Anda di halaman 1dari 6

Peraturan terkait Komputer di Indonesia: (Panji)

Lembaga yang mengatur Komputer di Indonesia


1) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo): Kementerian ini memiliki peran penting
dalam mengatur dan mengawasi penggunaan komputer serta teknologi informasi di Indonesia.
Mereka bertanggung jawab untuk mengembangkan kebijakan, regulasi, dan standar terkait
penggunaan komputer, telekomunikasi, internet, dan sektor informasi lainnya.
2) Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN): BSSN adalah lembaga di bawah Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang bertugas mengkoordinasikan, melindungi, dan
mengawasi keamanan siber di Indonesia. Mereka memiliki peran penting dalam mengatur dan
melindungi infrastruktur komputer dan jaringan informasi negara serta memberikan pedoman
dan standar keamanan siber bagi pemerintah, lembaga, dan masyarakat.
3) Badan Intelijen Negara (BIN): BIN memiliki peran dalam mengawasi dan mengamankan
informasi serta komunikasi di Indonesia. Mereka berperan dalam melindungi kepentingan
nasional, termasuk melawan ancaman kejahatan siber dan serangan terhadap infrastruktur
komputer negara.
4) Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (Ditjen Aptika): Ditjen Aptika merupakan salah satu
direktorat jenderal di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bertugas
mengawasi dan mengatur aplikasi informatika serta infrastruktur teknologi informasi di
Indonesia. Mereka mengeluarkan peraturan dan pedoman terkait penggunaan komputer dan
aplikasi teknologi informasi.

Peraturan Hukum Komputer di Indonesia


1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE): UU
ITE mengatur berbagai aspek terkait komputer dan teknologi informasi. Undang-undang ini
mencakup pengaturan tentang akses informasi elektronik, perlindungan terhadap keamanan
informasi, serta tindakan pidana terkait dengan penggunaan komputer, seperti penyebaran
konten yang melanggar, penggunaan data pribadi secara ilegal, atau tindakan penipuan melalui
komputer.
2. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 21 Tahun 2020 tentang Perlindungan
Data Pribadi dalam Sistem Elektronik: Peraturan ini mengatur perlindungan data pribadi dalam
sistem elektronik, termasuk persyaratan pengolahan data pribadi, hak pengguna, kewajiban
penyedia layanan, serta prosedur pengaduan terkait pelanggaran data pribadi.
3. Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014: Undang-undang ini melindungi hak cipta atas
karya-karya yang dihasilkan melalui komputer, seperti software, musik, film, dan karya-karya
lainnya. Penggunaan dan penyebaran karya-karya tersebut tanpa izin dapat melanggar hak cipta
dan dapat dikenai sanksi hukum.

UU ITE: (Sabrina & Abi Samsul)


1. Tujuan dari UU ITE untuk mengatur penggunaan teknologi informasi dan transaksi elektronik.
2.tujuan utama UU ITE untuk melindungi keamanan dan privasi data elektronik
3. Kontroversi UU ITE karena penafsiran dan penerapannya dapat membatasi kebebasan
berekpresi,,

Penjabaran:
Undang-Undang ITE adalah kependekan dari Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik. Ini adalah sebuah undang-undang yang diterapkan di Indonesia untuk mengatur
penggunaan teknologi informasi dan transaksi elektronik.
Undang-Undang ITE di Indonesia diperkenalkan pada tahun 2008 dan telah mengalami
beberapa perubahan dan revisi sejak saat itu. Undang-undang ini berlaku untuk semua individu
dan entitas yang menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik di Indonesia,
termasuk pengguna internet, penyedia layanan internet, dan pengguna platform digital.
Tujuan utama Undang-Undang ITE adalah untuk melindungi keamanan dan privasi data
elektronik, mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor teknologi informasi, dan mencegah
penyalahgunaan teknologi informasi untuk kegiatan ilegal seperti penipuan, peretasan, dan
penghinaan melalui media elektronik.
Namun, Undang-Undang ITE juga telah menjadi kontroversial karena penafsiran dan
penerapannya yang dapat membatasi kebebasan berekspresi dan menghukum individu yang
dianggap melanggar undang-undang ini. Beberapa pasal dalam Undang-Undang ITE telah
menjadi bahan perdebatan, terutama yang berkaitan dengan penistaan agama dan penghinaan
terhadap individu atau lembaga pemerintah.
Perdebatan tentang Undang-Undang ITE telah muncul dalam konteks kebebasan
berekspresi dan kritik terhadap penerapan hukum ini terhadap individu atau kelompok yang
berpendapat berbeda. Sejumlah kalangan telah mengkritik bahwa Undang-Undang ITE dapat
disalahgunakan untuk membungkam kritik dan menyensor opini di media sosial atau platform
digital.
Pada akhirnya, penggunaan dan penerapan Undang-Undang ITE harus memperhatikan
prinsip-prinsip kebebasan berekspresi dan hak asasi manusia, serta perlindungan terhadap
keamanan dan privasi data elektronik. Penting bagi pihak berwenang dan masyarakat umum
untuk berdiskusi secara terbuka tentang bagaimana mengatur dan menjalankan undang-undang
tersebut dengan memperhatikan kepentingan semua pihak yang terlibat.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)
pertama kali diumumkankan pada tanggal 21 April 2008. UU ini merupakan cyber law pertama
di Indonesia yang mengatur informasi elektronik atau teknologi informasi secara umum.
UU ITE telah mengalami satu kali revisi pada Agustus 2016 di era Menteri Kominfo Rudiantara.
Dari 54 pasal ada 7 ketentuan yang direvisi, diantaranya penegasan soal delik pencemaran nama
baik adalah delik aduan, dimana pada ketentuan sebelumnya merupakan delik umum. Terdapat
7 pasal yang akan diubah dalam revisi UU ITE, yaitu:
1. Pasal 27 ayat (1), (3), dan (4) tentang kesusilaan, uraian, pencemaran nama baik,
pemerasan.
2. Pasal 28 ayat (2) tentang uraian dan pencemaran nama baik.
3. Pasal 29 tentang kebencian.
4. Pasal 31 ayat (1) tentang penyebaran informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa
kebencian terhadap individu atau kelompok tertentu.
5. Pasal 32 ayat (1) tentang penyebaran informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa
takut atau kerentanan terhadap individu atau kelompok tertentu.
6. Pasal 36 tentang pemberatan hukuman.
7. Pasal 45C tentang pengawasan konten.
Pada 28 November 2016, revisi atas UU ITE mulai diberlakukan. Revisi ini mengharuskan warga
Indonesia yang aktif menggunakan media sosial untuk lebih berhati-hati dalam
mengekspresikan pendapat mereka.
Pada Maret 2023, Panitia Kerja RUU ITE mulai membahas pasal-pasal dalam UU ITE yang perlu
direvisi. Anggota Komisi I DPR RI Yan Permenas Mandenas menyampaikan, permintaan belum
bisa memastikan revisi Undang-Undang (UU) Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU
ITE selesai pada tahun 2022

UU perlindungan Data pribadi (Silvi)


Poin-Poin pentingnya Apa saja?
Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi di Indonesia adalah UU No. 11 Tahun 2020
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang mengatur perlindungan data pribadi.
UU ini juga dikenal dengan sebutan UU PDP (Perlindungan Data Pribadi). UU PDP bertujuan
untuk melindungi privasi dan data pribadi individu yang dikumpulkan, diproses, disimpan, dan
diumumkan melalui sistem elektronik. Perbuatan yang dilarang dalam penggunaan data pribadi
misalnya mencuri, menyebarkan, menggunakan data pribadi yang bukan miliknya, termasuk
pemalsuan data pribadi.
Berikut adalah beberapa poin penting yang diatur dalam UU Perlindungan Data Pribadi di
Indonesia:
1. Definisi Data Pribadi: UU PDP memberikan definisi yang jelas tentang apa yang dianggap
sebagai "data pribadi". Data pribadi mencakup informasi apapun yang terkait dengan individu
yang dapat mengidentifikasinya secara langsung atau tidak langsung.
2. Prinsip-prinsip Perlindungan Data Pribadi: UU PDP mengatur prinsip-prinsip dasar yang harus
dipatuhi oleh pemilik data dan pemegang data. Prinsip-prinsip ini meliputi keabsahan, kejelasan,
keterbatasan, koreksi, keberlanjutan, keterbukaan, keamanan, dan tanggung jawab.
3. Persyaratan Pengolahan Data Pribadi: UU PDP mengharuskan pihak yang mengumpulkan,
memproses, dan menyimpan data pribadi untuk memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan
ini meliputi mendapatkan izin dari pemilik data, tujuan pengumpulan data yang jelas,
pemrosesan yang adil dan wajar, penggunaan data sesuai dengan tujuan yang telah dijelaskan,
serta kewajiban untuk menjaga kerahasiaan data.
4. Hak Pemilik Data: UU PDP memberikan hak-hak kepada pemilik data pribadi. Hak-hak ini
termasuk hak untuk mengetahui, mengakses, mengubah, memperbaiki, menghapus,
memindahkan, dan menghapus data pribadi mereka. Pemilik data juga memiliki hak untuk
menolak pemrosesan data pribadi mereka dalam beberapa kondisi tertentu.
5. Perlindungan Data Anak: UU PDP memberikan perlindungan khusus untuk data pribadi anak-
anak. Pengolahan data anak harus memperoleh persetujuan dari orang tua atau wali hukum
anak.
6. Pengawasan dan Penegakan: UU PDP juga membentuk badan pengawas yang bertanggung
jawab untuk mengawasi penerapan dan penegakan hukum terkait perlindungan data pribadi.
Pelanggaran terhadap UU Perlindungan Data Pribadi di Indonesia dapat dikenakan sanksi
administratif dan pidana, termasuk denda dan/atau pidana penjara. Perbuatan ini diancam
dengan hukuman pidana penjara mulai dari 4 tahun hingga denda miliaran rupiah.

HAKI (Safara & Naffisa)


HAKI merupakan singkatan dari Hak Atas Kekayaan Intelektual. Ini adalah istilah yang digunakan
untuk mengacu pada hak-hak yang diberikan kepada pencipta karya intelektual, seperti penulis,
seniman, penemu, dan inovator. HAKI memberikan perlindungan hukum terhadap karya-karya
mereka dan memberikan insentif bagi mereka untuk terus menciptakan.
Berikut adalah undang² tentang HAKI :
 Undang-Undang Nomor.7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the
World Trade Organization
 Undang-Undang No.10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
 Undang-Undang Nomor.12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta
 Undang-Undang Nomor.13 Tahun 1997 tentang Hak Paten
 Undang-Undang Nomor.14 Tahun 1997 tentang Merek
 Keputusan Presiden Republik Indonesia (RI) Nomor.15 Tahun 1997 tentang Pengesahan
Paris Convention for The Protection of Industrial Property dan Convention Establishing
the World Intellectual Property Organization
 Keputusan Presiden RI No.17 Tahun 1997 tentang Pengesahan Trademark Law Treaty
 Keputusan Presiden Republik Indonesia (RI) Nomor.19 Tahun 1997 tentang Pengesahan
WIPO Copyrights Treaty
 Keputusan Presiden Republik Indonesia (RI) Nomor.18 Tahun 1997 tentang Pengesahan
Berne Convention for The Protection of Literary and Artistic Works
HAKI mencakup beberapa aspek yang berbeda, di antaranya:
1. Hak Cipta: Hak cipta melindungi karya-karya seperti buku, lagu, film, dan karya seni lainnya.
Hak cipta memberikan pemiliknya hak eksklusif untuk menggunakan, mendistribusikan, atau
mengizinkan orang lain menggunakan karyanya.

2. Paten: Paten memberikan perlindungan hukum terhadap penemuan baru dan inovasi
teknologi. Dengan mendapatkan paten, pemegangnya memiliki hak eksklusif untuk
menggunakan dan menjual penemuan tersebut selama jangka waktu tertentu.

3. Merek Dagang: Merek dagang melindungi identitas bisnis atau produk, seperti logo, nama
merek, atau slogan. Merek dagang memberikan pemiliknya hak eksklusif untuk menggunakan
dan melindungi merek tersebut dari penggunaan yang tidak sah oleh pihak lain.

4. Desain Industri: Desain industri melibatkan perlindungan atas aspek estetika dan fitur desain
dari produk industri, seperti desain mobil, perabotan, atau produk-produk konsumen lainnya.
Desain industri memberikan hak eksklusif kepada pemegangnya untuk menggunakan desain
tersebut.

5. Rahasia Dagang: Rahasia dagang melibatkan informasi bisnis yang rahasia dan bernilai,
seperti formula, metode, atau teknik produksi yang tidak diketahui oleh publik. Pemilik rahasia
dagang memiliki hak eksklusif untuk menjaga kerahasiaan informasi tersebut dan mencegah
penggunaan atau pengungkapan oleh pihak lain.
Perlindungan HAKI diberikan oleh hukum di setiap negara dan terdapat peraturan dan prosedur
khusus untuk mendaftarkan dan melindungi hak-hak tersebut. Dengan memiliki perlindungan
HAKI, pemilik karya atau inovasi dapat mencegah orang lain menggunakan atau mengambil
keuntungan dari karya mereka tanpa izin, dan juga dapat mengambil tindakan hukum jika terjadi
pelanggaran.
Berikut ini adalah beberapa macam jangka waktu HAKI untuk beberapa jenis hak kekayaan
intelektual umum:
1. Hak Cipta: Jangka waktu hak cipta berlaku selama masa hidup pencipta ditambah dengan
tambahan waktu tertentu setelah kematian pencipta. Di banyak negara, termasuk sebagian
besar negara anggota Konvensi Bern tentang Perlindungan Hak Cipta, tambahan waktu ini
umumnya adalah antara 50 hingga 70 tahun setelah kematian pencipta. Setelah jangka waktu
ini berakhir, karya tersebut akan jatuh ke ranah publik dan dapat digunakan secara bebas oleh
siapa saja.
2. Paten: Jangka waktu paten berbeda-beda di berbagai yurisdiksi, tetapi umumnya berlangsung
selama 20 tahun dari tanggal pengajuan. Setelah itu, penemuan tersebut akan menjadi publik
dan dapat digunakan oleh siapa saja.
3. Merek Dagang: Jangka waktu merek dagang juga bervariasi tergantung pada yurisdiksi, tetapi
biasanya dapat diperpanjang secara berkala. Di banyak negara, merek dagang awalnya diberikan
perlindungan selama 10 tahun dan dapat diperpanjang untuk periode tambahan, misalnya 10
tahun lagi. Perpanjangan ini dapat terus dilakukan selama pemilik merek terus memenuhi
persyaratan dan membayar biaya yang diperlukan.
4. Desain Industri: Jangka waktu perlindungan desain industri juga berbeda-beda di setiap
negara. Beberapa negara memberikan perlindungan selama beberapa tahun, sementara yang
lain mungkin memberikan perlindungan lebih lama, misalnya selama 25 tahun.
5. Rahasia Dagang: Perlindungan untuk rahasia dagang tidak memiliki batas waktu tertentu
selama informasi tersebut tetap dirahasiakan dan dianggap sebagai rahasia dagang yang
dilindungi. Namun, jika rahasia dagang tersebut terungkap ke publik atau diungkapkan secara
tidak sengaja, perlindungan atas rahasia dagang tersebut akan hilang.

Anda mungkin juga menyukai