RUSMINI
DEFINISI
• Evidence Based
Evidence Based Practise
• Merupakan salah satu perkemba- ngan yang
penting pada dekade ini untuk membantu
sebuah profesi, termasuk kedokteran,
kebidanan,keperawatan, sosial, psikologi,
public health, konseling dan profesi
kesehatan dan sosial lainnya.
• Gabriel 2000 mendefinisikan EBP sebagai suatu proses
yang melibatkan pembelajaran atas arahan diri
sendiri yang mengharuskan pekerja profesional bisa
mengakses informasi sehingga memungkinkan kita
• Menggunakan pengetahuan yang telah kita miliki dalam
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bisa kita jawab
• Menemukan bukti-bukti terbaik dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan
• Menganalisis bukti-bukti terbaik itu untuk mendapatkan
validitas penelitian
maupun kedayaterapannya pada pertanyaan-
pertanyaan praktik yang kita ajukan
• Membuat agar klien bertindak sebagai partisipan dalam p
embuatankeputusan
• Mengevaluasi kualitas praktik pada klien
ISTILAH ISTILAH DLM EB
Evidencebased medicine (EBM),dalam
pengobatan
Evidence based nursing (EBN),dalam perawatan
dan kebidanan
Evidence based practice (EBP).
Evidence Based Practice (EBP) merupakan
upaya untuk mengambil keputusan klinis
berdasarkan sumber yang paling relevan dan
valid yaitu dari hasil penelitian
TUJUAN EBP
• Memberi alat, berdasarkan bukti-bukti-bukti
terbaik yang ada, untuk mencegah, mendeteksi
menangani gangguan kesehatan dan kepribadian
( stout dan, haynes, 2005)
• Dalam memilih suatu pendekatan pengobatan dan
kepribadian, kita hendaknya secara empiris melihat-
lihat kajian penelitian yang telah divalidasikan secara
empiris yang menunjukkan keefektifan suatu
pendekatan terapi tertentu pada diri individu tertentu
• Perlunya mengevaluasi pelayanan kesehatan
berdasarkan bukti-bukti ilmiah (scientific evidence)
Hirarki dlm Penerapan
EB
Hierarki dalam penelitian ilmiah
1. Laporan fenomena atau kejadian-kejadian yang kita
temuai sehari-hari.
2. Studi kasus.
3. Studi lapangan atau laporan deskriptif.
4. Studi percobaan tanpa penggunaan tekhnik pengambilan
sampel secara acak (random).
5. Studi percobaan yang menggunakan setidaknya ada satu
kelompok pembanding, dan menggunakan sampel secara
acak.
PERBEDAAN EBP DAN KEBIASAAN
KEBIASAAN KETERANGAN
Pasal 46
• (1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan
bertugas memberikan pelayanan yang meliputi:
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. pelayanan kesehatan anak;
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
d. pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang;
dan/atau
e. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
(2) Tugas Bidan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilaksanakan
secara bersama atau sendiri.
(3) Pelaksanaan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan secara bertanggung
jawab dan akuntabel.
Pasal 51
• Dalam menjalankan tugas memberikan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf c,
Bidan berwenang melakukan komunikasi,
informasi, edukasi, konseling, dan
memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 52
• Ketentuan lebih lanjut mengenai
pelayanan kesehatan ibu, pelayanan
kesehatan anak, dan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 sampai dengan
Pasal 51 diatur dengan Peraturan
Menteri
2.Menurut PP no 61 tahun 2014 ttg
Kesehtan Reproduksi
• Pasal 8
(1) Setiap perempuan berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan ibu untuk mencapai hidup
sehat dan mampu melahirkan generasi yang sehat
dan berkualitas serta mengurangi angka kematian
ibu.
(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sedini mungkin dimulai dari
masa remaja sesuai dengan perkembangan mental
dan fisik.
(3) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan melalui:
a. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja;
b. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil,
Hamil, Persalinan, dan Sesudah Melahirkan;
c. pengaturan kehamilan, pelayanan kontrasepsi
dan kesehatan seksual; dan
d. Pelayanan Kesehatan Sistem Reproduksi.
Pasal 12
(2) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi materi:
a. pendidikan keterampilan hidup sehat;
b. ketahanan mental melalui ketrampilan sosial;
c. sistem, fungsi, dan proses reproduksi;
d. perilaku seksual yang sehat dan aman;
e. perilaku seksual berisiko dan akibatnya;
f. keluarga berencana; dan
g. perilaku berisiko lain atau kondisi kesehatan lain
yang berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi.
Pasal 19
(3) Pelayanan pengaturan kehamilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
penyelenggaraan program keluarga berencana.
Pasal 20
(1) Setiap orang berhak mendapatkan komunikasi,
informasi, dan edukasi tentang keluarga berencana.
(2) Komunikasi, informasi, dan edukasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan siklus
kehidupan manusia.
Pasal 22
(1) Setiap orang berhak memilih metode
kontrasepsi untuk dirinya tanpa paksaan.
(2) Metode kontrasepsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sesuai pilihan pasangan suami istri
dengan mempertimbangkan usia, paritas, jumlah
anak, kondisi kesehatan, dan norma agama.
(3) Metode kontrasepsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang berupa pelayanan kontrasepsi
dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR),
Implant, dan Metode Operasi Wanita
(MOW)/Metode Operasi Pria (MOP) harus
dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan
Pasal 24
(1) Pelayanan kontrasepsi darurat diberikan
pada ibu yang tidak terlindungi kontrasepsi atau
korban perkosaan untuk mencegah kehamilan.
(2) Pemberian kontrasepsi darurat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan sesuai standar.
3. PP NOMOR 28 TAHUN 2017TTG
REGISTRASI DAN PRAKTEK BIDAN
• Wewenang bidan
Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan,
Bidan memiliki kewenangan untuk memberikan:
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. pelayanan kesehatan anak; dan
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana.
KEPMENKES NO 320/2020 TTG STANDART
PROFESI BIDAN
MANFAAT
1. Bidan
a. Pedoman dalam pelaksanaan praktik
kebidanan;
b. Alat ukur kemampuan diri.
2. Organisasi Profesi
a. Standarisasi kompetensi Bidan;
b. Dasar referensi pengembangan profesi Bidan.
3. Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan
Dasar referensi penyelenggaraan dan
pengembangan pendidikan kebidanan
• AREA KOMPETENSI
terdiri dari 7 (tujuh) area kompetensi meliputi: (1)
Etik legal dan keselamatan klien,
(2) Komunikasi efektif,
(3) Pengembangan diri dan profesionalisme,
(4) Landasan ilmiah praktik kebidanan,
(5) Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan,
(6) Promosi kesehatan dan konseling,
(7) Manajemen dan kepemimpinan.
Komponen kompetensi Ahli Madya
Kebidanan sp th 2026
1. Bayi Baru Lahir (Neonatus) usia 0-28 hari
2. Bayi, Balita dan Anak pra sekolah
3. Masa Kehamilan
4. Masa Persalinan
5. Masa Nifas
6.Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
7. Keterampilan Dasar Praktik Klinis Kebidanan
Komponen kompetensi Ahli Madya
Kebidanan setelah th 2026
1. Bayi Baru Lahir (Neonatus) usia 0-28 hari
2. Bayi, Balita dan Anak pra sekolah
3. Masa Kehamilan
4. Masa Persalinan
5. Masa Nifas
6.Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
7. Keterampilan Dasar Praktik Klinis Kebidanan
Pasal 21
Dalam memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c,
Bidan berwenang memberikan:
a. Penyuluhan dan konseling kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana;
dan
b. pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan
suntikan.
4.UU NOMOR 36 TAHUN 2014 TTG
KESEHATAN
Pasal 62 ayat (1) huruf c
Yang dimaksud dengan "kewenangan berdasarkan
Kompetensi" adalah kewenangan untuk melakukan
pelayanan kesehatan secara mandiri sesuai dengan
lingkup dan tingkat kompetensinya, antara lain:
• bidan memiliki kewenangan untuk melakukan
pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan
anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana.
FAK KULTUR / SOSIAL BUDAYA DLM
PELAYANAN KB