Anda di halaman 1dari 12

PERTEMUAN 10-13

MODEL PRAKTIK KEBIDANAN

PENDAHULUAN

Kerangka kerja bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dipengaruhi oleh


filosofi yang dianut yang meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma
kesehatan (manusia-perilaku, lingKungan dan pelayanan kesehatan). Model asuhan
kebidanan dibuat berdasarkan filosofi bahwa kehamilan dan persalinan merupakan
sebuah hal yang fisiologis

Capaian pembelajaran pada bab ini :

Capaian pembelajaran pada bab ini adalah mahasiswa mampu menganalisa model praktik
kebidanan meliputi:

1. Midwifery LED Care


2. Partnership
3. Social Model
4. Model praktik dalam kontes nasional dan global
5. Evidance based terkait asuhan kebidanan

Role Model dalam asuhan kebidanan

PENYAJIAN MATERI

Model Prakti kebidanan


1. MIDWIFERY LED CARE (L&D)
Model Asuhan “Midwifery Led Care” mengartikan bahwa: kehamilan dan
kelahiran merupakan peristiwa yang normal dan berpusat wanita, mencakup: asuhan
berkesinambungan; pemantauan fisik, psikologis, spiritual dan sosial kesejahteraan
perempuan dan keluarga di seluruh siklus kesehatan reproduksi perempuan;
menyediakan pendidikan kesehatan individual, konseling dan antenatal care;
pendampingan terus menerus selama persalinan, kelahiran dan masa postpartum,
dukungan terus-menerus selama periode postnatal; meminimalkan intervensi teknologi;
dan mengidentifikasi dan merujuk wanita yang memerlukan perhatian khusus obstetri
atau lainnya.
Model Mifwife led care bertujuan untuk menyediakan pelayanan tidak hanya di
masyarakat atau rumah sakit. Pelayanan juga diberikan pada perempuan sehat tanpa
komplikasi atau kehamilan dengan risiko rendah. Area yang dikembangkan untuk Pusat
Asuhan yang dipimpiin oleh bidan adalah :
1) Bidan merupakan seorang pemimpin profesional yang menyediakan asuhan
berkelanjutan mulai dari perencanaan, pengorganisasian dan pemberian asuhan
yang diberikan kepada perempuan mulai dari kunjungan awal hingga masa nifas.
Menyediakan konsultasi oleh staf medis lain (obsgyn atau nakes lain) pada
beberapa kasus asuhan antenatal, kolaborasi atau RUJUKANintranatal dan
postnatal. Bidan merupakan pemimpin profesional yang bertanggung banyak di
promosikan pada area asuhan
2) Tempat persalinan tanpa obat-obatan
3) Ruang kebidanan di RS (kamar bersalin, poli kebidanan, ruang nifas) di atur dan
di kelola oleh bidan
4) Pada beberapa waktu, dokter dan bidan bekerjasama dengan tanggung jawab yang
sama.
5) Persalinan normal adalah tugas utama bidan RS.
Menjaga persalinan tetap normal dengan cara Menciptakan lingkungan
seperti di rumah, peralatan rs tidak nampak, membuat kamar bersalin seperti di
rumah, Menciptakan sikap positif tanpa intervensi medical, Pilihan tempat
persalinan dan penolong termasuk rumah, RB atau RSB, Perempuan punya
kesempatan untuk mengenal bidan yang akan menolonnya dan membina hubungan
saling percaya, Mendidik dan melatih bidan dan dokter untuk memperbaiki
pengetahuan dan kepercayaan diri tentang persalinan normal, Memberikan akses
pendidikan keluarga dan persiapan persalinan.
1) Yang dilakukan bidan di unit kebidanan yang dipimpinnya: Mendukung bidan
dan Obsgyn pada area intrapartum, merencanakan lebih banyak proses persalinan
normal.
2) Tidak memberikan informasi yang tidak penting, membuat rencana persalinan
perindividu
3) Memberikan prioritas untuk mobilisasi dan prilaku persalinan normal
4) Mendidik bidan dan dokter, membawa kenormalan pada semua aspek asuhan
5) Bekerja mendampingi dokter obsgyn senior (konsultan Work along side senior
Consultant Obstetricians to memperbaiki jumlah persalinan normal termasuk
memperbaiki kebijakan
6) Mempertahankan persalinan normal pada semua setting pelayanan
7) Melakukan audit dan penelitian secara periodik dan menginformasikan hasil
kepada semua tim
Perempuan yang menerima model Midwifery led care yang dilakukan bidan akan
mengalami:
1) 8 kali lebih mungkin untuk didampingi saat lahir oleh bidan yang dikenal
2) 21% lebih kecil kemungkinannya untuk kehilangan bayi mereka sebelum 24
minggu,
3) 19% lebih kecil kemungkinannya untuk diberikan anastesi lokal,
4) 14% lebih sedikit cenderung mengalami kelahiran dengan tindakan
5) 18% lebih kecil kemungkinan untuk episiotomi
6) lebih mungkin untuk kelahiran spontan pervaginam,
7) Segera memulai menyusui bayinya,
8) Merasa memegang kendali saat melahirkan

PARTNERSHIP
a) Partnership dalam kebidanan merupakan implementasi dari philosophy apa yang

diklakukan oleh bidan . Partnership merupakan asuhan yang sifatnya berbagi antara

bidan dengan perempuan yang didalamnya tercipta kepercayaan,berbagi tanggung

jawab,kebersamaan dalam membuat keputusan, dan saling pengertian.. Berikut

adalah kegiatan yang berkaitan dengan partnership Bidan dengan perempuan dalam

pelayanan kebidanan.

b) Woman Centred Care

Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah:

seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan

organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki


kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah

mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan

akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan,

asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas,

memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan

kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,

promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses

bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai. Woman Centered Care dalam hal ini

dimaksudkan apakah perempuan dilibatkan dalam perencanaan asuhan dan

pengambilan keputusan terhadap dirinya,ketrlibatan keluarga dalam pemberian

asuhan,dan asuhan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan yang diharapkan

perempuan dan implikasi dari asuhan perempuan tersebut memberikan pengaruh

yang baik bagi dirinya.

c) Continuity of Care

adalah filosofi dan proses yang difasilitasi melalui kemitraan (partnership)

antara perempuan dan bidan.Continuity Care adalah asuhan kebidanan yang diberikan

sesuai dengan standar praktik selama trimester kehamilan, persalinan, kelahiran dan

postpartum. Asuhan berkesinambungan ini memungkinkan hubungan berkembang sesuai

dengan kebutuhan perempuan. Dalam globalisasi ekonomi kita diperhadapkan pada

persaingan global yang semakin ketat yang menuntut kita semua untuk

menyiapkan manusia Indonesia yang berkualitas tinggi sebagai generasi penerus

bangsa yang harus disiapkan sebaik mungkin secara terencana, terpadu dan

berkesinambungan. Upaya tersebut haruslah secara konsisten dilakukan sejak dini

yakni sejak janin dalam kandungan, masa bayi dan balita, masa remaja hingga

dewasa bahkan sampai usia lanjut. Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera
fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit

atau kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta

fungsi dan prosesnya.

Siklus hidup reproduksi merupakan permasalahan yang tidak ditangani dapat

berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya. Dalam pendekatan siklus hidup

dikenal lima tahap,yaitu :

- Konsepsi

- Bayi dan Anak

- Remaja

- Usia subur

- Usia lanjut

Pemeriksaan kehamilan yang berkualitas, pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan, kunjungan pasca melahirkan, penyuluhan kesehatan ASI, KB

dan lain-lain. Pelayanan berkesinambungan dalam daur kehidupan wanita

Contoh Pencegahan dan promosi kesehatan Masalah/tindakan :

 PraKonsepsi - Pengenalan dini riwayat infeksi toksoplasma, Rubella,

Sitomegalo Virus, herves,dll. - Pemeriksaan imunologis dan terapi.

 Konsepsi - Pengenalan dini kelainan genetik (keturunan) dll. - Pemeriksaan

sitogenetik, tindakan korektif intra uterin (perbaikan dalam kandungan) dll.

 PraKelahiran

(1- 40 mgg) - Pengenalan dini malformasi (kesalahan bentuk) dalam

perkembangan janin. Pemeriksaan Ultrasonografi, Terminasi Kehamilan.

 Pra Pubertas

(0bln–12 bln) - Pencegahan infeksi kekurangan kalori, protein, mineral, dan

vitamin.
 Imunisasi, perbaikan gizi, Pembinaan kebugaran jasmani.

 Pubertas/remaja (13th-20th) :Penkes tentang penyakit seksual menular dan

kehamilan.Komunikasi, Informasi dan edukasi Agama, etika dan moral serta

pendidikan seks.

 Reproduksi : Pengaturan fertilitas (kesuburan), perawatan kehamilan dan

persalinan aman - Penggunaan kontrasepsi rasional, perawatan antenatal,

pemberian ASI.

 Menopouse (45th-55th) : Deteksi dini keganasan (kanker) alat kelamin dalam

(genitalia interna). Tes Paps, biopsi dan kurtase.

 Pasca Menopouse (50th-65th) - Deteksi dini osteoporosis (rapuh tulang)

penyakit jantung koroner. - Terapi hormonal, gizi.

 Lansia (senium) - Penurunan fungsi fisiologis/fisik yang berat - Gizi cukup

d) Empowerment Woman

Pada bulan September 1994 di Kairo, 184 negara berkumpul untuk

merencanakan suatu kesetaraan antara kehidupan manusia dan sumber daya yang

ada. Untuk pertama kalinya, perjanjian internasional mengenai kependudukan

memfokuskan kesehatan reproduksi dan hak-hak perempuan sebagai tema sentral.

Konferensi Internasional ini menyetujui bahwa secara umum akses terhadap

pelayanan kesehatan reproduksi harus dapat diwujudkan sampai tahun 2015.

Tantangan yang dihadapi para pembuat kebijakan, pelaksana-pelaksana

program serta para advokator adalah mengajak pemerintah, lembaga donor dan

kelompok-kelompok perempuan serta organisasi nonpemerintah lainnya untuk

menjamin bahwa perjanjian yang telah dibuat tersebut di Kairo secara penuh dapat

diterapkan di masing-masing negara. Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan kesehatan perempuan dan laki-laki berhubungan


dengan masalah seksualitas dan penjarangan kehamilan. Tujuan dari program-

program yang terkait serta konfigurasi dari pelayanan tersebut harus menyeluruh,

dan mengacu kepada program Keluarga Berencana (KB) yang konvensional serta

pelayanan kesehatan ibu dan anak. Komponen yang termasuk di dalam kesehatan

reproduksi adalah:

1) Konseling tentang seksualitas, kehamilan, alat kontrasepsi, aborsi, infertilitas,

infeksi dan penyakit;

2) Pendidikan seksualitas dan jender;

3) Pencegahan, skrining dan pengobatan infeksi saluran reproduksi, penyakit

menular seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS dan masalah kebidanan lainnya

4) Pemberian informasi yang benar sehingga secara sukarela memilih alat

kontrasepsi yang ada;

5) Pencegahan dan pengobatan infertilitas;

6) Pelayanan aborsi yang aman;

7) Pelayanan kehamilan, persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan pasca

kelahiran; dan

8) Pelayanan kesehatan untuk bayi dan anak-anak.

Kualitas pelayanan merupakan prioritas dan ini harus didukung dengan:

1) Menerapkan metode yang kompeten dengan standar yang tinggi (maintaining

high standards of technical competence);

2) Melayani klien dengan rasa hormat dan bersahabat;

3) Merancang pelayanan agar dapat memenuhi kebutuhan klien; dan

4) Menyediakan pelayanan lanjutan.


Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan

memperkirakan bahwa setiap tahun diperlukan dana sekitar US$17 juta sampai

tahun 2000 untuk menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi di negara-negara

miskin yang dapat diakses secara umum.

Yang termasuk di dalam hak reproduksi adalah:

 Hak semua pasangan dan individual untuk memutuskan dan bertanggung

jawab terhadap jumlah, jeda dan waktu untuk mempunyai anak serta hak

atas informasi yang berkaitan dengan hal tersebut;

 Hak untuk mendapatkan kehidupan seksual dan kesehatan reproduksi yang

terbaik serta hak untuk mendapatkan pelayanan dan informasi agar hal

tersebut dapat terwujud; dan

 Hak untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi yang

bebas dari diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan. Hak hidup, Hak

menikah, Hak hamil atau tidak hamil, Hak seksualitas, Hak menggunakan

kontrasepsi, Hak terbebas dari PMS, Mendapat informasi & pelayanan yang

berkualitas

Dengan memodifikasi program KB dan program kesehatan lainnya agar

dapat Memperluas jangkauan pelayanan terhadap perempuan yang

mempunyai kebutuhan akan hal-hal yang berkaitan dengan masalah

reproduksi dan kesehatan seksual;

 Secara intensif melatih dan memberikan supervisi kepada staf dan

memberlakukan sistem-sistem yang memberikan kualitas pelayanan yang

baik, tidak hanya terpaku kepada jumlah klien yang dapat dilayani;

 Merancang pelayanan yang menjaga hak-hak perempuan dan mendorong

pemberdayaannya;
 Menyediakan informasi dan pelayanan terhadap perempuan yang lebih

muda atau lebih tua dari usia reproduksi, tanpa melihat status

perkawinannya;

 Mendorong dan mendukung peran laki-laki untuk ikut ambil bagian dalam

pembagian tanggung jawab terhadap tingkah laku seksual dan

reproduksinya, masa kehamilan, kesehatan ibu dan anak, penjarangan

kehamilan, infeksi PMS dan HIV/AIDS serta kekerasan; dan

 Mendukung penelitian untuk mengisi kesenjangan terhadap pengetahuan

yang berkaitan dengan masalah teknologi dan pelayanan termasuk di

dalamnya adalah microbicides, metode-metode untuk men-diagnosa PMS,

pengobatan PMS yang terjangkau serta pelayanan kegawatdaruratan

kebidanan.

Beberapa prinsip yang harus digarisbawahi adalah:

 Program-program dan pelayanan harus dirancang sesuai dengan kondisi-

kondisi yang ada dan menjamin bahwa pelayanan ini dapat dimanfaatkan

dan dijangkau oleh seluruh perempuan;

 Rancangan program dan penerapannya harus melibatkan perempuan dari

berbagai latar-belakang; dan

 Program harus mendukung baik laki-laki maupun perempuan dalam hal

pembagian tanggung jawab dari tingkah laku seksual, masa subur, dan

kesehatannya serta keberadaan pasangan dan anak-anaknya.

Hak-hak Reproduksi dapat Terjamin

 Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil langkah-

langkah yang tepat untuk menjamin semua pasangan dan individu yang
menginginkan pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan seksualnya

terpenuhi

 Hukum-hukum dan kebijakan-kebijakan harus dibuat dan dijalankan untuk

mencegah diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan yang berhubungan

dengan sekualitas dan masalah reproduksi; dan

Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui haknya, mendorong
agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini serta membangun dukungan atas
hak-hak tersebut melalui pendidikan dan advokasi.
Konsep-konsep kesehatan reproduksi dan uraian hak-hak perempuan ini diambil
dari hasil kerja International Women’s Health Advocates Worldwide.
e) Komunikasi Efektive

Membudayakan perilaku positif dengan cara memberi kesempatan kepada

perempuan ketika menyampaikan apa yang dialami dan dirasakandan serta

harapan harapannya yang baik tentang dirinya. Menyiapkan informasi yg harus

disampaikan pada perempuan sebelum dan sesudah memberikan asuhan dengan

menggunakan informed choice dan informed consent. Komunikasi yang efektif

menggunakan tehnik mendengar aktif, tidak menyela/memotong pembicaraan

menunjukkan perhatian dg mendengar dan mencoba mengerti apa yang telah

dikatakan oleh orang lain dengan bahasa verbal maupun non verbal Menjawab

pertanyaan sesuai dengan apa yang ingin diketahuinya memberi penjelasan

dengan bahasa yang mudah dimengerti dan ringkas, sehingga klien dapat

merasakan keamanan dan kenyamanan dalam menyampaikan hal-hal yang

berkaitan dengan dirinya sehingga permasalahan yang dialami dapat teratasi,

karena komunikasi efektif.

f) Keamanan Lingkungan

Apakah perempuan yakin selama pemberian asuhan dia aman? Tenang dan

bebas dari bahaya. Apakah lingkungan menjamin privacy perempuan? Sesuai


dengan harapan perempuan Apakah seluruh peralatan bebas dari kontaminasi

serta Menerapkan konsep Pencegahan Infeksi.

g) Respectful Treatment

Yang dimaksudkan disini adalah Asuhan yg lembut dan menghargai klien,

Menghargai keputusan yang diambil klien terutama untuk tubuhnya. Kerelaan

untuk mendukung rencana kelahiran dan mendampingi pasien dengan sabar

memenuhi kebutuhan klien. menghargai proses kelahiran menghargai pemilihan

tempat bersalin

h) Perhatian terhadap klien

Menyediakan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
pada saat ANC memberikan manfaat yang baik bagi bidan, sehingga bidan memperoleh data
keadaan yang dialami oleh klien, mengidentifikasi masalah sehingga hal ini bisa didiskusikan
oleh bidan dan klien sehingga klien mendapat solusi dari permasalahan yang dihadapinya.
Memberi perhatian kepada klien dapat membangun rasa saling percaya terhadap klien dan
keluarganya.sehingga komunikasi antara klien dan bidan dapat terjamin

RINGKASAN

Bidan merupakan seorang pemimpin profesional yang menyediakan asuhan


berkelanjutan mulai dari perencanaan, pengorganisasian dan pemberian asuhan yang
diberikan kepada perempuan mulai dari kunjungan awal hingga masa nifas.
Menyediakan konsultasi oleh staf medis lain (obsgyn atau nakes lain) pada beberapa
kasus asuhan antenatal, intranatal dan postnatal serta kolaborasi atau RUJUKAN.
Bidan merupakan pemimpin profesional yang bertanggung jawab untuk menilai
kebutuhan perempuan, merencanakan asuhan, merujuk kepada tenaga profesional lain
yang tersedia

LATIHAN SOAL
1. Jelaskan manfaat dari model praktik Midwifery Led Care (L&D)....
2. Sebutkan Tujuan dari model praktik Midwifery Led Care (L&D)....
3. Jelaskan bentuk model kebidanan women center care.
4. Jelaskan tujuan dari bentuk model kebidanan empowerment woman
5. Jelaskan bentuk perhatian bidan pada kliennya
6. Jelaskan pentingnya komunikasi yang efektif dalam model praktik kebidanan

RUJUKAN
1. Ikatan Bidan Indonesia. 2001. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta:
PP IBI. Cetakan ke II.
2. Irawan Yetti, 2017,Model Praktik Bidan,Surabaya
3. Mustika, Sofyan. 2004. Bidan Menyonsong Masa Depan. PP IBI, Jakarta
4. Walsh, Linda V. Midwifery Community Based Care during childbearing Year, 2001.
WB Sonder Company, USA. Unit V halaman 492

Anda mungkin juga menyukai