Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PUSKESMAS KRAKSAAN
Jl. Dr. Saleh Sumberlele
KRAKSAAN

KERANGKA ACUAN KERJA PENYULUHAN KUSTA PADA KADER

1.Pendahuluan masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional.


Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara-negara yang sedang
berkembang Penyakit kusta me a dari segi medis tetapi meluas sampai
sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam
memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan,
pendidikan, dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat.
termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan rupakan
salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat
kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hany masih kurangnya serta
pemulihan kesehatan dibidang penyakit kusta, maka penyakit kusta
masyarakat. Akan tetapi mengingat kompleksnya masalah penyakit
kusta, melalui strategi yang sesuai dengan endemisitas penyakit kusta.
Selain itu untuk meningkatkan kualitas hidup orang yang mengalami
kusta.
2. Latar Belakang Penyakit kusta sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di Kabupaten Probolinggo, dimana masih ditemukan
penderita baru yang dapat menjadi sumber penularan, pada tahun 2015
jumlah penderita baru ditemukan sebanyak 201 orang dan tahun ini
2016 sampai juni ditemukan
sebanyak 149. Pencapaian prevalensi rateper 10.000 penduduk juga
masih tinggi pada tahun 2015 yaitu 1,69 dan tahun ini 2016 sampai
juni yaitu 2,09.Sementara itu masih juga pasien kusta ditemukan telah
cacat II dengan proporsi pada tahun 2015 yaitu 13% dan pada tahun ini
sampai juni yaitu 9%. Sedangkan penderita usia anak-anak juga masih
tinnggi dengan proporsi pada tahun 2015 yaitu 8% dan pada tahun
2016 sampai juni yaitu 9%. Belum lagi stigma terhadap kusta juga
menyebabkan ketakutan di masyarakat. Perasaan takut terjadi karena
kurangnya pengetahuan, pengertian yang salah, kepercayaan yang
keliru tentang penyakit kusta dan kecacatan yang ditimbulkannya.
Melalui kemajuan tehnologi pengobatan dengan Multi-drug therapy
(MDT),kemajuantehnologi komunikasiuntuk promotif serta
pencegahannya seharusnya penyakit kusta sudah dapat diatasi dan
tidak menjadi masalah kesehatan lagi. Namun demikian karena
masalah penyakit kusta sangat kompleks, maka diperlukan kemitraan
dengan berbagai program dan sektoral untuk pemberantasannya,
rehabilitasimedis, rehabilitasisosial, ekonomi dan pemasyarakatan
ekspenderita.

3. Tujuan Umum dan Tujuan


Khusus
- Memberikan sosialisasi kepada Kader Kesehatan
- Meningkatkan pengetahuan Kader Kesehatan

4. KegiatanPokok dan
Rincian Kegiatan
Tata Nilai : CERIA
(CERIA,EMPATI,RAMAH,INOFATIF,AKUNTABEL)
5. Cara Melaksanakan 1. Pelaksanaan dilakukan oleh petugas Puskesmas dengan
Kegiatan 2. Kegiatan yang dilakukan dengan memberikan penyuluhan
tentang penyakit kusta.
3. Materi yang diberikan gambaran penyakit kusta, di kota
surabaya dan puskesmas, epidemiology, penyakit kusta, dan
pengobatan.
4. Disaat melakukan kegiatan ini petugas diwajibkan membawa
kartu pasien, alat-alat pemeriksaan, buku atlas, dan obat MDT.
5. Waktu pelaksanaan tahun 2020.
6. Laporan kegiatan berisi proses pelaksanaan, hasil kesepakatan,
dan alur rujukan suspek kusta ke puskesmas di wilayah
kerjanya mengundang Kader diwilayah kerja puskesmas.

6. Sasaran Kader kesehatan diwilayah Kecamatan Puskesmas Jabungsisir

7. Jadwal Pelaksanaan
Disesuaikan dengan jadwal kegiatan
Kegiatan
8. Evaluasi
Pelaksanaan Setelah kegiatan berlangsung
Kegiatan
9. Pelaporan
Setelah kegiatan orientasi dilaksanakan

Probolinggo, Januari 2020-+


..
Kepala Puskesmas Jabungsisir
Dr. YUNIAR ENDAH SAVITRI
NIP. 1

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO


PUSKESMAS KRAKSAAN
Jl. KM 0,1 PAITON
PROBOLINGGO

KERANGKA ACUAN STBM

1. Pendahuluan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk


mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan
masyarakat dengan cara pemicuan. Pemicuan adalah cara untuk
mendorong perubahan perilaku higiene dan sanitasi individu atau
masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh perasaan, pola
pikir, perilaku, dan kebiasaan individu atau masyarakat
2. Latar Belakang Pendekatan STBM terdiri dari tiga strategi yang harus dilaksanakan
secara seimbang dan komprehensif, yaitu: 1) peningkatan kebutuhan
sanitasi, 2) peningkatan penyediaan akses sanitasi, dan 3) penciptaan
lingkungan yang kondusif. Penerapan STBM dilakukan dalam
naungan 5 pilar STBM, yaitu (1) Stop Buang Air Besar Sembarangan
(SBS), (2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), (3) Pengelolaan Air
Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT), (4) Pengamanan
Sampah Rumah Tangga (PS-RT), dan (5) Pengamanan Limbah Cair
Rumah Tangga (PLC-RT).

3. Tujuan Umum dan Tujuan Umum : Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
Khusus setinggi-tingginya dengan memperkuat upaya perilaku hidup bersih
dan sehat.
Tujuan Khusus: Mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan ;
b. Mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan
saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan dan
membudayakan perilaku Stop Buang Air Besar
Sembarangan di masyarakat guna tercapainya Kelurahan
Stop Buang air Besar Sembarangan (ODF/Open
Defecation free);
c. Meningkatkan dan membudayakan perilaku cuci tangan
pakai sabun dengan air bersih yang mengalir secara
berkelanjutan di masyarakat;
d. Meningkatkan dan membudayakan perilaku pengelolaan
air minum dan makanan rumah tangga yang aman dan
bersih secara berkelanjutan;
e. Meningkatkan dan membudayakan perilaku memilah
sampah rumah tangga sesuai dengan jenisnya seperti
upaya Reduce, Reuse, Recycle (3R) dan membuang
sampah rumah tangga secara rutin;
f. Meningkatkan dan membudayakan perilaku pengamanan
limbah cair rumah tangga di masyarakat dengan benar

4. KegiatanPokok dan KegiatanPokok : Pembinaan pada masyarakat


Rincian Kegiatan Rincian Kegiatan :
1. Pendataan dan pemetaan wilayah Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) oleh Sanitarian Puskesmas
2. Pembentukan dan pelatihan Tim Fasilitator STBM;
3. Pemicuan STBM ditingkat komunitas (RT/RW) oleh Tim
fasilitator STBM Puskesmas;
4. Monev pasca pemicuan STBM oleh Tim Fasilitator STBM
Puskesmas;
5. Verifikasi Kelurahan ODF (Open Defecation Free) apabila
suatu kelurahan 100% warganya telah akses jamban sehat
dan Stop BABS.

Tata Nilai : Profesional, Responsif, Ikhlas, Measurable, Akuntable


5. Cara Melaksanakan Tahapan :
Kegiatan 1. Petugas Pendataan dan pemetaan wilayah BABS oleh
Sanitarian Puskesmas
2. Pembentukan dan pelatihan Tim Fasilitator Puskesmas
3. Pemicuan STBM
4. Monev Pasca Pemicuan STBM
5. Pembentukan TIM Verifikasi Kelurahan ODF oleh Kecamatan
6. Verifikasi Kelurahan ODF (Open Defecation Free)

Peran Lintas Program : Tidak ada


Peran Lintas Sektor : Memfasilitasi, memantau kegiatan,
mengkoordinasi
10. Sasaran Pelaksanan Program

11.Jadwal No. Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ag S O N
Pelaksanaan u e k o
p t p
Kegiatan 1. x
2 x
12.Evaluasi
Pelaksanaan Setelah kegiatan berlangsung
Kegiatan
13.Pelaporan
Setelah kegiatan orientasi dilaksanakan

Probolinggo, Januari 2016


Kepala Puskesmas Kraksaan

Dr. AGUS CIPTOSANTOSO N


NIP. 19700802 200212 1 005

Anda mungkin juga menyukai