Anda di halaman 1dari 118

BAB I

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis.( UU kesehatan No. 36 tahun 2009)
Derajat kesehatan yang optimal bukan saja merupakan kebutuhan
dasar bagi individu dan keluarga, tetapi lebih jauh dari itu merupakan bagian
dari kesejahteraan masyarakat. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat
akan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dimasa yang akan datang
dalam rangka menghadapi makin ketatnya persaingan bebas pada era
globalisasi. Penduduk yang sehat selain akan menunjang keberhasilan
pembangunan bidang lainnya, juga akan mendorong peningkatan
produktivitas dan pendapatan penduduk. Perubahan derajat kesehatan ini
dipengaruhi oleh empat faktor kunci, yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku
masyarakat, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Dimana faktor
lingkungan dan perilaku masyarakat merupakan 2 (dua) hal pokok yang
sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian derajat kesehatan masyarakat
yang optimal di suatu wilayah.

Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah suatu kondisi


kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang ditandai dengan
meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian ibu dan
bayi, menurunnya angka kesakitan penduduk, menurunnya angka kecacatan
dan ketergantungan akibat penyakit, meningkatnya status gizi masyarakat,
menurunnya angka resiko kecelakaan dalam berkerja serta tertanganinya
kasus ganguan jiwa masyarakat dengan baik.

Pembangunan bidang kesehatan yang diselenggarakan dengan


pendekatan paradigma sehat yaitu semua aspek pembangunan diharapkan
dapat memberikan dampak yang positif terhadap kesehatan masyarakat dan
kesehatan keluarga, selain itu diharapkan upaya-upaya kesehatan yang
dilaksanakan dititik beratkan pada aspek promotif, preventif, dan tetap

1
melaksanakan upaya kuratif serta rehabilitatif yang diselenggarakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas


adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya di wilayah kerjanya.
UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan
sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. UKP adalah suatu kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderi taan
akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan (Kemenkes RI,
2014)

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan


untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat yaitu mewujudkan
masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan
bermutu, hidup dalam lingkungan sehat, dan memiliki derajat kesehatan
yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Kemenkes
RI, 2014)
Dalam pelaksanaan tugas dan tangung jawabnya puskesmas dengan
segala keterbatasan yang di miliki berupaya semaksimal mungkin
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, keterbatasan sumber
daya baik financial maupun sumber daya manusia serta kondisi phisikososial
ekonomi masyarakat yang beragam secara tidak langsung mempengaruhi
kinerja puskesmas. namun demikian puskesmas terus berupaya memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat dengan melibatkan seluruh komponen
masyarakat, bersama menentukan skala prioritas masyalah kesehatan yang di
alami oleh masyarakat, secara konferhensif dengan pertimbangan efektifitas,
efisien, rasional dan berdampak besar terhadap meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat yang ada di wilayah kerjanya.

2
Survei Mawas Diri adalah pengenalan, pengumpulan dan pengkajian
kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh kader dan tokoh masyarakat
setempat dibawah bimbingan kepala desa/kelurahan dan petugas kesehatan,
petugas puskesmas, bidan di desa (Depkes RI, 2007)
Survei Mawas Diri yang di lakukan oleh puskesmas Wolio di
Kelurahan Wangkanapi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
informasi masyalah kesehatan secara langsung yang ada di masyarakat, hasil
survey mawas diri ini berperan penting dalam mengidentifikasi masyalah
kesehatan masyarakat, di nilai dan dikaji guna pengambilan kebijakan dalam
upaya penanganan masyalah kesehatan yang ada di masyarakat Kelurahan
Wangkanapi melalui penentuan skala prioritas masyalah kesehatan paling
krusial yang di alami oleh masyarakat.
B. Tujuan Survei Mawas Diri (SMD)
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat
kelurahan Wangkanapi Kota Baubau.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui akses pelayanan dan pembiayaan kesehatan
masyarakat Kelurahan Wangkanapi Kota Baubau.
b. Untuk mengetahui derajat keseahatan ibu dan anak, pelayanan KB,
Gizi masyarakat dan Imunisasi Kelurahan Wangkanapi Kota Baubau.
c. Untuk mengetahui penyakit apa saja yang di derita oleh penduduk
Kelurahan Wangkanapi Kota Baubau melalui program surveilens.
d. Untuk mengetahui kondisi rumah dan lingkungan yang memenuhi
syarat kesehatan yang ada di Kelurahan Wangkanapi Kota Baubau.
e. Untuk mengetahui perilaku hidup sehat anggota keluarga yang ada di
kelurahan Wangkanapi Kota Baubau.
f. Untuk mengetahui tingkat pendapatan keluarga yang ada di Kelurahan
Wangkanapi Kota Baubau.
g. Untuk mengetahui tingkat keamanan lingkungan dan mode
transportasi yang di gunakan masyarakat Kelurahan Wangkanapi
Kota Baubau.
h. Untuk mengetahui tingkat Kesehatan Remaja yang ada di Kelurahan
Wangkanapi Kota Baubau.
i. Untuk mengetahui penangganan Kesehatan Lansia yang ada di

Kelurahan Wangkanapi Kota Baubau.


j. Untuk mengetahui penangganan Kesehatan Jiwa yang ada di

Kelurahan Wangkanapi Kota Baubau.

3
C. Manfaat Kegiatan Survei Mawas Diri
1. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat tentang adanya masalah
kesehatan yang ada dilingkungannya.
2. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat tentang besarnya
masalah kesehatan yang ada di lingkungannya
3. Sebagai bahan informasi pemanfaatan sumber daya yang ada, yang
dimiliki oleh masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan di
lingkungannya.
4. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan kebijakan dalam
pemecahan masalah kesehatan yang di hadapi masyarakat Kelurahan
Batulo Kota Baubau.
D. Sasaran Survei Mawas Diri (SMD)
Sasaran Survei Mawas Diri ini adalah semua Rumah Tangga yang ada
di Kelurahan Wangkanapi Kota Baubau.
E. Pelaksanaan Kegiatan Survei Mawas Diri (SMD)
Pelaksana kegiatan survey mawas diri ini adalah Staf Puskesmas
Wolio Dinas Kesehatan Kota Baubau.

BAB II
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN SURVEI MAWAS
DIRI

A. Metode Pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
a. Mempersiapkan alat dan bahan serta pengenalan daftar pertanyaan
dalam pengumpulan data dan informasi masalah kesehatan
b. Menentukan lokasi yang akan disurvei
c. Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan survey
d. Membuat Surat Tugas
2. Tahap Pelaksanaan Survei Mawas Diri

4
a. Melakukan kunjungan rumah masyarakat sasaran survey
mengumpulkan informasi masalah kesehatan menggunakan kuisioner.
b. Melakukan pengamatan terhadap rumah tangga dan lingkungan
c. Membuat laporan dan evaluasi hasil kegiatan
d. Desiminasi informasi kepada lintas sektor
3. Waktu dan tempat Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal....... di Kelurahan
Wangkanapi Kecamatan Wolio Kota Baubau.
B. Cara Pengumpulan Data
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1). Ballpiont
2). Papan data
b. Bahan
1). Form Survei (kuisioner)
2). Surat Tugas
2. Prosedur Kerja
a. Mempersiapkan lokasi survey
b. Menyampaikan Surat pemberitahuan mengenai kegiatan dimaksud, di
sertai dengan Surat tugas kepada pihak Kelurahan.
c. Melakukan pemeriksaan dan penilaian hasil survey berdasarkan variable
variable yang ada pada lembar kuisioner
d. Melakukan pengolahan data hasil survey menggunakan computer (MS.
Excel)
e. Membuat laporan hasil survey disertai dengan analisis data secara
deskiptif
f. Melakukan desiminasi informasi kepada lintas sektor mengenai hasil
survey.
3. Interprestasi Data
a. Sangat Baik, apabila dari hasil survey memperoleh skor dengan
persentase 81-100 %
b. Baik, apabila dari hasil survey memperoleh skor dengan persentase 61-
80%
c. Cukup, apabila dari hasil survey memperoleh skor dengan persentase
41-60%
d. Kurang, apabila dari hasil survey memperoleh skor dengan persentase
21-40%
e. Sangat Kurang, apabila dari hasil survey memperoleh skor dengan
persentase 0-20%
C. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Hasil survey dicatat ke dalam lembar kuisioner, diolah secara manual
mulai dari tahap editing, codeing, reporting, cleaning dan tabulating.
2. Analisa Data

5
Data yang telah diolah dan disajikan dalam bentuk table dianalisis
secara deskeiptif untuk memberikan gambaran umum mengenai
kondisi masalah kesehatan yang ada di Kelurahan Wangkanapi.

BAB III
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kegiatan
1. Gambaran Umum Lokasi Survei
Kelurahan Wangkanapi merupakan salah satu kelurahan wilayah
administrative Kecamatan Wolio Kota Baubau dengan luas wilayah 261
ha, Kelurahan Wangkanapi terdiri dari 4 (empat) Rukun Warga (RW)
dengan jumlah Rukun Tetangga (RT) sebanyak 13 (Tiga belas) rukun
tetangga. Berdasarkan data hasil survey mawas diri yang dilakaukan oleh
Puskesmas tahun 2017 jumlah penduduk Kelurahan Wangkanapi
sebanyak 4352 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1024 KK.
Dengan jarak tempuh masyarakat dalam memperoleh pelayan kesehatan
dasar Puskesmas berjarak antara 1 sampai dengan 5 KM, menggunakan
kenderaan roda dua maupun roda empat.
Dengan batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Bataraguru/Tomba
- Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bukit Wolio Indah
- Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Batulo
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Bataraguru
-
2. Demografi Kependudukan
Tabel 1
Data Demografi Kependudukan dan jumlah rumah Kelurahan Wangkanapi
Tahun 2017
Demografi RW RW RW RW TOTAL
Kependudukan dan I II III IV KELURAHAN
No
Jumlah Rumah
N N N N N

1 RUMAH 219 308 253 255 1035

6
2 TTL KK 252 351 257 164 1024

3 TOTAL JIWA 917 1280 1043 1112 4352


Sumber : Data Primer Survey Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

B. Karakteristik Respondent dan Hasil Survei Mawas Diri Kelurahan


Wangkanapi
Survei Mawas Diri dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat Kelurahan Wangkanapi
yang dilaksanakan pada tanggal dengan hasil survey sebagai berikut :
1. Karakteristik Responden
a. Kelompok Umur
Umur adalah usia responden pada saat wawancara di lakukan dalam
hitungan tahun, yang dibagi menjadi 6 (enam) pengelompokan yakni
0-23 bulan, 02-5 tahun, 6-14 tahun, 15-44 tahun, 45-59 tahun, > 60
tahun.

Tabel 2
Data Distribusi Kelompok Umur Penduduk
Kelurahan Wangkanapi Tahun 2017
Kelompok RW RW RW RW Total Kel.
Umur I II III IV Wangkanapi
No Penduduk
N % N % N % N % N %
Kelurahan
Wangkanapi
1 0 -23 Bulan 30 4 29 3 35 4 31 3 125 2,85
2 02-5 Tahun 89 12 94 9 89 10 95 11 367 8,37
3 6-14 Tahun 183 24 255 24 229 27 233 26 900 20,53
4 15-44 Tahun 469 61 669 64 504 58,8 534 60 2176 49,64
5 45-59 Tahun 132 17 193 18 150 17,5 119 13 594 13,55
6 > 60 Tahun 61 8 60 6 46 5,37 54 6 221 5,04
Jumlah 964 100 1300 100 1053 100 1066 100 4383 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada tabel menunjukan bahwa umur dengan distibusi


terbanyak penduduk Kelurahan Batulo yang pertama ada pada
kelompok umur 15 44 tahun sebanyak 2176 (49,64%) penduduk,
yang kedua kelompok umur 6 14 tahun sebanyak 900 ( 20,53%),
yang ketiga dari kelompok umur 45 59 tahun sebanyak 594
(13,55%), yang ke empat dari golongan umur 2-5 tahun sebanyak
367 (8,37%), yang ke lima dari kelompok umur >60 Tahun sebanyak

7
221 (5,04 %) dan terakhir dari kelompok umur 0 23 bulan sebanyak
125 (2,85%) penduduk.
b. Tingkat Pendidikan

Tabel. 3
Data Distribusi Tingkat Pendidikan masyarakat
Kelurahan Wangkanapi Tahun 2017
Tingkat RW RW RW RW Tingkat
Pendidikan Pendidikan
I II III IV masyarakat
masyarakat Kelurahan
No Kelurahan Wangkanapi Tahun
Wangkanapi 2017
Tahun 2017 N % N % N % N % N %
1 Belum sekolah 111 12 89 7 57 6 83 9 340 8,43
2 Tk 31 3 20 2 25 3 29 3 105 2,60
3 SD 144 15 291 24 231 25 191 20 857 21,24
4 SMP 106 11 207 17 161 17,3 149 16 623 15,44
5 SMA 446 47 428 36 341 36,7 360 38 1575 39,05
6 D3 33 3 25 2 19 2,05 31 3 108 2,67
7 PT 84 9 137 11 95 10,2 109 11 425 10,53
Jumlah 955 100 1197 100 929 100 952 100 4033 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menunjukan Tingkat pendidikan masyarakat


Kelurahan Wangkanapi adalah sebagai berikut, yang pertama tingkat
pendidikan adalah SMA sebanyak 1575(39,05%), kedua tingkat
pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 425(10,53%), ketiga tingkat
pendidikan SMP sebanyak 623 (15,44%), ke empat tingkat pendidikan
SD sebanyak 857 (21,24%), kelima tingkat pendidikn D3 sebanyak 108
(2,67%) dan yang terakhir tingkat pendidikan TK sebanyak 105 (2,60%)
penduduk.

8
c. Jenis Pekerjaan
Tabel. 4
Data Distribusi Berdasarkan Jenis Pekerjaan masyarakat
Kelurahan Wangkanapi Tahun 2017
Jenis RW RW RW RW Jenis Pekerjaan
Pekerjaan Penduduk
II III IV
Kelurahan
No Penduduk I Wangkanapi
Kelurahan N % N % N % N % N %
wangkanapi
1 PNS 62 18 69 17 N % 74 25 232 17,08
2 TNI/Polri 53 15 9 2 19 6 40 13 121 8,91
3 Wirasasta 213 61 321 77 240 82 160 54 934 68,77
Tenaga Magang 71 5,22
4 (Honorer) 22 6 19 5 7 2,39 23 8
Jumlah 350 100 418 100 293 100 297 100 1358 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Tabel diatas menunjukan bahwa jenis pekerjaan yang


terbanyak pada masyarakat Kelurahan Wangkanapi adalah Wiraswasta
yaitu 934 (68.7 7%) dari totol golongan jenis pekerjaan sebanyak 1358 .
dan yang terendah ada pada jenis pekerjaan masyarakat kelurahan
Wangkanapi yaitu tenaga Magang (Honorer) sebanyak 71 (5.2%) ,PNS
232 (17,08%) dan yang ke empat TNI/ Polri sebanyak 121 (8,91%).
d. Penghasilan Perbulan
Tabel. 5
Data Distribusi Berdasarkan Penghasilan Perbulan masyarakat
Kelurahan Wangkanapi Tahun 2017
Penghasilan RW RW RW RW Penghasilan
Perbulan Perbulan
I II III IV angota keluarga
No Penduduk Kelurahan
Kelurahan Wangkanapi
Wangkanapi N % N % N % N % N %
1 1 Juta/Bln 76 31 132 39 132 56 94 37 434 40,40
2 2 Juta/Bln 91 37 113 33 52 22 56 22 312 29,05
3 2juta /Bln 77 32 96 28 51 22 104 41 328 30,54
Jumlah 24 100 341 100 235 100 254 100 1074 100
4
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Berdasarkan table diatas rata rata penghasilam masyarakat


Kelurahan Wangkanapi terbanyak ada pada 1 Juta/Bln sebanyak 434
masyarakat menyusul tingkat penghasilan 2juta /Bln sebanyak 328 dan
yang terakhir adalah penghasilan perbulan 2 Juta/Bln sebanyak 312
masyarakat.

9
e. Tangapan Tentang Pelayanan Puskesmas
Tabel. 6
Distribusi Responden Berdasarkan Tangapan Tentang
Pelayanan Puskesmas masyarakat Kelurahan Wangkanapi Tahun
2017
Tangapan RW RW RW RW Tangapan
masyarakat masyarakat
I II III IV tentang
No tentang pelayanan
pelayanan puskesmas
puskesmas
N % N % N % N % N %
1 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Cukup 56 26 210 60 226 65 177 63 669 55,93
3 Baik 156 74 141 40 124 35 106 37 527 44,06
Jumlah 212 100 351 100 350 100 283 100 1196 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Berdasarkan table diatas tanggapan masyarakat tentang pelayanan


kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas Wolio kategori baik
berjumlah 527 (44,06%) dari total tanggapan sebanyak 1196 dan
tanggapan terendah ada pada kategori Kurang sebanyak 0 (0 %) dari
total tanggapan 1196 dan untuk Tanggapan cukup terhadap pelayanan
yang diberikan oleh Puskesmas Wolio adalah sebanyak 669 (55,93%).

2. Hasil Survei Mawas Diri Kelurahan Wangkanapi


a. Akses Pelayanan Dan Pembiayaan Kesehatan
1. Akses Pelayanan Kesehatan

Tabel. 7
Distribusi Akses pelayanan kesehatan

No Pelayanan RW RW RW RW
Kesehatan I II III IV
N % N % N % N %

10
Tenaga
1 Kesehatan 240 95.6 316 95.7 231 93.5 247 99.1
Tradisional
2 (dukun atau 6 2.3 5 1.5 5 2 0 0
alternatif)
3 Diobati sendiri 5 1.9 9 2.7 11 4.4 2 0.8
Jumlah 251 100 330 100 247 100 249 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Dari table diatas terlihat bahwa akses pelayanan kesehatan


masyarakat Kelurahan Wangkanapi adalah pada RW I yang
memperoleh pengobatan melalui akses tenaga kesehatan sebanyak
240 (95,6%), akses dukun atau tenaga alternative sebanyak 6 (2,3%),
dan berobat sendiri 5 (1,9%), RW II memperoleh pengobatan akses
tenaga kesehatan sebanyak 316 (95,7%), akses dukun atau tenaga
alternative sebanyak 5 (1,5%), dan berobat sendiri 9(2,7%), RW III
memperoleh pengobatan akses tenaga kesehatan sebanyak 231
(93,5%), dan berobat sendiri 5 (2%), RW IV memperoleh
pengobatan akses tenaga kesehatan sebanyak 247 (99,1%), dan
berobat sendiri 2(0,8%).

2. Akses Pembiayaan Kesehatan

Tabel. 8
Distribusi Akses pembiayaan kesehatan
Asuransi RW RW RW RW
No Kesehatan I II III IV
N % N % N % N %
1 BPJS / KIS 149 59.1 173 50 109 50.9 159 56.9
Asuransi
2 Swasta 29 11.5 22 6.3 8 3.7 21 7.5
Tidak
3 mengikuti 74 29.3 151 43.6 97 45.3 99 35.4
sama sekali
Jumlah 252 100 346 100 214 100 279 100

Sumber :Datap Primer Survey Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

11
Dari table di atas menunjukan bahwa masyarakat mengikuti
asuransi kesehatan BPJS/KIS pada RW I sebanyak 149 (59,1%),
asuransi Swasta 29 (11,5%), dan tidak mengikuti asuransi sama sekali
74(29,3%), RW II sebanyak 173 (50%), asuransi Swasta 22(6,3%), dan
tidak mengikuti asuransi sama sekali 151 (43,6%), RW III sebanyak
109 (50,9%), asuransi swasta 8 (3,7%) tidak mengikuti asuransi sama
sekali 97 (26,9%), RW IV sebanyak 159(56,9%), dan tidak mengikuti
asuransi sama sekali 99 (35,4).

b. Kesehatan Ibu dan Anak, KB dan Imunisasi


1. Rencana Pertolongan Persalinan Ibu Hamil

Tabel. 9
Rencana pertolongan persalinan Ibu hamil
Rencana RW RW RW RW
No penolong I II III IV
persalina N % N % N % N %
n ibu
hamil
1 Dokter 18 43 22 56 1 4 3 11
2 Bidan 24 57 13 33 23 85 20 74
3 Dukun 0 0 3 8 3 11 4 15
Sendiri/
4 0 0 1 3 0 0 0 0
keluarga
Jumlah 42 100 39 100 27 100 27 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menujukan rencana pertolongan ibu


hamil dalam proses bersalin atau melahirkan ditolong oleh
tenaga Dokter pada RW I sebanyak 18 (43%), bidan 24 (57%),
tenaga Dukun 0 (0%), RW II ditolong oleh tenaga bidan
sebanyak 13 (100%), RW III ditolong tenaga dokter sebanyak 1
(26%) bidan 23 (85%), dukun 11 (4%) dan keluarga sendiri
0(0%), RW IV tenaga dokter 3 (11%), bidan 20 (74%), dukun 0
(0%).
2. Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan 4 Kali Pada Ibu Hamil

Tabel. 10
Kunjungan Pemeriksaan kehamilan 4 kali pada Ibu hamil
Pemeriksaan RW RW RW RW
No Kehamilan 4 I II III IV
kali N % N % N % N %
1 Ya 89 100 41 80 56 98 68 81
12
2 Tidak 0 0 10 20 1 2 16 19
Jumlah 89 100 51 100 57 100 84 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Berdasarkan table diatas menunjukan bahwa Kunjungan


pemeriksaaan kehamilan ibu hamil 4 kali pada fasilitas
kesehatan yaitu pada RW I 89 (100%), dan sudah tidak ada ibu
yang tidak memeriksakan kehamilannya sebanyak 4 kali, RW II
ibu yang memeriksakan kehamilan 4 kali sebanyak 41 (80%),
RW III memeriksakan kehamilan 4 kali sebanyak 56 (98%), dan
tidak memeriksakan sebanyak 4 kali terdapat 1 (2%), RW IV
memeriksakan kehamilannya 4 kali sebanyak 68 (81%) dan
tidak memeriksakan 4 kali sebanyak 16 (19%).

3. Kasus Ganguan Kehamilan pada Ibu hamil


Tabel. 11
Kasus Ganguan Kehamilan pada Ibu hamil
No Ganguan RW RW RW RW
Kehamilan I II III IV
N % N % N % N %
1 Ya 4 4 15 29 1 2 5 6
2 Tidak 86 96 37 71 53 98 78 94
Jumlah 90 100 52 100 54 100 83 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menjelaskan bahwa kasus ganguan


kehamilan ibu hamil pada RW I yang mendapatkan gangguan sebanyak
4 (4%) dan yang tidak sebanyak 86 (96%), RW II dengan gangguan
sebanyak 15 (29%), tidak ada ganguan sebnyak 37 (71%), RW III
dengan ganguan 1 (2%) tanpa ganguan 53 (98%), RW IV dengan
ganguan 5 (6%) tanpa gagguan 78 (94%).

4. Bayi Berat Badan Lahir Rendah

Tabel. 12

13
Bayi Berat Badan Lahir Rendah
Bayi RW RW RW RW
No BBLR I II III IV
N % N % N % N %
2500 gram
1 Ya 25 27 7 14 3 10 7 8
2 Tidak 67 73 43 86 28 90 77 92
Jumlah 92 100 50 100 31 100 84 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Dari table diatas menunjukan bahwa bayi berat lahir


rendah pada RW I terdapat 25 bayi (27%) dan berat normal 67
Bayi (73%), RW II terdapat 7 orang bayi dengan berat badan
lahir rendah sebanyak dan 43 (86 %) bayi berat normal, RW III
bayi dengan berat lahir rendah sebanyak 3 bayi (10%) dan 28
(90 %) bayi berat normal, RW IV bayi lahir berat badan rendah
sebanyak 7 bayi (8%) dan bayi berat normal sebanyak 77 orang
bayi (92%)
5. Imunisasi Lengkap Anak 0 - 59 Bulan
Tabel. 13
Imunisasi Lengkap Anak 0 - 59 Bulan
Anak di RW RW RW RW
No Imunisasa I II III IV
i Lengkap
N % N % N % N %
1 Ya 66 97 37 93 59 95 69 96
2 Tidak 2 3 3 8 3 5 3 4
Jumlah 68 100 40 100 62 100 72 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Dari table diatas menjelaskan bahwa status imunisasi


lengkap anak usia 0 59 bulan pada RW I mendapatkan
imunisasi lengkap sebanyak 66 (97%) anak dan tidak lengkap
sebanyak 2 anak (3%), RW II mendapatkan imunisasi lengkap
sebanyak 37 anak (93%) , RW III anak dengan imunisasi lengap
sebanyak 59 (95%) anak dan 3 anak tidak mendapatkan
imunisasi lengkap. RW IV anak dengan imunisasi lengkap
sebanyak 69 (96%) anak dan imunisasi tidak lengkap sebanyak
3 anak (4%).

14
6. Kunjungan Bayi Dating Dan Di Timbang Di Posyandu
Tabel. 14
Kunjungan D/S Balita Ditimbang 8 Kali
Balita RW RW RW RW
No ditimbang 8 I II III IV
kali di N % N % N % N %
posyandu
1 Ya 90 98 57 89 61 94 69 91
2 Tidak 2 2 7 11 4 6 7 9
Jumlah 92 100 64 100 65 100 76 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Dari table diatas menunjukan jumlah kunjungan 8 kali


balita di posyandu pada RW I sebanyak 90 anak (98%) dan 2
anak (2%) tidak cukup 8 kali. RW II 57 anak dengan 8 kali
kunjungan (89%) dan 7 (11%) anak tidak berkunjung sebanyak
8 kali. Pada RW III ada 61 (94%) anak berkunjung 8 kali dan 4
(6%) anak tidak berkunjung sebanyak 8 kali. RW IV terdapat
69(91%) anak berkunjung 8 kali dan 7 (9%) anak tidak
berkunjung 8 kali.

7. Kasus Balita Gizi Buruk/BGM


Tabel. 15
Balita Gizi Buruk/BGM
balita gizi RW RW RW RW
No buruk/BMG I II III IV
N % N % N % N %
1 Ya 12 13 3 5 3 5 27 36
2 Tidak 84 88 62 95 53 95 48 64
Jumlah 96 100 65 100 56 100 75 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Dari table di atas menjelaskan bahwa balita gizi buruk/


bawah garis merah pada kartu kontol menuju sehat (KMS) pada
RW I terdapat 12 balita (13%) status gizi buruk dan 84 (88%)
balita sehat, RW II terdapat 3 balita gizi buruk/BGM (5%) dan
62 (95%) balita kondisi sehat. RW III terdapat 3 (5%) balita gizi
buruk dan 53 balita sehat. RW IV terdapat 27 (36%) balita gizi
buruk dan 48(64) balita sehat.

8. Pemberian Asi ekslusif 6 bulan pada bayi

Tabel. 16
15
Pemberian Asi ekslusif 6 bulan pada bayi
No Asi eklusif 6 RW RW RW RW
bulan pada I II III IV
bayi N % n % n % n %
1 Ya 79 91 28 44 30 71 58 64
2 Tidak 8 9 36 56 12 29 33 36
Jumlah 87 100 64 100 42 100 91 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menjunjukan bahwa pemberian ASI


eksluksif 6 bulan pada bayi yaitu pada RW I ada 79 bayi
(91%) mendapatkan ASI ekslisif dan 8 (9%) bayi tidak
mendapatkan ASI ekslusif, RW II ada 28 (44%) bayi
mendapatkan ASI ekslusif dan 36(56%) bayi tidak mendapatkan
ASI ekslusif, RW III ada 30 (71%) bayi mendapatkan ASI
ekslusif dan 12 (29%) bayi tidak mendapatkan ASI ekslusif, RW
IV ada 58 (64%) bayi mendapatkan ASI ekslusif dan 33 (36%)
bayi tidak mendapatkan ASI ekslusif
9. Penggunaan alat Kontrasepsi Keluarga Berencana

Tabel. 17
Penggunaan Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana
No Penggunaan RW RW RW RW
alat I II III IV
Kontrasepsi N % N % N % n %
1 Ya 76 40 76 33 55 46 71 31
2 Tidak 112 60 152 67 65 54 159 69
Jumlah 188 100 228 100 120 100 230 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Dari table diatas menjelaskan bahwa penggunaan alat


kontrasepsi pada keluarga menikah dan sehat secara reproduksi
adalah pada RW I terdapat 76 (40%) pasangan menggunakan
alat kontrasepsi dan 112 (60%) pasangan tidak menggunakan,
RW II terdapat 76 (33%) pasangan menggunakan alat
kontrasepsi dan 152 (67%) pasangan tidak menggunakan, RW
III terdapat 55 (46%) pasangan menggunakan alat kontrasepsi
dan 65 (54%) pasangan tidak menggunakan, RW IV terdapat 71
(31%) pasangan menggunakan alat kontrasepsi dan 159 (69%)
pasangan tidak menggunakan.
10. Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan Menu Seimbang
Tabel. 18
16
Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan Menu Seimbang
Mengkonsumsi RW RW RW RW
No aneka ragam I II III IV
makanan menu N % n % N % n %
seimbang
1 Ya 250 99 311 90 200 79 272 99
2 Tidak 2 1 36 10 52 21 2 1
Jumlah 252 100 347 100 252 100 274 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table di atas menunjukan konsumsi aneka ragam


makanan menu seimbang pada keluarga di kelurahan
Wangkanapi, pada RW I terdapat 250 (99%) keluarga
mengkonsumsi aneka ragam makanan menu seimbang dan 2
(1%) keluarga tidak mengkonsumsi aneka ragam makanan menu
seimbang. pada RW II terdapat 311 (90%) keluarga
mengkonsumsi aneka ragam makanan menu seimbang dan 36
(10%) keluarga tidak mengkonsumsi aneka ragam makanan
menu seimbang, pada RW III terdapat 200 (79%) keluarga
mengkonsumsi aneka ragam makanan menu seimbang dan 52
(21%) keluarga tidak mengkonsumsi aneka ragam makanan
menu seimbang, pada RW IV terdapat 272 (99%) keluarga
mengkonsumsi aneka ragam makanan menu seimbang dan 2
(1%) keluarga tidak mengkonsumsi aneka ragam makanan menu
seimbang.
11. Penggunaan Penggunaan Garam Beryodium

Tabel. 19
Penggunaan Penggunaan Garam Beryodium
Penggunaan RW RW RW RW
No garam I II III IV
beryodium N % N % N % n %
1 Ya 252 100 344 100 250 100 272 99
2 Tidak 0 0 1 0 1 0 2 1
Jumlah 252 100 345 100 251 100 274 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table di atas menjelaskan bahwa penggunaan garam


beryodium pada keluarga di kelurahan Wangkanapi, pada RW I
terdapat 252 keluarga (100%) telah menggunakan garam
beryodium. RW II terdapat 344 keluarga (100%) telah
menggunakan garam beryodium dan 1 keluarga(0%) belum
17
menggunakan garam beryodium, RW III terdapat 250 keluarga
(100%) telah menggunakan garam beryodium dan 1 keluarga
(0%) belum menggunakan garam beryodium, RW IV terdapat
272 keluarga (99%) telah menggunakan garam beryodium dan 2
keluarga (1%) belum menggunakan garam beryodium.

c. Surveilans Penyakit
1. Surveilans Penyakit yang di derita masyarakat 3 bulan
terakhir
Tabel. 20
2.

