Kelompok 5
Disusun Oleh:
Nur Wulan Riskilkoda : (10200120166)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr, wb
Puja dan puji syukur kita limpahkan atas kehadiran Allah swt. Atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Undang-Undang Tindak Pidana ITE” dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa pula kita mengucapkan terimah kasih kepada teman-teman
yang telah berkontribusi baik dalam hal sumbangsih pemikiran maupun sumbangsih
materinya.
Kami selaku pemakalah berharap semoga makalah ini dapat menambah ilmu dan
pegalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap makalah ini akan bermanfaat
bagi teman-teman pembaca untuk di gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami selaku pemakalah memohon maaf ketika masih banyak kekurangan pada
makalah ini karna setiap manusia pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-
masing. Maka dari itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari teman-teman
pembaca agar kami dapat menutupi kekurangan-kekurangan pada makalah ini.
Penyusun
II
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................. II
DAFTAR ISI ..............................................................................................................III
BAB I ......................................................................................................................... IV
PENDAHULUAN ..................................................................................................... IV
A.Latar Belakang................................................................................................. IV
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………IV
C. Tujuan………………………………………………………………….…….IV
BAB II ...........................................................................................................................1
PEMBAHASAN ...........................................................................................................1
1. Pengaturan Dalam Undang-Undang ITE............................................................1
B. Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Pencemaran Nama Baik menurut Undang-
Undang No. 11 Tahun 2008 jo. UndangUndang No.19 Tahun 2016 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik ( UU ITE) ......................................................3
1. Konsep Pencemaran Nama Baik Melalui Media Sosial .................................3
BAB III .........................................................................................................................6
KESIMPULAN ............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................7
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, terdapat beberapa hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan suatu
individu dalam masyarakat. Salah satu dari beberapa hal tersebut adalah teknologi
informasi. Teknologi informasi atau yang dalam bahasa Inggris dikenal
sebagai information technology adalah istilah umum untuk teknologi apapun yang
membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan,
dan/atau menyebarkan informasi. Individu-individu yang hidup di masyarakat pada
umumnya sangat dependen pada teknologi informasi dalam kesehariannya. Sebagai
contoh, tidak banyak orang yang dapat melalui kesehariannya tanpa memegang ponsel.
Hal ini menunjukkan bahwa teknologi informasi sudah menjadi suatu hal yang vital
dalam kehidupan manusia. Semakin besar pengaruh teknologi informasi dalam
kehidupan manusia, maka semakin besar pula risiko teknologi informasi untuk
disalahgunakan. Pada realitanya, banyak hal buruk yang dapat terjadi melalui
teknologi informasi. Oleh karena itu, pemerintah merasa bahwa teknologi informasi
tidak hanya perlu diperhatikan, tetapi juga perlu diatur dalam hukum. Pada saat ini,
salah satu instrumen hukum yang mengatur teknologi informasi adalah Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
UU ITE merupakan undang-undang yang mengatur segala hal tentang teknologi
informasi yang berlaku di Indonesia. Undang-undang ini mulai dirancang pada tahun
2003 oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo). Kemudian, UU
ITE terus diolah dan didiskusikan hingga akhirnya disahkan pada masa Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. UU ITE memiliki yurisdiksi yang berlaku untuk warga negara
yang melakukan perbuatan hukum, baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia.
Beberapa materi yang diatur, antara lain:
1) pengakuan informasi atau dokumen elektronik sebagai alat bukti hukum yang
IV
3) penyelenggaraan sertifikasi elektronik (Pasal 13 dan 14 UU ITE).
Sebelum masuk pada pembahasan kali ini ada baiknya kita mengenal dan
memahami terlebih dahulu apa itu UU ITE. UU ITE atau undang-undang informasi
dan transaksi elektronik merupakan UU yang mengatur mengenai informasi dan
transaksi elektronik. Undang-undang ini pertama kali di sahkan melalui UU No. 11
Tahun 2008 sebelum akhirnya direvisi dengan UU No. 19 Tahun 2016. Berdasarkan
UU ITE, informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, tetapi tidak
terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange
(EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya,
huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki
arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Sementara, transaksi
elektronik merupakan perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan
komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya.
