang tinggi di dalam darah mempunyai peran penting dalam proses aterosklerosis yang
selanjutnya akan menyebabkan kelainan kardiovaskuler. Dan banyak penelitian kohort menunjukkan bahwa
makin tinggi kadar kolesterol darh, makin tinggi angka kejadian kelainan kardiovaskuler. Begitu juga dengan
makin rendah kadar kolesterol maka makin rendah kejadian penyakit kardiovaskuler baik untuk pencegahan
primer maupun pencegahan sekunder. Setiap penurunan kadar kolesterol total 1% menghasilkan penurunan
risiko mortalitas kardiovaskuler sebesar 1,5%. Bwgitu juga dengan besarnya kadar kolesterol LDL dan HDL.
Penurunan kolesterol LDL sebesar 1 mg/dL menurunkan risiko kejadian kardiovaskuler sebesar 1% dan
peningkatan kadar kolesterol HDL menurunkan risiko kejadian kardiovaskuler sebesar 2%.
PERMASALAHAN
penelitian MONICA I (1988) sebesar 13,4% untuk wanita dan 11,4% untuk pria. Pada MONICA II (1994)
didapatkan peningkatan menjadi 16,2% untuk wanita dan 14% untuk pria. Prevalensi hiperkolesterolemia
masyarakat pedesaan mencapai 10,9% dari total populasi pada tahun 2004. Penderita pada generasi muda,
yakni usia 25-34 tahun mencapai 9,3%. Wanita menjadi kelompok paling banyak menderita masalah ini yakni
PELAKSANAAN
c. Melakukan pemeriksaan kolesterol bagi peserta yang mau melakukan pemeriksaan dengan tarif 25rb
CATATAN PENDAMPING