Anda di halaman 1dari 10

INFRASTRUKTUR NON-FISIK DALAM BENTUK INTERNET TERHADAP

RURAL COMMUNITY DI INDONESIA

Karya ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai “Membangun Karya Nyata
Teruntuk Indonesia”

Disusun oleh :

GHINA ADHHA HAURA

UNIVERSITAS SAMUDRA

2018

Latar Belakang
Indonesia tampaknya memiliki kesulitan untuk mendorong pengembangan
struktural secara cepat. Salah satu yang menghambat perekonomian Indonesia saat ini
adalah lambatnya pembangunan infrastruktur hal ini ditandai dengan kurangnya kualitas
dan kuantitas infrastruktur atau prasarana. Dapat dilihat dari alokasi pembiayaan publik
dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan
daerah sehingga memiliki peran penting sebagai salah satu penggerak roda
pemerintahan (www.indulexco.co.id). Laju pertumbuhan ekonomi dan investasi suatu
negara maupun daerah tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti
transportasi, telekomunikasi, sanitasi dan energi. Pembangunan infrastruktur salah satu
pondasi dari pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Bertambahnya infrastrktur dan
perbaikannya oleh pemerintah diharapkan memacu pertumbuhan ekonomi (Suratno:
2010).
Infrastruktur dibangun untuk mempermudah kegiatan dan mendukung aktivitas
kehidupan manusia. Infrastruktur tidak hanya dalam bentuk fisik wujud bangunan
seperti transportasi, jalan, saluran irigasi dan lain sebagainya, akan tetapi nfrastruktur
Non-Fisik sudah sangat dibutuhkan dan menjadi infrastruktur penting di abad ini
khususnya jaringan telekomunikasi yaitu internet. Seiring dengan perkembangan
teknologi dan informasi, internet menjadi salah satu kebutuhan primer masyarakat untuk
menjalin komunikasi dan mengkases berbagai informasi, sehingga infrastruktur internet
harus dikembangkan secara kuat untuk mendukung kesejahteraan masyarakat. Internet
di Indonesia merupakan media komunikasi yang relatif baru di Indonesia, negara
kepulauan yang membentang hingga lebih dari 17.001 pulau (Wikipedia).
Populasi penduduk Indonesia saat ini mencapai 262 juta jiwa. Lebih dari 50
persen atau sekitar 143,26 juta masyarakat telah terhubung jaringan internet sepanjang
2017, pihak Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menuliskan bahwa
pertumbuhan penetrasi internet di Indonesia telah mencapai angka 54,68 persen di
sepanjang tahun 2017. Angka ini naik dari tahun 2016 di mana penetrasi internet di
Indonesia mencakup 132,7 juta jiwa (Kompas.com). Pembangunan infrastruktur
berkelanjutan bertujuan untuk memastikan terpenuhnya segala yang dibutuhkan oleh
setiap individu/kelompok agar dapat terhubung dengan seluruh dunia. Faktanya, di masa
sekarang ini kebanyakan masyarakat Indonesia tidak lagi dapat melepaskan diri dari
berbagai kegiatan komunikasi berbasis internet. Sejarah pemerintah Indonesia
mengembangkan infrastruktur internet pada tahun 1980-an, hingga sekarang jumlah
pengguna internet terus meningkat (Nasution, 2016).
Pembangunan teknologi informasi dan komunikasi adakalanya terjadi “digital
divide”, yaitu keberadaan teknologi komputer, jaringan internet, dan pelayanan telepon
yang baik, cepat dan murah tidak bisa dikases secara merata oleh semua lapisan
masyarakat. Masyarakat yang berada di perkotaan saja yang memiliki kondisi
infrastruktur internet dan layanan telepon yang lebih baik sedangkan masyarakat di
daerah pedesaan belum bisa mendapatkan komputer yang bagus, jaringan internet cepat
dan layanan telepon yang baik (Subiakto,2013). Menurut Safril (2010) menjelaskan
bahwa indikator yang dapat mengukur kesenjangan digital (digital divide) ialah
pendidikan yang menunjukkan pengetahuan untuk meningkatkan informasi dan jaringan
infrastruktur telekomunikasi sebagai hal paling mendasar dalam masyarakat digital
karena ketersediaanya menjadi syarat utama akses internet.
Kepedulian terhadap ketidakmerataan pemanfaatan teknologi di masyarakat
harus ditingkatkan, agar tidak semakin banyak masyarakat yang mengalami inequality
in society, akibatnya akan berdampak buruk terhadap persaingan digital di era
globalisasi ini. Sesuai dengan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs
9) menjelaskan bahwa pemerintah daerah dapat meningkatkan akses terhadap teknologi
informasi dan komunikasi secara signifikan untuk menyediakan akses internet yang
terjangkau dan universal (https://issuu.com/uclgcglu/docs/tujuan-sdgs/6?ff=true).
Indonesia berpotensi untuk mewujudkan pembangunan yang lebih inklusif dengan
ketersediaan jaringan telekomunikasi. Internet tanpa didukung infrastruktur yang handal
menjadikan keadaan tidak proporsional, apalagi bagi Indonesia yang sedang
merealisasikan cita-citanya untuk menyatukan Nusantara, lewat akses internet cepat
(broadband) di seluruh kota dan kabupaten pada 2019 (Bulletin APJJI: 2017).
Sesuai dengan pedoman arah pembangunan di bidang komunikasi dan
informatika yang di susun pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) bahwa sebagai leading sektor di bidang komunikasi dan informatika,
Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam Rencana Strategi (Renstra) tahun
2015-2019 akan berfokus membangun sektor telekomunikasi, tata kelola internet,
digitalisasi penyiaran televisi, dan Government Public Relations (GPR). Esai ini hadir
untuk memberikan gagasan mengenai keterbatasan masyarakat pedesaan dalam
mengakses internet.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam esai ini: bagaimanakah pemerintah dapat
menhadapi keterbatasan daerah atas ketidakmerataan Infrastruktur Non-Fisik dalam
bentuk internet?

Tujuan
Tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk menjelaskan bagaimana
pemerintah dapat mengatasi keterbatasan infrastruktur non-fisik dalam bentuk internet
yang terjangkau dengan fokus pada wilayah dan lintas batas sebagai pemataan
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan manusia. Keberhasilan dalam pemerataan
infrastruktur telekomunikasi akan menjadi kunci utama dalam mengatasi kesenjangan
digital (digital divide) yang saat ini menjadi tolak ukur pemerintah untuk
mengembangkan kemudahan mengakses internet dengan parameter yang relatif
sederhana. Untuk itu esai ini memberikan solusi dua program kepada pemerintah dalam
membantu ketidakmerataan infrastruktur yakni melalui program ConnectED dan
ConnectHome. Selanjutnya implementasi gagasan tersebut akan menjadi penyesuaian
regulasi yang berkaitan dengan keterbatasan daerah dalam mengakses internet.

Tinjauan Pustaka
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggara Telekomunikasi Pasal 1 menjelaskan bahwa kewajiban pelayanan
universal adalah kewajiban yang dibebankan kepada penyelenggara jaringan
telekomunikasi dan atau jasa telekomunikasi untuk memenuhi aksesibilitas bagi wilayah
atau sebagian masyarakat yang belum terjangkau oleh penyelenggaraan jaringan dan
atau jasa telekomunikasi. Peraturan Pemerintah tersebut belum terealisasi sepenuhnya
terhadap kebutuhan rill masyarakat dalam berinteraksi dengan teknologi.
Menurut PP RI Nomor 38 Tahun 2015 infrastruktur adalah fasilitas teknis, fisik,
sistem, perangkat keras, dan lunak yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kepada
masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar pertumbuhan ekonomi dan sosial
masyarakat dapat berjalan dengan baik. Infrastruktur adalah sebuah sistem fasilitas
publik, yang bersifat fundamental di tujukan kepada masyarakt/khalayak ramai untuk
melayani dan memudahkan masyarakat (Hudson, 1997).
Infrastruktur dapat merujuk pada teknologi informasi, saluran komunikasi
formal dan informal, serta alat-alat pengembangan perangkat lunak, jaringan sosial
politik atau kepercayaan pada kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Infrastruktur
sendiri dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu: Infrastruktur keras (Physical Hard
Infrastructure), Infrastruktur keras non-fisik (Non-Physical Hard Infrastructure) dan
Infrastruktur lunak (Soft Infrastructure). Pembangunan terdiri dari pembangunan fisik
dan non fisik. Pembangunan fisik adalalah pembanguan yang dapat di rasakan langsung
oleh masyarakat atau pembangunan yang tampak oleh mata (Kuncoro, 2010) sedangkan
pembangunan non fisik adalah jenis pembangunan yang tercipta oleh dorongan
masyarakat setempat dan memiliki jangka waktu yang lama. (Wresniwiro, 2012).
Menurut Kayo, Mori, dan Takano (1996) memberikan pendapat bahwa internet
merupakan jarngan yang memiliki 3 keistimewaan. Pertama, internet dapat memberikan
penggunanya semacam kuasa untuk saling memberi dan menerima informasi secara
bebas. Kedua, internet memiliki keistimewaan, yaitu lebih dinamik serta dinilai sangat
mengikuti perkembagan waktu. Kebanyakan informasi dalam internet yang biasa
diakses adalah informasi yang paling baru apabila dibandingkan dengan informasi
dalam media cetak. Ketiga, internet merupakan sebuah jaringan yang bersifat interaktif.
Hal ini dikarekan melalui internet, setiap penggunanya dimungkinkan untuk dapat
berinteraksi dengan pengguna lain di dunia ini setiap saat. Oleh karena itu, internet
menjadi faktor penting untuk saat ini dan masa yang akan datang, mengingat era
globalisasi memiliki gejolak untuk kemajuan ekonomi secara komprehensif.
Secara umum ada banyak sekali dampak positif yang dapat diperoleh apabila
seseorang mempunyai akses ke jaringan internet. Dari aspek ekonomi, menjadikan
pertumbuhan ekonomi semakin tinggi karena pemanfaatan internet dapat menjangkau
pasar yang lebih luas, pembeli dapat mengakses internet tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Saat ini, banyak terciptanya berbagai aplikasi untuk memfasilitasi kegiatan produktif,
salah satu tujuannya dapat memperluas pemasaran produk ke seluruh penjuru dunia
dengan lebih banyak mengurangkan biaya produksi untuk memasarkan. Di masa akan
datang, konektivitas internet menjadi driver untuk pertumbuhan UMKM dengan
meningkatkan produktivitas dunia industri. Sekarang ini internet sering digunakan
sebagai sarana belajar mengajar yang sangat baik jika dimanfaatkan dengan teratur dan
selektif. Selain itu dalam hal pelayanan kesehatan, industri, perdagangan dan
sebagainya sudah menggunakan internet untuk mempermudah kegiatan mengakses
berbagai informasi atau data penting dan akurat yang ada diseluruh dunia, dan pada
akhirnya meningkatkan mempercepat proses kegiatan.
Kemajuan teknologi menjadikan konsenkuensi terhadap modernisasi dan
eksistensi masyarakat di muka bumi ini. Oleh karena itu, mendatangkan energi yang
negatif di setiap lingkungan akibat banyak manusia tersesat dalam kemoderannya.
Kesalahan pemanfaatan internet dapat menyebabkan Internet Fraud terhadap tindakan
oknum masyarakat yang tidak bertanggungjawab. Mereka menyalahgunakan tindakan
untuk melakukan tindak kriminal, seperti pengelabuan (phising) yang mengakibatkan
kerugian financial yang besar. Selain itu, dampak negatif internet juga menyebabkan
cybercrime, yaitu kejahatan illegal di dunia maya yang merugikan pihak lain dan
merupakan perbuatan melawan hukum. Oleh karena itu, pengaruh teknologi informasi
dan komunikasi sangat bergantung pada kemampuan atau cara seseorang
memanfaatkannya untuk tujuan yang produktif. Baik buruknya suatu kegiatan
tergantung pada pelaku yang menggunakannya.
Kesenjangan digital terjadi antara wilayah perkotaan dan wilayah pinggiran,
yaitu semakin menambah jarak (gap) kemajuan pembangunan antara wilayah kota dan
wilayah pinggiran karena internet atau dunia digital merupakan pintu utama dalam
rangka mempercepat laju pembangunan suatu daerah (Nasution, 2016). Kekurangan
teknisi yang handal dalam menangani infrastruktur internet dapat menyebabkan masalah
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat setempat, karena secanggih apapun
infrastruktur yang tersedia, jika tanpa didukung oleh SDM dan komitmen dari
pemerintah, maka akan memberikan dampak yang kurang maksimal dalam
pelaksanaanya. Dilihat dari sudut pandang lingkungan masyarakat, bahwa masih kurang
terciptanya daya dukung sosial. Daya dukung sosial merupakan faktor yang membuat
seseorang merasa percaya diri untuk menggunakan teknologi secara aktif dalam rangka
untuk meningkatkan pengetahuan dan perekonomian. Individu yang lebih banyak
terekspos teknologi dalam lingkungannya, dialah yang lebih mampu untuk mengadopsi
teknologi dalam pengembangan kehidupannya.

Gagasan Strategis Terkait Keterbatasan Daerah atas Ketidakmerataan


Infrastruktur Internet
Penyesuaian terhadap regulasi pendukung ketidakmerataan infrastruktur jaringan
telekomunikasi diperlukan, karena aksesibilitas jaringan internet regional belum
terkoordinasi secara maksimal. Keadaan tersebut membutuhkan tindak lanjut masif dari
regulasi pemerintah untuk menjamin percepatan pergerakan dunia internet.
Universal Service Obligation (USO) merupakan konsep pola subsidi silang di
dunia telekomunikasi agar penyelenggara infrastruktur tidak hanya mengambil
keuntungan saja dari infrastruktur yang di selenggarakan tapi juga memiliki
tanggungjawab sosial untuk mengembangkan masyarakat yang jauh dari infrastruktur.
Aspek utama yang perlu diperhatikan ialah akses yang bermakna, selain dari segi
infrastruktur, aspek dari segi tingkat literasi atau kemampuan menggunakan teknologi
dan kompetensi kognitif juga berpengaruh atas penyelenggaranya infrastruktur
(www.remotivi.or.id).

Gagasan Strategi ConnectED


ConnectED merupakan inovasi program pemerintah kepada para pelajar untuk
dapat mengakses informasi melalui infrastruktur internet. Berdasarkan literatur inovasi,
menjelaskan bahwa keputusan Federal Communications Commission (FCC) dalam
upaya untuk membawa internet berkecepatan tinggi (broadband) dan akses nirkabel
berkecepatan tinggi (wireless) kepada seluruh pelajar/mahasiswa melalui program
ConnectED. FCC adalah otoritas yang mengatur telekomunikasi dan penyiaran di
Amerika dan merupakan lembaga yang tertua di dunia untuk urusan telekomunikasi.
Tujuan utama program ini untuk menghubungkan semua sekolah SD hingga jenjang
perkuliahan kepada jaringan Internet broadband dan jaringan nirkabel generasi 4G
keatas. Program ini menargetkan dalam waktu 5 tahun kedepan maka 99 persen siswa di
Amerika sudah bisa akses ke Internet broadband.
Strategi pemerintah akan program ConnectED yakni dengan mengalokasikan
sebagian dana yang sudah ada untuk meningkatkan jaringan Internet ke sekolah dan
sekaligus mempercepat proses untuk mendorong inovasi teknologi di dunia pendidikan.
Proses tersebut didukung juga oleh masyarakat yang sudah menggunakan telepon model
lama yang dipasang di dinding rumah warga dan para pelanggan seluler (ponsel dan
tablet) akan membayar per tahun untuk mensubsidi program ini. Untuk menambah
kekuarangan yang ada, pemerintah akan bekerja sama dengan sektor swasta untuk
menyediakan akses internet dan layanan telekomunikasi untuk wilayah pedesaan.
Keputusan FCC ini akan memberikan keuntungan bagi murid dan guru.
Progress penunjang pemahaman dan penguasaan ilmu, keberadaan jaringan
Internet berkecepatan tinggi juga akan mendorong inovasi penyedia konten interaktif
dari perusahaan startup untuk dunia pendidikan. Dengan kemajuan teknologi yang
ditunjang oleh akses Internet berkecepatan tinggi, maka pelajaran dapat disesuaikan
dengan kebutuhan setiap siswa, akan memberikan keleluasaan pribadi bagi siswa untuk
belajar di mana saja dan kapan saja. Dengan adanya akses broadband, maka siswa dapat
menerima tambahan pengajaran yang mereka butuhkan untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan mereka.

Gagasan Strategi ConnectHome


Selaras dengan ConnectED, gagasan strategi melalui ConnectHome juga dapat
membantu pemerintah untuk mengatasi ketidakmerataan infrastruktur internet.
Kemajuan inovasi teknologi abad ini belum sempat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat, untuk menjembatani kesenjangan digital, maka pemerintahan meluncurkan
program yang dinamakan “ConnectHome”. Pemerintah mengungkapkan bahwa hanya
separuh rumah tangga berpendapatan rendah yang memiliki akses berlangganan Internet
di rumah. Setelah sukses meluncurkan program ConnectED, maka pemerintahan ingin
menghubungkan warga berpendapatan rendah dengan Internet kecepatan tinggi. Idenya
mirip dengan ConnectED, maka ConnectHome memberikan kesempatan kepada warga
berpendapatan rendah untuk mencicipi akses Internet kecepatan tinggi secara gratis
(misalnya, Google Fiber) atau membayar iuran berlangganan bulanan yang sangat
murah (misalnya, Cox Communications, CenturyLink). ConnectHome akan
diselenggarakan dengan menjalin kemitraan antara penyedia akses Internet (ISP),
yayasan nirlaba, dan perusahaan swasta.
Pemerintah berkeyakinan bahwa rumah tangga yang belum memiliki akses
Internet Broadband akan merugikan anak-anak yang masih di bangku sekolah. Anak-
anak tidak dapat bersaing dengan keluarga yang mampu, terutama ketika anak-anak
membuat pekerjaan rumah untuk penelitian, mengarang, menonton video riset, dan
melakukan percakapan antara guru dan murid secara online. Keterbatasan akses Internet
menyebabkan anak-anak tidak dapat bersaing secara sehat dan menciptakan jurang
prestasi di sekolah. Pendidikan merupakan faktor paling dominan dalam keberhasilan
peningkatan jumlah pengguna Internet di Indonesia, sekedar infrastruktur tidak akan
berpengaruh banyak jika tidak selaras oleh usaha paralel dari dunia pendidikan karena
Internet hanya mungkin dimanfaatkan secara maksimal oleh orang-orang
berpendidikan.

