PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kasus kematian ibu masih merupakan masalah besar yang dihadapi oleh
berbagai negara di dunia terutama negara berkembang. Menurut WHO, angka kematian
ibu di seluruh dunia diperkirakan 400 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan
wilayah, di negara berkembang 440/100.000 kelahiran hidup, di Afrika 830/100.000
kelahiran hidup, di Asia 330/100.000 kelahiran hidup dan di Asia Tenggara
210/100.000 kelahiran hidup. Indonesia termasuk ke dalam 13 negara penyumbang
kematian ibu terbesar di dunia (Prabowo,2002). Angka kematian ibu (AKI) dan angka
kematian bayi baru lahir (AKBBL) di Indonesia masih jauh dari target yang harus di
capai tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan sasaran pembangunan millenium.
Menurut Depkes penyebab kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan
(42%), eklamsia (13%), komplikasi abortus (11%), infeksi (10%), dan persalinan lama
(9%). Proporsi kematian bayi baru lahir di dunia sangat tinggi dengan estimasi sebesar 4
juta kematian bayi baru lahir pertahun dan 1,4 juta kematian pada bayi baru lahir pada
bulan pertama di Asia Tenggara. Hanya sedikit di Asia Tenggara yang mempunyai
sistem registrasi kelahiran yang baik sehingga tidak diperoleh data yang akurat tentang
jumlah kematian bayi baru lahir ataupun kematian pada bulan pertama. Dalam
kenyataannya, penurunan angka kematian bayi baru lahir di setiap negara di Asia
Tenggara masih sangat lambat (WHO,2005).
Di wilayah UPTD Puskesmas Kandangan mulai tahun 2015-2016 angka
kematian Ibu adalah 2 orang di tahun 2015, sedangkan angka kematian Bayi adalah 11
orang di tahun 2015 serta 5 pada tahun 2015 dan 18 penderita sampai dengan oktober
2016, sedangkan dari data angka kesakitan dapat diketahui bahwa, Angka kesakitan
penderita Diare tahun 2015 adalah 1.551 penderita dan tahun 2016 sampai dengan bulan
oktober adalah 962 penderita Angka kesakitan penderita DBD 24 penderita.
Data Rumah tangga sehat yang dilakukan survey pada tahun 2014 adalah 24 %
dari target sebesar 70 % dan pada tahun 2015 adalah 51,98 % dari 70 % target rumah
tangga sehat dari yang di survey.
Sehubungan dengan hal tersebut maka pelayanan kesehatan di masyarakat perlu
di tingkatkan baik yang bersifat kuratif maupun promotif dan preventif serta
rehabilitative. Hal ini sesuai dengan Misi Departemen Kesehatan yaitu menjadikan
masyarakat sehat dan strategi utama yang dilakukan adalah 1) Menggerakkan dan
Memberdayakan Masyarakat untuk hidup sehat.dan 2) meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan. Hal tersebut juga sesuai dengan Misi Puskesmas
Kandangan yaitu Memberdayakan potensi masyarakat dengan mengoptimalkan lintas
program dan lintas sektor.
2. Sasaran
1) Sasaran Masyarakat
Sasaran kegiatan SMD ini adah rumah tangga yang ada di wilayah UPTD
puskesmas Kandangan yang di bagi berdasarkan desa.
2) Sasaran Kinerja
Sasaran kegiatan SMD ini adalah adanya identifikasi permasalahan yang ada di
wilayah desa, merencanakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan
puskesmas sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan masyarakat yang muncul,
serta mengembangkan peran masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan,
mengawasi serta melakukan evaluasi terhadap kegiatan upaya kesehatan
masyarakat.
2) Bagi Masyarakat
a. Masyarakat dapat ikut berkontribusi dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi kegiatan yang sudah disusun bersama.
b. Masyarakat dapat mengembangkan potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada di lingkungannya.
3) Bagi Desa
a. Desa mengetahui permasalahan kesehatan yang ada di wilayahnya.
b. Desa mendapatkan contoh bagaimana menggali permasalahan yang terjadi di
masyarakat desa.
c. Desa terbantu dalam merencanakan pendanaan pemberdayaan masyarakat desa.
BAB III
PELAKSANAAN MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA
(MMD)
6 Laporan hasil Survey Mawas Diri UPTD Puskesmas Kandangan
Dari hasil permasalahan yang ada pada saat SMD maka permasalahan tersebut dibawa
ke dalam forum masyarakat desa yang disebut dengan MMD. Dalam pelaksanaan MMD ini
puskesmas berperan sebagai fasilitator terhadap kegiatan tersebut, hal ini disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan dari lintas sektor (stake holder desa) bagaimana pelaksanaan dan cara
SMD dan MMD tersebut. kegiatan SMD dan MMD yang telah di fasilitasi oleh Puskesmas
Kandangan dapat di tindak lanjuti oleh desa secara mandiri dan peran Puskesmas ke depan
sebagai narasumber dan Pembina saja.
Dalam MMD yang dilaksanakan oleh masyarakat desa dalam hal ini diwakili oleh tokoh
masyarakat, tokoh agama dan perangkat desa yang bertujuan untuk membahas dan
merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan permasalahan yang ada baik
daari segi SDM maupun sumber data dan sarana prasarana yang dibutuhkan.
Adapun hasil dari Musyawarah Masyarakat Desa yang telah dilaksanakan sebagai
berikut:
BAB IV
KESIMPULAN
Dari kegiatan SMD yang dilaksanakan maka dapat kita simpulkan bahwa permasalahan
secara umum yang ada di desa wilayah kecamatan Kandangan adalah sebagai berikut :
1. Permasalahan kepemilikan Kartu Jaminan Kesehatan/Asuransi dari 3100 rumahtangga
yang disurvey hasilnya adalah 35,5% tidak memiliki kartu Jaminan
Kesehatan/Asuransi.
2. Permasalahan sarana dan prasarana meliputi sarana jamban dari 3100 rumahtangga
yang di survey hasilnya adalah 72,1% memiliki jamban yang memenuhi syarat dan
sebanyak 10,6% memiliki jamban namun belum memenuhi syarat.
BAB V
PENUTUP