Anda di halaman 1dari 17

UNIVERSITAS INDONESIA

KEWAJIBAN PENYELENGGARA SISTEM ELEKTRONIK


LINGKUP PUBLIK

Oleh: Galih Wahyu Wicaksono (2206010304)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Hukum Alih Teknologi dan Telematika

Dosen Pengampu:
Dr. Edmon Makarim, S.Kom., S.H., LL.M.
Dr. Brian Amy Prastyo, S.H., M.H., M.L.I.

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM
JAKARTA
2023
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 3
BAB II .......................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 4
A. Ketentuan Hukum Penyelenggara Sistem Elektronik di Indonesia ........................................... 4
B. Kewajiban Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik .................................................. 7
BAB III....................................................................................................................................................... 14
PENUTUP .................................................................................................................................................. 14
A. Kesimpulan .................................................................................................................................... 14
B. Saran .............................................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 15

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terjadinya perkembangan teknologi sistem informasi dan komunikasi elektronik menjadi
sarana komunikasi pada masa kini. Sistem informasi dan komunikasi elektronik sangat memiliki
peran sebagai pengubah perilaku masyarakat Indonesia. Pada dewasa ini, sistem informasi dan
komunikasi elektronik telah diterapkan pada hampir semua sektor kehidupan baik dalam
bermasyarakat maupun dalam menjalankan pemerintahan. Hal tersebut mengakibatkan munculnya
pasar baru yang mendorong sistem ekonomi masyarakat yang awalnya tradisional menjadi
mengarah kepada digital economy yang berbasiskan informasi, kreatifitas intelektual dan ilmu
pengetahuan yang mana sering dikenal juga dengan istilah Creative Economy.1
Indonesia pada saat ini tengah mengalami perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara
secara fundamental menuju ke sistem pemerintahan yang demokratis transparan serta meletakkan
supremasi hukum. Perubahan yang tengah dialami tersebut memberikan peluang bagi penataan
berbagai segi kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana kepentingan rakyat dapat kembali
diletakkan pada posisi sentral. Namun setiap perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara selalu
disertai oleh berbagai bentuk ketidakpastian. Dengan demikian pemerintah harus mengupayakan
kelancaran komunikasi dengan lembaga-lembaga tinggi negara, pemerintah daerah serta
mendorong partisipasi masyarakat luas, agar ketidakpastian tersebut tidak mengakibatkan
perselisihan paham dan ketegangan yang meluas, serta berpotensi menimbulkan permasalahan
baru. Pemerintah juga harus lebih terbuka terhadap derasnya aliran ekspresi aspirasi rakyat dan
mampu menanggapi secara cepat dan efektif.
Bahwa kemerdekaan menyatakan pikiran dan kebebasan berpendapat serta hak memperoleh
informasi melalui penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi ditujukan
untuk memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta memberikan
rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara sistem elektronik.
Untuk menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan prinsip tata
pemerintahan yang baik (good governance), pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban

1
Edmon Makarim, 2010, Tanggung Jawab Hukum Penyelenggara Sistem Elektronik, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada,

1
untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan
kemampuan mengelola keuangan daerah, dan menyalurkan informasi keuangan daerah kepada
pelayanan publik. Pemerintah perlu mengoptimasikan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi
untuk membangun jaringan sistem informasi.
Lahirnya teknologi digital menyebabkan terjadinya keterpaduan serta keterpusatan ataupun
konvergensi dalam suatu perkembangan teknologi informasi, multimedia dan telekomunikasi.2
Pada mulanya teknologi tersebut seakam berjalan terpisah atau linear antara yang satu dengan yang
lain, akan tetapi pada saati ini teknlogi tersebut semakin menyatu.
Perilaku masyarakat yang awalnya tradisional berubah menjadi modern, merupakan akibat
dari berkembangnya teknologi informasi yang semakin maju. Dimana segala kegiatan yang
awalnya manual menjadi lebih mudah, efektif, dan efisien. Akibatnya, dengan perkembangan
teknologi informasi yang semakin maju mendorong pemerintah ataupun instansi pemerintahan
lainnya untuk membuat inovasi layanan publik yang berbasis teknologi. Salah satu cara yang bisa
dilakukan pemerintah beserta intsansi pemerintahan untuk memberikan layanan publik berbasis
teknologi yaitu dengan mengubah sistem pemerintahan yang sederhana menjadi sistem
pemerintahan berbasis elektronik dan membuat suatu sistem elektronik yang berfungsi untuk
menunjang kegiatan pemerintah dan instansi pemerintahan. Jika menelisik lebih jauh sebenarnya
sistem hukum di Indonesia belum memberikan kepastian dan perlindungan untuk privasi dan data
pribadi konsumen, karena Pemerintah masih belum memiliki instrumen hukum yang memadai
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan perlindungan privasi dan data pribadi. Adapun
syarat-syarat yang perlu dipenuhi untuk adanya instrumen hukum tersebut adalah (1) harus
menjadi elemen penghubung antara individu dan masyarakat ekonomi; (2) harus memiliki karakter
internasional; dan (3) harus mendorong masyarakat untuk terlibat dalam era ekonomi digital3.
Pada awalnya memang belum ada hukum yang khusus mengatur perlindungan data pribadi,
tetapi sudah ada beberapa regulasi atau aturan yang mengatur perlindungan data pribadi konsumen.
Adanya kemajuan pada bidang teknologi informasi dan telekomunikasi, pemerintah telah beberapa
kali merubah kebijakannya terkait dengan hal tersebut, yang mana pada awalnya pemerintah
mengeluarkan Inpres Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pengembangan dan Pendayagunaan

2
A. Gerungan Carlo, 2013, Tanggung Jawab Penyelenggara Sistem Informasi Jika Terjadi Kegagalan Sistem, Jurnal
Hukum UNSRAT, Vol. XXXI, No. 4, 42-51,
3
Dewi Rosadi Sinta, & Gumelar Gery, 2018, Perlindungan Privasi dan Data Pribadi dalam Era Ekonomi Digital di
Indonesia, Jurnal Veritas er Justitia, Vol. 4, No. 1.

2
Telematika, sampai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik4, Perpres No. 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik, Peraturan
Pemerintah No. 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaski Elektronik, dan
Perpres No. 82 Tahun 2022 tentang Pelindungan Infrastruktur Informasi Vital. Penerbitan Undang-
Undang dan peraturan-peratruan tersebut bukti keseriusan pemerintah dalam hal mengimbangi
perkembangan teknologi informasi, komunikasi, serta telekomunikasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ketentuan mengenai Penyelenggara Sistem Elektronik di Indonesia?
2. Bagaimana kewajiban Penyelenggara Sistem Elektronik lingkup publik di Indonesia?

4
Raihan Muhammad, 2023, Perlindungan Data Diri Konsumen dan Tanggung Jawab Marketplace Terhadap Data Diri
Konsumen (Studi Kasus: Kebocoran Data 91 Juta Akun Tokopedia), Jurnal Inovasi Penelitian, Vol. 3, No. 10.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ketentuan Hukum Penyelenggara Sistem Elektronik di Indonesia


Penyelenggaran Sistem Elektronik diatur dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang sebagaimana telah diubah melalui Undang-
Undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”). Peraturan tersebut mengatur terkait
dengan pemanfaatan informasi dan transaksi elektronik serta mengatur aspek-aspek penting dalam
pemanfaatan informasi dan transaksi elektronik. Selin itu juga, dalam UU tersebut juga mengatur
tentang masalah-masalah yang kemungkinan timbul dari pemanfaatan teknologi informasi seperti
halnya hak cipta, transaksi elektronik, sengketa, yurisdiksi, dan lain-lain. Selain itu, pemerintah
juga menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik.
Sistem elektronik adalah serangkaian peranglat dan prosedur elektronik yang berfungsi
mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan,
mengumumkan mengirimkan, dan/atau menyebarkan informasi elektronik, hal ini sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (“PP 71 2019”). Dari pengertian tersebut,
secara sederhananya dapat kita simpulkan bahwa sistem elektronik merupakan rangkaian
perangkat dan prosedur elektronik yang memiliki tujuan untuk menampilkan, mengolah, sampai
dengan menyebarkan suatu informasi elektronik. Sedangkan, Penyelenggara Sistem Elektronik
adalah setiap Orang, penyelenggara negara, Badan Usaha, dan masyarakat yang menyediakan,
mengelola, dan/atau mengoperasikan Sistem Elektronik secara sendiri-sendiri maupun bersama-
sama kepada Pengguna Sistem Elektronik untuk keperluan dirinya dan/atau keperluan pihak lain5,
yang mana hal tersebut sesuai dengan Pasal 1 anngka 4 PP 71 2019. Dari bunyi pasal tersebut,
dapat diketahui bahwa Penyelenggara Sistem Elektronik adalah setiap orang, penyelenggara
negara, Badan Usaha dan masyarakat yang menyediakan hingga mengoperasikan sistem elektronik
baik secara mandiri ataupun bersama-sama.

5
Pasal 1 angka 4 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik.

4
Adapun penyelenggara sistem elektronik dibedakan menjadi 2, yakni Penyelenggara
Sistem Elektronik Lingkup Privat dan Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik. Adapun
yang dimaksud dengan Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Privat dijelaskan dalam
peraturan tersebut dalam Pasal 1 angka 6 yang secara lengkap berbunyi:

“Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Privat adalah penyelenggara sistem elektronik


oleh orang, Badan Usaha, dan Masyarakat.”6

Berdasarkan uraian Pasal di atas, dapat dipahami bahwa penyelenggara sistem elektronik
lingkup privat adalah penyelenggara sistem elektronik yang dilakukan oleh badan usaha, orang,
dan masyarakat, atau juga dapat disimpulkan bahwa penyelenggara sistem elektronik tersebut
diselenggarakan bukan oleh Instansi Penyelenggara Negara ataupun institusi yang ditunjuk oleh
Instansi Penyelenggara Negara.
Sedangkan terkait dengan Sistem Penyelenggara Elektronik Lingkup Publik sendiri diatur
dalam Pasal 1 angka (5) PP 71 Tahun 2019 yang secara lengkap berbunyi:

“Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik adalah penyelenggaraan sistem elektronik


oleh instansi penyelenggara negaraatau institusi yang ditunjuk oleh Instansi Penyelenggara
Negara”

Berdasarkan uraian Pasal di atas, dapat dipahami bahwa Penyelenggara Sistem Elektronik
Lingkup Publik adalah Sistem Elektronik yang diselenggarakan oleh instansi penyelenggara
negara atau instansi yang ditunjuk oleh instansi penyelenggara negara, atau secara garis besar
diselenggarakan oleh pemerintahan negara. Namun terdapat pembatasan terkait dengan
Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik yakni tidak termasuk Sistem Elektronik Lingkup
publik yang merupakan otoritas atau pengatur dan pengawas di sektor keuangan, hal ini
sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 2 ayat (4) PP 71 Tahun 2019 yang secara lengkap berbunyi:

6
Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik.

5
“Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a tidak termasuk Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik yang merupakan pengatur
dan pengawas sektor keuangan.”7

Selain itu, diatur juga dalam Pasal 2 ayat (5), Penyelenggara sistem Elektronik Lingkup
Privat meliputi:
“Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkupp Privat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b meliputi:
a. Penyelenggara Sistem Elektronik yang diatur atau diawasi oleh Kementerian atau
Lembaga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
b. Penyelenggara Sistem Elektronik yang memiliki portal, situs, atau aplikasi dalam jaringan
melalui internet yang dipergunakan untuk:
1. Menyediakan, mengelola, dan/atau mengoperasikan Penawaran dan/atau
perdagangan barang dan/atau jasa;
2. Menyediakan, mengelola, dan/atau mengoperasikan layanan transaksi keuangan;
3. Pengiriman materi atau muatan digital berbayar melalui jaringan data baik dengan
cara unduh melalui portal atau situs, pengiriman lewat surat elektronik, atau melalui
aplikasi lain ke perangkat pengguna;
4. Menyediakan, mengelola, dan/atau mengoperasikan layanan komunkasi meliputi
namun tidak terbatas pada pesan singkat, panggilan suara, panggilan video, surat
elektronik, dan percakapan dalam jaringan dalam bentuk platform digital, layanan
jejaring, dan media sosial.
5. Layanan mesin pencari, layanan penyedia informasi elektronik yang berbentuk tulisan,
suara, gambar, animasi, music, video, film, dan atau kombinasi dari sebagian dan/atau
seluruhnya; dan/atau
6. Pemrosesan Data Pribadi untuk kegiatan operasional melayani masyarakat yang
terkait dengan aktivitas transaksi elektronik.”

7
Pasal 2 ayat (4) Peraturan pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik.

6
B. Kewajiban Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik
Dalam PP 71 tahun 2019, mengatur tentang kewajiban dasar para Penyelenggara Sistem
Elektronik, baik Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik maupun Privat. Secara khusus,
kewajiban Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Privat, diatur secara khusus melalui
Peraturan Menteri Komunikasi dan Infromatika Nomor 5 Tahun 2020 tentang Penyelenggara
Sistem Elektronik Lingkup Privat, sedangkan Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik
belum diatur secara khusus melalui Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika. Namun,
meskipun belum diatur secara khusus, tetapi Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik
memiliki kewajiban dan tanggung jawab secara umum yang harus dipatuhi, hal ini secara lengkap
tercantum di dalam PP 71 tahun 2019. Adapun terdapat pasal yang mengaskan bahwa
Penyelenggara Sistem Elektronik bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Sistem
Elektroniknya yaitu diatur dalam Pasal 3 PP 71 Tahun 2019 yang secara lengkap berbunyi:

“ 1. Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik harus menyelenggarakan Sistem Elektronik harus


menyelenggarakan Sistem Elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab
terhadap beroperasinya Sistem Elektronik sebagaimana mestinya;
2. Penyelenggara Sistem Elektronik bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Sitem
Elektroniknya;
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan
terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau kelalaian pihak Pengguna Sistem
Elektronik”8

Selain itu, diatur juga dalam Pasal 5 PP 71 Tahun 2019 terkait dengan kewajiban dasar
Penyelenggara Sistem Elektronik yang secara lengkap berbunyi:

“ 1.Penyelenggara Sistem Elektronik wajib memastikan Sistem Elektroniknya tidak memuat


Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang dilarang sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

8
Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaran Sistem dan Transaksi Elektronik.

7
2. Penyelenggara Sistem Elektronik wajib memastikan Sistem Elektroniknya tidak
memfasilitasi penyebarluasan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
dolarang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
3. Ketentuan mengenai kewajiban Penyelenggara Sistem Elektronik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.”9

Penyelenggara Sistem Elektronik juga wajib melakukan pendaftaran, hal ini sebagaimana diatur
dalam Pasal 6 PP 71 tahun 2019 yang secara lengkap berbunyi:

“1. Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) wajib
melakukan pendaftaran.
2. Kewajiban melakukan pendaftaran bagi Penyelenggara Sistem Elektronik dilakukan sebelum
Sistem Elektronik mulai digunakan oleh Pengguna Sistem Elektronik.
3. Pendaftaran Penyelenggara Sistem Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada Menteri melalui pelayanan perizinan berusaha terintegarsi secara elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendaftaran Penyelenggara Sistem Elektronik sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) mengacu pada norma, standar, prosedur, dan kriteria yang diatur
dengan Peratruan Menteri.”10

Berdasarkan uraian Pasal di atas, dapat dipahami bahwa Penyelenggara Sistem Elektronik
Lingkup Publik memiliki kewajiban untuk melakukan pendaftaran. Pendaftaran Penyelenggaran
Sistem Elektronik Lingkup Publik diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Tata Cara Pendaftaran Sistem Elektronik Instansi Penyelenggara Negara. Penyelenggara Sistem
Elektronik Lingkup Publik juga memiliki kewajiban untuk melaksanakan prinsip perlidnungan
data pribadi sebagaimana diatur pada Pasal 14 PP 71 Tahun 2019 yang secara lengkap berbunyi:

“Penyelenggara Sistem Elektronik wajib melaksanakan prinsip pelindungan Data Pribada dalam
melakukan pemrosesan Data Pribadi meliputi:

9
Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.
10
Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.

8
a. Pengumpulan Data Pribadi dilakukan secara terbatas dan spesifik, sah secara hukum, adil
dengan sepengetahuan dan persetujuan dari pemilik Data Pribadi;
b. Pemrosesan Data Pribadi dilakukan sesuai dengan tujannya;
c. pemrosesan Data Pribadi dilakukan dengan menjamin hak pemilik Data Pribadi;
d. pemrosesan Data Pribadi dilakukan secara akurat, lengkap, tidak menyesatkan, mutakhir,
dapat dipertanggungjawabkan, dan memperhatikan tuiuan pemrosesan Data Pribadi;
e. pemrosesan Data Pribadi dilakukan dengan melindungi keamanan Data Pribadi dari
kehilangan, penyalahgunaan, Akses dan pengungkapan yang tidak sah, serta pengubahan
atau perusakan Data Pribadi;
f. pemrosesan Data Pribadi dilakukan dengan memberitahukan tqiuan pengumpulan,
aktivitas pemrosesan, dan kegagalan pelindungan Data Pribadi; dan
g. pemrosesan Data Pribadi dimusnahkan dan/ atau dihapus kecuali masih dalam masa
retensi sesuai dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.”11

PP 71 2019 juga mengatur tentnag Right to Erasure, hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal
15 ayat (3) dan Pasal 16 ayat (1) yang secara lengkap berbunyi:

Pasal 15 ayat (3):


“Penyelenggara Sistem Elektronik yang wajib menghapus Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Penyelenggara Sistem
Elektronik yang memperoleh dan/atau memproses Data Pribadi di bawah kendalinya.”12

Pasal 16 ayat (1):


“Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak releban yang dilakukan
penghapusan (right to erasure) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf a terdiri
atas Data Pribadi yang:
a. diperoleh dan diproses tanpa persetujuan pemilik Data Pribadi;
b. telah ditarik dari persetujuannya oleh pemilik Data Pribadi;

11
Pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik.
12
Pasal 15 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik.

9
c. diperoleh dan diproses dengan cara melawan hukum;
d. sudah tidak sesuai lagi dengan tujuan perolehan berdasarkan perjanjian dan/atau
ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. penggunaanya telah melampaui waktu sesuai dengan perjanjian dan/atau ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan/atau
f. ditampilkan oleh Penyelenggara Sistem Elektronik yang mengakibatkan kerugian bagi
pemilik Data Pribadi.”13

Dalam PP 71 tahun 2019, mengenai Right to Delisting atau hak untuk dikeluarkan dari
daftar mesin pencarian. Hal tersebut diatur dalam Pasl 15 ayat (2) yang secara lengkap berbunyi:

“Kewajiban penghapusan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak relevan
sebagaomana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. penghapusan (right to erasure); dan
b. pengeluaran dari daftar mesin pencari (right to delisting).”14

Terkait dengan pelaksanaan pengeluaran dari daftar mesin pencari, tidak dapat dilakukan
secara serta merta melalui permohonan oleh pemilik data elektronik namun harus melalui
penetapan pengadilan. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (1) yang secara lengkap
berbunyi:

“Penghapusan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak relevan yang
dilakukan pengeluaran dari daftar mesin pencari (right to delisting) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (2) huruf b dilakukan berdasarkan penetapan pengadilan.”

Berdasarkan uraian pasal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan
penghapusan dari daftar pencari, harus melalui permohonan pengadilan terlebih dahulu. Apabila
telah mendapatkan penetapan dari pengadilan, maka penyelenggara sistem elektronik dapat

13
Pasal 16 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik.
14
Pasal 15 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik

10
melakukan penghapusan dari mesin pencari. Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik
juga memiliki kewajiban untuk memiliki rencana atau manajemen resiko, hal ini sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 20 ayat (1) yang secara lengkap berbunyi:

“Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik Wajib memiliki rencana keberlangsungan


kegiatan untuk menanggulangi gangguan atau bencana sesuai dengan risiko dari dampak yang
ditimbulkannya”15

Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik juga memiliki kewajiban untuk


melakukan penyimpanan sistem dan data elektronik di wilayah Indonesia, hal tersebut
sebagaimana di atur dalam Pasal 20 ayat (2) yang secara lengkap berbunyi:

“Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik wajib melakukan pengelolaan, pemrosesan,


dan/atau penyimpanan Sistem Elektronik dan Data Elektronik di wilayah Indonesia.”16

Berdasarkan uraian, di atas dapat diketahui bahwasannya Penyelenggara Sistem Elektronik


Lingkup Publik memiliki kewajiban untuk menyimpan sistem dan data elektronik di lingkup
wilayah Indonesia. Data center di wilayah Indonesia tersebut dimaksudkan sebagai fasilitas yang
untuk menempatkan Sistem Elektronik dan komponen terkaitnnya untuk keperluan penempatan,
penyimpanan, dan pengolahan data.17 Selain itu, Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik
wajib memiliki sarana pengamanan, hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 4 PP 71 2019.
Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik wajib menyampaikan informasi kepada
Pengguna Sistem Elektronik paling sedikit mengenai jaminan privasi dan/atau perlindungan Data
Pribadi.18 Adanya kewajiban untuk menyimpan sistem dan data elektronik tersebut, maka
Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik memiliki tanggung jawab apabila terdapat
kerusakan terhadap sistem elektronik tersebut. Untuk menentukan tanggung jawab tersebut dapat

15
Pasal 20 ayat (1) Peratruan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik.
16
Pasal 20 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik.
17
Djafar Wahyudi, 2019, Hukum Perlindungan Data Pribadi di Indonesia: Lanskap, Urgensi, dan Kebutuhan
Pembaruan, Universitas Gajah Mada.
18
Ayu D. Ananthia, Anindyajati Titis, & Ghoffar Abdul, 2019, Perlindungan Hak Privasi atas Data Diri di Era
Ekonomi Digital, Jakarta, Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi.

11
ditentukan berdasarkan kontrak/perjanjian apra pihak atau tanggung jawab berdasarkan ketentuan
dalam undang-undang yang disebut juga sebagai perbuatan melawan hukum.19 Aspek
pertanggungjawaban dalam penyelenggara sistem elektronik jika ditinjau dari sudut pandang 5
(lima) teori pertanggungjawaban yang dikemukakan oleh Suzane R. Eschrich yaitu tanggung
jawab pelaku usaha atas pelnggaran kondisi jaminan kepada konsumen, tanggung jawab atas
kelalaian, tanggung jawab malpraktik terhadap professional komputer, tanggung jawab atas
misrepresentasi, dan tanggung jawab strict liability.20 Selain itu, Edmon Makarim dalam bukunya
yang berjudul pengantar Hukum Telematika mengemukakan prinsip-prinsip tanggung jawab
pelaku usaha dalam hukum yang dibedakan menjadi 5 (lima) yaitu prinsip tanggung jawab
berdasarkan unsur kesalahan, prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab, prinsip praduga
untuk tidak selalu bertanggung jawab, prinsip tanggung jawab mutlak, dan prinsip tanggung jawab
denagn pembatasan.21 Meskipun tidak secara eksplisit mengatur syarat pertanggungjawaban yang
tegas baik dalam teks maupun interpretasinya, namun secara sistematis berbasis konteks dan
berdasarkan sifat teknologi informasi itu sendiri, serta kebutuhan untuk melindungi kepentingan
keamanan publik yang lebih besar bagi lintas negara. sistem elektronik perbatasan, kecuali Selain
syarat tanggung jawab konstruktif justru membuka peluang kemungkinan penerapan strict
liability.22
Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik, juga wajib memberikan informasi kepada
pengguna sistem elektronik yang seminimal mungkin dapat menyampaikan informasi berupa
identitas PSE, Obyek yang ditransaksikan, kelayakan atau keamanan Sistem Elektronik, tata cara
penggunaan, syarat kontrak, prosedur mencapai kesepakatan, jaminan privaasi, dan nomor telepon
pusat aduan hal ini sebagaimana diatur pada Pasal 29 PP 71 2019 serta Penyelenggara Sistem
Elektronik Lingkup Publik Wajib menampilkan fitur minimal mencakup berupa fitur untuk
melakukan koreksi, membatalkan perintah, memberikan konfirmasi atau rekonfirmasi, memilih
meneruskan atau berhenti melaksanakan aktivitas berikutnya, melihat informasi yang disampaikan

19
Y. Sri Pudyatmoko, 2009, Perizinan Problem dan Upaya Pembenahan, Jakarta, PT. Grasindo.
20
Suzanne R Eschrich, The Year 2000-Delight or Disaster: Vendor Liability and the Year 2000-Delight or Disaster:
Vendor Liability and the Year 2000 Bug in Komputer Software, Boston University Journal of Science & Technology
Law.
21
Makarim Edmon, 2003, Pengantar Hukum Telematika, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
22
Niffari Hanifan, 2019, Penyelenggara Sistem Elektronik dalam Perspektif Perizinan dan Aspek
Pertanggungjawabannya, Diktum: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 7, No. 2.

12
berupa tawaran kontrak elektronik atau iklan, melakukan pengecekan status berhasil atau gagalnya
transaksi, dan membaca perjanjian sebelum melakaukan transaksi.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terjadinya perkembangan teknologi sistem informasi dan komunikasi elektronik menjadi
sarana komunikasi pada masa kini. Sistem informasi dan komunikasi elektronik sangat memiliki
peran sebagai pengubah perilaku masyarakat Indonesia. Pada dewasa ini, sistem informasi dan
komunikasi elektronik telah diterapkan pada hampir semua sektor kehidupan baik dalam
bermasyarakat maupun dalam menjalankan pemerintahan. Penyelenggara Sistem Elektronik
Lingkup Publik adalah penyelenggaraan sistem elektronik oleh instansi penyelenggara negaraatau
institusi yang ditunjuk oleh Instansi Penyelenggara Negara.
Ketentuan terkait dengan kewajiban Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik
belum diatur secara khusus seperti Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Privat, namun
meskipun demikian terdapat kewajiban umum dan khusus Penyelenggara Sistem Elektronik
Lingkup Publik yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.

B. Saran
Perlunya diterbitkannya aturan yang secara khusus mengatur Penyelenggara Sistem
Elektronik Lingkup Publik, hal ini diakarenakan seluruh Instansi Penyelenggara Negara telah
menggunakan Sistem Elektronik untuk menjalankan kegiatan pemerintahan. Adapun tujuan dari
adanya peraturan khusus tersebut untuk mempertegas kewajiban dan pertanggunngjawaban
Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Publik jika terjadi bencana atau gangguan pada Sistem
Elektronik yang dapat menimbulkan kerugian kepada penggunanya.

14
DAFTAR PUSTAKA

BUKU, JURNAL, & ARTIKEL


Ayu D. Ananthia, Anindyajati Titis, & Ghoffar Abdul, 2019, Perlindungan Hak Privasi atas Data
Diri di Era Ekonomi Digital, Jakarta, Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah
Konstitusi.
A. Gerungan Carlo, 2013, Tanggung Jawab Penyelenggara Sistem Informasi Jika Terjadi
Kegagalan Sistem, Jurnal Hukum UNSRAT, Vol. XXXI, No. 4, 42-51,
Dewi Rosadi Sinta, & Gumelar Gery, 2018, Perlindungan Privasi dan Data Pribadi dalam Era
Ekonomi Digital di Indonesia, Jurnal Veritas er Justitia, Vol. 4, No. 1.
Djafar Wahyudi, 2019, Hukum Perlindungan Data Pribadi di Indonesia: Lanskap, Urgensi, dan
Kebutuhan Pembaruan, Universitas Gajah Mada.
Edmon Makarim, 2003, Pengantar Hukum Telematika, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
Edmon Makarim, 2010, Tanggung Jawab Hukum Penyelenggara Sistem Elektronik, Jakarta, PT.
Raja Grafindo Persada.
Niffari Hanifan, 2019, Penyelenggara Sistem Elektronik dalam Perspektif Perizinan dan Aspek
Pertanggungjawabannya, Diktum: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 7, No. 2.
Raihan Muhammad, 2023, Perlindungan Data Diri Konsumen dan Tanggung Jawab Marketplace
Terhadap Data Diri Konsumen (Studi Kasus: Kebocoran Data 91 Juta Akun Tokopedia),
Jurnal Inovasi Penelitian, Vol. 3, No. 10.
Suzanne R Eschrich, The Year 2000-Delight or Disaster: Vendor Liability and the Year 2000-
Delight or Disaster: Vendor Liability and the Year 2000 Bug in Komputer Software,
Boston University Journal of Science & Technology Law.
Y. Sri Pudyatmoko, 2009, Perizinan Problem dan Upaya Pembenahan, Jakarta, PT. Grasindo.

PERATURAN DAN UNDANG-UNDANG


Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik.

15

Anda mungkin juga menyukai