Penjabaran:
Undang-Undang ITE adalah kependekan dari Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik. Ini adalah sebuah undang-undang yang diterapkan di Indonesia untuk mengatur
penggunaan teknologi informasi dan transaksi elektronik.
Undang-Undang ITE di Indonesia diperkenalkan pada tahun 2008 dan telah mengalami
beberapa perubahan dan revisi sejak saat itu. Undang-undang ini berlaku untuk semua individu
dan entitas yang menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik di Indonesia,
termasuk pengguna internet, penyedia layanan internet, dan pengguna platform digital.
Tujuan utama Undang-Undang ITE adalah untuk melindungi keamanan dan privasi data
elektronik, mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor teknologi informasi, dan mencegah
penyalahgunaan teknologi informasi untuk kegiatan ilegal seperti penipuan, peretasan, dan
penghinaan melalui media elektronik.
Namun, Undang-Undang ITE juga telah menjadi kontroversial karena penafsiran dan
penerapannya yang dapat membatasi kebebasan berekspresi dan menghukum individu yang
dianggap melanggar undang-undang ini. Beberapa pasal dalam Undang-Undang ITE telah
menjadi bahan perdebatan, terutama yang berkaitan dengan penistaan agama dan penghinaan
terhadap individu atau lembaga pemerintah.
Perdebatan tentang Undang-Undang ITE telah muncul dalam konteks kebebasan
berekspresi dan kritik terhadap penerapan hukum ini terhadap individu atau kelompok yang
berpendapat berbeda. Sejumlah kalangan telah mengkritik bahwa Undang-Undang ITE dapat
disalahgunakan untuk membungkam kritik dan menyensor opini di media sosial atau platform
digital.
Pada akhirnya, penggunaan dan penerapan Undang-Undang ITE harus memperhatikan
prinsip-prinsip kebebasan berekspresi dan hak asasi manusia, serta perlindungan terhadap
keamanan dan privasi data elektronik. Penting bagi pihak berwenang dan masyarakat umum
untuk berdiskusi secara terbuka tentang bagaimana mengatur dan menjalankan undang-undang
tersebut dengan memperhatikan kepentingan semua pihak yang terlibat.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)
pertama kali diumumkankan pada tanggal 21 April 2008. UU ini merupakan cyber law pertama
di Indonesia yang mengatur informasi elektronik atau teknologi informasi secara umum.
UU ITE telah mengalami satu kali revisi pada Agustus 2016 di era Menteri Kominfo Rudiantara.
Dari 54 pasal ada 7 ketentuan yang direvisi, diantaranya penegasan soal delik pencemaran nama
baik adalah delik aduan, dimana pada ketentuan sebelumnya merupakan delik umum. Terdapat
7 pasal yang akan diubah dalam revisi UU ITE, yaitu:
1. Pasal 27 ayat (1), (3), dan (4) tentang kesusilaan, uraian, pencemaran nama baik,
pemerasan.
2. Pasal 28 ayat (2) tentang uraian dan pencemaran nama baik.
3. Pasal 29 tentang kebencian.
4. Pasal 31 ayat (1) tentang penyebaran informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa
kebencian terhadap individu atau kelompok tertentu.
5. Pasal 32 ayat (1) tentang penyebaran informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa
takut atau kerentanan terhadap individu atau kelompok tertentu.
6. Pasal 36 tentang pemberatan hukuman.
7. Pasal 45C tentang pengawasan konten.
Pada 28 November 2016, revisi atas UU ITE mulai diberlakukan. Revisi ini mengharuskan warga
Indonesia yang aktif menggunakan media sosial untuk lebih berhati-hati dalam
mengekspresikan pendapat mereka.
Pada Maret 2023, Panitia Kerja RUU ITE mulai membahas pasal-pasal dalam UU ITE yang perlu
direvisi. Anggota Komisi I DPR RI Yan Permenas Mandenas menyampaikan, permintaan belum
bisa memastikan revisi Undang-Undang (UU) Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU
ITE selesai pada tahun 2022
2. Paten: Paten memberikan perlindungan hukum terhadap penemuan baru dan inovasi
teknologi. Dengan mendapatkan paten, pemegangnya memiliki hak eksklusif untuk
menggunakan dan menjual penemuan tersebut selama jangka waktu tertentu.
3. Merek Dagang: Merek dagang melindungi identitas bisnis atau produk, seperti logo, nama
merek, atau slogan. Merek dagang memberikan pemiliknya hak eksklusif untuk menggunakan
dan melindungi merek tersebut dari penggunaan yang tidak sah oleh pihak lain.
4. Desain Industri: Desain industri melibatkan perlindungan atas aspek estetika dan fitur desain
dari produk industri, seperti desain mobil, perabotan, atau produk-produk konsumen lainnya.
Desain industri memberikan hak eksklusif kepada pemegangnya untuk menggunakan desain
tersebut.
5. Rahasia Dagang: Rahasia dagang melibatkan informasi bisnis yang rahasia dan bernilai,
seperti formula, metode, atau teknik produksi yang tidak diketahui oleh publik. Pemilik rahasia
dagang memiliki hak eksklusif untuk menjaga kerahasiaan informasi tersebut dan mencegah
penggunaan atau pengungkapan oleh pihak lain.
Perlindungan HAKI diberikan oleh hukum di setiap negara dan terdapat peraturan dan prosedur
khusus untuk mendaftarkan dan melindungi hak-hak tersebut. Dengan memiliki perlindungan
HAKI, pemilik karya atau inovasi dapat mencegah orang lain menggunakan atau mengambil
keuntungan dari karya mereka tanpa izin, dan juga dapat mengambil tindakan hukum jika terjadi
pelanggaran.
Berikut ini adalah beberapa macam jangka waktu HAKI untuk beberapa jenis hak kekayaan
intelektual umum:
1. Hak Cipta: Jangka waktu hak cipta berlaku selama masa hidup pencipta ditambah dengan
tambahan waktu tertentu setelah kematian pencipta. Di banyak negara, termasuk sebagian
besar negara anggota Konvensi Bern tentang Perlindungan Hak Cipta, tambahan waktu ini
umumnya adalah antara 50 hingga 70 tahun setelah kematian pencipta. Setelah jangka waktu
ini berakhir, karya tersebut akan jatuh ke ranah publik dan dapat digunakan secara bebas oleh
siapa saja.
2. Paten: Jangka waktu paten berbeda-beda di berbagai yurisdiksi, tetapi umumnya berlangsung
selama 20 tahun dari tanggal pengajuan. Setelah itu, penemuan tersebut akan menjadi publik
dan dapat digunakan oleh siapa saja.
3. Merek Dagang: Jangka waktu merek dagang juga bervariasi tergantung pada yurisdiksi, tetapi
biasanya dapat diperpanjang secara berkala. Di banyak negara, merek dagang awalnya diberikan
perlindungan selama 10 tahun dan dapat diperpanjang untuk periode tambahan, misalnya 10
tahun lagi. Perpanjangan ini dapat terus dilakukan selama pemilik merek terus memenuhi
persyaratan dan membayar biaya yang diperlukan.
4. Desain Industri: Jangka waktu perlindungan desain industri juga berbeda-beda di setiap
negara. Beberapa negara memberikan perlindungan selama beberapa tahun, sementara yang
lain mungkin memberikan perlindungan lebih lama, misalnya selama 25 tahun.
5. Rahasia Dagang: Perlindungan untuk rahasia dagang tidak memiliki batas waktu tertentu
selama informasi tersebut tetap dirahasiakan dan dianggap sebagai rahasia dagang yang
dilindungi. Namun, jika rahasia dagang tersebut terungkap ke publik atau diungkapkan secara
tidak sengaja, perlindungan atas rahasia dagang tersebut akan hilang.