Surveilans Penyakit
Penyakit di derita RW RW RW RW Kelurahan
No masyarakat 3 bulan Wangkanapi
I II III IV
terakhir N % N % N % N % N %
1 Batuk pilek 52 63 73 69,5 91 48,4 106 65,8 322 63,51
2 Diare 5 6 1 0,95 12 6,38 5 3,11 23 4,53
3 Hipertensi (Darah Tinggi) 11 13 17 16 36 19 20 12 84 16,56
4 Demam Berdarah 1 1 1 1 0 0 3 2 5 0,98
5 TBC(Flek paru) 2 2 0 0 2 1 2 1 6 1,18
6 Demam Tifus 0 0 0 0 4 2 1 1 5 0,98
7 Gatal-gatal 6 7 2 2 21 11 5 3 5 0,98
8 Campak (Gabagen) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Hepatitis 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0,19
10 Varicella (Cacar Air) 0 0 0 0 6 3 0 0 6 1,18
Diabetes Mellitus (Penyakit 40 7,88
11 Gula) 5 6 11 10 11 6 13 8
12 Pneumoni (Balita) 0 0 0 0 4 2 6 4 10 1,97
Jumlah 82 100 105 100 188 100 161 100 507 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Dari table di atas menunjukan penyakit yang di derita


masyarakat Kelurahan Wangkanapi 3 bulan terakhir dari 507
penderita penyakit yang ada 322 (63,51%) penduduk menderita
penyakit Batuk dan pileks, di susul penyakit Hipertensi
sebanyak 84 (16,56%) penderita, 40(7,88%) menderita Diabetes
millietus, penyakit Diare sebanyak 23 (4,53%) penderita, dan
10 balita (1,97%) menderita penyakit Pneumoni (Balita). TBC/
paru dan penyakit cacar air sebanyak 6 (1,18%), Hepatitis 1
18
(0,19%), Demam tipus 5 (0,98%), Demam berdarah , gatal
gatal pada kulit dan demam tifus sebanyak 5(0,98%), Hepatitis
sebanyak 1(0,19%)

d. Rumah dan Lingkungan


1. Kepemilikan Jamban Sehat Keluaraga
Tabel. 21
Kepemilikan Jamban Keluarga
RW RW RW RW
Jamban
No I II III IV
keluarga
N % N % N % n %
Ada sarana dan
1 memenuhi syarat 248 98 229 65 189 76 217 73
Ada sarana, tidak
2 memenuhi syarat 2 1 114 32 54 22 59 20
3 Tidak adasarana 2 1 10 3 7 3 22 7
Jumlah 252 100 353 100 250 100 298 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Dari table di atas menjelaskan bahwa kondisi kepemilikan


sarana jamban keluarga dan sarana jaga MS dan TMS adalah
pada RW I terdapat 248(98%) masyarakat telah memiliki sarana
Jaga yang memenuhi syarat kesehatan, 2(1%) masyarakat telah
memiliki sarana jaga namun belum memenuhi syarat kesehatan
dan terdapat 2(1%) kepala keluarga belum memiliki sarana Jaga
sama sekali. RW II terdapat 229(65%) masyarakat telah
memiliki sarana Jaga yang memenuhi syarat kesehatan,
114(32%) masyarakat telah memiliki sarana jaga namun belum
memenuhi syarat kesehatan dan terdapat 10 (3%) kepala
keluarga belum memiliki sarana Jaga milik sendiri. RW III
terdapat 189 (76%) masyarakat telah memiliki sarana Jaga yang
memenuhi syarat kesehatan, 54(22%) masyarakat telah memiliki
sarana jaga namun belum memenuhi syarat kesehatan dan
terdapat 7(3%) kepala keluarga belum memiliki sarana Jaga
sama sekali. RW IV terdapat 217(73%) masyarakat telah
memiliki sarana Jaga yang memenuhi syarat kesehatan, 59(20%)
masyarakat telah memiliki sarana jaga namun belum memenuhi
19
syarat kesehatan dan 22(7%) kepala keluarga belum memiliki
sarana Jaga sama sekali.

2. Penyediaan Air Bersih masyarakat

Tabel. 22
Penyediaan Air Bersih
RW RW RW RW
Penyediaan
No I II III IV
Air Bersih
N % n % N % N %
1 Sumur 77 31 149 41 112 42 51 18
2 PDAM 171 68 207 58 147 55 225 80
3 Lainnya 3 1 4 1 6 2 7 2
Jumlah 251 100 360 100 265 100 283 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table menunjukan bahwa sarana sumber air bersih


masyarakat Kelurahan Wangkanapi adalah pada RW I terdapat
77 (31%) kepala keluarga menggunakan sarana sumur gali
sebagai sumber air bersih, dan 171 (68%) masyarakat RWI
menggunakan PDAM sebagai sumber air bersih yang di
gunakan, RW II terdapat 149(41%) kepala keluarga
menggunakan Sumur gali sebagai sumber air bersih yang
digunakan dan 207 (58%) kepala keluarga menggunakan PDAM
sebagai sarana sumber air bersih yang digunakan, pada RW III
terdapat terdapat 112 (42%) kepala keluarga menggunakan SGL
sebagai sumber air bersihnya dan 147 (55%) masyarakat RW III
menggunakan PDAM sebagai sumber air bersih yang
digunakan. RW IV tedapat 51 (18%) KK menggunakan SGL
sebagai sumber air bersih yang digunakan dan 225 KK
menggunakan PDAM sebagai sumber air bersih yang
digunakan.

20
3. Kualitas Air Bersih Masyarakat
Tabel. 23
Kualitas Air Bersih masyarakat
RW RW RW RW
Kualitas Air
No I II III IV
Bersih
N % N % N % N %
tidak berbau berasa
1 dan berwarna (jernih) 237 94 314 89 228 90 267 96
tidak berasa berbau
2 dan keruh 8 3 26 7 14 6 4 1
3 lainnya 7 3 11 3 10 4 6 2
Jumlah 252 100 351 100 252 100 277 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menjelaskan bahwa kondisi kualitas air


bersih yang di gunakan oleh masyarakat Kelurahan Wangkanapi
adalah pada RW 237(94%) memenuhi syarat yaitu jernih dan
8(3%) tidak memenuhi syarat yaitu berbau dan keruh, RW II
terdapat 314(89%) memenuhi syarat dan 26(7%) tidak
memenuhi syarat karena berbau dan keruh, RW III terdapat 228
(90%) memenuhi syarat dan 14(6%) tidak memenuhi syarat, RW
IV terdapat 267(96%) memenuhi syarat dan 4(1%) tidak
memenuhi syarat.
4. Pembuangan Air Limbah Kamar Mandi

Tabel. 24
Pembuangan Air Limbah Kamar Mandi
RW RW RW RW
Pembuangan I II III IV
No
limbah
N % N % N % N %
1 Tergenang di 5 2 93 35,6 5 2,56 36 13
pekarangan
2 Ke selokan/sungai 33 13 26 10 32 16 49 18
3 Dibuatkan sarana
pembuangan 208 85 142 54 158 81 191 69
khusus/SPAL
Jumlah 246 100 261 100 195 100 276 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table di atas menujukan bahwa ketersediaan sarana


pembuangan air limbah rumah tangga (SPAL) pada RW I
dibuatkan SPAL sebanyak 208 rumah (85%), di buang ke

21
selokan /Got sebanyak 33 (13%) dan di biarkan tergenang di
pekarangan rumah sebanyak 5 rumah (2 %). RW II dibuatkan
SPAL sebanyak 142 rumah (54%), di buang ke selokan /Got
sebanyak 26 (10%) dan di biarkan tergenang di pekarangan
rumah sebanyak 93 rumah 35,6 %), RW III dibuatkan SPAL
sebanyak 158 rumah (81%), di buang ke selokan /Got sebanyak
32 (16%) dan di biarkan tergenang di pekarangan rumah
sebanyak 5 rumah (2,56%), RW IV dibuatkan SPAL sebanyak
191 rumah (69%), di buang ke selokan /Got sebanyak 49 (18%)
dan di biarkan tergenang di pekarangan rumah sebanyak 36
rumah (13%).

5. Pembuangan Sampah Rumah Tangga

Tabel. 25
Pembuangan Sampah Rumah Tangga
Pembuangan RW RW RW RW
No sampah rumah I II III IV
tangga n % n % n % n %
Tersedia tempat
1 pembuangan sampah 48 40 126 64 67 51 34 24
yang tertutup
Tersedia tempat
2 pembuangan sampah 65 54 62 31 58 44 29 20
yang tidak tertutup
3 Tidak tersedia 8 7 9 5 7 5 80 56
Jumlah 121 100 197 100 132 100 143 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menjelaskan bahawa ketersediaan sarana


pembuangan sampat rumah tangga (TPS) menujukan pada RW I
ketersediaan TPS tertutup sebanyak 48 (40%), TPS tidak
tertutup sebanyak 65 (54%) dan tidak tersedia sebanyak 8 (7%)
rumah tangga yang ada, RW II TPS tertutup sebanyak 126
(64%), TPS tidak tertutup 62 (31%) dan tidak tersedia 9 (5%),
RW III TPS tertutup sebanyak 67 (51%), TPS tidak tertutup 58
(44%) dan tidak tersedia 7 (5%), RW IV TPS tertutup sebanyak
34 (24%), TPS tidak tertutup 29 (20%) dan tidak tersedia 80
(56%).
6. Pembuangan Sampah pekarangan

22
Tabel. 26
Pembuangan Sampah Pekarangan

Pembuangan RW RW RW RW
No sampah I II III IV
pekarangan
N % N % n % n %
1 Tersedia 201 80 157 45 184 74 130 47
3 Tidak tersedia 51 20 190 55 66 26 146 53
Jumlah 252 100 347 100 250 100 276 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada tabel di atas menjelaskan bahwa kondisi ketersediaan


pembuangan sampah pekarangan sementara pada RW I tersedia
sebanyak 201 (80%) dan tidak tersedia sebanyak 51 (20 %), RW
II tersedia sebanyak 157 (45%) tidak tersedia sebanyak 190
(55%), RW III tersedia sebanyak 184 (74%) tidak tersedia
sebanyak 26 (146%), RW IV tersedia 130 (47%) teidak terdesia
senanyak 146 (53%).

7. Pembuangan Air Limbah Dapur


Tabel. 27
Pembuangan Air Limbah Dapur
Pembuangan air RW RW RW RW
No limbah dapur I II III IV
N % N % n % n %
1 Tersedia SPAL 145 58 208 61 209 88 193 72
Tidak tersedia dan
3 terbuka 107 42 131 39 29 12 75 28
Jumlah 252 100 339 100 238 100 268 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada tabel diatas menunjukan kondisi pembuangan air


limbah yang dihasilkan dari kegiatan dapur pada rumah tangga
RW I di buatkan SPAL sebanyak 145(58%) , tidak tersedia dan
terbuka sebanyak 107(42%), RW II di buatkan SPAL sebanyak
208(61%) , tidak tersedia dan terbuka sebanyak 39(29%), Pada
RW III di buatkan SPAL sebanyak 209(88%) , tidak tersedia dan
terbuka sebanyak 29(12%), RW IV di buatkan SPAL sebanyak
193(72%) , tidak tersedia dan terbuka sebanyak 75(28%)
8. Jendela Rumah
Tabel. 28
Jendela Rumah
23
RW RW RW RW
No Jendela Rumah I II III IV
N % N % N % N %
Ada di seluruh jenis
1 ruang / kamar dan 198 58 174 71 114 42
cukup
Ada, hanya pada
2 sebagian ruang / kamar 38 15 104 30 66 27 132 49
3 Tidak ada 2 1 39 11 6 2 24 9
Jumlah 252 100 341 100 246 100 270 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menunjukan kondisi jendela perumahan


masyarakat Kelurahan Wangkanapi pada RW I kondisi jendela
ada di seluruh ruangan dan kamar dan cukup ada 212(84%)
rumah , ada hanya pada sebagian ruang/ kamar 38(15%) rumah
dan tidak terdapat jendela pada kamar tidur ada 2(1%) rumah,
RW II kondisi jendela ada di seluruh ruangan dan kamar dan
cukup ada 198(58%) rumah , ada hanya pada sebagian ruang/
kamar 104(30%) rumah dan tidak terdapat jendela pada kamar
tidur ada 11(6%) rumah, RW III kondisi jendela ada di seluruh
ruangan dan kamar dan cukup ada 174(71%) rumah , ada hanya
pada sebagian ruang/ kamar 66(27%) rumah dan tidak terdapat
jendela pada kamar tidur ada 6(2%) rumah, RW IV kondisi
jendela ada di seluruh ruangan dan kamar dan cukup ada 114
(42%) rumah , ada hanya pada sebagian ruang kamar 132(49%)
dan tidak terdapat jendela pada kamar tidur ada 24 (9%) rumah.

9. Ventilasi dan Lubang Penghawaan


Tabel. 29
Ventilasi dan lubang penghawaan
Ventilasi dan lubang RW RW RW RW
No penghawaan I II III IV
n % N % N % n %
24
Ada jendela, ada lubang
1 angin/ventilasi 237 94 224 64 216 86 163 59
Ada jendela, tidak ada
2 lubang angin/ventilasi 14 6 94 27 25 10 88 32
Tidak ada jendela, tidak
3 ada lubang 1 0 32 9 11 4 25 9
angin/ventilasi
Jumlah 252 100 350 100 252 100 276 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada tabel diatas menjelaskan kondisi ketersediaan sarana


ventilasi dan lubang penghawaan pada perumahan masyarakat
Kelurahan Wangkanapi, pada RW I ada jendela, ada lubang
angin/ventilasi sebanyak 237 (94%) rumah, 14 (6%) rumah ada
jendela tetapi tidak terdapat ventilasi , tidak ada jendela dan
tidak ada ventilasi sebanyak 1 rumah. RW II ada jendela, ada
lubang angin/ventilasi sebanyak 224 (64%) rumah, 94 (27%)
rumah ada jendela tetapi tidak terdapat ventilasi , tidak ada
jendela dan tidak ada ventilasi sebanyak 32(9%) rumah. RW III
ada jendela, ada lubang angin/ventilasi sebanyak 216 (86%)
rumah, 25 (10 %) rumah ada jendela tetapi tidak terdapat
ventilasi , tidak ada jendela dan tidak ada ventilasi sebanyak
11(4%) rumah. RW IV ada jendela, ada lubang angin/ventilasi
sebanyak 163 (59%) rumah, 88 (32 %) rumah ada jendela tetapi
tidak terdapat ventilasi , tidak ada jendela dan tidak ada ventilasi
sebanyak 25(9%) rumah.

10. Kondisi Lantai Rumah


Tabel. 30
Lantai Rumah
RW RW RW RW Total Rumah
Kelurahan
No Lantai rumah I II III IV
Wangkanapi
N % N % N % N % N %

25
1 Tanah pada seluruh ruang / 7 3 10 2,87 11 4,3 6 2,21 34 3,02
kamar 5
2 Plester/semen pada sebagian 6 2 22 6,32 42 16, 14 5,15 84 7,46
ruang / kamar, sebagian 6
tanah
Plester/semen pada selruh 420 37,3
3 ruangan 137 54 103 30 104 41 76 28
0
4 Ubin/keramik pada sebagian 193 17,1
ruang/kamar 69 27 46 13 23 9 55 20
4
5 Ubin/keramik pada seluruh 325 28,8
ruangan 29 11 139 40 57 23 100 37
6
6 Lainnya 5 2 28 8 16 6 21 8 70 6,22
Jumlah 253 100 348 100 253 100 272 100 1126 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada tabel diatas menjelaskan bahwa kondisi lantai rumah


masyarakat Kelurahan Wangkanapi, berlantai tanah pada seluruh
ruangan masih ada 34 (3,02%) rumah masyarakat, plaster/semen
sebagian ruang/kamar sebagian tanah 84(7,46%) rumah,
plaster/semen pada seluruh rauangan 420(37,30%) rumah,
Ubin /kramik pada sebagian ruangan/kamar 193(17,14%)
rumah, ubin / kramik pada seluruh ruangan 325(28,86 %) dan
lainnya yaitu papan dan bambu 70 (6,22,%).

11. Ruang / Kamar Tidur


Tabel. 31
Ruang / Kamar Tidur
RW RW RW RW
No Ruang / kamar tidur I II III IV
N % N % N % N %
Terang dan tidak
1 lembab 240 95 276 79 206 82 233 85
Ada, tidak terang dan
2 lembab 12 5 62 18 43 17 33 12
3 Tidakada ruang tidur0 0 12 3 3 1 9 3
Jumlah 252 100 350 100 252 100 275 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menunjukan keberadaan ruang kamar


tidur pada perumahan masyarakat Kelurahan Wangkanapi
adalah kamar tidur dengan kondisi terang dan tidak lembab pada
RW I terdapat 240 (95 %). ada tidak terang dan lembab terdapat
12 (5%) dan sudah tidak ada rumah yang tidak memiliki kamar

26
tidur. RW II terdapat 276 (79 %) rumah yang terang dan tidak
lembab. ada tidak terang dan lembab terdapat 62 (18%) dan
sudah tidak ada rumah yang tidak memiliki kamar tidur. RW III
terdapat 206 (82%) rumah yang terang dan tidak lembab. ada
tidak terang dan lembab terdapat 43 (17%) dan tidak ada ruang
tidur sama sekali terdapat 3(1%). RW IV terdapat 233 (85%)
rumah yang terang dan tidak lembab. ada tidak terang dan
lembab terdapat 33 (12%) dan tidak ada ruang tidur sama sekali
terdapat 9(3%).

12. Langit Langit Rumah

Tabel. 32
Langit-Langit Rumah
RW RW RW RW
No Langit-langit rumah I II III IV
N % N % N % N %
1 Asbes 41 16 15 4 18 7 9 3
2 Triplex 194 77 194 56 105 44 181 66
3 Anyaman bambu 3 1 7 2 20 8 4 1
4 Tanpa langit-langit 14 6 133 38 98 41 80 29
Jumlah 252 100 349 100 241 100 274 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada tabel diatas menjelaskan bahwa kondisi langit langit


rumah masyarakat Kelurahan Wangkanapi pada RW I terdapat
41 (16%) rumah menggunakan asbes, 194 rumah (77%)
menggunakan triplex, 3 rumah (1%) menggunakan anyaman
bambu dan 14 (6%) rumah tidak menggunakan langit- langit
atau plafon rumah, RW II terdapat 15 (4%) rumah menggunakan
asbes, 194 rumah (56%) menggunakan triplex, 7 rumah (2%)
menggunakan anyaman bambu dan 133 (38%) rumah tidak
menggunakan langit- langit atau plafon rumah. RW III terdapat
18 (7%) rumah menggunakan asbes, 105 rumah (56%)
menggunakan triplex, 20 rumah (8%) menggunakan anyaman
bambu dan 98 (41%) rumah tidak menggunakan langit- langit
atau plafon rumah. RW IV terdapat 9 (3%) rumah menggunakan
asbes, 181 rumah (66%) menggunakan triplex, 4 rumah (1%)

27
menggunakan anyaman bambu dan 80 (29%) rumah tidak
menggunakan langit- langit atau plafon rumah.

13. Kandang Ternak


Tabel. 33
Kandang ternak
RW RW RW RW
No Kandang ternak I II III IV
n % N % n % n %
1 Terpisah dari rumah 54 21 41 14 52 24 41 16
Menempel / menjadi
2 satu dengan rumah 11 4 16 5 21 10 17 7
3 187
Tidakpunya kandang 74 245 81 143 66 192 77
Jumlah 252 100 302 100 216 100 250 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada tabel diatas menunjukan bahwa kondisi kandang


ternak masyarakat Kelurahan Wangkanapi pada RW I terpisah
dari rumah sebanyak 54 (21%), menempel pada rumah 11 (4%)
dan tidak memiliki kandang ternak sebanyak 187 (74%) rumah
masyarakat, RW II terpisah dari rumah sebanyak 41 (14%),
menempel pada rumah 16 (5%) dan tidak memiliki kandang
ternak sebanyak 245 (81%) rumah masyarakat, RW III terpisah
dari rumah sebanyak 52 (24%), menempel pada rumah 21 (10%)
dan tidak memiliki kandang ternak sebanyak 143 (66%) rumah
masyarakat, RW IV terpisah dari rumah sebanyak 41 (16%),
menempel pada rumah 17 (7%) dan tidak memiliki kandang
ternak sebanyak 192 (77%) rumah masyarakat.

14. TOGA Dan Ketersediaan Perbekalan P3K


Tabel. 34
TOGA dan P3K
TOGA dan RW RW RW RW
No P3K I II III IV
n % N % N % n %
4 Ya 144 82 63 34 74 36 70 54
5 Tidak 31 18 120 66 129 64 59 46
28
Jumlah 175 100 183 100 203 100 129 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada tabel diatas menunjukan penggunaan TOGA dan


ketersediaan P3K dalam rumah tangga masyarakat Kelurahan
Wangkanapi menunjukan pada RW I memiliki dan
memanfaatkan TOGA dan tersedia P3K sebanyak 144 (82%)
dan tidak memiliki TOGA dan ketersediaan P3K sebanyak 31
(18%), RW II memiliki dan memanfaatkan TOGA dan tersedia
P3K sebanyak 63 (34%) dan tidak memiliki TOGA dan
ketersediaan P3K sebanyak 120 (66%), RW III memiliki dan
memanfaatkan TOGA dan tersedia P3K sebanyak 74 (36%) dan
tidak memiliki TOGA dan ketersediaan P3K sebanyak 129
(64%), RW IV memiliki dan memanfaatkan TOGA dan tersedia
P3K sebanyak 70(54%) dan tidak memiliki TOGA dan
ketersediaan P3K sebanyak 59 (46%).
15. Pemanfaatan Jamu Untuk Pengobatan Dan Kebugaran Tubuh
Tabel. 35
Pemanfaatan Jamu Untuk Pengobatan Dan Kebugaran Tubuh
pemanfaata RW RW RW RW
jamu untuk I II III IV
No pengobatan dan
kebugaran N % N % N % N %
tubuh
4 Ya 45 18 43 12 38 16 28 10
5 Tidak 207 82 306 88 204 84 246 90
Jumlah 252 100 349 100 242 100 274 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menunjukan bahwa pemanfaatan jamu


oleh masyarakat Kelurahan Wangkanapi adalah pada RW I
memanfatkan sebanyak 45(18%) , tidak memanfaatkan jamu
sebanyak 207 (82%), RW II memanfatkan sebanyak 43(12%),
tidak memanfaatkan jamu sebanyak 306(88%), RW III
memanfatkan sebanyak 38(16%) , tidak memanfaatkan jamu
sebanyak 204(84%), RW IV memanfatkan sebanyak 28(10%)
tidak memanfaatkan jamu sebanyak 246(90%).

e. Perilaku

1. Perilaku Merokok
29
Tabel. 36
Perilaku Merokok
RW RW RW RW
Perilaku I II III IV
No
Merokok
N % N % n % n %
1 Ya 149 59 199 57 125 53 167 61
2 Tidak 103 41 151 43 113 47 109 39
Jumlah 252 100 350 100 238 100 276 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menunjukan perilaku merokok pada


keluarga di kelurahan Wangkanapi adalah pada RW I perilaku
merokok terdapat 149(59%) keluarga dan tidak merokok
sebanyak 103(41%) keluarga, RW II perilaku merokok terdapat
199(57%) keluarga dan tidak merokok sebanyak 151 (43%)
keluarga, RW III perilaku merokok terdapat 125(53%) keluarga
dan tidak merokok sebanyak 113(47%) keluarga, RW IV
perilaku merokok terdapat 167(61%) keluarga dan tidak
merokok sebanyak 109(39%) keluarga.

2. Perilaku Mencuci Tangan Dengan Sabun Sebelum Makan


Tabel. 37
Perilaku Mencuci Tangan Dengan Sabun Sebelum Makan

Perilaku mencuci RW RW RW RW
tangan dengan I II III IV
No
sabun sebelum
makan N % N % N % N %

1 Ya 249 99 255 76 235 96 198 74


2 Tidak 3 1 82 24 11 4 71 26
Jumlah 252 100 337 100 246 100 269 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menjelaskan bahwa perilaku mencuci


tangan dengan sabun sebelum makan masyarakat Kelurahan
Wangkanapi adalah sebagai berikut, pada RW I Perilaku

30
mencuci tangan dengan sabun sebelum makan sebanyak 249
(99%) dan Perilaku tidak mencuci tangan dengan sabun
sebelum makan sebanyak 3(1%), RW II Perilaku mencuci
tangan dengan sabun sebelum makan sebanyak 155(76%) dan
Perilaku tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
sebanyak 82(24%), RW III Perilaku mencuci tangan dengan
sabun sebelum makan sebanyak 235(96%) dan Perilaku tidak
mencuci tangan dengan sabun sebelum makan sebanyak 11(4%),
RW IV Perilaku mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
sebanyak 198(74%) dan Perilaku tidak mencuci tangan dengan
sabun sebelum makan sebanyak 71(26%)

3. Perilaku Gosok Gigi 2 Kali Sehari


Tabel. 38
Perilaku Gosokk Gigi 2 Kali Sehari

Perilaku gosok RW RW RW RW
No gigi 2 kali I II III IV
sehari n % n % n % n %
1 Ya 252 100 333 95 239 98 261 94
2 Tidak 0 0 18 5 5 2 16 6
Jumlah 252 100 351 100 244 100 277 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada tabel di atas menunjukan perilaku mengosok gigi 2


kali sehari pada masyarakat Kelurahan Wangkanapi adalah pada
RW I sudah seluruhnya melakukan gosok gigi 2 kali sehari yaitu
sebanyak 252(100%), RW II melakukan sebanyak 333(95%),
tidak melakukan sebanyak 18(5%), RW III melakukan
sebanyak 239(98%), tidak melakukan sebanyak 5(2%), RW IV
melakukan sebanyak 261(94%), tidak melakukan sebanyak
16(6%).

4. Perilaku Minum Miras


Tabel. 39
Perilaku minum Miras / Narkoba

No Perilaku minum RW RW RW RW
Miras/ Narkoba
I II III IV

31
N % N % N % N %

1 Ya 1 0 64 18 25 10 20 7
2 Tidak 251 100 283 82 220 90 257 93
Jumlah 252 100 347 100 245 100 277 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table di atas menunjukan perilaku masyrakat


Kelurahan Wangkanapi terhadap memakaian minuman keras
adalah pada RW I terdapat 1(0%) masyarakat berperilaku
meminum minuman beralkohol dan tidak berperilaku meminum
minuman beralkohol sebanyak 251(100%) masyarakat, RW II
terdapat 64 (18%) masyarakat berperilaku meminum minuman
beralkohol dan tidak berperilaku meminum minuman beralkohol
sebanyak 283(82%) masyarakat, RW III terdapat 25(10%)
masyarakat berperilaku meminum minuman beralkohol dan
tidak berperilaku meminum minuman beralkohol sebanyak
220(90%) masyarakat, RW IV terdapat 20(7%) masyarakat
berperilaku meminum, minuman beralkohol dan tidak
berperilaku meminum, minuman beralkohol sebanyak 257(93%)
masyarakat.
5. Perilaku PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk 1 Minggu Sekali)

Tabel. 40
Perilaku PSN (Pemberantasan sarang Nyamuk 1 minggu sekali)

Perilaku PSN RW RW RW RW
(Pemberantasan I II III IV
No
sarang Nyamuk
N % n % N % n %
1 minggu sekali
1 Ya 242 96 203 58 180 77 110 39
2 Tidak 10 4 147 42 53 23 172 61
Jumlah 252 100 350 100 233 100 282 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menjelaskan bahwa perilaku masyarakat


terhadap kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
seminggu sekali adalah pada RW I terdapat 242(96%)
masyarakat melakukan dan 10(4%) masyarakat tidak melakukan
PSN, RW II terdapat 203(58%) masyarakat melakukan dan 147
(42%) masyarakat tidak melakukan PSN, RW III terdapat 180
32
(77%) masyarakat melakukan dan 53(23%) masyarakat tidak
melakukan PSN, RW IV terdapat 110(39%) masyarakat
melakukan dan 172(13%) masyarakat tidak melakukan PSN
6. Perilaku Mandi 2 Kali Sehari
Tabel. 41
Perilaku Mandi 2 Kali Sehari
Perilaku RW RW RW RW
No mandi 2 kali I II III IV
sehari N % N % N % N %
1 Ya 252 100 332 95 209 98 251 91
2 Tidak 0 0 19 5 4 2 25 9
Jumlah 252 100 351 100 213 100 276 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menerangkan bahwa perilaku


masyarakat mandi 2 kali sehari adalah pada RW I sudah
seluruhnya menerapkan prilaku mandi 2 kali sehari yaitu
sebanyak 252 (100%), RW II terdapat 332(95%) melakukan dan
19(5%) tidak melakukan mandi 2 kali sehari, RW III terdapat
209 (98%) melakukan dan 4(2%) tidak melakukan mandi 2 kali
sehari, RW IV terdapat 251(91%) melakukan dan 25(9%) tidak
melakukan mandi 2 kali sehari

7. Perilaku Minum Air Yang Dimasak Lebih Dulu


Tabel. 42
Perilaku minum dengan air yang dimasak lebih dahulu
Perilaku RW RW RW RW
minum dengan I II III IV
No air yang
dimasak lebih N % N % N % N %
dahulu
1 Ya 245 97 248 71 231 95 172 62
2 Tidak 7 3 103 29 13 5 104 38
Jumlah 252 100 351 270 244 100 276 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menerangkan bahwa perilaku minum


dengan air yang dimasak lebih dahulu adalah pada RW I
terdapat 245(97%) melakukan dan 7(3%) tidak melakukan, RW
II Iterdapat 248(71%) melakukan dan 103(29%) tidak
melakukan, RW III Iterdapat 231(95%) melakukan dan 13(5%)

33
tidak melakukan, RW IV Iterdapat 172(62%) melakukan dan
104 (38%) tidak melakukan

8. Perilaku Buang Air Besar Di Jamban

Tabel. 43
Perilaku Buang Air Besar Di Jamban
Perilaku RW RW RW RW
Buang Air I II III IV
No
besar di
jamban N % N % N % N %
1 Ya 252 100 348 100 241 98 273 99
2 Tidak 0 0 0 0 4 2 3 1
Jumlah 252 100 348 100 245 100 276 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menunjukkan bahwa perilaku


masyarakat buang air besar di jamban pada RW I sudah
252(100%) masyarakat yang buang air besar dijamban, begitu
pula pada RW II masyarakat sudah 348(100%) buang air besar
dijamban. RW III melakukan sebanyak 241(98%) dan sisanya
sebanyak 4(2%) masyarakat tidak buang air besar dijamban,
RW IV melakukan sebanyak 273(99%) dan sisanya sebanyak
3(1%) masyarakat tidak buang air besar dijamban.

9. Perilaku Cuci Tangan Paki Sabun

Tabel. 44
Perilaku cuci tanga pakai sabun setelah BAB

Perilaku cuci RW RW RW RW
tanga pakai I II III IV
No
sabun setelah
BAB N % N % N % N %

1 Ya 252 100 325 92 243 100 255 91


2 Tidak 0 0 28 8 0 0 24 9
Jumlah 252 100 353 100 243 100 279 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menjelaskan bahwa perilaku cuci tangan


pakai sabun setelah buang air besar (BAB) pada RW I semua
masyarakat sudah mempunyai kesadaran untuk mencuci tangan
34
setelah buang air besar yaitu sebanyak 252(100%), sementara
RW II yang melakukan yaitu sebanyak 325(92%) dan yang tidak
sebanyak 28(8%). RW III semua masyarakat sudah mempunyai
kesadaran untuk mencuci tangan setelah buang air besar yaitu
sebanyak 243(100%). RW IV yang melakukan yaitu sebanyak
255(91%) dan yang tidak sebanyak 24(9%).

10. Perilaku Membuang Sampah Pada Tempatnya

Tabel. 45
Perilaku Membuang Sampah Pada Tempatnya
Perilaku RW RW RW RW
membuang I II III IV
No
sampah pada N % N % N % N %
tempatnya
1 Ya 252 100 273 79 243 100 194 71
2 Tidak 0 0 73 21 1 0 79 29
Jumlah 252 100 346 100 244 100 273 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menjelaskan bahwa perilaku membuang


sampah pada tempatnya pada RW I semua masyarakat sudah
mempunyai kesadaran untuk membuang sampah pada
tempatnya yaitu sebanyak 252(100%). Pada RW II melakukan
273(79%), tidak melakukan 73(21%). RW III melakukan
243(100%), tidak melakukan sebanyak 1 (0%). pada RW IV
melakukan 194(71%), tidak melakukan 79(29%).

11. Perilaku Mencuci Bahan Makanan Sebelum Di Masak

Tabel. 46
Bahan Makanan Di Cuci Sebelum Di Masak
bahan RW RW RW RW
makanan di I II III IV
No
cuci sebelum n % n % n % n %
di masak
1 Ya 252 100 349 100 239 98 276 100
2 Tidak 0 0 0 0 4 2 1 0
Jumlah 252 100 349 100 243 100 277 100

35
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table di atas menjelaskan bahwa prilaku mencuci


bahan makanan sebelum dimasak yaitu pada RW I semua
masyarakat sudah mempunyai kesadaran untuk mencuci bahan
makanan sebelum dimasak yaitu sebanyak 252(100%), begitu
pula pada RW II yaitu sebanyak 349(100) masyarakat sudah
mempunyai kesadaran untuk mencuci bahan makanan sebelum
dimasak. Pada RW III terdapat 239(98%) masyarakat yang
mempunyai kesadaran untuk mencuci bahan makanan sebelum
dimasak dan masih terdapat 4(2%) masyarakat yang memasak
makanannya tanpa dicuci terlebih dahulu. Sementara pada RW
IV sudah hampir seluruh masyarakat mempunyai kesadaran
untuk mencuci bahan makanan sebelum di masak yaitu
sebanyak 276(100) dan masih ditemukan 1(0%) masyarakat
yang memasak bahan makanan tanpa dicuci terlebih dahulu

12. Perilaku Melakukan Aktifitas Fisik /Olah Raga 30 Menit Tiap


Hari
Tabel. 47
Perilaku Melakukan Aktifitas Fisik/Olah Raga Minimal 30 Menit Tiap
hari
Perilaku RW RW RW RW
melakukan I II III IV
aktifitas fisik/olah N % N % N % N %
No
raga minimal 30
menit tiap
hari
1 Ya 155 67 284 77 181 74 142 52
2 Tidak 75 33 83 23 65 26 133 48
Jumlah 230 100 367 100 246 100 275 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada tabel diatas menujukan bahwa perilaku melakukan


aktifitas fisik /olah raga minimal 30 menit setiap harinya, pada
RW I yang melakukan yaitu sebanyak 155(67%), tidak
melakukan 75(33%), sementara pada RW II yang melakukan
yaitu sebanyak 284(77%), tidak melakukan 83(33%), RW II
yang melakukan yaitu sebanyak 181(74%), tidak melakukan

36
65(26%), Kemudian pada RW IV yang melakukan yaitu
sebanyak 142(52%), tidak melakukan 133(48%).

13. Perilaku Membersihkan /Menyapu Rumah Tiap Hari


Tabel. 48
Perilaku Membersihkan Rumah/Menyapu Tiap Hari
Perilaku RW RW RW RW
membersihkan I II III IV
No
rumah/menyapu
tiap hari N % N % N % N %
1 Ya 230 100 293 79 229 97 199 72
2 Tidak 0 0 80
3 78 28 21 7
Jumlah 230 100 373
10 277 100 100 236
0
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table di atas menunjukan prilaku membersihkan


rumah/menyapu tiap hari oleh masyarakat yaitu pada RW I
terlihat semua masyarakat sudah mempunyai kesadaran untuk
membersihkan rumah setiap hari yaitu sebanyak
230(100%),sementara pada RW II terdapat 293(79%)
masyarakat yang sudah mempunyai kesadaran untuk menyapu
setiap hari dan masih ada 80(21%) masyarakat yang tidak
membersihkan rumah setiap hari. Pada RW III terdapat
229(97%) masyarakat yang sudah mempunyai kesadaran untuk
menyapu setiap hari dan masih ada 7(3%) masyarakat yang
tidak membersihkan rumah setiap hari. Pada RW IV terdapat
199(72%) masyarakat yang sudah mempunyai kesadaran untuk
menyapu setiap hari dan masih ada 78(28%) masyarakat yang
tidak membersihkan rumah setiap hari.

14. Perilaku Membuka Jendela Saat Pagi

Tabel. 49
Perilaku Membuka Jendela Saat Pagi Hari Atau Minimal Setengah Hari
Perilaku membuka RW RW RW RW
jendela saat pagi hari
No atau minimal
I II III IV
setengah N % n % n % n %
10
1 Ya 230 289 76 235 96 184 67
0
37
2 Tidak 0 093 24 10 4 92 33
Jumlah 230
10 382 10 245 100 276 100
0 0
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table di atas menunjukan prilaku membuka jendela


saat pagi hari yaitu pada RW I terlihat sudah semua masyarakat
mempunyai kesadaran untuk membuka jendela saat pagi hari
yaitu sebanyak 230(100%). Pada RW II terdapat 289(76%)
masyarakat yang mempunyai kesadaran untuk membuka jendela
saat pagi hari, dan masih ada 93(24%) yang tidak membuka
jendela saat pagi hari. Kemudian pada RW III terdapat
235(96%) masyarakat yang mempunyai kesadaran untuk
membuka jendela saat pagi hari, dan masih ada 10(4%) yang
tidak membuka jendela saat pagi hari. Sementara pada RW IV
terdapat 184(67%) masyarakat yang mempunyai kesadaran
untuk membuka jendela saat pagi hari, dan masih ada 92(33%)
yang tidak membuka jendela saat pagi hari.

15. Perilaku Sampah Dibuang Setelah Dipilah Sesuai Jenisnya

Tabel. 50
Perilaku Sampah Dibuang Setelah Di Pilah Sesuai Jenis
Sampah RW RW RW RW
dibuang
No setelah di I II III IV
pilah sesuai
jenis N % N % N % N %

1 Ya 65 28 9 2 82 34 86 31
2 Tidak 165 72 364 98 162 66 189 69
Jumlah 230 100 373 100 244 100 275 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menjelaskan perilaku masyarakat


kelurahan Wangkanapi tentang membuang sampah setelah
dipilah sesuai jenisnnya yaitu pada RW I terdapat 65(28%)
masyarakat yang membuang sampahnya setelah dipilah sesuai
jenisnya dan 165(72%) masyarakat yang membuang sampah
sebelum dipilah sesuai jenisnya. pada RW II terdapat 9(2%)
masyarakat yang membuang sampahnya setelah dipilah sesuai

38
jenisnya dan 364(98%) masyarakat yang membuang sampah
sebelum dipilah sesuai jenisnya. RW III terdapat 82(34%)
masyarakat yang membuang sampahnya setelah dipilah sesuai
jenisnya dan 162(66%) masyarakat yang membuang sampah
sebelum dipilah sesuai jenisnya. RW IV terdapat 86(31%)
masyarakat yang membuang sampahnya setelah dipilah sesuai
jenisnya dan 189(69%) masyarakat yang membuang sampah
sebelum dipilah sesuai jenisnya.

f. Ekonomi
1. Rata-Rata Penghasilan Seluruh Anggota Keluarga Dalam Satu
Bulan
Tabel. 51
Rata-Rata Penghasilan Seluruh Anggota Keluarga Dalam Satu Bulan
Rata-rata RW RW RW RW
penghasilan
No seluruh anggota I II III IV
keluarga dalam n % N % n % N %
satu bulan
1 < 800 per bulan 59 26 55 15 66 27 60 22
2 800 per bulan 42 18 90 24 38 15 58 21
3 > 800 per bulan 129 56 228 61 143 58 161 58
Jumlah 230 100 373 100 247 100 279 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menunjukan bahwa rata rata penghasilan


seluruh anggota keluarga dalam sebulan masyarakat Klurahan
Wangkanapi adalah pada RW I < 800 per bulan sebanyak 59
(26%),penghasilan 800 per bulan sebanyak 42 (18%), penghasilan
dan penghasilan rata - rata > 800 per bulan sebanyak 129 (56%), pada
RW II < 800 per bulan sebanyak 55 (15%),penghasilan 800 per bulan
sebanyak 90(24%), penghasilan dan penghasilan rata rata > 800 per
bulan sebanyak 228 (61%), pada RW III < 800 per bulan sebanyak 66
(27%),penghasilan 800 per bulan sebanyak 38 (15%), penghasilan
dan penghasilan rata rata > 800 per bulan sebanyak 143(58%), pada
RW IV < 800 per bulan sebanyak 60 (22%),penghasilan 800 per
bulan sebanyak 58 (21%), penghasilan dan penghasilan rata rata >
800 per bulan sebanyak 161 (58%)
2. Tabungan Khusus Keluarga Untuk Biaya Kesehatan
Tabel. 52
39
Tabungan Khusus Keluarga untuk Biaya Kesehatan
Keluarga RW RW RW RW
mempunya
I II III IV
tabungan
No khusus untuk n % n % n % n %
biaya
kesehatan
1 Ya 124 54 39 11 67 28 57 21
2 Tidak 106 46 316 89 171 72 218 79
Jumlah 230 100 355 100 238 100 275 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menjelaskan bahwa masyarakat


memiliki tabungan khusus keluarga untuk biaya kesehtan adalah
pada RW I menyediakan tabungan sebanyak 124 (54%), tidak
menyediakan tabungan kesehatan sebanyak 106(46%), RW II
menyediakan tabungan sebanyak 39 (11%), tidak menyediakan
tabungan kesehatan sebanyak 316 (89%), RW III menyediakan
tabungan sebanyak 67 (28%), tidak menyediakan tabungan
kesehatan sebanyak 171 (72%), RW IV menyediakan tabungan
sebanyak 57(21%), tidak menyediakan tabungan kesehatan
sebanyak 218 (79%).

3. Tabungan Khusus Keluarga Untuk Biaya Pendidikan


Tabel. 53
Keluarga mempunyai tabungan khusus untuk biaya pendidikan
Keluarga RW RW RW RW
mempunyai
I II III IV
tabungan
No khusus untuk n % n % N % n %
biaya
pendidikan
1 Ya 17 7 28 8 59 25 29 10
2 Tidak 213 93 344 92 180 75 248 90
Jumlah 230 100 372 100 239 100 277 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada tabel diatas menjelaskan ketersediaan tabungan


pendididkan masyarakat Kelurahan Wangkanapi adalah pada
RW I mempunyai sebanyak 17 (7%), tidak mempunyai
tabungan pendidikan sebanyak 213 (93%), RW II yang
mempunyai tabungan sebanyak 28 (8%), tidak mempunyai
tabungan pendidikan sebanyak 344 (92%), Kemudian pada RW
III yang mempunyai tabungan sebanyak 59 (25%), tidak
40
mempunyai tabungan pendidikan sebanyak 180 (75%),
Sementara pada RW IV yang mempunyai tabungan sebanyak
29 (10%), tidak mempunyai tabungan pendidikan sebanyak 248
(90%).

g. Keamanan dan Trasportasi


1. Keamana Lingkungan Tempat Tinggal
Tabel. 54
Keamana Lingkungan tempat tinggal

Keamana
RW RW RW RW
No Lingkungan I II III IV
tempat tinggal n % n % n % n %
1 Ya 227 99 354 95 223 92 241 92
2 Tidak 3 1 18 5 20 8 22 8
Jumlah 230 100 372 100 243 100 263 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menunjukan rasa aman lingkungan


tempat tinggal masyarakat Kelurahan Wangkanapi adalah pada
RW I merasa aman 227 (99%) merasa kurang aman sebanyak 3
(1%), RW II merasa aman 354 (95%) merasa kurang aman
sebanyak 18 (5%). Sementara pada RW III merasa aman 223
(92%) merasa kurang aman sebanyak 20 (8%). Kemudian pada
RW IV merasa aman 241 (92%) merasa kurang aman sebanyak
22 (8%)

2. Moda Transportasi Di Gunakan Ke Luar Kota

Tabel. 55
Moda Transportasi Digunakan Ke Luar Kota

Moda RW RW RW RW
transportasi I II III IV
No digunakan
ke luar kota n % N % n % n %
1 Sepeda 71 34,3 1 0,27 0 0 2 0,78
2 sepeda 125 60,39 327 87 183 78,9 223 87,5
41
motor

3 Mobil 9 4,34 24 6,38 26 11,2 10 3,92


4 Lainya 2 0,96 24 6,38 23 9,91 20 0,08
Jumlah 207 100 376 100 232 100 255 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menunjukan moda transportasi yang


digunakan oleh masyarakat Kelurahan Wangkanapi ke luar kota
adalah pada RW I sepeda sebanyak 71(34,3%), sepeda motor
sebanyak 125 (60,39%), menggunakan mobil sebanyak 9
(4,34%), dan moda transportasi lainya (bentor) 2 (0,96%). Pada
RW II sepeda sebanyak 1(0,27%), sepeda motor sebanyak 327
(87%), menggunakan mobil sebanyak 24 (6,38%), dan moda
transportasi lainya (bentor) 24 (6,38%). Kemudian Pada RW III
sudah tidak ada masyarakat yang menggunakan sepeda untuk ke
luar kota, sepeda motor sebanyak 183 (78,9%), menggunakan
mobil sebanyak 26 (11,2%), dan moda transportasi lainya
(bentor) 23 (9,91%).

h. Kesehatan Remaja
1. Kebiasaan Remaja Menggunakan Waktu Sengang
Tabel. 56
kebiasaan remaja menggunakan waktu sengang
kebiasaan RW RW RW RW
remajamengg I II III IV
No unakan waktu
sengang n % n % n % n %
1 Pengangguran 27 34,62 42 25,5 8 5,26 13 12
2 hal positif 50 64,1 120 72,7 121 79,6 88 81,5
3 Lainnya 1 1,28 3 1,82 23 15,1 7 6,48
Jumlah 78 100 165 100 152 100 108 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

42
Pada table diatas menunjukan kebiasaan remaja
menggunakan waktu sengang adalah pada RW I remaja
menggangur sebanyak 27 (3,62%), remanja menggunakan
waktu senggang dengan hal positif sebanyak 50 (64,1%), dan
kegiatan lain sebanyak 1 (1,28%). Pada RW II remaja
menggangur sebanyak 42 (25,5%), remanja menggunakan
waktu senggang dengan hal positif sebanyak 120 (72,7%), dan
kegiatan lain sebanyak 3 (1,82%). Kemudian Pada RW III
remaja menggangur sebanyak 8 (5,26%), remanja menggunakan
waktu senggang dengan hal positif sebanyak 121 (79,6%), dan
kegiatan lain sebanyak 23 (15,1%). Sementara Pada RW IV
remaja menggangur sebanyak 13 (12%), remanja menggunakan
waktu senggang dengan hal positif sebanyak 88 (81,5%), dan
kegiatan lain sebanyak 7 (6,48%).

2. Remaja Mendapatkan Pendidikan Seks Bebas, Narkoba Oleh


Tenaga Kesehatan

Tabel. 57
Mendapatkan pendidikan seks bebas, narkoba oleh tenaga kesehatan
mendapatkan RW RW RW RW
pendidikan
seks bebas, I II III IV
No narkoba oleh
tenaga
N % n % n % n %
kesehatan
1 Pernah 76 96,2 44 24 82 53,9 33 30,6
3 Tidak 3 3,79 139 76 70 46,1 75 69,4
Jumlah 79 100 183 100 152 100 108 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

43
Pada table diatas menjelaskan bahwa remaja pernah
mendapatka pendidikan dan penyuluhan masalah seks bebas,
bahaya narkba oleh tenaga kesehatan adalah pada RW I
sebanyak 76 (96,2%) pernah mendapatkan, 3 (3,79%) belum
pernah. Sementara pada RW II sebanyak 44 (24%) pernah
mendapatkan, 139 (76%) belum pernah. Kemudian RW III
sebanyak 82 (53,9%) pernah mendapatkan, 70(46,1%) belum
pernah, dan pada RW IV terdapat 33(30,6%) pernah
mendapatkan, dan75 (69,4%) belum pernah mendapatka
pendidikan dan penyuluhan masalah seks bebas, bahaya narkba
oleh tenaga kesehatan.

3. Sikap Remaja Bila Menghadapi Masalah

Tabel. 58
Sikap remaja bila menghadapi masalah
RW RW RW RW
sikap remaja bila
No menghadapi masalah I II III IV
N % N % n % N %
Berbicara dengan orang 86 85,15 74 41,8 128 88,3 42 38,9
1 tua dan keluarga

2 Berbicara ke teman 4 3,96 19 10,7 9 6,21 1 0,93

3 Diam saja 11 10,89 84 47,5 7 4,83 65 60,2


Mengalihkan ke perilaku 0 0 0 0 1 0,69 0 0
4 negatif (mabuk,
merokok, dll)
Jumlah 101 100 177 100 145 100 108 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

44
Pada table diatas menunjukan sikap remaja
menghadapi maslah adalah pada RW I berbicara dengan orang
tua sebanyak 86 (85,15%), berbicara ke teman 4 (3,96%),
memilih diam saja 11 (10,89%). Sementara pada RW II
berbicara dengan orang tua sebanyak 74 (41,8%), berbicara ke
teman 19 (10,7%), memilih diam saja 84 (47,5%). Kemudian
pada RW III berbicara dengan orang tua sebanyak 128 (88,3%),
berbicara ke teman 9 (6,21%), memilih diam saja 7(4,83%) dan
mengalihkan ke prilaku negatif sebanyak 1 (0,69%). Pada RW
IV berbicara dengan orang tua sebanyak 42(38,9%), berbicara
ke teman 1 (0,93%), memilih diam saja 65(60,2%).

4. Remaja Pernah Mendapakatkan Penyuluhan Kesehatan Oleh


Petugas Kesehatan Dalam 6 Bulan Terakhir

Tabel. 59
Remaja pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan oleh petugas
kesehatan dalam 6 bulan terakhir
remaja pernah RW RW RW RW
mendapakatkan
penyuluhan
I II III IV
No kesehatan oleh N % N % N % N %
petugas kesehatan
dalam 6
bulan terakhir?
1 Ya 52 57 32 17 22 16 12 12
2 Tidak 39 43 153 83 117 84 90 88
Jumlah 91 100 185 100 139 100 102 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

45
Pada table diatas remaja pernah mendapakatkan
penyuluhan kesehatan oleh petugas kesehatan dalam 6 terakhir
adalah pada RW I pernah sebanyak 52 (57%), tidak pernah 39
(43%), Sementara pada RW II pernah sebanyak 32 (17%), tidak
pernah 153 (83%). Kemudian pada RW III pernah sebanyak 22
(16%), tidak pernah 117 (84%), dan pada RW IV pernah
sebanyak 12 (12%), tidak pernah 90(88%)

i. Kesehatan Lansia
1. Posyandu Lansia Di Tempa Anda

Tabel. 60
Mengetahui adanya Posyandu Lansia

terdapat RW RW RW RW
Posyandu I II III IV
No Lansia di
Tempat N % N % N % N %
1 Ya 117 69 42 29 54 30 56 66
2 Tidak 52 31 101 71 128 70 29 34
Jumlah 169 100 143 100 182 100 85 100

Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menjelaskan bahwa di ketahuinya


adanya posyandu lansia di lingkungan masyarakat Kelurahan
46
Wangkanapi adalah pada RW I terdapat posyandu lansia di
lingkungannya sebanyak 117 (69%) lansia, tidak mengetahui
sebanyak 52 (31%) lansia, pada RW II terdapat posyandu
lansia di lingkungannya sebanyak 42 (29%) lansia, tidak
mengetahui sebanyak 101 (71%) lansia. pada RW III terdapat
posyandu lansia di lingkungannya sebanyak 54 (30%) lansia,
tidak mengetahui sebanyak 128 (70%) lansia. pada RW IV
terdapat posyandu lansia di lingkungannya sebanyak 56 (66%)
lansia, tidak mengetahui sebanyak 29 (34%) lansia.

2. Pemanfaatan Posyandu Lansia

Tabel. 61
Apakah Lansia Memanfaatkan Posyandu Lansia

Apakah Lansia RW RW RW RW
No memanfaatkan I II III IV
posyandu lansiaN % N % N % N %
1 Ya 91 54 20 38 61 27 38 42
2 Tidak 78 46 32 62 166 73 52 58
Jumlah 169 100 52 100 227 100 90 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menunjukan pemanfaatan posyandu lansia oleh


individu lansia adalah sebagai berikut, pada RW I lansia
memanfaatkan posyandu lansi yang ada sebanyak 91 (54%) orang
lansia, sedangkan lansia yang tidak memanfaatkan sarana posyandu
lansia yang ada sebanyak 78 (46%) orang lansia. Kemudian pada RW
II lansia memanfaatkan posyandu lansia yang ada sebanyak 20 (38%)
orang lansia, sedangkan lansia yang tidak memanfaatkan sarana
posyandu lansia yang ada sebanyak 32 (62%) orang lansia. pada RW
III lansia memanfaatkan posyandu lansia yang ada sebanyak 61
(27%) orang lansia, sedangkan lansia yang tidak memanfaatkan sarana
posyandu lansia yang ada sebanyak 166 (73%) orang lansia. pada RW
IV lansia memanfaatkan posyandu lansia yang ada sebanyak 38
(42%) orang lansia, sedangkan lansia yang tidak memanfaatkan sarana
posyandu lansia yang ada sebanyak 52 (58%) orang lansia.

3. Penyakit Yang Di Derita Lansia

47
Tabel. 62
Penyakit apakah yang pernah dialami oleh lansia
RW RW RW RW Penyakit
Penyakit apakah yang di
I II III IV alami lansi
yang pernah
No dialami oleh Kelurahan
lansia Wangkanapi
N % N N % % N % N %
66 68,75 31 63,3 44 51, 38 71,7 63 0,32
1 Rematik
8
Hipertensi 27 28,13 15 30,6 40 47, 12 22,6 128 0,65
2 (Darah tinggi) 1
3 TBC 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0
4
Diabetes Melitus
1 1 3 6 1 1 3 6 6 0,03
(Kencing Manis)
Jumlah 96 100 49 100 85 100 53 100 197 100
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menunjukan bahwa penyakit yang


banyak di derita oleh kelompk lansia masyarakat Kelurahan
Wangkanapi adalah yang terbanyak diderita oleh lansia yaitu
penyakit Hipertensi 128 (0,65%), Rematik 63 (0,32%), dan
penyakit TBC 6 (0,03%).

j. Kesehatan Jiwa
1. Penangganan Penderita Gangguan Jiwa Dirawat Dan
Mendapatkan Pengobatan.

Tabel. 63
Penderita ganguan jiwa dirawat dan mendapatkan pengoobatan
penderita ganguan jiwa RW RW RW RW
dirawat dan
No I II III IV
mendapatkan
pengoobatan n % N % n % N %
1 Ya 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Tidak 1 100 0 0 1 100 0 0
Jumlah 1 100 0 0 1 100 0 0
Sumber : Data Primer Survei Mawas Diri Puskesmas Wolio April 2017

Pada table diatas menunjukan menunjukan penangganan


kasus pasien dengan gangguan jiwa tertanggani dan
mendapatkan pengobatan adalah, pada RW I terlihat belum ada
pasien yang mendapatkan penanganan dan pengobatan,

48
C. Pembahasan
1. Akses pelayanan dan pembiayaan kesehatan
a. Akses Pelayanan Kesehatan
Dari table 7 diatas terlihat bahwa akses pelayanan kesehatan
masyarakat Kelurahan Wangkanapi adalah pada RW I yang
memperoleh pengobatan melalui akses tenaga kesehatan sebanyak
240 (95,6%), akses dukun atau tenaga alternative sebanyak 6
(2,3%), dan berobat sendiri 5 (1,9%), RW II memperoleh
pengobatan akses tenaga kesehatan sebanyak 316 (95,7%), akses
dukun atau tenaga alternative sebanyak 5 (1,5%), dan berobat
sendiri 9(2,7%), RW III memperoleh pengobatan akses tenaga
kesehatan sebanyak 231 (93,5%), dan berobat sendiri 5 (2%), RW
IV memperoleh pengobatan akses tenaga kesehatan sebanyak 247
(99,1%), dan berobat sendiri 2(0,8%).
Diketahui bersama bahwa akses pelayanan kesehatan
merupakan hal terpenting bagi masyarakat memperoleh pengobatan
bila saja terjadi sakit, akses pelayanan dikatakan baik bila mana
dari segi mendapatkannya cukup mudah dengan jarak relative
dekat dan tersedia moda transportasi yang memadai, dan dari hasil

49
survey diatas menunjukan sikap masyarakat kelurahan Wangkanapi
untuk memperoleh pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan
tenaga kesehatan sudah sangat baik, memanfaatkan tenaga
kesehatan dalam memperoleh pengobatan dan kesembuhan
penyakit yang diderita.

b. Akses Pembiayaan Kesehatan

Dari table 8 di atas menunjukan bahwa masyarakat mengikuti


asuransi kesehatan BPJS/KIS pada RW I sebanyak 149 (59,1%),
asuransi Swasta 29 (11,5%), dan tidak mengikuti asuransi sama
sekali 74(29,3%), RW II sebanyak 173 (50%), asuransi Swasta
22(6,3%), dan tidak mengikuti asuransi sama sekali 151 (43,6%),
RW III sebanyak 109 (50,9%), asuransi swasta 8 (3,7%) tidak
mengikuti asuransi sama sekali 97 (26,9%), RW IV sebanyak
159(56,9%), dan tidak mengikuti asuransi sama sekali 99 (35,4%).
Dari hasil survey pada table 8 diatas tentang keikut sertaan
masyarakat Kelurahan Wangkanapi pada asuransi kesehatan,
masih di temukan kepala keluarga yang tidak mengikuti asuransi
kesehatan, hal ini bias menjadi masalah bila mana terdapat anggota
keluarga sakit dan tidak tersedia dana yang cukup untuk
pengobatan, meskipun pemerintah telah menjamin biaya kesehatan
murah bagi seluruh masyarakatnya namun kenyataannya biaya
pengobatan membutuhkan biaya yang cukup mahal, oleh sebab itu
diharapkan agar masyarakat yang belum mengikuti asuransi
kesehatan agar menjadi peserta asuransi.

2. Kesehatan Ibu dan Anak, KB dan Imunisasi


a. Rencana Pertolongan Persalinan Ibu Hamil
Pada table 9 diatas menujukan rencana pertolongan ibu hamil
dalam proses bersalin atau melahirkan ditolong oleh tenaga Dokter
pada RW I sebanyak 18 (43%), bidan 24 (57%), tenaga Dukun 0
(0%), RW II ditolong oleh tenaga bidan sebanyak 13 (100%), RW
III ditolong tenaga dokter sebanyak 1 (26%) bidan 23 (85%),
dukun 11 (4%) dan keluarga sendiri 0(0%), RW IV tenaga dokter 3
(11%), bidan 20 (74%), dukun 0 (0%).
Proses bersalin pada ibu hamil adalah proses alamiah yang
sangat berresiko pada keselamatan baik ibu melahirkan maupun

50
pada bayi yang di lahirkan, telah banyak kasus ibu bersalin yang
tidak ditangani oleh tenaga kesehatan mengalami resiko kematian
dan di Kelurahan Wangkanapi masih di temukan ibu hamil
melahirkan di tolong oleh tenaga dukun yaitu pada RW III , hal ini
sangat beresiko meskipun dukun sudah berpengalaman namun dari
segi medis tenaga dukun tidak mempunyai keahlian dan
kompetensi dalam hal penanganan kedaruratan kasus bumil resti,
oleh sebab itu di harapkan kepada seluruh masyarakat utamanya
keluarga yang memiliki ibu hamil agar merencanakan proses
bersalin dengan mengunakan jasa tenaga kesehatan serta
memanfaatkan sarana fasyankes yang ada dalam proses persalinan
ibu hamil.
b. Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan 4 Kali Pada Ibu Hamil

Berdasarkan table 10 table diatas menunjukan bahwa


Kunjungan pemeriksaaan kehamilan ibu hamil 4 kali pada fasilitas
kesehatan yaitu pada RW I 89 (100%), dan sudah tidak ada ibu
yang tidak memeriksakan kehamilannya sebanyak 4 kali, RW II ibu
yang memeriksakan kehamilan 4 kali sebanyak 41 (80%), RW III
memeriksakan kehamilan 4 kali sebanyak 56 (98%), dan tidak
memeriksakan sebanyak 4 kali terdapat 1 (2%), RW IV
memeriksakan kehamilannya 4 kali sebanyak 68 (81%) dan tidak
memeriksakan 4 kali sebanyak 16 (19%).
Pemeriksaan kehamilan 4 kali adalah upaya untuk menjamin
kesehatan dan keselamatan lahir hidup bayi dan jaminan
keselamatan ibu melahirkan itu sendiri, pemeriksaan kehamilan
bertujuan untuk memantau tumbuh kembang bayi dan diagnosa
serta prediksi factor resiko pada ibu hamil, merencanakan
alternative tidakan kedaruratan guna menjamin kelancaran dan
keselamatan dalam proses persalinan, oleh sebab itu setiap ibu
hamil di wajibkan memeriksakan kehamilannya pada tri semester
pertama sampai tri semester ke empat pada tenaga kesehatan yang
berkompoten yaitu tenaga bidan maupun dokter, dan di Kelurahan
Wangkanapi untuk kunjungan pemeriksaan kehamilan sebanyak 4
kali oleh ibu hamil sudah cukup baik namun demikian harus terus
ditingkatkan karna masih ditemukan ibu hamil yang tidak
melakukan pemeriksaan kehamilannya sebanyak 4 kali.
51
c. Kasus Ganguan Kehamilan Pada Ibu Hamil

Pada table 11 diatas menjelaskan bahwa kasus ganguan


kehamilan ibu hamil pada RW I yang mendapatkan gangguan
sebanyak 4 (4%) dan yang tidak sebanyak 86 (96%), RW II dengan
gangguan sebanyak 15 (29%), tidak ada ganguan sebnyak 37
(71%), RW III dengan ganguan 1 (2%) tanpa ganguan 53 (98%),
RW IV dengan ganguan 5 (6%) tanpa gagguan 78 (94%).
Ganguan kehamilan pada ibu hamil adalah suatu kondisi
abnormal yang timbul pada masa kehamilan, ganguan kehamilan
pada ibu hamil disebabkan oleh berbagai factor, hamil di usia
terlalu muda dan sebaliknya hamil pada usia tua yang sangat
beresiko, asupan makanan bergizi yang kurang dan kasus anemia
pada ibu hamil serta keadaan umum ibu hamil itu sendiri.
Gangguan kehamilan secara umum dapat di minimalisir
tingkat resikonya dengan rutin memeriksakan kehamilan, makan
makanan dengan gizi seimbang dan bila perlu penambahan tablet
Fe pada ibu hamil. Dan di Kelurahan Wangkanapi berdasarkan
hasil table diatas menunjukan ganguan kehamilan ibu hamil
masyarakat Kelurahan Wangkanapi rata- rata diatas 14 (%) .

d. Bayi Berat Badan Lahir Rendah

Dari tabel 12 diatas menunjukan bahwa bayi berat lahir


rendah pada RW I terdapat 25 bayi (27%) dan berat normal 67 Bayi
(73%), RW II terdapat 7 orang bayi dengan berat badan lahir
rendah sebanyak dan 43 (86 %) bayi berat normal, RW III bayi
dengan berat lahir rendah sebanyak 3 bayi (10%) dan 28 (90 %)
bayi berat normal, RW IV bayi lahir berat badan rendah sebanyak 7
bayi (8%) dan bayi berat normal sebanyak 77 orang bayi (92%).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi, berat lahir adalah
berat yang ditimbang dalam satu jam bayi setelah lahir, BBLR
dapat terjadi pada bayi kurang bulan, angka kejadian BBLR di
Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain
berkisar antara 9 30 % kasus kelahiran BBLR. Penyebab
terbanyak terjadinya BBLR adalah factor kelahiran premature,
factor usia ibu diatas 40 tahun, dan lainnya bayi dengan kasus
52
BBLR akan mengalami masalah kesehatan seperti masalah
pernapasan (pneumoni) karna paru paru yang premature, masalah
pada jantung, pendarahan otak, fungsi hati yang belum sempurna,
anemia, masalah suhu tubuh karna tidak adanya lemak, dan rentan
terkena infeksi sehingga mengangu tumbuh kembang bayi.
Dan kasus BBLR pada bayi di kelurahan Wangkanapi
25 kasus (27%) di RW I, 7(14%) di RW II, 3 kasus (10%) di RW
III dan 7 kasus (8%) di RW IV.

e. Imunisasi Lengkap Anak 0 - 59 Bulan

Dari table 13 diatas menjelaskan bahwa status imunisasi


lengkap anak usia 0 59 bulan pada RW I mendapatkan imunisasi
lengkap sebanyak 66 (97%) anak dan tidak lengkap sebanyak 2
anak (3%), RW II mendapatkan imunisasi lengkap sebanyak 37
anak (93%) , RW III anak dengan imunisasi lengap sebanyak 59
(95%) anak dan 3 anak tidak mendapatkan imunisasi lengkap. RW
IV anak dengan imunisasi lengkap sebanyak 69 (96%) anak dan
imunisasi tidak lengkap sebanyak 3 anak (4%).
Imunisasi adalah suatu program yang dengan sengaja
memasukan antigen lemah agar merangsang antibody keluar
sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu
(Proverawati, 2010)
Imunisasi lengkap terdiri dari imunisasi BCG yaitu
vaksin untuk penyakit TBC, di berikan sejak lahir sampai bayi
umur 3 bulan, imunisasi hepatitis B yaitu vaksin untuk penyakit
hepatitis B pemberian vaksin hepatitis dengan dosis 3 kali
pemberian, imuinisasi polio untuk mencegah penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak
dengan pemberian dosis sebanyak 4 kali pada anak, imuinisai DPT
adalah imunisasi untuk anti bodi penyakit difteri, pertusis dan
penyakit tetanus dengan dosis pemberian 3 kali pada anak dan yang
terakakhir adalah imunisasi Campak yaitu mencegah terjadinya
penyakit campak dengan dosis pemberian 1 kali pada anak (Alimul,
2009).
Untuk di Kelurahan Wangkanapi anak di imunisasi
lengkap berdasarkan data diatas masih ditemukan anak yang tidak
mendapatkan imunisasai lengkap yaitu pada RW I sebanyak 2 (3%)

53
anak, RWII ada 3 (8%) anak, RW III ada 3(5%) anak, dan RW IV
terdapat 3 anak (4%). Berdasarkan hasil survey wawancara
umumnya para ibu engan mengimunisasi anaknya disebabkan usai
imunisai akan terjadi demam, masalah ini dapat di atasi dengan
memberikan informasi jelas terhadap masyarakat tentang maanfaat
dan dampak yang di timbulkan bila mana anaknya tidak di beri
imunisasi lengkap dengan memberikan pemahaman keamanan dan
penangganan reaksi paska imunisasi. Imunisasai berpengaruh besar
terhadap status kesehatan masyarakat suatu wilayah bila mana
terjadi 1 kasus campak di suatu wilayah itu merupakan ancaman
wabah bagi seluruh anak di wilayah tersebat oleh sebab itu untuk
masalah imuinsai di kelurahan Wangkanapi perlu di tingkatkan
dengan kegiatan swiping dan tindakan persuasive lainnya.

f. Kunjungan Bayi Datang Dan Di Timbang 8 Kali Di Posyandu


Dari table 14 Dari table diatas menjelaskan bahwa
status imunisasi lengkap anak usia 0 59 bulan pada RW I
mendapatkan imunisasi lengkap sebanyak 66 (97%) anak dan
tidak lengkap sebanyak 2 anak (3%), RW II mendapatkan
imunisasi lengkap sebanyak 37 anak (93%) , RW III anak
dengan imunisasi lengap sebanyak 59 (95%) anak dan 3 anak
tidak mendapatkan imunisasi lengkap. RW IV anak dengan
imunisasi lengkap sebanyak 69 (96%) anak dan imunisasi tidak
lengkap sebanyak 3 anak (4%).
Kunjungan balita 8 kali di posyandu sangat penting
adanya hal ini dikarnakan dalam setiap kunjungan dapat di
ketahui perkembangan tumbuh kembang bayi baik berat badan,
tinggi badan dan keadaan umum bayi dan balita, untuk
mengetahui status gizi balita suatu wilayah dapat dapat
menggunakan indicator SKDN dan pemantauan tumbuh
kembang pada kartu KMS (kartu menuju sehat) dan untuk
masyarakat Kelurahan Wangkanapi memanfaatkan posyandu
dengan berkunjung sebanyak 8 kali dapat dilihat dari hasil
survey diatas, dimana masih di temukan beberapa anak tidak
berkunjung sebanyak 8 kali yaitu pada RW I terdapat 2 (3% )
balita, RW II 3(8%) balita, RW III 3 (5%), RW IV 3 (4%)

54
g. Kasus Balita Gizi Buruk/BGM
Dari table 15 diatas menunjukan jumlah kunjungan 8 kali
balita di posyandu pada RW I sebanyak 90 anak (98%) dan 2
anak (2%) tidak cukup 8 kali. RW II 57 anak dengan 8 kali
kunjungan (89%) dan 7 (11%) anak tidak berkunjung sebanyak
8 kali. Pada RW III ada 61 (94%) anak berkunjung 8 kali dan 4
(6%) anak tidak berkunjung sebanyak 8 kali. RW IV terdapat
69(91%) anak berkunjung 8 kali dan 7 (9%) anak tidak
berkunjung 8 kali.

Gizi buruk adalah salah satu bentuk terparah dari proses


terjadinya kekurangan gizi menahun. Gizi buruk merupakan
kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi
energy dan protein (KEP) dalam makanan ehari hari (admin,
2008).

Factor penyebab gizi buruk dapat disebabkan oleh


penyebab langsung dan penyebab tidak langsung, penyebab
langsung disebabkan selain karena kekurangan gizi juga
disebabkan karena penyakit yang diderita sehingga menurunnya
daya asupan makanan sehingga tubuh akan melemah dan
mudah terserang penyakit lain. Penyebab tidak langsung yaitu
ketahanan pangan keluaraga, pola pengasuhan anak yang kurang
oleh keluarga, dan pelayanan kesehatan dan lingkungan,
tersedianya air bersih yang memenuhi syarat baik kualitas
maupuan kuantitas dengan akses memadai dapat menjamin
kesehatan dan daya tumbuh anak (supariasa, 2002)

Anak dikatakan menderita gizi buruk bila terjadi tanda


klinis marasus yaitu anak sangat kurus, wajah seperti keliatan
tua, perut cekung dan kulit keriput tidak terdapat lemak pada
tubuhnya, terjadi kasus kwashiorkot yaitu terjadi edema
diseluruh tubuh, wajah membulat dan terjadi kerontokan rambut.
Kasus gizi buruk /BGM dapat di cegah dengan lebih intensif
memanfaatkan posyandu, pemberian ASI kepada bayi,
pemberian makanan pendamping ASI dan segera membawa

55
anak penderita gizi buru pada pusat pemulihan gizi (PPG) pada
pelayanan kesehatan ibu dan anak di puskesmas.

Kasus gizi burik /BGM di Kelurahan Wangkanapi dari


hasul survey terjadi pada RW I sebanyak 12 (13%) anak. RW II
terdapat 3 (5%) anak, RW III 3 (5%) orang anak, RW IV 27
(36%) anak. hal ini perlu perhatian khusus dari semua pihak
mengingat dampak yang ditimbulkan akibat kasus gizi buruk
dapat berdampak pada tumbuh kembang anak, kecerdasan serta
intelijensi anak. Oleh sebab itu pemanfaatan posyandu dan
fasyakes oleh masyarakat perlu terus ditingkatkan dan promosi
kesehatan perlu diintensifkan lagi.

h. Pemberian Asi Ekslusif 6 Bulan Pada Bayi

Pada table 16 diatas menjunjukan bahwa pemberian


ASI eksluksif 6 bulan pada bayi yaitu pada RW I ada 79 bayi
(91%) mendapatkan ASI ekslisif dan 8 (9%) bayi tidak
mendapatkan ASI ekslusif, RW II ada 28 (44%) bayi
mendapatkan ASI ekslusif dan 36(56%) bayi tidak mendapatkan
ASI ekslusif, RW III ada 30 (71%) bayi mendapatkan ASI
ekslusif dan 12 (29%) bayi tidak mendapatkan ASI ekslusif, RW
IV ada 58 (64%) bayi mendapatkan ASI ekslusif dan 33 (36%)
bayi tidak mendapatkan ASI ekslusif.
Peraturan terbaru pemerintah menetapkan , ibu yang
melahirkan wajib memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan
sejak anaknya dilahirkan dan pemerintah menjamin
perlindungan bagi para ibu yang akan melaksanakan hal
tersebut.
Kewajiban untuk memberikan ASI Ekslusif tercantum
pada pasal 6 Peraturan Pemerintah (PP) nomor 33/2012 tentang
pemberian ASi ekslusif yang ditetapkan pada 1 Maret 2012 ,
menetapkan bahwa setiap ibu yang melahirkan harus
memberikan ASI ekslusif kepada bayi yang dilakhirkan minimal
6 bulan.
ASI ekslusi diberikan selama 6 bullan karena pada masa
itu bayi belum memiliki enzim pencernaan yang sempurna
56
untuk mencerna makanan atau minuman lain dan terlebih semua
jenis nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi sudah di penuhi dari
ASI.
Dan berdasarkan hasil survey diatas pemberian ASI
eksklusi ibu melahirkan masyarakat Kelurahan Wangkanapi
adalah masih terdapat ibu tidak memberikan yaitu pada RW I
sebanyak 8 (9%) bayi tidak di berikan ASI ekslusif, RW II
sebanyak 36 (56%) bayi tidak di berikan ASI ekslusif, RW III
sebanyak 12 (29%) bayi tidak di berikan ASI ekslusif, RW IV
sebanyak 15 (58%) bayi tidak di berikan ASI ekslusif, RW IV
sebanyak 33 (36%) bayi tidak di berikan ASI ekslusif.

i. Penggunaan Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana

Dari table 17 diatas menjelaskan bahwa penggunaan alat


kontrasepsi pada keluarga menikah dan sehat secara reproduksi
adalah pada RW I terdapat 76 (40%) pasangan menggunakan alat
kontrasepsi dan 112 (60%) pasangan tidak menggunakan, RW II
terdapat 76 (33%) pasangan menggunakan alat kontrasepsi dan
152 (67%) pasangan tidak menggunakan, RW III terdapat 55
(46%) pasangan menggunakan alat kontrasepsi dan 65 (54%)
pasangan tidak menggunakan, RW IV terdapat 71 (31%) pasangan
menggunakan alat kontrasepsi dan 159 (69%) pasangan tidak
menggunakan.
Alat kontrasepsi adalah alat/ bahan yang digunakan untuk
mencegah kehamilan, pencegahan terjadinya kehamilan dilakukan
dengan cara menggangu atau menghambat proses normal dari
evolusi (pelepasan sal telur dari indung telur wanita), fertilitas
(peleburan sel kelamin pria dan wanita, dan juga implantasi
(penempelan hasil peleburan sel kelamin pria dan wanita dalam
rahim. Ada beberapa jenis alat kontraspsi yang dapat digunakan
olah masyarakat diantaranya metode hormonal dengan penggunaan
Pil, metode Barrier atau penghalang yaitu kondom, metode
spermidida atau pembunuhan sel sprema menggunakan jel atau
busa, metode implantasi yaitu IUD , metode stetilisasi yaitu metode
memutuskan saluran tuba valopi sehingga sperma tidak dapat

57
menjangkau rahim. Dengan demikian alat kontrasepsi dapat
diartikan alat untuk mencegah kehamilan. Dan untuk masyarakat
Kelurahan Batulo, pasangan usia subur yang tidak menggunakan
alat kontrasepsi adalah sebagi berikut pada RW I terdapat
112(60%) PUS, RW II terdapat 152 (67%) PUS, RW III terdapat 65
(54%) PUS, RW IV terdapat 159 (69%) PUS.
Dari hasil survey ini menunjukan kesadaran masyarakat
Kelurahan Wangkanapi masih sangat kurang tentang penggunaan
alat kontrasepsi. Pengaturan dan perencanaan kehamilan dalam
sebuah keluarga sangatlah penting selain menjaga kesehatan ibu
juga mempunyai dampak besar terhadap daya tumbuh kembang
anak, kecukupan gizi anak, kualitas pendidikan anak yang baik
sehingga perencanaan kesejahteraan keluarga dapat terwujud. Oleh
sebab itu promosi tentang penggunaan alat kontrasepsi perlu di
tingkatkan lagi dengan memberikan pengetahuan dan pemahaman
pentingnya penggunaan alat kontrasepsi bagi pasangan usia subur
masrakat Kelurahan Wangkanapi.

j. Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan Menu Seimbang


Pada table 18 di atas menunjukan konsumsi aneka ragam
makanan menu seimbang pada keluarga di kelurahan Wangkanapi,
pada RW I terdapat 250 (99%) keluarga mengkonsumsi aneka
ragam makanan menu seimbang dan 2 (1%) keluarga tidak
mengkonsumsi aneka ragam makanan menu seimbang. pada RW II
terdapat 311 (90%) keluarga mengkonsumsi aneka ragam makanan
menu seimbang dan 36 (10%) keluarga tidak mengkonsumsi aneka
ragam makanan menu seimbang, pada RW III terdapat 200 (79%)
keluarga mengkonsumsi aneka ragam makanan menu seimbang
dan 52 (21%) keluarga tidak mengkonsumsi aneka ragam makanan
menu seimbang, pada RW IV terdapat 272 (99%) keluarga
mengkonsumsi aneka ragam makanan menu seimbang dan 2 (1%)
keluarga tidak mengkonsumsi aneka ragam makanan menu
seimbang.
Pada dasarnya masalah gizi timbul karena perilaku
seseorang yang salah yaitu terjadinya ketidak seimbangan antara

58
konsumsi gizi dan kecukupan gizi. Konsumsi kurang dan konsumsi
lebih akan menyebabkan gizi lebih dimana keadaan ini akan
menyebabkan timbulnya suatu penyakit.
Selain itu juga karena terjadinya pergeseran gaya hidup
akibat pengaruh urbanisasi, globalisasi dan industialisasi
mengakibatkan sebagian masyarakat Indonesia cederung menyukai
makanan siap santap yang kandungannya gizinya tidak seimbang
yaitu mengandung lemak dan garam tinggi namun rendah serat.
Seseorang dikatakan melakukan pola makan seimbang bila mana ia
mengkonsumsi makanan seimbang antara zat tenaga, zat
pembangun, dan zat pengatur dan dapat di peroleh dengan
menerapkan pola makan seimbang cukup protein, cukup
karbohidrat, vitamin dan serat.
Dan bedasarkan hasil survey pola makan masyarakat
Kelurahan Wangkanapi dalam mengkonsumsi aneka ragam menu
makanan adalah sudah sangat baik terlihat dari 250 (99%)
masyarakat Pada RW I melakukan, RW II 311(99%) melakukan,
RW III 200 (79%) melakukan, RW IV 272 (99%) mengkonsumsi
aneka ragam makanana menu seimbang.

k. Penggunaan Penggunaan Garam Beryodium

Pada table 19 di atas menjelaskan bahwa


penggunaan garam beryodium pada keluarga di kelurahan
Wangkanapi, pada RW I terdapat 252 keluarga (100%) telah
menggunakan garam beryodium. RW II terdapat 344 keluarga
(100%) telah menggunakan garam beryodium dan 1
keluarga(0%) belum menggunakan garam beryodium, RW III
terdapat 250 keluarga (100%) telah menggunakan garam
beryodium dan 1 keluarga (0%) belum menggunakan garam
beryodium, RW IV terdapat 272 keluarga (99%) telah
menggunakan garam beryodium dan 2 keluarga (1%) belum
menggunakan garam beryodium.
Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya
dengan yodium yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan
dan kecerdasan. Garam beryodium yang digunakan harus

59
memenuhi standard nasional Indonesia (SNI) antara lain
mengandung yodium sebesar 30 80 ppm (Depkes RI, 2000)
Garam beryodium di wajibkan dikonsumsi seluruh
pendududk baik di daerah endemic maupun di daerah bukan
endemic. Konsumsi garam beryodium rata rata per orang
perhari 10 gram dan kebutuhan ion yodium sebesar 150 -200
mikgrogram perorang perhari. Dan pada hasil survey
penggunaaan garam beryodium masyarakat Kelurahan
Wangkanapi adalah sudah sangat baik rata rata diatas 90 %
masyarakat menggunakan garam beryoduim.

3. Surveilans Penyakit
a. Surveilans Penyakit Yang Di Derita Masyarakat 3 Bulan
Terakhir
Dari table 20 di atas menunjukan penyakit yang di derita
masyarakat Kelurahan Wangkanapi 3 bulan terakhir dari 507
penderita penyakit yang ada 322 (63,51%) penduduk menderita
penyakit Batuk dan pileks, di susul penyakit Hipertensi sebanyak
84 (16,56%) penderita, 40(7,88%) menderita Diabetes millietus,
penyakit Diare sebanyak 23 (4,53%) penderita, dan 10 balita
(1,97%) menderita penyakit Pneumoni (Balita). TBC/ paru dan
penyakit cacar air sebanyak 6 (1,18%), Hepatitis 1 (0,19%),
Demam tipus 5 (0,98%), Demam berdarah , gatal gatal pada
kulit dan demam tifus sebanyak 5(0,98%), Hepatitis sebanyak
1(0,19%).
Surveilaens penyakit adalah suatu kegiatan pengamatan
penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistimatis
terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta factor-factor yang
mempengaruhinya pada masyarakat sehingga dapat dilakukan
penanggulangan untuk dapat mengambil tindakan efektif.
Tujuan Surveilans adalah untuk pencegahan dan
pengendalian penyakit dalam masyarakat, sebagai upaya deteksi
dini terhadap kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa (KLB),
memperoleh informasi yang di perlukan bagi perencanaan dalam
hal pencegahan, penangguangan maupun pemberantasan pada
berbagai tingkat administrative ( Depkes RI 2004).

60
Dan berdasarkan hasil survey epodemiologi penyakit yang
diderita masyarakat Kelurahan Wangkanapi pada 3 bulan terakhir
adalah :
1. Penyakit terbanyak di derita adalah penyakit batuk pilek
sebanyak 322 (63,51%), penyakit batuk pilek merupakan
penyakit yang di sebabkan oleh virus influenza menyerang
pada seserang dengan kondisi anti bodi yang menurun, selain
itu batuk flu paling banyak disebabkan oleh pengaruh
lingkungan yang buruk, polusi udara dan debu berkontribusi
sebangai penyebab utama terjadinya batuk dan flu, kondisi
perumahan yang lembab dan perubahan musim berpengaruh
terhadap terjadinya penyakit batuk dan flu, mengingat cukup
besarnya penyakit batuk dan flu ini ada sekitar 63 %
masyarakat mengalaminya maka di harapakan kepada
masyarakat agar selalu menjaga kondisi fisik meningkatkan
daya tahan tubuh dengan gizi yang cukup dan menghindari
fakror penyebab terjadinya batul pilek.
2. Penyakit terbanyak kedua adalah penyakit Hipertensi 84
(16,56%) penderita, penyakit Hipertensi atau tekanan darah
tinggi adalah kondisi kronis dimana tekanan darah pada
dinding arteri (pembulu darah) meningkat, penyakit
Hipertensi merupakan penyakit degenerative yang timbul
karena pola hidup, selain bersumber dari pola makan yang
salah, tinggi lemak dan garam, kurang makan buah dan sayur
jarang berolah raga serta pengaruh minuman beralkohol ,
dapak dari penyakit Hipertensi adalah penyakit jantung dan
strok. penyakit Hipertensi di pengaruhi pula pengelolaan stres
dan manejemen pola pikir seseorang, penyakit Hipertensi
dapat di cegah dengan menerapkan pola hidup sehat, makan
makan sehat dan rutin melakukan aktifitas fisik berolah raga
dan bersosialisasi dengan sesama dan di harapkan kepada
seluruh masyarakat utamanya penderita agar lebih
memanfaatkan puskesmas untuk mendapatkan pengobatan
selain itu diharapkan pula agar selalu menerapkan pola hidup
sehat sebagaimana dimaksudkan pada penjelasan diatas.

