Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam dunia kebidanan, evidance, praktik serta teorinya sangat bergantung kepada
evidance based. Evidance based yang digunakan sebagai alasan atau pendukung dalam
mengerjakan pelayanan atau mencari penemuan tersebut haruslah kita mengerti cara
mencari evidance basednya seperti jurnal atau penemuan. Evidance based juga dipakai
dalam menjalankan pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana pada dimana
kita bertugas. Sebab apa yang kita nyatakan dan kita lakukan harus beracuan dengan
evidance based sehingga yang kita lakukan dapat diterima masyarakat dengan baik.
Menurut BKKBN (2001) kesehatan reproduksi merupakan kesehatan secara fisik,
mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari
penyakit dan kecacatan. Menurut WHO kesehatan reproduksi merupakan keadaan
sejahtera fisik , mental dan sosial yang utuh dan tidak hanya bebas dari penyakit dan
kecacatan dalam segala hal yang berkaitan dengan dengan sistem dan fungsi serta proses
reproduksi. Adapun Evidence Based pelayanan kesehatan reproduksi. Kebijakan Nasional
Kesehatan Reproduksi di Indonesia menetapkan bahwa Kesehatan Ruang lingkup
pelayanan kesehatan reproduksi meliputi KIA, KB, KRR, IMS yang akan dibahas pada
makalah ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian Evidence Based ?
2 Bagaimana Evidence Based dalam pelayanan Kesehatan Reproduksi dan KB ?
3 Apa saja contoh-contoh praktik pelayanan pelayanan kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana ?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui pengertian Evidance Based


2. Mengetahui Evidence Based dalam pelayanan Kesehatan Reproduksi dan KB

1
3. Mengetahui contoh-contoh praktik pelayanan pelayanan kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana
4. Mahasiswa mampu menerapkan Evidence Based dalam Asuhan Kesehatan
Reproduksi dan Keluarga Berencana

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Evidence Based


Evidance based berasal dari bahasa Inggris yang berarti sebagai berikut, Evidance
berarti bukti atau fakta dan Based berarti dasar. Jadi evidence based adalah: Praktik
berdasarkan bukti.
Evidance based midwifery (Practice) didirikan oleh RCM dalam rangkan
membantu mengembangkan kuat professional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh
bidan berorientasi akademis. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri
untuk penelitian murni bukti sebagai konferensi di RCM Harrogate, Inggris pada tahun
2003 (Hemmings et al, 2003) yang dirancang untuk bidan dalam mendorong maju
pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi
(Silverton, 2003). EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada
praktik sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka
terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan transparan, sehingga
bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktik, pendidikan dan penelitian lebih
lanjut.
Jadi pengertian Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan
kebidanan berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang
sistematis.

2.1.1 Manfaat Evidance Based


Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Base antara lain:
1. Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah
2. Meningkatkan kompetensi (kognitif)
3. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai professional dalam memberikan asuhan
yang bermutu
4. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar, sesuai dengan bukti dan teori serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

3
2.1.2 Etika Pemanfaatan Evidance Based Practice

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolgi dalam segala bidang berpengaruh


terhadap meningkatnya kritis masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan terutama
pelayanan kebidanan. Menjadi tantangan bagi profesi bidan untuk mengembangkan
kompetensi dan profesionalisme dalam menjalankan praktik kebidanan serta dalam
memberikan pelayanan berkualitas.

Pemahaman tentang etika dan moral menjadi bagian yang fundamental dan sangat
penting dalam memberikan asuhan kebidanan. Dengan senantiasa menghormati nilai-nilai
pasien.

Etika merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau
salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku. Etika berfokus pada
prinsip dan konsep yang menimbang manusia berfikir dan bertindak dalam kehidupannya
dilandasi nilai-nilai yang dianutnya.

RCM bidan jurnal telah di publikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers,
1978), dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk kebidanan pengetahuan
dan praktik. Sebuah kebutuhan yang berkembang diakui untuk platform untuk yang paling
ketat dilakukan dan melaporkan penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh dan
untuk bidan. EBM dirancang untuk membantu bidan dalam mendorong maju yang terikat
pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi
(Silverton, 2003). EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada
praktik dan profesi kebidanan.

2.1.3 Karakteristik Evidance Based Practice


Menurut sackett et al. evidence-based medicine (EBM) adalah suatu pendekatan
medik yang di dasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan
kesehatan penderita. Dalam peraktiknya, EBM memandukan antara kemampuan dan
pengalaman klinik dengan bukti ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya.
EBM merupakan keterpaduan antara (1) Bukti-Bukti ilmiah, yang berasal dari studi
yang terpercaya (best research evidence ); dengan (2) keahlian klinis (clinical expertise) dan

4
(3) Nilai-nilai yang ada pada masyarakat (patient values). Publikasi ilmiah adalah suatu
pempublikasian hasil penelitian atau sebuah hasil pemikiran yang telah ditelaah dan disetujui
dengan beberapa pertimbangan baik dari accountable aspek metodologi maupun
accountable aspek ilmiah yang berupa jurnal, artikel, e-book atau buku yang diakui.
Accountable aspek ilmiah adalah mensurvey secara langsung tentang suatu
permasalahan dengan penelitian untuk mendapatkan dasar yang valid dan dapat
dipertanggung jawabkan. Melalui evidence based medicine kita mengadakan survei tentang
kelainan fisik sejumlah penderita penyakit tertentu, Mensurvei hasil terapinya. Accountable
aspek metodologis adalah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan
tata cara tertentu dalam pengumpulan data hasil penelitian yang telah ditelaah dan diakui
kebenarannya.

2.2 Evidence Based dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana
2.2.1 Pengertian kesehatan reproduksi
Menurut BKKBN (2001) kesehatan reproduksi merupakan kesehatan secara fisik,
mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari
penyakit dan kecacatan.
Menurut WHO kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik , mental
dan sosial yang utuh dan tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan dalam segala
hal yang berkaitan dengan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi.

2.2.2 Pengertian Keluarga Berencana

Menurut WHO (World Health Organisation) Expert Committe 1970) : adalah


tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk :

a) Mendapatkan objektif-objektif tertentu.


b) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
c) Mendapatkan kelahiran yang memang diingikan.
d) Mengatur interval diantara kehamilan.
e) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri.

5
f) Menentukan jumlah anak dalam keluarga

2.2.3 Evidence Based dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi


a. Kesehatan Ibu dan Anak
 Status Imunisasi
Departemen Kesehatan melaksanakan Program Pengembangan Imunisasi
(PPI) pada anak dalam upaya menurunkan kejadian penyakit pada anak.
Program imunisasi untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) pada anak yang dicakup dalam PPI adalah satu kali imunisasi
BCG, tiga kali imunisasi DPT, empat kali imunisasi polio, satu kali imunisasi
campak dan tiga kali imunisasi Hepatitis B (HB).
 Pemantauan Pertumbuhan Balita
Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk
mengetahui adanya hambatan pertumbuhan (growth faltering) secara dini.
Untuk mengetahui pertumbuhan tersebut, penimbangan balita setiap bulan
sangat diperlukan. Penimbangan balita dapat dilakukan di berbagai tempat
seperti posyandu, polindes, puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan yang
lain.

 Distribusi Kapsul Vitamin A


Kapsul vitamin A diberikan setahun dua kali pada bulan Februari dan
Agustus, sejak anak berusia enam bulan. Kapsul merah (dosis 100.000 IU)
diberikan untuk bayi umur 6 – 11 bulan dan kapsul biru (dosis 200.000 IU)
untuk anak umur 12 – 59 bulan.
 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Dalam Riskesdas 2007, dikumpulkan data tentang pemeriksaan kehamilan,
jenis pemeriksaan kehamilan, ukuran bayi lahir, penimbangan bayi lahir,
pemeriksaan neonatus pada ibu yang mempunyai bayi. Data tersebut
dikumpulkan dengan mewawancarai ibu yang mempunyai bayi umur 0 – 11
bulan, dan dikonfirmasi dengan catatan Buku KIA/KMS/catatan kelahiran.

6
b. Kesehatan Reproduksi Remaja
Program kesehatan reproduksi remaja diintegrasikan dalam Program Kesehatan
Remaja di Indonesia. Sejak tahun 2003, Kementrian Kesehatan telah
mengembangkan model pelayanan kesehatan yang disebut dengan Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Ciri khas pelayanan kesehatan peduli remaja
adalah pelayanan konseling dan peningkatan kemampuan remaja dalam menerapkan
Pendidikan dan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS).
PKPR dapat terlaksana dengan optimal bila membentuk jejaring dan
terintegrasi dengan lintas program, lintas sector, organisas swasta, dan LSM terkait
kesehatan remaja. Pelayanan Kesehatan Remaja (PKPR) dapat dilaksanakan dalam
gedung fasilitas kesehatan dan di luar gedung fasilitas kesehatan. PKPR dapat
dilaksanakan di puskesmas, rumah sakit, sekolah, karang taruna, gereja atau tempat-
tempat lain dimana remaja berkumpul.
Kegiatan pelayanan kesehatan reproduksi remaja juga terdapat dalam Program
Generasi Berencana (GenRe) yang diselenggarakan oleh Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN). Program GenRe dilakukan melalui pendekatan dari
dua sisi yaitu pendekatan kepada remaja itu sendiri dan pendekatan kepada keluarga
yang memiliki remaja. Pendekatan kepada remaja dilakukan melalui pengembangan
Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK/RM), sedangkan
pendekatan kepada keluarga dilakukan melalui pengembangan kelompok Bina
Kesehatan Remaja (BKR). Remaja sebagai sasaran program adalah penduduk usia
10-24 tahun.

c. Keluarga Berencana (KB)


Pelayanan KB pasca persalinan menjadi salah satu prioritas intervensi dalam
penurunan angka kelahiran yang dimaksudkan untuk Meningkatkan kesejahteraan
ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera), Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).

7
d. Infeksi Menular Seksual (IMS), Human Immunodeficiency Virus and Acquired
Immuno Deficieny Syndrom(HIV dan AIDS).
Salah satu perkembangan terkini (evidence based) mengenai upaya pemerintah
menekan IMS dan HIV AIDS yaitu Menkes mencanangkan gerakan ajakan Tes HIV
untuk masyarakat umum. Ajakan untuk masyarakat tersebut dilakukan dalam bentuk
Kegiatan Kampanye Peduli HIV AIDS dengan slogan TOP yaitu, segera Temukan
orang dengan HIV AIDS (ODHA), segera Obati dengan antiretroviral (ARV), untuk
Pertahankan kualitas hidup ODHA. Pada kesempatan tersebut juga Menkes
menyerahkan secara simbolis 200.000 Kit Tes HIV ke RS AL Ramlan Surabaya.
Pencegahan dan Pengendalian HIV AIDS perlu mendapatkan perhatian khusus
dari Pemerintah, dikarenakan sejak tahun 2005 sampai dengan Desember 2015 telah
dilaporkan 191.073 orang terinfeksi HIV di Indonesia. Sehingga hal ini perlu menjadi
perhatian banyak pihak. Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan
penemuan kasus HIV yang tinggi, bersama dengan provinsi DKI Jakarta, Papua, Jawa
Barat dan Jawa Tengah. Faktor risiko penularan HIV terbanyak adalah melalui
hubungan seks yang berisiko pada heteroseksual (66%); penggunaan jarum suntik
tidak steril pada penasun (11%); lelaki seks dengan lelaki (3%); serta penularan dari
ibu ke anak (3%).

e. Pernikahan Usia Muda


Menurut United Nations Development Eonomic and Social Affairs (UNDESA,
2010), Indonesia termasuk Negara ke-37 dengan persentase pernikahan usia muda
yang tinggi dan merupakan tertinggi kedua di ASEAN setelah kamboja. Menurut
SDKI tahun 1991-2012, usia menikah pertama wanita usia 25-49 tahun sudah di atas
16 tahun dan usia menikah pertama setiap tahunnya meningkat. Pernikahan usia
muda berisiko karena belum cukupnya kesiapan dari aspek kesehatan, mental
emosional, pendidikan, sosial ekonomi dan reproduksi. Pendewasaan usia
perkawinan juga berkaitan dengan pengendalian kelahiran karena lamanya masa usia
subur perempuan terkait dengan banyaknya anak yang dilahirkan.
Menurut SDKI tahun 1991-2012 usia ideal pernikahan pertama bagi perempuan
menurut sebagian besar (37%) remaja perempuan usia 15-19 tahun adalah usia 24-25

8
tahun, sedangkan menurut sebagian besar remaja laki-laki (33%) adalah usia 20-21
tahun. Usia ideal pernikahan pertama bagi laki-laki menurut sebagian besar remaja
laki-laki (49%) maupun perempuan (41%) adalah usia 24-25 tahun. Terlihat masih
ada yang berpendapat bahwa usia ideal pernikahan pertama adalah kurang dari 20
tahun, terutama bagi perempuan.

2.2.4 Evidence Based dalam Pelayanan Keluarga Berencana

A. METODE KONTRASEPSI PRIA TERBARU

Selain cara tersebut diatas, terdapat juga beberapa metode terbaru dalam hal
kontrasepsi untuk pria, seperti :

1. RISUG (Reversible Inhibition of Sperm Under Guidance)

RISUG ini merupakan salah satu metode kontrasepsi yang bekerja di dalam
saluran vas deferens atau saluran yang berfungsi untuk mengalirkan sperma.
Salah satu keuntungan dari metode ini adalah karena bersifat sementara, sehingga
kesuburan dapat kembali apabila diinginkan. Suntikan ini sangat efektif dan per
dosis bisa bertahan hingga 10 tahun. Efek sampingnya juga sedikit dan dosisnya
bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

Caranya adalah dengan menyuntikan bahan sejenis polymer yang berbentuk


gel ke dalam saluran vas deferens, sehingga gel tersebut akan melapisi bagian
dalam dinding vas deferens. Gel polymer tersebut nantinya akan membunuh
setiap sperma yang melewati saluran vas deferens sehingga mencegah terjadinya
kehamilan. Kemudian apabila pria menginginkan kesuburannya kembali baik
dalam hitungan bulan ataupun tahun, maka bahan polymer akan dibersihkan dari
saluran vas deferens melalui suntikan lain.

9
2. Metode Kontrasepsi Hormonal
a) Testosterone
Penelitian mengenai metode kontrasepsi hormonal untuk pria pada
awalnya banyak menggunakan testosterone yang digunakan untuk
mengelabui otak sehingga menghentikan produksi sperma. Tetapi hal tersebut
ternyata tidak terlalu sukses apabila dibandingkan dengan kerja pil
kontrasepsi pada wanita yang dapat menghentikan terjadinya ovulasi.
b) Desogestrel

Selain itu para peneliti di Manchester telah mengkombinasikan


pemberian desogestrel (digunakan pada pil kontrasepsi untuk wanita) dan
koyo yang mengandung testosterone untuk digunakan sebagai kontrasepsi
pada pria. Cara kerjanya adalah : desogestrel akan menghentikan produksi
testosterone di testis sehingga produksi sperma juga terhenti, sedangkan koyo
testosterone akan menyediakan kebutuhan testosterone yang diperlukan oleh
bagian tubuh yang lain (tanpa adanya testosterone, maka pria akan
Kehilangan bulu-bulu di wajah dan payudara akan membesar). Akan tetapi
kesuksesan metode ini pada pria yang penggunakannya hanya sekitar 60 %.
Oleh sebab itu, maka penggunaan kontrasepsi hormonal pada pria sampi saat
ini masih dalam tahap penelitian lebih lanjut, walaupun tidak mustahil suatu
saat nanti akan ada kontrasepsi hormonal untuk pria yang se-efektif dan se-
aman seperti kontrasepsi hormonal untuk wanita

c) Suntikan progesteron

Pemberian hormon progesteron pada pria akan berdampak pada turunnya


produksi sperma.

3. Pil Kontrasepsi Non Hormonal


a) Ekstrak Tanaman Gandarusa (Justicia gendarussa)
Saat ini tengah dikembangkan metode kontrasepsi bagi pria dari ekstrak
tanaman Gandarusa.

10
Seorang peneliti dari universitas Airlangga Surabaya, Drs. Bambang
Prayogo, Apt. yang meneliti khasiat dari tanaman Gandarusa dan
pengaruhnya sebagai kontrasepsi alami bagi pria. Kandungan kimia tanaman
gandarusa adalah Alkaloid, saponin, Flavonoid, Polifenol, Alkaloid yustisina
dan minyak atsiri, bagian tanaman yang digunakan adalah seluruh bagian
tumbuhan.
Tanaman gandarusa memiliki sifat antispermatozoa, dan saat ini proses
penelitian tersebut sudah memasuki uji klinis. Menurut Drs. Bambang, cara
kerja senyawa ekstrak gandarusa ini mirip seperti metode hormonal
KB. Yakni menurunkan aktifitas enzim hialuronidase didalam
spermatozoa, sehingga sel sperma tidak mampu menembus sel telur
Pada fase pertama penelitiannya, dia melibatkan 36 subyek sehat dan
subur. Setelah itu, baru melipatkan gandakan obyek penelitian menjadi 120
pasangan usia subur (PUS). Dari hasil uji klinik tersebut, ternyata 100 persen
memiliki hasil maksimal.Tidak terjadi kehamilan pada si wanita.“ Dalam uji
coba ketiga ini saya telah mengujikan hasil temuannya kepada sekira 350
pasangan muda subur. Proses uji coba ini masih berjalan dan sebentar lagi
akan mendapatkan hasil yang maksimal,” tuturnya.
Diungkapkan Bambang untuk membuat kapsul dibutuhkan waktu yang
sangat lama.Bukan hanya satu atau dua tahun, tetapi membutuhkan waktu
puluhan tahun karena langsung bersentuhan dengan masyarakat. “Mulai
mencari bahan, memproses secara ilmiah yang benar-benar steril, hingga
pengujian di masyarakat.Dalam uji coba itu, pasangan muda harus minum
kapsul setiap hari sekali selama 30 hari,” terangnya.
Serangkaian penelitian panjang selama bertahun-tahun ini memang
benar-benar membuktikan ekstrak daun gandarusa sudah terbukti efektif
untuk mencegah kehamilan bagi sang istri. “Meski berhubungan dengan
pasangan, dengan mengonsumsi pil KB pria ini secara teratur kelahiran bica
dicegah. Bahkan para pria yang merupakan akseptor KB tersebut mengaku
makin jantan,” terang ahli farmasi sekaligus pencetus ide awal Pil KB Pria.

11
Saat ini proses pengembangan itu sudah selesai, sehingga 2012
diperkirakan pil KB pria pertama di dunia ini bisa dikonsumsi oleh
masyarakat.
Yang menarik, karena dari penelitian didapati penggunaan pil KB
khusus pria ini tak akan mengakibatkan menurunnya gairah seks. Bambang
mengharapkan tidak ada penyalahgunaan untuk hal-hal yang tidak
semestinya.“Pria yang mengonsumsinya dijamin tetap bisa melakukan
rutinitas pemenuhan kebutuhan batinnya, tanpa takut pasangannya
mengalami kehamilan.Jadi tak perlu takut. Hanya saja yang perlu dicatat
adalah jika benar ini sudah diedarkan jangan sampai disalah gunakan.
Gandarusa, merupakan tanaman herbal yang sudah dimanfaatkan oleh
sebagian besar masyarakat sebagai tanaman obat. Menurut situs Wikipedia,
tanaman gandarusa ini Selain memiliki sifat antispermatozoa juga memiliki
efek analgetik, antidiuretik. Menurut salah seorang pembudidaya gandarusa,
Tini Hartini, Gandarusa ini bisa digunakan sebagai obat anti nyeri ketika
keseleo.

b) Bahan BMS 189453 yang dapat mengeblok reseptor asam retinoat (suatu zat
untuk metabolisme vitamin A).
Sedangkan studi di luar negeri meneliti suatu obat yang dapat menghambat
produksi sperma. Saat ini penelitian mencapai tahap uji pada hewan. Hal ini
memberikan harapan baru bagi perkembangan KB untuk pria.
Pada suatu jurnal endokrinologi disebutkan penelitian eksperimental suatu
bahan BMS 189453 yang dapat mengeblok reseptor asam retinoat (suatu zat
untuk metabolisme vitamin A). Vitamin A ini merupakan faktor pertumbuhan
yang dibutuhkan dalam proses pembelahan dan kelangsungan hidup sel-sel
sperma di testis. Cara kerja pil KB pria ini berbeda dengan pil KB perempuan
yang berisi hormon sintetis.
Seperti kita ketahui bersama bahwa vitamin A berperan penting dalam
mempertahankan fungsi penglihatan, tetapi penggunaan pil KB pria ini ternyata
tidak mengganggu fungsi penglihatan. Para peneliti menyebutkan bahwa terdapat

12
jalur yang berbeda antara fungsinya dalam proses penglihatan dengan proses
produksi sperma.
Dalam suatu studi, peneliti memberikan pil ini pada hewan. Hasil penelitian
menunjukkan produksi sperma berhenti sehingga menyebabkan hewan coba ini
mengalami kemandulan selama 2-4 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa obat ini
mempunyai efek temporer.

c) Nifedipine
Nifedipine adalah jenis obat yang termasuk calcium channel blockers
(CCBs). Penelitian menunjukkan CCBs bisa menghambat saluran kalsium dalam
membran sel sperma. Hal itu akan berdampak menghambat kerja sperma tetapi
tidak berpengaruh pada produksinya. Seseorang yang mengonsumsi nifedipine
jumlah spermanya tetap tetapi fungsinya menurun.

B. METODE KONTRASEPSI WANITA TERBARU


Adapun beberapa Alat Kontrasepsi Terbaru untuk Wanita, adalah sebagai berikut:
1. Cincin organ intim
Vagina ring berbeda dengan metode kontreasepsi hormonal berdaya kerja panjang
yang baru, karena vaginal ring tidak disuntikan atau dipasang dibawah kulit tetapi
diletakkan di dalam vagina dan dibiarkan disitu dan dapat dikeluarkan setiap saat.
berdiameter sekitar 5 cm dan mengandung hormon sintesis dosis rendah. Cara
Pemasangan Alat Kontrasepsi Cincin adalah ditempatkan di dalam organ intim
wanita selama 3 minggu dan dapat dilepas setelah satu minggu berikutnya setiap
bulan. Alat Kontrasepsi ini akan melepaskan hormon yang langsung diserap dinding
organ reproduksi wanita, sehingga tidak terjadi pembuahan. Persamaannya : vaginal
ring juga melepaskan hormon secara perlahan-lahan. Dikenal tiga macam vaginal
ring :
o Vaginal ring levonorgestrel
Vaginal ring levonorgestrel melepaskan kira-kira 20 mcg levonorgestrel per
hari an dapat dibiarkan di dalam vagina selama 3 bulan. Vaginal ring
levonorgestrel terdiri dari:

13
- Inti ring, yang berisi 6 mg levonorgestrel bercampur dengan silastic
- Lapisan luar terdiri dari silastic saja.
Diameter ring 55,6 mm dengan ketebalan 9,5 mm. Mekanisme kerja Vaginal
ring levonorgestrel ini mencegah ovulasi. Membuat lendir serviks menjadi
kental sehingga mencegah masuknya spermatozoa ke dalam uterus. Efektivitas
Vaginal ring Levonorgestrel yaitu kurang efektif dibandingkan implant atau
kontrasepsi suntikan dan angka kegagalan 3,5 per 100 wanita per-tahun . efek
samping utama perdarahan ireguler, dan ini merupakan sebab utama dari
penghentian pemakaian. 8% akseptor menghentikan pemakaiannya karena
timbul leukore, iritasi atau infeksi, dan 4% berhenti karena ekspulsi ( terjadi
pada saat jongkok unutk buang air besar ) . Vaginal ring Levonorgestrel
dipakai di Inggris sejak tahun 1988.
o Vaginal ring progesteron
Vaginal ring yang mengandung hormon alamiah. Progesteron, dan dibuat
khusus untuk ibu-ibu yang sedang menyusui. Vaginal ring ini dapat dibiarkan di
dalam vagina selama tiga bulan. Yang sedang diteliti oleh WHO ada dua macam
Vaginal Ring, yaitu yang masing-masing melepaskan lima atau sepuluh ring
progesteron per hari

o Vaginal Ring kombinasi Progestin-Estrogen


Saat ini sedang diteliti vaginal ring yang melepaskan 400 mcg Norethindrone
asetat = 40 mcg Ethinyl estradiol per hari, yang dapat menghentikan ovulasi, dan
sedikit sekali menyebabkan perdarahan ireguler. Vaginal ring ini direncanakan
untuk didiamkan di dalam vagina selama tiga minggu, kemudian dikeluarkan
selama satu minggu untuk menimbulkan perdarahan setiap bulan. Sedang
direncanakan juga vaginal ring dengan dua hormon pro-gestin lain yaitu ST-1435
dan Levonoges trelasetat, baik sendiri-sendiri maupun dalam kombinasi dengan
Ethynyl estradiol.

14
 Keuntungan dan kerugian Vaginal Ring
1. Sampai saat ini belum banyak wanita yang menggunakan vaginal ring,
sehingga belum diketahui dengan jelas seberapa populernya metode ini.
Wanita yang pernah memakainya mengatakan bahwa mereka lebih
menyukai metode ini dibandingkan kontrasepsi per-oral, kondom atau
diagfragma , teutama karena mudah pemakainya
2. Keuntungan besar dari vaginal ring dibandingkan kontrasepsi jangka
panjang baru lainnya adalah bahwa akseptor sendiri yang memasukan serta
mengeluarkan ring-nya, dan tidak tergantung kepada orang lain. Berbeda
dengan metode barier, vaginal ring tidak perlu dipasang sesaat sebelum
senggama. Malah vaginal ring tidak akan bekerja bila dipakai hanya pada
waktu senggama, karena mungkin akan terasa oleh partnernya. Pengeluaran
vaginal ring unutk waktu singkat, sampai 2 jam untuk vaginal ring berisi
progesteron dan mungkin sampai 24 jam unutk vaginal ring berisi
Levonorgestrel, tidak akan mengurangi efektivitas vaginal ring. Tetapi
melebihi batas waktu tersebut dapat menambah risiko terjadi kehamilan.
3. Kerugian dari vaginal ring yaitu wanita harus memegang/memanipulasi alat
kelaminnya sendiri. Hasil-hasil penelitian pendahuluan dari vaginal ring
berisi levonorgestrel menyimpulkan bahwa vaginal ring ini kurang efektif
dibandingkan metode kontrasepsi hormonal lain, kontrasepsi mantap
ataupun IUD.

2. Kontrasepsi spons, berbentuk mirip spons yang digunakan untuk sekali pakai.
Kontrasepsi ini mengandung spermisida, yang ditempatkan di atas leher rahim. Setelah
pemasangan, alat kontrasepsi ini akan tetap efektif selama 24 empat jam. Selain
mencegah pembuahan, alat kontrasepsi ini juga akan melindungi dari penyakit kelamin
/ PMS dan HIV.
3. Patch (koyo KB), adalah alat kontrasepsi yang berbentuk mirip plastik elastis kecil dan
tipis. Penggunaan alat kontrasepsi ini adalah ditempelkan di kulit bawah perut, dan
untuk selanjutnya akan melepaskan hormon (hormone yang sama dengan pil KB),
untuk mencegah pembuahan.

15
2.3 Contoh-contoh praktik pelayanan pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana.

2.3.1 Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja

Dalam rangka menumbuh-kembangkan perilaku hidup sehat bagi remaja,


maka perlu kepedulian dalam bentuk pelayanan dan penyediaan informasi yang
benar serta kesepahaman akan pentingnya kesehatan reproduksi remaja sehingga
dapat membantu mereka dalam menentukan pilihan masa depannya.
a. Rekomendasi Pelayanan Remaja
Pelayanan kesehatan reproduksi yang direkomendasikan adalah
 Konseling , informasi dan pelayanan Keluarga Berencana (KB)
 Pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk: pelayanan bayi baru
lahir/neonatal)
 Pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit menular
seksual (PMS), termasuk pencegahan kemandulan.
 Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR)
 Konseling, informasi dan edukasi (KIE) mengenai kesehatan reproduksi

b. Remaja perlu Mengetahui Kesehatan Reproduksi.


 Masa remaja (usia 10-19 tahun) : periode pematangan organ reproduksi
manusia, sering disebut masa pubertas yang merupakan periode
peralihan dan masa anak ke masa dewasa. Masa remaja merupakan masa
transisi yang unik dan ditandal oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan
psikis.
 Pada masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologik) secara cepat,
yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mentalemosional).
Perubahan ini dapat membingungkan remaja, karena itu perlu
pengertian, bimbingan dan dukungan lingkungan di sekitarnya, agar
mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang
sehat baik jasmani, mental maupun psikososial.

16
 Dalam lingkungan sosial tertentu, sering terjadi perbedaan perlakuan
terhadap remaja laki-laki dan perempuan. Bagi Laki-laki, masa remaja
adalah saat diperoleh kebebasan, untuk remaja perempuan merupakan
dimulainya segala bentuk pembatasan. Perbedaan ini membuat
posisi perempuan dirugikan.Kesetaraan perlakuan diperlukan dalam
mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja agar masalah dapat
terselesaikan.

c. Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja.


 Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek
tumbuh kembang remaja)
 mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana
merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginannya
dan pasangannya
 Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap
kondisi kesehatan reproduksi
 Bahaya penggunaan obat obatan/narkoba pada kesehatan reproduksi.
 Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual.
 Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
 Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat
kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negative
 Hak-hak reproduksi

d. Upaya Kementerian Kesehatan dalam Pelayanan Kesehatan Remaja


Remaja berbasis sekolah mendapat pelayanan kesehatan melalui UKS dan
pengembangan puskesmas menjadi peduli akan kebutuhan remaja melalui
puskesmas Pelayanan Kesehatan Peduli remaja (PKPR). Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS), menyelenggarakan TRIAS UKS yaitu Pendidikan Kesehatan,
Pelayanan Kesehatan dan Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat.

e. Puskesmas Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

17
PKPR adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
oleh remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka,
menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan
kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

2.3.2 Manfaat Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ( PKPR) adalah :


 Menambah wawasan dan teman melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan,
dialog interaktif, Focus Group Discussion (FGD), seminar, jambore, dll.
 Konseling/curhat masalah kesehatan dan berbagai masalah remaja lainnya
(dan kerahasiaannya dijamin).
 Remaja dapat menjadi kader kesehatan remaja agar dapat ikut membantu
teman yang sedang punya masalah.

2.3.3 Jenis Kegiatan dalam PKPR :


 Pemberian informasi dan edukasi
 Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukannya
 Konseling
 Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) Kompetensi psikososial
tersebut meliputi 10 aspek keterampilan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan
2. Pemecahan masalah
3. Berpikir kreatif
4. Berpikir kritis
5. Komunikasi efektif
6. Hubungan Interpersonal
7. Kesadaran diri
8. Empati
9. Mengendalikan emosi
10. Mengatasi stress

18
 Pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya
 Pelayanan Rujukan
 Monitoring dan evaluasi
 Pencatatan dan pelaporan

2.3.4 Bagan Alur Pelayanan Kesehatan Remaja


A. Kontak Remaja
 ANAMNESIS
1 Identitas
2 Apa yang sudah diketahui tentang kesehatan reproduksi remaja :
- Perubahan fisik & psikis
- Masalah yang mungkin timbul
- Cara menghadapi masalah
3 Apa yang sudah diketahui tentang prilaku hidup sehat bagi remaja
- Pemeliharaan kesehatan diri (gizi, hygiene)
- Hal - hal yang perlu dihindari : napza, termasuk rokok dan minuman keras
; serta pergaulan bebas.
- Hubungan antara laki-laki & perempuan
4 Apa yang sudah diketahui tentang persiapan berkeluarga :
- kehamilan
- KB
- PMS/HIV/AIDS
5 Masalah yang dihadapi :
- Fisik
- Psikis
- Kekerasan
- Pergaulan antara laki-laki & perempuan

 PEMERIKSAAN FISIK
Umum :

19
- Tanda-tanda anemia
- Tanda-tanda KEK
- Tanda-tanda Ktp
Khusus :
- Semua dengan keluhan dirujuk ke Puskesmas/Petugas Kesehatan

 PELAYANAN KONSELING
1 Kesehatan Reproduksi Remaja
2 Perilaku hidup sehat bagi remaja
3 Persiapan berkeluarga
4 Konseling untuk mengatasi masalah yang dihadapi, bila tidak dapat
ditangani dirujuk kefasilitas kesehatan yang sesuai

2.3.5 Alur Pelayanan Kesehatan Remaja (Hamil). Remaja Hamil atau Tersangka
Hamil
 ANAMNESIS
1 Identitas
2 Kapan melakukan hubungan seksual
3 Resiko penularan PMS
4 Perkiraan umur kehamilan
5 Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
6 Keluhan yang dirasakan
7 Riwayat KtP
8 Dukungan keluarga/orang terdekat.
9 Sikap penderita terhadap kehamilan saat ini

 PEMERIKSAAN FISIK
 Umum : - Penilaian umum fisik & psikis
 Pemeriksaan fisik kehamilan (sama dengan Bagan Alur Pelayanan Antenatal)
 Bila perlu dilakukan test kehamilan

20
 PELAYANAN KONSELING
 Pelayanan Antenatal
 Konseling yang berkaitan dengan kehamilan di luar nikah
- Anjuran untuk mempertahankan kehamilan
- Membantu mengatasi masalah yang timbul akibat kehamilannya
 Percobaan pengguguran kandungan
 Pengaturan kelangsungan pendidikan
 Hubungan dengan pasangan seksual
 Hubungan dengan keluarga
 Persiapan menjadi orang tua

2.3.6 Pedoman Umum Penanganan Akseptor Keluarga Berencana

 Sapalah klien tersebut dan perkenalkan diri


Berbicara dengan hangat dan ramah adalah penting untuk menimbulkan
kepercayaan klien. Dengan membina hubungan baik, klien akan menaruh
kepercayaan kepada kita dan bersedia membicarakan persoalan yang
dihadapinya. Jangan lupa menyatakan bahwa pembicaraan tersebut bersifat
pibadi dan terjamin kerahasiaannya.
 Tanyakan metoda kontrasepsi yang dibutuhkan oleh klien
Perlihatkan perhatian pada hal-hal di bawah ini :

o Bila klien menyatakan, keinginan mengikuti KB, teruskan pembicaraan


mengenai KB
o Bila klien membawa anak balita, anjurkan untuk pemeriksaan kesehatan
balita
o Bila klien membutuhkan pengobatan; misalnya untuk kelainan
ginekologi/penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin (STD),
adakan pemeriksaan sesuai dengan prosedur yang biasa dilakukan

21
 Uraikan apa yang akan terjadi, dari saat permulaan sampai selesai kunjungan di
klinik tersebut
Jelaskan hal-hal yang tertera dibawah ini :
o Klien boleh bertanya setiap saat, kerahasiaan pembicaraan tersebut terjamin.
o Bicarakan semua metoda kontrasepsi, menanyakan riwayat penyakit dan
melakukan pemeriksaan fisik, supaya yakin bahwa metoda kontrasepsi yang
dipilih aman bagi klien.
o Cara penggunaan metoda kontrasepsi yang dipilih klien, dan kapan klien
diharapkan kembali untuk kunjungan ulang berikutnya

 Bicarakan semua metoda kontrasepsi yang tersedia, sehingga klien dapat


menentukan pilihannya.
Hati-hati dalam mengadakan konseling, tugas bidan hanyalah membantu klien
dalam pemilihan metoda, tsb. 4 hal penting yang harus diingat dalam hal ini adalah
1). Resiko penyakit dihadapi ibu bila hamil, dibandingkan dengan resiko
penggunaan metoda kontrasepsi tartentu.
2). Jenis metode yang tersedia dan cara kerja setiap metoda kontrasepsi.
3). Keuntungan dan kerugian setiap metoda kontrasepsi.
4). Tersedianya rujukan bagi klien, bila ia memilih metoda yang tidak tersedia
diklinik tersebut. Ikuti Pedoman yang ada, sesuai Metoda Kontresepsi Yang
Dipilih Klien.

 Pedoman untuk setiap metoda kontrasepsi pada umumnya terdiri dari 8 langkah,
urutan langkah-langkah tersebut tertera dibawah ini.
Langkah 1 :
Tanyakan apakah klien mempunyai pengalaman dengan salah satu metoda
kontrasepsi.
o Bila ya, telusuri apakah klien pernah mendengar rumor atau pendapat yang
salah mengenai metoda tersebut.
Langkah 2 :
Jelaskan cara kerja metoda yang dipilih klien.

22
o Berikan penjelasan rinci mengenai cara kerja metoda tersebut.
o Bila memungkinkan, perlihatkan sampel alat kontrasepsi tersebut supaya
dapat diamati oleh klien.
o Doronglah klien untuk bertanya, untuk mengetahui apakah klien mengerti
informasi yang diberikan.
Langkah 3 :
Diskusikan manfaat dan kerugian metoda kontrasepsi yang dipilih klien.
o Diskusikan manfaat dan kerugian, baik metoda kontrasepsi maupun bukan
metoda kontrasepsi. Nyatakan manfaat metoda untuk mencegah STD,
termasuk AIDS.
o Doronglah klien, agar mau bertanya atau menyatakan kebimbangannya,
terutama terhadap kerugian dari metoda kontrasepsi tersebut.

Langkah 4 :
Lakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik, untuk mengetahui apakah metoda
tersebut aman bagi klien.
o Periksalah ada tidaknya kontraindikasi terhadap metoda yang dipilih,
lakukan pemeriksaan fisik yang menyeluruh (termasuk anamnesa riwayat
reproduksi, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan payudara, rongga perut
dan rongga panggul).
o Bila ternyata metoda yang dipilih tidak cocok untuk klien, bantulah klien
menentukan pilihan lain, kemudian jelaskan mengenai prosedur metoda
pengganti tersebut.
o Bila tetap ditemukan kontraindikasi, atau tidak tersedia metoda yang cocok
untuk klien, diskusikan dengan klien seberapa besar manfaat metoda
tersebut, dibandingkan dengan resiko tidak menggunakan metoda
kontrasepsi.

Langkah 5 :
Lakukan pemasangan, pencocokan atau Penyuntikan, sesuai metoda yang dipilih.

23
o Pastikan saat yang tepat untuk pemasangan (berlaku untuk metoda
kontrasepsi NORPLANT, IUD dan suntikan).
o Ceritakan pada klien apa yang akan terjadi. (Sebelumnya siapkan peralatan
yang dibutuhkan, supaya klien tidak usah menunggu lama).
o Ikuti prosedur pemasangan, lakukan dengan cara aseptik.
o Setelah pemasangan, yakinkan klien mengenai keamanan pemasangan
metoda kontrasepsi tersebut.

Langkah 6 :
Jelaskan instruksi mengenai cara menggunakan metoda tersebut.
o Ikuti instruksi pemasangan untuk setiap metoda.
o Jelaskan instruksi penggunaan metoda tersebut kepada klien.
o Doronglah agar klien mengulangi instruksi tersebut dengan kata-katanya
sendiri. Bila klien kurang mengerti penjelasan tersebut atau mengabaikan
sebagian instruksi penggunaan metoda tersebut, ulangi informasi tersebut
sekali lagi.

Langkah 7 :
Rencana kunjungan ulang.
o Jelaskan dan jadwalkan kunjungan berikutnya bagi klien.
o Ingatkan klien tentang tanda2 bahaya yang merupakan indikasi untuk
kembali sebelum waktu kunjungan ulang yang telah dijadwalkan.
Sebelumnya, tinjaulah kembali dari checklist yang ada, apakah semua hal-
hal penting telah disampaikan kepada klien.

Langkah 8:
Ikuti prosedur untuk kunjungan ulang.
o Untuk semua klien, tanyakan apakah mereka atau pasangannya puasdengan
metoda yang dipilih. Ulangi anamnesa dan pemeriksaan fisik bila
diperlukan.

24
o Untuk klien yang puas, pastikan bahwa metoda diikuti dengan benar.
Ingatkan akan tanda-tanda bahaya. Berikan Persediaan kontrasepsi bila
diperlukan, rencanakan kunjungan ulang berikutnya.
o Untuk klien yang tidak puas, atasi efek samping yang timbul, cabut alat
kontrasepsi yang telah dipasang dan bantulah klien membuat pilihanmetoda
kontrasepsi baru.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Evidance based berasal dari bahasa Inggris yang berarti sebagai berikut, Evidance berarti
bukti atau fakta dan Based berarti dasar. Jadi evidence based adalah: Praktik berdasarkan
bukti.Kebijakan Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia menetapkan bahwa Kesehatan
Ruang lingkup pelayanan kesehatan reproduksi meliputi KIA, KB, KRR, IMS . Adapun
beberapa alat kontrasepsi terbaru wanita dan pria Contoh-contoh praktik pelayanan pelayanan
kesehatan reproduksi dan keluarga berencana seperti Pelayanan kesehatan reproduksi remaja
dan Puskesmas Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

3.2 Saran
Bidan sebagai tenaga medis terlatih yang ditempatkan ditengah masyarakat harus
bisa memberikan informasi mengenai pelayanan kesehatan reproduksi . Selain itu
diharapkan bidan mengikuti perkembangan yang ada, sehingga bidan dapat memberikan
asuhan sesuai dengan perkembangan yang ada dan bidan dapat melakukan tindakan yang
baik dan benar

26
DAFTAR PUSTAKA

1. http://xa.yimg.com/kq/groups/23922958/1830465473/name/Riskesdas_baru.pdf
RISKESDAS 2007. Oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI.
Diakses tanggal 13 Februari 2018.
2. http://www.depkes.go.id. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Oleh Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI. Diakses tanggal 14 Februari 2018
3. http://www.kemkes.go.id. Menkes Canangkan Gerakan Tes HIV untuk Tingkatkan
Pencegahan dan Pengendalian HIV/AIDS. Oleh Kementrian Kesehatan RI. Diakses
tanggal 14 Februari 2018.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Komunikasi,
Informasi, Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi. Jakarta : DepartemenKesehatan
Republik Indonesia; 2008; p. 17-8.
5. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial. Reproduction. Dalam :Program
Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Integratif di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta:
Depertemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Bina Kesehatan
Masyarakat; 2008; p. 33-4
6. Modul Pelatihan Intervensi Perubahan Perilaku paket-1.Kebijakan Dalam
Penanggulangan IMS, HIV dan AIDS. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jakarta
2009

27

Anda mungkin juga menyukai