Anda di halaman 1dari 11

3.1.

Perkembangan Ekonomi di Indonesia

Ekonomi indonesia saat ini optimis pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Dengan
pertumbuhan dan pendapatan nasional yang semakin meningkat kita dapat melihat perkembangan dan
kemajuan kita pada negara lain. Dengan pendapatan nasional per tahun indonesia mampu memberikan
kemajuan. Ekonomi makro yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi saat ini, salah satu
pertumbuhan ekonomi itu dapat dilihat dengan permintaan domestik masih akan menjadi penopang
utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor serta investasi juga mempengaruhi.

Di lihat dari sedikit perekonomian makro dibidang perbankan ini dapat kita rasakan pertumbuhan
ekonomi itu meningkat. Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan
I-2011 masih akan tumbuh tinggi, yakni di kisaran 6,4 persen. Sehingga, sepanjang tahun ini,
perekonomian Indonesia diproyeksikan tumbuh di kisaran 6-6,5 persen.

Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengungkapkan hal itu dalam rapat kerja dengan Komisi XI
(membidangi keuangan dan perbankan) DPR, Senin (14/2). “Prospek perekonomian ke depan akan terus
membaik dan diperkirakan akan lebih tinggi,” kata Darmin. Dia mengatakan, permintaan domestik masih
akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor, serta investasi, juga
akan tumbuh pesat. Ia menambahkan, Indonesia sudah melalui tantangan yang di 2010. Dengan
pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di tahun lalu, yakni 6,1 persen, akan mempermudah mencapai
target pertumbuhan di 2013. Meski demikian, inflasi tinggi masih akan menjadi tantangan serius di
tahun ini.

Masalah-masalah dalam Pengembangan Ekonomi di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang kaya. Namun, harus diakui bahwa masih banyak sumber daya milik
Indonesia yang belum dimanfaatkan secara maksimal atau bahkan malah justru pihak asing yang
berhasil mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia. Hal tersebut merupakan salah satu masalah ekonomi
Indonesia. Berikut ini adalah beberapa masalah ekonomi Indonesia yang lain:

1. Pengangguran

Ini merupakan masalah klasik yang belum juga terselesaikan secara tuntas. Dari tahun ke tahun jumlah
pengangguran di Indoensia semakin bertambah. Upaya pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja
belum bisa menyelesaikan masalah ini.
2. Ekonomi Biaya Tinggi

Ini juga merupakan masalah klasik di dunia industri. Ada banyak hal yang menyebabkan biaya produksi
menjadi tinggi. Diantaranya adalah pungutan liar / pungli yang tidak hanya dilakukan secara sembunyi-
sembunyi namun tidak jarang dilakukan secara terbuka.

3. Regulasi Ekonomi

Beberapa kali pemerintah mengeluarkan keputusan mengenai regulasi ekonomi yang dianggap tidak
tepat bagi kondisi perekonomian Indonesia. Contohnya adalah keputusan pemerintah untuk masuk
dalam anggota CAFTA yang sekarang ini mengakibatkan membanjirnya produk China di Indonesia
sehingga membuat produk lokal kepayahan di pasar sendiri.

4. Kelangkaan Bahan Pokok

Operasi pasar yang sering dilakukan pemerintah disaat harga bahan pokok mulai beranjak naik bisa
dipastikan tidak membantu menyelesaikan masalah ini. Kelangkaan bahan pokok memang merupakan
masalah yang sangat sering terjadi di wilayah luar jawa karena alasan teknis seperti transportasi. Namun
menjelang puasa, lebaran, dan natal bisa dipastikan wilayah jawa juga mengalami masalah yang sama.

5. Tingginya Suku Bunga Perbankan

Suku bunga merupakan salah satu indikator sehat / tidaknya kondisi perekonomian Indonesia. Suku
bunga yang terlalu tinggi ataupun yang terlalu rendah akan sangat mempengaruhi perekonomian.

6. Tingginya Nilai Inflasi

Nilai inflasi akan sangat berpengaruh bagi kondisi perekonomian suatu negara, termasuk Indonesia. Di
Indonesia sendiri nilai inflasi tergolong tinggi sehingga banyak masalah ekonomi susulan yang terjadi
karena inflasi ini. Selain itu, inflasi di Indonesia sangat 'sensitif' mudah sekali naik. Misalnya walaupun
hanya dipengaruhi oleh tingginya harga cabai rawit beberapa waktu yang lalu

A. Landasan Ideologi Sistem Ekonomi Indonesia


Pancasila sebagai ideologi nasional membawa keharusan untuk dijadikan dasar atau pedoman dalam
kehidupan berbangsa, dan bernegara. Secara normatif landasan idiil sistem ekonomi Indonesia adalah
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Maka sistem ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi yang berorientasi kepada:

Ketuhanan YME, yaitu berlakunya etika dan moral agama, bukan materialism.

Kemanusiaan yang adil dan beradab, yaitu tidak mengenal pemerasan atau eksploitasi,

Persatuan Indonesia, yaitu berlakunya kebersamaan, asas kekeluargaan, sosionalisme, dan sosio-
demokrasi dalam ekonomi,

Kerakyatan, yakni mengutamakan kehidupan ekonomi rakyat dan hajat hidup orang banyak,

Keadilan sosial, yakni asas persamaan atau emansipasi.

Ekonomi Pancasila sebagai Sistem Ekonomi yang berplatform (Prof. Mubyarto: 1981):

Moral agama

Moral kemerataan sosial

Moral nasionalisme ekonomi

Moral kerakyatan

Moral keadilan sosial

Masih relevankah platform Pancasila dengan kondisi sosial-ekonomi saat ini? Relevansi tersebut dapat
dideteksi melalui 3 (tiga) konteks, yaitu:

Cita-cita ideal pendiri bangsa

Praktek ekonomi rakyat

Praktek ekonomi aktual (berwatak liberal, individualistis dan kapitalistik)

Platform Pertama: Moral Agama

Artinya pembangunan ekonomi harus beriringan dengan pembangunan moral atau karakter bangsa dan
ditujukan untuk menjamin keadilan antar sesama makhluk ciptaan Allah SWT, bukan hanya sekedar
pembangunan materil.

Platform Kedua: Kemerataan Sosial


Yaitu kehendak kuat warga masyarakat untuk mewujudkan kemerataan sosial, tidak membiarkan
ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial terjadi dimana-mana.

Platform Ketiga: Nasionalisme ekonomi

Bahwa dalam era globalisasi makin jelas adanya urgensi terwujudnya perekonomian nasional yang
tangguh, kuat dan mandiri. Sesuai dengan konsep founding fathers (Soekarno dan Hatta) politik-
ekonomi berdikari, yang bersendikan usaha mandiri (self-help), percaya diri (self-reliance) dan pilihan
politik luar negeri yang bebas aktif.

Platform Keempat: Demokrasi ekonomi berdasar kerakyatan dan kekeluargaan

Bahwa seharusnya koperasi dan usaha-usaha kooperatif menjiwai perilaku ekonomi perorangan dan
masyarakat. Sementara kenyataan di lapangan, upaya penegakan demokrasi ekonomi dihadapkan
dengan upaya-upaya untuk memperjuangkan pasar bebas, yang menjadi senjata penganut liberalism
dan kapitalisme. Contoh: privatisasi BUMN dan Liberalisasi impor.

Platform Kelima: Keadilan Sosial

Keseimbangan yang harmonis, efesien dan adil antara perencanaan nasional dengan desentralisasi
ekonomi dan otonomi yang luas, bebas dan bertanggung jawab menuju perwujudan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

Sesuai dengan platform yang kelima dari sistem ekonomi Pancasila: Keadilan Sosial, maka moral
pembangunan berdasarkan platform kelima ini haruslah menyangkut hal berikut ini:

Peningkatan partisipasi dan emansipasi rakyat laki-laki dan perempuan serta otonomi daerah

Penyegaran nasionalisme ekonomi melawan ketidakadilan

Pendekatan pembangunan berkelanjutan

Pencegahan kecenderungan disintegrasi nasional

Pengkajian ulang pendidikan dan pengajaran ilmu-ilmu sosial di universitas

Penghormatan HAM dan masyarakat.

Untuk mensukseskan paradigma pembangunan diatas, dapat dilakukan beberapa strategi kebijakan
sebagai berikut:

Ketetapan hati, yaitu menciptakan pembangunan dengan ketetapan hati bahwa pembangunan ini
dilakukan dari rakyat untuk rakyat sehingga hasilnya harus dapat dirasakan oleh semua golongan
masyarakat tanpa terkecuali.
Penghentian Kemiskinan, yaitu kesadaran bahwa kemiskinan merupakan hal yang paling penting sebagai
masalah sosial ekonomi yang harus diselesaikan. Kemiskinan dapat menciptakan berbagai masalah baru
dalam masyarakat jika tidak diselesaikan dengan baik, seperti pengangguran dan kriminalitas. Sehingga
perlu diciptakan strategi yang tepat dalam pembangunan untuk menghapus kemiskinan.

Menghapus Pengangguran. pengangguran terkadang juga muncul sebagai akibat tidak teratasinya
masalah kemiskinan dengan baik. Sehingga jumlah orang yang tidak memiliki pekerjaan atau
penggangguran terus bertambah banyak. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah menciptakan
kegiatan-kegiatan ekonomi yang padat karya sehingga mampu menyerab tenaga kerja. Selain itu,
meningkatkan pendidikan masyarakat juga dapat memperkecil tingkat pengangguran karena sumber
daya manusia Indonesia memiliki pendidikan yang lebih baik sekaligus meningkatkan keterampilan.

Revitalisasi Perbankan. Masalah yang paling berat dihadapi Indonesia disaat krisi moneter tahun 1998
yang lalu adalah masalah buruknya kinerja perbankan di Indonesia. Tidak sedikit jumlah Bank di
Indonesia yang pailit dan merugikan Negara dengan meninggalkan setumpuk hutang yang tentu saja
nilainya tidak sedikit. Buruknya kinerja perbankan di Indonesia, selain akibat tidak tersedianya sistem
yang mampu mengawasi kedisiplinan para pelaku perbankan, juga diperparah dengan budaya korupsi,
kolusi dan Neporisme (KKN) yang sudah sangat sistemik.

Kebijakan pertanian yang memihak petani. Globalisasi menjadi salah satu tantangan terbesar yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini. Globalisasi merupakan proses yang tidak mungkin dapat
dihindari, tetapi wajib untuk dihadapi. Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat rentan terhadap
gelombang globalisasi. Sehingga sudah menjadi keharusan pemerintah mempersiapkan perangkat
kebijakan yang berpihak pada petani, tidak justru kebalikannya berpihak kepada para pemilik modal
yang hanya mengejar keuntungan bagi kelompoknya saja.

Hubungan keuangan pusat dan daerah. Otonomi daerah diharapkan menjadi solusi untuk membuat
pembangunan Negara Indonesia menjadi lebih merata. Sehingga prinsip keadilan sosial semakin
terlaksana. Dengan otonomi daerah, hubungan keuangan pusat dan daerah juga menjadi lebih
proporsional.

Pengelolaan perdagangan bebas. Perdagangan bebas, sebagai salah satu bentuk globalisasi ekonomi
semakin di depan mata. Yang harus dilakukan adalah mempersiapkan Sumber daya Manusia (SDM) agar
lebih mampu bersaing dengan SDM luar negeri. Peningkatan mutu produk lokal juga harus dilakukan
untuk menangkal maraknya produk luar. Serta kebijakan-kebijakan yang mampu meminimalisir
kelemahan dari sistem ekonomi kita.

B.REFORMAS I SISTEM EKONOMI


Pada tanggal 10 Maret 1998 ketika MPRRI menyetujui TAP tentang GBHN 1998-2003, Sistem Ekonomi
Pancasila disepakati sebagai sistem ekonomi yang sepatutnya diterapkan di Indonesia. Kata sistem
ekonomi Pancasila disebut 9 kali dalam GBHN setebal 147 halaman tersebut. Sistem Ekonomi Pancasila
ala Orde Baru ini didefinisikan sebagai sistem ekonomi dengan 7 butir
“paradigma baru” sebagai berikut:

(1) Terciptanya ketahanan nasional yang

kukuh dan tangguh;

(2) Mengandung sikap dan tekad kemandirian

dalam diri manusia; keluarga, dan

masyarakat Indonesia;

(3) Perekonomian nasional dikembangkan ke

arah perekonomian yang berkeadilan dan

berdaya saing tinggi;

(4) Demokrasi ekonomi diwujudkan untuk

memperkukuh struktur usaha nasional;

(5) Koperasi adalah sakaguru perekonomian

nasional, sebagai gerakan dan wadah

ekonomi rakyat; koperasi sebagai badan

usaha ditujukan pada penguatan dan

perkuatan basis usaha;


(6) Kemitraan usaha yang dijiwai semangat

kebersamaan dan kekeluargaan yang

saling menguntungkan untuk ditumbuhkembangkan;

(7) Usaha nasional dikembangkan sebagai

usaha bersama berdasar asas kekeluargaan dalam pasar terkelola, dan dikendalikan oleh keimanan dan
ketaqwaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta

nasionalisme yang tinggi.

Yang menarik darik ke-7 “paradigma baru”

dalam GBHN tersebut adalah tidak disebut dan

dikenalinya masalah ketimpangan ekonomi

sebagai akibat konglomerasi, meskipun dalam

GBHN 1993 sudah ada konstatasi tentang itu

dalam bentuk kekhawatiran akan munculnya

“keangkuhan” (dari yang kuat, konglomerat)

dan “kecemburuan” (dari yang lemah dan


miskin) sosial. Pernyataan tentang bahaya

konglomerasi dan konglomerat sebenarnya

juga sudah secara tegas diberikan oleh laporan

Bank Dunia perwakilan Jakarta tahun 1993.

A source of increasing concern in recent

years has been the relatively high

concenration of ownership ang market

power in the modern business sector in the

hands of large business groups, or

conglomerates..... The dominance of

conglomerates raises issues of both equity

(equal access to market opportunities) and

efficiency (removal of barriers to

competition).2

Mengapa konglomerasi yang telah

merupakan sumber kekisruhan sosial-ekonomi


yang serius, dihindari penyebutannya dalam

GBHN? Sebabnya adalah karena para

konglomerat termasuk putra-putri para

pemimpin nasional, telah menguasai panggung

politik nasional. Maka para konglomerat ini

dengan segala cara berusaha membela posisi

tawarnya ketika berhadapan dengan

kepentingan kelompok ekonomi lemah yang

disebut

ekonomi rakyat.

Dalam isu

konglomerat vs ekonomi rakyat ini para

konglomerat dibela oleh kelompok teknokrat

yang tidak ingin negara kehilangan sumber

”pertumbuhan ekonomi nasional” andalan.

Memang ada slogan peningkatan kemitraan


dan upaya-upaya membuat perekonomian lebih

adil melalui pengembangan demokrasi

ekonomi, dan usaha koperasi dinyatakan

sebagai sakaguru perekonomian nasional.

Tetapi selama politik ekonomi tidak memihak

ekonomi rakyat yang menjadi terjepit, bahkan

politik ekonomi itu terang-terangan berpihak

pada konglomerat, hasilnya adalah makin

melebarnya jurang kaya-miskin, dan ekonomi

rakyat makin terpinggirkan.

1. Pemerintah (BUMN)

Pemerintah Selain sebagai pelaku ekonomi, juga berperan sebagai pengatur kegiatan ekonomi.

a. Pemerintah sebagai Pelaku Kegiatan Ekonomi

Peran pemerintah sebagai pelaku kegiatan ekonomi berarti pemerintah melakukan kegiatan
konsumsi, produksi, dan distribusi.

2. Swasta (BUMS)

BUMS adalah salah satu kekuatan ekonomi di Indonesia. BUMS merupakan badan usaha yang didirikan
dan dimiliki oleh pihak swasta. Tujuan BUMS adalah untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. BUMS
didirikan dalam rangka ikut mengelola sumber daya alam Indonesia, namun dalam pelaksanaannya tidak
boleh bertentangan dengan peraturan pemerintah dan UUD 1945.

3. Koperasi

a. Sejarah Koperasi
Koperasi pertama di Indonesia dimulai pada penghujung abad ke-19, tepatnya tahun 1895. Pelopor
koperasi pertama di Indonesia adalah R. Aria Wiriaatmaja, yaitu seorang patih di Purwokerto. Ia
mendirikan sebuah bank yang bertujuan menolong para pegawai agar tidak terjerat oleh lintah darat.
Usaha yang didirikannya diberi nama Bank Penolong dan Tabungan (Hulp en Spaarbank). Perkembangan
koperasi yang didirikan oleh R. Aria Wiriaatmaja semakin baik. Akibatnya setiap gerak-gerik koperasi
tersebut diawasi dan mendapat banyak rintangan dari Belanda. Upaya yang ditempuh pemerintah
kolonial Belanda yaitu dengan mendirikan Algemene Volkscrediet Bank, rumah gadai, bank desa, serta
lumbung desa.

4.2 Peranan Aparatur Perekonomian Indonesia

Para pelaku ekonomi Indonesia atau aparatur perekonomian Negara mempunyai peran masing-masing
sesuai dengan tujuan dan ruang lingkup kegiatan usahanya yaitu:

Perusahaan BUMN dalam perekonomian negara

Memberikan sumbangan perkembangan ekonomi negara dan penerimaan negara

Mengadakan pemupukan keuntungan dan pendapatan

Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa barang dan jasa bagi pemenuhan hajat hidup orang
banyak

Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang bersifat melengkapi kegiatan swasta dan koperasi

Membimbing sektor swasta khususnya pengusaha golongan ekonomi lemah dan sektor koperasi

Melaksanakan dan menunjang pelaksanaan program dan kebijakan pemerintah dibidang ekonomi dan
pembangunan

Peranan sektor swasta dalam perekonomian

Sektor swasta ikut berperan dalam perekonomian Indonesia, terutama sejak digulirkannya kebijakan
deregulasi dan debirokratisasi untuk memelihara kesinambungan dan menigkatkan momentum
pembangunan

Peranan koperasi dalam perekonomian

Dalam TAP MPR dinyatakan bahwa koperasi harus digunakan sebagai salah satu wadah utama untuk
membina kemampuan usaha golongan ekonomi lemah Koperasi saat ini memang tertinggal dari pelaku
ekonomi lainnya yang disebabkan oleh faktor internal seperti profesionalitas pengelolaan kelembagaan
kualitas sumber daya manusia dan permodalan sedangkan faktor eksternal meliputi iklim politik
ekonomi nasional yang kurang kondusif bagi perkembangan usaha menengah dan kecil termasuk
koperasi.

Anda mungkin juga menyukai