61
3. Penyakit terbanyak ke tiga yang di alami oleh masyarakat
Kelurahan Wangkanapi adalah penyakit Diabetes Miletus,
dari hasil survey terdapat 23 (4,53%) penderita.
Penyakit Diabetes Melitus menurut WHO adalah suatu
penyakit Kronis yang terjadi apabila pankreas tidak
memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup.
Ketidak mampuan tersebut mengakibatkan terjadinya
peningkatan kadar glukosa dalam darah atau disebut dengan
hiperglikemia.
Penyakit Diabetes ada bermacam-macam yaitu
Diabetes tipe I dan Diabetes tipe II. Umumnya penanganan
diabetes tahap awal dilakukan dengan mengubah gaya hidup
dengan menjadi lebih sehat, baik dari segi konsumsi makanan
hingga aktifitas fisik sehari-hari. Jika mengubah gaya hidup
ternyata tidak berhasil maka akan diberikan obat-obatan
tertentu. Pemberian obat tersebut sangat tergantung dengan
tipe diabetes yang diderita, sudah berapa lama mengidap
penyakit diabetes hingga komplikasi diabetes yang sudah
terjadi.
4. Penyakit terbanyak ke empat yang di diderita masyarakat
Kelurahan Wangkanapi adalah penyakit Diare, dari hasil
survey terdapat 23 (4,53%) penderita.
Penyakit Diare menurut WHO adalah buang air besar dengan
konsisten cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu
hari (24 jam). Penyakit Diare lebih disebabkan karena bakteri
yaitu bakteri Escericia Coli atau salmonella tiphosa, penyakit
Diare bisa terjadi kerena perilaku yag tidak sehat seperti
makan tidak mencuci tangan dengan sabun, minum air mentah
atau tidak dimasak lebih dulu, makanan yang telah di
hinggapi lalat atau kecoak dan keracunan makanan, penyakit
Diare adalah penyakit menular dan dapat menular melalui air
dan makanan, tangan yang kotor, dan terkena tinja penderita
diare. Penyakit Diare sangat berbahaya dapat menimbulkan
kematian bila mana tidak ditangan dengan segera utamanya
pada anak. Oleh sebab itu diharapkan kepada masyarakat
Kelurahan Wangkanapi agar lebih menjaga kebersihan baik

62
diri, makanan dan lingkungan dan segera ke fasyankes bila
mana terjadi sakit diare.
5. Penyakit terbanyak yang diderita ke lima oleh masyarakat
Kelurahan Wangkanapi adalah penyakit Pneumoni balita.
Pada RW III terdapat 4 (2%) dan pada RW IV terdapat 6
(4%). Penyakit pneumoni merupakan penyakit infeksi
disebkan oleh bakteri stapylococus pneumonieae,
haemophiilus influenza, mycoplasma pneumoniea dan dapat
pula disebabkan oleh virus influenza. Penyakit pneumoni
sering menyerang anak bayi dan balita namun juga dapat di
temukan pada orang dewasa dan usia lanjut. Pneumoni adalah
infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang menyebabkan
kemampuan menyerap oksigen berkurang, kekurangan
oksigen menyebabkan sel sel tubuh tidak berfungsi dengan
baik dan penyakit pneumoni sangat berbahaya karna dapat
menyebabkan kematian.
Menurut survey kesehatan rumah tangga tahun 2002 penyakit
saluran napas merupakan penyebab kematian no 2 di
Indonesia oleh sebab itu di harapkan kepada masyarakat
Kelurahan Wangkanapi agar segera melakukan pengobatan
bagi pendertia dengan menafaatkan sarana kesehatan yang
ada.
6. Penyakit terbanyak ke enam yang di derita oleh masyarak
Kelurahn Wangkanapi adalah penyakit TBC Paru dan cacar
air sebanyak 6 (1,18%) penderita. Penyakit TBC paru adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium
tuberculosis, penyakit ini ditularkan dari penderita TBC aktif
yang batuk dan mengeluarkan titik titik kecil air liur dan
terinhalasi oleh seseorang sehat yang tidak memiliki
kekebalan tubuh terhadap penyakit ini.
Penyakit TBC termaksud dalam 10 besar penyebab
kematian di dunia data WHO tahun 2015 indonesia termasuk
dalam 6 besar Negara dengan kasus TBC terbanyak. Penyakit
TBC dapat di sembuhkan dengan mengkonsumsi antibiotic
atau obat paket dalam beberapa waktu dan pencegahan yang
paling utama adalah melalui vaksisnasi imunisasi pada anak
yaitu vaksinasi BCG (bacillus Calmette Guerin) wajib di
63
berikan seblum bayi berusia 2 bulan. Penyakit TBC dapat di
kendalikan dengan menjaga klualitas lingkungan perumahan,
perumahan yang memenuhi syarat adalah cukup sirkulasi
udara dan cukup sinar matahari masuk dalam rumah, kuman
TBC mati bila terkena sinar matahari dan mati pada ruangan
yang tidak lembab.
Oleh sebab itu di sarankan kepada seluruh
masyarakat Kelurahan Wangkanapi agar lebih memanfaatkan
posyandu memvaksinasi bayi dan menghindari factor resiko
tertular dengan meningkatkan status gizi dan meningkatkan
kulitas lingkungan perumahan sehat.
Penyakit ke enam terbanyak ke dua adalah
penyakit cacar, penyakit cacar atau secara medis di kenal
dengan sebutan Varisela umumnya di derita oleh anak berusia
di bawa 10 tahun, penyakit ini juga bias menyerang orang
dewasa dan umumnya gejala yang muncul lebih berat dari
anak anak, penyakit cacar disebabkan oleh virus varicella
zoster ditandai dengan munculnya ruam pada kulit bintik
merah berisi cairan dan gatal terkelupas dalam waktu 7
sampai 14 hari penyakit cacar dapat di cegah dengan
vaksinasi pada program imunisasi oleh sebab itu di harapkan
kepada masyarakat Kelurahan Wangkanapi agar lebih
memanfaatkan posyandu.
7. Penyakit terbanyak ke tujuh yang diderita masyrakat
Kelurahan Wangkanapi adalah penyakit Demam berdarah ,
gatal-gatal, demam tifus sebanyak 5 (0,98%) penderita dan
penyakit Hepatitis diderita sebanyak 1 (0,19%) penderita.
Penyakit Demam berdarah atau penyakit demam dengue
disebabkan oleh virus dengue yang penyebaranya disebabkan
oleh gigtan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes albopictus, ke
dua jenis nyamuk ini banyak hidup di daerah padat penduduk
misalnya daerah perkotaan beriklim lembab dan hangat.
Menurut data kementrian Indonesia telah terjadi 112, 511
kasus demam berdarah dengue di 34 provinsi di Indonesia,
dari data tersebut tercatat ada 871 penderitanya meninggal
dunia. Pada tahun 2014 kasus demam berdarah dengue di
Indonesia telah terjadi 71.668 kasus dengan 641 orang
64
penderita meningal dunia. Dari data tersebut menempatkan
Indonesia sebagai Negara nomor 1 di Asia Tenggara dengan
kasus dengue terbanyak. Penyakit demam berdarah di tandai
dengan munculnya deman tinggi disertai dengan gejala flu
dan sakit kepala lebih dari 1 minggu, muncul bintik merah
pada kulit. Virus demam berdarah dengan cepat masuk dalam
aliran darah senhingga perlu penanggana segera bila mana
terjadi kasus kesakitan.
Penyakit Demam berdarah dapat dicegah dengan
cara meningkatkan kualitas lingkungan perumahan,
membersihkan rumah secara rutin dari barang bekas dan
menjaga tempat penampungan air agar tetap bersih dan
tertutup rapat sehingga nyamuk tidak dapat masuk dan
bertelur. Mengalakan kegiatan 3 M plus, memakai kelambu
dan jarring anti nayamuk pada jendela rumah dan dapat
menggunakan repellent anti nyamuk. Mengingat penyakit
demam berdarah dapat menyebabkan kematian dalam waktu
singkat maka di harapkan kepada masyarakat Kelurahan
Batulo agar lebih memanfaatkan fasyankes yang ada terlebih
bila terjadi gejala demam berdarah.
Penyakit ke delapan yang di derita oleh masyarakt
Kelurahan Batulo adalah Penyakit ke delapan yang kedua
terbanyak di derita masyarakat Kelurahan Wangkanapi adalah
penyakit Hepatitis. Penyakit hepatitis adalah penyakit
penyakit peradangan yang terjadi di hati atau liver,
peradangan ini diakibatkan adanya racun atau toksin yang ada
pada liver dan penyakit ini bias menyerang siapa saja,
penyakit hepatitis berdampak fatal jika tidak ditangani dengan
baik, ada beberapa jenis penyakit hepatitis yaitu :
a. Hepatitis A
Penyakit hepatitis A menular melalui vecal oral atau mulut
dan penularnya melalui air dan makanan.
b. Hepatitis B
Penyait hepatitis B penularannya melalui darah,
penggunaan jarum suntik, peralatan cukur (pisau cukur,
silet) yang dipaki bersama, dan hubungan seksual,
hepatitis jenis B sangat berbahaya dapat menjadi penyakit
kronis menahun.
65
c. Hepatitis C
Penyakit hepatitis C penularannya melalui transfuse darah
dan bisa karna jarum yang di pakai bersama sama.
d. Hepatitis D
Penyakit hepatitis D dapat menyebabkan infeksi lebih
ganas dan lebih berat bagi penderitanya.
Penyakit hepatitis dapat di cegah dengan
pemberian imunisasi pada pada bayi dan balita, menjaga
kebersihan diri dengan baik. Penyakit hepatitis
penyebarannya sangat mudah ada pada makanan dan
Sarana Tempat tempat umum (TTU). Disarankan kepada
masyarakat Kelurahan Wangkanapi agar memanfaatkan
program posyandu dan fasyankes yang ada guna
mendapatkan vaksin hepatitis dan pengobatan. Selain itu
masyarakat disarankan agar memilih tempat penjual
makanan yang menjaga kebersihan baik makanan maupun
peralatan yang digunakan serta tempat yang senantiasa
terjaga kebersihannya, serta menyarankan kepada
masyrakat agar memilih tempat pangkas rambut dan
sejenisnya yang menyediakan peralatan bersih dan sekali
pakai guna menghindari tertularnya penyakit hepatitis
utamanya hepatitis B.

4. Rumah dan Lingkungan


a. Kepemilikan Jamban sehat Keluaraga
Dari table 21 di atas menjelaskan bahwa kondisi
kepemilikan sarana jamban keluarga dan sarana jaga MS dan
TMS adalah pada RW I terdapat 248(98%) masyarakat telah
memiliki sarana Jaga yang memenuhi syarat kesehatan, 2(1%)
masyarakat telah memiliki sarana jaga namun belum memenuhi
syarat kesehatan dan terdapat 2(1%) kepala keluarga belum
memiliki sarana Jaga sama sekali. RW II terdapat 229(65%)
masyarakat telah memiliki sarana Jaga yang memenuhi syarat
kesehatan, 114(32%) masyarakat telah memiliki sarana jaga
namun belum memenuhi syarat kesehatan dan terdapat 10 (3%)
kepala keluarga belum memiliki sarana Jaga milik sendiri. RW III
terdapat 189 (76%) masyarakat telah memiliki sarana Jaga yang
66
memenuhi syarat kesehatan, 54(22%) masyarakat telah memiliki
sarana jaga namun belum memenuhi syarat kesehatan dan
terdapat 7(3%) kepala keluarga belum memiliki sarana Jaga sama
sekali. RW IV terdapat 217(73%) masyarakat telah memiliki
sarana Jaga yang memenuhi syarat kesehatan, 59(20%)
masyarakat telah memiliki sarana jaga namun belum memenuhi
syarat kesehatan dan 22(7%) kepala keluarga belum memiliki
sarana Jaga sama sekali.
Melihat hasil survey diatas kepemilikan Jamban
keluarga oleh masyarakat Kelurahan Wangkanapi sudah sangat
baik meski masih terdapat beberapa masyakat yang tidak
mempunyai jamban keluarga yaitu pada RW I terdapat 2(1%),
RW II 10(3%), RW III 7 (3%), dan RW IV 22 (7%) masyarakat
yang belum mempunyai jamban.
Jamban adalah sarana pembuanagan kotoran
manusia yang menjamin kesehatan dan tidak mencemari
lingkungan. Tempat pembuangan kotoran manusia merupakan
hal yang sangat penting dan harus selalu bersih, mudah
dibersihkan, cukup cahaya, cukup ventilasi, aman bagi
pemiliknyan dan jarak nya harus jauh dari sumber air. (Indah
Entjang, 2000).

b. Penyediaan Air Bersih masyarakat

Pada table 22 menunjukan bahwa sarana sumber air


bersih masyarakat Kelurahan Wangkanapi adalah pada RW I
terdapat 77 (31%) kepala keluarga menggunakan sarana sumur
gali sebagai sumber air bersih, dan 171 (68%) masyarakat RWI
menggunakan PDAM sebagai sumber air bersih yang di
gunakan, RW II terdapat 149(41%) kepala keluarga
menggunakan Sumur gali sebagai sumber air bersih yang
digunakan dan 207 (58%) kepala keluarga menggunakan PDAM
sebagai sarana sumber air bersih yang digunakan, pada RW III
terdapat terdapat 112 (42%) kepala keluarga menggunakan SGL
sebagai sumber air bersihnya dan 147 (55%) masyarakat RW III
menggunakan PDAM sebagai sumber air bersih yang
digunakan. RW IV tedapat 51 (18%) KK menggunakan SGL
sebagai sumber air bersih yang digunakan dan 225 KK
67
menggunakan PDAM sebagai sumber air bersih yang
digunakan.
Hasil survey pada table diatas, penyediaan Air
Bersih masyarakat Kelurahan Wangkanapi 50 80% masyarakat
menggunakan sarana PDAM , dengan demikian maka resiko
penularan penyakit melalui media air (Water borne disease)
relative rendah seperti Diare, Cholera, Disentry dan kecacingan.
Menurut permenkes RI. No 416/ Menkes/Per/IX/1990 air bersih
adalah air yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabilah telah dimasak, sedangkan air minum adalah air yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum
(Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010), air merupakan
kebutuhan utama kelangsungan hidup manusia, sehungga harus
memenuhi syarat dari segi kualitas fisik, kimia dan Bakterilogis.
c. Kualitas Air Bersih Masyarakat

Pada table 23 diatas menjelaskan bahwa


kondisi kualitas air bersih yang di gunakan oleh masyarakat
Kelurahan Wangkanapi adalah pada RW 237(94%) memenuhi
syarat yaitu jernih dan 8(3%) tidak memenuhi syarat yaitu
berbau dan keruh, RW II terdapat 314(89%) memenuhi syarat
dan 26(7%) tidak memenuhi syarat karena berbau dan keruh,
RW III terdapat 228 (90%) memenuhi syarat dan 14(6%) tidak
memenuhi syarat, RW IV terdapat 267(96%) memenuhi syarat
dan 4(1%) tidak memenuhi syarat.
Air dengan kualitas baik adalah air yang memenuhi
syarat baik sarat fisik, kimia maupn bakteriologis, kualitas air
sangat di pengaruhi oleh sumber air itu sendiri. Sarana air bersih
merupakan salah satu pendukung terciptanya kualitas air bersih
memenuhi sayarat kesehatan, SGL misalanya harus mempunyai
diding kedapa air dan bibir sumur yang kuat sehingga air limbah
atau rembesan tidak dapat masuk ke dalam sumur dan
mencemari badan air, PDAM harus melakukan pengolahan
sebelum mengalirkan air ke pada masyarakat. Dan berdasarkan
hasil survey diatas rata rata kualitas air bersih masyrakat
Kelurahan Batulo suda memenuhi syarat. (Permenkes RI No.

68
492/Menkes/Per/IV/2010), air merupakan kebutuhan uttama
kelangsungan hidup manusia, sehungga harus memenuhi syarat
dari segi kualitas fisik, kimia dan Bakterilogis.

d. Pembuangan Air Limbah Kamar Mandi


Pada table 24 di atas Pada table di atas menujukan bahwa
ketersediaan sarana pembuangan air limbah rumah tangga
(SPAL) pada RW I dibuatkan SPAL sebanyak 208 rumah (85%),
di buang ke selokan /Got sebanyak 33 (13%) dan di biarkan
tergenang di pekarangan rumah sebanyak 5 rumah (2 %). RW II
dibuatkan SPAL sebanyak 142 rumah (54%), di buang ke
selokan /Got sebanyak 26 (10%) dan di biarkan tergenang di
pekarangan rumah sebanyak 93 rumah 35,6 %), RW III
dibuatkan SPAL sebanyak 158 rumah (81%), di buang ke
selokan /Got sebanyak 32 (16%) dan di biarkan tergenang di
pekarangan rumah sebanyak 5 rumah (2,56%), RW IV dibuatkan
SPAL sebanyak 191 rumah (69%), di buang ke selokan /Got
sebanyak 49 (18%) dan di biarkan tergenang di pekarangan
rumah sebanyak 36 rumah (13%).
Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi
lingkungan dari pencamaran air limbah. Secara ilmiah
lingkungan mempunyai daya dukung untuk melakukan
degenerasi dari pencemaran air limbah, namun kemampuan
lingkungan terbatas, sehingga air limbah harus dibuang setelah
dilakukan pengolahan. Pembuangan air limbah yang tidak
saniter dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia, karena
dapat menjadi media untuk berkembangnya mikroba pathogen
yang dapat menyebebkan penyakit seperti diare, kecacigan dan
penyakit kulit, air limbah yang penangganannya tidak saniter
selain mengganggu estetika air limbah juga dapat menjadi
pemicu timbulnya masalah social di masyarakat utanya pada
daerah padat penduduk seperti perkotaan.
Dan berdasarlan hasil survey yang ada penanggana air
limbah masyarakat Kelurahan Wangkanapi masih ada rumah
tangga yang belum membuatkan sarana SPAL yaitu pada RW I
terdapat 5(2%) , RW II terdapat 93 (35,6%) dan RW III terdapat
69
5 (2,56%) dan RW IV terdapat 36 (13%). masih dibiarkan
tergenang di pekarangan, dan diharapkan kepada masyarakat
yang belum membuatkan pengolahan air limbah (SPAL) agar
membuatkan sarana agar tecipta lingkungan yang bersih dan
tidak terjadi penyakit bersumber dari air limbah.

e. Pembuangan Sampah Rumah Tangga

Pada table 25 diatas Pada table diatas menjelaskan


bahawa ketersediaan sarana pembuangan sampat rumah tangga
(TPS) menujukan pada RW I ketersediaan TPS tertutup
sebanyak 48 (40%), TPS tidak tertutup sebanyak 65 (54%) dan
tidak tersedia sebanyak 8 (7%) rumah tangga yang ada, RW II
TPS tertutup sebanyak 126 (64%), TPS tidak tertutup 62 (31%)
dan tidak tersedia 9 (5%), RW III TPS tertutup sebanyak 67
(51%), TPS tidak tertutup 58 (44%) dan tidak tersedia 7 (5%),
RW IV TPS tertutup sebanyak 34 (24%), TPS tidak tertutup 29
(20%) dan tidak tersedia 80 (56%).
Berdasarkan hasil survey diatas tentang sarana
pembuangan sampat rumah tangga pada keluarga di Kelurahan
Wangkanapi, terlihat masih ada beberapa keluarga yang tidak
mempunyai tempat pembuangan sampah yaitu pada RW I
masih terdapat 8(7%), RW II terdapat 9(5%), RW III 7(5%) dan
yang paling banyak tidak mempunyai TPS yaitu pada RW IV
yaitu sebanyak 80(56%) keluarga yang tidak mempunyai tempat
sampah. Ketersediaan TPS sangatlah penting dalam penanggana
sampah sementara sebelum di buang ke penampungan
sementara.
Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industry maupun domestic (rumah tangga),
sampah adalah sisa kegiatan sehari- hari manusia atau proses
alam yang berbentuk padat berupa zat organic atau anorganik
bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap
sudah tidak berguna lagi dan di buang ke lingkungan (UU No.
18 Tahun 2008), sampah merupak media tempat berkembang
biaknya bakteri pathogen penyebab penyakit seperti diare dan

70
lainya, selain dapat mencemari lingkungan kini sampah telah
menjadi salah satu masalah global berhubung timbulannya yang
terus meningkat pada setiap harinya yang membutuhkan biaya
tinggi . Oleh sebab itu di hapakan kepada masyarakat kelurahan
Wangkanapi agar menyediakan TPS guna memudahkan
penangganan sampah pada Dinas berwenang dalam
penangganan sampah dengan membuang sampah dengan benar
pada tempatnya.

f. Pembuangan Sampah Pekarangan

Pada table 26 di atas menjelaskan bahwa kondisi


ketersediaan pembuangan sampah pekarangan sementara pada
RW I tersedia sebanyak 201 (80%) dan tidak tersedia sebanyak
51 (20 %), RW II tersedia sebanyak 157 (45%) tidak tersedia
sebanyak 190 (55%), RW III tersedia sebanyak 184 (74%) tidak
tersedia sebanyak 26 (146%), RW IV tersedia 130 (47%) tidak
tersedia sebanyak 146 (53%).
Berdasarkan hasil survey diatas pembuangan sampah
pekarangan masyarakat di Kelurahan terlihat sudah sebangian
besar masyarakat yang menyediakan tempat pembuangan
sampah pekarangan walaupun masih terdapat beberapa keluarga
yang tidak menyediakan tempat pembuangan sampah
pekarangan yaitu di antaranya pada RW I masih terdapat
51(20%), RW II terdapat 190(55%), kemudian pada RW III
terdapat 26(146%), dan pada RW IV terdapat 146 (53%)
masyarakat yang tidak menyediakan tempat pembuangan
sampah dipekarangan.
Banyak masyarakat kita menyerahkan semua masalah
sampahnya kepada petugas pengangkut sampah. Semua sampah
yang ada di rumah biasanya akan dikumpulkan dalam satu
wadah yang natinya akan diserahkan kepada petugas pengambil
sampah tersebut, atau yang lebih parah sampah dibuang di
sembarang tempat (diselokan atau di sugai).
Sepintas kita telah menyerahkan penangganan sampah
pada petugas kebersihan maka selesailah tugas kita , namun
71
sebetulnya sampah akan dibuang dan diolah ke TPA di buat
menjadi kompos atau sebagainya. Dalam memudahkan
pengumpulan ini di butuhkan kerjasama dari seluruh komponen
masyarakat dengan berperilaku baik terhadap pengolahan
sampah dan salah satunya adalah dengan menyediakan tempat
pembuangan sampah pekarangan yang dapat menampung
sampah hasil kegiatan dari dalam rumah sebelum di kumpulkan
oleh petugas yang bertanggungjawab untuk penangganan lebih
lanjut.

g. Pembuangan Ail Limbah Dapur

Pada tabel 27 diatas menunjukan kondisi


pembuangan air limbah yang dihasilkan dari kegiatan dapur
pada rumah tangga RW I di buatkan SPAL sebanyak 145 (58%),
tidak tersedia dan terbuka sebanyak 107 (42%), RW II di
buatkan SPAL sebanyak 208 (61%) , tidak tersedia dan terbuka
sebanyak 39 (29%), RW III di buatkan SPAL sebanyak 209
(88%) , tidak tersedia dan terbuka sebanyak 29 (12%), RW IV di
buatkan SPAL sebanyak 193(72%) , tidak tersedia dan terbuka
sebanyak 75 (28%).
Berdasarkan hasil survey diatas terlihat masih
banyak masyarakat yang air limbahnya mengalir begitu saja dan
tidak dibuatkan SPAL, misalnya saja pada RW I masih terdapat
107 (42%) masyarakat yang tidak mempunyai SPAL, Kemudian
pada RW II terdapat 39(29%) masyarakat yang tidak
mempunyai SPAL. Sementara pada RW III terdapat 29(12%)
masyarakat yang tidak mempunyai SPAL, Kemudian pada RW
IV masih terdapat 75(28%) masyarakat yang tidak mempunyai
SPAL. Dengan melihat hasil survey tersebut di atas di harapkan
kepada masyarakat Kelurahan Wangkanapi agar melakukan
pengolahan air limbah yang di hasilkan dan sekiranya masing-
masing rumah tangga mempunyai kesadaran untuk membuat
SPAL agar air limbah tidak mencemari lingkungan.

h. Jendela Rumah

72
Pada table 28 diatas menunjukan kondisi jendela
perumahan masyarakat Kelurahan Wangkanapi pada RW I
kondisi jendela ada di seluruh ruangan dan kamar dan cukup ada
212(84%) rumah , ada hanya pada sebagian ruang/ kamar 38
(15%) rumah dan tidak terdapat jendela pada kamar tidur ada 2
(1%) rumah, RW II kondisi jendela ada di seluruh ruangan dan
kamar dan cukup ada 198 (58%) rumah , ada hanya pada
sebagian ruang/ kamar 104 (30%) rumah dan tidak terdapat
jendela pada kamar tidur ada 11 (6%) rumah, RW III kondisi
jendela ada di seluruh ruangan dan kamar dan cukup ada 174
(71%) rumah , ada hanya pada sebagian ruang/ kamar 66 (27%)
rumah dan tidak terdapat jendela pada kamar tidur ada 6 (2%)
rumah, RW IV kondisi jendela ada di seluruh ruangan dan
kamar dan cukup ada 114 (42%) rumah , ada hanya pada
sebagian ruang kamar 132 (49%) dan tidak terdapat jendela pada
kamar tidur ada 24 (9%) rumah
Berdasarkan data diatas, maka Kondisi jendela
kamar dan ruangan keluarga belum memenuhi syarat, sehingga
resiko penularan penyakit lingkungan relative tinggi, Hasil
survey di atas masih ditemukan rumah yang tidak memiliki
jendela, hal ini meyebabkan sirkuasi udara dan pencahayaan
menjadi kurang.
Jendela merupakan salah satu komponen fidsik rumah yang
berfungsi sebagai penghawaan dan pencahayaan pada ruangan
agar tidak menimbulkan ganguan penglihatan pada penghuninya
serta dapat meminimalisir resiko penularan penyakit infeksi
seperti penyakit TBC. Syarat jendela rumah yang memenuhi
syarat paling kurang mempunyai luas 10 -20 % dari luas lantai
ruangan. Menurut Djaso Sanropie, i989 pencahayaan rumah
terdiri dari :
1. Pencahayaan alami
Penvahayaan alami diperoleh melalui masuknya sinar
matahari ke dalam rumah melalui jendela atau celah celah
ruangan yang terbuka, sehingga pencahayaan alami sangat di
pengaaruhi oleh letak dan lebar jendela.
2. pencahayaan Buatan
73
Pencahayaan buatan dapat diperoleh melalui lampu yang
dipasang pada masing masing ruangan. Lampu yang
digunakan misalnya fluorescen (neon), karena kuat
penerangannya rendah namun menghasilkan cahaya kuat
bila dibandingkan dengan lampu pijar. Menurut WHO
kebutuhan cahaya standard untuk kamar tidur dan keluarga
60-120 lux, sedangkan untuk ruang baca dan kerja minimal
150 atau sama dengan 10 wat lampu TL atau 40 watt lampu
pijar.
Dan berdasarkan hasil survey ini diharapkan kepada rumah
masyarakat yang belum memiliki jendela rumah agar segera
mengupayakan membuat jendela sebagai salah satu syarat
rumah sehat dan segi estetika dapat memperindah rumah.

i. Ventilasi Dan Lubang Penghawaan

Pada table 29 Pada tabel diatas menjelaskan kondisi


ketersediaan sarana ventilasi dan lubang penghawaan pada
perumahan masyarakat Kelurahan Wangkanapi, pada RW I ada
jendela, ada lubang angin/ventilasi sebanyak 237 (94%) rumah,
14 (6%) rumah ada jendela tetapi tidak terdapat ventilasi , tidak
ada jendela dan tidak ada ventilasi sebanyak 1 rumah. RW II ada
jendela, ada lubang angin/ventilasi sebanyak 224 (64%) rumah,
94 (27%) rumah ada jendela tetapi tidak terdapat ventilasi , tidak
ada jendela dan tidak ada ventilasi sebanyak 32(9%) rumah. RW
III ada jendela, ada lubang angin/ventilasi sebanyak 216 (86%)
rumah, 25 (10 %) rumah ada jendela tetapi tidak terdapat
ventilasi , tidak ada jendela dan tidak ada ventilasi sebanyak
11(4%) rumah. RW IV ada jendela, ada lubang angin/ventilasi
sebanyak 163 (59%) rumah, 88 (32 %) rumah ada jendela tetapi
tidak terdapat ventilasi , tidak ada jendela dan tidak ada ventilasi
sebanyak 25(9%) rumah.
Dari hasil survey terlihat bahwa sebagian rumah
terdapat jendela namun tidak ventilasi atau lubang penghawaan
10 % dari luas lantai . berdasarkan data hasil survey ini masih
cukup banyak rumah yang tidak memenuhi syara kesehatan
resiko penularan penyakit berbasis lingkungan relative tinggi
74
seperti ISPA, pneumoni dan penyakir saluran pernapasan
lainnya.
Ventilasi atau lubang penghawaan merupakan proses
penyediaan udara segar ke dalam ruangan dan pengeluaran
udara kotor baik secara alamiah maupun buatan (asap kegiatan
dapur rumah tangga). Rumah yang tidak memiliki ventilasi yang
tidak baik dapat memberikan pengaruh buruk terhadap
kesehatan penghuninya, diantaranya :
1. Berkurangnay kadar oksigen dalam ruangan
2. Bertambahnya kadar CO2 dari hasil pernapasan manusia
3. Bau pengap yang di keluaraka oleh kulit, pakaian dan bau
mulut manusia
4. Suhu udara ruangan akan meningkat akibat panas yang
dikeluarkan oleh manusia
5. Kelembaban udara akan meningkat akibat penguapan air dari
kulit dan pernapasan manusia (Djasio Sanropi, 1989)
Oleh sebabitu ventilasi mempunyai peranan penting pada
sebuah ruamah dan diharapkan kepada masyarakat Kelurahan
Wangkanapi yang rumahnya belum memiliki ventilasi agar
mengupayakan membuatkan ventilasi.

j. Kondisi Lantai Rumah

Pada table 30 Pada tabel diatas menjelaskan bahwa


kondisi lantai rumah masyarakat Kelurahan Wangkanapi,
berlantai tanah pada seluruh ruangan masih ada 34 (3,02%)
rumah masyarakat, plaster/semen sebagian ruang/kamar
sebagian tanah 84 (7,46%) rumah, plaster/semen pada seluruh
rauangan 420 (37,30%) rumah, Ubin /kramik pada sebagian
ruangan/kamar 193 (17,14%) rumah, ubin / kramik pada seluruh
ruangan 325(28,86 %) dan lainnya yaitu papan dan bambu 70
(6,22,%).
Dari data hasil survey diatas yakni masih ditemukan
rumah berlantai tanah dan sebagian plaster/semen, sebagian
masih berlantai tanah. Melihat uraian diatas, maka resiko
timbulnya penyakit berbasis lingkungan sangat tinggi konstruksi
lantai yang tidak kuat dan lembab dapat menjadi media tempat
bersemayamnya migroorganisme pathogen yang dapat

75
merugikan kesehatan seperti bakteri, virus dan cacing. Lantai
merupakan salah satu komponen rumah yang harus memiliki
konstruksi yang cukup kuat untuk menahan beban diatsnya,
mudah di bersihkan dan kedap air agar tidak lembab, oleh sebab
itu di harapkan kepada masyarakat yang masi menggunakan
lantai tanah mengupayakan agar membuat lantai yang
memenuhi sarat kesehatan.

k. Ruang / Kamar Tidur

Pada table diatas menunjukan keberadaan ruang


kamar tidur pada perumahan masyarakat Kelurahan Wangkanapi
adalah kamar tidur dengan kondisi terang dan tidak lembab pada
RW I terdapat 240 (95 %). ada tidak terang dan lembab terdapat
12 (5%) dan sudah tidak ada rumah yang tidak memiliki kamar
tidur. RW II terdapat 276 (79 %) rumah yang terang dan tidak
lembab. ada tidak terang dan lembab terdapat 62 (18%) dan
sudah tidak ada rumah yang tidak memiliki kamar tidur. RW III
terdapat 206 (82%) rumah yang terang dan tidak lembab. ada
tidak terang dan lembab terdapat 43 (17%) dan tidak ada ruang
tidur sama sekali terdapat 3(1%). RW IV terdapat 233 (85%)
rumah yang terang dan tidak lembab. ada tidak terang dan
lembab terdapat 33 (12%) dan tidak ada ruang tidur sama sekali
terdapat 9(3%).
Menurut Kemenkes RI nomor 829/
MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan
Perumahan, Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
Rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi kriteria
sehat minimum komponen rumah dan saranan sanitasi dari 3
komponen rumah (rumah, sarana Sanitasi, dan perilaku).
Beberapa persyaratan Rumah Sehat menurtut
Winslow dan APHA harus memenuhi persyaratan :
1. Pencahayaan yang cukup baik cahaya alam maupun buatan.
2. Penghawaan (ventilasi) yang cukup untuk proses pergantian udara dalam
ruangan, kualitas udara dalam rumah yang memenuhi syarat adalah

76
bertemperatur ruangan sebesar 18 derajat sampai 30 derajat dengan
kelembaba udara sebesar 40 % - 70% , ukuran ventilasi alamiah adalah
pergantian udara secara alami tidak melibatkan alat mekanis (ekxhause, AC)
3. Memenuhi kebutuhan Phychologogis yaitu terjaminnya tenangan dan
kebebasan (praivecy) penghuni.
4. Memiliki jumlah kamar/ruang tidur dan pengaturannya disesuaikan dengan
umur dan jenis kelamin, ukuran kamar tidur anak kurang 5 tahun minimal 4,5
M dan yang lebih dari 5 tahun minimal 9 M. Kepadatan hunian ditentukan
dengan jumlah kamar tidur di bagi jumlah penghuni (sleeping density) yaitu,
baik atau sama dengan 0,7 dan cukup bila kepadatan antara 0,5 0,7.
Dari hasil survey ini rata- rata masyrakat telah menyediakan
ruang/kamar tidur namun dari segi kesehatan masih terdapat
ruang/kamar tidur yang tidak terang dan lembab, dan juga
masih ada beberapa rumah tangga yang sama sekali tidak
mempunyai kamar tidur, Misalnya saja pada RW II masih
terdapat 12 (3%) masyarakat yang tidak mempunyai kamar
tidur, pada RW III masih terdapat 3 (1%) dan RW IV masih
terdapat 9 (3%) masyarakat yang tidak mempunyai kamar
tidur. Dan untuk meningkatkan status kesehatan diharapkan
masyarakat yang belum menyediakan dan yang sudah, agar
membuatakan Ventilasi dan jendela yang cukup guna tecipta
ruang/kamar yang memenuhi syarat.

l. Langit Langit Rumah

Pada table 32 diatas menjelaskan bahwa kondisi


langit-langit rumah masyarakat Kelurahan Wangkanapi pada
RW I terdapat 41 (16%) rumah menggunakan asbes, 194 rumah
(77%) menggunakan triplex, 3 rumah (1%) menggunakan
anyaman bambu dan 14 (6%) rumah tidak menggunakan langit-
langit atau plafon rumah, RW II terdapat 15 (4%) rumah
menggunakan asbes, 194 rumah (56%) menggunakan triplex, 7
rumah (2%) menggunakan anyaman bambu dan 133 (38%)
rumah tidak menggunakan langit- langit atau plafon rumah. RW
III terdapat 18 (7%) rumah menggunakan asbes, 105 rumah
(56%) menggunakan triplex, 20 rumah (8%) menggunakan
anyaman bambu dan 98 (41%) rumah tidak menggunakan

77
langit- langit atau plafon rumah. RW IV terdapat 9 (3%) rumah
menggunakan asbes, 181 rumah (66%) menggunakan triplex, 4
rumah (1%) menggunakan anyaman bambu dan 80 (29%)
rumah tidak menggunakan langit- langit atau plafon rumah.
Perlu diketahui bahwa langit-langit rumah
merupakan salah satu komponen fisik rumah yang berfungsi
untuk menutup rangka kuda kuda penyangga agar terlihat
bersih dan rapi, menahan debu dan benda berbahaya yang
berasal dari atap rumah, menahan tetesan air hujan yang
menembus celah celah atap serta menahan panas agar tidak
menjalar ke dalam ruangan.
Kuantitas debu yang banyak ditemukan di dalam
ruamah dapat menimbulkan beberapa penyakit seperti ISPA,
Pneumoconiosis, bronchitis dan penyakit salauran napas lainya.
Langit langit yang baik harus memenuhi criteria :
1. Dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap
2. Harus dapat menutup kerangka atap kuda kuda penyangga
dengan konstruksi bebas tikus.
3. Tinggi minimal 2,40m dari lantai.
Dengan demikian diharapakan kepada rumah
masyarakat yang belum membuat langit langit rumah agar
mengupayakan membuat langit langit rumah.

m. Kandang Ternak

Pada table 33 diatas menunjukan bahwa kondisi


kandang ternak masyarakat Kelurahan Wangkanapi pada RW I
terpisah dari rumah sebanyak 54 (21%), menempel pada rumah
11 (4%) dan tidak memiliki kandang ternak sebanyak 187 (74%)
rumah masyarakat, RW II terpisah dari rumah sebanyak 41
(14%), menempel pada rumah 16 (5%) dan tidak memiliki
kandang ternak sebanyak 245 (81%) rumah masyarakat, RW III
terpisah dari rumah sebanyak 52 (24%), menempel pada rumah
21 (10%) dan tidak memiliki kandang ternak sebanyak 143
(66%) rumah masyarakat, RW IV terpisah dari rumah sebanyak
41 (16%), menempel pada rumah 17 (7%) dan tidak memiliki
kandang ternak sebanyak 192 (77%) rumah masyarakat.

78
Kandang merupakan salah satu kebutuhan penting
dalam usaha pertenakan, kandang adalah stuktur atau bangunan
di mana hewan ternak dipelihara. Fungsi kandang utama
kandang adalah untuk menjaga hewan ternak tidak berkeliaran
dan mudah pemantauan serta perawatan ternak.
Kandang sehat harus mempunyai persyaratan
sebagai berikut :
1. Harus memperhatikan factor hygiene lingkungan yaitu untuk
menjamin kesehatan dan lingkungan sekitar.
2. Letak bangunan harus jauh dari pemukiman pendududuk,
kandang di dalam rumah dan tertutup dapat menarik vector
penyakit antara lain aconitus (zoophilic) sehingga dengan
midah kontak dengan manusia. Jarak kandang dari rumah
minimal 10 -20 meter dari rumah.
3. Tidak berdekatan dengan sumber air yang digunakan sebagai
sumberi air bersih
4. Terdedia cahaya dan sirkulasi udara yang cukup.
5. Mempunyai konstrusi kuat dan lantai kedap air dan mudah
dibersihkan.
Sampai saat ini telah banyak terjadi kasus penyakit
bersumber dari binatang ternak dan sampai saat ini terus
berkembang dan cukup sulit dalam penanggananya. Diketahui
bersama kasus penyakit flu burung, flu babi, penyakit shar,
cikungunya, filariasis (kaki gajah) oleh nyamuk cuklex dan
mansonia serta zika yang saat ini lagi trent di masyarakat
merupakan penyakit penyakit yang bersumber dari binatang
ternak yang telah banyak menimbulkan penderitaan penyakit
dan kematian. Kasus flu burung misalnya dalam waktu singkat
100 penderita flu burung meninggal dalam waktu singkat karena
kerusakan paru paru (artikel Kesehatan Lingkungan, Himpunan
Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia , 2017)
Oleh sebab itu masalah kandang bukanlah masalah
sederhana, banyak masyarakat mengabaikan hal ini dan masih di
anggapa hal wajar. Darinya itu di harapkan kepada masyarakat
Kelurahan Wangkanapi, khususnya yang memilik kandang
ternak baik yang terpisah, apalagi yang menempel menjadi satu
dengan rumah agar mengupayakan memisahkan kandang
ternaknya dari rumah dan selalu menjaga kebersihan dan

79
hygenitas kandang ternaknya guna mencegah penularan
penyakit hewan kepada manusia.

n. TOGA Dan Ketersediaan Perbekalan P3K

Pada table 34 diatas menunjukan penggunaan TOGA


dan ketersediaan P3K dalam rumah tangga masyarakat
Kelurahan Wangkanapi menunjukan pada RW I memiliki dan
memanfaatkan TOGA dan tersedia P3K sebanyak 144 (82%)
dan tidak memiliki TOGA dan ketersediaan P3K sebanyak 31
(18%), RW II memiliki dan memanfaatkan TOGA dan tersedia
P3K sebanyak 63 (34%) dan tidak memiliki TOGA dan
ketersediaan P3K sebanyak 120 (66%), RW III memiliki dan
memanfaatkan TOGA dan tersedia P3K sebanyak 74 (36%) dan
tidak memiliki TOGA dan ketersediaan P3K sebanyak 129
(64%), RW IV memiliki dan memanfaatkan TOGA dan tersedia
P3K sebanyak 70(54%) dan tidak memiliki TOGA dan
ketersediaan P3K sebanyak 59 (46%)
Toga adalah berbagai jenis tananman yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan obat bagi keluarga. Ditanam
disekitar rumah dan diperlakukan sebagai tanaman yang
memperindah halaman rumah.
Tujuan utama budidaya tanaman obat adalah untuk
melindungi dan meningkatkan kesejahtraan masyarakat serta
melestarikan kekayaan alam melalui tanaman yan ada disekitar
kita. Manfaat dari TOGA diantaranya :
1. Pencegahan penyakit jika digunakan secara dini dan kontinyu.
2. Pengobatan pertama pada kecelakaan (P3K).
3. Untuk mempercantik diri
4. Membentuk mikro udara sejuk dan nyaman, bernilai estetika dapat
mengurangi stress.
5. Sumber ekonomi keluarga dan murah, mudah didapat serta efek samping
yang ditimbukan sangat kecil bila digunakan sesuai takaran.
Ada banyak tanaman obat yang bisa di manfaatkan
sebagai obat diantaranya jahe, bawang putih, cabe, jeruk nipis,
belimbing, mangkudu, pinang, kunyit, lengkuas, daun sendok
dan lain sebagainya.
Dan pada hasil survey di atas dapat terlihat bahwa
masih terdapat masyarakat yang tidak mempunyai TOGA di

80
pekarangan rumah misalnya pada RW II dari 183 rumah tangga
yang ada hanya 63 rumah tangga yang mempunyai toga. Oleh
karena itu di harapkan kepada masyarakat Kelurahan
Wangkanapi agar lebih memanfaatkan tanaman obat untuk
pertolongan pertama pada kasus penyakit yang diderita selain
mudah didapat cara pengolahannya juga mudah dan yang
terpenting berkasiat dan lebih ekonomis.

o. Pemanfaatan Jamu Untuk Pengobatan Dan Kebugaran


Tubuh
Pada table 35 Pada table diatas menunjukan bahwa
pemanfaatan jamu oleh masyarakat Kelurahan Wangkanapi
adalah pada RW I memanfatkan sebanyak 45 (18%) , tidak
memanfaatkan jamu sebanyak 207 (82%), RW II memanfatkan
sebanyak 43 (12%) , tidak memanfaatkan jamu sebanyak 306
(88%), RW III memanfatkan sebanyak 38 (16%) , tidak
memanfaatkan jamu sebanyak 204 (84%), RW IV memanfatkan
sebanyak 28 (10%) tidak memanfaatkan jamu sebanyak 246
(90%).
Obat alami sudah dikenal dan digunakan di seluruh
dunia sejak beribu tahun yang lalu (Sidik, 1998). Di Indonesia
penggunaan obat tradisional lebih dikenal sebagai Jamu, dapat
berasal dari sumber alami biotic maupun anbiotik. Sumber biotic
meliputi jasat renik, flora, dan fauna serta biota laut, sedangkan
abiotik meliputi sumber daya daratan, perairan dan porensi alam
lainya. Indonesia dianugrahi keaneka ragaman hayati lebih
30.000 spesien tanaman dan 940 spesies diantaranya di ketahui
berkasiat sebagai obat atau digunakan sebagai bahan obat
(puslitbangtri, 1992). Yang dimaksud dengan obat alamiah
adalah sediaan obat, baik berupa obat tradisional, fitofarmaka
dan farmasetik dapat berupa simlisa (bahan segar atau di
keringkan), dan ekstrak dari tanaman obat. Di saat ini banyak
masyrakat lebih memilih menggunakan obat tradisional dengan
anggapan lebih aman, harganya murah dan berkasiat.
Dan berdasarkan hasil survey tentang penggunaan
Jamu oleh masyarakat kelurahan Wangkanapi sebagai obat
alternative pengobatan dan kesegaran tubuh di peroleh data,
81
masih di bawah 50 % masyarakat yang menggunakan jamu
sebagai obat alternatif, alasannya bermacam-macam diantaranya
karena tidak terbiasa dan tidak menyukai bau dan rasa dari jamu
tersebut. Berdasarkan data ini perlu perhatian semua pihak
dalam memberikan informasi jelas tentang penatalaksanaan
penggunaan tanaman sebagai obat agar masyarakat lebih
memilih menggunakan obat taradisional atau jamu baik dalam
pengobatan penyakit yang di derita maupun dalam menjaga
kebugaran tubuh.

5. Perilaku

a. Perilaku Merokok

Pada table diatas menunjukan perilaku merokok


pada keluarga di kelurahan Wangkanapi adalah pada RW I
perilaku merokok terdapat 149 (59%) keluarga dan tidak
merokok sebanyak 103 (41%) keluarga, RW II perilaku
merokok terdapat 199 (57%) keluarga dan tidak merokok
sebanyak 151 (43%) keluarga, RW III perilaku merokok
terdapat 125 (53%) keluarga dan tidak merokok sebanyak 113
(47%) keluarga, RW IV perilaku merokok terdapat 167(61%)
keluarga dan tidak merokok sebanyak 109 (39%) keluarga.
Perilaku adalah dalam arti luas, perilaku ini
mencakup segala sesuatu yang dilakukan seseorang. ideide,
impianimpian, reaksi reaksi kelenjar, lari, mengerakan sesuatu
adalah sebaran respon (reaksi tanggapan, jawaban, balasan)
yang dilakukan oleh suatu organisme. Perilaku dalam prefektif
sempit, Perilaku adalah reaksi yang dapat di amati secara umum
atau objektif (chaplin, 2005). Menurut Atkinsson dkk
menyatakan bahwa Perilaku adalah aktifitas suatu organisme ini
di pengaruhi oleh factor stimulus yang diterima, baik stimulus
internal maupun stimulus eksternal.
Perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres
dan factor eksternal (factor lingkungan ,social seperti
terpengaruh oleh teman teman (sari dkk (2003).
Perilaku merokok adalah aktifitas mengisap atau
menghirup asap rook dengan menggunkan pipa atau rokok.
Perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau
82
ketagihan tetapi bisa menjadikan seseorang ketergantungan
/kecanduan rokok atau tembakau.
Perilaku merokok adalah salah satu perilaku yang
mempunyai dampak luas dalam keluarga dan masyarakat
berpengaruh merugikan terhadap phisikososial ekonomi dan
kesehatan baik perokok maupu keluarga. Di Indonesia 69 %
rumah tangga memiliki alokasi pengeluaran minimal 1 orang
anggota keluarga yang merokok, pengaruh perilaku merokok
berdampak buruk bagi perekonomian keluarga, jika seseorang
rata rata mengelurkan 20 ribu rupiah per hari, maka dalam
sebulan dibutuhkan 600 ribu rupiah hanya untuk membeli rokok,
bila suatu keluarga berpendapatan 1 juta perbulan maka 60%
penghasilannya hanya untuk membeli rokok. Di Indonesia 85,4
% perokok berusia diatas 10 tahun dan 40,5 % populasi
terpapar asap rokok di dalam rumah (Riset Kesehatan Dasar
Nasional tahun 2007).
Perilaku merokok merupakan perilaku yang
menambah berat bebani ekonomi keluaraga terlebih bahaya
yang ditimbulkan dari perilaku merokok, berjuta racun yang
dikeluarkan dari asap rokok (acrolein merusak saraf, karbon
monoksida menganggu homoglobin darah, nikotin ganguan
jantung dan lain sebagainya). Dampak buruk perilaku merokok
adalah bagi orang yang berada di sekitar perokok (perokok
pasif) yaitu pencemaran udara ,seseorang yang terpapar asap
rokok secara langsung menghirup asap meskipun ia tidak
berperilaku merokok dan perokok pasif adalah yang palang
beresiko terhadap bampak buruk rokok bagi kesehatan. Kasus
kanker paru, kanker tenggorokan dan menurunnya angka usia
harapan hidup dari perilaku merokok adalah dampak yang
timbul dari perilaku merokok.
Ada banyak dampak buruk dari perilaku merokok
dapat menurunkan kualitas hidup dan keluarga, kekurangan gizi
keluarga, tidak terencana pendididkan anak yang baik dan lain
sebagainya.
Dan dari hasil survey terhadap masyarakat
Kelurahan Wangkanapi masih lebih banyak masyarakat yang
merokok dari pada yang tidak merokok. Ini bisa terlihat dari
83
hasil persentase di tiap RW, dari total masyarakat yang ada rata-
rata yang merokok masih di atas 50 % dibandingkan dengan
masyarakat yang tidak merokok. berdasarkan data ini masalah
perilaku merokok merupakan salah satu masalah kesehatan yang
ada dan perlu penanggan dari segala pihak, penyuluhan bahaya
rokok dan dampaknya harus terus ditingkatkan dan yang
terpenting dibutuhkan kesadaran oleh masyarakat itu sendiri.

b. Perilaku Mencuci Tangan Dengan Sabun Sebelum Makan

Pada table 37 diatas menjelaskan bahwa perilaku


mencuci tangan dengan sabun sebelum makan masyarakat
Kelurahan Wangkanapi adalah sebagai berikut, pada RW I
Perilaku mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
sebanyak 249 (99%) dan Perilaku tidak mencuci tangan dengan
sabun sebelum makan sebanyak 3 (1%), RW II Perilaku mencuci
tangan dengan sabun sebelum makan sebanyak 155 (76%) dan
Perilaku tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
sebanyak 82 (24%), RW III Perilaku mencuci tangan dengan
sabun sebelum makan sebanyak 235 (96%) dan Perilaku tidak
mencuci tangan dengan sabun sebelum makan sebanyak 11
(4%), RW IV Perilaku mencuci tangan dengan sabun sebelum
makan sebanyak 198(74%) dan Perilaku tidak mencuci tangan
dengan sabun sebelum makan sebanyak 71 (26%).
Hingga saat ini , masih banyak anak Indonesia yang
meninggal karena Diare, juga anak anak karena kecacingan.
Selain itu masih ada pula anak dan orang dewasa tertular
terinveksi virus flu burung pada hal dengan melakukan perilaku
sederhana, cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebenarnya sudah
dapat mengurangi resiko tertular penyakit tersebut. Data WHO
menunjukan perilaku CTPS mampu mengurangi angka kejadian
diere sebanyak 45 %. Telah terbukti bahwa CTPS mampu
mencegah penyakit kecacingan serta mampu menurunkan kasus
infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan flu burung. (Menkes
RI, dr. Nafsia Mboi, Sp.A, MPH, hari duta sanitasi 2012)
Membiasakan mencuci tangan pakai sabun sebelum makan
sebuah perilaku sederhana tetapi berdampak luar biasa.

84
Dan dari hasil survey yang ada perilaku masyarakat
Kelurahan Wangkanapi sudah relative sangat baik hampir 80%
masyarakat melakukannya dan diharapkan perilaku ini tepat dan
bila perlu ditingkatkan agar tercipta masyrakat sehat di
kelurahan Wangkanapi.

c. Perilaku Gosok Gigi 2 Kali Sehari

Pada table 38 di atas menunjukan perilaku


mengosok gigi 2 kali sehari pada masyarakat Kelurahan
Wangkanapi adalah pada RW I sudah seluruhnya melakukan
gosok gigi 2 kali sehari yaitu sebanyak 252 (100%), RW II
melakukan sebanyak 333 (95%), tidak melakukan sebanyak
18(5%), RW III melakukan sebanyak 239 (98%), tidak
melakukan sebanyak 5 (2%), RW IV melakukan sebanyak 261
(94%), tidak melakukan sebanyak 16 (6%).
Gigi adalah bagian terkeras dalam mulut memiliki
fungsi sebagai pengunyah makanan. Kebanyakan orang tidak
memperdulikan kesehatan gigi dan mulut, namun jika gigi dan
mulut tidak terawat dengan baik dapat menagkibatkan hal fatal
yaitu gigi berlubang.selain menggangu fungsi pencernaan
makanan, gigi yang tidak sehat bias menyebabkan bau yng tidak
sedap dan menggangu penampilan seseorang. Banyak cara
penyuluhan tentang cara merawat gigi dengan benar melalui
media (cetak dan Elektronik), namun saat ini masih banyak yang
belum memahami manfaat dan cara menyikat gigi dengan benar.
Para ahli berpendapat menggosok gigi 2 kali sehari
waktu tepat meggosok gigi yaitu saat pagi setelah makan dan
malam sebelum tidur. Gigi berlubang merupakan jalan bakteri
masuk ke jaringan tubuh, mengikuti aliran darah dan dapat
mengakibatkan gangguan pada jantung. Dan berdasarkan hasil
survey perilaku gosok gigi masyarakat Kelurahan Wangkanapi
2 kali sehari sudah sangat baik rata rata pada setiap RW di atas
90 %.

d. Perilaku Minum Miras

Pada table 39 di atas menunjukan perilaku


masyrakat Kelurahan Wangkanapi terhadap pemakaian
85
minuman keras adalah pada RW I terdapat 1 (0%) masyarakat
berperilaku meminum minuman beralkohol dan tidak
berperilaku meminum minuman beralkohol sebanyak 251
(100%) masyarakat, RW II terdapat 64 (18%) masyarakat
berperilaku meminum minuman beralkohol dan tidak
berperilaku meminum minuman beralkohol sebanyak 283 (82%)
masyarakat, RW III terdapat 25 (10%) masyarakat berperilaku
meminum minuman beralkohol dan tidak berperilaku meminum
minuman beralkoohon sebanyak 220 (90%) masyarakat, RW IV
terdapat 20 (7%) masyarakat berperilaku meminum, minuman
beralkohol dan tidak berperilaku meminum, minuman
beralkohol sebanyak 257(93%) masyarakat.
Perilaku minum minuman keras menjadi salah satu
masalah yang cukup besar sejak dulu, perilaku ini terjadi hampir
pada semua lapisan masayarakat baik itu pelajar, mahasiswa,
bahkan para eksekutif berusia tua dan muda. Perilaku minum,
minuman keras juga menjadi masalah yang cukup meresahkan
masyarakat karena banyak masalah yang ditimbukannya,
semakin banyak kasus kriminalitas, kekerasan dalam rumah
tangga dan masalah social lainnya. dapat terjadi dikarnakan
meminum minuman beralkohol. Sekitar 25.000 orang terbunuh
(Santrok, 1995). Selain merusak kesehatan sacara fisik,
kebiasaan minum alkohol juga dapat menimbulkan gangguan
kepribadian seperti mudah tersinggung, sering merasa emosi dan
sikap agresif.
Perilaku minum minuman keras pada hasil survey
masyarakat kelurahan Wangkanapi bisa terlihat pada RW II
terdapat 18%, RW III 10 %, dan RW IV 7 % masyarakat yang
meminum minuman keras. Dengan demikian secara langsung
atau tidak langsung merupakan ancaman keamanan keluarga di
lingkungan kelurahan Wangkanapi. Oleh sebab itu perlu kerja
sama semua pihak agar perilaku ini berkurang agar tercipta
stbilitas keamana lingkungan masyarakat.

e. Perilaku PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk 1 Minggu


Sekali)

86
Pada table 40 diatas menjelaskan bahwa perilaku
masyarakat terhadap kegiatan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) seminggu sekali adalah pada RW I terdapat 242 (96%)
masyarakat melakukan dan 10 (4%) masyarakat tidak
melakukan PSN, RW II terdapat 203 (58%) masyarakat
melakukan dan 147 (42%) masyarakat tidak melakukan PSN,
RW III terdapat 180 (77%) masyarakat melakukan dan 53 (23%)
masyarakat tidak melakukan PSN, RW IV terdapat 110(39%)
masyarakat melakukan dan 172 (13%) masyarakat tidak
melakukan PSN
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) merupakan
upaya pemberantasan jentik atau mencegah agar nyamuk tidak
dapat berkembang biak. Kegiatan PSN meliputi :
1. Menguras tempat penampungan air (bak dan senisnya)
seminggu sekali.
2. Menutup rapat tempat penampungan air yang digunakan
agar nyamuk tidak dapat masuk dan bertelur
3. Mengganti air yang digunakan pada kegiatan tertentu (vas
bunga, minuman burung dan lain sebagainya) seminggu
sekali.
4. Membersihkan lingkungan dengan mengubur barang bekas
yang dapat menampung air hujan.
Wabah demam berdarah yang sering terjadi disebabkan oleh
nyamuk Aides Aigepty yang hidup dan berkembang biak
dalam penampungan air bersih masyarakat. 1 kejadian
demam berdarah adalah merupakan kasus kejadian luar biasa
(KLB).
Dari hasil survey perilaku masyarakat Kelurahan
Wangkanapi sebagian masyarakat sudah punya kesadaran untuk
melakukan pemberantasan nyamuk dirumah masing-masing
walaupun masih ada beberapa RW yang masih belum
sepenuhnya melakukan kegiatan PSN tersebut seperti terlihat
pada RW II masih terdapat 42% masyarakat yang tidak
melakukan kegiatan PSN, begitu pula pada RW IV masih
terdapat 61 % masyarakat yang belum melakukan kegiatan PSN
tersebut. dari hasil survey surveilens ditemukan ada 5 kasus
demam berdarah yang terjadi 3 bulan terakhir di Kelurahan
Wangkanapi, dan sebagaimana sudah di jelaskan sebelumnya
87
bahaya deman berdarah maka di harapkan kepada masyarakat
Kelurahan Wangkanapi agar membiasakan melakukan kegiatan
PSN di rumah masing masing agar mencegah terjadinya
penyakit demam berdarah.

f. Perilaku Mandi 2 Kali Sehari

Pada table 41 diatas menerangkan bahwa perilaku


masyarakat mandi 2 kali sehari adalah pada RW I sudah
seluruhnya menerapkan prilaku mandi 2 kali sehari yaitu
sebanyak 252 (100%), RW II terdapat 332(95%) melakukan dan
19(5%) tidak melakukan mandi 2 kali sehari, RW III terdapat
209 (98%) melakukan dan 4(2%) tidak melakukan mandi 2 kali
sehari, RW IV terdapat 251(91%) melakukan dan 25(9%) tidak
melakukan mandi 2 kali sehari.
Mandi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menghilangkan segala kotoran, dan bakteri yang melekat di
tubuh. Kegiatan ini dilakukan umumnya 2 kali sehari dengan
tujuan agar badan tetap bersih, segar dan sehat. Mandi 2 kali
sehari dianjurkan karena manusia memiliki lebih dari 3 juta
kelenjar keringat yang bisa ditemukan di dermatitis dan
permukaan kulit, saat melakukan aktifitas fisik kelenjar tersebut
mengeluarkan keringat. Pengeluaran keringat tersebut disertai
dengan keluarnya kotoran dari dalam tubuh maka jika itu
dibiarkan maka akan berakibat munculnya bau badan yang
sangat mengganggu.
Bagi sebagian orang, mandi merupakan sebuah
beban. Mereka beralasan karena sedang terburu buru atau
alasan hawa dingin. Masalah yang timbul akibat tidak mandi 2
kali sehari diantranya :
1. Timbulnya penyakit gatal gatal
2. Bau badan
3. Gangguan susah tidur
4. Gangguan eksema (peradangan kulit)
5. Stres dan depresi
6. Meningkatnya suhu tubuh
7. Tubuh menjadi lemas dan tidak bergairah dan
8. Efek social (merasa tidak nyaman )

Dari data hasil survey diatas perilaku mandi 2 kali


sehari masyarakat Kelurahan Wangkanapi sudah relatif baik,
88
namun masih ada masyarakat yang belum sepenuhnya
melakukan yakni pada RW II terdapat 19(5%) dan RW IV
25(9%) masyarakat yang belum menerapkan prilaku mandi 2
kali sehari, Oleh karena itu diharapkan kepada masyarakat yang
belum melakukan perilaku mandi 2 kali sehari di harapkan agar
melakukan perilaku tersebut agar terhindar dari berbagai macam
penyakit yang tidak di inginkan terutama penyakit kulit.

g. Perilaku Minum Air Yang Dimasak Lebih Dulu

Pada table 42 table diatas menerangkan bahwa


perilaku minum dengan air yang dimasak lebih dahulu adalah
pada RW I terdapat 245(97%) melakukan dan 7(3%) tidak
melakukan, RW II Iterdapat 248(71%) melakukan dan 103(29%)
tidak melakukan, RW III Iterdapat 231(95%) melakukan dan
13(5%) tidak melakukan, RW IV Iterdapat 172(62%) melakukan
dan 104 (38%) tidak melakukan.
Menurut permenkes RI. No 416/
Menkes/Per/IX/1990 air bersih adalah air yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabilah telah dimasak,
sedangkan air minum adalah air yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum (Permenkes RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010)
Berdasarkan hasil survey di atas perilaku masyarakat
Kelurahan Wangkanapi terhadap minum air yang telah dimasak
sudah sangat baik, ini terlihat dari hasil survey yang dilakukan
rata-rata sudah di atas 98 % masyarakat yang minum air yang
tidak dimasak namun telah melalui pengolahan yakni air yang
bersumber dari depot pengisian ulang air minum. Penggunaan
air isi ulang depot air minum memang dirasa membantu lebih
prakstis dan murah dibanding dengan memasak air, namun yang
perlu di perhatikan oleh masyarakat agar jeli memilih depot air
minum isi ulang yang telah terdaftar dan bersertifikat layak dan
sehat yang di keluarkan oleh Dinas Kesehatan Kota Baubau.
Permenkes No. 43 Tahun 2104 tentang Higiene
Sanitasi Depot Air Minum adalah salah satu regulasi pemerintah
melindungi masyarakatnya dalam memperoleh air minum
dengan kualitas yang memenuhi syarat kesehatan baik syarat
89
fisik, kimia, dan bakterioliogis, pada depot air minum tidak
terdapat proses pemanasan selayaknya proses merebus air yang
merupakan proses pengolahan zat kapur air, zat kapur dapat di
atasi dengan proses pemanasan, pada depot pengolahan zat
kapur menggunakan penyaring Reasis Osmosis (RO). oleh
sebab itu di sarankan kepada masyarakat memilih depot yang
bersertifikat layak dan sehat guna mencegah tejadinya penyakit
yang bersumber dari air isi ulang utamanya penyakit batu ginjal
dan lainnya.

h. Perilaku Buang Air Besar Di Jamban

Pada table 43 diatas menunjukkan bahwa perilaku


masyarakat buang air besar di jamban pada RW I sudah
252(100%) masyarakat yang buang air besar dijamban, begitu
pula pada RW II masyarakat sudah 348(100%) buang air besar
dijamban. RW III melakukan sebanyak 241(98%) dan sisanya
sebanyak 4(2%) masyarakat tidak buang air besar dijamban,
RW IV melakukan sebanyak 273(99%) dan sisanya sebanyak
3(1%) masyarakat tidak buang air besar dijamban.
Perilaku buang air besar (BAB) sembarang masih
terjadi diindonesia di sejumlah daerah masyarakat masih BAB
sembarangan di kali atau sungai, join data Monitoring Program
WHO/UNICEF, 2014, sebanyak 55 juta penduduk Indonesia
masih berperilaku BAB sembarangan. Mereka pun mandi dan
mencuci pakaian di sungai yang sama. dampak penyakit yang
paling sering terjadi akibat buang air sembarangan Escherichia
Coli adalah bakteri penyebab penyakit Diare. Tercatat dari hasil
survey masyarakat Kelurahan Wangkanapi sudah hampir seratus
persen masyarakat punya kesadaran untuk buang air besar
dijamban walaupun masih ada sebagian kecil masyarakat yang
tidak Buang Air Besar dijamban yaitu pada RW 4(2%) dan pada
RW IV terdapat 3(1%) masyarakat yang tidak buang air Besar di
Jamban. Dengan melihat hasil survey tersebut maka diharapkan
kepada masyarakat yang masih buang air besar sembarangan
untuk segera punya kesadaran agar bisa Buang Air Besar di
Jamban agar persentase angka Diare di Kelurahan Wangkanapi

90
Bisa Berkurang. berdasarkan survey survailans kasus penyakit
diare yang terjadi di keluran Wangkanapi pada 3 bulan terakhir
terdapat 23 Kasus diare yang terjadi. oleh sebab itu di harapkan
kepada masyarakat Kelurahan Wangkanapi agar berperilaku
sehat dengan memanfaatkan jamban sebagai sarana penbuangan
tinja untuk mencegah terjadinya penyakit diare.

i. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Setelah Buang Air Besar


(BAB)

Pada table 44 diatas menjelaskan bahwa perilaku


cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar (BAB) pada
RW I semua masyarakat sudah mempunyai kesadaran untuk
mencuci tangan setelah buang air besar yaitu sebanyak
252(100%), sementara RW II yang melakukan yaitu sebanyak
325(92%) dan yang tidak sebanyak 28(8%). RW III semua
masyarakat sudah mempunyai kesadaran untuk mencuci tangan
setelah buang air besar yaitu sebanyak 243(100%). RW IV yang
melakukan yaitu sebanyak 255(91%) dan yang tidak sebanyak
24(9%).
Perilaku cuci tangan pakai sabun setelah buang air
besar (BAB) pada masyarakat Indonesia dinilai masih sangat
rendah, khususnya setelah buang air besar, setelah menceboki
anak, sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan, dan
sebelum menyusui. Hasil studi Envirodmen Health Risk
Assessment (EHRA) tahun 2012 2013 di 97 Kabupaten /Kota
di Indonesia termasuk di kota Baubau. Dari hasil studi tersebut,
71 % juga tidak mencuci tangan setelah menyetuh benda
ditempat umum (gagang pintu WC umum dan lainnya). Perilaku
cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar (BAB) sangat
penting dari segi hygenitas dan perilaku masyarakat Kelurahan
Batulo berdasarkan hasil survey yang ada sudah berperilaku
baik namun masih ada sebagian masyarakat yang masih belum
mempunyai kesadaran melaksankannya yaitu pada RW II dan
RW IV. Dan diharapkan kepada masyarakat yang belum
menerapkan kebiasaan tersebut agar jangan menganggap sepele
hal tersebut karena berhubungan dengan kesehatan kita semua.

91
j. Perilaku Membuang Sampah Pada Tempatnya

Pada table 45 table diatas menjelaskan bahwa


perilaku membuang sampah pada tempatnya pada RW I semua
masyarakat sudah mempunyai kesadaran untuk membuang
sampah pada tempatnya yaitu sebanyak 252(100%). Pada RW II
melakukan 273(79%), tidak melakukan 73(21%). RW III
melakukan 243(100%), tidak melakukan sebanyak 1 (0%). pada
RW IV melakukan 194(71%), tidak melakukan 79(29%).
Sudah diketahui bersama bahwa sampah merupakan
salah satu masalah lingkungan yang penangananya melibatkan
semua lapisan masyarakat. Berikut manfaat yang didapatkan
dari perilaku membuang sampah pada tempatnya :
1. Menjaga kebersihan, bersih pangkal sehat, jika
mengginginkan diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar
untuk sehat, maka kebersihan yang harus menjadi awal
untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Mencegah banjir , banjir merupakan bencana. Sampah yang
menghambat aliran pembuangan/got maka setiap keluarga
harus menyediakan tempat sampah agar bias meminimalisir
sampah berhamburan ditempat yang tidak seharusnya.
3. Mencegah bau tidak sedap dari sampah dan menciptakan
estetika lingkungan yang baik.
4. Memudahkan daur ulang dan mencegah kerusakan tanah dan
air.
Dari hasil survey perilaku membuang sampah
masyarakat Kelurahan Wangkanapi sudah sebagian besar
masyarakat membuang sampah ditempatnya, walaupun masih
terlihat pada RW II masih terdapat 73(21%) masyarakat yang
masih membuang sampah disembarang tempat, begitu pula pada
RW IV masih terdapat 79(29%) masyarakat yang tidak
membuang sampah pada tempatnya. Oleh karena itu diharapkan
kepada masyarakat yang masih membuang sampah disembarang
tempat agar mempunyai kesadaran untuk tidak lagi membuang
sampahnya sembarangan agar lingkungan Kelurahana
Wangkanapi menjadi lebih sehat dan indah.

k. Perilaku Mencuci Bahan Makanan Sebelum Di Masak


92
Pada table 46 di atas menjelaskan bahwa prilaku
mencuci bahan makanan sebelum dimasak yaitu pada RW I
semua masyarakat sudah mempunyai kesadaran untuk mencuci
bahan makanan sebelum dimasak yaitu sebanyak 252(100%),
begitu pula pada RW II yaitu sebanyak 349(100) masyarakat
sudah mempunyai kesadaran untuk mencuci bahan makanan
sebelum dimasak. Pada RW III terdapat 239(98%) masyarakat
yang mempunyai kesadaran untuk mencuci bahan makanan
sebelum dimasak dan masih terdapat 4(2%) masyarakat yang
memasak makanannya tanpa dicuci terlebih dahulu. Sementara
pada RW IV sudah hampir seluruh masyarakat mempunyai
kesadaran untuk mencuci bahan makanan sebelum di masak
yaitu sebanyak 276(100) dan masih ditemukan 1(0%)
masyarakat yang memasak bahan makanan tanpa dicuci terlebih
dahulu.
Perilaku mencuci bahan makanan sebelum dimasak
adalah perilaku dengan tujuan membersikan sisa kotoran atau
benda organic yang menempel pada bahan makanan, mencegah
bakteri, virus, migro organisme pathogen serta sisa bahan
kimia/pestisida yang ikut serta pada bahan makanan. Perilaku
mencuci bahan makanan sebelum dimasak sangatlah penting
selain menjaga kebersihan makan juga mencegah makanan dari
kontaminan bahan lain yang merugikan kesehatan.
Pada bahan makan telur misalnya, telur merupakan
bahan makanan kaya protein tinggi namun dibalik kandungan
protein tinggi yang dimiliki telur merupakan makan yang rentan
terkontaminasi bakteri. Rata rata jumlah mikroba pada kulit
telur sekitar 102 107 koloni/gram. Bakteri pathogen yang
terdapat pada kulit telur adalah sanmonella , camylobacteri dan
listeria, Sanmonela merupakan penyebab penyakit tipus.
Anjuran mengkonsumsi buah dan sayur terus
digalakkan, namun perlu di perhatikan adalah kebersihan buah
dan sayuran tersebut, harus bebas dari sisa bahan kimia pertisida
berbahaya. Perkembangan tehnologi tidak dapat di hindari
terhadap penggunaan bahan kimia pestisida dalam
meningkatkan klualitas dan kuantitas hasil pertanian. Bahan
93
pestisida dapat menyebabkan keracunan dan ganguan saraf serta
merupakan bahan karsinogen (penyebab kanker). Oleh sebab itu
perilaku mencuci bahan makan sebelum di masak haruslah
dilakukan.
Dan dari hasil survey masyarakat Kelurahan
Wangkanapi memcuci bahan makannya sebelum di masak sudah
sangat baik rata rata sudah menghampiri 100%. Namaun masih
terdapat keluarga yang belum melaksanakannya pada RW III
terdapat 4 (2%) . dengan demikian diharapakan kepada seluruh
masyarak Kelurahan Wangkanapi agar melakukan perilaku
mencuci bahan makanan sebelum di masak.

l. Perilaku Melakukan Aktifitas Fisik /Olah Raga 30 Menit


Tiap Hari

Pada table 47 diatas menujukan bahwa perilaku


melakukan aktifitas fisik /olah raga minimal 30 menit setiap
harinya, pada RW I yang melakukan yaitu sebanyak 155(67%),
tidak melakukan 75(33%), sementara pada RW II yang
melakukan yaitu sebanyak 284(77%), tidak melakukan
83(33%), RW II yang melakukan yaitu sebanyak 181(74%),
tidak melakukan 65(26%), Kemudian pada RW IV yang
melakukan yaitu sebanyak 142(52%), tidak melakukan
133(48%).
Perilaku aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh
yang dapat mengeluarkan teanga yang atau energy. Ada 3
komponen utama dalam aktifitas fisik olah raga yaitu
aktifitas/kegiatan sehari hari, latihan fisik dan olah raga.
Perilaku melakukan aktifitas fisik /olah raga 30 menit setiap hari
mempunyai beberapa manfaat diantaranya :
1. Meningkatkan kerja dan fungsi jantung , paru dan pembulu
darah
2. Menungkatkan kekuatan dan daya tahan otot
3. Meningkatkan kepadatan tulang dan mencegah osteoporosis
4. Meningkatkan kelenturan gerak
5. Mengurangi resiko terjadinya PTM (penyakit tidak menular)
seperti penyakit Jantung, Diabetes, hipertensi , strok,
obesitas dan penyakit lainya.

94
6. Mengurangi stres, meningkatkan rasa percaya diri,
membangun sportifitas,.
7. Menupuk kesetiakawanan dan sosialisai

Dari hasil survey perilaku masyarakat Kelurahan


Wangkanapi berperilaku melakukan aktifitas fisik olahraga 30
menit perhari Sudah di atas 50 % masyarakat yang mempunyai
kesadaran untuk berolahraga minimal 30 menit setiap hari.
Berdasarkan hasil survey ini perilaku melakukan aktifitas fisik
sudah cukup baik namau perlu ditingkatkan karna masih tedapat
masyarakat belum melakukan kegiatan tersebut sebagai upaya
mencegah timbulnya penyakit degenerative (PTM).

m. Perilaku Membersihkan /Menyapu Rumah Tiap Hari

Pada table 48 di atas menunjukan prilaku


membersihkan rumah/menyapu tiap hari oleh masyarakat yaitu
pada RW I terlihat semua masyarakat sudah mempunyai
kesadaran untuk membersihkan rumah setiap hari yaitu
sebanyak 230(100%),sementara pada RW II terdapat 293(79%)
masyarakat yang sudah mempunyai kesadaran untuk menyapu
setiap hari dan masih ada 80(21%) masyarakat yang tidak
membersihkan rumah setiap hari. Pada RW III terdapat
229(97%) masyarakat yang sudah mempunyai kesadaran untuk
menyapu setiap hari dan masih ada 7(3%) masyarakat yang
tidak membersihkan rumah setiap hari. Pada RW IV terdapat
199(72%) masyarakat yang sudah mempunyai kesadaran untuk
menyapu setiap hari dan masih ada 78(28%) masyarakat yang
tidak membersihkan rumah setiap hari.
Kesehatan adalah anugrah dari sang pencipta dan
lingkungan harus tetap dijaga agar kita dan keluarga juga
masyarakat sekitar kita terhindar dari penyakit akibat
lingkungan yang kotor dan tidak bersih. Tubuh yang sehat di
peroleh dari berolahraga secara teratur, makan makanan yang
bergizi, lingkungan yang sehat, karna kesibukan aktivitas
menyebabkan tidak adanya waktu untuk membersihkan dengan
menyapu rumah. kebersihan lingkungan rumah termasuk
didalamnya debu, sampah, dan bau.

95
Beberapa manfaat dari perilaku membersihkan atau
menyapu rumah tiap hari diantaranya :
1. Terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh lingkungan
kotor
2. Lingkungan menjadi sejuk dan nyaman
3. Bebas dari polusi udara (asap dan Debu)
4. Menjadikan hati dan pikiran lebih tenag dalam menjalankan
aktifitas sehari hari.

Perilaku membersihkan /menyapu rumah tiap hari


merupakan tangguang jawab setiap individu penghuni rumah
guna menciptakan lingkungan rumah yang bersih.
Dan dari hasil survey tentang perilaku masyarakat
menyapu atau membersihan rumah tiap hari pada Kelurahan
Wangkanapi sudah bagus, walaupun pada RW II masih terdapat
80 (21%), RW IV 78(28%) masyarakat yang belum melakukan
kebiasaan tersebut. Oleh karena itu di sarankan kepada
masyarakat yang belum mempunyai kesadaran untuk
membersihkan rumah agar rumah menjadi bersih dan nyaman.

n. Perilaku Membuka Jendela Saat Pagi

Pada table 49 di atas menunjukan prilaku membuka


jendela saat pagi hari yaitu pada RW I terlihat sudah semua
masyarakat mempunyai kesadaran untuk membuka jendela saat
pagi hari yaitu sebanyak 230(100%). Pada RW II terdapat
289(76%) masyarakat yang mempunyai kesadaran untuk
membuka jendela saat pagi hari, dan masih ada 93(24%) yang
tidak membuka jendela saat pagi hari. Kemudian pada RW III
terdapat 235(96%) masyarakat yang mempunyai kesadaran
untuk membuka jendela saat pagi hari, dan masih ada 10(4%)
yang tidak membuka jendela saat pagi hari. Sementara pada RW
IV terdapat 184(67%) masyarakat yang mempunyai kesadaran
untuk membuka jendela saat pagi hari, dan masih ada 92(33%)
yang tidak membuka jendela saat pagi hari.
Perilaku membuka jendela saat pagi hari bertujuan
agar terjadi sirkulasi udara jenuh dai dalam rumah setelah
melewati waktu malam, mekanisme membuka jendela saat pagi
membuat suplay udara segar di dalam ruangan tetap terjaga. Ada
beberapa alasan orang tidak membuka jendela yakni :
96
1. Kondisi lingkungan panas, lembab, bising atau bau
mendorong seseorang tidak membuka jendela.
2. Pemasangan air conditioner (AC) sehingga menutup semua
lubang penghawaan yang ada agar kerja AC lebih efisien.
3. Arah jendela yang berhadapan langsung dengan jendela
tetengga sehingga jendela tersebut tidak berfungsi.
4. Factor phisilogogis yaitu alasan praivesi dan kenyamanan.
5. Alasan keamanan lingkungan (kasus kriminalitas)

Terlepas dari alasan tidak membuka jendela di atas,


fungsi utama dari jendela adalah menjamin sirkulasi dan
ketersediaan udara segar dalam ruangan terjamin dan cukup,
Sehingga penyakit yang media penyebarannya melalui udara
lembab tidak berkembang seperti kuman penyebab penyakit
TBC.
Dan berdasarkan hasil survey terhadap perilaku masyarakat
Kelurahan Wangkanapi sudah bagus namun masih terlihat pada
RW II 93(24%) dan pada RW IV 92(33%) masyarakat yang
belum membuka jendela rumah saat pagi hari, dan diharapkan
agar masyarakat yang belum melakukan kebiasaan tersebut agar
tercipta udara sehat di dalam rumah.

o. Perilaku Sampah Dibuang Setelah Dipilah Sesuai Jenisnya

Pada table 50 diatas menjelaskan perilaku


masyarakat kelurahan Wangkanapi tentang membuang sampah
setelah dipilah sesuai jenisnnya yaitu pada RW I terdapat
65(28%) masyarakat yang membuang sampahnya setelah
dipilah sesuai jenisnya dan 165(72%) masyarakat yang
membuang sampah sebelum dipilah sesuai jenisnya. pada RW II
terdapat 9(2%) masyarakat yang membuang sampahnya setelah
dipilah sesuai jenisnya dan 364(98%) masyarakat yang
membuang sampah sebelum dipilah sesuai jenisnya. RW III
terdapat 162(66%) masyarakat yang membuang sampahnya
setelah dipilah sesuai jenisnya dan 364(98%) masyarakat yang
membuang sampah sebelum dipilah sesuai jenisnya. RW IV
terdapat 86(31%) masyarakat yang membuang sampahnya
setelah dipilah sesuai jenisnya dan 189(69%) masyarakat yang
membuang sampah sebelum dipilah sesuai jenisnya.

97
Tujuan dari memisahkan sampah atau memilah
sampah organic (sisa bahan makanan) dan sampah anorganik
(plastic, kaca, kaleng dll) adalah agar menghindari laju timbulan
sampah pada tempat pengolahan akhir sampah (TPA), jika
kedua jenis sampah ini bercampur akan mengganggu proses
dekomposisis atau penguraian. Sampah organic mudah terurai
sendangkan sampah anorganik butuh waktu lama bahkan
bertahun - tahun agar bisa terurai seperti sampah plastic. Oleh
sebab itu perilaku memisahkan sampah sebelum di buang ke
TPS umum haruslah dipisahkan, selainitu pula sampah
anorganik dapat di daur ulang dan dapat di manfaatkan untuk
keperluan lain dan lebih bernilai ekonomis.
Dan berdasarkan hasil survey di peroleh data
perilaku masyarakat Keluraha Batulo berperilaku membuang
sampah setelah dipilah yakhi total kelurahan terdapat 82
(9,38%) melakukan dan 792 (90,62%) tidak melakukan,
perilaku ini mempengaruhi laju timbulan sampah yang
dihasilkan sulit tertangani dengan baik dan membutuhkan biaya
tinggi dalam pengolahannya. Oleh sebab itu di butuhkan kerja
sama dari pihak terkait dalam penanggana masalah sampah ini
khususnya Dinas Kebersihan dan Dinas Bapedalda dalam
pemberikan penyuluhan dan penyediaan sarana TPS umum
dengan konstruksi terpisah antara sampah organic dan
anorganik.

6. Ekonomi
a. Rata-Rata Penghasilan Seluruh Anggota Keluarga Dalam
Satu Bulan

Pada table 51 diatas menunjukan bahwa rata-rata


penghasilan seluruh anggota keluarga dalam sebulan masyarakat
Klurahan Wangkanapi adalah pada RW I < 800 per bulan
sebanyak 59 (26%),penghasilan 800 per bulan sebanyak 42
(18%), penghasilan dan penghasilan rata - rata > 800 per bulan
sebanyak 129 (56%), pada RW II < 800 per bulan sebanyak 55
(15%),penghasilan 800 per bulan sebanyak 90(24%),
penghasilan dan penghasilan rata rata > 800 per bulan sebanyak
228 (61%), pada RW III < 800 per bulan sebanyak 66
98
(27%),penghasilan 800 per bulan sebanyak 38 (15%),
penghasilan dan penghasilan rata rata > 800 per bulan sebanyak
143(58%), pada RW IV < 800 per bulan sebanyak 60
(22%),penghasilan 800 per bulan sebanyak 58 (21%),
penghasilan dan penghasilan rata rata > 800 per bulan sebanyak
161 (58%).
Penghasilan adalah pendapatan dari pekerjaan
seluruh anggota keluarga rumah tangga yang berkerja untuk
membiayai kebutuhan hidup seharihari rumah tangga,
termaksud uang pensiun yang diterima rumah tangga.
Penghasilan ratarata rumah tangga adalah ratarata
pendapatan sebulan yang biasa diterima selama 6 bulan terakhir.
Penghasilan secara tidak langsung akan mempengaruhi
kesejahteraan keluarga. dan berdasarkan data hasil survey
penghasilan rata rata masyarakat Kelurahan Batulo berfariasi
yakni total kelurahan, berpenghasilan < 800 per bulan 124 ( 14,
96%), berpenghasilan 800 per bulan sejumlah 54 (6,51%), >
800 per bulan sejumlah 651 (78,53%). Berdasarkan hasil data ini
maka penghasilan rata rata masyarakat Kelurahan Batulo
sudah relatif baik.

b. Tabungan Khusus Keluarga Untuk Biaya Kesehatan

Pada table diatas menjelaskan bahwa masyarakat


memiliki tabungan khusus keluarga untuk biaya kesehtan adalah
pada RW I menyediakan tabungan sebanyak 124 (54%), tidak
menyediakan tabungan kesehatan sebanyak 106(46%), RW II
menyediakan tabungan sebanyak 39 (11%), tidak menyediakan
tabungan kesehatan sebanyak 316 (89%), RW III menyediakan
tabungan sebanyak 67 (28%), tidak menyediakan tabungan
kesehatan sebanyak 171 (72%), RW IV menyediakan tabungan
sebanyak 57(21%), tidak menyediakan tabungan kesehatan
sebanyak 218 (79%).
Tidak ada satu pun orang yang ingin sakit, dan
kesehatan itu sangat mahal harganya oleh karena itu jika sampai
saat ini masih di berikan kesehatan maka wajib disyukuri

99
dengan nikmat tuhan yang diberi. Mencegah datangnya penyakit
jauh lebih murah dan mudah dari pada mengobati penyakit itu
sendiri. Terlepas dari berbagai upaya pencegahan yang
dilakukan, tidak ada salahnya membuat perilaku antisispasi
terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi bila
mana ada anggota keluarga yang sakit dan membutuhkan
perawatan dan pengobatan dengan biaya tinggi dan umumnya
tidak dapat di prediksi dalam waktu yang panjang, seperti
kebutuhan opersi amandel, wasir, hernia dan operasi umum
lainnya, operasi ini sangat umum terjadi di masyrakat kita atau
karena penyakit-penyakit yang sifatnya di tularkan melalui
udara, makanan yang tidak hygienis juga membutuhkan biaya
berobat di dokter.
Saat sehat tabungan kesehatan memang tidak
dibutuhkan tetapi seseorang dalam perjalanan hidupnya sebelum
meninggal dunia di awali dengan derita sakit dan hal ini
membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk pengobatan,
seseorang dalam kondisi sakit dan tidak memiliki dana cukup
untuk berobat akan menjadi menimbulkan masalah baru, dalam
kondisi sakit tercipta utang atau pinjaman baru atau terjadi
penjualan asset baik tanah, kenderaan ataupun rumah untuk
membiayai biaya pengobatan, oleh sebab itu perilaku
mempunyai tabungan khusus untuk biaya pengobatan sangatlah
penting dalam sebuah keluarga.
Dari hasil survey masyarakat kelurahan Batulo yakni
keluarga yang berperilaku menyediakan tabungan kusus biaya
kesehtan total kelurahan tedapat 166 (18,4%) dan yang tidak
berperilaku menyediakan tabungan kusus biaya kesehatan
terdapat 736 (81,6%),
Berdasarkan data ini perilaku masyarakat terhadap
tabungan kusus biaya kesehatan masih sangat rendah oleh sebab
itu di harapkan kepada masyarakat agar menyediakan tabungan
dimaksud. Terlebih di butuhkan kerjasama lintas sector dalam
memberikan informasi tentang pentingnya asuransi kesehatan
bagi masyarakat.
c. Tabungan Khusus Keluarga Untuk Biaya Pendidikan

100
Pada table 53 diatas menjelaskan ketersediaan
tabungan pendididkan masyarakat Kelurahan Wangkanapi
adalah pada RW I mempunyai sebanyak 17 (7%), tidak
mempunyai tabungan pendidikan sebanyak 213 (93%), RW II
yang mempunyai tabungan sebanyak 28 (8%), tidak
mempunyai tabungan pendidikan sebanyak 344 (92%),
Kemudian pada RW III yang mempunyai tabungan sebanyak
59 (25%), tidak mempunyai tabungan pendidikan sebanyak 180
(75%), Sementara pada RW IV yang mempunyai tabungan
sebanyak 29 (10%), tidak mempunyai tabungan pendidikan
sebanyak 248 (90%).
Pengaturan keuangan dalam sebuah keluarga
meliputi banyak hal mulai dari yang sederhana sampai hal yang
membutuhkan perencanaan pembiayaan yang matang dan salah
satunya adalah salah satunya biaya pendididkan. Biaya
pendididkan di masa sekarang dan di masa yang akan datang
bisa jadi akan cukup besar dan bila tidak di persiapkan dengan
baik, maka bisa jadi keluarga tersebut tidak akan bisa
membiayai pendidikan anak di kemudian hari. Oleh karena itu
persiapan sejak dini perlu dilakukan mengingat biaya
pendidikan sulit untuk di prediksi besaran biayanya guna
jaminan anak mendapatkan kualitas pendididkan yang baik dan
bermutu sebagai jaminan masa depan yang baik.
Dan berdasarkan hasil survey masyarakat Kelurahan
Batulo mempunyai biaya tabungan khusus pendididkan yakni
total kelurahan terdapat 166 (18%) menyediakan dan 736
(81,6%) masyarakat tidak menyediakan tabungan pendidikan
bagi anaknya.
Melihat kenyataan ini di harapkan agar masyarakat
yang mempunyai anak dalam proses pendidikan agar segera
merencanakan tabungan pendidikan bagi anak anak mereka.

7. Keamanan dan Trasportasi


a. Keamana Lingkungan Tempat Tinggal

Pada table 54 diatas menunjukan rasa aman


lingkungan tempat tinggal masyarakat Kelurahan Wangkanapi
101
adalah pada RW I merasa aman 227 (99%) merasa kurang aman
sebanyak 3 (1%), RW II merasa aman 354 (95%) merasa kurang
aman sebanyak 18 (5%). Sementara pada RW III merasa aman
223 (92%) merasa kurang aman sebanyak 20 (8%). Kemudian
pada RW IV merasa aman 241 (92%) merasa kurang aman
sebanyak 22 (8%)
Berdasarkan Lingkungan pemukiman adalah
kawasan dimana sekelompok atau golongan warga masyarakt
menetap dan bertempat tinggal. Lingkingan tempat tingal
dilakatan aman dengan cirri senagai berikut :
1. Norma agama , hukum dan adat dihayati, ditaati dan
diamalkan dengan baik.
2. Adanya mentaslitas masyarakat yang mampu menjadi tangkai
terhadap setiap ancaman, gangguan dan hambatan terhadap
keamanan dan ketertiban.
3. Kepekaan terhadap kamtibmas disertai respon professional
sesui norma yang berlaku.
4. Masyarakat dapat menikmati rasa bebas dari gangguan
maupun ancaman , rasa dilindungi dan rasa ketentraman lahir
dan batin.

dan dari hasil survey terhadap rasa aman lingkungan tempat


tinggal masyrakt Kelurahan Batulo yakni total kelurahan,
merasa aman sebanyak 870 (97,97%) dan merasa tidak
aman sebanyak 18 (2,02%).
Berdasarkan hasil ini rasa aman masyarakat
kkeluraha Wangkanapi sudah sangat baik, namun demikian
harus tetap terjaga dan terus ditingkatkan.

b. Moda Transportasi Di Gunakan Ke Luar Kota

Pada table 55 diatas menunjukan moda transportasi


yang digunakan oleh masyarakat Kelurahan Wangkanapi
ke luar kota adalah pada RW I sepeda sebanyak
71(34,3%), sepeda motor sebanyak 125 (60,39%),
menggunakan mobil sebanyak 9 (4,34%), dan moda
transportasi lainya (bentor) 2 (0,96%). Pada RW II sepeda
sebanyak 1(0,27%), sepeda motor sebanyak 327 (87%),

102
menggunakan mobil sebanyak 24 (6,38%), dan moda
transportasi lainya (bentor) 24 (6,38%). Kemudian Pada
RW III sudah tidak ada masyarakat yang menggunakan
sepeda untuk ke luar kota, sepeda motor sebanyak 183
(78,9%), menggunakan mobil sebanyak 26 (11,2%), dan
moda transportasi lainya (bentor) 23 (9,91%).
Alat transportasi merupakan salah satu komponen
penting dalam melakukan perjalanan keluar kota, dan
salah memili jenis transportasi biasa berakibat fatal dalam
melakukan perjalanan. Memilih alat transportasi yang baik
dapat menjamin keselamatan dalam perjalanan, dapat
mengurangi kelelahan dan terhindar dari pengaruh cuaca
buruk. Setiapa alat transportasi memiliki kelebihan dan
kekurangan masing masing oleh sebab itu haruslah
disesuaikan dengan kebutuhan baik jarak efisiensi dan
terutaman jaminan keselamatan.
Menurut data Kepolisian RI (Edo Rusyanto, 2016)
angka kecelakaan alat ratnsportasi darat pada tahun 2014
tercatat 95,906 kasus, tahun 2015 tercatat 98,970 kasus
dan tahun 2016 tecatat sebanyak 105.374 kasus. Kasus
kecelakan lalulintas tren meningkat pada momen musim
mudik lebaran atau hari raya keagamaan, darai lapran ini
bias member gambaran begitu besarnya resiko dalam
melakukan kegiatan perjalanan.
Dan dari hasil survey masyarakat Kelurahan Batulo
memilih alat trasnportasi bilamana ke luar kota yakni total
Kelurahan terdapat 8 (1,19%) menggunakan sepeda
kayuh, 541 (80,99%) menggunakan seeda bermotor, 76
(11,38%) menggunakam mobil dan 43 (6,43%)
menggunakan alat traspotrasi lain yakni perahu bermotor.
Berdasarkan hasil survey ini factor resiko terbesar adalah
menggunakan sepeda bermotor atau kenderaan roda dua.
Hap yang perlu diperhatikan dalam berkendara pada
kenderaan roda dua adalah memakai alat pelindung diri
mulai dari helem pada kepala, memakai celana panjang
berbahan tebal, menggunkan jaket, kaos tangan, sepatu
dan pelindung mata serta harus memperhatikan
103
peruntukan kapasitas sebuah kenderaan bermotor guna
menjamin keselamatan dalam berkendara.

8. Kesehatan Remaja
a. Kebiasaan Remaja Menggunakan Waktu Sengang

Pada table 56 diatas menunjukan kebiasaan remaja


menggunakan waktu sengang adalah pada RW I remaja
menggangur sebanyak 27 (3,62%), remanja menggunakan
waktu senggang dengan hal positif sebanyak 50 (64,1%), dan
kegiatan lain sebanyak 1 (1,28%). Pada RW II remaja
menggangur sebanyak 42 (25,5%), remanja menggunakan
waktu senggang dengan hal positif sebanyak 120 (72,7%), dan
kegiatan lain sebanyak 3 (1,82%). Kemudian Pada RW III
remaja menggangur sebanyak 8 (5,26%), remanja menggunakan
waktu senggang dengan hal positif sebanyak 121 (79,6%), dan
kegiatan lain sebanyak 23 (15,1%). Sementara Pada RW IV
remaja menggangur sebanyak 13 (12%), remanja menggunakan
waktu senggang dengan hal positif sebanyak 88 (81,5%), dan
kegiatan lain sebanyak 7 (6,48%).
Masalah remaja merupakan suatu masalah yang
cukup kompleks, ada banyak factor yang mempengaruhi
perilaku remaja diantaranya lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat. Saat ini pergaulan remaja
seiring kemajuan jaman penggunaan alat komunikasi canggih
mempermuda remaja mengakses pertemanan dan mendapatkan
informasi beragam. Remaja saat ini sudah banyak terpengaru
halhal yang kurang baik yang dapat mempengaruhi sikap
remaja.fenomena kekerasan baik fisik maupun phisikis bersifat
langsung maupun tidak langsung. Banyaknya waktu luang atau
waktu kosong yang dimiliki saat ini dihabiskan hanya dengan
kegiatan yang kurang bermanfaat dan tidak memiliki tujuan.
Kasus tawuran, merokok, penggunaan narkoba dan
miras,pencurian, perkataan buruk dan jorok, membolos
sekolah,meniru budya luar bahkan hamil di luar nikah adalah
kasus remaja yang banyak terjadi saat ini, menurut pusat data
104
statistic nasional (BPS) angka kasus kriminalitas dikalangan
remaja secara kuantitas meningkat dari tahun 2009 sebanyak
3.300 kasus , pada tahun 2010 meningkat menjadi 4, 200 remaja
terjerat kasus kriminalitas. Namun disisi lain masi banyak
remaja yang berpeilaku baik, remaja dat menggunakan waktu
luang mereka dengan baik dengan melkukan hal positif missal
kegiatan keagamaan , ektrakulikuler pengembangan bakat seni
dan olahraga dan lain sebagainya.
dan dari hasil survey pada remaja di Kelurahan
Batulo total kelurahan menggunakan waktu senggan dengan
mengaagur terdapat 99 (22,86%), hal positif terdapat 229
(52,89%), dan kegiatan lainnya terdapat 105 (24,25%).
Berdasarkan data ini kebiasaan remaja kelurahan
batulo sudah cukup dan relative baik mengarah ke hal positif,
namun demikian masi terdapat 99 (22,86%) remaja
mengaanggur yang perlu mendapatkan perhatian khusus agar
tidak terjerumus pada hal hal buruk yang tidak diinginkan.

b. Remaja Mendapatkan Pendidikan Seks Bebas, Narkoba


Oleh Tenaga Kesehatan

Pada table 57 diatas menjelaskan bahwa remaja


pernah mendapatka pendidikan dan penyuluhan masalah seks
bebas, bahaya narkba oleh tenaga kesehatan adalah pada RW I
sebanyak 76 (96,2%) pernah mendapatkan, 3 (3,79%) belum
pernah. Sementara pada RW II sebanyak 44 (24%) pernah
mendapatkan, 139 (76%) belum pernah. Kemudian RW III
sebanyak 82 (53,9%) pernah mendapatkan, 70(46,1%) belum
pernah, dan pada RW IV terdapat 33(30,6%) pernah
mendapatkan, dan75 (69,4%) belum pernah mendapatka
pendidikan dan penyuluhan masalah seks bebas, bahaya narkba
oleh tenaga kesehatan.

Dunia remaja adalah yang penuh dengan perubahan,


berbagai aktivitas menjadi bagian dari penjelasan usianya yang
terus bertambah, tentu saja karena remaja yang sedang

105
mengalami masa pubertas yang mempunyai dorongan atau
keinginan yang kuat tentang perubahan perubahan yang terjadi
pada tumbuhnya dan mulai timbul rasa ketertarikan dengan
lawan jenis. Pada masa tersebut remaja mengalami
perkembangan seksual, kematangan organ seksualnya berfungsi
baik untuk reproduksi (menghasilkan keturunan) maupun ereksi
(menghasilkan kesenangan) (imran, 1998).

Pada saat ini seks bebas adalah sala satu masalah


yang melanda remaja Indonesia, hal ini terjadi karena pergaulan
bebas, pengaruh media, keaadaan lingkungan masyarakat, tidak
berpegang teguh pada agama dan kurangnya perhatian orang
tua. Remaja mudah terpengaruh dan mengikuti hawa nafsu
karena tidak dibentengi oleh iman yang kuat. Remaja Indonesia
telah terbukti melakukan hubungan seks pada usia muda.hasil
penelitian yayasan Kesuma Buana (10 Maret 2012) mencatat
bahwa sebanyak 10,3% dari 3,594 remaja di 12 kota besar di
Indonesia te;ah melakukam hubungan seks bebas, hasil
penelitian lain 20 -30 % remaja mengaku pernah melakukan
hubungan seks bebas, celakanya perilaku hubungan seks bebas
tersebut berlangsung hingga mengijak jenjang perkawinan. Dan
kasus kekerasan seksual yang dilaporkan oleh Komnas
Perempuan tercatat dari tahun 1998 2010 tercatat 400,939
kasus seksua, dan seperempatnya yakni l93,960 kasus adalah
kasus seksual pada remaja ini di sebabkan karena kurangnya
control dari orang tua mereka. Seiring dengan kasus perngaulan
dan seks bebas kasus penggunaan narkoba (bahan
phisikotropica), berdasarkan data Badan Narkotik Nasional
Indonesia (BNN) , pada tahun 2015 tercatat 22 % pengguna
narkoba di Indonesia adalah remaja dan mahasiswa. dari 5,127
orang kasus narkoba, usia 19 tahun berjumlah 2,184 (40,4%)
orang adalah remaja. Olehnya itu perlunya pendididkan dan
penyuluhan masalah seks bebas dan narkoba oleh tenaga
kesehatan dan pihak terkait sangatlah dibutuhkan agar remaja
kita tidak terpengaru hal negative yang merugikan.

106
Dan dari hasil survey yang ada pada masyarakat
Kelurahan Batulo terhadap remaja mendapatkan mendapatkan
pendidikan seks bebas dan narkoba oleh tenaga kesehatan
terdapat total kelurahan pernah mendapatkan tercatat 176
(39,91%) dan tidak pernah mendapatkan sebanyak 265
(60,09%).

Berdasarkan hasil ini diharapkan kepada petugas


kesehatan atau lintas sector terkait yang bertanggung jawab
terhadap masyalah remaja agar mengintensikan serta
meningkatkan kegiatan pendidikan seks dan narkoba guna
memberikan pengetahuan yang cukup pada remaja tentang
bahaya dan kerugian perilaku seks bebas dan penggunaan
narkoba.

c. Sikap Remaja Bila Menghadapi Masalah

Pada table 58 diatas menunjukan sikap remaja


menghadapi maslah adalah pada RW I berbicara dengan orang
tua sebanyak 86 (85,15%), berbicara ke teman 4 (3,96%),
memilih diam saja 11 (10,89%). Sementara pada RW II
berbicara dengan orang tua sebanyak 74 (41,8%), berbicara ke
teman 19 (10,7%), memilih diam saja 84 (47,5%). Kemudian
pada RW III berbicara dengan orang tua sebanyak 128 (88,3%),
berbicara ke teman 9 (6,21%), memilih diam saja 7(4,83%) dan
mengalihkan ke prilaku negatif sebanyak 1 (0,69%). Pada RW
IV berbicara dengan orang tua sebanyak 42(38,9%), berbicara
ke teman 1 (0,93%), memilih diam saja 65(60,2%).
Perilaku remaja seringkali tidak bisa dipahami oleh
orangtuanya sendiri. Perilaku tersebut terkadang dianggapa
bermasalah pedahal, perilaku remaja tersebut terkait erat dengan
perkembangan phisiologis sehingga pada dasarnya merupakan
perkembangan yang alamia dan semua orang akan atau pernah
mengalaminya.
Pada tahap perkembangan anak akan terjadi
perubahan pada fisik dan mental. Pertumbuhan fisik remaja juga
107
mengalami perkembangan kognitif dan emosi, seseorang dalam
masa remaja akan berpikir logis dan abtrak, bertindak agresif,
cenderung akan melawan segala araran yang diberikan pada
dirinya. Karena perubahan perubahan inilah remaja akan
bersikap berbeda kepada orang tuanya, remaja cenderung
berpikir negative terhadap orang tuanya dengan melanggar
segala aturan yang diberikan kepadanya. Terkadang orang tua
akan menyerahkan dan membiarkan perilaku anaknya begitu
saja . ini bukanlah cara yang benar pada orang tua dapat
memecahkan masalah perilaku anak mereka yang beranjak
dewasa.
Menurut Piaget (Hurlock, 1991) yang dikutip
muhamad Ali dalam buku phisikoligi remaja perkembangan
peserta dididk mengatakan bahwa secara phisikologis remaja
adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam
masyarakat dewasa, sesuatu di amana anak tidak merasa bahwa
dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan
merasa sama, atau paling tidak sejajar, remaja seringkali merasa
tidak memiliki tempat jelas, mereka bukan golongan anak - anak
tetapi belum sepenuhnya diterima masuk kedalam golongan
orang dewasa. Selain masalah tumbuh kembang dan
phisikologis yang dialami, pengaruh lingkungan pergaulan baik
eksternak maupun internal membuat remaja merasa dirinya
dalam suatau masalah besar sikap dihargai dan diperlkukan adil
dan pencarian jati diri yang penuh dengan tanda tanya,
kebinggunan yang secara emosi memicu sikap temperamental,
agrefif dan bermental blok baik dalam pergaulan keluarga
maupaun pergaulan sosial . sikap ini terkadang tidak dipahami
oleh dirinya sendiri menyebabkan banyak remaja beralih ke hal
hal yang kurang baik bila menghadapi suatu masalah.
Berdasarkan hasil survey sikap remaja pada remaja
masyarakat Kelurahan Batuto yakni berbicara dengan orang tua
terdapat total kelurahan ada 353 (80,05%) bicara dengan teman
49 (11,11%) dan sikap memilih diam 39 (8,84%) .
Berdasarkan data ini sikap remaja keluraha batulo
dalam menghadapi maslah cukup baik berbagi dengan orang tua
108
dan diharapkan orang tua memiliki sikap mengayomi dan lebih
memahamiserta melakukan pendekatan persuasive dengan anak
remaja mereka.
d. Remaja pernah mendapakatkan penyuluhan kesehatan oleh
petugas kesehatan dalam 6 bulan terakhir

Pada table 59 diatas remaja pernah mendapakatkan


penyuluhan kesehatan oleh petugas kesehatan dalam 6 terakhir
adalah pada RW I pernah sebanyak 52 (57%), tidak pernah 39
(43%), Sementara pada RW II pernah sebanyak 32 (17%), tidak
pernah 153 (83%). Kemudian pada RW III pernah sebanyak 22
(16%), tidak pernah 117 (84%), dan pada RW IV pernah
sebanyak 12 (12%), tidak pernah 90(88%)
Berdasarkan hasil survey diatas remaja pernah
mendapatkan penyuluhan kesehatan oleh petugas kesehatan
dalam 6 bulan terakhir total kelurahan pernah mendapatkan 58
(13,36%) dan melumpernah mendapatkan terdapat 376 (86%).
Merujuk hasil survey ini masih cukup banyak remaja yang tidak
pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan selama 6 bulan
terakhir terdapat 376 (86%) remaja.
Oleh sebab itu kegiatan penyuluhan perlu di kalukan
oleh tenaga kesehatan agar remaja mendapatkan informasi yang
baik tentang kesehatan dan masalah penanggulangan nya.
9. Kesehatan Lansia
a. Posyandu Lansia di Tempa anda

Pada table 60 diatas menjelaskan bahwa di


ketahuinya adanya posyandu lansia di lingkungan masyarakat
Kelurahan Wangkanapi adalah pada RW I terdapat posyandu
lansia di lingkungannya sebanyak 117 (69%) lansia, tidak
mengetahui sebanyak 52 (31%) lansia, pada RW II terdapat
posyandu lansia di lingkungannya sebanyak 42 (29%) lansia,
tidak mengetahui sebanyak 101 (71%) lansia. pada RW III
terdapat posyandu lansia di lingkungannya sebanyak 54 (30%)
lansia, tidak mengetahui sebanyak 128 (70%) lansia. pada RW

109
IV terdapat posyandu lansia di lingkungannya sebanyak 56
(66%) lansia, tidak mengetahui sebanyak 29 (34%) lansia.
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk
masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah
disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana biasa
mendapatkan pelayanan kesehatan.
Posyandu lansia merupakan kebijakan dari
pemeintah melalui paleyanan kesehtan bagi lansia yang
penyelenggaranya melaui program Puskesmas dengan
melibatkan peran serta lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi dalam penyelenggaraannnya.
Posyandu lansia /kelompok usia lanjut adalah
merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan bersumber daya
masyarakat atau UKMB yang dibentuk oleh masyarakat
berdasrkan inisatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri
khususnya para usia lanjut yang berusia di atas 60 tahun keatas
ada keluarga yang merupakan sasaran tidak langsung yang
berada dalam lingkungan social bergerak pada pembinaan usia
lanjut.
Tujuan posyandu lansia secara garis besar yakni :
1. Meninhkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di
masyarakat.
2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta
masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatandan
komunikasi antara para usia lanjut.
Dan berdasarkan hasil survey pengetahuan lansia
tentang keberadaan posyandu lansia di lingkungannya yakni
ada posyandu sebanyak 298 (57%) dan tidak mengetahui
keberadaan posyadu di lingkungannya sebanyak 224 (42%)
dari data ini memberikan gambaran bahwa hampir separuh
lansia tidak mengetahui bilamana di lingkungannya terdapat
pelayanan kesehatan terpadu khusus lansia.
Oleh sebab itu di butuhkan sosisalisi dari pihak yang
bertanggung jawab kepada masyarakat agar masyarakat
khususnya para lansia dan keluarganya tahu bahwa ada
pelayanan kesehatan terpadu di lingkungannya agar dapat

110
memanfaatkan posyandu lansia dengan baik sehinggan
manfaat dan tujuan posyandu lansia dapat tercapai.

b. Pemanfaatan Posyandu lansia

Pada table 61 diatas menunjukan pemanfaatan


posyandu lansia oleh individu lansia adalah sebagai berikut,
pada RW I lansia memanfaatkan posyandu lansia yang ada
sebanyak 91 (54%) orang lansia, sedangkan lansia yang tidak
memanfaatkan sarana posyandu lansia yang ada sebanyak 78
(46%) orang lansia. Kemudian pada RW II lansia memanfaatkan
posyandu lansia yang ada sebanyak 20 (38%) orang lansia,
sedangkan lansia yang tidak memanfaatkan sarana posyandu
lansia yang ada sebanyak 32 (62%) orang lansia. pada RW III
lansia memanfaatkan posyandu lansia yang ada sebanyak 61
(27%) orang lansia, sedangkan lansia yang tidak memanfaatkan
sarana posyandu lansia yang ada sebanyak 166 (73%) orang
lansia. pada RW IV lansia memanfaatkan posyandu lansia yang
ada sebanyak 38 (42%) orang lansia, sedangkan lansia yang
tidak memanfaatkan sarana posyandu lansia yang ada sebanyak
52 (58%) orang lansia.
Posyandu lansia seperti yang sudah di jelaskan
diatas bahwa, posyandu lansia merupakan upaya pelayanan
kesehatan konferhensif masalah kesehatan lansia, namun
demikian yang menjadi pertanyaan apakah para lansia
memanfaatkan posyandu dimaksud. Dan dari hasil survey
ditemukan total kelurahan Batulo memanfaatkan sebanyak 157
(33,76%) dan tidak memanfaatkan sebanyak 308 (66,24%).
Dari data hasil survey ini menunjukan peran serta lansia
memanfaatkan layanan posyandu lansia masih sangat rendah.
Oleh sebabitu di perlukan sosialisasi dari pertigas kesehatan dan
dukungan pihak terkait serta peran serta keluarga agar koperatif
guna layanan posyandu lansia lebih dirasa manfaatnya bagi
menjaga kesehatan para lansia di kelurahan Batulo.

c. Penyakit yan di derita lansia

111
Berdasarkan table 62 diatas menunjukan bahwa
penyakit yang banyak di derita oleh kelompk lansia masyarakat
Kelurahan Wangkanapi adalah yang terbanyak diderita oleh
lansia yaitu penyakit Hipertensi 128 (0,65%), Rematik 63
(0,32%), dan penyakit TBC 6 (0,03%).
Dari hasil survey penyakit yang banyak di derita
oleh lansia dalah total kelurahan batulo terbanyak adalah
penyakit hyipertensi terdapat 152 (62,04%), kedua penyakit
rematik terdapat 79 (32,24%) , ketiga penyakit Diabetes
meleitus sebanyak 13 (5,31%) dan terakhir penyakit TBC paru
terdapat 1 (0,41%) penderita lansia.
Dari data hasil survey ini dapat memberikan
gambaran penyakit degenerative karena pola hidup
mendominasi penyakit yang diderita oleh lansia kelurahan
batulo yakni hipertensi, rematik, diabetes meletus yang
merupakan penyakit tidak menular (PTM) yang pengganannya
di perlukan pengaturan pola hidup sehat.

10. Kesehatan Jiwa


a. Penangganan penderita gangguan jiwa dirawat dan
mendapatkan pengobatan.

Pada table 63 diatas menunjukan menunjukan


penangganan kasus pasien dengan gangguan jiwa tertanggani dan
mendapatkan pengobatan adalah, pada RW I mendapatkan
perawatan dan pengobatan sebanyak 3 (75%) kasus pasien jiwa
dan 1 (25%) orang belum mendapatkan perawatan dan
pengobatan, RW III 1 (100%) orang dengan ganguan jiwa belum
mendapatkan perawatan dan pengobatan, RW V terdapat 1
(100%) orang dengan ganguan jiwa belum mendapatkan
perawatan dan pengobatan, RW VI terdapat 1 (100%) orang
dengan ganguan jiwa belum mendapatkan perawatan dan
pengobatan.
Penanggana penderita gangguan jiwa dan mendapatkan pengobatan
adalah upaya yang dilakukan pada kasus gangguan jiwa guna
mengurangi atau upaya penyembuhan. Meski gangguan jiwa bukan
merupakan penyebab utama kematian, menurut Dr. Vijay Chanra,

112
Health and Behavior dari WHO, gangguan jiwa merupakan
penyebab utama disabilitas (ketidakmampuan, cacat) pada
kelompok usia paling produktif yakni antara 15 44 tahun.
Keluarga manapun tidak tega sanak saunaranya menderita
gangguan jiwa dimana dampak sosialnya sangat serius berupa
penolakan, penguculan, dan deskriminatif.
Begitupula dampak ekonomin yang ditimbulkan berupa hilangnya
dari produktifitas untuk mencari nafkah bagi penderita maupun
keluarga yang harus merawat yang harus bertanggung jawab.oleh
karena itu kasus gangguan jiwa harus lah mendapatka penangganan
berupa perawatan dan pengobatan kesehatan agar tidak
berkembang menjadi gangguan jiwa kronis. Dan dari hasil survey
di temukan pederita gangguan jiwa pada masyarakat kelurahan
batulo ditemukan 7 orang pendetita gangguan jiwa. 3 (42,86%)
diantaranya mendapatkan pengobatan dan 4 (57,14) tidak
mendapatkan perawatan dan pengobatan. Darai data ini gangguan
jiwa di kelurahan batulo masi menjadi masalah menginggat
perilaku gangguan jiwa yang temperamental sewaktu waktu dapat
mennganggu bahkan dapat merupakan ancaman keselamatan
masyarakat lain. Oleh sebab itu di perlukan koordinasi semua pihak
agar masalah gangguan jiwa ini dapat di atasi dengan turut serta
melibatkan anggota keluarga sehingga pengobata dapat
berlangsung dengan baik.

113
BAB IV
Prioritas Masalah dan Rencana Tindak Lanjut
A. Prioritas Masalah

1. Kesehatan Ibu Dan Anak, KB, Gizi Dan Imunisasi Masalah yang ada
:
a. Masih ditemukannya ibu hamil melahirkan ditolong oleh dukun
b. Masih ditemukan ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya selama 4
kali
c. Masih ditemukannya bayi lahir dengan berat badan rendah
d. Masih ditemukan anak tidak mendapatkan Imunisasi lengkap
e. Masih ditemukan kasus gizi buruk pada anak
f. Masih ditemukan bayi tidak diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan
pertama
g. Masih ditemukan pasangan usia subur tidak menggunakan alat
kontrasepsi dalam mengatur kelahiran
2. Surveilans Masalah yang ada :
a. Ditemukannya penyakit masyarakat yang bersumber dari lingkungan
seperti Batuk flu, diare, TBC paru, Demam berdarah, Hepatitis dan
Gatal gatal.
b. Ditemukannya penyakit degenerative penyakit tidak menular (PTM)
seperti Hipertensi dan Diabetes.
3. Rumah Dan Lingkungan Masalah yang ada :
a. Masih ditemukan Rumah tangga tidak memiliki Jamban Sehat keluarga
b. Masih ditemukan Rumah tangga tidak memiliki Saluran Pembuangan
Air Limbah (SPAL)
c. Masih ditemukan Rumah Tangga tidak menanggani sampah yang
dihasilkaan di tangani dengan baik.
d. Masih ditemukan rumah rangga yang berlantaikan tanah.
e. Masih ditemukan Rumah tangga dengan kondisi kamar tidak terang
dan lembab
f. Masih ditemukan Rumah tangga memiliki kandang ternak menyatu
dengan badan rumah
4. Perilaku Anggota Keluarga Masalah yang ada :
a. Masih ditemukannya perilaku Rumah tangga yang anggota keluarganya
merokok.
b. Masih ditemukannya perilaku Rumah tangga yang anggota
keluarganya meminum miras
c. Masih ditemukan Rumah tangga tidak melakukan kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) sekali seminggu.
d. Masih ditemukan rumah tangga tidak minum air yang telah dimasak
(menggunakan air gallon)
e. Masih ditemukan rumah tangga tidak BAB pada jamban sehat
f. Masih ditemukan masyarakat membuang sampah sembarangan
g. Masih ditemukan masyarakat tidak melakukan aktifitas fisik 30 menit
per hari

114
h. Masih ditemukan rumah tangga tidak membuka jendela minimal
setengah hari
5. Kesehatan Remaja Masalah yang ada :
a. Masih ada remaja belum pernah mendapatkan pendidikan seks bebas,
narkoba dari tenaga kesehatan selama 6 bulan terakhir
6. Kesehatan Lansia Masalah yang ada :
a. Masih ada lansia yang tidak mengetahui bahwa di lingkungannya
terdapat posyandu lansia
b. Masih ada lansia tidak memanfaatkan posyandu lansia yang ada di
lingkungannya.
7. Kesehatan Jiwo Masalah yang ada :
a. Masih ada penderita gangguan jiwa yang belum mendapatkan
perawatan dan pengobatan dari tenaga kesehtan.

B. Rencana Tindak Lanjut (RTL)

BAB V
Kesimpulan Dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasar pada tujuan pembangunan kesehatan oleh


Pemerintah RI, yakni menciptakan derajat kesehatan masyarakat yang
tinggitingginya, maka dengan segala upaya pemerintah melakukan
115
segala sesuatunya untuk mencapai tujuan tersebut. Masalah kesehatan
yang begitu komplesk dan dinamis membutuhakan penangganan oleh
seluruh pihak dan masyarakat itu sendiri. Paradikma sehat menempatkan
masyarakat sebagai penanggung jawab terciptanya status kesehatan yang
optimal. Masalah kesehatan masyarakat Kelurahan Wangkanapi yang ada
pada hasil survey adalah masalah kesehatan bersama dan di perlukan
kerja sama dan keterlibatan dari semua pihak dalam penangganannya
mulai dari regulasi, system, dan sumber daya pendukung yang ada dalam
pelaksanaan penaggulangan masalah kesehatan. dilakukan secara
terencana, berkesinambungan dengan pertimbangan efeksifitas, efisien,
tepat sasaran dan rasional. Dalam upaya penangganan masalah kesehatan
masyarakat Kelurahan Wangkanapi.

B. Saran
1. Diharapkan kepada masyarakat agar lebih memanfaatkan sarana puskesmas
(posyandu dan program lainnya ) dan fasyankes yang ada di wilahyanya
untuk mendapatkam informasi dan layannan kesehatan yang terintegrasi pada
program kesehatan ibu dan anak, kb, gizi serta imunisasi.
2. Surveilans
Diharapaka kepada masyarakat agar lebih peka terhadap penyakit
yang di alami baik diri, keluarga dam masyarakat terhadap penyakit
yang diderita baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular
sehingga tidak terjadi potensi kejadian luar biasa (KLB) dan lebih
memanfaatkan sarana puskesmas atau fasyankes yang ada untuk
mendapatkan informasi dan pengobatan serta cara pencegahannya.
3. Rumah Dan Lingkungan
Disarankan kepada masyarakat agar terus menjaga dan meningkatkan
kebersihan rumah dan lingkungan, terus konsisten dalam upaya
menciptakan kualitas lingkungan dan perumahan sehat baik dari
kepemilikan saran, penggunaan sarana, optimalisasi fungsi sarana, dan
perawatan serta peningkatan nilai sarana sehingga meminimalisir
timbulnya penyakit bersumber dari rumah dan lingkungan yakni
penyakit Ispa, TBC, Pneumoni, Diare, Cholera, Kecacingan, penyakit
kulit, Demam berdarah dan malaria serta penyakit yang bersumber
dari binatang ternak yakni penyakit Flu burung, Flu babi, Shar, dan
Cikunggunya.
4. Perilaku Anggota Keluarga
Diharapkan kepada seluruh masyarakat agar berperilaku baik dan
sehat guna terwujudnya staus kesehatan yang optimal dengan
116
meningkatkan kesehatan diri dan keluarga, memanfaatkan sarana
sanitasi dasar dengan baik, meningkatkan kualitas kebersihan
lingkungan, meningkatan status gizi, rutin berolah raga secara teratur,
serta berupaya menciptakan keamanan lingkungan yang kondusif.
5. Kesehatan Remaja
Diharapkan kepada remaja agar memanfaatkan waktu luang dengan
hal yang positif, mengikuti organisasi remaja baik keagamaan dan
social kemasyarakatan, lebih memanfaatkan kegiatan ektra kulikuler
dari sekolah dan lebih menjalin komunikasi intensif dengan orang tua.
Peran orang tua harus ditingkatkan pengawasan tentang perilaku dan
perubahan sikap baik tumbuh kembang phisilokogis anak dan
lingkungan pergaulan, agar terhindar dari dampak buruk akibat
pergaulan bebas ( seks bebas dan narkoba). Selain itu perlu kerjasana
semua pihak khususnya lembaga yang bergerak di bidang penanganan
anak remaja dan Dinas kesehatan untuk memberikan penyuluhan
kesehatan secara komprehensip kepada remaja.
6. Kesehatan Lansia
Diharapkan kepada para lansia agar lebih memanfaatkan sarana
posyandu yang ada guna mendapatkan pemeriksaan, pengobatan dan
perawatan kesehatan. Hal terpenting adalah peran serta anggota
keluaraga, dan diharapkan agar anggota keluarga aktif membawa
lansia untuk memanfaatkan posyandu lansia. Selain itu disarankan
kepada pihak terkait yakni pemerintah setempat dan Dinas kesehatan
agar lebih berkoordinas, berkerja sama melakukan sosiaisasi layanan
posyandu lansia kepada seluruh anggota masyarakat yang ada.
7. Kesehatan Jiwa :
Disarankan kepada anggota keluarga agar membawa anggota
keluarganya ke sarana fasilitas kesehatan guna mendapatkan
pengobatan dan perawatan.

117
118

Anda mungkin juga menyukai