Anda di halaman 1dari 7

Tugas Mandiri Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
MKDU4111

Dosen : Nurul Ratnawati, M.Pd

Disusun oleh :
TABITHA TIARA VIRHA
(043015427)

PROGRAM STUDI S1 MANAGEMEN


UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH ( UPBJJ)
BANJARMASIN
TAHUN 2021
1. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN OTONOMI DAERAH DI
INDONESIA
Gagasan otonomi daerah relatif baru di Indonesia. Seiring dengan reformasi tahun
1998, pemerintahan yang terpusat dipandang penuh dengan celah dan seruan publik untuk
pemerintahan baru muncul. Memang, pemerintah pusat tidak dapat mencapai pemerataan
pembangunan di wilayah pinggiran Indonesia. Akibatnya, terjadi kesenjangan yang semakin
besar antara satu pulau dengan pulau lainnya. Jika hal ini dibiarkan, akan berdampak pada
munculnya gerakan separatis yang penyebab utamanya adalah masalah ketimpangan
pembangunan. Menanggapi tuntutan tersebut dan menunjukkan semangat reformasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah akhirnya mengesahkan Undang-Undang Nomor
22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Ketentuan ini melahirkan gagasan otonomi
daerah.
Tentu saja sebagai sebuah kebijakan terdapat permasalahan dalam implementasinya.
Namun, di samping berbagai persoalan tersebut, otonomi daerah dapat dilihat sebagai
langkah maju yang besar bagi negara dan negara dalam mengejar kebahagiaan rakyat. Selama
pemerintahan daerah sendiri ada, tidak akan berfungsi dan tujuannya hanya akan tercapai jika
mengandalkan niat baik pemerintah daerah untuk melaksanakan kebijakan tersebut
semaksimal mungkin. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah sendiri,
kita perlu mendukung aspek-aspek pemerintahan lainnya: good and clean governance alias
tata pemerintahan yang baik dan bersih.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi lingkungan dan karakteristik kapasitas
aparatur pemerintah berpengaruh besar terhadap pelaksanaan pemerintahan sendiri di daerah.
Pada pemeriksaan lebih dekat, kedua faktor ini terkait secara kausal. Dalam wacana politik,
pengkondisian lingkungan merupakan gambaran konstelasi politik yang dihasilkan dari
teknik dan kemauan politik pemerintah pusat untuk menciptakan pemerintahan daerah yang
mandiri yang diatur oleh peraturan perundang-undangan. , dan mengikat pemerintah pada
kewenangan tersebut.
Tinjauan konstelasi politik Memang agak sulit untuk diamati, karena dalam penelitian
ini pun menggunakan metrik dengan mengukur pengaruh hubungan antara pusat dan daerah,
memungkinkan daerah untuk ditentukan, independen dari individu ( menurut orang), tidak
diketahui secara pasti. Hal ini juga menunjukkan bahwa kondisi lingkungan juga dipengaruhi
oleh faktor dominan lainnya, yaitu kapasitas pemerintah. Masuk akal, hubungan antara kedua
faktor tersebut merupakan hal yang dapat saling mempengaruhi.
Oleh karena itu, terdapat kerangka hukum pemerintah daerah yang menjamin hak
daerah atas semua kemandirian kegiatan pemerintah pusat, pembangunan secara menyeluruh
dan jenis pembangunan lainnya di daerah, peningkatan pelayanan masyarakat, ketersediaan
sumber keuangan lain di daerah dan kebebasan belanja, jenis, wilayah dan intensitas
intervensi pemerintah pusat berupa pengawasan operasional pemerintah daerah, dapat
dijadikan indikator.
Secara umum, faktor-faktor yang akan menentukan dan mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, antara lain yaitu (Kaho, 2002: 60):
(i) faktor manusia sebagai subjek penggerak (faktor dinamis) dalam penyelenggaraan
otonomi daerah;
(ii) faktor keuangan yang merupakan tulang punggung bagi terselenggaranya aktivitas
pemerintahan daerah;
(iii) faktor peralatan yang merupakan sarana pendukung bagi terselenggaranya
aktivitas pemerintahan daerah;
(iv) faktor organisasi dan manajemen yang merupakan sarana untuk melakukan
penyelenggaraan pemerintahan daerah secara baik, efisien, dan efektif.
Dari paparan di atas jelaslah bahwa faktor kemampuan untuk mengelola keuangan daerah
merupakan faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah.
Dengan kata lain, salah satu ciri dari daerah otonom terletak pada kemampuan self
supporting-nya dalam bidang keuangan, termasuk di dalamnya adalah kemampuan daerah
dalam menggali sumber-sumber keuangan dengan baik dan menggunakannya secara tepat
dan benar. Daerah harus mempunyai sumber-sumber keuangan yang memadai untuk
membiayai penyelenggaran otonominya.

2. FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI INDONESIA

A. Tidak Semua Daerah Otonom Di Indonesia Memiliki Sumber Daya Manusia Yang Tinggi,
Sehingga Masih Memerlukan Bantuan Dari Pusat Atau Daerah Lain.
Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini
kurang didukung oleh produktipitas tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan
pembangunan yang selama 32 tahun yang dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata
7 % selama orde baru hanya berasal dari pemamfaatan sumber dalam intensif ( hutan dan
hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman luar negeri dan pinjaman langsung.
Kualitas SDM bangsa Indonesia,dalam kategori rendah dan rendahnya kualitas SDM
disebabkan oleh rendahnya kualitas pendidikan.
Kualitas Pendidikan yang belum merata di berbagai wilayah di Indonesia juga
mempengaruhi kualitas SDM di wilayah tersebut. Hal tersebut menyebabkan beberapa daerah
masih memerlukan bantuan SDM dari wilayah lain yang memiliki kualitas SDM yang
dianggap lebih siap.
Angkatan kerja Indonesia masih didominasi tingkat pendidikan SMP kebawah. Dimana
angkatan kerja dengan lulusan perguruan tinggi hanya sebanyak 10 %,kemudian tingkat
luluisan SMA sebanyak 25 % sisanya sebanyak 65 % lulusan SMP kebawah. Jadi sekalipun
mempunyai bonus demographi tetapi proporsi terbesar dari penduduk usia produktif tadi
hanya SMP kurang significant untuk mendorong kualitas SDM itu sendiri sehingga bonus
demographi itu tidak mempunyai dampak yang berarti dalam peningkatan kualitas SDM
Indonesia. Kualitas penduduk atau mutu sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap
tingkat kemajuan sebuah negara, Cepat atau lambatnya suatu negara dalam meningkatkan
kemajuan ekonominya sangat tergantung pada keberhasilan negara itu memberikan
pendidikan pada penduduknya.

B. Tidak Semua Daerah Otonom Di Indonesia Memiliki Sumber Daya Alam Yang Memadai,
Sehingga Sulit Untuk Menggali Dana Dari Potensi Alam.
Banyak daerah di Indonesia yang tidak memiliki hasil tambang dan hutan. Beberapa
daerah hanya mengandalkan pendapatan kebun yang sangat tergantung dengan kondisi alam
serta sumber daya laut. Sumber daya laut sebenarnya cukup potensial namun belum mampu
menopang pendapatan daerah sepenuhnya.
Kondisi itu menyebabkan ketimpangan dalam pembangunan antar wilayah, antara
pedesaan, dan perkotaan, antara Pulau Jawa dan luar Jawa, serta antara Kawasan Barat dan
Kawasan Timur Indonesia. Asep Karsidi, Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG),
mengatakan salah satu hal penting yang mendesak untuk dilakukan pemerintah, adalah
menjamin ketersediaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang seimbang, dengan prinsip
pembangunan berkelanjutan di seluruh sektor dan wilayah. Kondisi itu dapat berjalan
optimal, jika didukung oleh informasi yang andal, berlanjutan, dan mudah di akses baik
informasi spasial maupun informasi nonspasial.
C. Sebagian Besar Daerah Otonom Masih Membiasakan Diri Tergantung Kepada Pusat
Terutama Masalah Dana Atau Keuangan, Sehingga Sulit Untuk Mandiri.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Anton J
Supit mengatakan selama ini Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
ditopang oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya sekitar 15%.
Hal ini menurutnya menujukkan kegagalan dalam berotonomi daerah selama 20 tahun.
Daerah selama ini masih memiliki ketergantungan fiskal pada pemerintah pusat.
Dalam diskusi Pro Kontra UU Cipta Kerja, Polemik Trijaya, Anton J Supit mengatakan
indikasi kemandirian ekonomi dari setiap daerah kriterianya adalah APBD ditopang 20% dari
PAD Kab. Kota. Namun pada kenyataannya presentase tersebut tidak sampai 15%. Artinya
daerah otonom masih bergantung pada pemerintah pusat.
Hal lain yang menghambat otonomi daerah adalah masih adanya daya Tarik menarik
perihal kewenangan antar pemerintah ousat dan daerah. Serta kebiasan pemerintahan daerah
yang mengandalkan pemerintah pusat menyebabkan daerah otonom sulit untuk mandiri.
3. SOLUSI NYATA KITA SEBAGAI MASYARAKAT UNTUK MENANGGULANGI
HAMBATAN PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu isu strategis untuk mewujudkan jasa
lingkungan yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan. Partisipasi masyarakat adalah salah
satu syarat yang diperlukan untuk pemerintahan yang sukses. Dengan keterlibatan
masyarakat yang lebih besar, kebijakan pembangunan daerah yang berbeda akan mampu
mewakili kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Partisipasi masyarakat juga penting
agar mereka dapat berpartisipasi dalam memantau pelaksanaan pemerintah daerah.
Dalam konteks pemerintahan daerah, penyelenggaraan pemerintahan daerah sendiri
sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan akuntabilitas masyarakat dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Namun, tujuan ini bertentangan dengan praktik pemerintahan
sendiri di daerah saat ini, di mana ruang partisipasi masyarakat belum difasilitasi secara
memadai.
Partisipasi masyarakat yang sangat rendah dalam mengawal jalannya perbaikan
pelayanan lingkungan disebabkan oleh beberapa faktor.
a. penyusunan standar pelayanan tidak memperhatikan kebutuhan masyarakat.
b. tidak ada sarana maupun mekanisme penyampaian aduan dari masyarakat
c. tidak adanya tindak lanjut penyelesaian pengaduan yang disampaikan oleh
masyarakat.
d. ketakutan "salah alamat" dalam melapor jika ada penyimpangan dalam pelayanan
lingkungan
Dalam konteks pemerintahan daerah, penyelenggaraan pemerintahan daerah sendiri
sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan akuntabilitas masyarakat dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Namun, tujuan ini bertentangan dengan praktik pemerintahan
sendiri di daerah saat ini, di mana ruang partisipasi masyarakat belum difasilitasi secara
memadai.
Selain itu, masyarakat juga sering mengeluhkan layanan yang dilakukan oleh ASN
kepada Inspektorat. Namun, sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah, peran Inspektorat
tidak berfungsi dengan baik. Masyarakat terkesan tidak percaya dengan penyelesaian yang
dilakukan oleh Inspektorat, sehingga masyarakat lebih memilih menyampaikan pengaduan ke
pihak eksternal, yakni ORI. Hal ini terbukti dari banyaknya pengaduan yang disampaikan
masyarakat kepada ORI, dibanding Inspektorat. Kedudukan sejajar antara yang diawasi dan
yang mengawasi, bisa jadi salah satu pertimbangan masyarakat tidak melaporkan keluhan
pelayanan lingkungan yang dilakukan oleh ASN kepada Inspektorat. Oleh karena itu, perlu
penguatan peran Inspektorat dengan melakukan perubahan struktur kelembagaan Inspektorat,
semisal Inspektorat kabupaten/kota berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur.
Walaupun pengaduan yang disampaikan masyarakat lebih banyak masuk ke ORI
dibanding ke Penyelenggara atau DPR/DPRD. Namun demikian, tidak sedikit juga masyarakat
yang masih asing terhadap ORI. Oleh karena itu, ini menjadi tantangan tersendiri bagi ORI,
bagaimana ke depannya agar ORI semakin dikenal oleh masyarakat.

Oleh karena itu, menumbuhkan partisipasi masyarakat untuk terlibat aktif dalam
penyelenggaran pelayanan lingkungan dapat ditempuh melalui pembenahan diberbagai
sektor.
a. membenahi pengelolaan pengaduan di ULP sebagai penyelenggara pelayanan
lingkungan
b. mewujudkan Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional (SP4N)
yang terintegrasi, dengan cara mendorong agar semua penyelenggara pelayanan
lingkungan, baik di daerah maupun instansi vertikal, BUMN/BUMD, BHMN agar
mengintegrasikan pengelolaan pengaduannya ke dalam sistem pengaduan nasional.
c. mendorong agar pengaduan yang masuk ke ORI semakin meningkat setiap tahun.
ORI harus melakukan terobosan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi
gawai seperti membuat aplikasi pengaduan berbasis android dan sejenisnya.

4. PERAN MAHASISWA DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PRAKTEK GOOD


GOVERNANCE
Secara teoritis good governance mengandung makna bahwa pengelolaan kekuasaan
didasarkan pada aturan-aturan hokum yang berlaku, pengambilan kebijakan secara transparan
serta pertanggungjawaban kepada masyarakat. Kekuasaan didasarkan pada kelembagaan
bukan perseorangan atau kelompok tertentu. Kekuasaan juga harus taat kepada prinsip bahwa
semua warga Negara memiliki hak dan kewajiban sama di mata hukum (Kaloh, 2009:172).
Gerakan masyarakat muncul diakibatkan oleh karena pemerintah tidak mampu
mengelola pemerintahan secara baik. Oleh karena itu tantangan ke depan pemerintah,
termasuk pemerintah daerah adalah bagaiamana menciptakan pengelolaan pemerintahan yang
melayani masyarakat (good governance). Asumsinya, jika masyarakat merasa pengelolaan
secara baik dan mampu memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, maka pemerintahan
dianggapnya sebagai suatu rahmat/anugerah
Dalam tulisan lain Dachroni (2012) mengemukakan tentang konsep gerakan
mahasiswa yang dilandasi oleh kebersamaan, hal ini merupakan suatu keharusan bagi
gerakan mahasiswa untuk membangun sebuah kebersamaan gerakan, khususnya dalam
menyikapi isu-isu publik yang strategis dan menindas masyarakat lemah.
Pada dasarnya mahasiswa sebagai salah satu agen perubahan (agent of change), di
mana masyarakat menganggap mahasiswa merupakan sosok salah satu kelompok sosial yang
memiliki tingkat kemandirian yang tinggi dan ketercerahan yang akan membawa perubahan
sejarah menjadi lebih baik di masa mendatang (Hikam, 1999:221). Sebagai salah satu
komponen sosial, maka mahasiswa bagaimanapun tidak pernah lepas dari kaitan-kaitan
dialektis dengan struktur yang ada, baik sosial, ekonomi, maupun politik. Mereka sebagai
pelaku (actor, agent) sosial harus melakukan respon terhadap perubahan yang terjadi, tetapi
pada saat yang sama respons tersebut harus dibatasi oleh latar kesejarahan dan struktur yang
ada.
5 peran mahasiswa baik secara pribadi maupun interaksinya dalam mewujudkan good
governance adalah :

1. Mahasiswa Sebagai Iron Stock


Mahasiswa sebagai iron stock dituntut memiliki kepribadian yang baik, akhlak yang
terpuji sebagai generasi muda bangsa yang akan melanjutkan kepemimpinan Indonesia di
tahun-tahun mendatang. Kecerdasan intelektual semestinya diimbangi dengan kondisi
akhlak yang baik sehingga nantinya akan tumbuh generasi pemimpin Indonesia yang
berkualitas.
2. Mahasiswa Sebagai Agent of Change
Peran mahasiswa sebagai agent of change ini barangkali yang paling sering disuarakan
mahasiswa saat melakukan perubahan-perubahan terkait kebijakan pemerintah melalui
serangkaian aksi yang dilakukan. Mahasiswa adalah agen pengubah yang harus berdiri di
barisan paling depan menyuarakan aspirasi rakyat.
Banyak orang mengira aktivitas demonstrasi mahasiswa misalnya sebagai kegiatan sia-sia
yang ditunggangi kepentingan politik, padahal sebenarnya inilah fungsi utama
mahasiswa. Melakukan gerakan perubahan yang berpihak kepada masyarakat.
3. Mahasiswa Sebagai Moral Force
Mahasiswa sebagai kalangan intelektual harus mencerminkan nilai karakter terbaik sesuai
dengan tingkatan intelektualnya.
Pendidikan sebagai upaya pembentukan karakter idealnya muncul dengan perilaku moral
terbaik yang ditunjukkan oleh seorang mahasiswa. Hal ini adalah peran idealnya dalam
mewujudkan kehidupan bangsa yang beradab.
Bisa dibayangkan jika kalangan intelektualnya memiliki moral yang tak beradab, maka
negara ini akan salah urus. Para pejabat yang berakhlak didahului oleh sosok mahasiswa
yang mengerti dengan perannya sebagai moral force.
4. Mahasiswa Sebagai Social Control
Peran mahasiswa sebagai social control merupakan peran yang penting dan signifikan di
masyarakat. Mengapa mahasiswa selalu melakukan upaya kontrol terhadap kondisi
pemerintah yang dianggap tidak pro rakyat.
Sebab ini adalah bagian dari peran mahasiswa untuk melakukan kontrol kepada hal-hal
yang bertentangan dengan nilai keadilan di masyarakat.
Upaya kontrol yang dilakukan mahasiswa tetap harus didasarkan pada nilai-nilai
idealisme yang ada. Tidak tergadai dengan iming-iming uang atau kepentingan politik
yang mempengaruhinya.
SUMBER
BMP MKDU4111 MODUL 9
https://ekonomi.bisnis.com/read/20130416/99/8894/distribusi-sumber-daya-alam-tidak-
merata
https://www.cnbcindonesia.com/news/20201010183901-4-193418/kadin-20-tahun-otonomi-
daerah-masih-bergantung-ke-pusat
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--menumbuhkan-partisipasi-masyarakat-dalam-
pengawasan-pelayanan-publik
https://pintek.id/blog/peran-dan-fungsi-mahasiswa/
Konsep Gerakan Moral Mahasiswa Untuk Mewujudkan Good Governance Di Indonesia.pdf
Oleh Jamilah (DOSEN STKIP GARUT)

Anda mungkin juga menyukai