Anda di halaman 1dari 11

HUKUM DAN KOMUNIKASI (A)

“PEMBATASAN KONTEN DIGITAL MENURUT UU ITE”

Disusun Oleh :

1. Muhamad Rifqi 2017130016


2. Diah Cahyamaharani 2017130089
3. Davinna Furqania W, 2018130025
4. Muhammad Miftahul Ulumudin 2019130007
5. Fauridzki Kresnaldy Prima 2019130011
6. Rifero Fernando 2019140014

INSTITUT ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

JAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teknologi terus dikembangkan dalam rangka mempermudah manusia

melakukan aktifitasnya sehari-hari. Salah satu produk teknologi informasi dan

komunikasi kecanggihannya berkembang pesat dan menguasai atasa seluruh aspek

kehidupan manusia adalah Internet. Kini secara nasional maupun dunia internasional

telah memasuki peradaban baru dimana manusia berada dalam teknologi informasi

yang berbasis pada lingkungan yang serba digital.

Teknologi informasi dengan sendirinya juga merubah perilaku masyarakat.

Dengan munculnya Internet, muncul jenis dunia yang baru yang sebelumnya tidak

pernah dikenal oleh manusia, yaitu dunia yang disebut virtual world. Munculnya

dunia virtual telah mengubah kebiasaan banyak orang terutama dalam kehidupannya

terbiasa menggunakan Internet. Mulai dari mengubah cara dan sarana transaksi bisnis

atau transaksi perbankan yang dilakukan dengan menggunakan Internet yang

berlangsung di dunia virtual disebut dengan transaksi elektronik (electronic

transaction atau e-commerce), edukasi elektronik (electronic education), konsultasi

dokter online (telemedicine), telekarya, transportasi, lingkungan, sampai dengan

hiburan. Di samping menciptakan berbagai peluang baru dalam kehidupan

masyarakat, Kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi tersebut telah

memberikan kemudahan dalam pekerjaan sehari-hari.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan hubungan

dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi

dan budaya secara signifikan berlangsung yang sangat cepat.


Tak jarang seseorang memanfaatkan media eletronik sebagai sarana dalam

menyampaikan pendapat, informasi, ataupun berekspresi. Namun diperlukan kehati-

hatian dalam penggunaannya karena bisa saja pendapat maupun informasi yang

disampaikan berbenturan dengan rasa kehormatan orang lain atau yang berdampak

pada pencemaran nama baik terhadap orang lain.

Media sosial menjadi ruang baru dalam kehidupan manusia, dan seolah-olah

menjadi rumah kedua bagi para pengguna. Media sosial atau aplikasi seperti

Facebook, Twitter, Blackberry Messenger (BBM), Line, WhatsApp, Youtube,

Google, Yahoo Messenger, dan lain-lain digunakan sebagai sarana menulis, mengirim

foto, video, maupun konten negatif seperti pornografi, asusila, perjudian, ancaman

pemerasan, penipuan dengan modus macam-macam, rayuan, tipu daya, hingga

perbuatan yang mengandung penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. Informasi

apapun seperti berita, artikel, video, foto, yang mengandung konten negatif yang

diakses melalui media sosial bisa menyebar dan berlangsung demikian cepat.

Kecepatan penyebaran informasi teknologi jauh lebih cepat hingga ke penjuru

dunia dibandingkan penyebaran informasi secara konvensional. Demikian pula

perbuatan yang mengandung penghinaan dan/atau pencemaran nama baik di media

sosial penyebarannya sangat cepat. Ketika ditransmisikan atau dikirim ke media sosial

(upload), dalam hitungan beberapa detik saja, tidak bisa dihindari dampak

penyebarannya.

Mengingat ruang lingkupnya yang luas dan cepat merambat ke seluruh

penjuru dunia, dan perlindungan hukum terhadap kebebasan berekspresi di dalam

suatu negara demokrasi, maka ketentuan yang mengatur tentang muatan penghinaan

dan/atau pencemaran nama baik di media sosial harus dibuat agar menjadi pedoman

batasan terhadap konten digital dalam bentuk apa saja yang ada di media sosial, yang
dimuat dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik (UU ITE).

UU ITE ini mengatur larangan perbuatan pendistribusian informasi elektronik

dan/atau dokumen elektronik yang mengandung muatan penghinaan dan/atau

pencemaran nama baik melalui media sosial sebagai sarana.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa rumusan masalah yang dapat

dianalisis oleh kelompok kami, yaitu :

1. Apa isi UU ITE?

2. Bagaimana penerapan pembatasan konten digital menurut UU ITE?

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui isi UU ITE

2. Mengetahui cara penerapan pembatasan konten digital menurut UU ITE


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Isi UU ITE

Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) adalah

ketentuan yang berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, baik yang berada di wilayah hukum

Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di

wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan

kepentingan Indonesia.

UU ITE mengatur berbagai perlindungan hukum atas kegiatan yang

memanfaatkan internet sebagai medianya, baik transaksi maupun pemanfaatan

informasinya. Pada UU ITE ini juga diatur berbagai ancaman hukuman bagi kejahatan

melalui internet. UU ITE mengakomodir kebutuhan para pelaku bisnis di internet dan

masyarakat pada umumnya guna mendapatkan kepastian hukum, dengan diakuinya

bukti elektronik dan tanda tangan digital sebagai bukti yang sah di pengadilan.

Dengan demikian setiap konten yang dibuat, baik yang berbentuk gambar dan

atau gabungan gambar dan suara dapat dikategorikan sebagai Informasi Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik menurut UU ITE. Informasi elektronik dan Dokumen

Elektronik sendiri diartikan oleh UU ITE sebagai berikut:

1. Informasi Elektronik, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 UU

ITE:

“Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik,

termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,
foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail),

telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses,

simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat

dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.”

2. Dokumen Elektronik, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 4 UU

ITE:

“Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat,

diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog,

digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat,

ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik,

termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,

foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau

perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang

yang mampu memahaminya.”

Dengan demikian, apabila telah dipahami bahwa konten yang dibuat tersebut

merupakan Informasi elektronik dan/atau Dokumen Elektronik, maka perlu diketahui

beberapa tindakan yang dilarang oleh UU ITE, yang diatur dalam Pasal 27 UU ITE,

antara lain:

1. Mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat

diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang

memiliki muatan yang melanggar kesusilaan;


2. Mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat

diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang

memiliki muatan perjudian;

3. Mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat

diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang

memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik;

4. Mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat

diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang

memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman

Jika dilihat, ada 3 jenis tindakan yang dilarang dalam ketentuan ini, yaitu

mendistribusikan, mentransmisikan, dan membuat dapat diakses. Ketiga tindakan

tersebut diartikan lebih lanjut dalam penjelasan pasal 27 ayat (1) UU ITE, sebagai

berikut:

1. “Mendistribusikan” adalah mengirimkan dan/atau menyebarkan Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada banyak Orang atau

berbagai pihak melalui Sistem Elektronik.

2. “Mentransmisikan” adalah mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik yang ditujukan kepada satu pihak lain melalui Sistem

Elektronik.

3. “Membuat dapat diakses” adalah semua perbuatan lain selain

mendistribusikan dan mentransmisikan melalui Sistem Elektronik yang

menyebabkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dapat

diketahui pihak lain atau publik.


Membuat/memproduksi informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik

saja tidak dapat menjadikan pelakunya melanggar ketentuan UU ITE ini. Namun

dengan melakukan posting atau mengunggahnya ke media sosial melalui internet

(jaringan komputer) maka tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai tindakan

yang membuat dapat diaksesnya informasi dan/atau dokumen elektronik, karena

dengan mengunggahnya ke media sosial dapat dikatakan pelakunya membuat

informasi dan/atau dokumen elektronik tersebut dapat diketahui pihak lain atau

publik.

2.2 Penerapan pembatasan konten digital menurut UU ITE

UU ITE ini harus diperhatikan karena konten digital yang dibuat akan

disimpan dan disebarluaskan dalam jaringan komputer atau media elektronik. Dengan

demikian setiap konten digital yang dibuat, baik yang berbentuk gambar dan atau

gabungan gambar dan suara dapat dikategorikan sebagai Informasi Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik menurut UU ITE.

Ada hal yang sangat perlu kita perhatikan dalam segala aktivitas online yang

dilakukan di internet. Jangan sampai apa yang dilakukan dalam komunikasi online

kita menjadi hal yang berbenturan dengan hukum sehubungan dengan adanya UU No.

11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Sehingga, pembatasan terhadap konten digital yang tersebar di internet itu

sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan banyak konten digital yang tidak

memperhatikan etika atau norma yang berlaku di masyarakat, serta pembatasan

konten digital ini berguna untuk semua orang agar tidak melewati Batasan yang ada

antara sesama manusia sebagai makhluk sosial.

Apabila seseorang melanggar ketentuan pada pasal 27 UU ITE ini maka

pelakunya dapat dikenakan ancaman pidana dengan pidana penjara paling lama 6
(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah),

sesuai dengan bunyi UU ITE Pasal 45 Ayat (1) dan (2).

2.3 Contoh Kasus

Youtuber Ferdian Paleka ditetapkan sebagai tersangka kasus muatan

penghinaan dalam video prank bagi sembako berisi sampah kepada sejumlah

transpuan.

Pada 8 Mei 2020 lalu, seorang youtuber bernama Ferdian Paleka beserta 2

rekannya ditetapkan sebagai tersangka karena mereka melakukan tindakan dengan

membagikan sembako berisi sampah dan batu kepada sejumlah transpuan yang

kemudian konten tersebut dimuat di dalam channel youtubenya, yang kemudian

tindakan tersebut dianggap sebagai penghinaan.

Menurut Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Komisaris Besar Saptono

Erlangga para tersangka telah dilakukan pemeriksaan dan penyelidikan telah

memenuhi syarat untuk dikenakan dalam Pasal 45 UU ITE. Selain Pasal 45, para

tersangka juga dijerat dengan dua pasal tambahan yaitu Pasal 36 dan Pasal 51 ayat 2

UU Nomor 11 tahun 2008 tentang ITE.

Pasal 45 UU ITE

1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat

(1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6

(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah).
2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat

(1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29

dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda

paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

Pasal 36 UU ITE

“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan

perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 yang

mengakibatkan kerugian bagi orang lain.”

Pasal 51 Ayat 2 UU ITE

2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36

dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda

paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Penutup

Anda mungkin juga menyukai