© 2022 by the Authors. Submitted for possible open access publication under the terms and
conditions of the Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License (CC BY
NC) license (https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/).
Abstrak
Ekonomi Pancasila merupakan sebuah konsep pemikiran mengenai perencanaan dan pelaksanaan
perekonomian tingkat nasional dengan kerangka pikir yang berlandaskan penjabaran nilai-nilai yang
ada dalam paradigma Pancasila. Implementasi konsep ekonomi Pancasila sendiri menjadi sesuatu yang
krusial melihat fenomena kapitalisme global ditambah lagi dengan adanya pandemi virus Covid-19
yang mengakibatkan stabilitas ekonomi terus menurun. Penururuan stabilitas perekonomian di
Indonesia saat ini semakin menunjukkan bahwa implementasi ekonomi Pancasila sendiri telah
melenceng dan tergeser oleh keberadaan sistem perekonomian liberalis kapital yang akhirnya
menyebabkan terjadinya ketimpangan perekonomian masyarakat. Tujuan dari penelitian ini
menganalisis eksistensi dari implementasi ekonomi Pancasila pada berbagai kebijakan pemerintah
dalam menghadapi gempuran liberalis kapital global. Metode penelitian menggunakan studi literatur,
dengan memaparkan teori yang berhubungan dengan judul yang diperoleh dari buku, jurnal dan media
online. Penelitian ini menemukan bahwasannya implementasi ekonomi Pancasila dalam berbagai
kebijakan pemerintah masih terlihat semu. Bangsa Indonesia telah sekian lama dihadapkan globalisasi
dan liberalisasi ekonomi sebagai sebuah tantangan nyata dalam mempertahankan ekonomi kerakyatan
sebagai sebuah kearifan lokal bangsa tanpa harus tertinggal oleh perkembangan dan kemajuan dunia.
Keadaan ini merupakan sebuah pekerjaan rumah yang sangat urgen bagi pelaku ekonomi, masyarakat
dan teruatama pemerintah untuk menggagas peraturan dan kebijakan ekonomi Indonesia yang harus
tetap mengedepankan ekonomi kerakyatan Pancasila. Sistem perekonomian kerakyatan menjadi solusi
yang patut dan sesuai diterapkan di Indonesia yang bersandarkan pada Pancasila.
Kata Kunci: Pancasila; Ekonomi Pancasila; Kebijakan Ekonomi; Kapitalisme Global
Abstract
Pancasila economic system is a concept of thinking about the planning and implementation of the
national economy with a framework based on the elaboration of the values that exist in the Pancasila
paradigm. The implementation of the Pancasila economic system is crucial in view of the phenomenon
of global capitalism and the COVID-19 pandemic which has resulted in decreased economic stability.
The decline in economic stability in Indonesia today increasingly shows that the implementation of the
Pancasila economy has deviated and is displaced by the existence of a capital-liberal economic system
which has ultimately led to inequality in the people's economy. The purpose of this study is to analyze
the existence of the economic implementation of Pancasila in various government policies in facing the
onslaught of global capital liberalism. The research method uses literature studies, by presenting
theories related to titles obtained from books, journals and online media. This research finds that the
implementation of the Pancasila economic system in various government policies is still apparent. This
nation has been faced with globalization and economic modernization as serious challenges in
maintaining the wisdom of the nation's economic culture without having to be left behind from these
world phenomena. This has become a very hard homework for the government structure in initiating
Indonesian economic regulations and policies that must prioritize the people's economy. The populist
economic system is a suitable solution to be applied in Indonesia which relies on Pancasila.
Keywords: Pancasila; Pancasila Economics; Economic Policy; Global Capitalism
27
Indonesian Journal of Islamic Economics and Finance; (E-ISSN: 2808-1102)
Vol. 2, No. 1 (2022), pp; 27-42
website; https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/jief
28
Indonesian Journal of Islamic Economics and Finance; (E-ISSN: 2808-1102)
Vol. 2, No. 1 (2022), pp; 27-42
website; https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/jief
didunia hampir tidak memiliki batas. perdagangan bebas lintas negara, yang
Globalisasi sendiri memiliki dampak positif seringkali terjadi ialah negara-negara maju
maupun dampak negatif. Saat ini dampak akan memanfaatkan dan mengalahkan
tersebut sudah masuk dan dirasakan apalagi negara berkembang. Cara yang seringkali
jika berkaitan dengan perekonomian, digunakan oleh negara maju untu
masuknya globalisasi tentu akan diikuti mengelabuhi negara berkembang ialah
adanya paham kapitalis yang sangat dengan memberikan modal pada negara-
individualis dan menjunjung asas negara berkembang dan mencari
keuntungan semata (Hosein, 2016). Saat keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal ini
ini globalisasi yang direkayasa negara- mengakibatkan diambil alihnya kekayaan
negara besar akan memberikan dampak dan berbagai sumber daya alam negara
bagi negara-negara yang sedang berkembang oleh negara-negara maju.
berkembang, dalam ranah prinsip ideologi Revolusi industri dan globalisasi serta pasar
dihembuskan nilai-nilai individualisme dan bebas ditambah lagi dengan masuknya
neoliberalisme yang mengutamakan liberalisme, komunisme, individualisme,
kebebasan dan kepentingan individu atheisme, kapitalisme, narkoba, terorisme,
daripada kepentingan Bersama atau bangsa dan korupis serta kebudayaan global dalam
dan negara. Pada ranah politik digunakan kehidupan social masyarakat Indonesia saat
untuk untuk gerakan damai ini menjadi sebuah tantangan bagi
penyelenggaraan konferensi politik, agresi eksistensi ideologi Pancasila, terutama
dan diplomasi tetapi dibalik itu semua sebagai pondasi perekonomian bangsa
justru digunakan untuk memanipulasi dan (Fadilah, 2019).
menguasasi negara-negara berkembang Demi kelangsungan eksistensi
secara ekonomi dalam bentuk baru yakni Pancasila pada kehidupan negara dan
neoimperialisme atau penjajahan bangsa Indonesia di era globlalisasi,
terselubung dalam perekonomian. mengharuskan kita untuk lebih mendalami
Dewasa ini yang sedang terjadi di dan mempraktikkan kembali nilai-nilai
tengah-tengah kita ialah adanya Pancasila secara mendalam pada berbagai
neoliberalisme atau disebut juga lini kehidupan, tak terkecuali dalam bidang
neokapitalisme dalam bidang ekonomi. Ciri perekonomian. Hal ini menarik untuk dikaji
utama dari neoliberalisme ini ialah adanya bersama yang berlandaskan pada dasar
pergerakan yang secara bebas tanpa batasan negara kita Pancasila yang memiliki asas
global dengan melalui pasar bebas dan kekeluargaan dan gotong royong, agar
29
Indonesian Journal of Islamic Economics and Finance; (E-ISSN: 2808-1102)
Vol. 2, No. 1 (2022), pp; 27-42
website; https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/jief
30
Indonesian Journal of Islamic Economics and Finance; (E-ISSN: 2808-1102)
Vol. 2, No. 1 (2022), pp; 27-42
website; https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/jief
31
Indonesian Journal of Islamic Economics and Finance; (E-ISSN: 2808-1102)
Vol. 2, No. 1 (2022), pp; 27-42
website; https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/jief
32
Indonesian Journal of Islamic Economics and Finance; (E-ISSN: 2808-1102)
Vol. 2, No. 1 (2022), pp; 27-42
website; https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/jief
mampu dijadikan sebagai pisau analisis sehingga membutuhkan sebuah solusi agar
untuk mengukur ketajaman kebijakan permasalahan dapat segera terselesaikan.
ekonomi yang akan diputuskan (Baswir, Solusi yang dapat diambil ialah dengan
2009). memberikan refleksi atau pencerahan pada
Namun dalam kenyataan para pembuat kebijakan tersebut, selain
dilapangan implementasi dari sistem pembuat kebijakan para penyelenggara
ekonomi Pancasila ini dalam berbagai negara dan para elit politik juga sangat
kebijakan publik yang menyangkaut perlu untuk diberikan pencerahan ini,
tentang kebijakan tentang perekonomian pencerahan dapat melalui semacam
masih mengalami berbagai kendala dan pelatihan dasar atau diklat, sehingga dapat
hambatan. Kendala yang muncul benar-benar dipahami dan nantinya
diantaranya ialah kendala yang berasal dari diimplementasikan dalam kehidupan
internal yakni dari si pembuat kebijakan itu sehari-hari.
sendiri, seringkali fenomena saat ini para Namun saat ini juga banyak kita
pembuat kebijakan yang seharusnya jumpai orang-orang yang mulai peduli
melakukan tugasnya untuk tujuan dengan implementasi nilai-nilai Pancasila.
mensejahterakan seluruh masyarakat justru Hal ini dapat kita lihat dari munculnya
disusupi oleh kepentingan-kepentingan berbagai lembaga untuk melestarikan
kelompok maupun individu, sehingga Pancasila seperti Badan Pembinaan
kebijakan yang diambil tidak murni Ideologi Pancasila (BPIP), badan ini
berdasarkan nilai-nilai Pancasila. merupakan sebuah angin segar yang
Kebijakan perekonomian yang dipenuhi kedepannya memiliki tugas dan peran besar
dengan unsur kepentingan suatu kelompok dalam mengontrol kebijakan-kebijakan
tertentu tersebut sudah pasti hanya yang akan diambil oleh para pembuat
menguntungkan segelintir orang saja dan kebijakan agar tetap berada dalam koridor
justru merugikan masyarakat luas. Selain nilai-nilai Pancasila. Munculnya berbagai
itu banyak pula para pembuat kebijakan lembaga yang bertujuan untuk melestarikan
yang saat ini sudah terkontaminasi dengan Pancasila dalam kehidupan ini tidak
paham-pahan kapitalisme liberal sehingga terlepas dari keadaan saat ini yangmana
sangat mempengaruhi kebijakan yang akan telah terjadi regradasi implementasi
diambil. Kendala-kendala tersebut Pancasila dalam kehidupan negara dan
akhirnya menghambat internalisasi bangsa. Salah satu yang terlihat nyata dari
Pancasila dalam kebijakan ekonomi menurunnya nilai-nilai Pancasila dalam
33
Indonesian Journal of Islamic Economics and Finance; (E-ISSN: 2808-1102)
Vol. 2, No. 1 (2022), pp; 27-42
website; https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/jief
masyarakat ialah sudah langkanya kegiatan kita. Jangan sampai dengan adanya pasar
gorong-royong yang merupakan ciri khas bebas ini dan kurangnya persiapan dari
bangsa Indonesia, yang kini justru negara kita akhirnya membuat kita tidak
meningkat ialah keinginan materialisme bisa bersaing dengan produk-produk asing.
yang akhirnya menjadikan masyarakat kita Kendala yang sering dihadapi oleh para
menjadi orang-orang yang individual pelaku usaha ialah terkait dengan modal,
kurang peduli dengan lingkungan sekitar jangkauan pasar yang masih terbatas,
dan hanya mementingkan kepentingan teknologi yang digunakan belum efisien
pribadi saja. Bergesernya kebiasaan hidup dan manajemen usaha yang belum efektif
masyarakat Indonesia yang menjadi serta belum efisien. melihat berbagai
individual ini tidak lain merupakan dampak kendala diatas maka akan memiliki dampak
dari gelombang globalisasi. resiko kegagalan yang cukup tinggi.
Atmosfter globalisasi dengan segala Tingginya angka resiko kegagalan
dampak positif dan negatifnya sangat terasa akhirnya mengakibatkan resiko investasi
dalam kehidupan bangsa Indonesia saat ini. juga besar. Tingginya resiko investasi dan
Globalisasi yang menganut paham pasar dengan rendahnya kepemilikan Collateral
bebas ini akan memiliki banyak dampak akhinya memnyebabkan lembanga
negatif bagi masyarakat Indonesia apabila keuangan kurang berminat untuk
para produsen lokal tidak memiliki daya memberikan bantuan pada UKM.
saing yang kuat dengan produsen global. Kekurangan pasokan bantuan keuangan ini
Adanya pasar bebas ini tentu akan akhirnya nmemberikan kesempatan kepada
mempengaruhi perkembangan para pelaku berbagai Lembaga kredit non bank seperti
usaha kecil dan menengah (UKM) karena koperasi simpan pinjam (KOSIPA),
jangkauan yang dimiliki dalam lingkup pengijon dan berbagai Lembaga swasta lain
yang kecil dan modal yang terbatas, untuk menjadi pilihan terakhir oleh para pelaku
itulah UKM sangat perlu perlindungan atau UKM walaupun dengan nilai bunga yang
proteksi dari pemerintah agar tetap mampu sangat tinggi jauh diatas nilai bunga pasar.
bersaing dalam menghadapi situasi pasar Intervensi pemerintah terkait keadaan ini
bebas saat ini. Perlindungan yang diberikan perlu diwujudkan secara nyata, bukan
ini bukan berarti kualitas dari produsen kita hanya sekedar memberikan bantuan uang
kurang bagus, tetapi memang harus terlihat tunai langsung kepada para pelaku usaha
bukti nyata upaya dari pemerintah untuk tersebut, karena dengan adanya bantuan
memberikan proteksi produk dalam negeri langsung secara terus menerus akan
34
Indonesian Journal of Islamic Economics and Finance; (E-ISSN: 2808-1102)
Vol. 2, No. 1 (2022), pp; 27-42
website; https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/jief
mengakibatkan pelaku usaha kecil tersebut landasan moral serta sifat-sifat sistem
akhirnya terbiasa bergantung kepada moral ekonomi Indonesia untuk
bantuan tunai dari pemerintah dan kurang digunakan sebagai pedoman kegiatan
mau berusaha sendiri terhadap perekonomian oleh seluruh perilaku
keberlangsungan hidup usahanya. Untuk ekonomi dalam berbagai tingkatan
itulah sangat diperlukan kebijakan ekonomi sistem perekonomian baik di tingkat
yang lebih berpihak kepada masyarakat makro maupun mikro. Tujuannya ialah
luas, masyarakat pelaku usaha kecil dan supaya tercipta kegiatan perekonomian
menengah. Untuk itulah sangat perlu yang jujur dan bermoral, selain
diimplementasikannya nilai-nilai Pancasila memikirkan keuntungan yang
terhadap kebijakan ekonomi. Penerapan didapatkan pribadi juga memikirkan
nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan bagaimana supaya terjadinya transaksi
ekonomi menurut Mubyarto dapat yang adil bagi diri sendiri maupun
dijabarkan dan dianalisis sesuai dengan pelaku ekonomi yang lain, sama-sama
kondisi nyata dilapangan saat ini sebagai diuntungkan tidak merugikan pihak
berikut: yang lain. Selain itu supaya terbangun
1) Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Roda perekonomian tanpa adanya
perekonomian berjalan berdasarkan oleh diskriminasi antara pemilik modal besar
rangsangan ekonomi dan moralitas. Sila dengan modal kecil dan menghindari
pertama Pancasila kiranya jelas diskriminasi dalam sisi yang lain juga
merupakan dasar dari landasan moral seperti dalam hal suku, ras, agama dan
dan perilaku manusia Indonesia dalam antar golongan yang lain. Untuk
menjalankan roda perekonomian, menciptakan gotong royong serta
meskipun terkadang dalam prakteknya bertaqwa Kepada Tuhan YME,
banyak pengusaha, pedagang, konsumen pemerintah Indonesia harus jadi pelopor
dan seluruh pelaku perekonomian yang kebijakan yang Pancasilais dan
lain lebih mengendepankan untung rugi menunjukan keberpihakkannya pada
pribadi, mencari keuntungan yang pelaku usaha kecil dengan cara
sebesar-besarnya tanpa menggunakan memberikan prioritas kebijakan
moralitas dalam kegiatan ekonominya. ekonomi kepada pelaku usaha kecil dan
Diharapkan kebijakan yang diambil oleh menengah. Saat ini pemerintah telah
pemerintah menyertakan sila ketuhanan beberapa kali membuat kebijakan terkait
Yang Maha Esa yaitu menggunakan pelaku perekonomian kecil dan
35
Indonesian Journal of Islamic Economics and Finance; (E-ISSN: 2808-1102)
Vol. 2, No. 1 (2022), pp; 27-42
website; https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/jief
menengah ini yang seringkali disebut solidaritas akan menebal dalam keadaan
dengan UMKM, kebijakan nyata lain susah dan prihatin, dan sebaliknya
yang telah diambil pemerintah dalam hal cenderung menipis dalam serba
ini dengan adanya kementerian khusus kemakmuran. Tetapi dalam hal ini pun
yang membidangi persoalan UMKM ini banyak perkecualian, karena adanya
yaitu Kementerian Koperasi dan Usaha kecenderungan kuat berkembangnya
Kecil dan Menengah Republik rasa sosial dan peningkatan kegiatan
Indonesia, merupakan kementerian kemanusiaan pada saat seseorang
dalam Pemerintah Indonesia yang mencapai sukses dalam bidang usaha.
membidangi urusan koperasi dan usaha Sifat-sifat kedermawanan ini memang
kecil dan menengah. selalu terlihat berkembang bila orang
2) Nilai Kemanusaiaan Yang Adil dan menjadi semakin kaya, lebih-lebih bagi
Beradab. Pada sila kedua ini makna yang mereka yang taat beragama, karena ini
dapat kita simpulkan ialah keinginan sesuai pula dengan ajaran-ajaran
untuk mewujudkan kemerataan sosial beragama. Dalam pelaksanaan program
(egalitarian) sesuai asas-asas kebijakan proteksi usaha kecil misalnya
kemanusiaan yang tentunya adil dan masyarakat pelaku usaha kecil harus
manusiawi atau beradab. Semangat menyampaikan aspirasinya kepada
untuk memanusiakan sesame manusia pemerintah, agar terjadi jaring aspirasi
tanpa memandang latar belakangnya sehingga perumusan kebijakan akan
dari sisi suku, ras, agama dan budaya sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
akan menjadi bibit terciptanya semangat para pelaku usaha kecil. Kemerataan
berbangsa dan bernegara yang penuh sosial dalam bidang ekonomi di
dengan rasa kekeluargaan, toleransi dan Indonesia terlihat dari adanya klaster
tenggang rasa, kemudian apabila telah industri pada UKM yang akhirnya
menjadi kebiasaan yang diterapkan membentuk Koperasi sebagai bagian
dalam kehidupan sehari-hari akan dari usaha bersama, ini relevan dengan
menjelma menjadi semangat solidaritas point koperasi sebagai soko guru
menunju kesejahteraan dan kemerataan perekonomian. Meskipun adanya
ekonomi di Indonesia. Demikian koperasi ini masih inisiatif dari para
merupakan sebuah manifestasi daripada pelaku usaha itu sendiri bukan dari
implementrasi sila kedua Pancasila. pemerintah, akhirnya pemerintah pun
Berdasarkan pengalaman, semangat
36
Indonesian Journal of Islamic Economics and Finance; (E-ISSN: 2808-1102)
Vol. 2, No. 1 (2022), pp; 27-42
website; https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/jief
37
Indonesian Journal of Islamic Economics and Finance; (E-ISSN: 2808-1102)
Vol. 2, No. 1 (2022), pp; 27-42
website; https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/jief
38
Indonesian Journal of Islamic Economics and Finance; (E-ISSN: 2808-1102)
Vol. 2, No. 1 (2022), pp; 27-42
website; https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/jief
39
Indonesian Journal of Islamic Economics and Finance; (E-ISSN: 2808-1102)
Vol. 2, No. 1 (2022), pp; 27-42
website; https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/jief
sumber daya yang ada, yang utama bukan karena nyatanya lebih condong pada
mencari keuntungan ataupun ekonomi liberal. Nyatanya kegagalan
memanfaatkan secara materialistik manusia pemerintahan masa orde baru bukan
lain dan sumber daya yang ada. Semua diakibatkan dari asas Pancasila yang
dibatasi pada moral dan etika, ekonomi digunakan, namun karena pelaksanaan dari
Pancasila lebih berwajah kemanusiaan. asas Pancasila telah diselewengkan oleh
Pemerintah orde baru yang selalu pemegang kekuasaan saat itu, sehingga
mengatakan melaksanakan Pancasila dan korupsi kolusi dan nepotisme merajalela
UUD NRI 1945 secara murni dan dan menghancurkan sendi-sendi kehidupan
konsekuen namun dalam praktiknya justru pemerintah dan masyarakat.
menerapkan sistem ekonomi yang Penggunaan Ekonomi Pancasila ini
cenderung liberal. Bung Hatta telah bukanlah sesuatu yang baru dan perlu
berulangkali mengkritik kebijakan mengubah total penggunaan sistem
ekonomi yang diambil oleh presiden ekonomi yang telah digunakan negara kita
Soeharto, menurut Bung Hatta dengan selama ini. Sebenarnya sistem ekonomi
persaingan pasar bebas yang liberal akan Pancasila ini telah hidup dalam keseharian
selalu dimenangkan oleh pihak yang kuat dan tradisi bangsa masyarakat Indonesia.
modalnya atau konglomerat. Hal ini Adapun alasan mengapa dalam praktiknya
terbukti setelah berlangsungnya Orde Baru ekonomi Pancasila ini masih susah
selama 32 tahun yang berakhir dengan berkembang ialah karena banyaknya
krisis moneter, perekonomian semakin kepentingan politik dari para pembuat
menjauh dari tujuan dan cita-cita negara kebijakan dan elit politik yang memiliki
dan meledak seperti bom waktu dengan kepentingan tersendiri bagi individu dan
diakhiri dengan lengsernya Orde Baru pada kelompok-kelompok tertentu serta telah
1998. terkontaminasinya mereka pada paham
Sejak kejadian Orde Baru ini ekonomi liberal yang hanya akan
akhirnya nama Ekonomi Pancasila menjadi menguntungkan segelintir orang. Krisis
tercemar di kalangan masyarakat karena moneter 1998 telah berlalu, namun masih
dianggap merupakan warisan dari Orde menyisakan paham-paham ekonomi liberal
Baru, padahal kedua hal tersebut jelas-jelas pada beberapa sisi pemerintahan. Meskipun
sesuatu yang sangat amat jauh berbeda. keberpihakan pemerintah pada
Penggunaan sistem ekonomi Pancasila konglomerat belum hilang tetapi gerakan
pada masa Orde Baru sangat tidak murni, ekonomi kerakyatan yang dipicu semangat
40
Indonesian Journal of Islamic Economics and Finance; (E-ISSN: 2808-1102)
Vol. 2, No. 1 (2022), pp; 27-42
website; https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/jief
41
Indonesian Journal of Islamic Economics and Finance; (E-ISSN: 2808-1102)
Vol. 2, No. 1 (2022), pp; 27-42
website; https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/jief
42