Aturan ini berlaku bagi setiap orang yang melakukan perbuatan hukum
sebagaimana diatur UU ITE, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun di
luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum
Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan
1
https://lk2fhui.law.ui.ac.id/undang-undang-informasi-dan-transaksi-elektronik-bentuk-perlindungan-
atau-alat-kepentingan-pemerintah/ . di akses pada tanggal 13 desember 2023
V
Indonesia. Salah satu pertimbangan pembentukan UU ITE adalah pemerintah perlu
mendukung pengembangan teknologi informasi melalui infrastruktur hukum dan
pengaturannya sehingga pemanfaatan teknologi informasi dilakukan secara aman
untuk mencegah penyalahgunaannya dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan
sosial budaya masyarakat Indonesia.2
2
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220816154256-37-364266/mengenal-apa-itu-uu-ite-apa-
saja-yang-diatur-di-dalamnya. Di akses pada tanggal 13 desember 2023
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Untuk memahami lebih lanjut mengenai apa saja yang di atur dalam undang-
undang ITE. Dan tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui
bagaimana tindak pidana pelakunya.
VI
BAB II
PEMBAHASAN
1
b) Teori Pengetahuan
Teori pengetahuan ini lebih praktis dari teori kehendak, karena
ada 2 alternatif cara untuk untuk pembuktian adanya
kesengajaan.
3
Anton Hendrik Samudra, “Pencemaran Nama Baik Dan Penghinaan Melalui Media Teknologi
Informasi Komunikasi Di Indonesia Pasca Amandemen Uu Ite,” Jurnal Hukum & Pembangunan 50, no.
1 (2020): 91.
2
yang menyediakan informasi tersebut tak berbadan hukum dan tak terdaftar
sebagai perusahaan media (nonpers), pemerintah dapat langsung
memblokirnya.4
4
Baihaqi Muhammad, “Analisa UU ITE” (2018).
5
. Procedia Economics et al., “Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Di Media Sosial Berdasarkan
Peraturan Perundang-Perundang,” Corporate Governance (Bingley) 10, no. 1 (2020): 54–75.
3
dengan merugikan pihak lain.Hukum cyber atau cyber law, secara internasional
digunakan untuk istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi, demikian pula hukum telematika yang merupakan
perwujudan dari peningkatan digitalisasi, konten tipe yang berbeda (data, audio, video)
diletakkan dalam suatu format yang sama dan dikirim terus melalui variasi teknologi
komputer, handphone, televisi yang kemudian diteruskan pada platform yang berbeda.
Perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan dunia menjadi tidak memiliki
batas dan menyebabkan perubahan sosial secara cepat. Sehingga dapat dikatakan
teknologi informasi saat ini telah menjadi pedang bermata dua, karena selain
memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahtraan, kemajuan, dan peradaban
manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum.
Konsep aturan pencemaran nama baik melalui media elektronik atau media
sosial dan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap adanya potensi pencemaran
nama baik. Pencemaran nama baik melalui media sosial ataupun media elektronik
lainnya merupakan perbuatan pencemaran nama baik yang telah diatur dalam KUHP
Pasal 310 Ayat (1) namun dilakukan dengan menggunakan media elektronik atau media
masa diatur dalam Pasal 27 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, sehingga kedua ketentuan tersebut satu sama lain
tidak dapat dipisahkan. Dari kedua ketentutan tersebut unsur pidana yang kemudian
dijadikan dasar untuk mengklasifikasi apakah perkara pencemaran nama baik yang
terjadi termasuk pencemaran nama baik biasa atau pencemaran nama baik yang
dilakukan melalui media sosial atau media elekronik, dan juga ada beberapa faktor-
faktor yang mempengaruhi cyber crime diantaranya yaitu faktor politik, faktor
ekonomi, dan faktor sosial budaya. Adapun keterkaitan antara tindak pidana
pencemaran nama baik melalui media sosial berdasarkan Pasal 27 Ayat (3) Undang -
Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dengan
kebebasan berpendapat. Bahwa kebebasan berpendapat merupakan hak setiap
individu yang dijamin oleh konstitusi dan negara, maka dari itu Negara Republik
Indonesia sebagai negara hukum dan demokratis berwenang dalam mengatur dan
melindungi pelaksanaannya. Kebebasan berpendapat tanpa adanya sauatu tekanan
dari pihak manapun maupun kebebasan berpikir telah diatur dalam Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 28 E Ayat (3), dimana setiap orang berhak
atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengutarakan pendapatnya. Kehadiran hak
asasi manusia sebenarnya tidak diberikan oleh negara, melainkan asasi manusia
menurut hipotesis John Locke merupakan hak-hak individu yang sifatnya kodrati,
dimiliki setiap insan sejak lahir.
4
Kebebasan berekspresi pada saat ini tidak hanya dapat ditunagkan melalui lisan
maupun tulisan akan tetapi juga dapat dituangkan atau disampaikan melalui media
sosial. Pemanfaatan teknologi informasi, media dan komunikasi secara tidak langsung
telah mengubah baik perilaku masyarakat ataupun kehidupan dalam bersosialisasi yang
menyebabkan dunia menjadi tanpa batas.Meskipun kita memiliki hak kebebasan
dalam mengeluarkan pendapat ataupun pikiran, akan tetapi kebebasan tersebut bukan
meripakan mutlak yang tanpa batas, melainkan kebebasan yang bertanggung jawab.
Karena kebebasan kita juga dibatasi akan kebebasan orang lain, nilai-nilai serta norma
yang berlaku dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Batasan terhadap
hak dan kebebasan menyampaikan pendapat dan pikiran khususnya di media sosial
juga harus tetap pada jalur yang benar dalam tujuan menyampaikan informasi yang
sebenarnya untuk kepentingan bersama. Undang-undang akan menjadi koridor
pembatas saja supaya kebebasan mengeluarkan pendapat ataupun pikiran yang
diperjuangkan tidak kebablasan. UU ITE menjadi salah satu batasan dalam tindak
kejahatan melalui dunia maya.6
6
Firman Satrio Hutomo, “Pertanggungjawaban Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Sosial,”
Jurist-Diction 4, no. 2 (2021): 651.
5
BAB III
KESIMPULAN
Dewasa ini, teknologi informasi telah menjadi bagian integral dari kehidupan
masyarakat, mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Ketergantungan
pada teknologi informasi, seperti ponsel, menandakan keberadaannya sebagai elemen
vital dalam kehidupan manusia. Namun, seiring dengan pertumbuhan pengaruhnya,
risiko penyalahgunaan teknologi informasi juga meningkat. Untuk mengatasi hal ini,
pemerintah menghadirkan regulasi, seperti Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). UU ITE merupakan instrumen
hukum yang mencakup berbagai aspek teknologi informasi, termasuk pengakuan
informasi elektronik sebagai bukti hukum, tanda tangan elektronik, sertifikasi
elektronik, dan pengaturan terkait sistem elektronik. Selain itu, UU ITE juga mengatur
tindakan kriminal dalam penggunaan teknologi informasi, seperti konten ilegal, akses
ilegal, intersepsi ilegal, gangguan terhadap data dan sistem, serta penyalahgunaan alat
dan perangkat.
Pentingnya regulasi ini juga dapat dilihat dalam konteks perlindungan terhadap
kebebasan berpendapat. Meskipun kebebasan berekspresi dan berpendapat diakui
sebagai hak asasi manusia, batasannya harus sejalan dengan norma dan nilai-nilai
masyarakat. UU ITE berfungsi sebagai koridor pembatas agar kebebasan tersebut tidak
disalahgunakan. Dengan demikian, UU ITE bukan hanya mencerminkan upaya
pemerintah untuk mengatur dan melindungi pemanfaatan teknologi informasi secara
aman, tetapi juga sebagai respons terhadap tantangan dan risiko yang muncul seiring
dengan perkembangan teknologi informasi di masyarakat.
6
DAFTAR PUSTAKA
https://lk2fhui.law.ui.ac.id/undang-undang-informasi-dan-transaksi-elektronik-bentuk-
perlindungan-atau-alat-kepentingan-pemerintah/ . di akses pada tanggal 13
desember 2023
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220816154256-37-364266/mengenal-apa-itu-uu-ite-apa-
saja-yang-diatur-di-dalamnya. Di akses pada tanggal 13 desember 2023
Anton Hendrik Samudra, “Pencemaran Nama Baik Dan Penghinaan Melalui Media Teknologi Informasi
Komunikasi Di Indonesia Pasca Amandemen Uu Ite,” Jurnal Hukum & Pembangunan 50, no. 1
(2020): 91.
Procedia Economics et al., “Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Di Media Sosial Berdasarkan
Peraturan Perundang-Perundang,” Corporate Governance (Bingley) 10, no. 1 (2020): 54–75.
Firman Satrio Hutomo, “Pertanggungjawaban Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Sosial,”
Jurist-Diction 4, no. 2 (2021): 651.