Dosen Pengajar:
Dr. Sinta Dewi, S.H., LL.M.
Dr. Ranti Fauza Mayana, S.H., M.H.
Farhat M. Adibrata, S.H., M.H.
Oleh:
Muafadin Muslim
110110190xxx
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
UJIAN TENGAH SEMESTER
LEMBAR SOAL
1. Salah satu aspek hukum Telekomunikasi adalah mempelajari pengaruh infrastruktur terhadap
transformasi digital.
a. Jelaskan pengaruh apa saja dari infrastruktur telekomunikasi dalam membentuk landskap
ekonomi digital Indonesia!
b. Disamping keuntungan, ekonomi digital masih menyisakan tantangan. Sebutkan 4
tantangan yang harus dihadapi Indonesia beserta contohnya!
2. Peran ITU sangat penting dalam sector Telekom, Media, dan Industri Digital
a. Sebutkan apa fungsi dan peran ITU dalam sector Telekomunikasi!
b. Produk hukum apa saja yang dihasilkan ITU yang mengikat negara-negara anggota?
3. Salah satu kasus hukum yang sangat penting dalam sector Telekomunikasi adalah kasus
perkara Netflix vs Telkom dan Telkomsel. Analisis kasus tersebut dengan mengemukakakn:
a. Fakta Hukum
b. Masalah Hukum
c. Argumentasi Pihak
d. Keputusan Hakim
e. Analisis Putusan
4. Salah satu isu hukum dalam Hukum Telekomunikasi adalah mengenai persaingan usaha.
a. Mengapa sector Telekomunikasi sejak dahulu menjadi sekor yang monolistik?
b. Hingga saat ini bagaimana kondisi persaingan usaha telekomunikasi khususnya jika
dilihat dari tarif?
c. Sejauhmana peran UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Tidak Sehat dalam sector Telekomonukasi khususnya dalam bisnis Telefon Seluler?
LEMBAR JAWABAN
1.a.Mesenbourg menjelaskan bahwasanya yang menjadi pilar-pilar dasar ekonomi digital adalah
infrastruktur teknologi (hardware, software, dan internet), e-bussiness (proses organisasi
melakukan aktivitas berbasis jaringan computer) dan e-commerce (transaksi perdagangan
berbasis internet).1 Pembangunan infrastruktur telekomunikasi memiliki peranan yang
penting dalam perkembangan ekonomi digital.
Saat ini terdapat dua bentuk infrastruktur telekomunikasi pendukung aktivitas ekonomi
digital, yaitu:
Konektivitas teknologi selular (mobile) yang dimanfaatkan oleh para pelaku mobile e-
commerce.
Konektivitas internet statis seperti wifi, broadband internet, dan lain sebagainya.
Pengaruh pembangunan infrastruktur telekomunikasi yang paling utama adalah memperluas
keterjangkauan wilayah sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan juga
mendukung terjadinya kegiatan ekonomi digital. Dengan semakin meningkatnya aktivitas
perekonomian digital, akan mendorong peningkatan daya beli masyarakat sehingga
pembangunan akan tercipta kesinambungan pembangunan infrastruktur telekomunikasi yang
mendukung perekonomian masyarakat.2
Pembangunan infrastruktur telekomunikasi harus disesuaikan dengan kebutuhan Indonesia
dan juga disesuaikan dengan kondisi geografis wilayah Indonesia. Hal ini guna menciptakan
pembangunan infrastruktur yang efektif dan efisien dalam mendukung ekonomi digital
sehingga dalam melakukan pemetaan ekonomi digital dapat dicapai suatu pemerataan.
2.b. Berdasarkan data terbaru, terdapat 191 negara anggota ITU yang telah mengikatkan diri
sebagai anggota dengan menjadi bagian dari The Constitution and Convention of The
International Telecommunication Union Geneva 1992. Adapun beberapa produk hukum
yang mengikat negara-negara anggota ITU diantaranya adalah:
4
International Telecommunication Union, “About International Telecommunication Union”,
https://www.itu.int/en/about/Pages/default.aspx, diakses pada 26 Oktober 2021.
Terlapor I dan Terlapor II tidak memberitahukan alasan pemblokiran secara resmi
kepada pihak Netflix sehingga pihak Netflix tidak mengetahui mekanisme yang jelas
agar dapat dibukakan akses kembali oleh Terlapor I dan II
Terlapor I dan Terlapor II tidak melakukan pemblokiran terhadap layanan sejenis
Netflix oleh pelaku usaha lain
b. Masalah Hukum
Dugaan Pelanggaran Pasal 19 huruf d UU No.5 Tahun 1999 terkait Dugaan Praktek
Diskriminasi PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dan PT Telekomunikasi
Seluler terhadap Netflix terkait Penyediaan Layanan Akses Internet Provider
Pasal 19 huruf d UU No. 5 Tahun 1999 tentang larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat pada pokoknya mengatur ketentuan yang menyatakan
Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun
bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa:
(d) melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu
c. Argumentasi Pihak
Pada intinya baik Terlapor I dan Terlapor II mendalilkan alasan-alasan dilakukannya
pemblokiran terhadap layanan Netflix oleh pihaknya adalah sebagai berikut:
d. Keputusan Hakim
Menyatakan bahwa Terlapor I dan Terlapor II tidak terbukti secara sah dan meyakinkan
melanggar Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
e. Analisis Putusan
Dalam menjatuhkan Putusan tersebut, Majelis Komisi mendalilkan bahwasanya Terlapor
I dan Terlapor II berdasarkan keterangan yang telah diberikan selama persidangan
memiliki alasan yang kuat untuk melakukan pemblokiran yakni terkait dengan konten-
konten dalam layanan Netflix yang mungkin bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan di Indonesia, dalam hal ini UU ITE dan juga UU Pornografi. Hal tersebut juga
tidak terlepas dari belum jelasnya kedudukan pihak Netflix di Indonesia yang mungkin
akan menyebabkan permasalahan terkait pihak yang akan bertanggung jawab apabila
terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan di
Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, Majelis Komisi menilai bahwasanya Terlapor I dan Terlapor II
telah memenuhi unsur-unsur pelanggaram terhadap ketentuan Pasal 19 huruf d UU No. 5
Tahun 1999, kecuali unsur “Dapat Mengakibatkan Terjadinya Persaingan Usaha Tidak
Sehat”. Hal ini didasarkan kepada pemblokiran yang dilakukan oleh pihak Terlapor I dan
Terlapor II bukan ditujukan untuk menghalangi aktivitas layanan yang dilakukan oleh
Netflix, melainkan untuk menjalankan kewajibannya sebagai penyedia layanan
telekomunikasi yang harus patuh terhadap peraturan perundang-undangan, salah satunya
terkait permasalahan konten pornografi dan kesusilaan. Dengan demikian, hal tersebut
dinilai merupakan suatu tindakan untuk mematuhi hukum, dan oleh karenanya tidak
memenuhi unsur “Dapat Mengakibatkan Terjadinya Persaingan Usaha Tidak Sehat”.
Belum adanya peraturan yang mengatur lebih lanjut mengenai layanan Over The Top
(OTT) menjadi salah satu faktor timbulnya permasalahan ini. Maka dari itu, dibutuhkan
segera regulasi mengenai OTT yang ke depannya akan semakin massif merambah pasar
Indonesia dan membutuhkan pengaturan yang jelas terkait dengan pelaksanaan layanan
yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
5
Agus Sugiyono, “Persaingan Industri Telekomunikasi”, 2002, hlm. 4. DOI: 10.13140/2.1.4721.3442
dalam penggunaan spektrum. Hal ini akan memungkinkan lebih dari satu operator untuk
mengeksploitasi skala ekonomis.
Kesimpulannya, sector Telekomunikasi menjadi cenderung monopolistic utamanya di
negara-negara berkembang adalah sebagai akibat dari keterbatasan teknologi di bidang
telekomunikasi yang ada di negara tersebut. Seiring dengan perkembangan infrastruktur
telekomunikasi dan teknologi yang ada di suatu negara, maka hal tersebut akan mendorong
hadirnya pelaku usaha baru ke dalam sector telekomunikasi dan merubah pasar yang
cenderung monopolistic menjadi ada persaingan.