Kesimpulan
Kemajuan teknologi informasi dan tuntutan kebutuhan telah melahirkan inovasi
yang bernama “ConnectED” dan “ConnectHome”. Melalui program tersebut,
pemerintah dapat mengambil langkah strategis untuk menjembatani kesenjangan terkait
keterbatasan daerah dalam mengakses informasi akibat ketidakmerataan infrastruktur
internet. Berdasarkan PP RI Nomor 52 Tahun 2000, meningkatkan akses teknologi,
informasi dan komunikasi secara signifikan, akan membantu pemeliharaan infrastruktur
non fisik yakni internet secara universal dan terjangkau. Sebuah pendekatan dan
penyesuaian strategi regulasi diperlukan untuk pemerataan penggunaan infrastruktur
internet di wilayah pedesaan. Menyediakan akses internet terhadap informasi kepada
masyarakat luas secara adil dan merata sulit dijabarkan dalam bentuk yang lebih detail
dalam strategi maupun tingkat rencana taktis. Oleh karena itu, pemerintah, dalam hal ini
hendaknya menjalankan program untuk membangun infrastruktur yang inklusif,
berketahanan panjang dan mendorong inovasi.

Rekomendasi
Rekomendasi terhadap pemerintah untuk merealisasikan gagasan strategi
“ConnectED” dan “ConnectHome” untuk membantu pemerintah untuk menyesuaikan
regulasi tentang ketidakemerataan internet di seluruh wilayah serta mampu
meminimalisir kesenjangan terkait akses intenet yang masih belum merata. Jika
diimplementasikan, maka akan memberikan kontribusi di bidang pendidikan,
perekonomian, politik, sosial dan budaya, dengan didukung regulasi pemerintah secara
objektif.

Daftar Pustaka
Bulletin Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesai (APJII) Edisi 07 – Januari
2017, hal 4 dari 6.

Kuncoro, Mudrajad. 2010. Dasar-dasar Ekonomika Pembangunan, UPP STIM YKPN


Yogyakarta.

http://bebas.ui.ac.id/v14/v09/onno-ind-1/physical/arah-pergerakan-infrastruktur
internet-di-indonesia-12-2000.

file:///C:/Users/Windows%207/Documents/kti/Arti%20penting%20Infrastruktur20-
%20Perpustakaan%20Internet.html

http://repository.uinsuska.ac.id/4201/3/BAB%20II.pdf.

https://inovasi.com/2015/07/17/connecthome-amerika-meluncurkan-program
menghubungkan-warga-berpendapatan-rendah-dengan-internet-kecepatan-tinggi/
https://inovasi.com/2013/07/20/untuk-mendorong-inovasi-otoritas-menyetujui-proposal-
akses-internet-berkecepatan-tinggi-bagi-semua-siswa-di-amerika/

https://tekno.kompas.com/read/2018/02/22/16453177/berapa-jumlah-pengguna-
internet-indonesia

https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/risiko/infrastruktur/item381

Nasution,Robby Darwis.2016. “Pengaruh Kesenjangan Digital Terhadap Pembangunan


Pendesaan (Rural Development)”. Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini
Publik.Vol.20,No.1:31-44.

http://eprints.umpo.ac.id/3632/3/BAB%201.pdf.

http://repository.uin-suska.ac.id/4201/3/BAB%20II.pdf.

https://ekonomi.kompas.com/read/2017/09/22/153000826/pemerintah-siapkan-
infrastruktur-penunjang-ekonomi-digital-

https://dosenit.com/jaringan-komputer/internet/pengertian-internet-menurut-ahli

Perubahan atas Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Nomor 22 Tahun


2015 Tentang Rencana Strategis Kementrian Komunikasi dan Informatika
Tahun 2015-2019.

Suratno, Putro. 2010. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan
Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (StudI
Kasus Kabupaten/Kota di provinsi Jawa Tengah)”.Sustainable Development.
Vol. 4 No. 3:2013.

Safril, Muhammad.2013.Problem Dasar Kesenjangan Digital di Asia Tenggara.Global


& Strategis.

Subiakto, 2013.Internet untuk Pendesaan dan Pemanfaatannya Bagi Masyarakat”.


Masyarakat, Kebudayaan dan Politik.Vol.26,No.4. hal:243-256

Wresniwiro. 2012. Membangun Republik Desa. Visimedia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai