Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Official Statistics topik ke-4: “Digital
Economy” yang diampu oleh:
Penyusun:
Ponimin (4SI1/16.9351)
2020
Pembagian tugas:
Pada era yang serba digital ini, tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi (TIK) berkembang sangat pesat. Masyarakat semakin banyak yang
mampu mengakses informasi dengan mudah kapan saja dan dimana saja. Menurut data dari
International Telecommunication Union (ITU), akses dan penggunaan TIK dunia terus
mengalami peningkatan seiring dengan pembangunan berbagai infrastruktur TIK. Hal ini
dapat dilihat pada grafik dibawah yang mana menunjukkan adanya tren positif dari
masyarakat dunia yang mengakses internet tahun ke tahun.
Selain itu, perkembangan akses rumah tangga Indonesia terhadap TIK juga
mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan terus meningkatnya persentase rumah tangga
yang memiliki komputer dan yang memiliki akses terhadap internet. Hal tersebut dapat
dibuktikan melalui grafik dibawah ini.
Perkembangan TIK yang bergerak sangat pesat ini, sangat mempengaruhi tatanan
kehidupan masyarakat sehingga muncul istilah kesenjangan baru di dalam masyarakat.
Kesenjangan terkait TIK ini disebut dengan kesenjangan digital atau gap digital atau digital
divide. Kesenjangan digital dapat diartikan sebagai adanya kesenjangan antar individu,
rumah tangga, bisnis, atau kelompok masyarakat tertentu dan area geografis pada tingkat
sosial ekonomi yang berbeda dalam hal kesempatan atas akses terhadap teknologi informasi
dan komunikasi. Dengan kata lain, kesenjangan digital mencerminkan beragam kesenjangan
dalam pemanfaatan telematika dan akibat perbedaan pemanfaatannya dalam suatu negara
dan/atau antarnegara (Baszlink, 2011).
Kesenjangan digital disini mengacu pada kesenjangan atau jurang yang mengganggu
di antara mereka yang dapat mengakses TIK dan mereka yang tidak dapat melakukannya.
Ketidakseimbangan ini dapat berupa ketidakseimbangan fisik seperti tidak adanya akses
terhadap komputer atau perangkat TIK lainnya atau dapat berupa ketidakseimbangan yang
bersifat keterampilan yang diperlukan untuk mengakses TIK. Jika pembagian mengarah pada
suatu kelompok, maka senjang digital dapat dikaitkan dengan perbedaan sosial ekonomi
(kaya/miskin), generasi (tua/muda), atau geografis (desa/kota).
Dari latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya dimana menyebutkan bahwa
tingkat penggunaan TIK di indonesia yang berkembang sangat pesat, kemudian
menimbulkan pertanyaan apakah dari perkembangan yang sangat pesat tersebut tingkat
kesenjangan digital di Indonesia cenderung rendah? Atau bahkan tidak ada digital gap?. Oleh
karena itu, untuk menjawab pertanyaan tersebut penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana kesenjangan digital yang ada di Indonesia.
B. Tujuan
Dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, tujuan dari penelitian yaitu
untuk mengetahui bagaimana kondisi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi
(TIK) yang ada di Indonesia. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada
kesenjangan (gap) digital yang terjadi antar daerah-daerah di Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh
dari laman website Badan Pusat Statistik melalui bps.go.id dan Publikasi BPS terkait
teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
D. Metodologi
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam proses analisis data yaitu analisis
deskriptif. Dimana hasil dari analisis yang dilakukan akan memberikan gambaran yang
mampu menjelaskan data kesenjangan digital di Indonesia yang mudah dan informatif untuk
dibaca.
E. Pembahasan
- Telepon genggam
Menurut BPS dalam publikasi Statistik Kesejahteraan rakyat tahun 2019, Telepon
genggam atau Handphone (HP) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang
mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat
dibawa ke mana-mana (portable, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan
telekomunikasi kabel. Selain berfungsi sebagai telepon, telepon seluler modern
biasanya mendukung layanan tambahan seperti Short Messages Services (SMS),
Multimedia Messages Service (MMS), e-mail dan akses Internet, aplikasi bisnis dan
permainan, serta fotografi.
Kepemilikan telepon genggam ini juga berbeda antara daerah perkotaan dan
perdesaan. Pada tahun 2019, sekitar 70,51% penduduk wilayah perkotaan di Indonesia
merupakan penduduk yang memiliki telepon genggam. Sedangkan untuk penduduk
wilayah pedesaan yang memiliki telepon genggam sebesar 54,67%. Selanjutnya, apabila
kepemilikan telepon genggam berdasarkan jenis kelamin penduduk di Indonesia, dari
tahun 2015 hingga 2018, penduduk laki-laki memiliki persentase lebih besar
dibandingkan penduduk perempuan yang memiliki telepon genggam. Berikut adalah
grafik yang menunjukkan persentase penduduk laki-laki dan perempuan yang memiliki
telepon genggam di Indonesia.
Sumber: BPS, 2018
- Internet
Dewasa ini hampir semua aspek pekerjaan dan aktivitas manusia memanfaatkan
internet. Konektivitas yang luas, kemudahan memperoleh informasi, dan kecepatan akses
yang tinggi membuat layanan internet menjadi andalan dalam memperoleh informasi
maupun menghubungkan orang-orang dari tempat yang berjauhan.
Jika dilihat dari jenis media yang digunakan dalam mengakses internet, sebagian
besar masyarakat lebih memilih menggunakan telepon seluler/genggam. Hal ini terlihat
dari persentase penggunaannya yang mencapai 91,45% dengan penggunaan tertinggi di
Provinsi Banten (94,46%) dan terendah di Sumatera Utara (80,94%). Selain telepon
genggam, 25,90% masyarakat memilih menggunakan laptop, 18,01% menggunakan
perangkat komputer dan 0,52% menggunakan perangkat lainnya.
Dari hasil SUSENAS 2018, diperoleh persentase penduduk usia 5 tahun ke atas
cenderung meningkat dari tahun 2017. Pada tahun 2018, persentase laki-laki yang
mengakses internet naik menjadi 42,31% dari tahun 2017 yang berada pada 34,51%.
Persentase perempuan yang mengakses internet pada tahun yang sama juga naik menjadi
39,90% dari tahun sebelumnya yaitu 30,15%. Secara umum terjadi peningkatan
persentase penduduk yang mengakses internet dengan persentase penduduk berjenis
kelamin laki-laki lebih besar dari perempuan yang mengakses internet. Jika dilihat
menurut provinsi, DKI Jakarta masih menjadi provinsi dengan persentase laki-laki dan
perempuan terbanyak dalam mengakses internet (62,83% dan 68,95%) sementara Papua
menjadi provinsi dengan persentase penduduk laki-laki dan perempuan terendah dalam
mengakses internet (17,6% dan 21,37%).
Dilihat menurut kelompok umur, terjadi peningkatan pada kelompok umur 5-12
tahun dari 5,22% (2017) menjadi 5,69% (2018) dan kelompok umur 25+ dari 50,14%
(2017) menjadi 54,15% (2018). Walaupun demikian, terjadi penurunan pada kelompok
umur 13-15 dari sebelumnya 9.78% menjadi 8,72%, kelompok umur 16-19 tahun dari
12,74% menjadi 11,21%, dan kelompok umur 19,24 tahun dari 22,12% menjadi 20,23%.
Hal ini menunjukkan bahwa penduduk dengan usia lebih dari 25 tahun yang notabene
telah bekerja cenderung lebih banyak mengakses internet dalam kesehariannya.
- Majalah/Surat Kabar
Surat kabar adalah salah satu media informasi yang berguna untuk menyampaikan
fakta - fakta menarik dan atau penting yang perlu diketahui atau diminati oleh
masyarakat. Majalah adalah sebuah media publikasi umumnya berupa kumpulan artikel -
artikel dari beberapa penulis. Tidak hanya itu, sebuah majalah juga dihiasi dengan komik,
ilustrasi, cerpen, dan konten lain yang berfungsi untuk menambah variasi isi majalah
tersebut.
Sumber : BPS,2018
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa secara umum, proporsi penduduk yang
membaca surat kabar / majalah antara laki - laki dan perempuan terdapat perbedaan yang
tidak signifikan dimana kebanyakan proporsi laki - laki yang membaca surat kabar /
majalah lebih tinggi dibanding proporsi perempuan yang membaca surat kabar / majalah
namun masih berkisar dibawah 5 %. Meskipun begitu, di Aceh dan Sumatera Utara
terlihat ada perbedaan yang cukup besar antara proporsi laki - laki dan perempuan yang
membaca surat kabar / majalah yakni hampir di Aceh proporsi laki - laki yang membaca
surat kabar / majalah hampir 20 % lebih tinggi dibanding proporsi perempuan yang
membaca surat kabar / majalah. Sedangkan di Sumatera Utara, Papua, dan Papua Barat,
proporsi laki - laki yang membaca surat kabar / majalah sekitar 10 % lebih tinggi
dibanding proporsi perempuan yang membaca surat kabar / majalah.
