Anda di halaman 1dari 25

Jenis Kegiatan : F1 - Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Dokter Pendamping : RAHMI FITRI ASTUTI

Judul Lap. Kegiatan : Penyuluhan Pemeriksaan IVA di Puskemas Kenanga

PESERTA HADIR

Peserta PIDI

Masyarakat

LATAR BELAKANG

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Deteksi dini kanker serviks lewat pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual

Asam Asetat) dianggap dapat membantu menyelamatkan banyak wanita karena relatif mudah dilakukan dan

hasilnya cepat diperoleh. Pemeriksaan IVA dilakukan dengan meneteskan asam asetat (asam cuka) pada

permukaan mulut rahim. Teknik ini dinilai terjangkau, mudah, hanya memerlukan alat sederhana, dan hasilnya

bisa langsung didapatkan. Agar hasilnya akurat, pemeriksaan IVA hanya boleh dilakukan oleh wanita yang

sudah pernah melakukan hubungan intim, tidak berhubungan intim selama 24 jam sebelum pemeriksaan, dan

tidak sedang haid.

Pemeriksaan IVA secara berkala dianjurkan setidaknya setiap 3-5 tahun sekali. Hal ini dilakukan untuk

mendeteksi kanker serviks secara dini, sebab gejala kanker serviks stadium awal sering kali tidak jelas. Gejala

umumnya baru muncul pada tahap lanjut. Pemeriksaan IVA sangat dianjurkan bagi wanita yang berisiko

terhadap kanker serviks, misalnya wanita dengan riwayat kanker serviks dalam keluarga (keturunan), memiliki

lebih dari satu pasangan seksual, atau pernah mengalami infeksi menular seksual.

PERMASALAHAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Kurangnya keingintahuan masyarakat terutama yang perempuan,

untuk mengetahui tentang kanker serviks. Termasuk gejala dan pilihan pemeriksaan yang tersedia.

- Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya melakukan pemeriksaan IVA rutin

sebagai skrining kanker serviks.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Penyuluhan mengenai pemeriksaan IVA

- Pelaksanaan pemeriksaan IVA pada semua ibu yang hadir

- Diskusi dan interpretasi hasil pada masing-masing pasien

PELAKSANAAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Kegiatan dilaksanakan pada:

Hari/tanggal: 5 Februari 2020


Pukul: 09.00 WIB s.d. 13.00 WIB

Tempat: Pustu Aji Buhara

Peserta: +- 30 pasien

MONITORING & EVALUASI

Kegiatan berjalan dengan baik

- Peserta mengikuti seluruh rangkaian acara dengan antusias

Evaluasi:

- Promosi kegiatan dilakukan lebih sering sehingga dapat mencakup lebih banyak peserta kegiatan.

Jenis Kegiatan : F1 - Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Dokter Pendamping : Isna noor khilda

Judul Lap. Kegiatan : Penyuluhan Hipertensi

PESERTA HADIR

Dokter Pendamping

Peserta PIDI

Masyarakat

Lain-lain

LATAR BELAKANG

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Penyakit degeneratif merupakan salah satu masalah dalam dunia

kesehatan di Indonesia termasuk hipertensi. Tingginya angka kejadian hipertensi di Puskesmas

Rejosarimenjadi latar belakang dilakukannya penyuluhan mengenai hipertensi ini.

PERMASALAHAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Tingginya angka kejadian hipertensi yang tidak terkontrol

b. Kurangnya pemahaman penderita mengenai penyakit hipertensi meliputi pencegahan penyakit,

penanganan serta komplikasi yang dapat ditimbulkan

c. Perbedaan bahasa daerah penyuluh dengan masyarakat yang diberikan penyuluhan mungkin

mengganggu proses komunikasi antara dua belah pihak.


PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> a. Melakukan metode penyuluhan menggunakan presentasi,

sehingga dapat menarik masyarakat untuk mengetahui penyakit hipertensi.

b. Melakukan tanya jawab mengenai penyakit hipertensi kepada masyarakat

PELAKSANAAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> a. Dilakukannya penyuluhan mengenai penyakit hipertensi di

desa Colo dengan metode presentasi, pemberian materi sederhana dan tanya jawab.

b. Memberikan materi kepada masyrakat mengenai penyakit hipertensi meliputi pengertian, penyebab,

gejala, penanganan, dan komplikasi penyakit yang dapat ditimbulkan.

MONITORING & EVALUASI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> TErjadi proses tanya jawab yang aktif selama penyuluhan

Angka kejadian penyakit hipertensi yang terkontrol dapat meningkat

Kesadaran penderita terhadap penyakit hipertensi menjadi lebih baik.

Jenis Kegiatan : F1 - Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Dokter Pendamping : Isna noor khilda

Judul Lap. Kegiatan : Pembinaan Dokter Kecil

PESERTA HADIR

Peserta PIDI

Masyarakat

Lain-lain

LATAR BELAKANG

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Anak usia dini merupakan masa terbaik untuk melandasi

keberhasilan proses kehidupan untuk menjadi individu, masyarakat dan bangsa yang sehat dan sejahtera.

Pendidikan kesehatan anak usia dini merupakan unsur utama dalam pendidikan anak usia dini dan tidak

hanya sebagai proses

pembelajaran kesehatan, tetapi mengoptimalkan pertumbuhan fisik dan potensi kognitif dan emosional untuk

melandasi karakter kepribadian dan kecerdasan serta landasan utama dalam pendidikan selanjutnya.

Salah satu program pemerintah dalam pendidikan dan pelayanan kesehatan anak khususnya di lingkungan

Sekolah Dasar adalah Program Dokter Kecil, tujuannya sebagai upaya pendekatan edukasi dalam rangka
menciptakan perilaku sehat di Sekolah. Siswa yang menjabat sebagai dokter kecil bertugas untuk

melaksanakan sebagian usaha peningkatan dan pemeliharaan terhadap diri sendiri, teman sekolahnya,

keluarga dan lingkungannya

PERMASALAHAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Tidak semua Sekolah Dasar menjalankan Program dokter kecil.

- Program dokter kecil membutuhkan wilayah sekolah yang sangat luas.

- Banyaknya sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang program dokter kecil.

- Sulitnya mendapatkan dana penunjang untuk program dokter kecil.

- Membutuhkan area kebun untuk tanaman apotek hidup.

- Membutuhkan tempat praktek cuci tangan dan gosok gigi yang banyak.

- Lapangan yang luas dibutuhkan untuk praktek senam pagi.

- Dibutuhkan ruangan UKS yang cukup luas untuk menampung infrastruktur yang dibutuhkan.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Mengumpulkan peserta pembinaan dokter kecil dari beberapa

sekolah dasar yang ada di wilayah kerja puskesmas rejosari dengan syarat:

- Telah menduduki kelas 4 SD/MI.

- Siswa kelas 5 dan 6 yang belum pernah mendapatkan pelatihan “dokter kecil”.

- Berprestasi di sekolah.

- Berbadan sehat.

- Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab.

- Berpenampilan bersih dan berperilaku sehat.

- Berbudi pekerti baik dan suka menolong.

- Diijinkan orang tua.

Rencana pembinaan dilakukan di balai desa Rejosari pada tanggal

PELAKSANAAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Kegiatan dilaksanakan di Balai Desa Rejosari dengan peserta dari

beberapa sekolah dasar yang ada di wilayah kerja puskesmas rejosar

Melakukan tanya jawab kepada peserta tentang pengetahuan peserta akan dokter kecil

Melakukan penyuluhan tentang tugas dan kewajiban dokter kecil

Dalam pelaksanaannya ada beberapa tugas dan kewajiban yang harus di lakukan oleh dokter kecil adalah

sebagai berikut:
- Selalu bersikap dan berperilaku sehat.

- Dapat menggerakkan sesama teman-teman siswa untuk bersama-sama menjalankan usaha kesehatan

terhadap dirinya masing-masing.

- Berusaha bagi tercapainya kesehatan lingkungan yang baik di sekolah maupun di rumah.

- Membantu guru dan petugas kesehatan pada waktu pelaksanaan pelayanan kesehatan di sekolah.

- Berperan aktif dalam rangka peningkatan kesehatan, antara lain: Pekan kebersihan, Pekan Gizi, Pekan

Penimbangan BB dan TB di sekolah, Pekan Kesehatan Gigi, Pekan Kesehatan Mata, dan lain-lain.

MONITORING & EVALUASI


Pemahaman peserta akan tugas dan kewajiban dokter kecil dapat meningkat dan dapat diterapkan
dengan baik.
Program dokter kecil dapat terus berjalan pada sekolah dasar tersebut.

Jenis Kegiatan : F1 - Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Dokter Pendamping : Isna noor khilda

Judul Lap. Kegiatan : Penyuluhan Diabetes Melitus

PESERTA HADIR

Peserta PIDI

Masyarakat

Lain-lain

LATAR BELAKANG

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindroma klinis kelainan

metabolik, ditandai oleh adanya hiperglikemik yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin

atau keduanya. Diabetes Melitus tipe 2, disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar

insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada

atau kurang. Peningkatan insidensi diabetes melitus di Indonesia tentu akan diikuti oleh meningkatnya

kemungkinan terjadinya komplikasi kronik diabetes melitus. Dengan demikian, pengetahuan mengenai

diabetes dan komplikasinya menjadi penting untuk diketahui dan dimengerti.

World Health Organization (WHO) memperkirakan, prevalensi global diabetes melitus tipe 2 akan meningkat

dari 171 juta orang menjadi 366 juta tahun 2030. WHO memperkirakan Indonesia menduduki ranking ke-4 di

dunia dalam hal jumlah penderita diabetes setelah China, India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2000,

jumlah penderita diabetes mencapai 8,4 juta dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes di
Indonesia akan berjumlah 21,3 juta. Tetapi, hanya 50% dari penderita diabetes di Indonesia menyadari bahwa

mereka menderita diabetes, dan hanya 30% dari penderita melakukan pemeriksaan secara teratur.

PERMASALAHAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> a. Tingginya angka kejadian DM tipe 2 yang tidak terkontrol

b. Kurangnya pemahaman penderita bahwa konsumsi obat DM harus sepanjang hidup sehingga

penderita tidak rutin mengonsumsi obat.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

Dilakukannya penyuluhan mengenai penyakit hipertensi digedung Desa Colo dengan metode

presentasi power point, pemberian materi sederhana dan tanya jawab.

Memberikan materi kepada masyarakat mengenai penyakit diabetes melitus meliputi pengertian,

penyebab, gejala, penanganan, dan komplikasi penyakit yang dapat ditimbulkan.

MONITORING & EVALUASI

a. Angka kejadian penyakit DM tipe 2 yang terkontrol dapat meningkat

b. Kesadaran penderita terhadap penyakit DM tipe 2 menjadi lebih baik.

Jenis Kegiatan : F2 - Upaya Kesehatan Lingkungan

Dokter Pendamping : Isna noor khilda

Judul Lap. Kegiatan : Penyuluhan dan Edukasi Mengenai Jamban Sehat

PESERTA HADIR

Peserta PIDI

Masyarakat

Lain-lain

LATAR BELAKANG

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Jamban merupakan fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk

memutuskan mata rantai penularan penyakit. Penggunaan jamban tidak hanya nyaman melainkan juga turut

melindungi dan meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat. Dengan bertambahnya jumlah penduduk

yang tidak sebanding dengan area pemukiman yang ada, masalah mengenai pembuangan kotoran manusia

menjadi meningkat, dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia

merupakan masalah pokok untuk sedini mungkin diatasi. Pada masa sekarang ini pemilihan jamban cemplung

masih menjadi masalah, mengingat jamban cemplung merupakan jenis jamban yang kurang memenuhi syarat

kesehatan.
PERMASALAHAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Di Indonesia prosentase keluarga yang menggunakan jamban

yang memenuhi syarat baru sekitar 60% dan yang yang lainnya tidak

menggunakan jamban dan lebih suka buang air besar (BAB) di sungai dan tempat-tempat lainya.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Pemicuan, Penyuluhan dan Edukasi mengenai jamban sehat dan

tidal BAB sembarangan

PELAKSANAAN

Penjelasan tentang kriteria dan program peningkatan derajat kesehatan di masyarakat, menjelaskan jamban

sehat dan ajakan kepada waraga yang belum menerapkan jamban sehat<TEXTAREA

READONLY></TEXTAREA>

MONITORING & EVALUASI

Diharapkan smeua masyarakat sudah memiliki jamban sehat

Melalui kader memantau warga yang belum menerapkan jamban sehat tersebut, melakukan kunjungan rumah

dan memberikan edukasi lebih mendalam dengan warga yang bersangkutan.<TEXTAREA

READONLY></TEXTAREA>

CATATAN PENDAMPING

Jenis Kegiatan : F2 - Upaya Kesehatan Lingkungan

Dokter Pendamping : Isna noor khilda

Judul Lap. Kegiatan : Penyuluhan tentang Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga.

PESERTA HADIR

Peserta PIDI

Masyarakat

Lain-lain

LATAR BELAKANG

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan kesehatan.

Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini produksi

sampah rumah tangga ikut berperan penting dalam kesehatan lingkungan di masyarakat. Oleh karena itu

penting bagi masyarakat itu sendiri untuk mengetahui cara pengelolaan sampah yang baik dan benar.
PERMASALAHAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> • Produksi sampah rumah tangga yang masih cukup tinggi.

• Pengetahuan masyarakat tentang cara pengelolaan sampah yang baik dan benar masih kurang.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Perlu dilaksanakan penyuluhan tentang pengelolaan sampah yang

baik dan benar sehingga dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat serta memberikan contoh nyata

dengan metode yang sederhana yang dapat diterapkan oleh masyarakat itu sendiri.

PELAKSANAAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> DIlakukan penyuluhan tentang pengolahan sampah organik rumah

tangga.

MONITORING & EVALUASI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> • Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan oleh pembicara dari

Fakultas Pertanian UGM, kepala puskesmas, dokter pendamping, 2 dokter internship, dan beberapa orang

kader.

• Kegiatan penyuluhan dilaksanakan sesuai waktu dan tempat yang telah ditentukan dengan

perlengkapan/peralatan yang sudah dipersiapkan.

• Pembicara memberikan materi serta contoh tentang cara pengelolaan sampah organik rumah

tangga.

• Masyarakat yang hadir mempraktekan langsung contoh yang telah diberikan.

CATATAN PENDAMPING

Jenis Kegiatan : F2 - Upaya Kesehatan Lingkungan

Dokter Pendamping : Isna noor khilda

Judul Lap. Kegiatan : Penyuluhan tentang Pengelolaan Sampah

PESERTA HADIR

Kapuskes

Dokter Pendamping

Peserta PIDI

Masyarakat

Lain-lain
LATAR BELAKANG

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan kesehatan.

Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini produksi

sampah rumah tangga berperan penting dalam kesehatan lingkungan di masyarakat. Oleh karena itu penting

bagi masyarakat itu sendiri untuk mengetahui cara pengelolaan sampah yang baik dan benar.

PERMASALAHAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Produksi sampah rumah tangga yang masih cukup tinggi.

Pengetahuan masyarakat tentang cara pengelolaan sampah yang baik dan benar masih kurang.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Perlu dilaksanakan penyuluhan tentang pengelolaan sampah yang

baik dan benar sehingga dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat serta memberikan contoh nyata

dengan metode yang sederhana yang dapat diterapkan oleh masyarakat itu sendiri.

PELAKSANAAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Diselenggarakan penyuluhan:

Hari/ tanggal : Sabtu, 26 Oktober 2019

Waktu : Pukul 09.00-12.00 WIB

MONITORING & EVALUASI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> • Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan oleh pembicara dari

Fakultas Pertanian UGM, kepala puskesmas, dokter pendamping, 2 dokter internship, dan beberapa orang

kader.

• Kegiatan penyuluhan dilaksanakan sesuai waktu dan tempat yang telah ditentukan dengan

perlengkapan/peralatan yang sudah dipersiapkan.

• Pembicara memberikan materi serta contoh tentang cara pengelolaan sampah organik rumah

tangga.

• Masyarakat yang hadir mempraktekan langsung contoh yang telah diberikan.

CATATAN PENDAMPING
Jenis Kegiatan : F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

Dokter Pendamping : Isna noor khilda

Judul Lap. Kegiatan : Kelas Balita

PESERTA HADIR

Peserta PIDI

Masyarakat

Lain-lain

LATAR BELAKANG

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko untuk

terkena berbagai macam gangguan kesehatan (kesakitan) dan kematian. i. Oleh karena itu Kementerian

Kesehatan RI telah meluncurkan berbagai program kesehatan untuk menanggulangi hal ini, antara lain: Kelas

Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita.

PERMASALAHAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007, Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 44/10.000 Kelahiran Hidup. Bila dihitung secara

matematis, berarti dalam setiap jam terjadi 22 kematian balita di Indonesia, suatu jumlah yang tergolong

fantastis untuk ukuran di era globalisasi.Tidak semua ibu dan keluarga mau/dapat membaca buku KIA karena

berbagai sebab atau alasan, misalnya malas membaca, tidak punya waktu membaca, sulit mengerti atau

memang tidak mampu membaca (buta aksara).

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Kelas dimana para ibu mempunyai anak berusia antara 0 sampai

5 tahun secara bersama-sama berdiskusi , tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan

kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing oleh fasilitator dengan

menggunakan buku KIA

PELAKSANAAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Kelas Balita dilaksanakan di rumah warga /kader pada setiap desa

selama bulan oktober 2019-januari 2020. Peserta kelas ibu balita adalah kelompok belajar ibu-ibu yang

mempunyai anak usia antara 0-5 th dengan pengelompokan 0-1 th, 1-2 th, 2-5 th. Peserta kelompok belajar

terbatas, paling banyak 15 orang. Fasilitator kelas ibu balita adalah bidan/perawat/tenaga kesehatan lainnya

seperti dokter intershipyang mendapat pelatihan fasilitator kelas ibu balita.Narasumber adalah tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian bidang tertentu, misalnya di bidang gizi, gigi, PAUD, penyakit

menular dan sebagainya.

MONITORING & EVALUASI

Ibu dan balitaaktif dalam sesi tanya jawab mengenai isi dari penyuluhan<TEXTAREA

READONLY></TEXTAREA>

Jenis Kegiatan : F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

Dokter Pendamping : Isna noor khilda

Judul Lap. Kegiatan : Pentingnya Melakukan Antenatal Care Secara Rutin

PESERTA HADIR

Peserta PIDI

Masyarakat

Lain-lain

LATAR BELAKANG

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan pemeriksaan

kesehatan rutin ibu hamil untuk mendiagnosis komplikasi obstetri serta untuk memberikan informasi tentang

gaya hidup, kehamilan dan persalinan (Backe et al, 2015). Setiap ibu hamil sangat dianjurkan untuk

melakukan pemeriksaan ANC komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali yaitu minimal 1 kali pada trimester

pertama (sebelum usia kehamilan 14 minggu), minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 14-28

minggu) dan minimal 2 kali pada trimester ketiga (28-36 minggu dan setelah 36 minggu usia kehamilan)

termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar suami atau anggota keluarga.

Tujuan dari pemeriksaan ANC salah satunya adalah mempersiapkan wanita dalam menghadapi persalinan.

Kesiapan persalinan adalah perencanaan awal dan persiapan melahirkan yang bertujuan untuk membantu

perempuan, suami dan keluarga agar siap untuk melahirkan dengan membuat rencana menghadapi

komplikasi dan hal tak terduga

PERMASALAHAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Cakupan kunjungan ibu hamil di Indonesia pada tahun 2013

mencapai K1 95,25% dan K4 86,85% dan pada tahun 2015 K1 97,86% dan K4 sebesar 89,33%.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Penjelasan menggunakan presentasi powerpoint tentang

pentingnya melakukan pemeriksaan ANC minimal 4 kali selama kehamilan.

PELAKSANAAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilakukan di dalam kelas ibu

hamil.

MONITORING & EVALUASI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Pengetahuan ibu tentang pentingnya ANC dapat meningkat.

Angka cakupan K1 dan K4 dapat meningkat.

Jenis Kegiatan : F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

Dokter Pendamping : Isna noor khilda

Judul Lap. Kegiatan : Penyuluhan Pemeriksaan IVA

PESERTA HADIR

Peserta PIDI

Masyarakat

Lain-lain

LATAR BELAKANG

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling banyak terjadi

pada wanita Indonesia. Kasus kematian yang tinggi disebabkan oleh kanker serviks pada wanita Indonesia

terjadi karena kanker tersebut baru diketahui setelah memasuki stadium lanjut. Faktor pemicu kanker serviks

itu sendiri adalah wanita yang terinfeksi HPV, wanita yang berganti-ganti pasangan seksual, wanita yang

merokok, pencucian vagina dengan anti septik yang terlalu sering, kekebalan tubuh yang rendah, dan

penggunaan pil kontrasepsi. Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada serviks (leher rahim) dan

disebabkan oleh Virus HPV (Human Papiloma Virus).

Program deteksi dini yang telah dilakukan di Indonesia untuk mengantisipasi kanker serviks adalah dengan

metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) yang telah tercantum di dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 796/MENKES/SK/VII/2010 tentang pedoman teknis pengendalian

kanker payudara dan kanker serviks. Pemerintah juga mengeluarkan peraturan baru yaitu Permenkes no. 34

th,2015 Tentang Penanggulangan Kanker Payudara Dan Kanker Leher Rahim.


PERMASALAHAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua

pada wanita di negara yang sedang berkembang setelah kanker payudara, diperkirakan sebesar 273.000

kematian setiap tahunnya. Akan tetapi belum banyak wanita yang ingin melakukan deteksi dini karkes serviks

terutama dengan metode IVA

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Melakukan penyuluhan tentang deteksi dini kanker serviks dengan

metode IVA Test.

PELAKSANAAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Melakukan penyuluhan tentang deteksi dini kanker serviks dengan

metode IVA Test.

MONITORING & EVALUASI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Sesi tanya jawab berjalan aktif, masyarakat terlihat antusias dan

aktif bertanya.

Diharapkan semua peserta yang hadir dapat melakukan pemeriksaan IVA di puskesmas.

CATATAN PENDAMPING
Jenis Kegiatan : F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular

Dokter Pendamping : Isna noor khilda

Judul Lap. Kegiatan : Penyuluhan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah

PESERTA HADIR

Peserta PIDI

Masyarakat

Lain-lain

LATAR BELAKANG

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang

disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang ditandai

dengan demam mendadak, sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan manifestasi perdarahan seperti

uji tourniquet (rumple lead) positif, bintik-bintik merah di kulit (petekie), mimisan, gusi berdarah dan lain

sebagainya.

Faktor-faktor yang berperan terhadap peningkatan kasus DBD antara lain kepadatan vektor, kepadatan

penduduk yang terus meningkat sejalan dengan pembangunan kawasan pemukiman, urbanisasi yang tidak

terkendali, meningkatnya sarana transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

terhadap kebersihan lingkungan, serta perubahan iklim (climate change).

Pengendalian penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah dan Keputusan

Menteri Kesehatan nomor 92 tahun 1994 tentang perubahan atas lampiran Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 581/ MENKES/SK/1992, dimana menitikberatkan pada upaya pencegahan dengan gerakan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) selain penatalaksanaan penderita DBD dengan memperkuat kapasitas

pelayanan kesehatan dan sumber daya, memperkuat surveilans epidemiologi dan optimalisasi kewaspadaan

dini terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD. Manajemen pengendalian vektor secara umum diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian

Vektor.
Mengingat obat dan untuk mencegah virus Dengue hingga saat ini belum tersedia, maka cara utama yang

dapat dilakukan sampai saat ini adalah dengan pengendalian vektor penular (Aedes aegypti). Pengendalian

vektor ini dapat dilakukan dengan pelaksanaan kegiatan PSN 3M Plus.

Upaya pemberdayaan masyarakat dengan melaksanakan kegiatan PSN 3M Plus (menguras, menutup tempat

penampungan air dan mendaur-ulang / memanfaat kembali barang-barang bekas) serta ditambah (Plus)

seperti : menaburkan larvasida pembasmi jentik, memelihara ikan pemakan jentik, mengganti air dalam

pot/vas bunga dan lain-lain. Upaya ini melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait melalui wadah

Kelompok Kerja Operasional Demam Berdarah Dengue (Pokjanal DBD) dan kegiatan Juru Pemantau Jentik

(Jumantik). Olehkarena itu untuk meningkatkan keberhasilan pengendalian

PERMASALAHAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Menurut World Health Organitation (WHO) insiden DBD di seluruh

dunia meningkat secara drastis selama 20 tahun terakhir, diperkirakan

jumlah orang yang beresiko terserang penyakit ini sekitar 2,5-3 miliar dan 20 juta pada setiap tahunnya

(2010). Indonesia merupakan daerah yang mempunyai potensi terjadinya infeksi penyakit DBD(Depkes RI,

2004). Menurut Indrawati (2010) jumlah kasus DBD di Indonesia terus meningkat dan meluas penyebarannya,

diselingi ledakan KLB dalam kisaran 5-6 tahun. Tahun 2010, terjadi sekitar 150.000 kasus dengan tingkat

kematian 1.317 orang. Sedangkan kasus DBD di Jawa Tengah pada tahun yang sama terjadi kasus sebanyak

16.858. Dengan tingkat kematian

sebanyak 230 orang.

Dari data PKP Puskesmas Rejosari tahun 2018, angka kasus DBD di wilayah puskesmas rejosari menunjukan

angka sebesar 40,46 per 100.000 penduduk

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Melakukan penyuluhan Demam Berdarah

PELAKSANAAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Melakukan penyuluhan mengenai demam berdarah,

pemberantasan, serta pencegahannya

MONITORING & EVALUASI

Sesi tanya jawab berjalan lancar dan masyarakat terlihat aktif.

Sebagian besar masyarakat telah paham mengenai demam berdarah, pencegahan, serta pemberantasannya.
Jenis Kegiatan : F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular

Dokter Pendamping : Isna noor khilda

Judul Lap. Kegiatan : Penyuluhan Remaja perihal Kesehatan Reproduksi dan Kesehatan Remaja

seperti tentang gizi bagi remaja, bahaya seks bebas, penyakit infeksi menular seksual, cara perawatan

alat reproduksi, dan kejahatan seksual

PESERTA HADIR

Peserta PIDI

Masyarakat

Lain-lain

LATAR BELAKANG

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> perlunya memenuhi hak pelajar untuk mengetahui perihal

kesehatan reproduksi dan kesehatan remaja seperti tentang gizi bagi remaja, bahaya seks bebas, penyakit

infeksi menular seksual, cara perawatan alat reproduksi, dan kejahatan seksual

PERMASALAHAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> kurangnya pengetahuan pelajar/remaja (sekolah) mengenai

pengertian serta pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan kesehatan remaja seperti tentang gizi bagi

remaja, bahaya seks bebas, penyakit infeksi menular seksual, cara perawatan alat reproduksi, dan kejahatan

seksual

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> melakukan penyuluhan dengan menggunakan media powerpoint

dan film edukasi disertai dengan tanya jawab yang interaktif dengan pelajar

PELAKSANAAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Melakukan penyuluhan tentang gizi bagi remaja, bahaya seks

bebas, penyakit infeksi menular seksual, cara perawatan alat reproduksi, dan kejahatan seksual pada pelajar

dengan menggunakan media powerpoint dan film edukasi serta tanya jawab dengan siswa.

MONITORING & EVALUASI

Pelajar aktif dalam sesi tanya jawab mengenai isi dari penyuluhan
Jenis Kegiatan : F4 - Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Dokter Pendamping : Isna noor khilda

Judul Lap. Kegiatan : Penyuluhan Gizi Seimbang di Kelas Balita

PESERTA HADIR

Peserta PIDI

Masyarakat

Lain-lain

LATAR BELAKANG

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Gizi seimbang adalah pola makan yang seimbang pada zat gizi

yang diperoleh dari aneka ragam makanan dalam memenuhi kebutuhan zat gizi untuk hidup sehat, cerdas,

dan produktif. Status gizi merupakan keadaan yang dihasilkan oleh status keseimbangan antara jumlah

asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis

antara lain pertumbuhan fisik, perkembangan, dan aktivitas). Pengertian lain, status gizi adalah ekspresi

keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat gizi

tersebut atau keadaan fisiologis akibat tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh

PERMASALAHAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Kurangnya pengetahuan masyarakat akan penting nya gizi dan

tumbuh kembang anak. sehingga berdampak pada adanya balita yang mengalami gizi kurang dan stunting di

wilayah kerja Puskesmas Rejosari

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan poster, menjelaskan

kepada masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dan terdapat sesi tanya jawab.

PELAKSANAAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Penyuluhan bertempat di Kelas Balita desa Glagah Kulon.

Waktu pelaksanaan penyuluhan : pukul 09.00 WIB

Melakukan penyuluhan dengan menggunakan poster

MONITORING & EVALUASI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Ibu pada kelas balita aktif bertanya dan kondusif selama

penyuluhan mengenai materi yang diberikan


Jenis Kegiatan : F4 - Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Dokter Pendamping : Isna noor khilda

Judul Lap. Kegiatan : Penyuluhan Gizi Seimbang pada Anak Sekolah Dasar

PESERTA HADIR

Peserta PIDI

Masyarakat

Lain-lain

LATAR BELAKANG

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Gizi seimbang adalah pola makan yang seimbang pada zat gizi

yang diperoleh dari aneka ragam makanan dalam memenuhi kebutuhan zat gizi untuk hidup sehat, cerdas,

dan produktif. Status gizi merupakan keadaan yang dihasilkan oleh status keseimbangan antara jumlah

asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis

antara lain pertumbuhan fisik, perkembangan, dan aktivitas). Pengertian lain, status gizi adalah ekspresi

keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat gizi

tersebut atau keadaan fisiologis akibat tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh

PERMASALAHAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Kurangnya pengetahuan masyarakat akan penting nya gizi dan

tumbuh kembang anak sehingga berdampak pada adanya anak yang mengalami gizi kurang dan stunting di

wilayah kerja Puskesmas Rejosari.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan power pint,

menjelaskan kepada peserta tentang pentingnya gizi seimbang dan terdapat sesi tanya jawab.

PELAKSANAAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Penyuluhan dilakukan di MI NU Tsamrotul Huda Tergo.

Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan power pint, menjelaskan kepada peserta tentang pentingnya gizi

seimbang dan terdapat sesi tanya jawab.

MONITORING & EVALUASI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Penyuluhan berjalan kondusif dan peserta aktif bertanya.

Diharapkan peserta dapat menerapkan materi yang disampaikan sehiingga terwujud anak indonesia sehat.
Jenis Kegiatan : F6 - Upaya Pengobatan Dasar

Dokter Pendamping : Isna noor khilda

Judul Lap. Kegiatan : Posyandu Lansia

PESERTA HADIR

Masyarakat

LATAR BELAKANG

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Posyandu lansia merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam

upaya pelayanan kesehatan pada lanjut usia. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut usia,

pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kesehatan lanjut usia untuk mencapai masa tua bahagia dan

berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya.

PERMASALAHAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Peningkatan penduduk usia lanjut dapat meningkatkan penyakit

degeneratif di masyarakat seperti penyakit muskuloskletal, hipertensi, diabetes melitus, dll.

Sebagian besar penduduk berlatar belakang tingkat ekonomi dan pendidikan yang kurang memadai sehingga

kesadaran untuk membina dan meningkatkan kesehatannya sendiri masih kurang.

Kurangnya dukungan dan peran serta masyarakat (keluarga) dalam menyadari kesehatan usia lanjut secara

optimal.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Perlu dilaksanakan Posyandu Lansia di desa Cranggang guna

menjangkau para Lansia agar dapat tetap memperoleh pelayanan kesehatan yaitu melalui Program

Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, dan masyarakat

PELAKSANAAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Diselenggarakan Posyandu Lansia:

Hari/ tanggal : Selasa, 22 Oktober

Waktu : Pukul 08.00-11.00 WIB

Tempat : Balai Desa Cranggang


MONITORING & EVALUASI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA>

CATegiatan Posyandu Lansia ini dilaksanakan oleh 1 dokter internship, 1 orang perawat, 1 bidan, dan

beberapa orang kader.

• Kegiatan Posyandu Lansia dilaksanakan sesuai waktu dan tempat yang telah ditentukan

dengan perlengkapan/peralatan yang sudah dipersiapkan oleh Petugas Kesehatan berupa Posbindu

Kit.

• Para Lansia aktif mengikuti kelangsungan kegiatan Posyandu Lansia.

• Lansia yang datang untuk berobat berjumlah 70 orang dengan keluhan terbanyak nyeri sendi,

sakit kepala disertai tekanan darah tinggi.

• Obat yang disediakan mencukupi kebutuhan Lansia.

• Program Posyandu Lansia ini sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk mengetahui kondisi

kesehatannya, usaha untuk meningkatkan kesehatan, mendapatkan pengobatan, serta salah satu

wadah untuk dapat bersosialisai dengan masyarakat lainnya.ATAN PENDAMPING

Jenis Kegiatan : F6 - Upaya Pengobatan Dasar

Dokter Pendamping : Isna noor khilda

Judul Lap. Kegiatan : Screening dan Edukasi Diabetes Melitus Tipe 2

PESERTA HADIR

Peserta PIDI

Masyarakat

Lain-lain

LATAR BELAKANG

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Diabetes Melitus tipe 2, disebabkan insulin yang ada tidak dapat

bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk

metabolisme glukosa tidak ada atau kurang. Peningkatan insidensi diabetes melitus di Indonesia tentu akan

diikuti oleh meningkatnya kemungkinan terjadinya komplikasi kronik diabetes melitus. Dengan demikian,

pengetahuan mengenai diabetes dan komplikasinya menjadi penting untuk diketahui dan dimengerti.

World Health Organization (WHO) memperkirakan, prevalensi global diabetes melitus tipe 2 akan meningkat

dari 171 juta orang menjadi 366 juta tahun 2030. WHO memperkirakan Indonesia menduduki ranking ke-4 di

dunia dalam hal jumlah penderita diabetes setelah China, India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2000,
jumlah penderita diabetes mencapai 8,4 juta dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes di

Indonesia akan berjumlah 21,3 juta. Tetapi, hanya 50% dari penderita diabetes di Indonesia menyadari bahwa

mereka menderita diabetes, dan hanya 30% dari penderita melakukan pemeriksaan secara teratur.

PERMASALAHAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> a. Tingginya angka kejadian DM tipe 2 yang tidak terkontrol

b. Kurangnya pemahaman penderita bahwa konsumsi obat DM harus sepanjang hidup sehingga penderita

tidak rutin mengonsumsi obat.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> a. Melakukan pemeriksaan gula darah dan edukasi kepada

masyarakat yang datang ke posyandu.

b. Melakukan tanya jawab mengenai pola makan, pola hidup dan riwayat penyakit penderita

c. Memberikan edukasi kepada penderita tentang perbaikan pola makan, pola hidup dan mengonsumsi

obat rutin.

PELAKSANAAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> a. Melakukan screening dan edukasi kepada masyarakat yang

datang ke posyandu lansia desa Cranggang.

b. Melakukan pemeriksaan gula darah dan edukasi kepada masyarakat yang datang ke posyandu.

c. Melakukan tanya jawab mengenai pola makan, pola hidup dan riwayat penyakit penderita

d. Memberikan edukasi kepada penderita tentang perbaikan pola makan, pola hidup dan mengonsumsi

obat rutin.

MONITORING & EVALUASI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> a. Angka kejadian penyakit DM tipe 2 yang terkontrol dapat

meningkat

b. Kesadaran penderita terhadap penyakit DM tipe 2 menjadi lebih baik.

CATATAN PENDAMPING
Jenis Kegiatan : F6 - Upaya Pengobatan Dasar

Dokter Pendamping : Isna noor khilda

Judul Lap. Kegiatan : Edukasi dan Screening Sindoma Metabolik

PESERTA HADIR

Peserta PIDI

Masyarakat

Lain-lain

LATAR BELAKANG

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik

komplek yang muncul sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular serta diabetes mellitus tipe 2. Komponen

utama sindrom metabolik diantaranya adalah obesistas abdomen, peningkatan kadar glukosa darah (sewaktu

dan atau puasa), peningkatan tekanan darah dan dislipidemia

Faktor risiko yang membuat sindrom metabolik adalah kadar kolestrol yang melebihi normal, tekanan darah

tinggi, kadar gula darah yang tinggi, dan kelebihan lemak perut, yang meningkatkan potensi seseorang untuk

mendapatkan masalah kesehatan. Sindrom metabolik itu meliputi diabetes dan penyakit jantung serta

pembuluh darah. Secara spesifik, sindrom metabolik dapat menyebabkan arteriosklerosis atau penebalan

arteri.

PERMASALAHAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Sindrom metabolik diperkirakan diderita oleh seperempat

penduduk dewasa di dunia, dan jumlahnya meningkat pada populasi muda seiring meningkatnya obesitas

dikalangan anak-anak dan remaja.

Di Indonesia menurut "Profil Kesehatan Indonesia" tahun 2012, status gizi pada kelompok dewasa berusia di

atas 18 tahun didominasi dengan masalah obesitas (11,7 %)

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> a. Melakukan edukasi tentang sindroma metabolik

b. Melakukan tanya jawab mengenai penyakit sindroma metabolic kepada masyarakat

PELAKSANAAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> a. Dilakukannya edukasi mengenai penyakit sindroma metabolic

di psyandu lansia.

b. Memberikan materi kepada masyrakat mengenai penyakit sindroma metabolic meliputi pengertian,

penyebab, gejala, penanganan, dan komplikasi penyakit yang dapat ditimbulkan.


c. Melakukan pengukuran lingkar perut, berat badan, gula darah dan tekanan darah.

MONITORING & EVALUASI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> a. Angka kejadian penyakit sindroma metabolic menurun

b. Kesadaran penderita terhadap penyakit sindroma metabolik menjadi lebih baik

CATATAN PENDAMPING

Jenis Kegiatan : F6 - Upaya Pengobatan Dasar

Dokter Pendamping : Isna noor khilda

Judul Lap. Kegiatan : Screening dan Edukasi Hipertensi

PESERTA HADIR

Peserta PIDI

Masyarakat

Lain-lain

LATAR BELAKANG

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Penyakit degeneratif merupakan salah satu masalah dalam dunia

kesehatan di Indonesia termasuk hipertensi. Tingginya angka kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Rejosari menjadi latar belakang dilakukannya penyuluhan mengenai hipertensi ini.

PERMASALAHAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> a. Tingginya angka kejadian hipertensi yang tidak terkontrol

b. Kurangnya pemahaman penderita mengenai penyakit hipertensi meliputi pencegahan penyakit,

penanganan serta komplikasi yang dapat ditimbulkan

c. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi obat setiap hari dan sepanjang hidup.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> a. Melakukan pengukuran tekanan darah kepada masyarakat

yang datang ke posbindu.

b. Melakukan tanya jawab mengenai pola makan, hidup dan riwayat penyakit pasien.

c. Memberikan edukasi kepada pasien yang memeliki tekanan darah tinggi untuk mengatur pola makan dan

pola hidup.

PELAKSANAAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Dilakukannya screening dan edukasi di posbindu Desa Colo


b. Melakukan pengukuran tekanan darah kepada masyarakat yang datang ke posbindu.

c. Melakukan tanya jawab mengenai pola makan, hidup dan riwayat penyakit pasien.

d. Memberikan edukasi kepada pasien yang memeliki tekanan darah tinggi untuk mengatur pola makan dan

pola hidup.

MONITORING & EVALUASI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Angka kejadian penyakit hipertensi yang terkontrol dapat

meningkat

b. Kesadaran penderita terhadap penyakit hipertensi menjadi lebih baik.

CATATAN PENDAMPING

Jenis Kegiatan : F6 - Upaya Pengobatan Dasar

Dokter Pendamping : Isna noor khilda

Judul Lap. Kegiatan : Edukasi dan Screening Hiperkolesterolemia

PESERTA HADIR

Peserta PIDI

Masyarakat

Lain-lain

LATAR BELAKANG

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak

dalam darah (dislipidemia) dimana kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240 mg/dL (Perkeni 2004).

Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan kadar kolesterol LDL di dalam darah. Dislipidemia adalah

kelainan metabolism lipid yang ditandai dengan peningkatan kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida di atas

nilai normal serta penurunan HDL.

Kadar kolesterol yang tinggi di dalam darah mempunyai peran penting dalam proses aterosklerosis yang

selanjutnya akan menyebabkan kelainan kardiovaskuler. Dan banyak penelitian kohort menunjukkan bahwa

makin tinggi kadar kolesterol darh, makin tinggi angka kejadian kelainan kardiovaskuler. Begitu juga dengan

makin rendah kadar kolesterol maka makin rendah kejadian penyakit kardiovaskuler baik untuk pencegahan

primer maupun pencegahan sekunder. Setiap penurunan kadar kolesterol total 1% menghasilkan penurunan

risiko mortalitas kardiovaskuler sebesar 1,5%. Bwgitu juga dengan besarnya kadar kolesterol LDL dan HDL.

Penurunan kolesterol LDL sebesar 1 mg/dL menurunkan risiko kejadian kardiovaskuler sebesar 1% dan

peningkatan kadar kolesterol HDL menurunkan risiko kejadian kardiovaskuler sebesar 2%.
PERMASALAHAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> Di Indonesia, angka kejadian hiperkolesterolemia menurut

penelitian MONICA I (1988) sebesar 13,4% untuk wanita dan 11,4% untuk pria. Pada MONICA II (1994)

didapatkan peningkatan menjadi 16,2% untuk wanita dan 14% untuk pria. Prevalensi hiperkolesterolemia

masyarakat pedesaan mencapai 10,9% dari total populasi pada tahun 2004. Penderita pada generasi muda,

yakni usia 25-34 tahun mencapai 9,3%. Wanita menjadi kelompok paling banyak menderita masalah ini yakni

14,5% atau hamper 2 kali lipat kelompok laki-laki.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> a. Melakukan penyuluhan tentang hiperkolestrolemia

b. Melakukan tanya jawab mengenai penyakit hiperkolestrolemia kepada masyarakat

PELAKSANAAN

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> a. Dilakukannya penyuluhan mengenai penyakit

hiperkolestrolemia di posyandu lansia dengan penyampaian secara langsung

b. Memberikan materi kepada masyrakat mengenai penyakit hiperkolestrolemia meliputi pengertian,

penyebab, gejala, penanganan, dan komplikasi penyakit yang dapat ditimbulkan.

c. Melakukan pemeriksaan kolesterol bagi peserta yang mau melakukan pemeriksaan dengan tarif 25rb

MONITORING & EVALUASI

<TEXTAREA READONLY></TEXTAREA> a. Angka kejadian penyakit hiperkolestrolemia dapat menurun.

b. Kesadaran penderita terhadap penyakit hiperkolestrolemia menjadi lebih baik.

CATATAN PENDAMPING

Anda mungkin juga menyukai