Anda di halaman 1dari 60

Undang-Undang

Informasi dan
Transaksi Elektronik
ITE

Undang-undang Informasi dan Transaksi


Elektronik (disingkat UU ITE) atau
Undang-undang nomor 11 tahun 2008
adalah UU yang mengatur tentang
informasi serta transaksi elektronik, atau
teknologi informasi secara umum. UU ini
memiliki yurisdiksi yang berlaku untuk
setiap orang yang melakukan perbuatan
hukum sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini, baik yang berada di
wilayah Indonesia maupun di luar wilayah
hukum Indonesia, yang memiliki akibat
hukum di wilayah hukum Indonesia
dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia
dan merugikan kepentingan Indonesia.
UU Nomor 11 Tahun 2008

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11


Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik

Tanggal penerapan 21 April 2008

Tanggal 21 April 2008


pengumuman

Sejarah legislatif

UU RUU Informasi dan


Transaksi Elektronik

UU diterbitkan pada 5 September 2005

Amendemen

UU Nomor 19 Tahun 2016


Status: Secara substansial diamandemenkan

Wikisource memiliki naskah sumber


yang berkaitan dengan artikel ini:

Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 11 Tahun 2008

Asas dan tujuan

Asas …

Pemanfaatan Teknologi ITE dilaksanakan


berdasarkan asas kepastian hukum,
manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan
kebebasan memilih teknologi atau netral
teknologi.

Tujuan …

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan


Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan
tujuan untuk:

1. mencerdaskan kehidupan bangsa


sebagai bagian dari masyarakat
informasi dunia;
2. mengembangkan perdagangan dan
perekonomian nasional dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat;
3. meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pelayanan publik;
4. membuka kesempatan seluas-
luasnya kepada setiap Orang untuk
memajukan pemikiran dan
kemampuan di bidang penggunaan
dan pemanfaatan Teknologi
Informasi seoptimal mungkin dan
bertanggung jawab; dan
5. memberikan rasa aman, keadilan,
dan kepastian hukum bagi pengguna
dan penyelenggara Teknologi
Informasi.

Istilah dalam Undang-


Undang
Informasi Elektronik adalah satu atau
sekumpulan data elektronik, tetapi tidak
terbatas pada tulisan, suara, gambar,
peta, rancangan, foto, electronic data
interchange (EDI), surat elektronik
(electronic mail), telegram, teleks,
telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda,
angka, Kode Akses, simbol, atau
perforasi yang telah diolah yang
memiliki arti atau dapat dipahami oleh
orang yang mampu memahaminya.
Transaksi Elektronik adalah perbuatan
hukum yang dilakukan dengan
menggunakan Komputer, jaringan
Komputer, dan/atau media elektronik
lainnya.
Teknologi Informasi adalah suatu teknik
untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memproses,
mengumumkan, menganalisis, dan/atau
menyebarkan informasi.
Dokumen Elektronik adalah setiap
Informasi Elektronik yang dibuat,
diteruskan, dikirimkan, diterima, atau
disimpan dalam bentuk analog, digital,
elektromagnetik, optikal, atau
sejenisnya, yang dapat dilihat,
ditampilkan, dan/atau didengar melalui
Komputer atau Sistem Elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas pada
tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,
foto atau sejenisnya, huruf, tanda,
angka, Kode Akses, simbol atau
perforasi yang memiliki makna atau arti
atau dapat dipahami oleh orang yang
mampu memahaminya.
Sistem Elektronik adalah serangkaian
perangkat dan prosedur elektronik yang
berfungsi mempersiapkan,
mengumpulkan, mengolah,
menganalisis, menyimpan,
menampilkan, mengumumkan,
mengirimkan, dan/atau menyebarkan
Informasi Elektronik.
Penyelenggaraan Sistem Elektronik
adalah pemanfaatan Sistem Elektronik
oleh penyelenggara negara, Orang,
Badan Usaha, dan/atau masyarakat.
Jaringan Sistem Elektronik adalah
terhubungnya dua Sistem Elektronik
atau lebih, yang bersifat tertutup
ataupun terbuka.
Agen Elektronik adalah perangkat dari
suatu Sistem Elektronik yang dibuat
untuk melakukan suatu tindakan
terhadap suatu Informasi Elektronik
tertentu secara otomatis yang
diselenggarakan oleh Orang.
Sertifikat Elektronik adalah sertifikat
yang bersifat elektronik yang memuat
Tanda Tangan Elektronik dan identitas
yang menunjukkan status subjek hukum
para pihak dalam Transaksi Elektronik
yang dikeluarkan oleh Penyelenggara
Sertifikasi Elektronik.
Penyelenggara Sertifikasi Elektronik
adalah badan hukum yang berfungsi
sebagai pihak yang layak dipercaya,
yang memberikan dan mengaudit
Sertifikat Elektronik.
Lembaga Sertifikasi Keandalan adalah
lembaga independen yang dibentuk oleh
profesional yang diakui, disahkan, dan
diawasi oleh Pemerintah dengan
kewenangan mengaudit dan
mengeluarkan sertifikat keandalan
dalam Transaksi Elektronik.
Tanda Tangan Elektronik adalah tanda
tangan yang terdiri atas Informasi
Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi
atau terkait dengan Informasi Elektronik
lainnya yang digunakan sebagai alat
verifikasi dan autentikasi.
Penanda Tangan adalah subjek hukum
yang terasosiasikan atau terkait dengan
Tanda Tangan Elektronik.
Komputer adalah alat untuk memproses
data elektronik, magnetik, optik, atau
sistem yang melaksanakan fungsi
logika, aritmetika, dan penyimpanan.
Akses adalah kegiatan melakukan
interaksi dengan Sistem Elektronik yang
berdiri sendiri atau dalam jaringan.
Kode Akses adalah angka, huruf, simbol,
karakter lainnya atau kombinasi di
antaranya, yang merupakan kunci untuk
dapat mengakses Komputer dan/atau
Sistem Elektronik lainnya.
Kontrak Elektronik adalah perjanjian para
pihak yang dibuat melalui Sistem
Elektronik.
Pengirim adalah subjek hukum yang
mengirimkan Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik.
Penerima adalah subjek hukum yang
menerima Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik dari Pengirim.
Nama Domain adalah alamat internet
penyelenggara negara, Orang, Badan
Usaha, dan/atau masyarakat, yang
dapat digunakan dalam berkomunikasi
melalui internet, yang berupa kode atau
susunan karakter yang bersifat unik
untuk menunjukkan lokasi tertentu
dalam internet.
Orang adalah orang perseorangan, baik
warga negara Indonesia, warga negara
asing, maupun badan hukum.
Badan Usaha adalah perusahaan
perseorangan atau perusahaan
persekutuan, baik yang berbadan hukum
maupun yang tidak berbadan hukum.
Pemerintah adalah Menteri atau pejabat
lainnya yang ditunjuk oleh Presiden.

Konten
Secara umum, materi Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU
ITE) dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu
pengaturan mengenai informasi dan
transaksi elektronik dan pengaturan
mengenai perbuatan yang dilarang.
Pengaturan mengenai informasi dan
transaksi elektronik mengacu pada
beberapa instrumen internasional, seperti
UNCITRAL Model Law on
eCommerce[1]dan UNCITRAL Model Law
on eSignature[2]. Bagian ini dimaksudkan
untuk mengakomodir kebutuhan para
pelaku bisnis di internet dan masyarakat
umumnya guna mendapatkan kepastian
hukum dalam melakukan transaksi
elektronik.

Beberapa materi yang diatur, antara lain:

1. pengakuan informasi/dokumen
elektronik sebagai alat bukti hukum
yang sah (Pasal 5 & Pasal 6 UU ITE);
2. tanda tangan elektronik (Pasal 11 &
Pasal 12 UU ITE);
3. penyelenggaraan sertifikasi
elektronik (certification authority,
Pasal 13 & Pasal 14 UU ITE); dan
4. penyelenggaraan sistem elektronik
(Pasal 15 & Pasal 16 UU ITE)
5. perbuatan yang dilarang
(cybercrimes). Beberapa cybercrimes
yang diatur dalam UU ITE, antara lain:
1. konten ilegal, yang terdiri dari,
antara lain: kesusilaan,
perjudian,
penghinaan/pencemaran
nama baik, pengancaman dan
pemerasan (Pasal 27, Pasal
28, dan Pasal 29 UU ITE);
2. akses ilegal (Pasal 30);
3. intersepsi ilegal (Pasal 31);
4. gangguan terhadap data (data
interference, Pasal 32 UU ITE);
5. gangguan terhadap sistem
(system interference, Pasal 33
UU ITE);
6. penyalahgunaan alat dan
perangkat (misuse of device,
Pasal 34 UU ITE);

Penyusunan materi UU ITE tidak terlepas


dari dua naskah akademis yang disusun
oleh dua institusi pendidikan yakni
Universitas Padjadjaran(Unpad) dan
Universitas Indonesia(UI). Tim Unpad
ditunjuk oleh Departemen Komunikasi dan
Informasi sedangkan Tim UI oleh
Departemen Perindustrian dan
Perdagangan. Pada penyusunannya, Tim
Unpad bekerjasama dengan para pakar di
Institut Teknologi Bandung yang kemudian
menamai naskah akademisnya dengan
RUU Pemanfaatan Teknologi Informasi
(RUU PTI). Sedangkan tim UI menamai
naskah akademisnya dengan RUU
Informasi Elektronik dan Transaksi
Elektronik.
Kedua naskah akademis tersebut pada
akhirnya digabung dan disesuaikan
kembali oleh tim yang dipimpin Prof.
Ahmad M Ramli SH (atas nama
pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono),
sehingga namanya menjadi Undang-
Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik sebagaimana disahkan oleh
DPR.

Peraturan Pelaksana
Sembilan pasal UU ITE mengamanatkan
pembentukan Peraturan Pemerintah:

1. Lembaga Sertifikasi Keandalan


(Pasal 10 ayat 2);
2. Tanda Tangan Elektronik (Pasal 11
ayat 2);
3. Penyelenggara Sertifikasi Elektronik
(Pasal 13 ayat 6);
4. Penyelenggara Sistem Elektronik
(Pasal 16 ayat 2);
5. Penyelenggaraan Transaksi
Elektronik (Pasal 17 ayat 3);
6. Penyelenggara Agen Elektronik
(Pasal 22 ayat 2);
7. Pengelolaan Nama Domain (Pasal
24);
8. Tata Cara Intersepsi (Pasal 31 ayat
4);
9. Peran Pemerintah dalam
Pemanfaaatan TIK (Pasal 40);

Penyelenggaran Sistem Transaksi


Elektronik

Dalam perjalanannya, poin no. 1-7


dijadikan satu peraturan pemerintah, dan
juga sudah disahkan yaitu Peraturan
Pemerintah no. 82 tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Sistem Transaksi
Elektronik ('PP PSTE'). Peraturan
Pemerintah ini disusun sejak pertengahan
tahun 2008 dan disampaikan ke
Kemkumham awal tahun 2010. Kemudian
dilakukan harmonisasi pertama, dan
Menkumham menyerahkan hasilnya ke
Menkominfo pada 30 April 2012.
Menkominfo menyerahkan Naskah Akhir
RPP ini ke Presiden pada 6 Juli 2012 dan
ditetapkan menjadi PP 82 tahun 2012
pada 15 Oktober 2012. PP ini mengatur
sistem elektronik untuk pelayanan publik
dan nonpelayanan publik, sanksi
administratif, tanggungjawab pidana serta
perdata penyelenggara, sertifikasi, kontrak,
dan tanda tangan elektronis, serta
penawaran produk melalui sistem
elektronik. (Aspek Hukum
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik, Ronny, 2013)
Tata Cara Intersepsi …

Poin nomor 8 tadinya sempat direncakan


menjadi Peraturan Pemerintah tersendiri,
akan tetapi koalisi masyarakat menggugat
pasal ini ke Mahkamah Konstitusi tahun
2011. Mahkamah menyetujui serta
mengharuskan Pasal ini dibuat Undang
Undang tersendiri bukannya Peraturan
Pemerintah karena intersepsi atau
penyadapan membatasi sebagian hak
asasi manusia yang menurut pasal 28J
UUD 1945, harus berbentuk Undang
Undang.