- TV
Televisi merupakan salah satu barang elektronik yang paling lazim dimiliki di
setiap rumah tangga. Televisi memungkinkan orang untuk melihat tayangan melalui
audio dan visual yang ditampilkan untuk mendapatkan informasi maupun hiburan.
Menurut konsep BPS, menonton televisi (TV) adalah kegiatan seseorang mengarahkan
perhatian pada tayangan TV atau meluangkan waktu untuk menonton tayangan TV
sehingga ia dapat mengerti atau menikmati acara yang ditayangkan. Orang tuli yang
dapat menikmati/mengerti acara TV yang ditonton, dikategorikan sebagai menonton TV.
- Radio
F. Kesimpulan
1. Dari hasil analisis yang dilakukan, dapat dikatakan terjadi kesenjangan digital antar
wilayah di Indonesia. Wilayah Indonesia Tengah dan TImur cenderung memiliki
persentase pemanfaatan teknologi digital yang rendah bila dibandingkan dengan wilayah
Indonesia Barat.
2. Di Indonesia, penduduk di atas 5 tahun yang memiliki telepon genggam sebanyak
63,53% dan kepemilikan telepon genggam ini, dari tahun ke tahunnya memiliki tren yang
positif. Untuk wilayah perkotaan persentase kepemilikan telepon genggam lebih tinggi
dibandingkan dengan wilayah perkotaan. Sedangkan menurut jenis kelaminnya,
persentase kepemilikan telepon genggam penduduk laki-laki lebih besar dari perempuan.
3. Persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang mengakses internet cenderung meningkat
dari waktu ke waktu dengan persentase laki-laki lebih besar dari perempuan.
Wilayah-wilayah yang berada di Pulau Jawa cenderung memiliki persentase penduduk
yang mengakses internet lebih tinggi dari wilayah-wilayah yang berada di luar Pulau
Jawa.
4. Proporsi penduduk yang membaca surat kabar / majalah di Indonesia tahun 2018 menurut
provinsi menunjukkan bahwa provinsi - provinsi di Indonesia bagian Timur lebih rendah
dibanding proporsi penduduk yang membaca surat kabar / majalah pada provinsi -
provinsi di Indonesia bagian Barat / Tengah.
5. Proporsi penduduk yang membaca surat kabar / majalah di Indonesia tahun 2018 pada
pedesaan cenderung lebih rendah dibanding proporsi penduduk yang membaca surat
kabar / majalah pada daerah perkotaan.
6. Proporsi penduduk yang membaca surat kabar / majalah di Indonesia tahun 2018 menurut
jenis kelamin, pada setiap provinsi secara umum tidak terdapat perbedaan yang
signifikan. Akan tetapi terdapat beberapa provinsi yang angka proporsi laki - laki lebih
besar dibanding perempuan seperti Aceh, Sumatera Utara, Papua, dan Papua Barat.
7. Persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang menonton televisi sebagian besar berada
diantara rata-rata nasional yaitu sebesar 92,31%. Namun terdapat ketimpangan yang
cukup besar pada Provinsi Papua dan Nusa Tenggara Timur yang menunjukkan
penduduk di provinsi ini masih sedikit yang menonton televisi.
8. Persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang mendengarkan radio secara rata-rata
cukup kecil yaitu 12,73% saja. Namun Provinsi Bali dan D.I Yogyakarta memiliki
persentase yang jauh lebih tinggi dibanding rata-rata nasional yaitu 29,32% dan 26,25%.
Daftar Pustaka
Ariyanti, Sri. 2013. Studi Pengukuran Digital Divide di Indonesia. Buletin Pos dan
Telekomunikasi, Vol.11 No.4 Desember 2013 : 281-29.
Badan Pusat Statistik. 2018. Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (ICT
Development Index) 2018. Katalog BPS: 8305012.
Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics) 2019. Katalog
BPS: 4101002.