Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS KESENJANGAN DIGITAL DI INDONESIA

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Official Statistics topik ke-4: “Digital
Economy” yang diampu oleh:

Dr. Andri Yudhi Supriadi, S.E., M.E.

Penyusun:

Dayanti Kharisma Nur Amalia (4SI1/16.9066)

Muhammad Al Fiqrie (4SI2/16.9286)

Ponimin (4SI1/16.9351)

Stenly Frans (4SI1/16.9435)

POLITEKNIK STATISTIKA STIS

2020
Pembagian tugas:

- Dayanti Kharisma Nur Amalia : Pendahuluan, Pembahasan: Telepon Genggam,


Kesimpulan
- Muhammad Al Fiqrie : Tujuan, Pembahasan: TV dan Radio, Kesimpulan
- Ponimin : Sumber Data yang digunakan, Pembahasan: Majalah/Surat Kabar, Kesimpulan
- Stenly Frans : Metodologi, Pembahasan: Internet, Kesimpulan
A. Pendahuluan

Pada era yang serba digital ini, tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi (TIK) berkembang sangat pesat. Masyarakat semakin banyak yang
mampu mengakses informasi dengan mudah kapan saja dan dimana saja. Menurut data dari
International Telecommunication Union (ITU), akses dan penggunaan TIK dunia terus
mengalami peningkatan seiring dengan pembangunan berbagai infrastruktur TIK. Hal ini
dapat dilihat pada grafik dibawah yang mana menunjukkan adanya tren positif dari
masyarakat dunia yang mengakses internet tahun ke tahun.

Sumber: ITU, 2018

Di Indonesia sendiri juga, menurut publikasi Indeks Pembangunan Teknologi


Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik, tingkat
penetrasi internet berkembang pesat. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan
angka penetrasi internet dari 32,34% pada 2017 menjadi 39,90% di tahun 2018. Dalam
publikasi BPS ini juga dijelaskan bahwa peningkatan penetrasi internet di Indonesia
disebabkan oleh adanya perluasan penyediaan broadband internet di Indonesia. Pelanggan
active mobile broadband dan ​fixed broadband di Indonesia cenderung memiliki tren yang
positif atau cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Selain itu, perkembangan akses rumah tangga Indonesia terhadap TIK juga
mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan terus meningkatnya persentase rumah tangga
yang memiliki komputer dan yang memiliki akses terhadap internet. Hal tersebut dapat
dibuktikan melalui grafik dibawah ini.

Sumber: BPS, 2018

Perkembangan TIK yang bergerak sangat pesat ini, sangat mempengaruhi tatanan
kehidupan masyarakat sehingga muncul istilah kesenjangan baru di dalam masyarakat.
Kesenjangan terkait TIK ini disebut dengan kesenjangan digital atau gap digital atau ​digital
divide.​ Kesenjangan digital dapat diartikan sebagai adanya kesenjangan antar individu,
rumah tangga, bisnis, atau kelompok masyarakat tertentu dan area geografis pada tingkat
sosial ekonomi yang berbeda dalam hal kesempatan atas akses terhadap teknologi informasi
dan komunikasi. Dengan kata lain, kesenjangan digital mencerminkan beragam kesenjangan
dalam pemanfaatan telematika dan akibat perbedaan pemanfaatannya dalam suatu negara
dan/atau antarnegara (Baszlink, 2011).

Kesenjangan digital disini mengacu pada kesenjangan atau jurang yang mengganggu
di antara mereka yang dapat mengakses TIK dan mereka yang tidak dapat melakukannya.
Ketidakseimbangan ini dapat berupa ketidakseimbangan fisik seperti tidak adanya akses
terhadap komputer atau perangkat TIK lainnya atau dapat berupa ketidakseimbangan yang
bersifat keterampilan yang diperlukan untuk mengakses TIK. Jika pembagian mengarah pada
suatu kelompok, maka senjang digital dapat dikaitkan dengan perbedaan sosial ekonomi
(kaya/miskin), generasi (tua/muda), atau geografis (desa/kota).

Dari latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya dimana menyebutkan bahwa
tingkat penggunaan TIK di indonesia yang berkembang sangat pesat, kemudian
menimbulkan pertanyaan apakah dari perkembangan yang sangat pesat tersebut tingkat
kesenjangan digital di Indonesia cenderung rendah? Atau bahkan tidak ada digital gap?. Oleh
karena itu, untuk menjawab pertanyaan tersebut penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana kesenjangan digital yang ada di Indonesia.

B. Tujuan

Dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, tujuan dari penelitian yaitu
untuk mengetahui bagaimana kondisi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi
(TIK) yang ada di Indonesia. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada
kesenjangan (gap) digital yang terjadi antar daerah-daerah di Indonesia.

C. Sumber Data yang digunakan

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh
dari laman website Badan Pusat Statistik melalui bps.go.id dan Publikasi BPS terkait
teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

D. Metodologi
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam proses analisis data yaitu analisis
deskriptif. Dimana hasil dari analisis yang dilakukan akan memberikan gambaran yang
mampu menjelaskan data kesenjangan digital di Indonesia yang mudah dan informatif untuk
dibaca.

E. Pembahasan

- Telepon genggam

Menurut BPS dalam publikasi Statistik Kesejahteraan rakyat tahun 2019, Telepon
genggam atau Handphone (HP) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang
mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat
dibawa ke mana-mana (portable, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan
telekomunikasi kabel. Selain berfungsi sebagai telepon, telepon seluler modern
biasanya mendukung layanan tambahan seperti Short Messages Services (SMS),
Multimedia Messages Service (MMS), e-mail dan akses Internet, aplikasi bisnis dan
permainan, serta fotografi.

Penggunaannya yang praktis inilah, membuat banyak masyarakat yang


menggunakan telepon genggam ini. Dari Publikasi BPS, disebutkan bahwa ada sebanyak
75,57 penduduk 5 tahun keatas yang menggunakan telepon genggam dalam 3 bulan
terakhir. Sedangkan penduduk 5 tahun keatas yang memiliki telepon genggam terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan pada 2019 menyentuh angka 63,53
persen.
Sumber: BPS, 2019

Grafik diatas merupakan grafik yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah


penduduk yang memiliki telepon genggam di Indonesia. Sedangkan, penduduk yang
memiliki telepon genggam di tiap provinsinya di Indonesia ditunjukkan dalam grafik
dibawah ini.
Sumber: BPS, 2019
Pada grafik diatas, menunjukkan bahwa dari 34 provinsi di Indonesia pada 2019,
persentase penduduk yang memiliki telepon genggam tertinggi berada pada provinsi DKI
Jakarta dengan persentase sebesar 78,42% disusul Kalimantan Timur sebesar 76,88%.
Selanjutnya ada beberapa daerah yang masih dibawah persentase Indonesia secara
keseluruhan. Daerah-daerah tersebut didominasi oleh daerah di bagian tengah dan timur
Indonesia, seperti: Papua, Maluku, Maluku Utara, Gorontalo dan Nusa tenggara.
Meskipun begitu, daerah Indonesia bagian barat ada juga beberapa yang masuk urutan
bawah, seperti provinsi Aceh.

Kepemilikan telepon genggam ini juga berbeda antara daerah perkotaan dan
perdesaan. Pada tahun 2019, sekitar 70,51% penduduk wilayah perkotaan di Indonesia
merupakan penduduk yang memiliki telepon genggam. Sedangkan untuk penduduk
wilayah pedesaan yang memiliki telepon genggam sebesar 54,67%. Selanjutnya, apabila
kepemilikan telepon genggam berdasarkan jenis kelamin penduduk di Indonesia, dari
tahun 2015 hingga 2018, penduduk laki-laki memiliki persentase lebih besar
dibandingkan penduduk perempuan yang memiliki telepon genggam. Berikut adalah
grafik yang menunjukkan persentase penduduk laki-laki dan perempuan yang memiliki
telepon genggam di Indonesia.
Sumber: BPS, 2018

- Internet

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, internet adalah jaringan komunikasi


elektronik yang menghubungkan jaringan komputer dan fasilitas komputer yang
terorganisasi di seluruh dunia melalui telepon atau satelit. Dalam konsep BPS, internet
adalah sebuah jaringan komputer publik di seluruh dunia. Internet menyediakan akses ke
sejumlah layanan komunikasi termasuk ​World Wide Web dan membawa e-mail, berita,
hiburan, dan file data.

Dewasa ini hampir semua aspek pekerjaan dan aktivitas manusia memanfaatkan
internet. Konektivitas yang luas, kemudahan memperoleh informasi, dan kecepatan akses
yang tinggi membuat layanan internet menjadi andalan dalam memperoleh informasi
maupun menghubungkan orang-orang dari tempat yang berjauhan.

Kelebihan-kelebihan tersebut membuat jumlah pengguna internet semakin


meningkat dari hari ke hari. Indonesia saat ini tengah membenahi sarana dan prasarana
pendukung yang baik guna peningkatan kualitas dan kuantitas penggunaan atau
pemanfaatan internet dalam berbagai aspek kehidupan. Secara umum, daerah-daerah
dengan pembangunan yang pesat, terkhususnya di Pulau Jawa, memiliki persentase
penduduk yang mengakses internet cukup tinggi bila dibandingkan dengan
wilayah-wilayah lain di luar Pulau Jawa. Hal ini bisa mengindikasikan bahwa belum
meratanya pembangunan di wilayah-wilayah ​remote​ yang jauh dari pusat pemerintahan.

Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2018, persentase


penduduk dengan usia 5 tahun ke atas yang mengakses internet dalam 3 bulan terakhir
secara nasional mencapai 39,9% dengan DKI Jakarta sebagai daerah dengan persentase
tertinggi (65,89%), diikuti Daerah Istimewa Yogyakarta (55,45%), dan Kepulauan Riau
(53,74%). Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh penduduk di masing-masing
provinsi tersebut memanfaatkan internet dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun
demikian, masih ada daerah-daerah dengan persentase lebih rendah dari rata-rata-nasional
di antaranya Papua (19,59%), NTT ( 21,1%), Maluku Utara (25,8%), dan beberapa
provinsi di wilayah timur Indonesia. Karakteristik wilayah timur Indonesia yang bersifat
kepulauan membuat penyediaan akses internet bagi masyarakat menjadi terkendala.

Jika dilihat dari jenis media yang digunakan dalam mengakses internet, sebagian
besar masyarakat lebih memilih menggunakan telepon seluler/genggam. Hal ini terlihat
dari persentase penggunaannya yang mencapai 91,45% dengan penggunaan tertinggi di
Provinsi Banten (94,46%) dan terendah di Sumatera Utara (80,94%). Selain telepon
genggam, 25,90% masyarakat memilih menggunakan laptop, 18,01% menggunakan
perangkat komputer dan 0,52% menggunakan perangkat lainnya.

Dari hasil SUSENAS 2018, diperoleh persentase penduduk usia 5 tahun ke atas
cenderung meningkat dari tahun 2017. Pada tahun 2018, persentase laki-laki yang
mengakses internet naik menjadi 42,31% dari tahun 2017 yang berada pada 34,51%.
Persentase perempuan yang mengakses internet pada tahun yang sama juga naik menjadi
39,90% dari tahun sebelumnya yaitu 30,15%. Secara umum terjadi peningkatan
persentase penduduk yang mengakses internet dengan persentase penduduk berjenis
kelamin laki-laki lebih besar dari perempuan yang mengakses internet. Jika dilihat
menurut provinsi, DKI Jakarta masih menjadi provinsi dengan persentase laki-laki dan
perempuan terbanyak dalam mengakses internet (62,83% dan 68,95%) sementara Papua
menjadi provinsi dengan persentase penduduk laki-laki dan perempuan terendah dalam
mengakses internet (17,6% dan 21,37%).

Dilihat menurut kelompok umur, terjadi peningkatan pada kelompok umur 5-12
tahun dari 5,22% (2017) menjadi 5,69% (2018) dan kelompok umur 25+ dari 50,14%
(2017) menjadi 54,15% (2018). Walaupun demikian, terjadi penurunan pada kelompok
umur 13-15 dari sebelumnya 9.78% menjadi 8,72%, kelompok umur 16-19 tahun dari
12,74% menjadi 11,21%, dan kelompok umur 19,24 tahun dari 22,12% menjadi 20,23%.
Hal ini menunjukkan bahwa penduduk dengan usia lebih dari 25 tahun yang notabene
telah bekerja cenderung lebih banyak mengakses internet dalam kesehariannya.

- Majalah/Surat Kabar

Surat kabar adalah salah satu media informasi yang berguna untuk menyampaikan
fakta - fakta menarik dan atau penting yang perlu diketahui atau diminati oleh
masyarakat. Majalah adalah sebuah media publikasi umumnya berupa kumpulan artikel -
artikel dari beberapa penulis. Tidak hanya itu, sebuah majalah juga dihiasi dengan komik,
ilustrasi, cerpen, dan konten lain yang berfungsi untuk menambah variasi isi majalah
tersebut.

Perkembangan teknologi yang semakin cepat membuat arus informasi tidak


terbatas pada media cetak, tetapi juga tersebar melalui media elektronik. Perkembangan
teknologi akan menjadi efektif ketika semua lapisan masyarakat mampu menikmatinya,
salah satunya kemampuan akses membaca surat kabar / majalah. BPS melakukan
pengumpulan data yang salah satunya jumlah penduduk yang membaca surat kabar /
majalah. Berikut adalah beberapa analisis yang bisa dilihat dari data tersebut.
-

Sumber : BPS,2018

Grafik diatas menjelaskan bagaimana proporsi penduduk yang membaca surat


kabar / majalah baik pada media cetak maupun media elektronik. Penduduk DI
Yogyakarta yang membaca surat kabar / berita sebanyak 36.02 % yang merupakan angka
tertinggi di Indonesia. Selanjutnya DKI Jakarta, penduduknya yang membaca surat kabar
/ majalah sebanyak 34.58 %. Kemudian Kepulauan Riau, penduduk di sana yang
membaca surat kabar / majalah sebanyak 30.72 %. Untuk daerah yang paling sedikit
persentasenya ialah Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Sulawesi Barat dimana
penduduknya yang membaca surat kabar / majalah berturut - turut hanya sebanyak 9.88
%, 9.95%, dan 10.81%. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat ketimpangan antara
Indonesia bagian Timur dan bagian lain dimana angka tertinggi didominasi oleh
Indonesia bagian Barat sampai Tengah, sedangkan angka terendah didominasi oleh
Indonesia bagian Timur.
Sumber : BPS, 2018

Grafik ​Stacked Barchart d​ i atas menunjukkan perbandingan daerah kota - desa


pada tiap - tiap provinsi untuk data proporsi penduduk yang membaca surat kabar /
majalah. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa secara umum, proporsi penduduk yang
membaca surat kabar / majalah pada daerah perkotaan lebih tinggi dibanding pada daerah
pedesaan. Sebagai catatan, pada provinsi DKI Jakarta angka menyentuh 100 % perkotaan
karena tidak terdapat wilayah yang termasuk kategori pedesaan.

Sumber : BPS, 2018


Grafik ​Stacked Barchart d​ i atas menunjukkan perbandingan menurut jenis
kelamin pada tiap - tiap provinsi untuk data proporsi penduduk yang membaca surat
kabar / majalah.

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa secara umum, proporsi penduduk yang
membaca surat kabar / majalah antara laki - laki dan perempuan terdapat perbedaan yang
tidak signifikan dimana kebanyakan proporsi laki - laki yang membaca surat kabar /
majalah lebih tinggi dibanding proporsi perempuan yang membaca surat kabar / majalah
namun masih berkisar dibawah 5 %. Meskipun begitu, di Aceh dan Sumatera Utara
terlihat ada perbedaan yang cukup besar antara proporsi laki - laki dan perempuan yang
membaca surat kabar / majalah yakni hampir di Aceh proporsi laki - laki yang membaca
surat kabar / majalah hampir 20 % lebih tinggi dibanding proporsi perempuan yang
membaca surat kabar / majalah. Sedangkan di Sumatera Utara, Papua, dan Papua Barat,
proporsi laki - laki yang membaca surat kabar / majalah sekitar 10 % lebih tinggi
dibanding proporsi perempuan yang membaca surat kabar / majalah.

- TV

Televisi merupakan salah satu barang elektronik yang paling lazim dimiliki di
setiap rumah tangga. Televisi memungkinkan orang untuk melihat tayangan melalui
audio dan visual yang ditampilkan untuk mendapatkan informasi maupun hiburan.
Menurut konsep BPS, ​menonton televisi (TV) adalah kegiatan seseorang mengarahkan
perhatian pada tayangan TV atau meluangkan waktu untuk menonton tayangan TV
sehingga ia dapat mengerti atau menikmati acara yang ditayangkan. Orang tuli yang
dapat menikmati/mengerti acara TV yang ditonton, dikategorikan sebagai menonton TV.

Untuk mengetahui persentase penduduk yang menonton televisi, BPS melakukan


survei terhadap hal ini kepada penduduk berusia 5 tahun ke atas selama seminggu
terakhir. Data yang penulis temukan adalah survei pada tahun 2018. Data dikumpulkan
dan dikelompokkan menurut provinsi, daerah pedesaan atau perkotaan, serta berdasarkan
jenis kelamin. Berikut ditampilkan grafik berdasarkan provinsi.
Sumber, BPS 2018

Berdasarkan data tersebut, persentase penduduk Indonesia yang menonton televisi


secara rata-rata adalah 93,21%. Angka ini cukup tinggi dan menunjukkan bahwa
sebagian besar penduduk Indonesia menonton televisi. ​Dari grafik dapat dilihat bahwa
secara umum persentase penduduk yang menonton televisi sudah cukup merata, namun
terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada provinsi Papua Barat, Nusa Tenggara
Timur, dan Papua. ​DKI Jakarta menjadi provinsi dengan persentase tertinggi sebesar
97,32% disusul dengan Banten sebesar 96,95 dan Jawa Barat dengan 96,20%. Sedangkan
persentase terendah adalah Provinsi Papua dengan hanya sebesar 47,34% disusul dengan
Nusa Tenggara Timur sebesar 58,90% dan Papua Barat dengan 76,43%. Persentase pada
provinsi Papua yang nilainya hampir setengah dari rata-rata penduduk yang menonton
televisi di Indonesia menunjukkan terjadi kesenjangan yang cukup besar dalam hal
menonton televisi bagi masyarakat di Papua.

- Radio

Di zaman digital seperti sekarang ini dimana memungkinkan komunikasi dan


informasi bukan hanya secara audio melainkan juga visual, radio menjadi salah satu alat
yang mulai ditinggalkan oleh penduduk dikarenakan radio hanya memungkinkan kita
untuk mendapatkan informasi melalui audio saja. Meskipun demikian, masih ada
kelompok masyarakat yang tetap mendengarkan radio sebagai sarana mendapatkan
informasi.

Menurut konsep BPS, ​mendengarkan radio adalah kegiatan seseorang


mengarahkan pendengarannya pada materi yang disiarkan radio atau meluangkan waktu
untuk mendengarkan siaran radio sehingga ia dapat mengikuti, mengerti atau
menikmatinya, baik radio milik sendiri maupun orang lain. Mendengarkan musik,
lagu-lagu atau cerita dari tape recorder tidak dikategorikan mendengarkan radio. BPS
melakukan survei terhadap penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mendengarkan radio
dalam seminggu terakhir pada tahun 2018. Data hasil survei dikelompokkan berdasarkan
provinsi, daerah perkotaan dan pedesaan, serta jenis kelamin. Berikut grafik yang
dikelompokkan berdasarkan provinsi.
Sumber, BPS 2018

Berdasarkan data tersebut, persentase penduduk Indonesia yang mendengarkan


radio secara rata-rata adalah 12,73%. Angka tersebut cukup rendah jika dibandingkan
dengan pemakaian sarana informasi lain seperti telepon, internet, maupun televisi. Hal ini
menunjukkan bahwa banyak penduduk Indonesia yang sudah meninggalkan radio dan
kemungkinan beralih ke media lainnya. ​Dari grafik bisa dilihat bahwa secara umum
persentase penduduk yang mendengarkan radio tertinggi berada di Provinsi Bali sebesar
29,32%. Ini merupakan angka yang cukup tinggi dan jauh dibandingkan dengan rata-rata
penduduk yang mendengarkan radio di Indonesia. Provinsi selanjutnya adalah D.I
Yogyakarta dengan 26,25%.

Provinsi Maluku Utara menjadi provinsi dengan persentase terendah sebesar


2,58%, disusul Provinsi Sulawesi Barat dengan 2,80%. Dari data yang dipublikasikan
oleh BPS ini dapat dilihat bahwa persentase penduduk Indonesia menurut provinsi
sebagian besar menyebar di sekitar rata-rata kecuali Provinsi Bali dan D.I Yogyakarta
yang memiliki persentase yang cukup jauh dari rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat di Provinsi Bali dan D.I Yogyakarta masih cukup banyak yang
mendengarkan radio dibanding provinsi lainnya.

F. Kesimpulan

1. Dari hasil analisis yang dilakukan, dapat dikatakan terjadi kesenjangan digital antar
wilayah di Indonesia. Wilayah Indonesia Tengah dan TImur cenderung memiliki
persentase pemanfaatan teknologi digital yang rendah bila dibandingkan dengan wilayah
Indonesia Barat.
2. Di Indonesia, penduduk di atas 5 tahun yang memiliki telepon genggam sebanyak
63,53% dan kepemilikan telepon genggam ini, dari tahun ke tahunnya memiliki tren yang
positif. Untuk wilayah perkotaan persentase kepemilikan telepon genggam lebih tinggi
dibandingkan dengan wilayah perkotaan. Sedangkan menurut jenis kelaminnya,
persentase kepemilikan telepon genggam penduduk laki-laki lebih besar dari perempuan.
3. Persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang mengakses internet cenderung meningkat
dari waktu ke waktu dengan persentase laki-laki lebih besar dari perempuan.
Wilayah-wilayah yang berada di Pulau Jawa cenderung memiliki persentase penduduk
yang mengakses internet lebih tinggi dari wilayah-wilayah yang berada di luar Pulau
Jawa.
4. Proporsi penduduk yang membaca surat kabar / majalah di Indonesia tahun 2018 menurut
provinsi menunjukkan bahwa provinsi - provinsi di Indonesia bagian Timur lebih rendah
dibanding proporsi penduduk yang membaca surat kabar / majalah pada provinsi -
provinsi di Indonesia bagian Barat / Tengah.
5. Proporsi penduduk yang membaca surat kabar / majalah di Indonesia tahun 2018 pada
pedesaan cenderung lebih rendah dibanding proporsi penduduk yang membaca surat
kabar / majalah pada daerah perkotaan.
6. Proporsi penduduk yang membaca surat kabar / majalah di Indonesia tahun 2018 menurut
jenis kelamin, pada setiap provinsi secara umum tidak terdapat perbedaan yang
signifikan. Akan tetapi terdapat beberapa provinsi yang angka proporsi laki - laki lebih
besar dibanding perempuan seperti Aceh, Sumatera Utara, Papua, dan Papua Barat.
7. Persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang menonton televisi sebagian besar berada
diantara rata-rata nasional yaitu sebesar 92,31%. Namun terdapat ketimpangan yang
cukup besar pada Provinsi Papua dan Nusa Tenggara Timur yang menunjukkan
penduduk di provinsi ini masih sedikit yang menonton televisi.
8. Persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang mendengarkan radio secara rata-rata
cukup kecil yaitu 12,73% saja. Namun Provinsi Bali dan D.I Yogyakarta memiliki
persentase yang jauh lebih tinggi dibanding rata-rata nasional yaitu 29,32% dan 26,25%.
Daftar Pustaka

Ariyanti, Sri. 2013. Studi Pengukuran Digital Divide di Indonesia. Buletin Pos dan
Telekomunikasi, Vol.11 No.4 Desember 2013 : 281-29.

Badan Pusat Statistik. 2018. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (ICT
Development Index) 2018. Katalog BPS: 8305012.

Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics) 2019. Katalog
BPS: 4101002.

ITU. Statistics. Diakses pada 17 April 2020.


https://www.itu.int/en/ITU-D/Statistics/Pages/stat/default.aspx

Anda mungkin juga menyukai