Indonesia Corruption Watch


mengungkapkan bahwa RPP merupakan
bentuk potensi intervensi Eksekutif
terhadap lembaga penegak hukum,
khususnya KPK, mengingat Pusat
Intersepsi Nasional (PIN) dikelola dan
dibentuk pemerintah, karena dibentuk
dengan Keputusan Presiden.[3]

Catatan kritis ICW terhadap RPP tentang


Penyadapan per 3 Desember 2009:

1. Pasal 4 ayat (4) teknis operasional


pelaksanaan intersepsi dilaksanakan
melalui Pusat Intersepsi
Nasional.ersepsi rekaman informasi
disampaikan secara rahasia kepada
aparat penegak hukum melalui Pusat
Intersepsi Nasional
2. Pasal 8 Sertifikasi alat dan perangkat
diatur dalam Peraturan Menteri
3. Pasal 11 ayat (2) Dewan Intersepsi
Nasional bertanggungjawab pada
Presiden (tugas mengawasi
pelaksanaan intersepsi di Polisi,
Jaksa dan KPK)
4. Pasal 21 ayat (2) Sebelum PIN
dibentuk, Menteri dapat membentuk
tim audit independen
5. Pasal 21 ayat (6) Jika PIN sudah
terbentuk, intersepsi yg dilakukan
penegak hukum harus melalui PIN
Presiden dan dan jajarannya di kabinet
akan menjadi orang-orang yang sulit atau
mustahil disadap jika Rancangan
Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara
Intersepsi (Penyadapan) disahkan.
Presiden berperan membentuk Pusat
Intersepsi Nasional dan mengangkat
Anggota Dewan Pengawas Intersepsi
Nasional. Selain itu ada enam instansi lain
yang juga akan sulit disadap karena punya
peran dominan bagi terlaksana atau
tidaknya penyadapan yang dilakukan oleh
aparat penegak hukum, termasuk Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Enam
instansi itu yaitu, Menkominfo, Jaksa
Agung, Ketua PN Jakarta Pusat sampai
Mahkamah Agung, Anggota PIN, Kapolri,
dan Dewan Intersepsi Nasional. Kesulitan
ini dapat berupa keputusan berlarut-larut
atau infonya bocor.[4]

Pasca pembatalan pasal tersebut oleh MK,


per 2015 Kemkominfo memprosesnya
untuk membuat RUU TCI (Undang Undang
Tata Cara Intersepsi). Meskipun RUU TCI
ini tidak masuk dalam daftar longlist
Program Legislasi Nasional 2015–2019,
namun tidak menutup kemungkinan akan
masuk dalam daftar kumulatif terbuka.
Sehingga pilihan pertama usulan
dimasukkan dalam prakarsa DPR dengan
dititipkan dalam pembahasan RUU KUHAP
inisiatif DPR. Alternatif kedua didasarkan
pada usulan pemerintah yang dilatari
pertimbangan kondisi tertentu serta harus
mendapatkan izin prakarasa dari
Presiden.[5]

Peran Pemerintah …

Poin nomor 9 akan dijadikan Peraturan


Pemerintah Peran Pemerintah dalam
Pemanfaatan TIK. Akan tetapi, per 2016
PP ini tidak kunjung dibuat.

Perdagangan Elektronis …
Terbaru, Pemerintah sedang menggodok
dasar hukum untuk perdagangan
elektronis atau e-Commerce. Meskipun
bukan amanat UU ITE, tetapi ini
merupakan amanat UU Perdagangan
(pasal 66 ayat 4) dan mengacu kepada UU
ITE dan UU Perlindungan Konsumen[6].
Selain itu memang perkembangan e-
Commerce yang tumbuh cepat
membutuhkan dasar hukum dan
melindungi konsumen, produsen dan para
pemain e-Commerce. Pembuatan RPP
tersebut diharmonisasi oleh kementerian
terkait seperti Kementerian Komunikasi
dan Informatika, Kementerian Hukum dan
HAM, Bank Indonesia serta Kementerian
Perdagangan. Akan tetapi, meskipun
naskah akademik RPP sudah beredar
sejak tahun 2011[7], pengesahannya molor
dan tidak ada perkembangan hingga
terdengar kembali pasca boomingnya e-
Commerce diawal tahun 2015 dimana
Presiden dan Menteri sudah berganti.
Menteri Kominfo Rudiantara menjanjikan
Blueprint e-Commerce untuk
meningkatkan pertumbuhan e-Commerce
dan akan bersama Menteri Perdagangan
untuk merumuskan aturan e-Commerce[8]

Gugatan ke Mahkamah
Konstitusi
Pencemaran Nama Baik …

Pasal Pencemaran nama baik paling


sering digugat ke MK. Terdapat dua kasus
diawal UU ITE, yaitu PUTUSAN Nomor
50/PUU-VI/2008 dan Putusan Nomor
2/PUU-VII/2009. Dalam putusan tersebut,
MK menolak permohonan pemohon
bahwa Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 45 ayat
(1) bertentangan dengan Undang-Undang
Dasar 1945. Bahwa menurut Mahkamah,
penghinaan yang diatur dalam KUHP
(penghinaan offline) tidak dapat
menjangkau delik penghinaan dan
pencemaran nama baik yang dilakukan di
dunia siber (penghinaan online) karena
ada unsur “di muka umum”. Dapatkah
perkataan unsur “diketahui umum”, “di
muka umum”, dan “disiarkan” dalam Pasal
310 ayat (1) dan ayat (2) KUHP mencakup
ekspresi dunia maya? Memasukkan dunia
maya ke dalam pengertian “diketahui
umum”, “di muka umum”, dan “disiarkan”
sebagaimana dalam KUHP, secara harfiah
kurang memadai, sehingga diperlukan
rumusan khusus yang bersifat ekstensif
yaitu kata “mendistribusikan” dan/atau
“mentransmisikan” dan/atau “membuat
dapat diakses”.[9]

Penghinaan SARA …
Mahkamah Konstitusi (MK) juga menolak
permohonan Judicial Review (uji materi)
yang diajukan oleh pengacara Farhat
Abbas. Farhat melakukan permohonan uji
materi terhadap UU No. 11/2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
karena terkena Pasal 28 ayat (2) gara-gara
membuat pernyataan di media sosial
twitter yang mengandung unsur
penghinaan terhadap suku, agama, ras,
dan antargolongan (SARA) terhadap Wakil
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama atau Ahok. Farhat dilaporkan ke
Polda Metro tanggal 10 Januari 2013 oleh
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia. "MK
menilai penyebaran informasi yang
dilakukan dengan maksud menimbulkan
rasa kebencian dan permusuhan
bertentangan dengan jaminan pengakuan
serta penghormatan atas hak dan
kebebasan individu. Dan bertentangan
pula dengan tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral nilai-nilai
agama, keamanan dan ketertiban umum,"
jelas Arief, Hakim Konstitusi. Polisi
akhirnya tidak meneruskan laporan kasus
ini karena laporan telah dicabut dan Farhat
telah berdamai.[10]

Tata Cara Intersepsi …


Terkait RPP Penyadapan, Meskipun
Mahkamah Agung menganggap hal itu
sah karena tidak bertentangan dengan
UU[11], Mahkamah Kostitusi mengabulkan
uji materi pasal 31 ayat (4) Undang-
Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Dengan begitu, Rancangan Peraturan
Pemerintah Penyadapan, yang mengacu
pada pasal itu, tidak bisa disahkan.
"Mengabulkan permohonan untuk
seluruhnya," kata Ketua Majelis Konstitusi
Mahfud MD saat membacakan putusan di
Gedung MK, Jakarta Pusat, Kamis 24
Februari 2011. Majelis menyatakan pasal
itu tidak memiliki kekuatan hukum
mengikat. Dalam pertimbangannya,
majelis berpendapat, penyadapan harus
diatur oleh Undang-Undang.[12]

Bukti Elektronis …

Terbaru, dalam skandal "Papa Minta


Saham" tahun atau Kasus PT Freeport
Indonesia 2015 membuat Mantan Ketua
Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto
mengajukan permohonan uji materi atas
Undang Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE) serta Undang Undang
KPK. “Pemohon merasa dirugikan dengan
ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2)
serta Pasal 44 huruf b UU ITE,” ujar kuasa
hukum Novanto, Syaefullah Hamid, di
Gedung Mahkamah Konstitusi Jakarta,
seperti dikutip dari Antara, Kamis (25
Februari 2016). Adapun dua ketentuan
tersebut mengatur bahwa informasi atau
dokumen elektronik merupakan salah satu
alat bukti dalam penyidikan, penuntutan,
dan pemeriksaan di pengadilan yang sah.
Novanto juga merasa dirugikan dengan
berlakunya ketentuan Pasal 26A UU KPK
terkait alat bukti elektronik yang sah.
Novanto menilai bahwa ketentuan-
ketentuan tersebut tidak mengatur secara
tegas mengatur tentang alat bukti yang
sah, serta siapa yang memiliki wewenang
untuk melakukan perekaman.[13]
"Perekaman yang dilakukan secara tidak
sah (ilegal) atau tanpa izin orang yang
berbicara dalam rekaman, atau dilakukan
secara diam-diam tanpa diketahui pihak
yang terlibat dalam pembicaraan secara
jelas melanggar hak privasi dari orang
yang pembicaraanya direkam," kata dia.
Sehingga, bukti rekaman itu tidak dapat
dijadikan sebagai alat bukti karena
diperoleh secara ilegal. Majelis hakim
Ketua MK Arief Hidayat pun memberikan
saran perbaikan permohonan, sebab tidak
ada kedudukan hukum pemohon sebagai
anggota DPR.[14]

Penegakan Hukum
Lembaga lembaga di Indonesia yang
menegakkan UU ITE diantaranya yaitu:

1. Kementerian Komunikasi dan


Informatika, berperan sebagai
regulator, khususnya Direktorat
Jenderal Aplikasi Informatika yang
memiliki 6 Direktorat, dan juga
memiliki Penyidik Pegawai Negeri
Sipil untuk menangani kasus-kasus
pidana ITE.
2. Kepolisian Negara Republik
Indonesia, khususnya Unit IV
Cybercrime, Direktorat Reserse
Kriminal Khusus, Badan Reserse
Kriminal
3. ID-CERT - Indonesia Computer
Emergency Response Team. ID-CERT
didirikan sebagai komunitas pertama
yang didirikan tahun 1998 untuk
menangani insiden di internet.
Didirikan oleh Budi Raharjo (Pakar IT
dari ITB)[15]
4. ID-SIRTII/CC - Indonesia Security
Incident Response Team on Internet
Infrastructure/Coordination Center.
Lembaga yang dibangun beberapa
komunitas TI Indonesia dan institusi
negara untuk menangani ancaman
infrastruktur internet. ID-SIRTII
didirikan 2007 dibawah Ditjen Postel
(pada awalnya) dan mengoordinir
para komunitas CERT yang ada di
Indonesia. ID-SIRTII memiliki
wewenang memonitor log traffic
internet, dan mengasistensi lembaga
penegak hukum lainnya, penelitian
pengembangan serta pelatihan[16]
5. Pengelola Nama Domain Internet
Indonesia (PANDI) - Komunitas yang
diberikan hak mengelola domain .id

Kontroversi

Kasus Prita Mulyasari …

Kasus ini merupakan pertama kalinya UU


ITE menelan korban. Seorang Ibu Rumah
Tangga didaerah Tangerang dituduh
mencemarkan nama baik sebuah Rumah
Sakit Swasta tahun 2009. Hal itu
disebabkan Ibu tersebut menuliskan
keluhannya terhadap pelayanan rumah
sakit tersebut dalam sebuah mailing list
(milis) di internet. Tuntutan yang dirasa
berlebihan membuat masyarakat beramai-
ramai membuat gerakan sosial "KOIN
UNTUK PRITA"

Kisruh Menteri dengan Blackberry …

Menteri Komunikasi dan Informatika,


Tifatul Sembiring mengancam akan
memblokir layanan akses Blackberry di
Indonesia karena adanya akses porno.
Rencana pemblokiran layanan BlackBerry
di Indonesia itu kembali memanaskan
suasana di Internet, khususnya jejaring
sosial dan situs microblogging populer
seperti Twitter. Pelanggan Research In
Motion ramai-ramai memprotes rencana
Menteri Komunikasi dan Informatika
Tifatul Sembiring memblokir layanan
itu.[17].

Berikut delapan tuntutan yang disodorkan


kepada RIM:

1. RIM agar menghormati & patuhi


Peraturan Perundangan yang berlaku
di Indonesia, terkait UU 36/1999, UU
11/2008 dan UU 44/2008
2. RIM agar membuka perwakilan di
Indonesia, karena pelanggan RIM di
Indonesia untuk Blackberry sudah
lebih dari 2 juta.
3. RIM agar membuka service center di
Indonesia untuk melayani &
mudahkan pelanggan mereka yang
WNI.
4. RIM agar merekrut dan menyerap
tenaga kerja Indonesia secara layak
dan proporsional.
5. RIM agar sebanyak mungkin
menggunakan konten lokal
Indonesia, khususnya mengenai
software.
6. RIM agar memasang software
blocking terhadap situs-situs porno,
sebagaimana operator lain sudah
mematuhinya.
7. RIM agar bangun server/ repeater di
Indonesia, agar aparat hukum dapat
lakukan penyelidikan terhadap pelaku
kejahatan, termasuk koruptor.[18]

"Hanya saja, masyarakat malah


menangkap lain, yaitu BBM bakal diblokir."
Kata Ramadhan Pohan, Anggota Komisi I
DPR. Hal ini mengakibatkan
miskomunikasi kepada masyarakat yang
belum mendapat penjelasan komprehensif
tentang kebijakan atau tuntutan menteri
itu."Hanya saja, yang jadi persoalan adalah
penerimaan publik, Blackberry itu mau
diblokir gara-gara ada konten porno yang
tidak bisa dibendung. Padahal itu kan
hanya salah satu poin tuntutan saja," kata
Ramadhan.[19]

Dari sejumlah tuntutan kepada RIM


(Research in Motion, Perusahaan Induk
dari Blackberry), ada sejumlah
kesepakatan yang akan dijalankan.
Namun, ada beberapa poin, yang
menurutnya, tidak sesuai kesepakatan.
Seperti Penanggungjawab Kantor
Indonesia yang masih berkantor di
Kanada. "Kami telah menyurati RIM.
Intinya, mereka beroperasi di Indonesia
tapi belum membangun infrastruktur atau
server di Indonesia," kata Tifatul. "Sesuai
UU ITE No.11/2008, penyelenggara
telekomunikasi baik lokal maupun asing
harus mendirikan server di Indonesia.
Sama halnya dengan institusi
internasional, bank Internasional.
Posisinya sama dengan RIM. Bank
internasional saja diwajibkan untuk
membangun data center di sini,"
tandasnya.[20]
Saat Menkominfo mengungkapkan
rencana untuk memblokir layanan
BlackBerry, 7 Januari lalu, pemerintah
menyediakan waktu 2 minggu bagi
Research In Motion untuk menyesuaikan
diri dengan Undang-Undang yang berlaku
di Indonesia. Apabila setelah batas waktu
yang ditentukan sudah terlewati dan
konten pornografi masih bisa diakses
lewat BlackBerry, maka pemerintah akan
melarang RIM untuk menyediakan layanan
browsing.“Hanya layanan browsing
internet saja yang dilarang. Layanan
seperti telepon, SMS, email, dan
BlackBerry Messenger (BBM) tidak
dilarang,” kata Gatot S Dewa Broto, Kepala
Pusat Informasi dan Humas Kementerian
Kominfo.[21].

Meski awalnya tindakan Tifatul dianggap


mengancam keberadaan RIM di dalam
negeri, nyatanya pihak RIM malah
menyetujui persyaratan yang diajukan
Tifatul. Tifatul berharap dengan adanya
kantor RIM di Indonesia maka pemerintah
bisa meminta social budget atau pajak
dari perusahaan Kanada tersebut. Ini
lantaran pengguna Blackberry telah
mencapai 3 juta pelanggan saat ini.
Dengan jumlah pelanggan sebesar itu,
Tifatul menghitung, RIM bisa meraup
keuntungan Rp 189 miliar per bulan dari
pasar Indonesia tanpa membayar
pajak.[22]

Pemblokiran Situs-Situs Internet …

Diawal tahun 2015, Kominfo melakukan


pemblokiran terhadap 22 situs media
Islam yang dianggap mengajarkan paham
radikal, atas permintaan Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Namun tindakan ini, menimbulkan sikap
pro dan kontra di tengah masyarakat.
BNPT merekomendasikan pemblokiran
situs islam berdasarkan surat Nomror
149/K.BNPT/3/2015 tentang
Situs/Website Radikal ke dalam sistem
filtering Kemenkominfo (Trust Positif).
Deputi Penindakan dan Pembinaan
Kemampuan BNPT Irjen (Pol) Arief
Dharmawan mengatakan, konten situs
tersebut memuat tulisan yang menghasut
dan menyebar kebencian.[23]

Berdasarkan laporan tersebut dan sesuai


dengan Peraturan Menteri Kominfo Nomor
19 Tahun 2014 soal penanganan situs
internet bermuatan negatif, maka Kominfo
pun memblokir situs yang diajukan.
Merujuk Pasal 1 Permen tersebut,
pemblokiran situs adalah upaya yang
dilakukan agar situs internet bermuatan
negatif tidak dapat diakses.[24] "Dari 26
situs yang diajukan, kami memblokir 22
karena yang lain ada yang mati, tidak aktif
dan sudah ditutup," ujar Ismail, Kepala
Pusat Informasi dan Humas Kominfo.

Pemblokiran ini dinilai sejumlah pihak


telah membelenggu kebebasan pers dan
kebebasan berekspresi.[25] Menurut
Menteri Kominfo Rudiantara, situs
bermuatan terorisme saat ini memang
sulit dilacak, berbeda dengan situs porno
yang menggunakan kata kunci populer.
Peneliti Setara Institute berkata dugaan
terhadap 22 situs penyebar ajaran radikal
seharusnya diuji melalui proses peradilan.
Ia menuturkan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik misalnya,
menyediakan ruang untuk memidanakan
pengelola situs yang menyebarkan
kebencian. Aturan yang dimaksud
merupakan Pasal 28 ayat (2) UU ITE. Pasal
itu melarang setiap orang menyebarkan
informasi yang bertujuan menimbulkan
kebencian dan permusuhan antarindividu
atau kelompok berdasarkan latar belakang
suku, agama, ras maupun golongan.[26]

Atas kekisruhan ini, blokir itu dibuka dan


sebagai solusi jangka panjang,
Menkominfo membuat Tim Panel Ahli
untuk menangani masalah pemblokiran
situs ini. Sebelum situs diblokir, situs akan
dinilai oleh Tim Panel yang terdiri dari
multistakeholder dengan expertise
masing-masing dan Tim ini dibagi 4 panel,
yaitu: 1) Pornografi, Kekerasan Anak 2)
SARA, Terorisme, Kebencian. 3) Narkoba,
Investasi Ilegal, 4) Hak Kekayaan
Intelektual. Rencananya kementerian bakal
mengusulkan proses normalisasi 10 situs
web Islam kepada Panel Terorisme, SARA,
dan Kebencian dari Forum Penanganan
Situs Internet Bermuatan Negatif
(PSIBN)[27]

Referensi
1. ^ "UNCITRAL Model Law on e-
Commerce"
2. ^ "UNCITRAL Model Law on e-
Signature"
3. ^ "Kontroversi RPP Penyadapan"
4. ^ "RPP disahkan, Presiden dan
jajarannya sulit disadap"
5. ^ "Pemantapan Materi Muatan RUU
Tata Cara Intersepsi"
6. ^ "Draft RPP E-Commerce 22 Mei
2015"
7. ^ "Naskah Akademik RPP
Perdagangan Elektronis"
8. ^ "Pemerintah siapkan Blueprint e-
Commerce"
9. ^ "Mahkamah Konstitusi, Internet dan
Pasal 27 Ayat 3 UU ITE"
10. ^ "MK Tolak Gugatan Farhat Abbas
Judicial Review UU ITE"
11. ^ "Ketua MA: RPP Penyadapan Sah"
12. ^ "MK Batalkan pasal Pengatur RPP
Penyadapan"
13. ^ "Setya Novanto gugat UU ITE ke MK"
14. ^ "Soal Perekaman Ilegal, Setnov
dirugikan UU ITE"
15. ^ ID-CERT Tentang Kami
16. ^ "Berkenalan dengan ID-SIRTII"
17. ^ "RIM Segera Penuhi Permintaan
Indonesia"
18. ^ "Dibalik ancaman blokir Blackberry"
19. ^ "Kisruh Blackberry, DPR akan panggil
Tifatul"
20. ^ "Kisruh Blackberry bikin Menkominfo
kewalahan"
21. ^ "RIM Segera Penuhi Permintaan
Indonesia"
22. ^ "Dibalik segala Pro-Kontranya, inilah
5 prestasi hebat Tifatul Sembiring saat
jadi Menkominfo"
23. ^ "BNPT: Situs yang diblokir berisi
hasutan dan sebar kebencian"
24. ^ "Kominfo tatap muka dengan
Pengelola Situs Islam""
25. ^ "JK Tegur Kominfo terkait blokir 22
situs islam"
26. ^ "Setara nilai situs radikal bisa
dibuktikan lewat Pengadilan"
27. ^ "Menkominfo bentuk empat panel
pemblokir situs negatif"

Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Undang-
Undang_Informasi_dan_Transaksi_Elektronik&oldid
=17272492"

Terakhir disunting 7 hari yang lalu oleh Hanif Al Husaini

Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali


dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai