Anda di halaman 1dari 43

PERILAKU HIDUP BERSIH & SEHAT

(PHBS)
DI DESA MEURANDEH,
KEC. MANYAK PAYED,
KAB. ACEH TAMIANG

Oleh: dr. Fitri Meutia Donytasari


LATAR BELAKANG
Penerapan PHBS pada masyarakat Indonesia masih
merupakan suatu masalah. Hal ini dikarenakan
pengetahuan mengenai manfaat hidup sehat tergantung
berbagai faktor. Kebiasaan-kebiasaan awam yang
dilakukan oleh generasi terdahulu, seperti buang air
maupun mandi di sungai merupakan kejadian sehari-hari
yang masih banyak dijumpai. Hampir 50-60 % penduduk
Indonesia yang berada dalam kota, tidak memiliki fasilitas
sanitasi dasar

(Millenium Developments Goals Indonesia, 2011)


TINJAUAN PUSTAKA
PHBS DI RUMAH TANGGA
PHBS di Rumah Tangga merupakan salah satu upaya strategis
untuk menggerakkan dan memberdayakan keluarga atau
anggota rumah tangga untuk hidup bersih dan sehat.
Melalui ini setiap anggota rumah tangga diberdayakan agar
tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan
dengan mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan
menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi,
serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
METODE PENELITIAN
DESAIN MINI PROJECT

Penelitian ini menggunakan desain


penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk
membuat gambaran secara sistematis
mengenai perilaku hidup bersih dan sehat di
Desa Meurandeh, Kec. Manyak Payed, Kab.
Aceh Tamiang.
TEMPAT DAN WAKTU

Penelitian dilakukan di Desa Meurandeh,


Kec. Manyak Payed, Kab. Aceh Tamiang.
Waktu penelitian dilaksanakan bulan
September 2017.
POPULASI DAN SAMPEL
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu rumah
tangga di Desa Meurandeh, Kec. Manyak Payed, Kab.
Aceh Tamiang
Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah 30 orang ibu rumah
tangga di Desa Meurandeh, Kec. Manyak Payed, Kab.
Aceh Tamiang. Teknik pengambilan sampel adalah
Simple Random Sampling.
KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI

Kriteria Inklusi
Seluruh ibu rumah tangga di Desa Meurandeh, Kec.
Manyak Payed, Kab. Aceh Tamiang.

Kriteria Eksklusi
Pasien yang tidak bersedia menjadi responden.
Pasien yang tidak mampu membaca dan menulis.
METODE PENGUMPULAN DATA

Data diperoleh dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti


secara langsung kepada responden dengan menggunakan
alat bantu kuesioner.

Kuesioner dalam penelitian ini dibuat secara terstruktur


dengan benuk pertanyaan pilihan berganda (multiple
choice question) dan pertanyaan terbuka (open question).
ANALISIS DATA
Tahap-tahap pengolahan data hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.Pemeriksaan akan kelengkapan jawaban
2.Menampilkan jawaban responden dalam bentuk tabel dan
diagram.
3.Melakukan analisis USG untuk menentukan prioritas masalah
yang paling gawat, mendesak dan kemungkinan paling besar
untuk berkembang.
4.Membuat diagram fish bone untuk mencari faktor-faktor yang
menyebabkan masalah tersebut.
5.Mencari solusi atas masalah tersebut.
HASIL PENELITIAN
1. PERSALINAN DITOLONG OLEH TENAGA KESEHATAN
Faktor-faktor yang menyebabkan responden melahirkan
di dukun yaitu:

1.Kurangnya pendidikan yang memadai.


2.Adanya faktor adat istiadat dimana terdapat kepercayaan
keluarga bahwa lebih baik melahirkan di dukun.
3.Kurangnya perhatian masyarakat terhadap pentingnya
asuransi kesehatan bagi ibu hamil.

