Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada sesi perkulihan ini membahas tentang pendokumentasian Asuhan Kebidanan


meliputi Model-model dokumentasi asuhan. Prinsip dokumentasi dan Aspek legal
dokumentasi. Pembahasan ini menguraikan secara jelas tentang macam-macam, asuhan
kebidanan yang umumnya dipakai dalam mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan
yang diberikan pada pasien/klien. Kehamilan merupakan proses yang fisiologis dan
alamiah. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir (Prawirohadjo, 2008).

Kehamilan melibatkan berbagai perubahan fisiologi antara lain perubahan fisik,


perubahan sistem pencernaan, respirasi, sirkulasi, darah, metabolisme, taktus urinarus
serta perubahan psikologis. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal
namun kadang tidak sesuai yang diharapkan. Sulit diprediksi apakah ibu hamil akan
bermasalah selama kehamilannya. Oleh karena itu asuhan antenatal merupakan cara
penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi
ibu dengan kehamilan normal.

Hal yang melatarbelakangi kami untuk membuat makalah ini yaitu karena rasa
ingin tahu mengenai pendokumentasian asuhan kehamilan. Agar kami dapat melakukan
pendokumentasian Asuhan kehamilan dengan baik dan benar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dokumentasi ?
2. Sebutkan langkah – langkah pendokumentasian menurut metode Varney

1
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengkaji dan mengumpulkan data akurat dari berbagai sumber
yang berhubungan dengan kondisi pasien.
2. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil.
3. Mahasiswa mampu membuat laporan lengkap askeb hamil fisiologis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti bahan pustaka, baik yang
berbentuk tulisan maupun rekaman lainnya seperti dengan pita suara/cassete, vidio, film,
gambar dan foto (suyono trino). Dalam kamus besar bahasa indonesia adalah surat yang
tertulis/tercetak yang dapat di pakai sebagai bukti keterangan (seperti akta kelahiran,
surat nikah, surat perjanjian, dan sebagainya). Dokumen dalam bahasa inggris berarti
satu atau lebih lembar kertas resmi (offical) dengan tulisan di atasnya. Secara umum
dokumentasi dapat di artikan sebagai suatu catatan otentik atau semua surat asli yang
dapat di rtikan sebagai suatu catatan otentik atau semua surat asli yang dapat di buktikan
atau di jadikan bukti dalam persoalan hukum. Dokumentasi adalah suatu proses
pencatatan, penyimpanan informasi data atau fakta yang bermakna dalam pelaksanaan
kegiatan(peter Sali).

Menurut frances fischbbaach (1991) isi dan kegiatan dokumentasi apabila di


terapkan dalam asuhan kebidanan adalah sebagai berikut:

1. Tulisan yang berisi komunikasi tentang kenyataan yang essensial untuk menjaga
kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi untuk suatu periode tertentu.
2. Menyiapkan dan memelihara kejadian-kejadian yang di perhitungkan melalui
gambaran, catatan /dokumentasi.
3. Membuat catatan pasien yang otentik tentang kebutuhan asuhan kebidanan,
4. Memonitor catatan profesional dan data dari pasien, kegiatan perawatan,
perkembangan pasien menjadi sehat atau sakit dan hasil asuhan kebidanan.
5. Melaksanakan kegiatan perawatan, mengurangi penderitaan dan perawatan pada
pasien yang hampir meninggal dunia.

Dokumentasi mempunyai 2 sifat yaitu tertutup dan terbuka, tertutup apabila di


dalam berisi rahasia yang tidak pantas di perlihatkan, di ungkapakan dan di sebarluaskan

3
kepada masyarakat.terbuka apabila dokumen tersebut selalu berinteraksi fengan
lingkungan nya yang menerima dan menghimpun informasi.

Adapun tujuan dokumentasi kebidanan adalah sebagai berikut :

1. Sebagai sarana komunikasi

Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna untuk:

 Membantu koordinasi asuhan kebidanan yang diberikan oleh tim kesehatan


 Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan
atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk
mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan
kebidanan pada pasien.
 Membantu tim bidan dlam menggunakan waktu sebaik-baiknya.

2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat

Sebagai upaya untuk melindungi pasien terhadap kualitas pelayanan


keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam
melaksanakan tugasnya, maka perawat/bidan diharuskan mencatat segala tindakan
yang dilakukan terhadap pasien. Hal ini penting berkaitan dengan langkah antisipasi
terhadap ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan dan kaitannya
dengan aspek hukum yang dapat dijadikan settle concern, artinya dokumentasi dapat
digunakan untuk menjawab ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima secara
hukum.

3. Sebagai informasi statistic

Data statistic dari dokumentasi kebidanan dapat membantu merencanakan


kebutuhan dimasa mendatang, baik SDM, sarana, prasaran dan teknis. Penting kiranya
untuk terus menerus member informasi kepada orang tentang apa yang telah, sedang,
dan akan dilakukan, serta segala perubahan dalam pekerjaan yang telah ditetapkan.

4
4. Sebagai sarana pendidikan

Dokumentasi asuhan kebidanan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan
membantu para siswa kebidanan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses
belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori
maupun praktek lapangan.

5. Sebagai sumber data penelitian

Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sember data
penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan kebidanan
yang diberikan, sehingga melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan
keperawatan dan kebidanan yang aman, efektif dan etis.

6. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan

Melalui dokumentasi yang diakukan dengan baik dan benar, diharapkan asuhan
kebidanan yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan kulitas merupakan bagian
dari program pengembangan pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat
diwujudkan tanpa dokumentasi yang kontinu, akurat dan rutin baik yang dilakukan
oleh bidan maupun tenaga kesehatan lainnya. Audit jaminan kualitas membantu untuk
menetapkan suatu akreditasi pelayanan kebidanan daam mencapai standar yang telah
ditetapkan.

7. Sebagai sumber data asuhan kebidanan berkelanjutan.

Dengan dokumentasi akan didapatkan data yang actual dan konsisten mencakup
seluruh asuhan kebidanan yang dilakukan.

8. Untuk menetapkan prosedur dan standar

Prosedur menentukan rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan, sedangkan


standar menentukan aturan yang akan dianut dalam menjalankan prosedur tersebut.

5
9. Untuk mencatat

Dokumentasi akan diperlukann untuk memonitor kinerja peralatan, system, dan


manusia. Dari dokumentasi ini, manajemen dapat memutuskan atau menilai apakah
departemen tersebut memenuhi atau mencapai tujuannya dalam skala waktu dan
batasan sumber dayanya. Selain itu manajemen dapat mengukur kualitas pekerjaan,
yaitu apakah outputnya sesuai dengan spesifikasi dan standar yang telah ditetapkan.

10. Untuk memberikan instruksi

Dokumentasi yang baik akan membantu dalam pelatihan untuk tujuan


penanganan instalasi baru atau untuk tujuan promosi.

B. Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Metode Varney
 Definisi

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan


sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian / tahapan yang logis
untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Varney’s 1997).

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam


menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian,
analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (50 tahun
IBI, 2007 : 126).

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan


sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Sesuai dengan perkembangan pelayanan kebidanan, maka bidan diharapkan
lebih kritis dalam melaksanakan proses manajemen kebidanan untuk mengambil
keputusan. Menurut Hellen Varney, ia mengembangkan proses manajemen kebidanan
ini dari 5 langkah menjadi 7 langkah yaitu mulai dari pengumpulan data sampai
dengan evaluasi.

6
Bidan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam asuhan yang mandiri,
kolaborasi dan melakukan rujukan yang tepat. Oleh karena itu bidan dituntut untuk
mampu mendeteksi dini tanda dan gejala komplikasi kehamilan, memberikan
pertolongan kegawatdaruratan kebidanan dan perinatal dan merujuk kasus. Praktik
kebidanan telah mengalami perluasan peran dan fungsi dari focus terhadap ibu hamil,
bersalin, nifas, bayi baru lahir, serta anak balita bergeser kepada upaya mengantisipasi
tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis yaitu menuju kepada pelayanan
kesehatan reproduksi sejak konsepsi hingga usia lanjut, meliputi konseling pre
konsepsi, persalinan, pelayanan ginekologis, kontrasepsi, asuhan pre dan post
menopause, sehingga hal ini merupakan suatu tantangan bagi bidan.
Asuhan yang diberikan oleh bidan harus dicatat secara benar, singkat, jelas,
logis dan sistematis sesuai dengan metode pendokumentasian. Dokumentasi sangat
penting artinya baik bagi pemberi asuhan maupun penerima pelayanan asuhan
kebidanan, dan dapat digunakan sebagai data otentik bahwa asuhan telah
dilaksanakan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang professional memberikan asuhan kepada
klien. Sesuai dengan perannya pula bidan memiliki kewajiban memberikan asuhan
untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan kesehatan. Asuhan yang dimaksud
adalah asuhan kebidanan. Secara definitive, askeb dapat diartikan sebagai bantuan
yang diberikan oleh bidan kepada individu ibu atau anak. Askeb merupakan bagian
dari pelayanan kesehatan yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga
dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia sejahtera.
Untuk melaksanakan asuhan tersebut digunakan metode dan pendekatan yang
disebut Manajemen kebidanan. Metode dan pendekatan digunakan untuk
mendalami permasalahan yang dialami oleh klien, dan kemudian merumuskan
permasalahan tersebut serta akhirnya mengambil langkah pemecahannya.
Manajemen kebidanan membantu proses berfikir bidan di dalam melaksanakan
asuhan dan pelayanan kebidanan.
Dalam melaksanakan tugasnya pada pelayanan kebidanan, seorang bidan
melakukan pendekatan dengan metode pemecahan masalah yang dikenal dengan
manajemen kebidanan.

7
Manajemen kebidanan untuk mengaplikasikan pendekatan itu, adalah:

a. Identifikasi dan analisis masalah yang mencakup pengumpulan data subyektif dan
obyektif dan analisis dari data yang dikumpulkan/dicatat.
b. Perumusan (diagnosa) masalah utama, masalah yang mungkin akan timbul
(potensial) serta penentuan perlunya konsultasi, kolaborasi, dan rujukan.
c. Penyusunan rencana tindakan berdasarkan hasil perumusan.
d. Pelaksanaan tindakan kebidanan sesuai dengan kewenangannya.
e. Evaluasi hasil tindakan. Digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan
tindakan kebidanan yang telah dilakukan dan sebagai bahan tindak lanjut.

Semua tahapan dari manajemen kebidanan ini didokumentasikan sebagai bahan


tanggung jawab dan tanggung gugat dan juga untuk keperluan lain seperti referensi
serta penelitian.
Varney (1997) menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah pemecahan
masalah. Dalam text book masalah kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981
proses manajemen kebidanan diselesaikan melalui 5 langkah yaitu pengumpulan data
dasar, interpretasi data, perencanaan asuhan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Setelah menggunakannya, Varney (1997) melihat ada beberapa hal yang penting
disempurnakan. Misalnya seorang bidan dalam manajemen yang dilakukannya perlu
lebih kritis untuk mengantisipasi masalah atau diagnose potensial. Dengan
kemampuan yang lebih dalam melakukan analisa kebidanan akan menemukan
diagnose atau masalah potensial ini. Kadangkala bidan juga harus segera bertindak
untuk menyelesaikan masalah tertentu dan mungkin juga melakukan kolaborasi dll.
Varney kemudian menyempurnakan proses manajemen kebidanan menjadi 7 langkah.
Ia menambah langkah ke III agar bidan lebih kritial mengantisipasi masalah yang
kemungkinan dapat terjadi pada kliennya. Varney juga menambahkan langkah ke IV
dimana bidan diharapkan dapat menggunakan kemampuannya untuk melakukan
deteksi dini dalam proses manajemen sehingga bila klien membutuhkan tindakan
segera atau kolaborasi, konsultasi bahkan dirujuk segera dapat dilaksanakan. Proses
manajemen kebidanan ini ditulis oleh Varney berdasarkan proses manajemen
kebidanan American College of Nurse Midwife yang pada dasar pemikirannya sama
dengan proses manajemen menurut Varney.

8
Adapun 7 langkah Varney tersebut adalah:
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang
dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Adapun langkah-
langkah adalah :

Langkah I : Tahap pengumpulan data dasar


Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh
data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah
berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya.
Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subyektif, obyektif
dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang
sebenarnya dan valid. Contoh: dari data subyektif diperoleh bahwa si pasien
mengatakan pusing, susah tidur dll. Dari data obyektif diperoleh data kesehatan
pasien dengan cara pemeriksaan TTV.
Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap, dan akurat.
Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnose atau masalah
berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnose dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnose dan masalah
keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnose tetapi
tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang
sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Masalah juga sering menyertai diagnose. Sebagai contoh: wanita pada trimester ketiga
merasa takut terhadap proses persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat
ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar
diagnose” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan
pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa
takut. Diagnose kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam lingkup
praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan.

9
Standar nomenklatur diagnose kebidanan:

1. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi.


2. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan.
3. Memiliki ciri khas kebidanan.
4. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan.
5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

Langkah III : Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dan mengantisipasi


penanganannya
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose
potensial berdasarkan diagnose yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnose ini menjadi benar-benar terjadi.
Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. Contoh: seorang
wanita dengan pemuaian uterus yang berlebihan, bidan harus mempertimbangkan
kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut. Kemudian ia harus
mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap
terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan post partum yang disebabkan oleh
atonia uteri karena pemuaian uterus yang berlebihan.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah
potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga
merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnose potensial tidak terjadi.
Sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional
atau logis. Kaji ulang apakah diagnose atau masalah potensial yang diidentifikasi
sudah tepat.
Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk melakukan
konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarka kondisi klien
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodic atau

10
kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk
kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak.
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari
dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter. Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre
eklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medic
yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja
social, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis BBL. Dalam hal ini bidan harus
mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi
dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen askeb.
Pada penjelasan di atas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan
harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah
bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnose atau
masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan
segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini
termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi
atau bersifat rujukan. Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada
langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan
apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan social
ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Dengan perkataan lain, asuhan terhadap

11
wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan
kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu bidan dan
klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan
rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan
rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien
kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus
rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date
serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien. Kaji ulang apakah
rencana asuhan sudah meliputi semua aspek asuhan kesehatan terhadap wanita.
Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanannya, misalnya memastikan langkah-
langkah tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan
bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan
bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efesien akan menyangkut waktu
dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua
rencana asuhan telah dilaksanakan.
Langkah VII : Mengevaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan
masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektik dalam
pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan
sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan
suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal
setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen untuk mengidentifikasi mengapa

12
proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian terhadap rencana asuhan
tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang
memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada
proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung didalam situasi klinik
dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin
proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.

 Prinsip proses manajemen kebidanan menurut Varney


Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh American
College Nurse
Midwife (ACNM) terdiri dari :

1. Secara sistematis mengumpulkan data dan memperbaharui data yang lengkap dan
relevan dengan melakukan pengajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap
klien,termasuk mengupulkan riwayat kesehatan dan pemeriksa fisik.
2. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interprestasi data
dasar.
3. Mengindentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan
masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klen.
4. Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan
bertanggungjawab terhadap kesehatannya.
5. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
6. Secara pribadi bertanggungjawab terthadap implementasi rencana individual.
7. Melakukan konsultasi,perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan
berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.
8. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu,dalam situasi darurat dan
bila ada penyimpangan dari keadaan normal.
9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan
merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

C. Soap

13
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan adalah system pencatatan yang digunakan
agar asuhan yang dilakukan dapatdicatat dengan benar, jelas, sederhana dan logis dengan
menggunakan metode pendokumentasian SOAP yang terdiri dari :

1) S : Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi keadaan klinis secara lengkap.
Subjektif termasuk kedalam langkah 1 dalam 7 langkah varney.

2) O : Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik dan klien,hasil


laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung assessment, objektif termasuk kedalam langkah 1 dalam 7 langkah
varney.

3) A : Assessment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasikan data


subyektif dan obyektif dalam situasi diagnosa atau masalah dan antisipasi diagnosa
atau masalah potensialo lain. Assessment termasuk langkah 2,3,4 dalam 7 langkah
varney.

4) P : Planing

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan dan evaluasi


berdasarkan assessment, planning terdiri dari langkah 5,6,7 dalam 7 langkah varney.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

14
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, dokumentasi adalah surat yang
tertulis/tercetak yang dapat di pakai sebagai bukti keterangan (seperti akta kelahiran,
surat nikah, surat perjanjian, dan sebagainya). Dokumen dalam bahasa inggris berarti
satu atau lebih lembar kertas resmi (offical) dengan tulisan di atasnya.

Manajemen kebidanan untuk pendokumentasian adalah proses pemecahan masalah


yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian / tahapan
yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Varney’s 1997).
Varney menyempurnakan proses manajemen kebidanan menjadi 7 langkah. Ia
menambah langkah ke III agar bidan lebih kritial mengantisipasi masalah yang
kemungkinan dapat terjadi pada kliennya.

B. SARAN

Dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak kesalahan-kesalahan. Oleh


karena itu, kami senantiasa menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun. Dan
sebagai seorang tenaga ahli kesehatan ada baiknya lebih teliti dan cermat dalam
melakukan proses pendokumentasian karena data yang benar dan tepak akan
menguntungkan bagi semua pihak, bagi pasien maupun tenaga kesehatan.

DAFTAR ISI

http://manajemenkebidanan.blogspot.co.id/2010/12/manajemen-kebidanan-menurut-
helen.html

http://midcare.blogspot.co.id/2012/02/manajemen-kebidanan.html

15
http://rizugie.blogspot.co.id/2012/01/manajemen-kebidanan-7-langkah-varney.html

https://tugas2kuliah.wordpress.com/2011/12/16/makalah-kebidanan-konsep-manajemen-
kebidanan/

16

Anda mungkin juga menyukai