Anda di halaman 1dari 2

Jawaban Tugas Mata Kuliah

Universitas Terbuka
Semester : 2022/23.1 (2022.2)

Fakultas : FKIP/Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Kode/Nama MK : MKWU4109/Pendidikan Kewarganegaraan
Tugas :3

Jawaban :

1. Otonomi daerah merupakan system pemerintah yang menganut asas desentralisasi dan bertindak
sebagai ‘solusi’ dari protes masyarakat Indonesia atas ketidakadilan yang dilakukan system
pemerintah sentralistik (terpusat). Namun, dalam pelaksanaannya otonomi daerah perlu didukung
oleh factor atau kemampuan suatu daerah dalam menjalankan wewenang dari pemerintah pusat.
Faktor-faktor tersebut nantinya dapat memengaruhi keberhasilan suatu daerah dalam menjalankan
mandate yang diberikan dari pemerintah pusat. Kaho (2002) menyebutkan setidaknya ada empat
factor yang dapat memengaruhi keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah, antara lain factor
sumber daya manusia, faktor keuangan, faktor peralatan, dan faktor organisasi dan manajemen. Bila
dilihat lebih jauh, penerapan otonomi daerah tidak berjalana dengan mulus dan belum tentu berhasil.
Beberapa factor yang menyebabkan hal tersebut antara lain :
1. Adanya ketimpangan sumber daya alam. Sumber daya alam dapat dikatakan sebagai sumber
‘penghasilan’ yang bias dimanfaatkan sebagai sumber keuangan utama suatu daerah. Sayangnya
setiap daerah memiliki kekayaan alam yang berbeda sehingga jumlah pendapatan tiap-tiap
daerah pun juga ikut berbeda. Bahkan beberapa daerah otonom masih mengandalkan bantuan
keuangan dari pemerintah pusat untuk memenuhi hajat hidup masyarakat setempat.
2. Adanya ketimpangan sumber daya manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebaran kualitas SDM
di Indonesia belum merata. Hal ini tentu berimbas pada pembangunan daerah yang juga akan
tetap mengalami ketimpangan dan dapat menghambat kelancaran penyelenggaraan otonomi
daerah.

2. Pemerataan kualitas sumber daya manusia membutuhkan perhatian serius dari pemerintah. SDM
yang tidak merata secara kualitas berpengaruh besar dalam pelaksanaan otonomi daerah. Ada daerah
yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang berkualitas,tetapi ada juga daerah yang memiliki
kualitas SDM rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa hal berikut mungkin dapat dijadikan
pandangan dalam usaha pemerataan SDM, antara lain :
1. Pemberian beasiswa bagi putra daerah yang berprestasi dengan ketentuan harus kembali ke
daerahnya setelah menyelesaikan pendidikannya. Pendidikan yang ditempuh harus disesuaikan
dengan kebutuhan daerah tersebut. Misalnya, pemberian beasiswa bagi putra daerah Maluku
untuk bersekolah pusat-pusat pendidikan pertambangan sehingga dapat menunjang pembukaan
lokasi pertambangan minyak di Blok Masela.
2. Pemerintah perlu menegakan regulasi dan benar-benar menekankan pelaksanaan Pakta
Integritas bagi calon ASN sehingga tidak serta merta dapat mengajukan permohonan mutasi dari
daerah terpinggirkan hanya karena alasan keluarga atau hal-hal lain yang sebenarnya tidak terlalu
mendesak.
3. Rendahnya tingkat partisipasi politik masyarakat tidak lepas dari rendahnya tingkat Pendidikan
sebagian besar masyarakat di daerah otonom. Tingkat pendidikan yang rendah membawa pada pola
pikir masyarakat yang mudah ditunggangi kepentingan politik segelintir orang. Mengatasi hal ini tidak
mudah karena butuh kerja sama dan partisipasi dari semua pihak. Pertama, perlu adanya pendidikan
politik yang baik dari pihak-pihak terkait. Masyarakat perlu diberi pemahaman yang lebih baik tentang
fungsi dan peran mereka dalam ikut menyukseskan otonomi di daerahnya dengan cara turut
berpartisipasi aktif dalam politik di daerahnya. Ketika masyarakt sudah melek dengan perannya dalam
roda perpolitikan di daerahnya, maka dengan sendirinya tingkat partisipasi politik masyarakat akan
naik dan mampu menangkal terjadi politik dynasty ataupun segelintir orang yang merasa menjadi
‘Tuhan’ ataupun ‘Presiden’ kecil di daerah sehingga memiliki kekuasaan yang menggerakan seluruh
sendi kehidupan di daerah otonom.

4. Menurut UNDP, ada delapan prinsip good governance yang bias menjadi ciri-ciri tata kelola
pemerintahan yang baik. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :
1. Kesetaraan untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan,
2. Ketanggapan atas kebutuhan stakeholder atau pemegang kepentingan,
3. Ketanggapan untuk bermediasi jika ada perbedaan di antara pasa stakeholder untuk bisa
mencapai consensus Bersama,
4. Akuntabilitas kepada stakeholder yang dilayani,
5. Proses pengambilan kebijakan yang transparan,
6. Aturan dan kerangka hukum dijadikan dasar dari segala aktivitas yang dilakukan,
7. Adanya visi yang luas dan jangka panjang untuk memperbaiki proses tata kelola yang menjamin
pembangunan social dan ekonomi secara berkelanjutan
8. Adanya jaminan atas hak semua oranguntuk bisa meningkatkan taraf hidup melalui cara-cara yang
adil dan inklusif.

Praktek kolusi yang terjadi telah melanggar prinsip-prinsip good governance tentang akuntabilitas,
proses pengambilan kebijakan yang transparan, serta jaminan hak semua orang untuk meningkatkan
taraf hidupnya. Kolusi membuat proses pengambilan keputusan dilakukan secara tertutup, tidak
transparan dan hanya melibatkan segelintir orang. Kepentingan yang diprioritaskan hanya
kepentingan orang-orang yang bersesuaian dengan pihak yang berkuasa. Proses seleksi atau
rekrutmen PNS lebih banyak menggunakan koneksi daripada seleksi, hal ini mencederai prinsip
jaminan atas hak semua orang untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan cara yang adil. Praktek
kolusi tidak dibenarkan dan sudah sepatutnya orang-orang yang melakukannya diberi sanksi yang
tegas agar tidak terjadi lagi di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai