Anda di halaman 1dari 13

Cindy HhHHHyun Zae Rha)

HANDOUT

Konsep dasar Asuhan Kehamilan


1.1 Konsep dasar Asuhan Kehamilan
1.1.1 Philosofi asuhan kehamilan
Filosofi adalah pernyataan mengenai keyakinan dan nilai/value yang
dimiliki yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang/kelompok (Pearson & Vaughan, 1986
cit. Bryar, 1995:17). Filosofi asuhan kehamilan menggambarkan keyakinan yang dianut oleh
bidan dan dijadikan sebagai panduan yang diyakini dalam memberikan asuhan kebidanan
pada klien selama masa kehamilan. Dalam filosofi asuhan kehamilan ini dijelaskan beberapa
keyakinan yang akan mewarnai asuhan itu.
1. Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita
selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan
yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi
proses alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang
tidak terbukti manfaatnya.
2. Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan (continuity of care) Sangat
penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang profesional yang sama atau
dari satu team kecil tenaga profesional, sebab dengan begitu maka perkembangan kondisi
mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga mereka menjadi lebih percaya dan
terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi asuhan (Enkin, 2000).
3. Pelayanan yang terpusat pada wanita (women centered) serta keluarga (family centered)
Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam arti bahwa asuhan yang diberikan harus
berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan kebutuhan dan kepentingan bidan. Asuhan yang
diberikan hendaknya tidak hanya melibatkan ibu hamil saja melainkan juga keluarganya, dan
itu sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian integral/tak terpisahkan dari ibu
hamil. Sikap, perilaku, dan kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Kondisi
yang dialami oleh ibu hamil juga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Selain itu,
keluarga juga merupakan unit sosial yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang
kuat bagi anggotanya. (Lowdermilk, Perry, Bobak, 2000). Dalam hal pengambilan keputusan
haruslah merupakan kesepakatan bersama antara ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu
sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak untuk
memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan memperoleh pelayanan
kebidanannya.
4. Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan memperoleh
pengetahuan/pengalaman yang berhubungan dengan kehamilannya. Tenaga profesional
kesehatan tidak mungkin terus menerus mendampingi dan merawat ibu hamil, karenanya ibu
hamil perlu mendapat informasi dan pengalaman agar dapat merawat diri sendiri secara
benar. Perempuan harus diberdayakan untuk mampu mengambil keputusan tentang kesehatan
diri dan keluarganya melalui tindakan KIE dan konseling yang dilakukan bidan.

Seorang bidan harus memahami bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses
yang alamiah dan fisiologis, walau tidak dipungkiri dalam beberapa kasus mungkin terjadi
komplikasi sejak awal karena kondisi tertentu/ komplikasi tersebut terjadi kemudian. Proses
kelahiran meliputi kejadian fisik, psikososial dan
kultural. .
Kehamilan merupakan pengalaman yang sangat bermakna bagi perempuan, keluarga
dan masyarakat. Perilaku ibu selama masa kehamilannya akan mempengaruhi kehamilannya,
perilaku ibu dalam mencari penolong persalinan akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin
yang dilahirkan. Bidan harus mempertahankan kesehatan ibu dan janin serta mencegah
komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan sebagai satu kesatuan yang utuh.
http://bidanshop.blogspot.com/2010/04/konsep-dasar-asuhan-kehamilan.html:
1.Varney. Varney midwifery. Jakarta;1997 .
2.Pusdiknakes;WHO;JHPIEGO. Buku asuhan antenatal; 2001 .
3. Saifudin, abdul bari dkk. Panduan praktis pelayanan maternal dan neonatal. Jakarta;2002.
4.Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. Konsep asuhan kebidanan. Jakarta;2001
5.Neil, W.R. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta. Dian Rakyat; 2001.

