NIM: 22104050044 Prodi : Pendidikan Fisika Tugas UTS Pancasilla Resume
Menata Moral Ekonomi indonesia
Moral/nilai adalah hal yang penting dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam ekonomi, nilai-nilai tergantung pada sistem yang digunakan. Sistem ekonomi yang mengandalkan undang-undang dasar cenderung menghasilkan pendapatan yang lebih baik. Pancasila menekankan pada keadilan sosial, dan inilah nilai moral yang seharusnya menjadi tujuan dalam menjalankan ekonomi. Pemerataan juga merupakan moral mendasar dalam strategi ekonomi. Dalam orde baru,ketika orde lama ekonomi bangkrut karena kasus 66 dan kemudian presiden Suhaarto membangun ekonominya dengan konsep Groot “Teori trickel dan effect”, jadi pertumbuhan dulu baru distribusi. Distribusi mengalir dengan sendirinya dan tidak nyata/terjadi. 10 tahun terakhir indek distribusi meningkat bahkan sampai 0,4 jadi semakin tinggi semakin distribusimeter merata, meskipun secara makro misalnya mengalami peningkatan dilihat ukurannya kalau makruhnya pendapatan perkapita sudah 3.500 sampai sekarang. Sebelumnya pada tahun 2014 sekitar 3.600 . Kira-kira sudah dianggap negara yang tidak miskin dan negara menengah. Walaupun indonesia masih kalah dengan negara ASEAN yang lainnya, misalnya Malaysia. Tolak ukur internasional/perdagangan ekonomi dunia adalah pertunbuhan yang biasanya dilihat. Bukan hanya sekedar pertunubuhan, daya beli juga diukur dengan pemerataan. Menata moral ekonomi dapat dilakukan dengan menakar/cerminan paling mendasar adalah Pancasila, kemudian ditakar lagi ke pasal-pasal dalam UUD 45 yang belum diamandir yang asli khususnya pasal 33. Keterjagaan moral tidak semata-semata diukur dari besar/tinggi pertumbuhan ekonomi investasi asing masuk dan indeks harga saham gabungan. Besar kekuatan atau daya ekonomi yang dikategorikan terpinggirkan dalam versi Pak Dumair, mencatat tahun 98 diterpa krisis sektor ekonomi yang relatif kalis dari krisis itulah orang-orang seperti usaha-usaha kecil menengah. Kandungan impornya rendah dan tidak terpengaruh oleh kurs mata uang ke valuta asing. Oleh karena itu ini menjadi bukti bahwa mereka sebelumya penopang ketika krisis. Strategi secara politik menurut Pak Khamim Zarkasi adalah perlu ada tema tentang bagaimana rakyat mencari pemimpin bukan pemimpin menawarkan jadi pemimpin api bagaimana rakyat mencari pemimpin. Salah satu dari nilai moralitas ekonomi yang religius adalah ekonomi yang memberdayakan masyarakat yang tidak ada ketimpangan yang terlalu mencolok. Menawarkan adanya konsep pemberdayaan masyarakat yang seperti ini apakah bisa memikul dan seterusnya. Setelah itu membuat kontraknya bagaimana 5 tahun memimpin maka kesejahteraan itu indikatornya jelas peningkatannya dan pemerataan nya jelas bisa diukur. Dengan Profesional Pak Harto memiliki catatan terbaiknya.Beliau ini memperhatikan kalangan menengah kebawah dengan banyaknya program-program atau produk-produk yang memang didasar ke masyarakat, bahwa itu itensif termasuk saingan persen misalnya okto. Ketentuan bank-bank besar minimal harus sejumlah tertentu dari presentase kreditnya untuk sarayan kredit usaha kecil. Beliau juga menentukan batas maksimum brand kredit kepada pengusaha-pengusaha/kelompok usaha. Cikal bakal ilmu ekonomi adalah ilmu ekonomi politik. Pakar Politik selalu menyatakan bahwa kelompok-kelompok idealis selau kalah realistis. Kelompok realistik sekarang memang real memimpin. Oleh karena itu, masih ada waktyu eksperimentasi. Calon-calon idealis punya moralitas yang bagus harus dipupuk dan diangkat bersama. Eksperimentasi pernah terjadi dinegara dan hasilnya berhasil. Dalam UUD 1945 banyak ditemukan kata “Tuhan”, “Allah”, “Keimanan”, atau “Ketakwaan”. Dengan kata lain, sila pertama Pancasila yang berisikan nilai-nilai ketuhanan (religiositas) merupakan sumber etika dan spiritualitas yang bersifat fundamental dalam kehidupan bernegara. Berlandaskan pada nilai-nilai moralitas ketuhanan itu, terdapat suatu cita-cita untuk membawa etika dan misi profetik agama ke dalam kehidupan publik secara inklusif. Agama- agama dapat memberikan kontribusi besar bagi usaha untuk mewujudkan kebangkitan bangsa dan kemaslahatan bersama. Beberapa studi mutakhir telah menunjukkan peran penting nilai- nilai keagamaan dalam memengaruhi demokrasi. Bahwa ekonomi Indonesia lebih menonjol sebagai ekonomi moral, dan bukanekonomi yang terlalu rasional, pernah kami bahas dalam kaitan upaya menerangkanfenomena menurunnya efisiensi ekonomi Indonesia, khususnya pada periodeekonomi bonansa minyak 1973-1980. Pada periode ini efisiensi ekonomi nasionaldan produktivitas amat menurun terutama karena menurunnya efisiensi sektorindustri yang turun dari 2,12 pada tahun 1975 menjadi 0,49 pada tahun 1980. 4) Danpenurunan efisiensi sektor industri ini sangat jelas bersumber pada proteksi yangberlebihan (misalnya untuk industri tekstil 192 % dan industri kendaraan bermotor718 % pada tahun 1980). Sumber kedua dari inefisiensi adalah bentuk pasar yang monopolistik. Efisiensi industri yang rendah sebagai akibat proteksi danberkembangnya praktek-praktek monopoli kemudian menjadi "beban ekonomi" yangberat pada waktu kitaharus mulai mengalihkan pasar barang- barang manufaktur daripasar domestik ke pasar ekspor, yaitu sesudah penerimaan devisa kita jatuh akibatmerosotnya harga minyak bumi di pasar dunia. Toleransi bangsa Indonesia terhadap sistem dan cara kerja yang tidak efisien,nampaknya sudah merupakan bagian dari sistem nilai bangsa yang sudah berjalanlama. Ini berarti sama dengan toleransi atas berkembangnya "sistem" ekonomi biayatinggi, yang antara lain juga merupakan akibat tidak langsung dari paraktek-praktekkorupsi di berbagai sektor ekonomi kita. Toleransi kita terhadap inefisiensibarangkali didasarkan pada pengalaman bahwa memang bangsa Indonesia mampubeitahan bertahun-tahun, meskipun ekonomi berjalan tidak efisien. Tetapi sebaliknyadirasakan pula bahwa gejolak-gejolak masyarakat mudah muncul ke permukaan jikamasyarakat mulai merasakan ancaman- ancaman terhadap keadilan. Maka barangkalibisa disimpulkan bahwa dalam ekonomi Pancasila yang sangat menjunjung tinggiasas keadilan sosial bagi seluruh rakyat, rupanya apabila harus memilih antara keadilan sosial dan efisiensi kita akan cenderung mengorbankan efisiensi. Efisiensi sebagai lawan keadilan rupanya analog dengan dilema (atautrade off) antarapertumbuhan danpemerataan. Masyarakat Indonesia cukup cepat bereaksimenginginkan pemerataan pada waktu Pelita I sangat berhasil meningkatkanpertumbuhan ekonomi, yang kemudian diikuti meningkatnya ketimpangan ekonomi yang mencolok.
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro