Anda di halaman 1dari 46

UKM

A. PROMKES

1. Penyuluhan
a. Judul : Penyuluhan ASI Eksklusif Bagi Ibu Menyusui dengan Bayi Usia <6 Bulan

Latar Belakang :
ASI (Air susu ibu) adalah sumber asupan nutrisi bagi bayi baru lahir, yang mana sifat ASI
(Air Susu Ibu) bersifat eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada bayi berusia 0 bulan
sampai 6 bulan. ASI eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI tanpa suplementasi
makanan maupun minuman lain kecuali obat. Dalam fase ini harus diperhatikan dengan benar
mengenai pemberian dan kualitas ASI, supaya tak mengganggu tahap perkembangan bayi
selama enam bulan pertama semenjak hari pertama lahir (HPL), mengingat periode tersebut
merusakan masa periode emas perkembangan anak sampai menginjak usia 2 tahun dan
kekurangan ASI dapat menyebabkan stunting.
Menurut Dirjen Endang, saat ini angka inisiasi menyusui secara global relatif tinggi namun
ternyata hanya 40% dari semua bayi dibawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif.
Sementara hanya 45% bayi yang mendapatkan ASI hingga usia 24 bulan. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa ibu bekerja cenderung tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya dibandingkan ibu yang tidak bekerja atau Ibu Rumah Tangga (IRT). Banyak faktor
yang menyebabkan cakupan ASI rendah dan belum sesuai target nasional di Indonesia.
Pemerintah sudah mengeluarkan aturan guna mendukung program ASI eksklusif yaitu
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif dan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus
Menyusui dan atau Memerah. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian ASI Eksklusif menyebutkan bahwa kantor pemerintah dan swasta harus
mendukung program ASI eksklusif dan memberikan fasilitas ruang laktasi sehingga ibu
menyusui bisa memerah ASI.

Gambaran Pelaksanaan :
Tempat : Rumah Warga Desa Bugalima, By.Ny. A Usia 1 minggu
Waktu : Senin 30 Oktober 2023, Pukul 10.00-11.00 WITA.
Petugas : Dokter Internship beserta Bidan Desa
Sasaran kegiatan ini adalah ibu yang memiliki bayi <6 bulan. Kendala yang ditemukan pada
salah satu peserta penyuluhan adalah kurangnya pengetahuan mengenai penyimpanan ASI
bagi ibu yang harus bekerja, sehinggan bayi hanya diberikan air putih saja apabila ibu sedang
bekerja. Sejak lahir di Puskesmas Waiwadan, Payudara Ibu tidak menghasilkan ASI dalam
jumlah banyak, sehingga pasien diberikan Susu Formula pengganti ASI. Selain itu Ibu bayi
terlihat passive dan tidak inisiatif dalam memberikan ASI dan Susu Formula, walau sudah
beberapa kali diberikan penjelasan. Bayi sebelumnya lahir di Puskesmas Waiwadan, dan lahir
dengan BB lahir yang turun setelah 1 minggu lahir di Puskesmas. Bayi juga mengalami
penyakit kulit ruam kemerahan, berjumlah banyak tersebar di punggung dan dada.
Materi yang diberikan adalah manfaat ASI bagi bayi dan ibu, kandungan ASI, cara menyusui
yang benar, cara memompa dan menyimpan ASI, perlunya ketekunan Ibu untuk tetap
merangsang payudara untuk pengeluaran ASI, serta memberikan penjelasan ulang tentang
ASI Formula sebagai pengganti ASI. Ibu bayi, juga sudah disarankan untuk ke Poli
Puskesmas untuk pemeriksaan menyeluruh.
b. Penyuluhan Penggunaan Antibiotik di Puskesmas/FKTP
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
penting, terutama di negara berkembang. Penatalaksanaan masalah tersebut adalah
antimikroba sesuai dengan penyebabnya masing-masing seeperti antibakteri/antibiotik,
antijamur, antivirus, antiprotozoa. Antibiotik merupakan obat yang digunakan pada infeksi
yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik yang tidak digunakan secara bijak dapat memicu
timbulnya masalah resistensi. Penggunaan antibiotik secara bijak merupakan penggunaan
antibiotik secara rasional dengan mempertimbangkan dampak muncul dan menyebarnya
bakteri resisten. Obat rasional merupakan obat yang tepat dengan kebutuhan klinis, dosis, dan
biaya yang lebih murah tetapi berkualitas bagi pasien atau komunitas tertentu. Meningkatnya
bakteri yang resisten terhadap obat menyebabkan timbulnya banyak masalah dan menjadi
ancaman global pada kesehatan masyarakat misalnya peningkatan angka morbiditas dan
mortalitas penyakit infeksi.

Data survei nasional resistensi antimikroba Kementerian Kesehatan tahun 2016,


menunjukkan prevalensi multidrug resistant organisms (MDRO) dengan indikator bakteri
Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae penghasil ESBL (extended-spectrum beta-
lactamase) berkisar antara 50-82%. Hal ini menunjukkan makin meningkatnya kejadian
bakteri multiresisten yang harus segera dikendalikan dengan menerapkan penggunaan
antibiotik secara bijak dan pencegahan pengendalian infeksi secara optimal. Dampak infeksi
MDRO terhadap pelayanan klinis di antaranya luka pascabedah tidak mudah sembuh, angka
kesakitan, angka kematian, kecacatan, masa perawatan dan biaya perawatan meningkat,
produktivitas pasien menurun. Selain itu MDRO juga dapat menyebar ke pasien lain, petugas
kesehatan, keluarga, dan pengunjung pasien.
Bertolak dari latar belakang tersebut, maka diperlukan penyuluhan untuk
meningkatkan kesadaran tenaga kesehatan mengenai penggunaan antibiotic yang rasional.

Gambaran Pelaksanaan :
Tempat : Aula Gedung Lama Puskesmas Kota Atambua
Hari/tanggal : Jumat, 9 Juni 2023
Pukul : 13.00-14.00 WITA
Media : Power Point

Kegiatan ini diawali oleh pembukaan yang dipimpin oleh dokter umum definitif.
Materi yang dibawakan berisi tentang panduan penggunaan antibiotik dalam penanganan
penyakit dan antibiotik profilaksis saat melakukan tindakan medis sederhana di FKTP
berdasarkan panduan penggunaan antibiotic yang diterbitkan KEMENKES tahun 2021.
Setelah presentasi diadakan sesi tanya jawab dan diskusi.
Permasalahan yang ditemukan adalah ketidaksesuaian pada penggunaan antibiotic
profilaksis dimana dalam panduan tidak menganjurkan penggunaan antibiotik untuk
Tindakan medis sederhana seperti insisi abses, hecting rupture perineum gr 1 dan 2, dan
postpartum. Sedangkan antibiotik profilaksis masih diberikan di puskesmas Kota dengan
asumsi terjadi kontaminasi selama tindakan. Selain itu dalam panduan jika memang harus
diberikan antibiotik profilaksis akibat tindakan terkontaminasi maka dianjurkan pemberian
hanya selama 24 jam sejak pemberian pertama, hal ini bertolak dengan kebiasaan di
Puskesmas Kota yang biasanya pemberian antibbiotik profilaksis selama 3 hari. Hal ini
menimbulkan pertanyaan “Bukankah hal itu malah menimbulkan resistensi?”

2. Judul : Edukasi Bahaya Merokok pada Kegiatan Penjaringan Peserta Didik


Identitas :
Latar Belakang :
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, persentase penduduk Indonesia dengan usia
lebih dari lima tahun yang merokok sebesar 23,25% pada 2022. Angka itu turun
0,55% poin dari tahun lalu yang sebesar 23,78%. Melihat trennya, persentase perokok
yang berusia lebih dari lima tahun berfluktuasi. Angkanya pernah mencapai level
tertingginya sebesar 26% pada 2018. Berdasarkan wilayahnya, Lampung menjadi
daerah dengan jumlah perokok terbanyak yang sebesar 27,41%. Posisinya diikuti oleh
Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan persentase sebesar 26,59%. Sementara, Bali
menjadi wilayah dengan persentase perokok di atas lima tahun paling rendah, yakni
15,19%. Di atasnya ada Papua yang sebesar 17,34%. Adapun, prevalensi perokok
dengan usia 15 tahun ke atas sebesar 28,26% pada 2022. WHO telah memprediksi
bahwa pada tahun 2025 akan meningkat hingga 90% penduduk Indonesia menjadi
perokok aktif.
Hal tersebut tentunya merupakan hal yang sangat memprihatinkan mengingat betapa
banyaknya kerugian yang didapat akibat perilaku merokok. Dari segi kesehatan telah
diketahui secara luas merokok dapat mengakibatkan kanker paru, oenyakit jantung
koroner, impotensi dan bahaya pada janin. Banyaknya angka perokok aktif membuat
perlunya puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan masyarakat untuk turun tangan
melakukan upaya preventif dan promotif untuk menekan angka perokok yang
semakin bertambah. Merokok tidak hanya berbahaya bagi perokok aktif namun
berbahaya pula bagi perokok pasif, terlebih jika berada dalam ruangan tertutup,
contohnya dalam rumah.

Gambaran Pelaksanaan :
Hari/tanggal : Senin, 18 September 2023
Pukul : 08.00-12.00 WITA
Petugas: Dokter intership dan Penanggungjawab program
Tempat : SMAN 1 Adonara Barat

Kegiatan dilakukan saat penjaringan peserta didik baru di SMAN 1 Adonara Barat.
Penjaringan peserta didik dilakukan dengan serangkaian pertanyaan seputar kesehatan
pribadi pasien dan keluarga, selain itu juga ditanyakan ada atau tidaknya anggota
keluarga yang merokok, termasuk apabila siswa juga merokok. Jika ditemukan ada
siswa yang merokok maka diberikan penyuluhan kepada siswa perokok tentang
bahaya merokok bagi perokok aktif dan bagi anggota keluarga yang tidak merokok.
Selain itu diberikan tips bagaimana cara berhenti merokok, manfaat apa saja yang
didapat Ketika berhenti merokok dan motivasi untuk menerapkan gaya hidup sehat
bebas dari rokok. Dengan begitu harapannya akan muncul kesadaran pada perokok
aktif untuk berhenti merokok.

Melakukan intervensi berupa penyuluhan tentang bahaya merokok terhadap kesehatan


dan bagaimana upaya untuk menghentikan kebiasaan merokok.
Hal yang disampaikan berupa : Kandungan dari rokok, dampak merokok bagi
kesehatan, manfaat berhenti merokok, dan kiat-kiat berhenti merokok

Penyuluhan Asupan Gizi bagi Anak dan Ibu Hamil

3. Penyuluhan Kesehatan Jiwa


Kesehatan Jiwa disingkat Keswa adalah kondisi dimana seorang individu
dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan stress, dapat
bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya
(Undang-Undang No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa). Upaya Keswa
adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal
bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu,
dan berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan melibatkan
seluruh komponen masyarakat. Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) adalah
orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang
termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang
bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
Berdasarkan data mhgap yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2017 burden
of disease akibat penyakit jiwa adalah 2,463.29 per 100,000 penduduk sedangkan
burden of disease bunuh diri adalah 3,4 per 100,000 penduduk. Berdasarkan data
Riskesdas 2018 didapatkan data kasus ODGJ berat adalah 1,8 per 1000 penduduk
atau 429.332 ODGJ Berat. Terget layanan keswa terhadap ODGJ berat pada tahun
2024adalah sebesar 100% sesuai Standar Pelayanan Minimum bidang kesehatan.
ODGJ berat yang dipasung adalah 31,5% dari jumlah penderita sementara ODGJ
yang teratur minum obat hanya 48.9 %. Pengkonsumsi Minuman beralkohol
adalah 3.3% dari jumlah penduduk Indonesia yang berusia ≥ 10 tahun. Data
Depresi pada usia ≥ 15 tahun adalah 6,1 per 100,000 penduduk, sedangkan
gangguan mental emosional adalah 9.8 per 100,000 penduduk.

Gambaran Pelaksanaan :
Kegiatan dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Rabu, 8 November tahun 2023
Pukul : 09.00-13.00 WITA
Tempat : SMAN 1 Adonara Barat
Media : Lisan

Kegiatan penyuluhan dilakukan saat Screening Kesehatan Jiwa di Sekolah.


Peserta pada kegiatan ini adalah siswa SMAN 1 Adonara Barat, yang terdiri atas
Kelas IPA, IPS dan Bahasa. Siswa SMAN 1 Adonara Barat yang diperiksa ini
sebelumnya belum pernah melakukan screening Kesehatan Jiwa.
Pada penyuluhan ini, petugas memberikan penjelasan mengenai kesehatan
mental pribadi dan teman, orang sekitar termasuk keluarga siswa, penyakit jiwa
yang umum dialami masyarakat, penyebabnya, faktor yang memicu, dan faktor
yang memperberat. Setelah itu petugas juga menanyakan sekiranya ada siswa
yang memiliki permasalahan dalam kegiatan sehari-hari saat bersekolah, dan
untuk saling memperhatikan teman saat melakukan tugas bersama, dan ataupun
saat bermain. Setelah diberikan penyuluhan Siswa kemudian melakukan
serangkaian pertanyaan secara online untuk menscreening kesehatan jiwa.

Penyuluhan KB bagi Wanita Usia Subur di Posyandu Kasih Ibu


Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan program pemerintah Indonesia sejak
tahun 1970. Program tersebut bertujuan untuk mengendalikan pertambahan
jumlah penduduk, membatasi angka kelahiran, dan mengatur jarak kelahiran
sehingga dapat menciptakan keluarga sehat sejahtera. Program ini juga diharapkan
dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi karena kehamilan yang tidak
diinginkan ataupun jarak kelahiran yang terlalu dekat. Upaya dalam mendukung
program tersebut adalah dengan menggunakan alat kontrasepsi untuk menunda
kehamilan dan menjarangkan atau mengatur jarak kelahiran.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada tahun 2022 sebesar 55,36%
pasangan usia subur (PUS) di Indonesia sedang menggunakan alat Keluarga
Berencana (KB) atau cara tradisional. Persentase tersebut meningkat 0,3% poin
dibandingkan pada tahun 2021 yang sebesar 55,06%. Alat kontrasepsi yang paling
banyak digunakan berupa suntikan yaitu sebanyak 56,01% PUS. Sebanyak
18,18% pasangan usia subur menggunakan alat kontrasepsi berupa pil, 9,49%
pasangan usia subur yang memakai susuk KB atau implan. Persentase pasangan
usia subur yang menggunakan alt kontrasepsi paling tinggi di Kalimantan Selatan,
yakni 67,92%. Posisinya diikuti Lampung dengan persentase sebesar 66,06%.
Di Kabupaten Belu terdapat peningkatan penggunaan KB oleh PUS yaitu
13.632 PUS pada tahun 2021 menjadi 14.270 PUS pada tahun 2022. Dengan
penggunaan jenis KB terbanyak adalah KB suntik kemudian disusul oleh KB
implant dan terendah adalah MOP. Dari tahun ke tahun terdapat penurunan angka
penggunaan KB IUD, implant, MOW, MOP dan terjadi peningkatan pada
penggunaan KB suntik dan pil. Hal ini didasarkan atas preferensi dan kenyamanan
pasien.

Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal: Selasa, 6 Juni 2023
Tempat : Posyandu Kasih Ibu, Kel. Fatubenao
Media : Lisan
Petugas: Dokter intership, Ibu Petugas KB BKKBN, dan Ibu Dharma Wanita
Kab. Belu
Peserta : Pasangan Usia Subur
Kegiatan dilakukan di sela-sela posyandu yang diawali oleh perkenalan oleh
petugas. Setelah perkenalan petugas KB memberikan penyuluhan singkat,
kemudian dokter intership memberikan penyuluhan terkait pentingnya KB untuk
menghindari 4T, yaitu terlalu muda, terlalu rapat, terlalu lama, dan terlalu tua.
Disini ditekankan pada masalah terlalu muda karena beberapa pasien ibu hamil
usia < 20 tahun banyak ditemukan di Kelurahan Fatubenao dimana ditekankan
bahwa proses hamil tidak hanya terkait persiapan kesehatan fisik namun
psikologis dan kecakapan dalam menjadi ibu rumah tangga juga sangat
diperlukan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan selama kehamilan dan
menurunkan angka stunting. Kegiatan diselingi dengan sesi tanya jawab
Masyarakat cukup aktif dan antusias dalam kegiatan ini.
Permasalahan yang ditemukan adalah : Banyak masyarakat yang belum mengenal
KB sebagai penunda kehamilan karena tidak sedikit dari ibu muda hamil di luar
nikah.

4. Sosialisasi Edukasi Pola Makan bagi Pasien Diabetes


Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah penyakit kronis dimana insulin tidak cukup diproduksi
oleh pankreas atau saat insulin yang diproduksi oleh tubuh tidak efektif diserap.
Gula dalam darah atau glukosa diatur oleh hormon insulin sehingga jika horomon
insulin tidak efektif makan kadar gula darah akan meningkat. Menurut laporan
International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes tipe 1 di
Indonesia mencapai 41,8 ribu orang pada 2022. Angka tersebut menjadikan
Indonesia sebagai negara dengan penderita diabetes tipe 1 terbanyak di ASEAN,
serta peringkat ke-34 dari 204 negara di skala global.
Di Indonesia, angka kejadian penyakit tidak menular terus meningkat. Data
Kementerian Kesehatan RI (2019) menyatakan bahwa persentase penyakit tidak
menular mencapai angka 69,91%. Riskesdas, 2018 (Riset Kesehatan Dasar)
menunjukkan bahwa dibandingkan Riskesdas 2013 prevalensi penyakit tidak
menular mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular yang dimaksud antara
lain: penyakit kanker kenaikan dari 1,4% menjadi 1,8%; stroke angka 7% menjadi
10,9%; gagal ginjal kronik dari 2% menjadi 3,8%; Diabetes Melitus dari 6,9%
menjadi 8,5% dan hipertensi dari 25,8% menjadi 34,1%. Dari sepuluh besar
negara dengan penyakit Diabetes Melitus, Indonesia menduduki peringkat
keempat, dengan prevalensi 8,6% dari total populasi terhadap kasus Diabetes
Melitus tipe 2. Tahun 2000 hingga 2030 diperkirakan akan terjadi peningkatan 8,4
menjadi 21,3 juta jiwa.
Peningkatan jumlah penderita DM disebabkan oleh berbagai faktor terutama pola
hidup sehat terkait asupan makanan dan aktivitas fisik dimana budaya
mengonsumsi junkfood dan minuman kaleng sangat tinggi di kota besar serta
budaya konsumsi makanan tinggi karbohidrat dan rendah konsumsi sayur dan
buah bagi masyarakat di pedesaan.

Gambaran Pelaksanaan :
Tempat : Posyandu

Hari/tanggal : Jumat, 15 Desember 2023


Pukul : 09.00-11.00 WITA
Media : Lisan
Kegiatan penyuluhan dilakukan secara seluruh lansia yang hadir selama
kegiatan prolanis. Sasaran kegiatan ini adalah pasien DM lama, yang juga disertai
penyakit penyerta lain seperti Hipertensi, hiperkolesterol, hiperurisemia dan
penyakit penyerta lainnya. Kegiatan dilakukan secara lisan yang diawali dengan
menjelaskan hasil pemeriksaan laboratorium, angka normal dan angka tidak
normalnya. Setalah pasien cukup paham dengan hasil laboratoriumnya maka
pasien dijelaskan mengenai rencana tindak lanjut dan mengenai asupan kalori
harian dan diet rendah karbohidrat bagi pasien DM. Jumlah kalori ditentukan
menurut umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan aktivitas. Batasi
penggunaan karbohidrat kompleks seperti : Nasi, lontong, roti, ketan, jagung,
kentang, dll. Dikurangi jumlahnya dari kebiasaan sehari-hari Pasien juga
ditekankan untuk menghindari penggunaan sumber karbohidrat sederhana / mudah
diserap seperti gula pasir, gula jawa, sirup, selai, manisan, buah-buahan, susu
kental manis, minuman botol ringan, dodol, es krim, kue-kue manis, bolu, tarcis,
abon, dendeng, dan sarden.
Selain itu pasien diingatkan kembali untuk beraktifitas fisik sesuai
kemampuan dan kondisi secara rutin dan teratur. Pasien sangat antusias dalam
kegiatan ini, dimana pasien banyak bertanya mengenai jenis makanan apa saja
yang boleh dimakan dan perkiraan jumlah gula saat menyeduh minuman dan
centong nasi saat makan.
Selain tentang penyakit DM, pasien juga diberikan penyuluhan penyakit
metabolic lainnya yang umumnya sering dimilik pasien penderita DM.
5. Sosialisasi Edukasi Pola Makan bagi Pasien Diabetes
Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah penyakit kronis dimana insulin tidak cukup diproduksi
oleh pankreas atau saat insulin yang diproduksi oleh tubuh tidak efektif diserap.
Gula dalam darah atau glukosa diatur oleh hormon insulin sehingga jika horomon
insulin tidak efektif makan kadar gula darah akan meningkat. Menurut laporan
International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes tipe 1 di
Indonesia mencapai 41,8 ribu orang pada 2022. Angka tersebut menjadikan
Indonesia sebagai negara dengan penderita diabetes tipe 1 terbanyak di ASEAN,
serta peringkat ke-34 dari 204 negara di skala global.
Di Indonesia, angka kejadian penyakit tidak menular terus meningkat. Data
Kementerian Kesehatan RI (2019) menyatakan bahwa persentase penyakit tidak
menular mencapai angka 69,91%. Riskesdas, 2018 (Riset Kesehatan Dasar)
menunjukkan bahwa dibandingkan Riskesdas 2013 prevalensi penyakit tidak
menular mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular yang dimaksud antara
lain: penyakit kanker kenaikan dari 1,4% menjadi 1,8%; stroke angka 7% menjadi
10,9%; gagal ginjal kronik dari 2% menjadi 3,8%; Diabetes Melitus dari 6,9%
menjadi 8,5% dan hipertensi dari 25,8% menjadi 34,1%. Dari sepuluh besar
negara dengan penyakit Diabetes Melitus, Indonesia menduduki peringkat
keempat, dengan prevalensi 8,6% dari total populasi terhadap kasus Diabetes
Melitus tipe 2. Tahun 2000 hingga 2030 diperkirakan akan terjadi peningkatan 8,4
menjadi 21,3 juta jiwa.
Peningkatan jumlah penderita DM disebabkan oleh berbagai faktor terutama pola
hidup sehat terkait asupan makanan dan aktivitas fisik dimana budaya
mengonsumsi junkfood dan minuman kaleng sangat tinggi di kota besar serta
budaya konsumsi makanan tinggi karbohidrat dan rendah konsumsi sayur dan
buah bagi masyarakat di pedesaan.

Gambaran Pelaksanaan :
Tempat : Rumah Warga Ny. SB di Desa Waiwadan
Hari/tanggal : Selasa, 26 September 2023
Pukul : 15.00-16.00 WITA
Media : Lisan
Kegiatan penyuluhan dilakukan di rumah warga di desa waiwadan. Kegiatan
dilakukan saat kunjungan pertama kesehatan lingkungan di rumah warga. Pasien
sendiri adalah pasien yang rutin mengambil obat di Puskesmas, karena menderita
DM, HT, dan Hiperkolesterolemia. Kegiatan dilakukan secara lisan yang diawali
dengan menjelaskan hasil pemeriksaan laboratorium, angka normal dan angka
tidak normalnya. Setalah pasien cukup paham dengan hasil laboratoriumnya maka
pasien dijelaskan mengenai rencana tindak lanjut dan mengenai asupan kalori
harian dan diet rendah karbohidrat bagi pasien DM. Jumlah kalori ditentukan
menurut umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan aktivitas. Batasi
penggunaan karbohidrat kompleks seperti : Nasi, lontong, roti, ketan, jagung,
kentang, dll. Dikurangi jumlahnya dari kebiasaan sehari-hari Pasien juga
ditekankan untuk menghindari penggunaan sumber karbohidrat sederhana / mudah
diserap seperti gula pasir, gula jawa, sirup, selai, manisan, buah-buahan, susu
kental manis, minuman botol ringan, dodol, es krim, kue-kue manis, bolu, tarcis,
abon, dendeng, dan sarden.
Selain itu pasien diingatkan kembali untuk beraktifitas fisik sesuai
kemampuan dan kondisi secara rutin dan teratur. Pasien sangat antusias dalam
kegiatan ini, dimana pasien banyak bertanya mengenai jenis makanan apa saja
yang boleh dimakan dan perkiraan jumlah gula saat menyeduh minuman dan
centong nasi saat makan.
Selain tentang penyakit DM, pasien juga diberikan penyuluhan tentang
penyakit lain yang dideritanya.

6. Penyuluhan Stunting pada Anak Sekolah


Latar Belakang :
Stunting merupakan suatu keadaan tubuh pendek atau sangat pendek yang menjadi masalah
di Indonesia, gambaran status kondisi gizi kurang yang bersifat kronik pada masa
pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan (Kemenkes Republik Indonesia,
2013). Salah satu indikator untuk melihat kualitas gizi pada remaja yaitu dengan cara
mengukur tinggi badan dan selanjutnya dipresentasikan menurut World Health Organization
dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 standar deviasi (SD)
berdasarkan standar pertumbuhan (WHO, 2010). Berdasarkan Data World Health Statistics
2013, Indonesia menduduki urutan ketiga prevalensi stunting tertinggi di ASEAN. Tiga
angka prevalensi stunting tertinggi yaitu Laos 48%, Kamboja 40%, dan Indonesia sendiri
37,2% (WHO, 2013).. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar, 2013, prevalensi stunting di
Indonesia secara nasional pada tahun 2013 untuk seluruh usia sebesar 37,2% yang berarti
terjadi peningkatan di bandingkan pada tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%), sedangkan
untuk remaja usia 13-15 tahun, prevalensi stunting mencapai 35,1% dengan 13,8 % kategori
sangat pendek dan 21,3% kategori pendek. Hal ini menujukkan bahwa kejadian stunting pada
anak dan remaja usia 13-15 tahun di Indonesia masih cukup tinggi, sedangkan prevalensi
stunting menurut Provinsi berdasarkan remaja usia 13-15 tahun yaitu terdapat di Papua
sebanyak 27,4% di Jawa Tengah pada remaja mencapai 33,6% dengan kategori sangat
pendek mencapai 12,3% dan 21,3% kategori pendek dan prevalensi stunting terendah
terdapat di Jogjakarta mencapai 4.0%.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2010, stunting merupakan hasil
kekurangan gizi kronis dan sering mengakibatkan perkembangan mental tertunda. Hal ini
dapat mempengaruhi produktivitas ekonomi di tingkat nasional. Wanita dewasa yang
mengalami stunting juga berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR),
hal ini dapat berkontribusi terhadap siklus malnutrisi antar generasi selanjutnya. Berdasarkan
Kemendesa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Trasmigrasi (2017), dampak buruk bagi
stunting dalam jangka pendek yaitu dapat terganggunya perkembangan otak, kecerdasan,
gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolik dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka
panjang yaitu menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan
tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit jantung dan
kegemukan. dan dibuktikan oleh beberapa studi menujukan risiko yang diakibatkan stunting
Gambaran Pelaksanaan :
Tempat : MA Waikewak
Hari/tanggal : Sabtu, Desember 2023
Pukul : 09.00-11.00 WITA
Media : Lisan, dan menggunakan media PPT

Advokasi

Pemerintah menetapkan kebijakan pembangunan keluarga melalui pembinaan


ketahanan dan kesejahteraan keluarga, untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan
fungsinya secara optimal. Kementerian Kesehatan menetapkan strategi operasional
pembangunan kesehatan melalui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
(PIS-PK). Pendekatan keluarga merupakan salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan
jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya dengan mendatangi keluarga. Pendekatan keluarga pengembangan dari kunjungan
rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
(Perkesmas). Melalui program ini, Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan di dalam gedung, tetapi juga di luar gedung di wilayah kerjanya.
PIS-PK merupakan sebagai salah satu perwujudan dari janji Presiden RI dalam
Rancangan RPJMN 2020-2024 sebagai optimalisasi penguatan pelayanan dasar melalui
pendekatan keluarga. Indek Keluarga Sehat (IKS) adalah suatu perhitungan untuk
mengetahui apakah keluarga tersebut termasuk keluarga sehat, prasehat dan tidak sehat.
Dikatakan sehat apabila IKS memiliki score >0.80, IKS prasehat 0.5 – 0.80, IKS tidak sehat
< 0.5. Ada 12 indikator untuk mengukur Indek Keluarga Sehat yaitu:
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Puskesmas memiliki peran penting dalam keberhasilan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga, dimana Puskesmas berperan sebagai pelaksana terdepan pada
program ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 39 tahun 2016.
Melalui program PIS-PK tenaga kesehatan di Puskesmas mendatangi dan memantau
langsung indeks kesehatan di setiap keluarga sehingga masalah-masalah kesehatan bisa
teridentifikasi dan diberikan intervensi. Pengendalian masalah kesehatan dilakukan sejak
periode dalam kandungan, proses kelahiran, tumbuh kembang masa bayi-balita, usia sekolah
dasar, remaja, dewasa, sampai lanjut usia.

Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan ini dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : 24 November 2023
Pukul : 12.00-13.00
Tempat : Desa Waiwadan
Identitas : KK Tn. PS Istri 1 orang Anak 3 orang

Kegiatan dilaksanakan di rumah pasien pada pelaksanaan kunjungan rumah. Kegiatan diawali
dengan salam dan perkenalan diri oleh petugas. Kemudian keluargapasien diajak untuk
wawancara terkait keadaan keluarga. Pada wawancara dan pemantauan didapatkan:
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) (YA)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan (YA)
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap (YA)
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif (YA)
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan (YA)
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar (YA)
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur (YA)
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan (YA)
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok (TIDAK)
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (YA)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih (YA)
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat (YA)
Dari hasil perhitungan keluarga didapatkan IKS keluarga 0,83 sehingga masuk
dalam ategori keluarga sehat. Setelah itu keluarga diberikan penjelasan mengenai bahaya
merokok bagi pasien dan anggota keluarga. Selain itu keluarga diberikan edukasi terkait
komplikasi yang dapat ditimbulkan jika tidak minum obat hipertensi secara rutin dan
teratur. Setelah itu anggota keluarga yeng merokok diingatkan untuk berhenti merokok
dan berboat bagi yang mempunyai hipertensi, serta diingatkan bagi anggota keluarga lain
untuk saling mengingatkan dan mendukung terkait perubahan perilaku merokok dan
kepatuhan minum obat.

Kegiatan ini dilaksanakan pada :


Hari/tanggal : 24 November 2023
Pukul : 13.00-14.00
Tempat : Desa Waiwadan
Identitas : KK Tn. MM Istri 1 orang Anak 2 orang
Kegiatan dilaksanakan di rumah pasien pada pelaksanaan kunjungan rumah. Kegiatan diawali
dengan salam dan perkenalan diri oleh petugas. Kemudian keluargapasien diajak untuk
wawancara terkait keadaan keluarga. Pada wawancara dan pemantauan didapatkan:
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) (TIDAK)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan (YA)
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap (YA)
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif (TIDAK)
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan (YA)
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar (YA)
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur (YA)
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
(YA)
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok (TIDAK)
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (YA)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih (YA)
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat (YA)
Dari hasil perhitungan keluarga didapatkan IKS keluarga 0,75 sehingga masuk dalam
Kategori keluarga prasehat. Pasangan suami dan istri kemudian diberikan edukasi terkait
pentingnya KB dan membatasi jumlah anak. Kemudian ditanya mengenai alasan bayi tidak
diberikan ASI eksklusif, kemudian yang bersangkutan mengatakan anak diberikan susu
formula dikarenakan ASI ibu tidak keluar lagi (usia bayi 5 bulan), petugas kemudian
memberikan edukasi pentingnya ASI ekslusif bagi bayi dan penyebab ASI tidak keluar,
penyebab bayi tidak mau ASI dan diberikan tips agar bayi mau menyusui. Selain itu anggota
keluarga yang merokok diedukasi terkait bahaya neokok dan diingatkan untuk merokok di
rumah terutama dekat bayi.

Kegiatan ini dilaksanakan pada :


Hari/tanggal : 24 Maret 2023
Pukul : 14.00-15.00
Tempat : Kelurahan Fatubenao
Identitas : KK Tn. BK Istri 1 orang Anak 1 orang

Kegiatan dilaksanakan di rumah pasien pada pelaksanaan kunjungan rumah. Kegiatan diawali
dengan salam dan perkenalan diri oleh petugas. Kemudian keluargapasien diajak untuk
wawancara terkait keadaan keluarga. Pada wawancara dan pemantauan didapatkan:
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) (TIDAK)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan (YA)
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap (YA)
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif (YA)
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan (YA)
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar (YA)
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur (YA)
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
(YA)
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok (YA)
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (YA)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih (YA)
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat (YA)
Dari hasil perhitungan keluarga didapatkan IKS keluarga 0,91 sehingga masuk dalam
Kategori keluarga sehat. Pasangan suami dan istri kemudian diberikan edukasi terkait
pentingnya KB untuk menjarangkan kecepatan kelahiran anak. Setelah itu pasangan suami
istri diberikan edukasi terkait pilihan KB yang dapat digunakan untu menjarangkan kecepatan
untuk terjadi kehamilan berikutnya..

Hari/tanggal : 15 April 2023


Pukul : 12.00-13.00
Tempat : Kelurahan Tenukiik
Identitas : KK Tn. LB Istri 1 orang Anak 1 orang

Kegiatan dilaksanakan di rumah pasien pada pelaksanaan kunjungan rumah. Kegiatan diawali
dengan salam dan perkenalan diri oleh petugas. Kemudian keluarga pasien diajak untuk
wawancara terkait keadaan keluarga. Pada wawancara dan pemantauan didapatkan:
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) (TIDAK)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan (YA)
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap (YA)
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif (YA)
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan (YA)
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar (YA)
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur (YA)
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
(YA)
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok (YA)
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
(TIDAK)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih (YA)
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat (YA)
Dari hasil perhitungan keluarga didapatkan IKS keluarga 0,83 sehingga masuk dalam
Kategori keluarga SEHAT. Keluarga yang bersangkutan kemudian diberikan edukasi
terkait pentingnya memiliki JKN untuk mempermudah kemudahan jika ada anggota
keluarga yang sakit. Mengenai penggunaan KB, keluarga ini sedang dalam program
untuk memperoleh anak kedua. Namun keluarga tetap diberikan edukasi mengenai
pentingnya KB.

Hari/tanggal : 15 April 2023


Pukul : 12.00-13.00
Tempat : Kelurahan Tenukiik
Identitas : KK Tn. JM Istri 1 orang Anak 4 orang

Kegiatan dilaksanakan di rumah pasien pada pelaksanaan kunjungan rumah. Kegiatan diawali
dengan salam dan perkenalan diri oleh petugas. Kemudian keluargapasien diajak untuk
wawancara terkait keadaan keluarga. Pada wawancara dan pemantauan didapatkan:
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) (TIDAK)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan (YA)
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap (YA)
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif (TIDAK)
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan (YA)
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar (YA)
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur (TIDAK)
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
(YA)
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok (TIDAK)
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (YA)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih (YA)
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat (YA)
Dari hasil perhitungan keluarga didapatkan IKS keluarga 0,66 sehingga masuk dalam
Kategori keluarga prasehat. Dari hasil perhitungan keluarga didapatkan IKS keluarga 0,75
sehingga masuk dalam Kategori keluarga prasehat. Pasangan suami dan istri kemudian
diberikan edukasi terkait pentingnya KB dan membatasi jumlah anak, karena pasangan ini
sudah memilik 4 orang anak maka disarankan untuk dilakukan steril. Kemudian ditanya
mengenai alasan bayi tidak diberikan ASI eksklusif, kemudian yang bersangkutan
mengatakan anak diberikan susu formula dikarenakan saat melahirkan anak keempat ASI ibu
tidak keluar, petugas kemudian memberikan edukasi pentingnya ASI ekslusif dan
penggantian nutrisi bagi anak (usia 1 ahun 3 bulan). Selain itu anggota keluarga yang
merokok diedukasi terkait bahaya merokok dan diingatkan untuk merokok di rumah terutama
dekat bayi. Untuk anggota keluarga yang memiliki Riwayat hipertensi, petugas menganjurkan
untuk melakukan pemeriksaan, pengambilan obat, dan mengikuti kegiatan prolanis di
Puskesmas, selain itu keluarga diingatkan untuk mengurus JKN.

Kegiatan ini dilaksanakan pada :


Hari/tanggal : 24 Maret 2023
Pukul : 12.00-13.00
Tempat : Kelurahan Atambuua
Identitas : KK Tn. AE Istri 1 orang Anak 2 orang

Kegiatan dilaksanakan di rumah pasien pada pelaksanaan kunjungan rumah. Kegiatan diawali
dengan salam dan perkenalan diri oleh petugas. Kemudian keluargapasien diajak untuk
wawancara terkait keadaan keluarga. Pada wawancara dan pemantauan didapatkan:
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) (TIDAK)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan (YA)
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap (YA)
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif (YA)
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan (YA)
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar (YA)
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur (TIDAK)
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
(YA)
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok (TIDAK)
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (YA)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih (YA)
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat (YA)
Dari hasil perhitungan keluarga didapatkan IKS keluarga 0,75 sehingga masuk dalam
Kategori keluarga prasehat. Pasangan suami dan istri kemudian diberikan edukasi terkait
pentingnya KB dan membatasi jumlah anak. Anggota keluarga yang merokok diedukasi
terkait bahaya merokok baik bagi diri sendiri maupun bagi oran lain dan diingatkan untuk
merokok di rumah terutama dekat bayi. Selain itu anggota keluarga juga diberikan edukasi
terkait komplikasi hipertensi dan diingatkan untuk melakukan pemeriksaan, pengambilan
obat, serta dianjurkan untukk mengikuti kegiatan prolanis di Puskesmas,

7. Kemitraan
Identitas : UKS SMPN 1 Adonara Barat
Judul : Skrining Kesehatan Pada Anak Usia Sekolah dan Remaja

Latar Belakang:

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha kesehatan pokok yang


dijalankan di sekolah dengan peserta didik beserta lingkungan hidupnya sebagai
sasaran utama mulai dari TK/RA sampai SMA/SMK/MA/MAK dengan tujuan
membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu
melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah sehingga tercapai
keadaan kesehatan anak sebaik-baiknya sekaligus meningkatkan prestasi belajar anak
sekolah setinggi-tingginya. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.
828/MENKES/SK/IX/2008 tentang petunjuk teknis standar pelayanan minimal
bidang kesehatan di kabupaten/kota, menyebutkan definisi Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektor dalam rangka
meningkatkan kemampuan hidup sehat selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat
anak usia sekolah yang berada di sekolah.
Menurut Depkes RI (2017), fungsi UKS dijalankan berdasarkan TRIAS UKS
yaitu, pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah
sehat. UKS berperan dalam memberikan pengetahuan yang berkaitan dengan
masalah-masalah kesehatan pada peserta didik. Adapun fungsi UKS dalam
pemeliharaan dan kesehatan adalah sebagai berikut:

 Pemeriksaan kesehatan umum kepada murid dan warga sekolah.


 Pencegahan penyakit menular, misalnya penyuluhan tentang gejala penyakit
dan pemberian masker.
 Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). UKS bisa menjadi tempat
pertolongan sementara untuk tindakan medis sebelum bantuan dari rumah
sakit/puskesmas.
 Pengawas kebersihan sekolah. Lingkungan sekolah yang bersih adalah syarat
menciptakan lingkungan yang sehat.
 Peningkatan kesehatan siswa dan warga sekolah.

Gambaran Kegiatan:
Tempat : SMPN 1 Adonara Barat
Hari/Tanggal : 19 September 2023
Waktu pelaksanaan : Pukkul 09.00-11.00 WITA
Kegiatan ini dilaksanakan di antara jam pelajaran. Sebelumnya petugas melakukan
perkenalan dengan guru-guru dan siswa/siswi. Pemeriksaan dibatasia hanya pada
kelas VII yang berjumlah hampir 150 orang
Pada skrining kesehatan didapatkan : 2 siswa yang mengalami masalah penyakit
kulit,. Selain itu pada skrining kelainan yang paling ditemukan pada pelajar adalah
karies dentis. Pada skrining kesehatan tidak ditemukan konjungtiva anemis.
Untuk siswa yang mengalami masalah kulit dan telinga dianjurkan untuk berobat ke
Puskesmas,

Pemberdayaan Masyarakat
Judul Laporan Kegiatan : Prolanis Desa
Hari/tanggal : 15 April 2023
Pukul : 12.00-13.00
Tempat : Kelurahan
Identitas : KK Tn. JM Istri 1 orang Anak 4 orang

Latar Belakang :

Gambaran Pelaksanaan :
B. KESLING
1. Inspeksi Sanitasi Depot Air minum isi Ulang
Air minum adalah air yang telah memenuhi persyaratan kesehatan, melalui
proses pengolahan ataupun tidak melalui proses pengolahan tetapi
dapat langsung diminum oleh masyarakat (Permenkes RI No.
492/MENKES/PER/IV/ 2010). Sedangkan berdasarkan Keputusan
Menteri Perindustrian dan dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum
Dan Perdagangannya, yang dimaksud dengan air minum adalah sumber
air baku yang telah diproses terlebih dahulu dan aman untuk diminum oleh
masyarakat.

Akhir-akhir ini banyak tempat usaha yang mengolah air isi ulang dengan
metode lampu ultraviolet (UV). Sejauh ini sistem disinfeksi lampu UV
telah banyak digunakan untuk mendisinfeksi air minum di tingkat
masyarakat dan rumah tangga, namun belum ada studi epidemiologi jenis
intervensi yang mendokumentasikan dampak kesehatan di tingkat rumah
tangga yang dilaporkan untuk teknologi ini. Tidak ada alasan untuk
meragukan kemanjuran teknologi desinfeksi lampu UV untuk
mendisinfeksi air minum rumah tangga atau masyarakat secara
memadai bila diterapkan dengan benar. Teknologi ini tidak memberikan
residu desinfektan kimia untuk melindungi air dari kontaminasi ulang
atau pertumbuhan kembali mikroba setelah perawatan. Partikulat,
kekeruhan dan konstituen terlarut dapat mengganggu atau mengurangi
efisiensi inaktivasi mikroba. Sumber listrik yang andal dan terjangkau
diperlukan untuk menyalakan lampu UV. Lampu UV memerlukan
pembersihan berkala, terutama untuk sistem yang menggunakan lampu
terendam, dan memiliki masa pakai yang terbatas dan harus diganti secara
berkala. Teknologi ini berbiaya sedang hingga tinggi bila digunakan di
tingkat rumah tangga. Terlepas dari kekurangan dan keterbatasan ini,
penyinaran UV dengan lampu merupakan teknologi yang
direkomendasikan untuk desinfeksi air rumah tangga dan masyarakat.
Air minum yang diperlukan untuk konsumsi masyarakat harus
memenuhi syarat fisik, kimiawi, bakteriologis/mikrobiologi dan
radioaktivitas, sebab air baku belum tentu memenuhi standar air minum.
Oleh karena dibutuhkan pemantauan secara berkala pada depot air minum
isi ulang. Kualitas air yang digunakan sebagai air minum diatur dalam
Persyaratan Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.

Gambaran Pelaksanaan :
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : 07 Juli 2023
Tempat : Depot Air Minum Isi Ulang Wematan Kelurahan Fatubenao
Petugas : Dokter intership dan Petugas Kesehatan Lingkungan.

Kegiatan diawali dengan perkenalan. Setelah itu dilakukan wawancara


singkat dengan pegawai depot air minum. Dari wawancara ditemukan
bahwa tempat ini merupakan cabang usaha dan sudah memiliki izin yang
didapat sejak tahun 2022 dan memiliki sertifikat yang masih berlaku
sampai tahun 2025. Setelah dilakukan wawancara maka dilakukan inspeksi
oleh petugas dan didapatkan tempat ini bebas dari pencemaran, bangunan
(dinding, lantai, atap, ventilasi, dan pintu) yang baik, terdapat tempat
sampah, dan memiliki akses jamban, dan bebas dari tikus, lalat, dan kecoak.
Selain itu komponen peralatan dan komponen penjamah juga sudah
memenuhi syarat. Dari komponen peralatan terutama yang dinilai adalah
peralatan sterilisasi (UV) yang selalu menyala dan berfungsi dengan benar,
microfilter dan peralatan disinfeksi belum kadaluarsa, serta galon selalu
dibersihkan dan mendapatkan tutup gallon baru. Namun tempat ini belum
menyediakan tempat cuci tangan, sehingga petugas diingatkan untuk
memperbaikinya.
Pada kegiatan ini tidak dapat dilakukan uji kimia dan mikrobiologis
dikarenakan keterbatasan sarana dan harus dari Dinkes.

Gambaran Pelaksanaan :
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : 07 Juli 2023
Tempat : Depot Air Minum Isi Ulang UD Ceria Kelurahan Fatubenao
Petugas : Dokter intership dan Petugas Kesehatan Lingkungan.

Kegiatan diawali dengan perkenalan. Setelah itu dilakukan wawancara


singkat dengan pegawai depot air minum. Dari wawancara ditemukan
bahwa tempat ini sudah memiliki izin yang didapat sejak tahun 2021 dan
memiliki sertifikat yang masih berlaku sampai tahun 2025. Setelah
dilakukan wawancara maka dilakukan inspeksi oleh petugas dan
didapatkan tempat ini bebas dari pencemaran, bangunan (dinding, lantai,
atap, ventilasi, dan pintu) yang baik, terdapat tempat sampah, tempat cuci
tangan, dan memiliki akses jamban, serta bebas dari tikus, lalat, dan
kecoak. Dari komponen peralatan terutama yang dinilai adalah peralatan
sterilisasi (UV) yang selalu menyala dan berfungsi dengan benar,
microfilter dan peralatan disinfeksi belum kadaluarsa, serta galon selalu
dibersihkan dan mendapatkan tutup gallon baru. Tempat ini sudah baik
sehingga diingatkan untuk terus mempertahankannya.
Pada kegiatan ini tidak dilakukan penilaian parameter kimiawi,
mikrobiologi, dan fisik dikarenakan keterbatasan sarana dan harus dari
Dinkes.

Gambaran Pelaksanaan :
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : 07 Juli 2023
Tempat : Depot Air Minum Isi Ulang Bethesda Kelurahan Atambua
Petugas : Dokter intership dan Petugas Kesehatan Lingkungan.

Kegiatan diawali dengan perkenalan. Setelah itu dilakukan wawancara


singkat dengan pegawai depot air minum. Dari wawancara ditemukan
bahwa tempat ini sudah memiliki izin yang didapat sejak tahun 2020 dan
memiliki sertifikat yang sudah habis masa berlakunya. Setelah dilakukan
wawancara maka dilakukan inspeksi oleh petugas dan didapatkan tempat
ini bebas memiliki pencemaran berupa debu bangunan, komponen
bangunan (dinding, lantai, atap, ventilasi, dan pintu) yang tidak baik,
dimana dinding berbahan seng yang sudah terlihat lama, terdapat celah (10
cm) antara dinding dan atap yang memungkinkan debu dari proyek
bangunan di belakang tempat usaha masuk, lantai berdebu, tidak terdapat
tempat sampah yang layak, tidak terdapat tempat cuci tangan, memiliki
akses jamban, serta bebas dari tikus, lalat, dan kecoak. Dari komponen
peralatan terutama yang dinilai adalah peralatan sterilisasi (UV) yang tidak
menyala dan tidak berfungsi dengan benar dan pada saat ditanya pelayanan
isi ulang air minum masih tetap berjalan meskipun peralatan sterilisasi
berupa lampu UV sedang tidak baik. Hal ini sangat berbahaya. Microfilter
dan peralatan disinfeksi belum kadaluarsa, serta galon selalu dibersihkan
dan mendapatkan tutup gallon baru. Namun kebersihan tempat ini dinilai
sangat kurang dan tidak memenuhi syarat sehingga petugas diberikan
peringatan untuk menutup tempat sementara sampai lampu UV
diperbaharui serta diingatkan untuk menjaga kebersihan dan meminta
petugas melaporkan kepada pemilik usaha untuk memperbaiki kekurangan
yang ada.
Penilaian parameter kimiawi, mikrobiologi, dan fisik di tempat ini terakhir
dinilai pada tahun 2020 sehingga diperlukan penilaian lagi. Pada kegiatan
ini tidak dapat dilakukan penilaian parameter kimiawi, mikrobiologi, dan
fisik dikarenakan keterbatasan sarana dan harus dari Dinkes.

2. Inspeksi Sanitasi Rumah Sehat


3. Inspeksi Sanitasi TPM
4. Pembagian Abate

C. KESGA
1. ANC K1-K3
Judul : Pelayanan Posyandu Antenatal Care Bagi Ibu Hamil di Posyandu Kodim
Kelurahan Tenukiik
Identitas :
Posyandu Kodim Kelurahan Tenukiik
Latar Belakang :
Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil selama kehamilannya dinamakan pelayanan
antenatal care (ANC). Semenjak pandemic, pemerintah membuat kebijakan
penambahan kunjungan ANC untuk ibu hamil, upaya ini bertujuan untuk
pemantauan kesehatan ibu hamil dan kandungannya dalam situasi
pandemi(Kemenkes RI, 2020a). ANC atau Antenatal Care adalah suatu bentuk
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan seperti dokter spesialis
kandungan, dokter umum, bidan dan perawat kepada ibu hamil selama masa
kehamilannya. Pemanfaatan antenatal care oleh ibu hamil pada dasarnya
merupakan upaya pencegahan dan penanggulangan adanya penyakit bahkan
gangguan yang dapat membahayakan ibu dan kandungannya.
Frekuensi ANC yang diberikan selama pandemi minimal 6 kali pada masa
kehamilan dimana ketentuannya 2 kali di trimester pertama , 1 kali di trimester
kedua dan 3 kali di trimester ke ketiga, standar ini memiliki manfaat yaitu
menjamin perlindungan pada wanita hamil, berupa deteksi dini faktor resiko,
pencegahan dan penanganan komplikasi. (Kemenkes RI, 2020a).

Gambaran Pelaksanaan :
Kegiatan ini dilaksanakan di Posyandu Kampung Merdeka Kel. Atambua pada
hari Selasa, 17 April 2023 pada pukul 09.00-12.00 WITA. Sasaran kegiatan ini
adalah semua ibu hamil yang terdaftar dalam cakupan wilayah posyandu
Kampung Merdeka.
Pelayanan diawali dengan registrassi pasien. Stelah iu dilakukan pemeriksaan
sesuai standar:
1. Anamnesis dan pemeriksaan status imunisasi tetanus toksoid di buku PIN.
2. Menimbang berat badan serta tinggi badan
3. Mengkur tekanan darah
4. Pengukuran LILA (Lingkar Lengan Atas),
5. Pengukuran tinggi puncak rahim, penentuan persentasi janin dan denyut
jantung janin
6. Komunikasi, informasi, dan edukasi terkait kehamilan,, serta tatalaksana dan
komplikasi dari masalah yang ditemukan.
7. Pemberian tablet penambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan,
Kalsium laktat, dan Vitamin C, dan rujuk ke Puskesmas jika ditemukan
masalah
8. pemberian komunikasi interpersonal serta konseling temasuk KB, pelayanan
tes 3 laboratorium sederhanan, tes Hb , pemeriksaan protein urin dan golongan
darah.

2. KB suntik
Judul : Pelayanan Kontrasepsi Suntik pada Pasangan Usia Subur
Identitas : Ny. YS Usia 29 tahun BB 48Kg TB 154 cm
Latar Belakang :
Kalender KB 3 bulan atau KB suntik 3 bulan merupakan jenis kontrasepsi yang
diberikan secara teratur, setiap 3 bulan dengan cara injeksi atau melalui jarum
suntik. Setiap suntikan alat kontrasepsi ini mengandung hormon
medroxyprogesterone dan progestin. Hormon ini mampu bertahan selama 3 bulan
atau sekitar 12 minggu.
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang dibedakan
menjadi dua macam yaitu DMPA (depot medroksiprogesterone asetat) dan
kombinasi. Suntik DMPA berisi depot medroksiprogesterone asetat yang
diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg/ml secara intramuscular (IM) setiap 12
minggu. Efek samping penggunaan suntik DMPA adalah gangguan haid,
penambahan berat badan, kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan
emosi, sakit kepala, nervotaksis dan jerawat. Gangguan haid yang sering
ditemukan berupa siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan
banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan bercak
(spotting), tidak haid sama sekali (amenore)

Kelebihan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN: a. Sangat efektif. b.


Pencegahan kehamilan jangka panjang. c. Tidak berpengaruh pada hubungan
suami istri. d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah. e. Tidak
mempengaruhi ASI. f. Sedikit efek samping. g. Klien tidak perlu menyimpan obat
suntik. h. Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai
perimenopause. i. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik. j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara. k. Mencegah beberapa
penyakit radang panggul.

DMPA memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per100 perempuan
dalam satu tahun pemakaian. Kegagalan yang terjadi pada umumnya dikarenakan
oleh ketidakpatuhan akseptor untuk datang pada jadwal yang telah ditetapkan atau
teknik penyuntikan yang salah, injeksi harus benar-benar intragluteal.
Gambaran Pelaksanaan :

1. Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan konseling pemilihan KB


2. Kocok dengan baik DMPA yang akan digunakan dan hindarkan terjadinya
gelembung-gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila
terjadi endapan putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dan
dengan menghangatkannya
3. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi etil/
isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik.
4. Setelah kering, dilakukan penyuntikan secara intramuscular (IM) dalam
daerah gluteus dan bekas penyuntikan ditekan dengan kapas untuk
menghindari pendarahan.

3. KB Implan
Judul : Pelayanan Kontrasepsi Implan pada Pasangan Usia Subur
Identitas : Ny. EB Usia 34 th BB 54kg TB 147cm
Latar Belakang :
Kontrasepsi implan merupakan kontrasepsi yang berbentuk batang kecil yang
mengandung hormon progestin. Setelah pemasangan implan akan melepaskan
progestin ke dalam aliran darah secara perlahan. Implan efektif digunakan selama
3 tahun.
Keuntungan dari metode implan ini antara lain bertahan sampai 5 tahun,
kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan. Efektifitasnya sangat tinggi,
angka kegagalannya 1-3%.
Indikasi penggunaan kontrasepsi implan
1) Wanita usia reproduksi
2) Wanita nulipara atau yang sudah mempunyai anak atau yang belum
mempunyai anak.
3) Wanita yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektifitas tinggi.
4) Wanita setelah keguguran dan setelah melahirkan, yang menyusui atau yang
tidak menyusui.
5) Wanita yang tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak untuk sterilisasi.
6) Wanita dengan tekanan darah kurang dari 180/110 mmHg 7) Wanita yang
sering lupa meminum pil kontrasepsi.

Kontraindikasi penggunaan kontrasepsi implan


1) Wanita yang hamil atau dicurigai hamil
2) Wanita yang mengalami perdarahan per vagina yang belum jelas penyebabnya.
3) Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan menstruasi atau
amenorea.
4) Wanita yang menderita kanker payudara atau mempunyai riwayat kanker
payudara.
5) Wanita hipertensi
6) Penderita penyakit jantung, diabetes melitus.

Gambaran Pelaksanaan :
1. Perkenalan, anamnesis,pemeriksaan fisik, dan konseling pemilihan KB
2. Daerah tempat pemasangan implant ditutup dengan kain steril yang berlubang
3. Lakukan injeksi obat anastesi kira-kira 6-10cm diatas lipatan siku
4. Trokar ditusukkan subkutan sampai batasnya.
5. Kapsul dimasukkan ke dalam trokar, dan didorong dengan alat pendorong
sampai terasa ada tahanan.
6. Untuk menempatkan kapsul, trokar ditarik ke luar
7. Untuk menyakinkan bahwa kapsul telah di tempatnya, alat pendorong
dimasukkan sampai terasa tidak ada tahanan.
8. Setelah 2 kapsul dipasang, bekas insisi ditutup dengan tensoplas (band aid).
4. Pasang IUD
Judul : Pelayanan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Puskesmas Kota
Atambua
Identitas: Ny. SC usia 44 tahun pasang IUD BB 66 Kg TB 157 kg
Keluarga Berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling
dasar dan utama. Salah satu alat kontrasepsi yang dapat diterima di Indonesia
adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) yang merupakan alat kontrasepsi
yang paling efektif, aman dan nyaman bagi banyak wanita. Penggunaan
kontrasepsi masih di dominasi oleh alat kontrasepsi jangka pendek terutama
suntikan yang mencapai 31,2 % dan pil 13,4%. Sedangkan tingkat pemakaian
metode Kontrasepsi Jangka Panjang yaitu AKDR mencapai 4,8%. Pada tahun
2013, berdasarkan hasil survey prevalensi KB dengan MKJP sebesar 64,6%.
Secara keseluruhan masih 16 provinsi mencapai posisi prevalensi KB dengan
MKJP lebih rendah dari angka nasional (>64,6%).
Metode pemasangan AKDR dapat dilakukan pada masa interval dan pasca
persalinan. AKDR pasca persalinan adalah AKDR yang dipasang pada 10 menit
setelah plasenta lahir sampai 48 jam pasca persalinan. AKDR interval adalah
AKDR yang dipasang selama siklus haid. Efektivitas AKDR sangat tinggi yaitu
99,2 – 99,4% (0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama). Telah
dibuktikan tidak menambah risiko infeksi, perforasi dan perdarahan. KEfektivitas
AKDR dinyatakan melalui angka kontinuitas yaitu berapa lama AKDR tinggal
inutero tanpa ekspulsi spontan, pengangkatan/pengeluaran karena alasan medis
atau pribadi dan terjadinya kehamilan .
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan
ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam. Cara kerja AKDR yaitu
menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii karena adanya ion
tembaga yang dikeluarkan AKDR dengan cupper menyebabkan gangguan gerak
spermatozoa. AKDR memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam
uterus karena terjadinya pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan
limfosit menyebabkan blastoksis mungkin dirusak oleh makrofag dan blastoksis.

Gambaran Pelaksanaan:
Hari/Tanggal : Kamis, 9 Maret 2023
Pukul : 11.30-12.15
Tempat : Poli KIA
Pasien datang dengan tujuan untuk mengikuti program KB. Pasien ingin
menghentikan kehamilan karena usia namun pasien tidak ingin menjalani
prosedur MOW. Saat ini tidak ada keluhan dan masih aktif menyusui. Riwayat
persalinan terakhir 2 bulan yang lalu perabdominal. Riwayat hipertensi (-), DM
(-), penyakit jantung (-), rutin konsumsi obat-obatan tertentu (-), Riwayat
keputihan lama (-). Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan fisik terkait tanda-
tanda vital, status generalis, dan status ginekologi. Hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital dan status generalis didapatkan normal, dan pemeriksaan ginekologi
didapatkan : Fluor (-), fluksus (-), Vagina dbn; Portio : letak posterior, lunak,
eritema (-), luka (-), darah (-); Uterus: Panjang 4,5 cm, retroflexi.
Setelah anamnesis, pemeriksaaan fisik, konseling KB, pengisian formulir KB, dan
penandatanganan persetujuan tindakan, pasien pun dilakukan pemasangan AKDR
secara aseptic antisepsis sesuai prosedur. Setelah pemasangan pasien diedukasi
terkait menjaga kebersihan dan control jika keputihan berlebihan dan berbau,
ataupun jika ada ketidaknyamanan lainnya. Rencana pengangkatan AKDR adalah
tanggal 9 Maret tahun 2027 minimal dan maksiman 9 Maret tahun 2033

5. IMD dan ASI Eksklusif


Judul : Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini pada Bayi Baru Lahir
Latar belakang
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan tunggal dan terbaik yang memenuhi semua kebutuhan
tumbuh kembang bayi sampai berusia 6 bulan. ASI yang pertama keluar, kolostrum, atau
yang sering disebut ‘cairan emas’ karena berwarna kekuningan, mengandung protein dan
antibodi yang tidak dapat diperoleh dari sumber lain termasuk susu formula. Inisiasi
Menyusu Dini (IMD), adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat
menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara
bayi dengan kulit ibu. Bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai dia
menyusu sendiri. Praktek IMD dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir. Menurut
penelitian yang dilakukan di Ghana dan diterbitkan dalam jurnal ilmiah “Pediatrics”, persen
kematian bayi yang baru lahir dapat dicegah bila bayi menyusu pada ibunya dalam satu jam
pertama kelahiran. Mengacu pada hasil penelitian itu, maka diperkirakan program “Inisiasi
Menyusu Dini” dapat menyelamatkan sekurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal
dalam bulan pertama kelahirannya. Selain itu, juga sangat bermanfaat bagi ibu, karena dapat
merangsang kontraksi otot rahim sehinga pendarahan paska-melahirkan dapat lebih cepat
berhenti. Rahim-pun akan lebih cepat kembali seperti semula.
Berkaitan dengan pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan, proses IMD ini menjadi
salah satu faktor penentu keberhasilannya. Dengan mempraktekkan IMD, maka produksi ASI
akan terstimulasi sejak dini, sehingga tidak ada lagi alasan “ASI kurang”, atau “ASI tidak
keluar” yang seringkali menjadi penghambat ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif
hingga bayi berusia 6 bulan.
Berdasarkan laporan rutin tahun 2019, pencapaian target ibu hamil yang mendapatkan inisiasi
menyusui dini (IMD) , secara nasional sudah berada di atas target yaitu sudah mencapau
90% (target 50%). Hal ini patut ditingkatkan mengingat IMD sangat penting bagi
keberlanjutan ASI eksklusif dan kesehatan bayi.
Gambaran Pelaksanaan :
Kegiatan dilakukan pada tanggal 28 Maret tahu 2023 di ruangan VK, berat badan lahir bayi
3100 gram dengan panjang badan 48 cm, lingkar kepala 33 cm. Bayi perempuan, anak ketiga
lahir sehat dengan organ lengkap. Inisiasi menyusui dini segera dilakukan setelah bayi lahir
dengan metode kanguru (kulit ke kulit). Kegiatan dilakukan selama 1 jam. Selama IMD
persalinan kala III tetap dilanjutkan. Pada kegiatan ini bayi berhasil dilakukan IMD dimana
bayi berhasil mencapai putting susu ibu dan berhasil mendapatkan kolostrum. Setelah bayi
melepasskan ASI dengan sendirinya bayi kemudian dilakukan perawatan dan penyuntikan
Vitamin K dan pemberian salep mata.

6. KB Pil
Judul : Pelayanan Kontrasepsi Oral (Pil KB) di Posyandu Kampung Merdeka
Kelurahan Atambua
Identitas : Ny. YM Usia 30 tahun BB 54kg TB 159kg
Latar Belakang :
Pil KB adalah alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan atau mencegah konsepsi
yang digunakan dengan cara per-oral atau kontrasepsi oral. Pil KB merupaka salah
satu jenis kontrasepsi yang banyak digunakan.Pil KB banyak disukai karena relatif
mudah didapat dan digunakan, serta harganya murah. Pil KB yang banyak dipakai
pada umumnya berisi dua jenis hormon, yakni estrogen dan progesterone. Ada juga
yang berisi hanya salah satu hormon saja. Kedua hormone ini bekerja menghambat
terjadinya ovulasi.Oleh karena ovulasi atau keluarnya sel telur matang tidak terjadi,
maka kehamilan pun tidak terjadi. Angka keberhasilan memakai pil bisa dibilang
hampir selalu efektif dalam mencegah kehamilan. Namun, tidak semua wanita boleh
memilih pil jika mengidap tumor yang dipengaruhi oleh hormon estrogen, seperti
tumor kandungan dan payudara, mengidap penyakit hati aktif, penyakit pembuluh
balik atau varices thrombophlebitis, atau yang pernah terkena serangan stroke dan
mengidap penyakit kencing manis. Yang perlu dipertimbangkan tidak boleh memilih
pil apabila mengidap darah tinggi, migrain, depresi, tumor jinak rahim (mioma uteri)
dan haidnya jarang. Pilihan pil KB sering ditinggalkan karena faktor efek
sampingnya. Efek samping estrogen sering menimbulkan mual, nyeri kepala dan nyeri
payudara. Sedangkan efek samping progesteron menjadikan perdarahan vagina tidak
teratur, nafsu makan bertambah sehingga bertambah gemuk, muncul jerawat, haid jadi
sedikit dan kemungkinan payudara mengecil.

Gambaran Pelaksanaan :
Hari/tanggal : Selasa, 11 April 2023
Pukul : 10.00-10.30
Tempat: Kelurahan Atambua
Kegiatan ini diawali dengan pendaftaran pasien oleh kader. Pasien ini merupakan
penerima pil KB sejak bulan Agustus tahun 2022. Setelah pasien didaftarkan pasien
dipanggil dan dilakukan anamnesis singkat terkait keluhan saat ini yang terkait
dengan efek samping pemberian pil KB, riwayat penyakit dahulu, dan kontraindikasi
penggunaan pil KB. Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik terkait. Pada anamnesis
dan pemeriksaan fisik didapatkan pasien tidak memiliki kontraindikasi dan masalah
dalam penggunaan pil KB sehingga pil KB dilanjutkan dan diberikan edukasi terkait
pilihan KB lain yang lebih efektif dan efisien.
Pasien diberikan pil kombinsai progesterone dan estrogen kemasan 28 hari, dimana 7
pil sebagai placebo yang tidak mengandung hormon digunakan selama minggu
terakhir pada setiap siklus. Pil placebo tersebut berisi zat besi atau zat inert. Pil-pil ini
membantu pasien untuk membiasakan diri minum pil setiap hari.

D. P2P
1. Vaksinasi Dasar /BIAS
Latar Belakang
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit menular dengan memberikan
“vaksin” sehingga terjadi imunitas (kekebalan) terhadap penyakit tersebut. Vaksin
adalah jenis bakteri atau virus yang sudah dilemahkan atau dimatikan guna
merangsang sistem imun dengan membentuk zat antibodi di dalam tubuh.
Antibodi inilah yang melindungi tubuh di masa yang akan datang. Imunisasi
adalah proses pembentukan zat antibodi secara aktif atau buatan melalui
pemberian vaksin (bakteri dan virus yang sudah lemah). Imunisasi suatu proses
yang membuat seseorang imun atau kebal terhadap suatu penyakit melalui
pemberian vaksin yang merangsang sistem kekebalan tubuh membentuk antibodi
supaya kebal terhadap penyakit tertentu.
Pelaksanaan imunisasi sebagai program pelayanan kesehatan primer saat ini
menjadi fokus pilar transformasi Kementerian Kesehatan. Tahun 2023, Pekan
Imunisasi Dunia (PID) telah mengusung tema nasional Ayo Lindungi Diri,
Keluarga, dan Masyarakat dengan Imunisasi Lengkap diharapkan tema ini dapat
menjadi pengingat dan penyemangat bagi seluruh lapisan masyarakat untuk
mampu mengejar ketertinggalan imunisasi bagi dirinya, keluarganya, dan tentu
untuk perlindungan bagi masyarakat di sekitarnya.
Saat ini cakupan imunisasi rutin lengkap nasional perlahan kembali
meningkat pasca pandemi COVID-19. Kini sekitar 94,9% anak-anak Indonesia
telah diimunisasi. Selama pandemi COVID-19 sebanyak 1,1 juta anak Indonesia
tidak mendapatkan imunisasi dosis lengkap.

Beberapa jenis penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi yaitu :


Hepatitis B, Tuberkulosis, Tetanus, Difteri, Pertusis, Poliomyelitis, Meningitis,
Pneumonia, Campak, dan Rubela. Beberapa Imunisasi dasar yang diwajibkan oleh
pemerintah untuk diberikan kepada bayi / anak antara lain :

a. Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk


mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat.
b. Imunisasi Hepatitis B diberikan untuk melindungi bayi dengan
memberi kekebalan dalam tubuhnya terhadap penyakit Hepatitis B
c. Imunisasi Polio merupakan imunisasi yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya penyakit Poliomyelitis yang dapat menyebabkan
kelumpuhan pada anak.
d. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
e. Imunisasi campak merupakan bagian dari imunisasi rutin yang
diberikan pada anak-anak.

a. Pelayanan Imunisasi Dasar di Posyandu A2 Kelurahan Tenukiik


Identitas : By. IM Usia 2 thn 4 bulan BB : 10,5 kg TB 89 cm
Gambaran kegiatan:

Kegiatan ini dilaksanakan di Posyandu A2 Kelurahan tenukiik pada tanggal


13 Maret 2023 pukul 10.00-12.00 WITA. Kegiatan dimulai dengan perkenalan
kemudian dilanjutkan dengan registrasi, pengukuran TB, BB serta pengukuran
LILA dilanjutkan dengan pengisian hasil pada buku pink oleh kader posyandu.
Setelah itu anak diarahkan untuk melakukan imunisasi. Sebelum pemberian
imunisasi anak dipastikan terlebih dahulu mengenai kontraindikasi imunisasi.
Kegiatan berjalan lancar dimana orangtua sasaran tidak mempermasalahkan
persoalan efek samping dan hoaks tenang imunisasi. Sasaran diberikan imunisasi
catch up DPT dan MR lanjutan.

b. Identitas : By. OS Usia 3 bulan BB 5 kg PB 69 cm

Kegiatan ini dilaksanakan di Posyandu A2 Kelurahan tenukiik pada tanggal


13 Maret 2023 pukul 10.00-12.00 WITA. Kegiatan dimulai dengan perkenalan
kemudian dilanjutkan dengan registrasi, pengukuran TB, BB serta pengukuran
LILA dilanjutkan dengan pengisian hasil pada buku pink oleh kader posyandu.
Setelah itu anak diarahkan untuk melakukan imunisasi. Sebelum pemberian
imunisasi anak dipastikan terlebih dahulu mengenai kontraindikasi imunisasi.
Kegiatan berjalan cukup lancar dimana orangtua pasien mempermasalahkan
pasien rewel dan demam setelah imunisasi sebelumnya dan meminta cukup
diberikan satu jenis saja dulu. Namun setelah diedukasi, orangtua sasaran pun
menyetujui anak diimunisasi sesuai usia. Sebelum pemberian imunisasi anak
dipastikan terlebih dahulu mengenai kontraindikasi imunisasi. Sasaran diberikan
imunisasi sesuai usia yaitu : Polio 1 dan DTP-Hib.

c. Identitas : By. Ny. MY Usia 10 hari BBL 3100 kg PB 48 cm

Imunisasi dilakukan di rumah sasaran di kelurahan Tenukiik setelah pelaksanaan


kegiatan posyandu dikarenakan ibu sasaran belum bisa keluar rumah atas
pertimbangan budaya. Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan kunjungan
ibu post partum untuk perawatan luka post SC dan kunjungan neonatus.
Kegiatan berjalan lancar karena keluargan pasien cukup kooperatif dan terbuka.
Setelah dilakukan pembersihan tali pusat kemudian pasien diberikan imunisassi
BCG yang bertujuan untuk mencegah infeksi tuberculosis
Vaksin BCG sebaiknya diberikan segera setelah lahir sebelum bayi berumur 1
bulan. Bila berumur 3 bulan atau lebih, BCG boleh diberikan jika uji tuberculin
negative.

BIAS……………….
Pemberian Imunisasi Anak Sekolah dalam rangka BIAS pada Siswi Kelas I SDK
01 Atambua.

Latar Belakang

Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) ialah bulan dimana seluruh kegiatan
imunisasi dilaksanakan di seluruh Indonesia oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama dan Menteri Kesehatan.
Imunisasi dalah pemberian vaksin dengan tujuan agar mendapatkan perlindungan
(kekebalan) dari penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Tujuan pelaksanaan BIAS adalah mencegah serta mempertahankan kekebalan
dalam tubuh untuk pengendalian penyakit jangka panjang melalui imunisasi
Campak dan HPV. Semakin lama jarak sejak mendapat imunisasi terakhir maka
akan semakin rendah nilai proteksi. Sebagaimana yang diamanatkan UU
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa setiap anak berhak
memperoleh imunisasi sesuai dengan ketentuan untuk mencegah terjadinya
penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi, imunisasi yang diberikan pada
BIAS ada dua jenis yaitu:

A. Vaksin MR (vaksin campak dan rubella)

Imunisasi campak biasanya diberikan pada anak kelas I. Imunisasi ini


sering disebut Tampek (Betawi), Gabagan (Jawa), Madewa (Bali), Mazelen
(Belanda), Maesles (Inggris) dan Morbili (Latin) adalah penyakit yang
sangat berbahaya untuk bayi dan anak karena sering disertai komplikasi
bronchopneumonia yang banyak menyebabkan kematian pada bayi dan
anak. Bahaya penyakit campak adalah panas tinggi, radang mulut dan
tenggorokan, diare, radang otak, gizi memburuk, radang paru. Cara
penularannya secara kontak langsung dan melalui pernafasan penderita.
Siswa yang terkena campak sebaiknya tidak diijinkan sekolah sampai
sembuh agar tidak terkaji penularan ke teman-temannya. Pencegahannya
dengan pemberian imunisasi Campak pada waktu bayi (9 bulan) dan
diulang (booster) kembali pada waktu kelas I SD untuk menambah
kekebalan seumur hidup.

B. HPV (human papillomavirus)

Ada penambahan program baru di tahun 2020 yaitu vaksin HPV. Pemberian
vaksin ini pada anak kelas 5 dan 6 dengan jenis kelamin perempuan. Vaksin
HPV adalah jenis vaksin yang berfungsi untuk mencegah infeksi
virus HPV (human papillomavirus) atau secara umumnya penyakit menular
seksual (PMS). Vaksin HPV umumnya diberikan kepada perempuan
sebelum aktif melakukan hubungan seksual.

Bagi anak yang tidak mengikuti selama kegiatan BIAS di sekolah pelaksanaan
BIAS untuk diajak ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan imunisasi, sedangkan
untuk anak yang sakit pemberian imunisasi ditunda dan apabila sembuh agar diajak ke
puskesmas terdekat untuk diimunisasi.

Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Rabu, 2 Agustus 2023
Pukul 08.30-10.00 WITA
Tempat : SDK 01 Atambua
Petugas : 3 Orang penanggungjawab program dan 1 dokter umum

Kegiatan diawali dengan permintaan izin kepada pihak sekolah. Setelah sapa dan
perkenalan, setiap petugas menempati tempat masing-masing yang terdiri dari :
Meja pendaftaran, meja skrining, meja pemberian imunisasi, dan observasi.
Sasaran dalam kegiatan ini adalah semua murid kelas I SD.
Vaksinasi yang dibberikan adalah : MR Live attenuated dosis 0,5 cc diberikan
secara subcutan. Setiap dosis mengandung 1000 CCID 50 Measles virus dan 1000
CCID50 Rubella virus.
Setelah dilakukan skinning ditemukan 1 orang siswi mengalami ISPA sehingga
tidak dapat diberikan imunisasi campak, sedangkan pelajar yang sehat diberikan
imunisasi MR, yaitu sebanyak 83 orang. Imunisasi HPV belum dapat diberikan
karena vaksin HPV belum tersedia.
Kegiatan berjalan dengan lancar dan tidak ditemukan baik dari pihak
penyelenggara, sekolah, maupun sasaran. Hasil obbservaasi juga tidak ditemukan
masalah. Guru-guru diberikan pesan untuk menyampaikan kepada orang tua
murid yang anaknya tidak hadir/sakit untuk mengantarkan anaknya ke Puskesmas
untuk mendapatkan imunisasi MR.

Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Kamis, 3 Agustus 2023
Pukul 08.30-09.30.00 WITA
Tempat : SDK Kuntum Bahagia
Petugas : 3 Orang penanggungjawab program dan 1 dokter umum
Kegiatan diawali dengan permintaan izin kepada pihak sekolah. Setelah sapa dan
perkenalan, setiap petugas menempati tempat masing-masing yang terdiri dari :
Meja pendaftaran, meja skrining, meja pemberian imunisasi, dan observasi.
Sasaran dalam kegiatan ini adalah semua murid kelas I SD.
Vaksinasi yang dibberikan adalah : MR Live attenuated dosis 0,5 cc diberikan
secara subcutan. Setiap dosis mengandung 1000 CCID 50 Measles virus dan 1000
CCID50 Rubella virus.
Setelah dilakukan skinning ditemukan 3 orang siswi mengalami ISPA sehingga
tidak dapat diberikan imunisasi campak, sedangkan pelajar yang sehat diberikan
imunisasi MR, yaitu sebanyak 66 orang. Imunisasi HPV belum dapat diberikan
karena vaksin HPV belum tersedia.
Kegiatan berjalan dengan lancar dan tidak ditemukan baik dari pihak
penyelenggara, sekolah, maupun sasaran. Hasil obbservaasi juga tidak ditemukan
masalah. Guru-guru diberikan pesan untuk menyampaikan kepada orang tua
murid yang anaknya tidak hadir/sakit untuk mengantarkan anaknya ke Puskesmas
untuk mendapatkan imunisasi MR.

2. Vaksinasi COVID-19
Program vaksin corona (COVID-19) di Indonesia sudah mulai dilaksanakan
sejak Januari 2021. Per 11 Mei 2023, data vaksinasi COVID-19 di Indonesia telah
mencapai 174.883.846 orang yang telah menerima dua dosis vaksin, dari target sasaran
vaksinasi 234.666.020 orang. Pada awal program berlangsung, jenis vaksin COVID-19
yang diberikan pada masyarakat secara bertahap adalah Sinovac. Namun, seiring
berjalannya waktu, pemerintah pun mulai menambah jenis vaksin lainnya, demi
tercapainya target jumlah penduduk yang divaksinasi dan tercapainya kekebalan
kelompok.
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 9.860/2020, vaksin
corona harus mendapatkan izin edar atau persetujuan penggunaan pada masa darurat
dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Saat ini, ada 10 jenis vaksin
COVID-19 yang sudah mendapatkan izin penggunaan darurat dari BPOM. Masing-
masing dari jenis vaksin tersebut memiliki mekanisme untuk pemberiannya, baik dari
jumlah dosis, interval pemberian, hingga platform vaksin yang berbeda, seperti
inactivated virus, berbasis RNA, viral-vector, dan sub-unit protein. Jenis vaksin corona
yang digunakan di Indonesia adalah : Vaksin Sinovac, vaksin AstraZenec, vaksin
Moderna, vaksin Sinopharm, vaksin Pfizer, vaksin Novavax, vaksin Sputnik V, vaksin
Janssen, vaksin Convidecia, dan vaksin Zifivax.

Gambaran Pelaksanaan :
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Kamis, 8 Maret 8 2023
Pukul 08.30 WITA
Tempat : Poli Umum UPTD Puskesmas Kota Atambua
Petugas : 3 Orang penanggungjawab program dan 1 dokter umum

Kegiatan dilaksanakan di Poli Umum UPTD Puskesmas Kota Atambua. Pasien


datang dengan tujuan untuk vaksin Covid-19. Setelah dilakukan skrining dan
pemeriksaan fisik pasien diberikan vaksin. Saat ini merupakan dosis ketiga pasien
dimana pada pemberian pertama pasien mendapatkan sinovac dan kedua
moderrna, sehingga vaksinasi ketiga pasien dapat diberikan vaksin Sinopharm
dosis penuh.
Vaksinasi yang diberikan adalah : Sinopharm dosis 0,5cc diberikan secara
intramuscular pada deltoid sinistra. Vaksin ini merupakan jenis inactivated Covid-
19 vaccine (vero cell).
Setelah penyuntikan vaksin pasien kemudian diobservasi di ruang tunggu selama
30 menit. Tidak ditemukan masalah selama obserasi sehingga pasien
diperbolehkan pulang dan dipesan untuk kembali ke Puskesmas jika terdapat
reaksi alergi atau sakit.

3. Tracing Penyakit Menular


Pemerintah bersama masyarakat memiliki komitmen yang kuat dalam
upaya pengendalian HIV AIDS untuk mencapai eliminasi HIV AIDS dan
Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) pada tahun 2030. Pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, salah satu arah
kebijakan dan strategi adalah meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan
menuju cakupan kesehatan semesta. Peningkatan pengendalian penyakit, dimana
HIV AIDS dan PIMS menjadi bagian dari arah kebijakan tersebut. Komitmen
negara juga tertuang dalam Rencana 3 Strategis bidang kesehatan (Renstra
Kemenkes RI) dengan meningkatkan jumlah orang dengan HIV AIDS (ODHA)
yang mendapatkan pengobatan sebagai salah satu bentuk upaya pencegahan
penularan HIV dan meningkatkan kualitas hidup ODHA. Pemerintah bersama
masyarakat mendukung upaya pencapaian eliminasi HIV AIDS yang telah
disepakati di tingkat global bahwa pada tahun 2030 kita dapat mencapai 95-95-95
untuk pengobatan, dimana 95% ODHA mengetahui status, 95% dari ODHA yang
mengetahui status mendapatkan pengobatan, dan 95% dari ODHA yang diobati
virusnya tersupresi. Beberapa kebijakan program yang paling berpengaruh adalah
kebijakan “fast track initiative 90-90- 90” di mana pemerintah memutuskan secara
bertahap mencapai target 90-90-90 mulai dari tingkat kabupaten/kota.
Penularan hepatitis B dan C adalah melalui darah dan cairan tubuh lainnya
yang mengandung virus Hepatitis B dan C. Pada Hepatitis B penularan dari ibu ke
bayi sangat berpotensi menjadi Hepatitis Kronis, diperkirakan mencapai 90-95%.
Untuk itu dalam rangka penurunan kesakitan Hepatitis B, kegiatan pemutusan
penularan hepatitis B dari ibu ke anak sangat diperlukan, dan untuk mempercepat
peningkatan cakupan perlu berintegrasi dengan program lain terutama HIV, sifilis
dan Hepatitis B. (Permenkes no 52 tahun 2017). Kegiatan ini dilaksanakan secara
terintegrasi pada saat layanan ANC terpadu, dan diharapkan semua ibu hamil
dapat diperiksi HIV, Sifilis dan hepatitis B nya pada saat pemeriksaan kehamilan
minimal 1 kali. Tahun 2019 kegiatan Deteksi Dini Hepatitis B (DDHB) telah
dilaksanakan di 458 kabupaten/kota yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. 7
Sebanyak 2.576.980 (48,95% dari sasaran Ibu hamil) diperiksa, sebanyak 46,944
(1,82%) terdeteksi Hepatitis B (HBsAg Reaktif).

Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan pada saat pelayanan posyandu ibu dan balita.
Kegiatan diawali dengan perkenalan oleh petugas, setelah itu dilakukan
pendaftaran. Sasaran dalam kegiatan ini adalah ibu hamil yang baru melakukan
K1. Setelah pendaftaran dilakukan informed consent, anamnesis, dan pemeriksaan
fisik singkat kepada pasien terkait keluhan dan status gizi pasien. Setelah itu
dilakukan pemeriksaan rapid HIV. Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil :
a. Ny. AX Usia 29 tahun G2P1A0 UK 10-11 bulan
Hasil pemeriksaan HIV (-), HbSAg (-), Syphilis (-)
b. Ny. MB Usia 26 tahun G1P0A0 UK 12-13 bulan
Hasil pemeriksaan HIV (-), HbSAg (-), syphilis (-)
Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil pemeriksaan nonreaktif semuanya.
Hal ini sudah baik namun diperlukan perhatian dan edukasi lebih lanjut untuk
mencegah paparan selama kehamilan.

ISPA
Latar Belakang
Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih menjadi penyebab kematian
anak terbesar dibanding penyakit menular lainnya dimana di seluruh dunia,
800.000 Balita meninggal karena pneumonia setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri,
lebih dari 19.000 Balita meninggal karena pneumonia di 2018, atau lebih dari 2
anak setiap jam. Pada tahun 2018, 16% kematian anak di Indonesia diakibatkan
oleh pneumonia, sementara di 2017 pneumonia merupakan penyebab kematian
Balita terbesar kedua. Bahkan badan kesehatan dunia (WHO) menyebut
pneumonia sebagai ”the forgotten killer of children”. Pneumonia Balita merupakan
penyakit yang dapat didiagnosis dan diobati dengan teknologi dan biaya yang
murah, namun jika terlambat maka akan menyebabkan kematian pada Balita. Dari
perhitungan beban penyakit yang dilakukan Litbangkes, diperkirakan akibat
pneumonia pada usia Balita (< 5 tahun) di tahun 2015 akan terdapat DALYs loss
sekitar 1 T. Riskesdas 2013 menunjukkan period prevalence pneumonia Balita
adalah 1,8% sedangkan prevalensnya adalah 4,5%. Prevalensi pneumonia menurut
diagnosis tenaga kesehatan (dokter spesialis, dokter umum, bidan dan perawat)
mengalami penurunan dibanding tahun 2013 yaitu dari 2% menjadi 1,6%
sedangkan prevalensi pneumonia berdasarkan pada diagnosis tenaga kesehatan
(dokter spesialis, dokter umum, bidan dan perawat) dan gejala pada tahun 2018
(4%) mengalami penurunan dibanding tahun 2013 (4,5%). Lima provinsi yang
mempunyai insiden pneumonia Balita tertinggi menurut Riskesdas 2013 adalah
Nusa Tenggara Timur, Aceh, Bangka Belitung, Sulawesi Barat, dan Kalimantan
Tengah. Sedangkan menurut Riskesdas 2018, lima provinsi yang mempunyai
prevalensi pneumonia balita tertinggi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
(dokter spesialis, dokter umum, bidan dan perawat) dan gejala adalah Nusa
Tenggara Timur, DI Yogyakarta, Papua, Sulawesi Tengah dan Gorontalo.

Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari tanggal : Rabu, 17 Mei 2023
Pukul : 11.00-selesai
Tempat : Kelurahan Fatubenao
Petugas : 2 petugas imunisasi dan 1 dokter intership
Identitas pasien :
1. By. FC Usia 3 bulan 2 hari BB 5,3 Kg
2. By. GC Usia 3 bulan 2 hari BB 5 kg
Kegiatan dilaksanakan saat swiping imunisasi di rumah pasien di Kelurahan
Fatubenao pada. Pada saat anamnesis ibu pasien mengatakan tiidak ada keluhan,
namun pada saat pemeriksaan fisik didapatkan :
1. By. FC Usia 3 bulan 2 hari BB 5,3 Kg
Suhu 38,2 0 C, RR 47x/menit, retarksi (-), ronkhi (+/+)
Diagnosis : Pneumonia ringan
2. By. GC Usia 3 bulan 2 hari BB 5 kg
Suhu 37,5 0 C, RR 54x/menit, retarksi (-), ronkhi (-/-), wh (+/+).
Diagnosis : Bronchiolitis
Kedua bayi kemudian diberikan obat sesuai diagnosis. Orang tua bayi
kemudian diedukasi perburukan dan segera ke IGD RS jika terdapat perburukan.
Kemudian petugas melaporkan kepada petugas survailance untuk melakukan
follow up tiap 2 hari.

4. Penapisan TB
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis (Mtb). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, namun dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Indonesia
merupakan negara yang termasuk sebagai 3 besar dari 32 negara di dunia dengan
beban TB yang besar dengan estimasi 824.000 kasus TB baru setiap tahun.
Penatalaksanaan TB yang tidak adekuat serta tidak efektifnya kegiatan untuk
memastikan pasien TB bisa menyelesaikan pengobatan akan menimbulkan
dampak meningkatnya kasus TB Resisten Obat (TB RO). Setiap tahun WHO
memperkirakan ada 24.000 kasus baru TB RO yang muncul di Indonesia.
Percepatan penanggulangan TB menuju eliminasi TB pada tahun 2030 menjadi
salah satu prioritas pembangunan bidang kesehatan sesuai dengan PERPRES
67/2021.
Terduga TB didapatkan dari proses skrining sistematis menggunakan gejala
dan tanda TB atau skrining menggunakan pemeriksaan radiologis yang dilakukan
kepada pengunjung FKTP, kelompok beresiko maupun orang dengan keluhan
mengarah ke kelainan/ gangguan fungsi organ akibat infeksi mycobacterium
tuberculosis yang terjadi pada parenkim paru dan atau tracheobronchial tree.
Berdasarkan proses penegakan diagnosis yang dilakukan, pasien TB Paru dewasa
dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu:
a. Pasien TB Paru Terkonfirmasi.
adalah seorang terduga TB Paru yang sudah mendapatkan konfirmasi
hasil pemeriksaan bakteriologis positif dengan ditemukannya Mtb dari
sampel uji yang diperiksa, menggunakan metode pemeriksaan
bakteriologis yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI.
b. Pasien TB Paru Terdiagnosis Klinis,
adalah pasien TB Paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis hasilnya
negatif Mtb, tetapi memiliki hasil sugestif TB berdasarkan pemeriksaan
penunjang dan evaluasi klinis yang dilakukan oleh dokter.
Riwayat pengobatan TB sebelumnya dan Riwayat penyakit komorbid
yang bisa mempengaruhi pengobatan TB, misalnya DM, HIV,
gangguan fungsi ginjal, kehamilan, penyakit hati khronis, Riwayat
alergi dan pemakaian obat rutin harus ditelusuri secara mendalam untuk
memastikan pengobatan yang akan diberikan maupun kemungkinan
untuk rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan.
Untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan investigasi kontak maka
informasi mengenai kontak serumah (orang yang tinggal serumah lebih dari 3
hari selama 3 bulan terakhir) dan kontak erat (orang yang tinggal bersama dalam
satu ruangan selama lebih dari 8 jam dalam periode 3 bulan terakhir) harus digali
dan dicatat.
Diagnosis Pasti TB Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, hasil pemeriksaan bakteriologis dan hasil pemeriksaan penunjang. Dokter
melakukan evaluasi klinis secara menyeluruh untuk mengambil keputusan
terapetik.

Gambaran Pelaksanaan :
Kegiatan ini dilaksanakan di Poli MTBS Puskesmas Kota Atambua pada tanggal 3
mei 2023 pada saat jam operasional poli. Pasien datang dengan keluhan batuk
berdahak sejak 3 minggu yang lalu. Batuk warna kekuningan dan darah (-).
Keluhan disertai demam yang tidak terlalu tingggi. Dari Riwayat kedatangan
pasien sudah 5x datang ke puskesmas sejak 2 bulan yang lalu dengan keluhan
yang sama dan sudah pernah mendapatkan antiibiotik. Ibu pasien mengatakan
keluhan batuk berkurang hanya jika minum obat batuk, jika obat batuk habis
keluhan timbul lagi. Pada anamnesis lanjut, ayah pasien merupakan pasien TBC
BTA (+) dan sedang mengikuti program pengobatan.
Dari pemeriksan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal, status gizi
pasien tepat berada di -2SD.
Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan tuberculin test dan didapatkan hasil
negative.
Namun pada pasien ini tidak diberikan tatalaksana profilaksis TBC untuk anak
sehingga diharapkan menjadi perhatian untuk selanjutnya.

Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan di Poli MTBS Puskesmas Kota Atambua pada tanggal
6 mei 2023 pada saat jam operasional poli. Pasien datang dengan keluhan batuk
berdahak sejak 2 minggu yang lalu. Batuk warna kekuningan dan darah (-).
Keluhan disertai demam yang tidak terlalu tingggi. Dari Riwayat kedatangan
pasien sudah 2x datang ke puskesmas sejak 1 bulan yang lalu dengan keluhan
yang sama dan belum pernah mendapatkan antiibiotik. Ibu pasien mengatakan
keluhan batuk berkurang hanya jika minum obat batuk, jika obat batuk habis
keluhan timbul lagi. Pada anamnesis lanjut, om pasien yang tinggal serumah
dengan pasien merupakan pasien TBC BTA (+) dan sedang mengikuti program
pengobatan.
Dari pemeriksan fisik didapatkan suhu subfebris, ronkhi basah halus pada apeks
paru kanan dan status gizi pasien berada di bawah -3 SD.
Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan tuberculin test dan didapatkan hasil
positif . Pasien diberikan pengobatan OAT regimen anak.

Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan di rumah pasien Kelurahan Fatubenao pada hari Sabtu
tanggal 8 Juli 2023 Pukul 11.30-12.00 WITA. Pasien merupakan pasien post
rawat inap di RSUD Atambua akibat batuk. Dari anamnesis pasien pernah
mengikuti pengobatan TBC pada tahun 2011 dan sudah dinyatakan sembuh.
Namun pada saat pemeriksaan di RSUD Atambua didapatkan hasil TCM (+)
resisten rifampicin, sehingga pasien perlu dilakukan pemeriksaan sputum lebih
lanjut untuk pemeriksaan resistensi lebih lanjut.
Setelah diserahkan pot dahak pasien dan keluarga kemudian diberikan edukasi
terkait penularan dan pengobatan. Keluarga dan pasien dianjurkan untuk memakai
masker dan diedukasi untuk menyediakan tempat dahak khusus untuk pasien agar
pasien tidak membuang dahak sembarangan.

Gambaran Pelaksanaan

Kegiatan ini dilaksanakan di Poli Umum Puskesmas Kota Atambua pada tanggal
27 Mei 2023 pada saat jam operasional poli. Pasien datang dengan keluhan batuk
berdahak sejak 2 bulan yang lalu. Batuk warna kekuningan dan bercak darah (+)
sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai demam yang tidak terlalu tingggi,
pakaian terasa lebih longgar, nafsu makan berkurang, dan menyangkal adanya
kerinngat di malam hari. Pasien mengatakan keluhan batuk berkurang hanya jika
minum obat batuk, jika obat batuk habis keluhan timbul lagi. Pasien memiliki
Riwayat terinfeksi TBC 3 tahun lalu namun mengalami putus obat setelah 2 bulan
pengobatan. Dari pemeriksan fisik didapatkan suhu subfebris, ronkhi basah kasar
pada apeks paru kanan.
Pasien kemudian diberikan edukasi terkait penyakit tuberculosis dan dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan sputum. Dikarenakan fasiilitas TCM sedang tidak
tersedia, maka pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan mikroskopis
BTA.

Gambaran Pelaksanaan

Kegiatan ini dilaksanakan di Poli Umum Puskesmas Kota Atambua pada tanggal
22 Juni 2023 pada saat jam operasional poli. Pasien datang dengan keluhan batuk
berdahak sejak 3 minggu yang lalu. Dahak warna putih kental, sedikit. Keluhan
disertai demam, nafsu makan berkurang, dan menyangkal adanya bauuk darah,
berat badan turun/pakaian terasa longgar, dan keringat di malam hari. Pasien
mengatakan keluhan batuk berkurang hanya jika minum obat batuk, jika obat
batuk habis keluhan timbul lagi. Keluarga pasien memiliki riwayat pengobatan
TBC sejak 4 bulan yang lalu. Dari pemeriksan fisik didapatkan suhu subfebris,
tidak terdapat pembesaran KGB, dan paru-paru dalam batas normal.
Pasien kemudian diberikan edukasi terkait penyakit tuberculosis serta
penularannya dan dianjurkan untuk mengumpulkan dahak untuk dilakukan
pemeriksaan TCM.
5. Pengobatan TB
Latar Belakang:
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis (Mtb). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, namun dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Indonesia
merupakan negara yang termasuk sebagai 3 besar dari 32 negara di dunia dengan
beban TB yang besar dengan estimasi 824.000 kasus TB baru setiap tahun.
Penatalaksanaan TB yang tidak adekuat serta tidak efektifnya kegiatan untuk
memastikan pasien TB bisa menyelesaikan pengobatan akan menimbulkan
dampak meningkatnya kasus TB Resisten Obat (TB RO). Setiap tahun WHO
memperkirakan ada 24.000 kasus baru TB RO yang muncul di Indonesia.
Percepatan penanggulangan TB menuju eliminasi TB pada tahun 2030 menjadi
salah satu prioritas pembangunan bidang kesehatan sesuai dengan PERPRES
67/2021B. Berdasarkan data Global Report WHO tahun 2022 prevalensi TBC di
Indonesia sebanyak 969. 000 orang dengan angka kejadian TB resisten obat
sebanyak 28.000 orang, angka kematian akibat TBC sebanyak 144.000 orang dan
keberhasilan pengobatan sebesar 86%. TOSS TBC merupakan sebuah gerakan
atau kampanye untuk Temukan Tuberkulosis, Obati Sampai Sembuh TBC di
Indonesia. Kampanye ini menjadi salah satu pendekatan untuk menemukan,
mendiagnosis, mengobati dan
menyembuhkan pasien TBC, serta menghentikan penularan TBC di masyarakat.
TOSS TBC menargetkan 90 persen penurunan insiden TBC dan 95 persen
penurunan kematian TBC pada tahun 2030. Langkah-langkah yang dilakukan
TOSS TBC meliputi, mencari dan menemukan gejala di masyarakat, mengobati
TBC dengan tepat, hingga memantau pengobatan TBC sampai sembuh. Target
yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah 50% penurunan insiden TBC serta 70%
penurunan
kematian TBC dibandingkan tahun 2014 dengan langkah-langkah:

 Mempertahankan cakupan pengobatan tetap diatas 80% dan angka


kesuksesan pengobatan diatas 95%.
 Menerapkan cakupan semesta untuk TBC
 Mengendalikan pembiayaan katastropik TBC
 Akselerasi pengobatan profilaksis dan pengobatan TBC laten
 Inovasi diagnosis TBC
 Penguatan surveilans TBC
 Penerapan short term regiment (pengobatan jangka pendek) untuk laten
TBC
 Penerapan vaksin TB

Selain ini target kampanye ini pada tahun 2030 adalah 90% penurunan insiden TBC
dan 95% penurunan kematian TBC dibandingkan tahun 2014.

Pada tahun 2021 angka kejadian TBC di Wilayah Puskesmas Atambua sebanyak
32 pasien dan 100% sudah mendapatkan pengobatan sesuai standar.Hal ini
dikarenakan alur pelayanan di UPTD Puskesmas Atambua sudah baik dimana
pelayanan pasien dengan diagnosis TB dibedakan dengan yang lain sehingga pasien
tidak harus lama mengantri sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pengambilan
obat secara mandiri. Untuk pasien yang belum mengambil obat maka akan dilakukan
kunjungan ke rumah pasien.

Gambaran Pelaksanaan :

Tn CL usia 69 tahun BB 38kg

Kegiatan dilakukan di Poli TBC pada tanggal 30 Juni tahun 2023 pada jam
operasional poli. Pasien merupakan pasien TBC terkonfirmasi pemeriksaan
mikroskopis sputum BTA sejak 4 bulan yang lalu. Saat ini pasien sedang dalam
pengobatan fase lanjut. Hasil pemeriksaan pada akhir bulan kedua didapatkan hasil
negative sehingga pengobatan dlanjutkan. Saat ini pasien mengatakan tidak ada
keluhan dan hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil normal. Pasien mengatakan
pasien masih dapat menoleransi efek samping obat.

Pasien kemudian diberikan OAT kategori I Kombipak 1 x 3 perhari yang terdiri


dari 2RHZE/4 H3R3 Piridoksin 1x1 perhari. Pasien tetap diedukasi terkait akibat
putus obat dan komplikasi tuberculosis.

Latar Belakang

Resistansi kuman Mycobacterium tuberculosis (Mtb) disebabkan oleh mutasi


spontan pada kromosom. Proporsi kuman Mtb yang sudah mengalami mutasi (wild-
type resistant mutants) pada pasien yang tidak pernah mendapatkan OAT sangat
sedikit. Pengobatan TB menyebabkan hambatan selektif pada populasi kuman Mtb
sehingga kuman Mtb sensitif dibunuh, sementara populasi mutan akan bereproduksi
dan menyebabkan terjadinya resistansi terhadap OAT (resistansi didapat). Resistansi
di antara pasien baru adalah resistansi terhadap OAT pada pasien yang belum pernah
mendapatkan pengobatan TB sebelumnya atau sudah mendapatkan OAT kurang dari
1 bulan. Pasien ini terinfeksi dari orang dengan kuman TB resistan. Sementara
resistansi di antara pasien yang pernah diobati adalah resistansi yang terjadi pada
pasien yang pernah mendapatkan pengobatan TB > 1 bulan, termasuk pasien gagal
pengobatan, pasien kambuh atau kembali setelah putus berobat. Pasien ini bisa
mendapatkan kuman resistan selama pengobatan, atau mengalami reinfeksi / terinfeksi
secara primer dari orang dengan kuman TB resistan.

Berdasarkan data Global Report WHO tahun 2022 prevalensi TBC di Indonesia
sebanyak 969. 000 orang dengan angka kejadian TB resisten obat sebanyak 28.000
orang, angka kematian akibat TBC sebanyak 144.000 orang dan keberhasilan
pengobatan sebesar 86%.
Gambaran Pelaksanaan :

Kegiatan dilakukan di Poli TBC pada tanggal 07 Juli tahun 2023 pada jam
operasional poli. Pasien merupakan pasien TBC terkonfirmasi pemeriksaan
mikroskopis sputum BTA dan sudah selesai pengobatan dan dinyatakan sembuh pada
bulan Januari tahun 2023. Pada saat anamnesis pasien mengatakan sesak napas terus
menerus disertai batuk tanpa darah, pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi kasar pada
apeks pasru kanan. Pasien datang dengan membawa hasil xray paru. Hasil xray
menyatakan pasen mengalami TB paru aktif lesi luas disertai efusi pleura dekstra.
Pasien kemudian dirujuk ke spesialis dengan suspek TB resisten obat.

Gambaran Pelaksanaan :

Ny. AG Usia 49 tahun BB 57 kg

Kegiatan dilakukan di Poli TBC pada tanggal 07 Juli tahun 2023 pada jam
operasional poli. Saat ini pasien menjalani pengobatan TBC fase lanjutan (3 bulan) .
Keluhan batuk sudah mulai berkurang dan berat badan mulai meningkat. Pasien
mengatakan bisa menoleransi efek samping obat seperti : gatal dan ruam di badan
serta BAK warna merah. Gangguan penglihatan dan pendengaran (-), BAK banyak
sesuai jumlah air yang diminum. Pemeriksaan fisik : masih terdengar ronkhi halus di
apeks paru kanan. Pasien kemudian diberikan OAT kategori I yaitu 4H3R3 (1 x 2
perhari ) dan piridoksin 1 x 1 perhari. Pasien diedukasi erkait komplikasi dan akibat
jika pasien tidak rutin minum obat.

E. Pelayanan Gizi
1. Monitoring Bayi/Anak

Latar Belakang :
Pengukuran status gizi didasarkan atas Standar World Health Organization (WHO,
2005) yang telah ditetapkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Menurut standar tersebut, status gizi balita dapat diukur berdasarkan tiga indeks, yaitu berat
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB). Gizi kurang dan gizi buruk merupakan status gizi yang didasarkan
pada indeks berat badan menurut umur (BB/U). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2018 yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa persentase gizi
buruk pada balita usia 0-23 bulan di Indonesia adalah 3,8%, sedangkan persentase gizi
kurang adalah 11,4%. Hal tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil Pemantauan Status Gizi
(PSG) yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2017, yaitu persentase gizi
buruk pada balita usia 0-23 bulan sebesar 3,5% dan persentase gizi kurang sebesar 11,3%.
Provinsi dengan persentase tertinggi gizi buruk dan gizi kurang pada balita usia 0-23 bulan
tahun 2018 adalah Nusa Tenggara Timur. Pemantauan tumbuh kembang anak melalui
kegiatan posyandu diperlukan sebagai upaya monitoring sekaligus deteksi dini permasalahan
tumbuh kembang anak.

Gambaran pelaksanaan :
Kegiatan ini dilaksanakan di Posyandu Baokoek Kel. Fatubenao pada hari Jumat, 17
Maret 2023 pada pukul 09.00 WITA sampai selesai.
Kegiatan dimulai dengan perkenalan diri, kemudian dilanjutkan dengan pendataan
balita gizi buruk untuk dilakukan pemantauan secara khusus selama 3 bulan. Kemudian
dilakukan pengukuran TB, BB serta pengukuran LILA dilanjutkan dengan pengisian hasil
pada buku pink oleh kader posyandu. Setelah dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi
atau panjang badan, hasil pengukuran dikonversi dengan nilai Z sesuai standar baku
kementerian.
Setelah dilakukan penatalaksanaan gizi buruk dengan pemberian PMT didapatkan
hasil perubahan status gizi ke arah positif untuk anak yang sebelumnya berstatus gizi kurang.
Adapun hasil yang didapatkan adalah :
1. Anak AB (L) Usia 3 tahun 2 bulan
Penilaian Bulan I Bulan II Bulan III
Berat badan 10,5kg 11,5kg 12kg
Tinggi Badan 87 cm 87,5 cm 87,5 cm
BB/U Kurang Kurang Baik
TB/U Pendek Pendek Pendek
BB/TB Gizi kurang Gizi baik Gizi Baik

15 Mei-15 Juli 2023


By. PA (P) Usia Usia 3 bulan

Penilaian Bulan I Bulan II Bulan III


Berat badan 4,2 kg 5 kg 5,4kg
Panjang Badan 55 cm 55,1 cm 55,5 cm
BB/U Gizi baik Gizi baik Gizi baik
PB/U Normal Normal Normal
BB/TB Gizi Baik Gizi baik Gizi Baik

14 Maret-13 Juni
By. FK (P) Usia 7 bulan
Penilaian Bulan I Bulan II Bulan III
Berat badan 6 kg 6,8 kg 6,7 kg
Tinggi Badan 63 cm 63,2 cm 63,2 cm
BB/U Kurang Kurang Baik
TB/U Normal Normal Normal
BB/TB Gizi Baik Gizi baik Gizi Baik

13 April-13 Juni 2023

An .IF Usia (L) 1 thn 9 bulan

Penilaian Bulan I Bulan II Bulan III


Berat badan 14,9 kg 14,9kg 15,5 kg
Tinggi Badan 95 cm 95,1 cm 95,1 cm
BB/U Gizi Lebih Gizi Lebih Gizi Lebih
TB/U Tinggi Tinggi Tinggi
BB/TB Gizi Baik Gizi baik Gizi Baik

2. Suplementasi Gizi
Judul : Pemberian Suplemen Gizi Pada Balita Stunting di Posyandu Kelurahan
Fatubenao

Identitas : Posyandu B2 Kel. Fatubenao

Latar Belakang :
Dalam rangka menerapkan upaya gizi seimbang, setiap keluarga harus mampu
mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya. Hal ini
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Upaya
Perbaikan Gizi. Adapun upaya yang dilakukan untuk mengenal, mencegah, dan mengatasi
masalah gizi yaitu dengan cara menimbang berat badan secara teratur, memberikan ASI
saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan, menu makanan yang bervariasi,
menggunakan garam beryodium, dan pemberian suplemen gizi sesuai anjuran petugas
kesehatan. Suplemen gizi yang diberikan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51
tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi Gizi, meliputi kapsul vitamin A, tablet
tambah darah (TTD), makanan tambahan untuk ibu hamil, anak balita, dan anak usia
sekolah, makanan pendamping ASI, dan bubuk multi vitamin dan mineral.
Pengukuran status gizi didasarkan atas Standar World Health Organization (WHO,
2005) yang telah ditetapkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Menurut standar tersebut, status gizi balita dapat diukur berdasarkan tiga indeks, yaitu berat
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB). Gizi kurang dan gizi buruk merupakan status gizi yang didasarkan
pada indeks berat badan menurut umur (BB/U). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2018 yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa persentase gizi
buruk pada balita usia 0-23 bulan di Indonesia adalah 3,8%, sedangkan persentase gizi
kurang adalah 11,4%. Hal tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil Pemantauan Status Gizi
(PSG) yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2017, yaitu persentase gizi
buruk pada balita usia 0-23 bulan sebesar 3,5% dan persentase gizi kurang sebesar 11,3%.
Provinsi dengan persentase tertinggi gizi buruk dan gizi kurang pada balita usia 0-23 bulan
tahun 2018 adalah Nusa Tenggara Timur.

Stunting merupakan suatu kondisi dimana panjang atau tinggi badan kurang
dibandingkan umurnya, dengan kata lain anak mengalami ganggunan pertumbuhan yang
menyebabkan anak tidak bertambah tinggi sehingga menjadi pendek dibandingkan dengan
usianya. Kondisi anak pendek merupakan tanda dari adanya masalah gizi kronis pada
pertumbuhan anak . Data jumlah stunting NTT pada 2018 sebesar 30,1 persen, lalu pada
tahun 2019 menurun menjadi 27,9 persen. Penurunan terus berlanjut hingga periode Agustus
2020 ini sebesar 27,5 persen.
Kelurahan Fatubenao merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Kota Atambua dan
merupakan wilayah cakupan pelayanan Puskesmas Atambua. Deteksi stunting di wilayah
Puskesmas Atambua biasanya dilakukan pada bulan Februari dan Agustus. Berdasarkan Dat a
Bulan Agustus tahun 2022, diapatkan 2 kasus stunting. Sedangkan pada bulan Februari tahun
2023 didapatkan 1 kasus baru stunting, sehingga total kasus stunting sampai saat ini adalah 3
kasus. Kendala yang sering ditemukan oleh petugas dalam pelayanan penanganan stunting
aalah kurangnya pengetahuan dan rendahnya kesadaran masyarakat mengenai pemenuhan
kebutuhan zat gizi bagi anak. Selain itu factor ekonomi juga merupakan salah satu
penghambat dalam memenuh kebutuhan gizi.

Pemantauan tumbuh kembang anak melalui kegiatan posyandu diperlukan sebagai


upaya monitoring sekaligus deteksi dini permasalahan tumbuh kembang anak.

Gambaran pelaksanaan :
Kegiatan ini dilaksanakan di Posyandu Haliulun Kel. Fatubenao pada hari Sabtu, 18
Maret 2023 pada pukul 09.00 WITA sampa selesai.
Kegiatan dimulai dengan perkenalan kemudian dilanjutkan dengan pengukuran TB,
BB serta pengukuran LILA dilanjutkan dengan pengisian hasil pada buku pink oleh kader
posyandu. Setelah dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi atau panjang badan, hasil
pengukuran dikonversi dengan nilai Z sesuai standar baku kementerian kesehatan untuk
menentukan apakah balita tersebut pertumbuhannya sesuai dengan usia atau cenderung resiko
mengalami stunting.
Dari hasil pengukuran status gizi didapatkan perubahan ke arah positif untuk anak-
anak yang sebelumnya berstatus stunting. Adapun hasil yang didapatkan adalah :
1. An. MR usia 3th
BB: 11,9 cm
TB :88,9 cm
LILA: 16cm
BB/U :Kurang
TB/U :Pendek
BB//TB :Gizi baik

2. An. SA usia 3th 6bln


BB : 9,6kg
TB: 86,5cm
LILA: 14,5cm
BB/U :Sangat kurang
TB/U :Pendek
BB//TB :Gizi kurang
3. An TS usia 3 th 7 bulan
BB : 10,8 kg
TB : 92,1 cm
BB/U :Kurang
TB/U :Pendek
BB//TB :Gizi kurang

Setelah ditentukan status gizi, hasil dilaporkan, yang kemudian ditindaklanjuti dengan
validasi atau konfirmasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. Bagi anak yang sudah
dikonfirmasi mengalami stunting kemudian diberikan bantuan suplemen gizi oleh Dinas
Kesehatan dan Puskesmas Kota Atambua. Untuk anak yang berusia 6-24 bulan mendapatkan
suplemen berupa bubuk taburia SAF, sedangkan anak di atas 2 tahun mendapatkan suplemen
berupa biscuit PMT. Jumlah yang didapatkan kurang lebih untuk sebulan. Selain itu juga
dilakukan pembagian tugas untuk pemantauan langsung ke rumah pasien setiap minggu.

3. Pelayanan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) di kelurahan Fatubenao

Latar Belakang :

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang diselenggarakan oleh Kementerian
Kesehatan menyatakan bahwa persentase gizi buruk pada balita usia 0-23 bulan di Indonesia
adalah 3,8%, sedangkan persentase gizi kurang adalah 11,4%. Hal tersebut tidak berbeda jauh
dengan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) yang diselenggarakan oleh Kementerian
Kesehatan tahun 2017, yaitu persentase gizi buruk pada balita usia 0-23 bulan sebesar 3,5%
dan persentase gizi kurang sebesar 11,3%. Provinsi dengan persentase tertinggi gizi buruk
dan gizi kurang pada balita usia 0-23 bulan tahun 2018 adalah Nusa Tenggara Timur.
Dalam rangka menerapkan upaya gizi seimbang, setiap keluarga harus mampu
mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya. Hal ini
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Upaya
Perbaikan Gizi. Adapun upaya yang dilakukan untuk mengenal, mencegah, dan mengatasi
masalah gizi yaitu dengan cara menimbang berat badan secara teratur, memberikan ASI
saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan, menu makanan yang bervariasi,
menggunakan garam beryodium, dan pemberian suplemen gizi sesuai anjuran petugas
kesehatan. Suplemen gizi yang diberikan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51
tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi Gizi, meliputi kapsul vitamin A, tablet
tambah darah (TTD), makanan tambahan untuk ibu hamil, anak balita, dan anak usia
sekolah, makanan pendamping ASI, dan bubuk multi vitamin dan mineral.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di atur dalam Permenkes RI nomor 51 tahun
2016 tentang Standar Produk Suplementasi Gizi. Dalam Permenkes telah diatur Standar
Makanan Tambahan untuk Anak Balita, Anak Usia Sekolah Dasar, dan Ibu Hamil.
Pemberian makanan tambahan yang berfokus baik pada zat gizi makro maupun zat gizi mikro
bagi balita dan ibu hamil sangat diperlukan dalam rangka pencegahan Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) dan balita stunting. Sedangkan pemberian makanan tambahan pada anak
usia sekolah dasar diperlukan dalam rangka meningkatkan asupan gizi untuk menunjang
kebutuhan gizi selama di sekolah dan di usianya saat remaja. Makanan tambahan yang
diberikan dapat berbentuk makanan keluarga berbasis pangan lokal dengan resep-resep yang
dianjurkan. Makanan lokal lebih bervariasi namun metode dan lamanya memasak sangat
menentukan ketersediaan zat gizi yang terkandung di dalamnya. Suplementasi gizi dapat juga
diberikan berupa makanan tambahan pabrikan, yang lebih praktis dan lebih terjamin
komposisi zat gizinya.

Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan pada :
Hari/tanggal :Selasa, 8 Juli tahun 2023
Tempat : Kelurahan Tenukiik
Petugas : 2 orang Petugas program Gizi dan 1 orang Dokter Umum
Kegiatan dilaksanakan di posyandu. Pada kegiatan ini menu makanan ditentukan oleh
Dinkes Provinsi yang berpatokan pada bahan pangan lokal dengan siklus menu setiap 1
minggu. Dalam 1 menu dianggarkan biaya sebesar Rp. 13.200 rupiah per porsi, sudah
termasuk sumber karbohidrat, serat, protein, lemak, dan zat gizi mikro. Sasaran dalam
pelayanan ini adalah balita (usia 6 bulan sampai 59 bulan) gizi kurang yang terdapat di
Kelurahan Tenukiik yaitu sebanyak 6 orang. Menu yang diberikan bervariasi untuk 4x makan
siang dan 2x kudapan dalam seminggu. Proses memasak makanan dilakukan oleh kader
posyandu di bawah dampingan petugas program gizi. Persediaan bahan makanan kering
disiapkan oleh petugas program gizi puskesmas sedangkan bahan makanan kering disiapkan
oleh kader. Pemantauan perubahan status gizi dilakukan setiap 2 minggu. Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) dilakukan sampai status gizi anak membaik dan bisa lebih dari 1
bulan.
Kegiatan ini berjalan dengan lancar dimana petuugas kader aktif berpartisipasi dan
sasaran mau menerima PMT.

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga berencana termasuk ke dalam 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau
Sustainable Development Goals (SDGs) yang disepakati oleh negara-negara anggota PBB
tahun 2015. Keluarga berencana terdapat pada tujuan untuk menjamin kehidupan sehat dan
mendukung kesejahteraan bagi semua di segala usia. Target ke-3 poin 7 dalam tujuan tersebut
menyebutkan bahwa pada tahun 2030, pemerintah menjamin akses universal terhadap
layanan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk untuk keluarga berencana,
informasi dan pendidikan, serta integrasi kesehatan reproduksi ke dalam strategi program
nasional. Pemerintah telah menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui
penyelenggaraan program keluarga berencana. Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014
Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana,
dan Sistem Informasi Keluarga menyebutkan bahwa program keluarga berencana (KB)
adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,
melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.

Gambaran Pelaksanaan :
Tempat : Posyandu Desa Riangpadu
Hari/tanggal : Rabu, 13 Desember 2023
Pukul : 09.00-12.00 WITA
Media : Lisan

Kegiatan penyuluhan dilakukan saat diadakannya Pelayanan Posyandu Antenatal Care di


Desa Riangpadu. Saat dilakukan pemeriksaan fisik Ibu Hamil, dan saat anamnesis, dokter
menjelaskan apa itu KB, tujuan KB, jenis-jenis KB, dan manfaat yang didapat dengan
mengikuti program KB.

Program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) adalah sebuah


program nasional yang dijalankan oleh badan penyelenggara jaminan sosial
(BPJS). PROLANIS BPJS ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dari
penderita penyakit kronis diabetes melitus (DM) tipe 2 dan hipertensi (BPJS
Kesehatan, 2014). Manajemen diabetes dan hipertensi yang sangat mahal
mengharuskan pemerintah menerapkan program ini. Selain itu DM tipe 2 dan
hipertensi merupakan penyakit kronis yang paling sering dijumpai di
masyarakat, oleh karena itu dengan berjalannya PROLANIS BPJS di
Indonesia diharapkan dapat menekan atau mengurangi kejadian dari dua
penyakit tersebut.

Hari/tanggal : 19 Desember 2023


Pukul : 12.00-13.00
Tempat : Posyandu Desa Bukit Seburi
Petugas : Dokter Internship dan Perawat IGD Puskesmas

Kegiataan pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui kegiatan Prolanis Desa Bukit Seburi.
Peserta prolanis adalah warga yang tergabung dalam Prolanis dan diketahui telah menderita
Hipertensi dan Diabetes mellitus. Kegiatan diawali dengan pencatatan nama, pemeriksaan
tekanan darah,serta pemberian obat rutin hipertensi dan diabetes mellitus. Setelah anggota
prolanis sudah cukup banyak yang hadir, pemeriksaan TD dan pemberian obat dihentikan
sementara, lalu diberikan penyuluhan dan pengarahan mengenai penyakit DM dan HT.
Anggota prolanis disampaikan kembali apa itu DM dan HT, penyebabnya, gejala penderita,
efek jangka panjang DM dan HT, serta tujuan dan pentingnya pengobatan yang rutin.
Selain mengenai DM dan HT juga dijelaskan mengenai penyakit-penyakit metabolic lain
yang berhubungan, yang juga diderita pasien, seperti hiperkolesterolemia.

Anda mungkin juga menyukai