Solusinya:

1.Petugas harus lebih aktif dalam melakukan pendekatan


kemitraan bidan dengan dukun agar ibu melahirkan di tenaga
kesehatan.
2.Perlu adanya kegiatan kelas ibu hamil dengan upaya yang
lebih persuasif terhadap ibu hamil.
3.Perlu dukungan keluarga untuk melahirkan di tenaga
kesehatan.
4.Perlu dukungan dari kelurahan dalam artian tidak
mengeluarkan akte kelahiran jika tidak melahirkan di tenaga
kesehatan.
2. MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF
Faktor-faktor yang menyebabkan responden tidak
memberikan ASI eksklusif:

1.Kurangnya konsultasi gizi pada ibu menyusui sehingga


ASI tidak mencukupi.
2.Faktor budaya yaitu kebiasaan turun temurun memberikan
nasi dan pisang pada bayi.
3.Pendekatan kepada masyarakat terkait ASI eksklusif
masih kurang.

Solusinya:

1.Meningkatkan kegiatan sosialisasi IMD (Inisiasi Menyusui


Dini) dan pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil.
2.Pelatihan motivator ASI dalam mendampingi ibu menyusui
memberikan ASI eksklusif.
3.Konseling ibu nifas.
3. MENCUCI TANGAN SEBELUM MAKAN
4. ANAK PERNAH MENGALAMI
GEJALA CACINGAN
Dilihat dari angka kejadian cacingan, kemungkinan
masyarakat kurang tepat dalam melakukan tujuh
langkah cuci tangan. Untuk itu perlu dilakukan:

1. Pembagian leaflet cara cuci tangan 7 langkah.


2. Penyuluhan cara mencuci tangan.
Faktor-faktor yang menyebabkan kejadian cacingan
tinggi yaitu:

1.Cara mencuci tangan kurang benar.


2.Masih banyaknya masyarakat yang BAB sembarangan.
3.Personal hygiene yang kurang baik.

Solusinya:

1.Sosialisasi cara cuci tangan tujuh langkah.


2.Penyuluhan mengenai infeksi cacing.
3.Perlu ditingkatkan upaya pemberian obat cacing.
5. RUMAH MENJADI SARANG
NYAMUK
Faktor-faktor yang menyebabkan rumah menjadi sarang
nyamuk yaitu kurangnya kesadaran masyarakat akan PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk).

Solusinya:
1. Pemeriksaan jentik berkala setiap 3 bulan sekali di 100
rumah per kelurahan oleh kader Jumantik (Juru Pemantau
Jentik).
2. Frekuensi kerja bakti yang lebih banyak.
3. Penempelan stiker bebas jentik berkala.
6. BEROLAHRAGA MINIMAL SATU
KALI SEMINGGU
Kurangnya berolahraga sangat erat kaitannya dengan penyakit
degeneratif seperti diabetes mellitus dan hipertensi. Hal tersebut
sesuai bahwa kurangnya kebiasaan berolahraga pada penduduk
mengakibatkan penduduk rentan untuk terkena penyakit degeneratif.

Solusi:

1. Membuat kelompok olahraga di setiap desa diselingi dengan tes


kebugaran.
2. Penyuluhan mengenai pentingnya berolahraga.
7. MENGUKUR BERAT BADAN BALITA
SETIAP BULAN
Faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak megukur
berat badan balita setiap bulan yaitu:

1.Ibu kurang menyadari pentingnya menimbang berat


badan balita setiap bulan.
2.Kader kurang aktif dalam menginformasikan jadwal
posyandu.

Solusinya:

1.Penyuluhan mengenai manfaat menimbang berat badan


setiap bulan.
2.Kader harus lebih aktif untuk mengajak warganya datang
ke posyandu.
8. TERDAPAT JAMBAN SEHAT DI
RUMAH
Solusi:

1. Penyuluhan tentang rumah sehat.


2. Mengadakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).
Kegiatan berupa:
Pemicuan: Mengumpulkan orang yang tidak punya jamban /
orang yang BAB sembarangan lalu membangkitkan orang
tersebut untuk mempunyai rasa malu dan rasa jijik jika tidak
punya jamban / BAB sembarangan.
Pleno : Orang-orang yang terpicu dikumpulkan untuk mencapai
kesepakatan untuk ikut arisan jamban.

Kendala: Masyarakat memilih untuk menunggu bantuan dari


pemerintah.
9. TERDAPAT ANGGOTA KELUARGA
YANG MEROKOK DI DALAM RUMAH
Solusi:

Perlu lebih ditingkatkan frekuensi penyuluhan


tentang bahaya rokok baik pada kelompok maupun
individu.
10. MENGKONSUMSI BUAH DAN SAYUR
Solusi:
1. Mengadakan program pengukuran tinggi badan di semua
posyandu. Konsumsi buah dan sayur erat kaitannya dengan
kejadian stunting.
2. Mengadakan kelas ibu balita.
11. TERSEDIA SARANA AIR BERSIH
DI RUMAH
Solusinya:

Melakukan Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih. Kegiatannya berupa:


1. Membagikan kuesioner.
2. Kunjungan ke rumah warga untuk melihat sarana air bersih yang
tidak memenuhi syarat dengan disertai penyuluhan tentang air
bersih.
3. Memberikan saran perbaikan.
Dari 11 masalah yang ada, dipilih 5 masalah yang
angka capaiannya masih rendah. Kelima masalah
tersebut yaitu:

Ketersediaan air bersih


Terdapat anggota keluarga yang merokok di
dalam rumah
Olahraga
Rumah sebagai sarang nyamuk
Kejadian cacingan
Tabel Analisis USG
Upaya-upaya untuk ketersediaan air bersih:

Melakukan penyuluhan rumah sehat. Diharapkan masyarakat dapat


mengerti dan melakukan perilaku sehat sesuai dengan konsep hidup
sehat baik fisik, mental dan sosial.
Melakukan pemeriksaan/evaluasi terhadap air pada desa tersebut dan
pengukuran jarak sumur/sumber air dengan septic tank.
Bekerja sama dengan lintas sektor dalam ketersediaan air bersih.
Dalam hal ini diharapkan pihak kelurahan membantu dalam hal
pembuatan bak penampungan air.
Kerja sama lintas sektor tentang kesehatan lingkungan. Dalam hal ini
diadakan pelatihan pengolahan air sederhana ditingkat desa maupun
tingkat kelurahan.
KESIMPULAN
Dari 11 masalah yang ada, dipilih 5 masalah yang angka
capaiannya masih rendah. Kemudian dari kelima masalah
tersebut dilakukan analisa USG untuk menentukan prioritas
masalah yang paling gawat, mendesak, dan kemungkinan paling
besar untuk berkembang. Berdasarkan analisa USG tersebut,
masalah ketersediaan air bersih terpilih sebagai prioritas
nomor satu.
SARAN
Kader Posyandu diharapkan terus meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat yang baik untuk diri dan lingkungan
masyarakatnya sehingga masyarakat dapat mencontohnya.
Puskesmas sebaiknya terus menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
yang mendukung terwujudnya rumah tangga sehat seperti
melaksanakan pelatihan membuat penyaringan air sederhana,
pemeriksaan jentik berkala bersama masyarakat, senam bersama,
serta kegiatan lainnya.
Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi cacing masih harus
ditingkatkan. Upaya tersebut dapat berupa pemberian obat cacing
dengan dosis yang tepat dan mengurangi resiko infeksi cacing
parasit.
Perlu adanya pendekatan kemitraan bidan dan dukun.
Perlu adanya kegiatan kelas ibu hamil. Kegiatan ini sudah
dilaksanakan namun kurang mengenai sasaran. Nantinya perlu
lebih ditekankan mengenai tanda-tanda persalinan.
Perlu adanya konsultasi gizi pada ibu menyusui sehingga kebutuhan
gizi untuk ibu menyusui tercukupi.
Mengajarkan mengenai cara pompa ASI dan menyimpan ASI.
Meningkatkan kegiatan penyuluhan ASI eksklusif.
Perlu adanya sosialisasi cuci tangan tujuh langkah.
Perlu ditingkatkan kerja bakti agar lingkungan menjadi bersih dan
sehat.
Perlu diusulkan Jumantik (Juru Pemantau Jentik) di setiap desa.
Penempelan stiker bebas jentik.
Kader harus lebih aktif untuk mengajak warganya datang ke
posyandu.
Penyuluhan mengenai manfaat menimbang berat badan setiap
bulan.
Perlu adanya penyuluhan mengenai bahaya asap rokok.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai