Anda di halaman 1dari 41

KEBIJAKAN PP IBI DALAM

PENCEGAHAN PRAKTEK FGM/C/P2GP


BAGI BIDAN DI INDONESIA

Oleh :
Dr. Ade Jubaedah, S.SiT, M.M, MKM
Sekretaris Jenderal PP IBI
O verview
Bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan

Dilakukan secara mandiri,


kolaborasi, konsultasi dan
rujukan

Ditujukan untuk kesehatan reproduksi


perempuan sepanjang siklus
PELAYANAN kehidupannya, termasuk bayi dan anak
Balita.
KEBIDANAN
PRAKTIK KEBIDANAN
Pasal 4 1(2) Praktik
Pasal 4 1(1) Kebidanan sebagaimana
Praktik Kebidanan dimaksud pada ayat (1) harus
dilakukan di: dilakukan sesuai dengan
a. Tempat Praktik Mandiri kompetensi dan kewenangan
Bidan; dan serta mematuhi kode etik,
b. Fasilitas Pelayanan standar profesi, standar
Kesehatan lainnya pelayanan profesi, dan
standar prosedur operasional
UU NO 4 TAHUN 2019
PASAL 29 TENTANG KEBIDANAN TUGAS DAN WEWENANG

Tugas Bidan
dapat
dilaksanakan
Pelayanan kesehatan
ibu
Pelayanan kesehatan
anak
Pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan
secara
dan keluarga berencana bersama atau
sendiri secara
bertanggung
jawab dan
akuntabel
Pelaksanaan tugas berdasarkan Pelaksanaan tugas dalam keadaan
pelimpahan wewenang keterbatasan tertentu
RUANG LINGKUP PRAKTIK BIDAN

• Bidan seorang care provider dengan peran 1. Promosi kesehatan,


strategis dan unik - memposisikan dirinya 2. Upaya pencegahan penyakit
sebagai mitra perempuan di masyarakat, 3. Asuhan pada ibu pra hamil dan hamil,
terutama dalam menjalani siklus kesehatan 4. Pertolongan persalinan normal,
reproduksinya melalui asuhan secara holistik 5. Asuhan post partum,
dan berkesinambungan dengan pendekatan 6. Asuhan pada bayi dan balita,
Midwifery Respectful Care. 7. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan & KB
8. Deteksi komplikasi pada ibu dan anak dan
• Bidan merupakan Chance of Agent - dekat dg melaksanaan asuhan kegawatdaruratan sesuai
masyarakat - menggerakkan peran serta dengan kompetensi dan kewenangan
masyarakat dan memberdayakan perempuan 9. Merujuk kasus risti dan komplikasi
serta keluarga. 10. Penggerakkan peranserta masyarakat dan
pemberdayaan perempuan dan keluarga
UU NO 4 TAHUN 2019
PASAL 47 TENTANG KEBIDANAN PERAN BIDAN

Pemberi pelayanan Pengelola pelayanan Penyuluh dan konselor


kebidanan kebidanan

pendidik, pembimbing, dan penggerak peran serta masyarakat peneliti


fasilitator klinik dan pemberdayaan perempuan
LINGKUP ASUHAN KEBIDANAN
Komponen Kompet ensi Bidan
1. Bayi Baru Lahir/ Neonat us
2. Bayi, Balit a dan Anak Prasekolah
3. Kespro Remaj a
4. Masa sebelum hamil
5. Masa Kehamilan
6. Masa Persalinan
7. Masa Pasca Keguguran
8. Masa Nifas
9. Masa Ant ara
10. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
11. Masa Klimakt erium
12. Pelayanan Kesehat an Reproduksi dan Seksualit as
13. Ket erampilan Dasar Prakt ik Klinis Kebidanan
PELAYANAN KESEHATAN BAYI & ANAK BALITA

1. Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan


anak Bidan berwenang:
2. Memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi,
balita, dan anak prasekolah;
3. Memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat;
4. Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita,
dan anak prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit,
gangguan tumbuh kembang, dan rujukan;
5. Memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada
bayi baru lahir dilanjutkan dengan rujukan.
AREA KOMPETENSI:
KETERAMPILAN KLINIS DALAM PRAKTIK KEBIDANAN
➢ Bayi Baru Lahir (Neonatus)
1) Adaptasi fisiologis bayi baru lahir
2) Asuhan esensial bayi baru lahir
3) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
4) Asuhan bayi baru lahir usia 0-28 hari
5) Masalah dan penyulit bayi baru lahir
6) Tatalaksana awal kegawatdaruratan neonatal dan rujukan.
➢ Bayi, Balita dan Anak prasekolah:
1) Pertumbuhan dan Perkembangan
2) Pengelolaan dan Penanganan bayi dan balita sakit melalui Manajemen Terpadu
Bayi Muda (MTBM) dan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
3) Pemantauan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK).
4) Imunisasi
5) Asuhan kebidanan pada bayi, balita dan anak prasekolah
6) Bantuan Hidup Dasar (BHD)
7) Tatalaksana awal kegawatdaruratan pada bayi, balita dan rujukan
STANDAR KOMPETENSI BIDAN

Area Kompetensi :
1. Etik Legal dan keselamatan pasien
2. Komunikasi Efektif
3. Pengembangan diri dan
Profesionalisme Pelayanan Kebidanan
Berkualitas
4. Landasan Ilmiah Praktik kebidanan
5. Keterampilan klinis dalam praktik
kebidanan
6. Promosi kesehatan dan konseling
7. Manajemen dan kepemimpinan
Standar Praktek Kebidanan
St andar Prakt ek Kebidanan dikembangkan dari
filosofi dan kode etik bidan yang membentuk
kerangka fikir dan kerangka kerj a bidan dalam
melakukan kegiat an prof esionalnya berdasarkan
bukt i ilmiah

The New Zealand College of Midwives


1. Pemberian asuhan berdasarkan fakta
2. Didasari pemikiran kritis
3. Rasional
4. Pengambilan keputusan bertanggung jawab
5. Menghindari kerusakan/risiko seminimal mungkin
6. Mempertimbangkan perbedaan budaya lokal dan
etik (non judgmental, non diskriminasi,
empowerment, human dignity)
7. Memberikan Informed choice
1. Berfokus pada perempuan dan holistik komprehensif
2. Berkesinambungan: untuk meningkatkan kemampuan dan
memenuhi kebutuhan klien dalam kondisi apapun
3. Melakukan intervensi dan rujukan yang tepat.
4. Memelihara hubungan saling percaya dan saling menghargai
5. Menyediakan panduan dan memfasilitasi klien untuk membuat
keputusan
6. Kreatif dalam memberikan asuhan
7. Memberikan dukungan kepada seluruh perempuan agar tercapai
hak-hak asasi manusia dan memperoleh asuhan yang
berkualitas.
8. Menghargai perbedaan individu yang unik
AZAZ PENYELENGGARAAN PRAKTEK KEBIDANAN

Pelindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta


harkat dan martabat setiap warga Negara

Harus dilakukan berdasarkan pada ilmu pengetahuan dan


1. Perikemanusiaan teknologi yang diperoleh baik melalui penelitian, Pendidikan,
2. Nilai Ilmiah maupun pengalaman praktik.

3. Etika Dan Praktik Kebidanan harus menerapkan etika profesi dan sikap
professional
4. Manfaat
Harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
5. Keadilan kemanusiaan

6. Pelindungan dan Pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan
masyarakat
7. Keselamatan Klien.
Memberikan perlindungan bagi klien/masyarakat dan bagi
Bidan

Bidan dalam melakukan Asuhan Kebidanan harus


mengutamakan keselamatan klien.
PHYLOSOPHY ASUHAN KEBIDANAN

Kehamilan dan persalinan merupakan Asuhan kebidanan mempromosikan, melindungi dan


proses fisiologis alamiah namun memiliki mendukung perempuan dan keluarganya untuk
resiko memperoleh pelayanan kesehatan, dengan menghormati
dan melindungi hak reproduksi dan seksual, perbedaan
etnis dan budaya, didasarkan pada prinsip keadilan, etis,
Asuhan kebidanan bersifat emansipatoris
kesetaraan dan penghormatan terhadap martabat
untuk melindungi dan meningkatkan status
manusia
kesehatan perempuan, dan membangun
kepercayaan diri perempuan terhadap
kemampuannya dalam menjalani kehamilan dan Asuhan kebidanan diberikan oleh bidan yang kompeten
persalinan dilandasi etika yang diperoleh melalui pendidikan formal,
berkelanjutan, penelitian ilmiah dengan penerapan bukti
Asuhan Kebidanan dilaksanakan dalam konteks ilmiah (evidence based)
kemitraan dengan perempuan, mengakui hak
perempuan untuk mengambil keputusan, dan Kehamilan dan melahirkan adalah pengalaman yang
menghormati privasinya mendalam, yang memiliki arti penting bagi perempuan,
keluarga dan masyarakatnya
Bidan merupakan salah satu tenaga Asuhan kebidanan bersifat holistik dan berkelanjutan,
kesehatan profesional yang kompeten dan didasarkan pada pemahaman tentang pentingnya
berwenang memberikan asuhan kepada ibu pemahaman faktor sosial, emosional, budaya, spritual,
dalam masa kehamilan dan melahirkan psikologis, dan fisik dari setiap perempuan
Kode Etik Bidan Indonesia adalah norma-norma yang disepakati dan
ditetapkan oleh Profesi Bidan untuk dipatuhi dan diterapkan oleh setiap
anggota profesi Bidan dalam melaksanakan tugas profesinya di
masyarakat.

Prinsip Kode Etik Bidan Indonesia mengacu pada azaz umum etika yang terdiri
dari kewajiban berbuat baik, bertindak yang tidak membahayakan ataupun
memperburuk kondisi klien, menghormati dan menghargai hak, otonomi dan
kerahasiaan klien, serta memberikan perlakuan yang adil kepada setiap klien.

Kode etik bidan Indonesia menjadi acuan dan pedoman bagi bidan
dalam menjalankan tugas mulia profesi dengan baik, melayani
dengan hati dan penuh pertimbangan etis.
Kompetensi & Kewenangan Bidan

COMPETENCIES AUTHORITIES

Standar Kompetensi UU RI No. 36/2009 tentang Kesehatan


Profession Standard

Kode Etik Bidan UU RI No. 36/2014


tentang Tenaga Kesehatan

Standard Practice & UU RI No. 4/2019


Philosophy tentang Tenaga Kesehatan

Permenkes RI No. 28/ 2017 tentang Izin


dan Penyelenggaraan Praktik Bidan

KMK RI No 07/2020
tentang Standar Profesi Bidan
ANALISIS MASALAH BIDAN DAN FGM
1. Dalam melaksanakan tugasnya, bidan harus sesuai ketentuan
peraturan yang berlaku – Standar Profesi
2. Tugas bidan digarda terdepan sering dihadapkan pada masalah dilematis,
misalnya isu sunat perempuan,
3. Dalam Kurikulum Pendidikan Kebidanan - tidak ada topik tentang sunat
perempuan
4. Dalam Standar Profesi , standar kompetensi dan kewenangan – tidak ada ttg
sunat perempuan
5. Dalam philosophy dan Kode Etik – Bidan harus melindungi hak
reproduksi dan seksualitas
6. Bidan dilarang melakukan tindakan menyakiti / kekerasan terhadap
perempuan & anak
7. Sunat perempuan merupakan bagian dari tindakan kekerasan – tidak sesuai
standar, pilosofi maupun kode etik profesi bidan
19
KESEHATAN PEREMPUAN DAN SUNAT PEREMPUAN
Masalah Kesehatan Perempuan merupakan salah satu masalah yang
mendapat perhatian nasional dan internasional:

CEDAW (Convention on the ICPD (International Conference


Elimination of All Forms of for Population and
Discrimination against Development), Kairo, 1994:
Women), telah diratifikasi Pemenuhan kebutuhan
kesehatan reproduksi, baik bagi
melalui UU No. 7 Thn 1984:
laki-laki maupun perempuan,
Menjunjung tinggi HAM dan
harus menghormati hak
persamaan hak laki-laki dan
reproduksi dengan
perempuan dalam bidang
memperhatikan kesetaraan
ekonomi, sosial, budaya, sipil, gender dan kekerasan terhadap
dan politik. perempuan.
Kesehatan Perempuan dan Sunat Perempuan (2)

Konvensi tentang Hak-hak Anak, Konferensi Internasional Perempuan Ke


telah diratifikasi sejak tahun 1990 IV, Beijing, 1995: Salah satu bidang kritis:
“Kekerasan terhadap Perempuan” ,
termasuk masalah perusakan alat kelamin
UU No. 39 Tahun 1999 perempuan atau Female Genital Mutilation
tentang HAM:
• Pasal 51 ayat 1: Hak Anak
adalah HAM
SDGs Target 5.3 : Menghapuskan
• Pasal 58 ayat 1: Seorang anak
semua praktik berbahaya, seperti
berhak mendapat perlindungan
perkawinan usia anak, perkawinan dini
dari segala bentuk kekerasan
dan paksa, serta sunat perempuan
baik fisik maupun mental.
Aspek Hukum Sunat Perempuan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014


tentang Kesehatan Reproduksi
Tentang Hak Asasi Manusia
Permenkes Nomor 97 Tahun 2014
Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan
Tentang Kesehatan Kesehatan Seksual

Surat Edaran Dirjen Kesmas Kementerian


Kesehatan (2006)
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Nomor: HK.00.07.1.3.1047a tentang Larangan
Tentang Tenaga Kesehatan Medikalisasi Sunat Perempuan bagi Petugas Kesehatan

Permenkes RI Nomor 1636/MENKES/PER/XI/2010


Tentang Sunat Perempuan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan UU Nomor 23 Tahun 2012
Permenkes RI Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Perlindungan Anak Tentang pencabutan Permenkes Nomor
1636/MENKES/PER/XII/2020
tentang Sunat Perempuan
Dukungan Organisasi Profesi terhadap
SE Dirjen Bina Kesmas Tahun 2006

• Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi


Indonesia (POGI) melalui surat nomor
044/KU/V/08 tanggal 8 Mei 2008
• Ikatan Bidan Indonesia (IBI) melalui surat
nomor 3970/PPIBI/VII/2008.

• Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melalui


penyampaian pernyataan sikap pada tahun
2007.
KOMPETENSI TENAGA KESEHATAN DALAM P2GP

P2GP sebagai bentuk


pelanggaran kode etik
Pelaksanaan P2GP tidak
P2GP tidak pernah karena
terdapat dalam standar
diajarkan pada kurikulum pemotongan/pelukaan
kompetensi dokter
Pendidikan tenaga pada jaringan genitalia
Indonesia, bidan dan
Kesehatan. yang sehat merupakan
perawat.
pelanggaran terhadap
prinsip kode etik.
Aspek Medikolegal Sunat Perempuan

1. Etika profesi kesehatan untuk tidak melakukan


pengrusakan terhadap organ yang sehat
2. Dampak merugikan terhadap kesehatan perempuan
3. Kompetensi dan kewenangan tenaga kesehatan
4. Tidak diajarkan di dalam kurikulum Pendidikan tenaga
kesehatan

SUNAT PEREMPUAN
1. Bukan merupakan kompetensi dan kewenangan Bidan
2. Bertentangan dengan amanat Undang-undang dalam
perlindungan kesehatan reproduksi bagi perempuan
3. Tidak ada indikasi medis dan manfaat untuk kesehatan
Female Genital Mutilation
dan Sunat Perempuan
• Istilah lain FGM dan sunat perempuan adalah
Pemotongan dan Perlukaan Genitalia Perempuan
(P2GP)

• FGM merupakan salah satu bentuk Tindakan


kekerasan terhadap perempuan yang sangat
ditentang masyarakat global dan melanggar HAM.

• FGM mempunyai dampak negative terhadap


perempuan, Kesehatan reproduksi baik jangka pendek
dan jangka Panjang.
P2GP atau yang disebut juga dengan Sunat
Perempuan adalah seluruh bentuk
pemotongan alat kelamin perempuan baik
sebagian atau keseluruhan atau dalam
bentuk apapun yang melukai alat kelamin
perempuan, dengan alasan di luar
( kepentingan) medis.
*
P2GP adalah Pem otongan dan Pelukaan Genitalia
Perempuan atau biasa dikenal oleh masyarakat
sebagai sunat perempuan.

*
Adalah seluruh bentuk pemotongan alat kelamin
perempuan baik sebagian atau keseluruhan atau
dalam bentuk apapun yang melukai alat kelam in
perempuan, dengan alasan di luar kepentingan
medis.

*
Istilah lain:
Mandi Lemon (Gorontalo), Suci/ Murni (Lombok),
Basunat (Banjar), Masunna (Sulbar), Capitan
(Banten), Selam (Babel)
MENGAPA P2GP
Perlu Dicegah?

KOMPLI KASI SEGERA


Berbeda dengan sunat laki-laki yang
menggunakan obat bius atau anestesi,
sunat pada perempuan / P2GP biasanya KOMPLI KASI JANGKA PANJANG
tidak menggunakan obat bius sehingga
perempuan dapat mengalami nyeri yang P2GP melibatkan pemotongan struktur DAMPAK PSI KOLOGI S
hebat. Organ genitalia eksterna genital seksual yang sensit if seperti
perempuan memiliki persyarafan dan gland klitoris dan bagian dari labia minora, P2GP juga memberikan pengalaman
pembuluh darah yang banyak sehingga sehingga menyebabkan penurunan yang traumatis bagi anak perempuan
tindakan P2GP dapat menimbulkan respon serta kepuasan seksual. Jaringan atau perempuan yang menjalaninya
perdarahan yang hebat. parut pada bagian vulva juga dapat sehingga menimbulkan masalah bagi
Apabila pelukaan tidak dirawat dengan menyebabkan nyeri terutama saat kesehatan jiwa.
baik akan menimbulkan infeksi, berhubungan seksual.
pembengkakan padajaringan, dan sulit
berkemih.
MITOS Anak gadis baru dapat memasuki pubert as dan dihormati j ika P2 GP t idak berdampak buruk t erhadap hubungan suami
sudah disunat MITOS istri
Norma dan budaya yang berlaku berubah seiring Banyak perempuan de ngan P2 GP melaporkan adanya efek
FAKTA berkembangnya zaman dan saat ini banyak t at a cara lain FAKTA samping yang merugikan dalam hubungan se ksual
yang dapat diterima oleh masyarakat unt uk membant u anak se hingga dapat berdampak buruk dalam hubungan suami
gadis memasuki pubert as t anpa harus melalui prakt ik P2 GP istri.
P2 GP yang dilakukan oleh ahli t e naga medis t idak
Laki-laki dianggap t idak mendukung penghilangan praktik MITOS
MITOS menimbulkan risiko yang berbahaya
P2 GP
P2 GP sendiri adalah t indakan yang berbahaya dan dapat
Dat a yang berasal dari kebanyakan ne gara menunj ukkan
FAKTA FAKTA menimbulkan komplikasi pada kesehat an seksual, fisik, dan
bahwa mayorit as anak laki-laki dan laki- laki berpendapat
ment al t erlepas dari siapapun yang melakukannya.
bahwa prakt ik P2 GP harus dihentikan.
MITOS P2 GP dapat memperbaiki fert ilit as at au kesuburan

Perempuan yang t idak di sunat mempunyai libido (hasrat Tidak ada bukt i ilmiah yang menunj ukkan bahwa P2 GP
seksual) yang t inggi FAKTA dapat memperbaiki kesuburan. Dalam kenyataannya, P2 GP
MITOS Pusat kontrol hasrat se ksual t erdapat di ot ak bukan di organ bahkan menimbulkan berbagai komplikasi yang berdampak
genit al. buruk bagi kesuburan seseorang.
FAKTA P2 GP dapat menimbulkan rasa nyeri saat berhubungan
MITOS P2 GP adalah kewaj iban at au t unt ut an agama
se ksual
Agama melarang se gala bent uk t indakan yang
MITOS
Dampak terparah dari P2 GP adalah rasa nyeri saat FAKTA
membahayakan banyak pemuka agama yang yakin bahwa
berhubungan se ksual bagi perempuan di kemudian hari.
t radisi ini harusdihilangkan.
Bagi perempuan de ngan dampak yang kurang parah pun

MITOS & FAKTA


FAKTA t etap dapat merasakan nyeri karena be kas luka di j aringan
sert a berkurangnya hasrat seksual.

terkait P2GP
P2 GP da r i Se gi Aga m a

Menurut Dr. Wahbah al Zuhaili, ulama fikih kontemporer :


• Mazhab Hanafi dan Maliki, khitan laki-laki sunah muakkadah (sangat
dianjurkan), sunat perempuan disebut khifadh adalah makrumah
(suatu kehormatan), yakni menggores sedikit kulit bagian atas vagina
prempuan.
• Mazhab Syafi’I berpendapat wajib bagi laki-laki maupun perempuan
• Imam Ahmad bin Hanbali, berpendapat khitan adalah wajib bagi laki-
laki dan suatu kehormatan bagi perempuan.
P2 GP M e n u r u t Pe n da pa t Ula m a
• MUI (Majelis Ulama Indonesia)
a. Khitan bagi laki-laki dan perempuan adalah fitrah dan syiar Islam.
b. Khitan perempuan adalah kemuliaan dan pelaksanaannya merupakan bentuk Ibadah.
• Keputusan Munas ke-27 Tarjih Muhammadiyah tahun 2010,
Khitan perempuan dalam pengertian khifadl tidak berdampak positif baik dari sisi medis, psikologis
maupun seksual tetapi lebih merupakan budaya yang berdasar pada asumsi.
• Muktamar Nahdhatul Ulama ke 32 tahun 2010
Laki-laki lebih dianjurkan berkhitan (sunnah), sedangkan perempuan (mubah)
• Musyawarah Ulama Pesantren yang dilaksanakan di Bogor pada bulan Mei 2018
mengeluarkan pendapat berupa risalah bogor yang berisi :
a. Sunat perempuan hukum asalnya adalah mubah, namun jika mengakibatkan
kemudhahrotan/membahayakan secara medis maka hukum-nya menjadi haram.
b. Sosialisasi persoalan sunat perempuan perlu dilakukan dengan pendekatan multiperspektif
(keagamaan, medis, social budaya).
c. Mengajak ulama dan tokoh masyarakat untuk memberikan pemahaman yang komprehensif
tentang sunat perempuan sehingga dapat menghindarkan bahaya.
P2GP tidak perlu dilakukan karena tidak
mempunyai manfaat bagi kesehatan
bahkan mempunyai dampak yang merugikan
bagi kesehatan reproduksi perempuan.
Upaya Kementerian Kesehatan dalam
Pencegahan Praktik Sunat Perempuan

1. Menambahkan informasi pada buku KIA bahwa “sunat


pada anak perempuan tidak mempunyai manfaat terhadap
kesehatan bahkan dapat berisiko bagi kesehatan
reproduksi”
2. Menyusun pedoman Bagi Tenaga Kesehatan dalam
Pencegahan Praktik Pemotongan dan Perlukaan
Genitalia Perempuan (P2GP) dan lembar balik
Pencegahan Praktik Pemotongan dan Perlukaan
Genitalia Perempuan (P2GP) yang dapat digunakan
nakes dalam mengedukasi masyarakat
3. Menambahkan informasi tentang pencegahan sunat
perempuan dalam modul pelatihan Tatalaksana Kasus
Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (KtPA)
Komunikasi Pencegahan P2GP
Pencegahan P2GP perlu dikomunikasikan kepada tenaga
Kesehatan dan masyarakat.
Dengan mengkomunikasikan P2GP kita dapat mendorong :
• Terjadi perubahan pendapat (opinion change), pengetahuan, ide,
keyakinan dan pemikiran tenaga Kesehatan dan masyarakat
terhadap praktek P2GP.
• Membangun sikap positif/perubahan sikap (attitude change)
terhadap pencegahan P2GP.
• Terjadi perubahan perilaku (behavior change) terhadap praktek
P2GP sehingga tidak lagi melakukan praktek yang berbahaya.
• Terjadi perubahan kehidupan social (social change) yang tidak lagi
membahayakan perempuan dan anak perempuan
Strategi Pencegahan P2GP
• Penyuluhan perorangan dengan menggunakan lembar balik
• Komunikasi tatap muka dalam percakapan sehari-hari
• Mengembangkan lembar informasi seperti leaflet untuk diberikan kepada
masyarakat
• Menggunakan media poster
• Menyampaikan pesan melalui sarana media social seperti facebook, twitter dan
sebagainya.
• Membuat tulisan di dalam situs internet
• Membuat pesan kunci pencegahan P2GP terutama bahaya P2GP
Informasi pencegahan P2GP perlu disampaikan pada masyarakat disesuaikan
dengan kapasitas dan kompetensi tenaga kesehatan
Menurut Perkumpulan Obstetri Dan
Ginekologi I ndonesia,

“Sunat perempuan merupakan praktik yang


tidak perlu dilakukan, karena secara medis
tidak berguna bahkan merugikan dan
berdampak pada kesehatan reproduksi”.

Menurut I katan Dokter Anak


I ndonesia,

“Sunat pada anak perempuan secara


medis tidak mempunyai manfaat”.
Kesimpulan
1. Sunat Perempuan tidak ada manfaat untuk Kesehatan
2. Sunat Perempuan dapat menimbulkan resiko Kesehatan
3. Sunat Prempuaan melanggar hak perempuan dan anak
4. Tidak ada dalam kurikulum Pendidikan kebidanan tentang sunat perempuan
5. Bidan tidak memiliki kompetensi dan kewenangan melakukan sunat
perempuan
6. Kompetensi Bidan meliputi klinis dan non klinis/kompetensi social
7. Jika ada bidan yang melakukan sunat perempuan – melanggar standar & kode
etik bidan.
8. Tenaga kesehatan yang melaksanakan praktik tidak sesuai standar profesi
dapat dikenai sanksi dari mulai teguran lisan sampai dengan pencabutan izin
(Pasal 82, UU RI No. 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan).
9. Praktik sunat perempuan bertentangan dengan upaya perlindungan dan
pemenuhan kesehatan reproduksi perempuan serta pencegahan segala
bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak
KOMITMEN
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)

1. Melakukan konsolidasi, komunikasi dan koordinasi PP, PD dan PC terkait


pencegahan P2GP.
2. Melakukan advokasi kepada pemerintah (Kemenkes, KPPA, Kemenag) terkait
regulasi tentang pencegahan P2GP.
3. Mendistribusikan pedoman tentang P2GP yang dikeluarkan oleh kemenkes
sebagai acuan Bidan dalam pencegahan pemotongan pelukaan alat genetalia
perempuan, kepada seluruh PD, PC, PR dan Bidan di seluruh Indonesia.
4. Meningkatkan koordinasi, kolaborasi, baik dengan antar/inter profesi, lintas sektor
dan lintas program, tokoh masyarakat, tokoh agama dalam upaya
mensosialisasikan P2GP dengan menggunakan pendekatan multi perspektif
(keagamaan, medis, social budaya).
5. Mendukung upaya Kemenkes, Kemen PPA dan Kemenag dalam pencegahan
praktik sunat perempuan dengan terus mengedukasi masyarakat terkait P2GP.
Edukasi & Informasi
Pencegahan P2GP perlu di
sampaikan pada masyarakat
disesuaikan dengan
kapasitas dan kompetensi
tenaga kesehatan

DENGAN :
1. JAGA JARAK
2. PAKAI MASKER
3. CTPS
STOP P2GP
4. DIRUMAH SAJA (Pemotongan dan
5. KENALI GEJALA DAN PERIKSA KES
6. MAKAN DENGAN GIZI SEIMBANG Perlukaan Genitalia
7. PHBS
Perempuan)

Anda mungkin juga menyukai