4.b. Berkaitan dengan tarif layanan data yang ada di Indonesia, hal tersebut sudah mendapat
perhatian dari para pemangku kebijakan. Hal ini dapat kita lihat dengan diaturnya terkait tarif
jasa telekomunikasi yang diatur di dalam UU Cipta Kerja. Ketentuan yang termuat di dalam
UU Cipta Kerja merubah ketentuan-ketentuan yang ada di dalam Undang-Undang No. 36
Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, salah satunya terkait dengan penetapan tarif batas atas
dan juga tarif batas bawah layanan telekomunikasi. Diaturnya hal tersebut bertujuan untuk
mencegah terjadinya perang tarif antar penyedia jasa layanan yang akan memiliki dampak
tidak baik terhadap layanan dan kondisi pasar di sector telekomunikasi.6
Namun demikian, penetapan tarif batas bawah layanan telekomunikasi di Indonesia masih
sangat rendah. Hal ini dapat berimbas buruk terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh
para penyedia layanan, karena berusaha mengejar pasar dengan memberikan harga termurah
dengan mengorbankan kualitas layanan. Tarif data layanan yang ada di Indonesia terus
menurun sejak tahun 2014, dan pada tahun 2020 telah mencapai angka Rp 4.68/Mb. Hal ini
harus menjadi perhatian yang serius agar kedepannya para penyedia jasa layanan tidak hanya
berlomba-lomba memberikan harga yang murah, tetapi juga harus memperhatikan kualitas
layanan yang mereka berikan.7
6
Nur Qolbi, “Ada Aturan Tarif Jasa Telko Dalam Omnibus Law, Telkom: Perang Tarif Dapat Dicegah”,
https://industri.kontan.co.id/news/ada-aturan-tarif-jasa-telko-dalam-omnibus-law-telkom-perang-tarif-
dapat-dicegah, 13 November 2020, diakses pada 26 Oktober 2021.
7
Herman, “Mastel: Perang Tarif Merugikan Industri Telekomunikasi”,
https://www.beritasatu.com/ekonomi/710249/mastel-perang-tarif-merugikan-industri-telekomunikasi,
16 Desember 2020, diakses pada 26 Oktober 2021.
4.c.Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan
Usaha memiliki peranan yang sangat signifikan dalam menjaga pasar dan persaingan usaha
yang sehat di Indonesia. Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 menjadi dasar hukum dari
pembentukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang selama ini telah
berkontribusi sangat besar dalam terciptanya persaingan pasar yang sehat di Indonesia.
Salah satu peran besar KPPU dalam sector telekomunikasi adalah ketika memutus
permasalahan dalam Putusan No. 26/KPPU-L/2007 mengenai dugaan pelanggaran Pasal 5
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh para penyedia layanan
telekomunikasi seluler atas adanya kartel harga sms yang dilakukan oleh para pihak di
dalamnya. Dalam Putusan tersebut, Majelis Komisi memutuskan bahwa para Terlapor
bersalah dan harus membayar denda.
Hadirnya KPPU memiliki dampak yang signifikan demi terciptanya pasar yang sehat, salah
satunya terkait sector telekomunikasi yang pasarnya cenderung monopolistic sehingga dapat
terjadi hal-hal yang merugikan para pengguna layanan. KPPU dapat mencegah terjadinya
perang tarif yang tidak masuk akal dan berimbas pada layanan yang diberikan kepada
konsumen. Dengan mencegah monopoli pasar, KPPU memiliki peran vital untuk mendorong
perkembangan di bidang layanan telekomunikasi, khususnya di bidang telepon seluler.
DAFTAR PUSTAKA
BIBLIOGRAPHY Herman. 2020. Beritasatu.com. Desember 16. Accessed Oktober 26, 2021.
https://www.beritasatu.com/ekonomi/710249/mastel-perang-tarif-merugikan-industri-
telekomunikasi.
Idat, Dhani Gunawan. 2019. "Memanfaatkan Era Ekonomi Digital untuk Memperkuat Ketahanan
Nasional." Jurnal Kajian Lemhannas RI 5 - 11.
International Telecommunication Union. 2021. Itu.int. Accessed Oktober 26, 2021.
https://www.itu.int/en/about/Pages/default.aspx.
Kementerian PPN/Bappenas. 2019. "Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Ekonomi
Digital Tahun 2020-2024."
Prastyo, Galih Adi. 2019. "Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Telekomunikasi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Asean." Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan 1 - 23.
Qolbi, Nur. 2020. Industri.Kontan.Co.Id. November 13. Accessed Oktober 26, 2021.
https://industri.kontan.co.id/news/ada-aturan-tarif-jasa-telko-dalam-omnibus-law-telkom-
perang-tarif-dapat-dicegah.
Sugiyono, Agus. 2002. "Persaingan Industri Telekomunikasi." 1 - 12.