Anda di halaman 1dari 5

Digital divide (kesenjangan digital) adalah sebuah bentuk dan kondisi kesenjangan

diantara masyarakat yang tahu atau mengerti terhadap teknologi digital dengan masyarakat yang
tidak tahu sama sekali Digital divide (kesenjangan digital) mengacu pada kesenjangan akses dan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) antara individu, kelompok atau wilayah
yang memiliki akses dan keterampilan untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
dan mereka yang tidak memiliki peluang akses yang memadai atau memiliki keterampilan.
kesenjangan digital dapat mengambil banyak bentuk seperti kesenjangan akses ke
internet, perangkat keras dan lunak komputer, kemampuan menggunakan teknologi, serta
kesenjangan dalam ketersediaan dan kualitas informasi digital. Digital divide dapat
memperburuk ketidaksetaraan sosial dan ekonomi, karena individu atau kelompok yang kurang
beruntung dapat kehilangan akses ke informasi, pendidikan dan kesempatan kerja, serta akses ke
layanan kesehatan dan sosial yang membutuhkan teknologi.
Kondisi Kesenjangan Digital di Wilayah Indonesia
Kesenjangan digital juga di alami oleh masyarakat rural (pedesaan) di Indonesia.
Terdapat berbagai macam faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan digital. Faktor
pertama adalah infrastruktur, kurangnya teknologi dan layanan yang mendukung penggunaan
internet dapat menyebabkan kesenjangan digital. Di Indonesia, ketersediaan atau perkembangan
TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) rata-rata rendah di wilayah timur seperti Maluku,
Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Papua. Faktor
kedua adalah keterampilan, tidak hanya diperlukan keberadaan komputer dan koneksi internet
untuk memperoleh atau menyebarkan informasi, tetapi juga keterampilan atau
kemampuanseseorang dibutuhkan agar komputer dan ketersediaan akses internet dapat
digunakan secara optimal. Rendahnya literasi komputer dan internet di Indonesia terlihat di
wilayah Papua, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara. Timur. Faktor ketiga adalah bahasa konten
yang disajikan Internet, masyarakat di pedesaan biasanya kesulitan memahami konten atau
informasi di internet karena kendala bahasa. Masyarakat di pedesaan lebih mudah memahami
informasi dalam bahasa Indonesia. Hal ini terjadi Karena tingkat pendidikan penduduk pedesaan
relatif rendah untuk memahami informasi yang terkandung dalam bahasa asing.
Adapun juga faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan digital pada
masyarakat rural. Faktor pertama yaitu keterbatasan ekonomi yang menyebabkan kurang
mampunya masyarakat untuk membeli komputer ataupun berlangganan pada akses internet.
Faktor kedua yaitu terbatasnya tempat yang menyediakan akses internet untuk publik.
Jika dilihat dari segi pertumbuhan pengguna internet, Indonesia mengalami pertumbuhan
setiap tahunnya, terbukti dari hasil survey yang dilakukan oleh Asosiasi. Penggunaan internet
masih terpusat di Pulau Jawa dengan persentase 43,92%. Sumatra berada di peringkat kedua
dengan 16,63%. Selanjutnya, 5,53% penggunaan internet berasal dari Sulawesi, 4,88% berasal
dari Kalimantan, 2,71% berasal dari Nusa Tenggara, 1,38% berasal dari Papua, 1,17% dari Bali,
dan 0,81% dari Maluku. sebanyak 71,81 persen individu menggunakan internet di daerah
perkotaan dan 49,30 di daerah pedesaan. Dalam indeks itu, tampak kesenjangan penetrasi
individu juga ada di daerah perkotaan dan pedesaan. Pada 2021, sebanyak 71,81 persen individu
menggunakan internet di daerah perkotaan dan 49,30 di daerah pedesaan. Angka ini tentunya
menjadi gambaran bahwa kurang meratanya penyebaran TIK dimasyarakat Indonesia.
Rendahnya angka kepemilikan dan penggunaan teknologi di masyarakat rural merupakan salah
satu alasan terjadinya kesenjangan digital.
Solusi dari Pemerintah maupun Individu dalam Menangani Kesenjangan Digital di
Indonesia
Indonesia memiliki dua strategi top-down dan bottom-up untuk mengatasi kesenjangan
digital. Melalui Kominfo RI, sebagai akselerator, inisiator dan regulator transformasi digital
untuk meningkatkan pemerataan antar daerah, selain program Smart City dan Smart Village,
perangkat resmi lainnya dengan strategi bottom-up adalah Palapa Ring yang menjangkau 34
provinsi di Indonesia. Palapa adalah proyek besar yang dikenal dengan Tol Langit atau Proyek
Kabel Fiber Optik Bawah Laut
Berdasarkan laporan tahunan Kementerian Kominfo RI tahun 2020, berikut program-
program yang telah dilaksanakan guna mengantisipasi ketimpangan digital:
1. Membangun Base Transceiver Station di wilayah 3T.
2. Mempercepat kerja sama dalam investasi infrastruktur TIK, transformasi digital, talenta
digital, dan data privacy dengan Qatar, Perancis, dan AS.
3. Melakukan percepatan pembangunan dan perluasan akses internet pada 2.192 fanyakes.
Hal tersebut masih dalam program kerja untuk pemulihan ekonomi secara nasional.
4. Transformasi televisi analog menjadi televisi digital.
5. Rencana Pusat Data Nasional di Greenland International Industrial Center, serta Deltamas
di Cikarang dan Batam, yang diharapkan memberikan efisiensi yang berkaitan dengan
teknologi informasi untuk kementerian dan lembaga lainnya.
6. Proyek KPBU (kerjasama pemerintah dan Badan Usaha/PPP) yakni membangun Satelit
Multifungsi Indonesia Raya (SATRIA). Proyek SATRIA I adalah kerjasama antara BUP dan
Pabrik Satelit dengan dukungan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang
Jurnal IPTEK-KOM (Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komunikasi) direncanakan
memiliki 11 stasiun bumi/gateway dan 150.000 titik fasilitas publik.
7. Membentuk Gugus Tugas (Task Force) 5G.
8. Seribu mesin pintar yang berbasi IOT disebar melalui sejumlah kota.
9. Platform digital terkait penanganan Covid-19 juga menghadirkan aplikasi Pedulilindungi
disertai layanan telemedis (kerjasama Kemenkominfo, dan Kementerian BUMN dengan
Good Doctor Technology Indonesia dan GrabHealth), Chatbot Covid19.go.id. Selain itu,
juga ada aplikasi SMILE (Sistem Monitoring Imunisasi dan Logistik Elektronik dari
Kemenkes dan aplikasi Primarycare dari BPJS Kesehatan untuk pelayanan vaksinasi.
Semua solusi dan upaya di atas kecuali meningkatkan kepemilikan (digital level 1) juga
dimaksudkan untuk mengatasi masalah keterampilan digital (talenta) dan frekuensi penggunaan
(level 2 kesenjangan digital) yang tidak merata di seluruh wilayah Indonesia. Talenta
menjelaskan bahwa secanggih apapun teknologi, tetapi tidakdiiringi keterampilan dari
masyarakat itu sendiri teknologi menjadi sia-sia. Oleh karena itu, generasi milenial diharapkan
dapat mengemban tanggung jawab sosial yang menjembatani kesenjangan digital di wilayah
masing-masing.

Referensi:
• https://www.bing.com/ck/a?!&&p=013794d4b7ae0617JmltdHM9MTY4MzA3MjAwMCZp
Z3VpZD0wZGU5YThkNi0xOTY0LTZiMDAtMGZlNy1iYTk1MTgzMjZhMTkmaW5zaW
Q9NTE4MA&ptn=3&hsh=3&fclid=0de9a8d6-1964-6b00-0fe7-
ba9518326a19&psq=jurnal+kesenjangan+digital&u=a1aHR0cHM6Ly9lLWpvdXJuYWwud
W5haXIuYWMuaWQvcGFsaW1wc2VzdC9hcnRpY2xlL2Rvd25sb2FkLzIxODg4LzExOTk
3&ntb=1 (diakses pada 03/05/2023)
• https://www.bing.com/ck/a?!&&p=18ce15d89d7e0e4eJmltdHM9MTY4MzA3MjAwMCZpZ
3VpZD0wZGU5YThkNi0xOTY0LTZiMDAtMGZlNy1iYTk1MTgzMjZhMTkmaW5zaWQ
9NTI1MQ&ptn=3&hsh=3&fclid=0de9a8d6-1964-6b00-0fe7-
ba9518326a19&psq=jurnal+kesenjangan+digital&u=a1aHR0cHM6Ly9qdXJuYWwua29taW
5mby5nby5pZC9pbmRleC5waHAvaXB0ZWtrb20vYXJ0aWNsZS9kb3dubG9hZC80ODU5
LzE4OTYvMTY0ODY&ntb=1 (diakses pada 03/05/2023)
• https://www.bing.com/ck/a?!&&p=d6c3bb562a91d5f9JmltdHM9MTY4MzA3MjAwMCZpZ
3VpZD0wZGU5YThkNi0xOTY0LTZiMDAtMGZlNy1iYTk1MTgzMjZhMTkmaW5zaWQ
9NTE3NQ&ptn=3&hsh=3&fclid=0de9a8d6-1964-6b00-0fe7-
ba9518326a19&psq=indeks+provinsi+di+Indonesia+dengan+intertet+tidk+stabil&u=a1aHR
0cHM6Ly93d3cua29tcGFzLmNvbS90cmVuL3JlYWQvMjAyMi8xMC8yMy8yMTA1MDA
3NjUvZGFlcmFoLWRlbmdhbi1wZW5nZ3VuYS1pbnRlcm5ldC10ZXJ0aW5nZ2ktZGktaW
5kb25lc2lhP3BhZ2U9YWxs&ntb=1 (diakses pada 03/05/2023)

Anda mungkin juga menyukai