1.1.2 Lingkup asuhan kehamilan


Dalam memberikan asuhan pada ibu hamil, bidan harus memberikan pelayanan
secara komprehensif atau menyeluruh, meliputi:
1. Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisis tiap kunjungan
atau tiap pemeriksaan ibu hamil.
2. Melaksanakan pemeriksaan fisik secara sistematis dan lengkap.
3. Melakukan pmeriksaan abdomen termasuk tinggi fundus uteri (TFU) atau posisi atau
presentasi dan penurunan bagian terendah janin.
4. Melakukan penilaian pelviks dan struktur panggul.
5. Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk denyut jantung janin dengan feteskop dan
gerakan janin dengan palpasi.
6. Menghitung usia kehamilan dari hari perkiraan lahir (HPL).
7. Mengkaji status nutrisi dan hubungan dengan pertumbuhan janin.
8. Memberikan penyuluhan tanda- tanda bahaya dan bagaimana menghubungi bidan.
9. Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia, hipernemisis, gravidarum tingkat 1,
abortus imminens, preeklamsia ringan.
10. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengurangi ketidak nyamanan dalam kehamilan.
11. Menginditifikasi penyimpangan kehamilan normal dan penanganannya termasuk rujukan
tepat waktu pada kurang gizi, pertumbuhan janin tidak adekuat, PEB, pendarahan
pervaginam, kehamilan ganda, oedem (pembekakan karena berisi cairan pada kaki), kematian
janin, sakit kepala berat dan menetap gangguan pandangan, nyeri epigastrium karena
hipertensi, ketuban pecah sebelum waktunya, persangkaan polihiramnion (air ketuban yang
berlebih), DM (Diabetes Melitus), kelainan konggenital, hasil laboratorium abnormal,
kelainan letak janin, infeksi ibu hamil seperti IMS, Vaginitis, dan ISK (Infeksi Saluran
Kencing).
12. Mengkaji berat badan ibu dan hubungannya dengan komplikasi.
13. Memberikan imunisasi TT (Titanus Toxoid)
14. Memberikan bimbingan persiapan persalinan, kelahiran dan menjadi orang
tua. (www.m3yapindo.com)

1.1.3 Prinsip pokok asuhan kehamilan


Prinsip-prinsip pokok asuhan antenatal konsisten dengan dan didukung oleh
prinsip-prinsip asuhan kebidanan. Lima prinsip-prinsip utama asuhan kebidanan adalah :
1. Kelahiran adalah proses yang normal :
Kehamilan dan kelahiran biasanya merupakan proses yang normal, alami dan sehat.
Sebagai bidan, kita membantu dan melindungi proses kelahiran tersebut. Sebagai bidan kita
percaya bahwa model asuhan kebidanan yang membantu dan melindungi proses kelahiran
normal, adalah yang paling sesuai untuk kebanyakan ibu selama kehamilan dan kelahiran.
2. Orientasi pada ibu secara komprehensif
Ibu dipandang sebagai makhluk individu maupun makluk sosial yang mempunyai
kebutuhan.
3. Menjaga kerahasiaan ibu / privasi
4. Membantu ibu dalam meciptakan proses fisiologis
5. Pemberdayaan :
Ibu dan keluarga mempunyai kebijaksanaan dan seringkali tau kapan mereka akan
melahirkan. Keyakinan dan kemampuan ibu untuk melahirkan dan merawat bayi bisa
ditingkatkan atau dihilangkan oleh orang yang memberikan asuhan padanya dan oleh
lingkungan dimana ia melahirkan. Jika kita bersikap negatif atau kritis, hal ini akan
mempengaruhi si ibu. Hal ini juga dapat mempengaruhi lamanya waktu persalinan. Kita,
sebagai bidan, harus membantu ibu yang melahirkan daripada untuk mencoba mengontrol
persalinannya. Kita harus menghormati bahwa ibu adalah faktor utama dan penolong
persalinan adalah faktor pembantu selama proses kelahiran.
6. Memberikan informasi dan konseling yang cukup
Ibu dan keluarga memerlukan informasi sehingga mereka dapat membuat suatu
keputusan. Kita harus tau dan menjelaskan informasi yang akurat tentang resiko dan
keuntungan semua prosedur, obat-obatan dan tes. Kita juga harus membantu ibu dalam
membuat suatu pilihan tentang apa yang terbaik untuk diri dan bayinya berdasarkan nilai dan
kepercayaannya (termasuk kepercayaan-kepercayaan budaya dan agama)
7. Jangan Membahayakan :
Intervensi haruslah tidak dilaksanakan secara rutin kecuali terdapat indikasi-indikasi
yang spesifik. Pengobatan pada kehamilan, kelahiran atau periode pasca persalinan dengan
tes-tes ”rutin”, obat atau prosedur dapat membahayakan bagi ibu dan bayinya. Misalnya
prosedur-prosedur yang keuntungannya tidak mempunyai bukti termasuk episiotomi rutin
pada primipara, enema dan pengisapan pada semua bayi baru lahir. Bidan yang terampil
harus tau kapan harus melakukan sesuatu. Asuhan selama kehamilan, kelahiran dan pasca
persalinan, seperti halnya juga penanganan komplikasi harus dilakukan berdasarkan suatu
bukti.
8. Tanggung Jawab :
Setiap penolong persalinan harus bertanggung jawab terhadap kualitas asuhan yang ia
berikan. Praktek asuhan maternitas harus dilakukan berdasarkan kebutuhan ibu dan bayinya,
bukan atas kebutuhan penolong persalinan. Asuhan yang berkualitas tinggi, berfokus pada
klien dan sayang ibu berdasarkan bukti ilmiah sekarang ini adalah tanggung jawab semua
bidan.
9. Menghormati praktik adat
Dalam memberikan asuhan seorang bidan harus menghargai praktik adat yang
dilakukan trutama praktik adat yang mendukung proses asuhan.
10. Menghormati kesehatan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu.
11. Usaha promosi dan preventive
Asuhan yang diberikan penekananya dalam fokus utamanya adalah usama promotive
(peningkatan kesehatan) dan preventive (pencegahan).
http://bidanshop.blogspot.com/2010/04/konsep-dasar-asuhan-kehamilan.html:
1.Varney. Varney midwifery. Jakarta;1997 .
2.Pusdiknakes;WHO;JHPIEGO. Buku asuhan antenatal; 2001 .
3. Saifudin, abdul bari dkk. Panduan praktis pelayanan maternal dan neonatal. Jakarta;2002.
4.Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. Konsep asuhan kebidanan. Jakarta;2001
5.Neil, W.R. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta. Dian Rakyat; 2001.

1.1.4 Sejarah asuhan kehamilan


Metode tradisional asuhan kehamilan sudah dihasilkan dan telah sukses sejak tahun 1940
sampai sekarang, di bawah penelitian yang seksama. Sejarah menunjukkan bahwa kebidanan
merupakan salah satu profesi tertua sejak adanya peradaban manusia. Bidan terlahir sebagai
wanita yang terpercaya dalam mendampingi ibu-ibu yang melahirkan. Pada awalnya ruang
lingkup tugas bidan masih terbatas pada pengawasan kehamilan, pertolongan persalinan,
pemeliharaan ibu nifas dan perawatan neonatus. Namun pengembangan selanjutnya sekitar
tahun 1959 setelah diadakan Kursus Tambahan Bidan (KTB) oleh bagian KIA, kementrian
kesehatan, ruang lingkup tugas bidan tidak saja berorientasi pada pelayanan kebidanan di
rumah sakit melainkan juga mengemban tugas pelayanan kesehatan di masyarakat. Tempat
pelayanan asuhan kebidanan, baik yang bersifat tugas mandiri dan kalaborasi adalah di rumah
sakit, puskesmas, klinik bersalin atau di masyarakat. Melalui asuhan antenatal di harapkan
bidan dapat berkontribusi dalam melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan
cara mengurangi angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan
kehamilan.(http://bidanayin.blogspot.com/2009/07/sejarah-asuhan-kehamilan.html)
Dimasa yang lalu, bidan dan dokter banyak menggunakan waktu selama kunjungan
antenatal untuk penilaian resiko berdasarkan riwayat medis dan obstetri serta temuan-temuan
fisik yang lalu. Tujuan dari penilaian resiko ini adalah untuk mengidentifikasi ibu yang
beresiko tinggi dan merujuk ibu-ibu ini untuk mendapatkan asuhan yang khusus. Sekarang
kita telah mengetahui bahwa penilaian resiko tidak mencegah kesakitan dan kematian
maternal dan perinatal. Penilaian resiko juga tidak menjamin perkiraan, ibu yang mana yang
akan mempunyai masalah selama persalinan. Mengapa penilaian resiko tidak lagi digunakan?
Ia tidak lagi dipergunakan karena setiap ibu hamil akan menghadapi resiko komplikasi dan
harus mempunyai jangkauan kepada asuhan kesehatan maternal yang berkualitas. Hampir
tidak mungkin memperkirakan ibu hamil yang mana yang akan menghadapi komplikasi yang
akan mengancam keselamatan jiwa secara akurat. Banyak ibu-ibu yang digolongkan
”beresiko tinggi” yang tidak mengalami komplikasi apapun. Misalnya seorang ibu yang
tingginya kurang dari 139 cm mungkin akan melahirkan bayi seberat 2500 gram tanpa
masalah. Demikian juga, seorang ibu yang mempunyai riwayat tidak begitu berarti,
kehamilan normal dan persalinan yang tidak berkomplikasi mungkin saja mengalami
perdarahan pasca persalinan.
Dalam suatu studi di Zaire, dengan menggunakan berbagai macam metode, formula
dan skala untuk melakukan penapisan ”resiko” diteliti. Studi ini menemukan bahwa 71 % ibu
yang mengalami partus macet tidak digolongkan ke dalam kelompok beresiko sebelumnya.
Sebagai tambahan, 90 % ibu-ibu yang diidentifikasi ”beresiko” tidak mengalami komplikasi.
Kebanyakan ibu-ibu yang mengalami komplikasi tidak mempunyai faktor resiko dan
digolongkan ke dalam kelompok ”beresiko rendah”. Suatu contoh seorang ibu yang beresiko
rendah adalah berumur 24 tahun, G2 P1 tanpa faktor resiko dan persalinan normal yang
melahirkan bayi 3 kg dan mengalami perdarahan 1000 cc karena atonia uteri.
http://bidanshop.blogspot.com/2010/04/konsep-dasar-asuhan-kehamilan.html:
1.Varney. Varney midwifery. Jakarta;1997.
2.Pusdiknakes;WHO;JHPIEGO. Buku asuhan antenatal; 2001 .
3. Saifudin, abdul bari dkk. Panduan praktis pelayanan maternal dan neonatal. Jakarta;2002.
4.Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. Konsep asuhan kebidanan. Jakarta;2001
5.Neil, W.R. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta. Dian Rakyat; 2001.

1.1.5 Tujuan asuhan kehamilan


1) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik serta mental ibu dan dengan pendidikan,
nutrisi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi.
2) Mendeteksi dan melakukan penatalaksanaan komplikasi medis,bedah atau obstetrik selama
kehamilan.
3) Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi komplikasi.
4) Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan nifas secara
normal, dan merawat anak secara fisik, psikologis, dan sosial.(www.m3yapindo.com)
5) Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi
6) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan bayi dengan
trauma seminimal mungkin
7) Peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuhkembang secara
normal.
(http://kti-akbid.blogspot.com/2011/03/makalah-asuhan-kehamilan.html)

1.1.6 Refocusing asuhan kehamilan


Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan angka
kematian ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab utama adalah
perdarahan, infeksi dan eklampsia. Sebenarnya bidan memiliki peran penting dalam
mencegah dan atau menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa
intervensi yang merupakan komponen penting dalam ANC seperti: mengukur tekanan darah,
memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/infeksi, maupun
deteksi & penanganan awal terhadap anemia. Namun ternyata banyak komponen ANC yang
rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif untuk menurunkan angka kematian maternal dan
perinatal.
 Fokus lama ANC:
1. Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi dan merujuknya
untuk mendapatkan asuhan khusus.
2. Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi & presentasi janin di
bawah usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan kategori resiko ibu.
3. Pengajaran /pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk mencegah resiko/komplikasi.
 Hasil-hasil penelitian yang dikaji oleh WHO (Maternal Neonatal Health) yaitu:
 Pendekatan resiko mempunyai bila prediksi yang buruk karena kita tidak bisa membedakan
ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak. Hasil studi di Kasango (Zaire)
membuktikan bahwa 71% ibu yang mengalami partus macet tidak terprediksi sebelumnya,
dan 90% ibu yang diidentifikasi sebagai beresiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi.
 Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok resiko tinggi tidak pernah mengalami
komplikasi, sementara mereka telah memakai sumber daya yang cukup mahal dan jarang
didapat. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian asuhan khusus pada ibu yang tergolong
dalam kategori resiko tinggi terbukti tidak dapat mengurangi komplikasi yang terjadi (Enkin,
2000 : 22).
 Memberikan keamanan palsu sebab banyak ibu yang tergolong kelompok resiko rendah
mengalami komplikasi tetapi tidak pernah diberitahu bagaimana cara mengetahui dan apa
yang dapat dilakukannya. Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan resiko:adalah bahwa
setiap ibu hamil beresiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi
sehinggasetiap ibu hamil harus mempunyai akses asuhan kehamilan dan persalinan yang
berkualitas. Karenanya, fokus ANC perlu diperbarui (refocused) agarasuhan kehamilan lebih
efektif dan dapat dijangkau oleh setiap wanita hamil.
 Isi Refocusing ANC, yaitu:
Penolong yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk: :
1. Membantu setiap ibu hamil &keluarganya membuat perencanaa persalinan petugas
kesehatan yang terampil, tempat bersalin, keuangan, nutrisi yang baik selama hamil,
perlengkapan esensial untuk ibu-bayi). Penolong persalinan yang terampil menjamin asuhan
normal yang aman sehingga mencegah komplikasi yang mengancam jiwa serta dapat segera
mengenali masalah dan merespon dengan tepat.
2.Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi komplikasi
(deteksi dini, menentukan orang yang akan membuat keputusan, dana kegawatdaruratan,
komunikasi, transportasi, donor darah,) pada setiap kunjungan. Jika setiap bumil sudah
mempersiapkan diri sebelum terjadi komplikasi maka waktu penyelamatan jiwa tidak akan
banyak terbuang untuk membuat keputusan, mencari transportasi, biaya, donor darah,
dsb.
3. Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan persalinan RS
(riwayat SC, IUFD, dsb). Ibu yang sudah tahu kalau ia mempunyai kondisi yang memerlukan
kelahiran di RS akan berada di RS saat persalinan, sehingga kematian karena penundaan
keputusan, keputusan yang kurang tepat, atau hambatan dalam hal jangkauan akan dapat
dicegah.
4. Mendeteksi dan menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam, anemia
berat, penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria, dsb)
5. Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan letak/presentasi
abnormal setelah 36 minggu. Ibu yang memerlukan kelahiran operatif akan sudah
mempunyai jangkauan pada penolong yang terampil dan fasilitas kesehatan yang
dibutuhkan.
6.Memberikan Imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL karena tetanus.
7.Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia ringan yang terjadi
pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat.
8. Untuk populasi tertentu:
 Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk menurunkan insidens anemia
berat.
 Pencegahan/ terapi preventif malaria untuk menurunkan resiko terkena malaria di daerah
endemik.
 Suplementasi yodium. .
 Suplementasi vitamin A
http://askeb-ii.blogspot.com/p/refocusing-asuhan-kehamilan.html

Diposkan oleh Cindy Ulziana P di 08.07


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya

Template Travel. Diberdayakan oleh Blogger.

Askeb 1 Konsep Dasar Asuhan Kehamilan semeseter 2


PHILOSOFI ASUHAN KEBIDANAN

Philosofi merupakan suatu statment, values/beliefs dari seseorang atau profesi


Philosofi bersifat dinamis (tidak berhenti dan dapat berubah sesuai dengan pengalaman dan tuntutan)
Philosofi asuhan kebidanan dalam hal ini asuhan kehamilan menggambarkan keyakinan yang dianut oleh bidan dan
dijadikan sebagai panduan yang diyakini dalam memberikan asuhan kehamilan
Philosofi asuhan kehamilan :

Mempertahankan keamanan klien(safety)


Mempertahankan kepuasan klien (satifying)
Menghormati martabat manusia dan self determination
Menghormati perbedaan kultural dan etika (Resfecting culture and ethic disersity)
Berpusat pada kontek keluarga (family centered)
Berorientasi pada promosi kesehatan (health promotion)

LINGKUP ASUHAN KEHAMILAN


Oleh Helen Varney, dalam bukunya Varney’s Midwifery, menyatakan bahwa komponen/lingkup dari asuhan
kehamilan/antenatalcare dapat dirumuskan sebagai berikut

Diagnosa dan penatalaksanaan dini kehamilan


Penilaian dan evaluasi kesejahteraan janin
Penilaian dan evaluasi kesejahteraan ibu
Petunjuk antisipasi dan instruksi
Tindakakan pengobatan untuk ketidaknyamanan kehamilan
Deteksi dini komplikasi bagi ibu dan janin
PRINSIP ASUHAN KEHAMILAN (BENNET AND BROWN)

Meningkatkan kesejahteraan ibu dan janinnya.


Mendukung dan membimbing ibu dalam menjalani masa kehamilan ini dan menganggap kehamilan merupakan suatu
keadaan yang alami.
Meningkatkan peran keluarga dan lingkungan sekitarnya dalam mendukung ibu selama masa kehamilan
Mendorong dilakukannya metode yang benar dan tepat dalam penatalaksanaan masalah atau komplikasi yang timbul
dalam kehamilan.

TUJUAN ASUHAN

Memantau kemajuan kehamilan memantau kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin
Mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
Membangun kepercayaan antara keluarga dan tenaga kesehatan dan menganjurkan mereka untuk berpartisipasi
memilih dan membuat informed choise tentang asuhan yang mereka dapatkan.
Deteksi dini adanya ketidaknormalan dan menyediakan penatalaksanaan atau pengobatan yang dibutuhkan.
Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan selamat baik ibu maupun bayinya
Mempersiapkan masa nifas agar normal ASI eklusif
Mempersiapkan ibu dan keluarga setelah bayi lahir (menjadi orang tua)

Tujuan Pokok Pengawasan Antenatal : Menyiapkan ibu sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan
anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka saat post partum sehat dan normal, tidak
hanya fisik tetapi juga mental.
STANDAR PEL. ANTENATAL
Terdapat 6 standar dalam pel.Antenatal:

Identifikasi Ibu Hamil.


Pemeriksaan dan pemantauan Antenatal.
Palpasi Abdominal.
Pengelolaan Anemia pada kehamilan
Pengelolaan dini hypertensi pada kehamilan
Persiapan persalinan

Standar minimal Asuhan Antenatal (7 T) :

Timbang BB
Ukur TD
Ukur TFU
Imunisasi TT
Pemberian Tablet Besi
Test PMS
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukkan

KUNJUNGAN IBU HAMIL

Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)


Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)
Dua kali kunjungan selama trimester tiga (antaraminggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36)

Filosofi Asuhan Kehamilan


Filosofi adalahpernyataan mengenai keyakinan dan nilai/value yang dimiliki yang
berpengaruh terhadap perilaku seseorang/kelompok (Pearson & Vaughan, 1986 cit. Bryar,
1995:17). Filosofi asuhan kehamilan menggambarkan keyakinan yang dianut oleh bidan dan
dijadikan sebagai panduan yang diyakini dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien
selama masa kehamilan. Dalam filosofi asuhan kehamilan ini dijelaskan beberapa keyakinan
yang akan mewarnai asuhan itu.
1. Kehamilan merupakan proses yang alamiah
Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat
fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang
meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan
menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya.
2. Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan (continuity of care).
Sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang profesional yang
sama atau dari satu team kecil tenaga profesional, sebab dengan begitu maka perkembangan
kondisi mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga mereka menjadi lebih
percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi asuhan (Enkin, 2000).
3. Pelayanan yang terpusat pada wanita (women centered) serta keluarga (family centered).
Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam arti bahwa asuhan yang diberikan harus
berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan kebutuhan dan kepentingan bidan. Asuhan yang
diberikan hendaknya tidak hanya melibatkan ibu hamil saja melainkan juga keluarganya,
dan itu sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian integral/tak terpisahkan dari
ibu hamil. Sikap, perilaku, dan kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga.
Kondisi yang dialami oleh ibu hamil juga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga.
Selain itu, keluarga juga merupakan unit sosial yang terdekat dan dapat memberikan
dukungan yang kuat bagi anggotanya. (Lowdermilk, Perry, Bobak, 2000). Dalam hal
pengambilan keputusan haruslah merupakan kesepakatan bersama antara ibu, keluarganya,
dan bidan, dengan ibu sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. Ibu
mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan
memperoleh pelayanan kebidanannya.
4. Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan memperoleh
pengetahuan/pengalaman yang berhubungan dengan kehamilannya. Tenaga profesional
kesehatan tidak mungkin terus menerus mendampingi dan merawat ibu hamil, karenanya ibu
hamil perlu mendapat informasi dan pengalaman agar dapat merawat diri sendiri secara
benar. Perempuan harus diberdayakan untuk mampu mengambil keputusan tentang kesehatan
diri dan keluarganya melalui tindakan KIE dan konseling yang dilakukan bidan.

2.1.2 LINGKUP ASUHAN KEHAMILAN


Ruang lingkup asuhan kehamilan meliputi asuhan kehamilan normal dan identifikasi
kehamilan dalam rangka penapisan untuk menjaring keadaan resiko tinggi dan mencegah
adanya komplikasi kehamilan

2.1.3 PRINSIP-PRINSIP POKOK ASUHAN KEHAMILAN


Prinsip – prinsip pokok asuhan kehamilan adalah sebagai berikut :

1. Kehamilan dan kelahiran adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat.
Sebagai bidan kita meyakini bahwa model asuhan kehamilan yang membantu serta
melindungi proses kehamilan & kelahiran normal adalah yang paling sesuai bagi sebagian
besar wanita. Tidak perlu melakukan intervensi yang tidak didukung oleh bukti ilmiah
(evidence-based practice).
2. Pemberdayaan.
Ibu adalah pelaku utama dalam asuhan kehamilan.Oleh karena itu, bidan harus
memberdayakan ibu (dan keluarga) dengan meningkatkan pengetahuan & pengalaman
mereka melalui pendidikan kesehatan agar dapat merawat dan menolong diri sendiri pada
kondisi tertentu.Hindarkan sikap negatif dan banyak mengkritik.
3. Otonomi.
Pengambil keputusan adalah ibu & keluarga.Untuk dapat mengambil suatu
keputusan mereka memerlukan informasi.Bidan harus memberikan informasi yang akurat
tentang resiko dan manfaat dari semua prosedur, obat-obatan, maupun test/pemeriksaan
sebelum mereka memutuskan untuk menyetujuinya. Bidan juga harus membantu ibu dalam
membuat suatu keputusan tentang apa yang terbaik bagi ibu & bayinya berdasarkan sistem
nilai dan kepercayaan ibu/keluarga.
4. Tidak membahayakan
Intervensi harus dilaksanakan atas dasar indikasi yang spesifik, bukan sebagai
rutinitas sebab test-test rutin, obat, atau prosedur lain pada kehamilan dapat membahayakan
ibu maupun janin. Bidan yang terampil harus tahu kapan ia harus melakukan sesuatu dan
intervensi yang dilakukannya haruslah aman berdasarkan bukti ilmiah.
5. Tanggung jawab
Asuhan kehamilan yang diberikan bidan harus selalu didasari ilmu, analisa, dan
pertimbangan yang matang.Akibat yang timbul dari tindakan yang dilakukan menjadi
tanggungan bidan.Pelayanan yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan ibu & janin, bukan
atas kebutuhan bidan.Asuhan yang berkualitas, berfokus pada klien, dan sayang ibu serta
berdasarkan bukti ilmiah terkini (praktek terbaik) menjadi tanggung jawab semua profesional
bidan.

2.1.4 SEJARAH ASUHAN KEHAMILAN


Sejarah asuhan kehamilan sejalan dengan perkembangan dunia kebidanan secara
umum. Dimana dunia menyadari bahwa persalinan akan berjalan lancar apabila adanya
peningkatan pelayanan antenatal care. Boombing terjadi pada tahun 1980-an seiring dengan
munculnya safe motherhood dan making pregnancy safer.
Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara di tentukan dengan perbandingan
tinggi rendahnya angka kematian ibu hdan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa
angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk memberikan
pelayanan kesehatan.
Pada zaman pemerintahan hindia-belanda, angka kematian ibu (AKI) dan angka
kematian bayi (AKB) sangat tinggi dengan tenaga penolong persalinan adalah dukun. Sejak
saat itu, pelayanan kebidanan terus berkembang. Pelatihan dan pendidikan bidanpun terus
berkembang sejak tahun 1952 hingga kini. Fasilitas pelayanan kesehatan juga semakin
dikembangkan dengan menyebarkan bidan di seluruh wilayan tanah air agar pelayanan
kebidanan dapat semakin dekat dengan masyarakat.
2.1.5 TUJUAN ASUHAN KEHAMILAN
Tujuan utama ANC adalah menurunakn/mencegah kesakitan dan kematian
maternal dan perinatal. Adapun tujuan khususnya adalah :
1. Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu & perkembangan bayi yang
normal.
2. Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan penatalaksanaan yang
diperlukan.
3. Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam rangka mempersiapkan ibu
dan keluarga secara fisik, emosional, dan logis untuk menghadapi kelahiran serta
kemungkinan adanya komplikasi.

2.1.6 REFOCUSING ASUHAN KEHAMILAN


Hasil survey kesehatan rumahtangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan angka
kematian ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab utama adalah
perdarahan, infeksi dan eklampsia. Sebenarnya bidan memiliki peran penting dalam
mencegah dan atau menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa
intervensi yang merupakan komponen penting dalam ANC seperti : mengukur tekanan darah,
memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/infeksi, maupun
deteksi & penanganan awal terhadap anemia. Namun ternyata banyak komponen ANC yang
rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif untuk menurunkan angka kematian maternal &
perinatal.

Fokus lama ANC :


1. Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi dan merujuknya
untuk mendapatkan asuhan khusus.
2. Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi & presentasi janin di
bawah usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan kategori resiko ibu.
3. Pengajaran /pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk mencegah resiko/komplikasi

Hasil-hasil penelitian yang dikaji oleh WHO (Maternal Neonatal Health) menunjukkan
bahwa :
1. Pendekatan resiko mempunyai bila prediksi yang buruk karena kita tidak bisa membedakan
ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak. Hasil studi di Kasango (Zaire)
membuktikan bahwa 71% ibu yang mengalami partus macet tidak terprediksi sebelumnya,
dan 90% ibu yang diidentifikasi sebagai beresiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi.
2. Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok resiko tinggi tidak pernah mengalami
komplikasi, sementara mereka telah memakai sumber daya yang cukup mahal dan jarang
didapat. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian asuhan khusus pada ibu yang tergolong
dalam kategori resiko tinggi terbukti tidak dapat mengurangi komplikasi yang terjadi (Enkin,
2000 : 22).
3. Memberikan keamanan palsu sebab banyak ibu yang tergolong kelompok resiko rendah
mengalami komplikasi tetapi tidak pernah diberitahu bagaimana cara mengetahui dan apa
yang dapat dilakukannya.
Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan resiko : adalah bahwa setiap bumil
beresiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi sehinggasetiap bumil harus
mempunyai akses asuhan kehamilan dan persalinan yang berkualitas. Karenanya, fokus ANC
perlu diperbarui (refocused) agar asuhan kehamilan lebih efektif dan dapat dijangkau oleh
setiap wanita hamil.
Isi Refocusing ANC
Penolong yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk :
1. Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan persalinan : petugas kesehatan
yang terampil, tempat bersalin, keuangan, nutrisi yang baik selama hamil, perlengkapan
esensial untuk ibu-bayi). Penolong persalinan yang terampil menjamin asuhan normal yang
aman sehingga mencegah komplikasi yang mengancam jiwa serta dapat segera mengenali
masalah dan merespon dengan tepat.
2. Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi komplikasi (deteksi
dini, menentukan orang yang akan membuat keputusan, dana kegawatdaruratan, komunikasi,
transportasi, donor darah,) pada setiap kunjungan. Jika setiap bumil sudah mempersiapkan
diri sebelum terjadi komplikasi maka waktu penyelamatan jiwa tidak akan banyak terbuang
untuk membuat keputusan, mencari transportasi, biaya, donor darah, dsb.
3. Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan persalinan RS (riwayat SC,
IUFD, dsb). Ibu yang sudah tahu kalau ia mempunyai kondisi yang memerlukan kelahiran di
RS akan berada di RS saat persalinan, sehingga kematian karena penundaan keputusan,
keputusan yang kurang tepat, atau hambatan dalam hal jangkauan akan dapat dicegah.
4. Mendeteksi & menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam, anemia berat,
penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria, dsb).
5. Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan letak/presentasi
abnormal setelah 36 minggu. Ibu yang memerlukan kelahiran operatif akan sudah
mempunyai jangkauan pada penolong yang terampil dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.
6. Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL karena tetanus.
7. Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia ringan yang terjadi pada
bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat.

Untuk populasi tertentu:


1. Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk menurunkan insidens anemia
berat,
2. Pencegahan/ terapi preventif malaria untuk menurunkan resiko terkena malaria di daerah
endemik
3. Suplementasi yodium
4. Suplementasi vitamin A

2.1.7 STANDARD ASUHAN KEHAMILAN


Sebagai profesional bidan, dalam melaksanakan prakteknya harus sesuai dengan
standard pelayanan kebidanan yang berlaku. Standard mencerminkan norma, pengetahuan
dan tingkat kinerja yang telah disepakati oleh profesi. Penerapan standard pelayanan akan
sekaligus melindungi masyarakat karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat
dilakukan atas dasar yang jelas. Kelalaian dalam praktek terjadi bila pelayanan yang
diberikan tidak memenuhi standard dan terbukti membahayakan.

Terdapat 6 standar dalam standar pelayanan antenatal seperti sebagai berikut:


1. Standar 3:Identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dengan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan
penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2. Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelayanan antenatal.Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin
dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal.Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/
kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan
penyuluhan kesehtan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas.Mereka harus mencatat data yang
tepat pada setiap kunjungan.Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan
merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
3. Standar 5: Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan plapasi untuk memperkirakan usia
kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin
ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
4. Standar 6: pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan / atau rujukan semua kasus anemia pada
kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda tanda serta gejala
preeklamsia lainnya, seta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
6. Standar 8: Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk
memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan
direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba tiba terjadi keadaan
gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.(Standard Pelayanan Kebidanan, IBI, 2002)

Dalam pelayanan/asuhan kehamilan standar minimal yang harus dilaksanakan termasuk 7T yaitu :
1. Timbang Berat Badan
Kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainanyang tidak diinginkan ibu hamil tersebut. Kekurangan
makanan dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus, inersia uteri, dan sebagainya. Sedangkan makan
secara berlebihan karena adanya salah persepsi bahwa ibu hamil makan untuk dua orang dapat pula mengakibatkan
komplikasi antara lain preeklamsi, bayi terlalu besar, dan sebagainya. Kenaikan BB wanita hamil rata-rata 6,5-16 kg
(anjuran kenaikan BB disesuaikan dengan Indeks Masa Tubuh).
Bila BB naik lebih dari semestinya anjurkan untuk mengurangi karbohidrat, lemak, jangan dikurangi apalagi sayur
mayor dan buah-buahan. Bila BB tetap saja atau menurun, semua makanan dianjurkan terutama mengandung protein
dan besi.

2. Ukur Tekanan Darah


Tekanan darah harus diperiksa secara tepat dan benar. Banyak factor yang mempengaruhi peningkatan tekanan
darah. Posisi ibu saat dilakukan pemeriksaan sebaiknya posisi tidur (setengah duduk/semi fowler), jangan mengukur
tekanan darah langsung saat ibu datang tapi persilahkan ibu untuk istirahat sebentar sebelum dilakukan pemeriksaan,
karena aktivitas ibu akan menimbulkan kenaikan tekanan darah sehingga hasilnya menjadi tidak akurat.

3. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)


TFU dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan janin. Mengukur TFU bisa menggunakan jari
pada kehamilan <22 minggu dan menggunakan sentimeter pada kehamilan ≥ 22 minggu.
4. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
Imunisasi TT yang diberikan pada ibu hamil sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum.

5. Pemberian Tablet Besi, minimum 90 tablet selama kehamilan


Dimulai dengan memberikan 1 tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet besi
mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60mg) dan asam folat 500 mikogram. Minimal masing-masing 90 tablet
besi. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama the atau kopi karena akan mengganggu penyerapan. Anjurkan ibu
untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C bersamaan dengan mengkonsumsi tablet besi karena
vitamin C dapat membantu penyerapan tablet besi sehingga tablet besi yang dikonsumsi dapat terserap sempurna oleh
tubuh.

6. Test terhadap Penyakit Menular Seksual


Wanita termasuk yang sedang hamil merupakan kelompok risiko tinggi terhadap PMS. PMS dapat menimbulkan
morbiditas dan mortalitas terhadap ibu maupun janin yang dikandung. Pada asuhan kehamilan dilakukan anamnea
kehamilan risiko terhadap PMS meliputi penapisan, konseling, dan terapi PMS.

7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan


Dalam temu wicara untuk persiapan rujukan ini melibatkan ibu, suami, keluarga dan masyarakat.

Merencanakan persiapan rujukan meliputi :


a. Mengidentifikasi rencana atau rujukan dan bentuk transportasi untuk mencapai tempat tersebut.
b. Membuat rencana penyediaan donor darah

c. Mengadakan rencana persiapan financial


d. Mengidentifikasi seorang pembuat keputusan kedua bila pembuat keputusan pertama tidak ada ditempat.

Anda mungkin juga menyukai