PRODUK INSINYUR
Solusi dari berbagai masalah :
- Konektivitas inter-pulau
- Komunikasi jarak jauh
- Penyediaan sandang, pangan, dan energi
- Kenyamanan dan keselamatan
- Kecepatan mobilitas manusia dan barang
Engineer mencoba menyelesaikan permasalahan agar manusia lebih sejahtera(…masyarakat adil dan makmur)
ILMUWAN VS INSINYUR
- Ilmuwan Mencari dan mendapatkan kebenaran.
- Insinyur Menentukan course of action.
“Engineers select technical problems to solve, not because scientists have made available new knowledge, but
because they perceive an actual or possible need in society”
(Wieringa& Heerkens, 2008)
ENGINEERING
The profession of engineering takes the knowledge of mathematics and natural sciences gained through study,
experience, and practice and applies this knowledge with judgment to the develop ways to utilize the materials and
forces of nature for the benefit of all humans (Eideet al, 1998).
ENGINEERING DESIGN
Proses penerapan bermacam-macam Teknik dan prinsip-prinsip ilmiah untuk menentukan peralatan, proses, atau
system dalam detail yang cukup agar bisa diwujudkan realisasi artefaknya.
PRINSIP-PRINSIP DASAR
- Kekekalan: Massa, Energi, Uang, dll.
- Kesetimbangan-kesetimbangan
- Kecepatan-kecepatan
- Ekonomi
- Humanitas
ETIKA INSINYUR
I pledge:
- To give the utmost of performance;
- To participate in none but honest enterprise;
- To live and work according to the laws of man and the highest standards of professional conduct;
- To place service before profit, the honor andstanding of the profession before personal advantage, and the
public welfare above all other considerations.
SUPLEMEN-1
Bahwa domain ilmu keteknikan merupakan kesatuan utuh antara nilai-nilai dasar, karya keteknikan/teknologi, dan
perilaku manusia. Bahwa setiap karya keteknikan dan atau teknologi bukanlah suatu karya yang berasal dari suatu
kekosongan kemudian diletakkan di dalam ruang kosong, melainkan suatu karya yang didasarkan pada nilai-nilai
dasar yang kelak akan dipertanggungjawabkan terhadap perilaku dan peradaban manusia yang menggunakan karya
tersebut. Disinilah letak "kemuliaan ilmu-ilmu teknik", karena ilmu teknik adalah ilmu peradaban, ilmu yang akan
menuntun-memandu-mengarahkan kehidupan manusia di masa depan. Ilmu teknik yang memuliakan manusia akan
mendatangkan amal jariah, sehingga ketika ilmuwannya sudah tiada di dunia maka "argo amal jariahnya" akan terus
berputar dan akan menolongnya di alam sana. Tetapi sebaliknya, apabila karya keteknikanya mendholimi serta
menyengsarakan manusia yang menggunakannya, maka "argo dosa jariahnya" juga akan terus berputar dan akan
menyulitkan kehidupannya di alam sana.
1. Objective Reality
Ada realitas yang nyata (tangible)
- Jika dialami, akan memberi pemahaman penuh pada realitas tsb
- Contoh: realitas panas, realitas dingin, realitas bencana nuklir/alam
2. Perceived Reality
- Realitas yang tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh seseorang
- Hanya dapat dipahami dari sudut pandang tertentu/persepsi
- Persepsi adalah pandangan yang bersifat parsial dari sebuah realitas(kisah orang buta dan gajah, rel kereta
api yang berimpit)
- Contoh: Atom bisa dipersepsi sebagai partikel tetapi disisi lain bisa sebagai gelombang
3. Constructed Reality
- Realitas adalah hasil konstruksi dari pikiran individual
- Realitas tidak ada sebelum dikonstruksikan
- Setiap individu menghasilkan konstruksi realitas yang berbeda (walaupun objeknya sama)
- Realitas dibangun atas realitas-realitas (multiple realities) yang dikonstruksikan oleh banyak individu,
bukan realitas tunggal hasil konstruksi satu individu
- Contoh: bendera "merah putih", simbol2 dalam burung garuda Pancasila, kurikulum, hukum positip, iklan
konsumsi (merokok itu gagah), humor Sumanto
4. Created Reality
- Realitas itu tidak ada
- Realitas akan ada setelah kita menciptakannya (sebelumnya hanya berupa probabilitas)
- Ontologi baru melalui epistemologi baru
- Obyek keilmuan baru melalui teknologi baru
- Contoh: e-business, e-trading, e-banking, "gojek", "taksi uber"
SUPLEMEN-2
Realitas selain jamak juga bertingkat. Misalnya lambang negara Indonesia Pancasila memiliki tingkatan2 realitas:
1) Realitias inderawi (objective reality), bisa dirasakan kehadirannya melalui panca indera manusia berupa gambar
atau bentuk2 bintang, rantai, beringin, banteng, padi dan kapas
2) Realitas konsepsual/maksud/tujuan (perceived reality) berupa penjelasan2 maksud dari setiap gambar atau
bentuk2 tersebut
3) Realitas transendental (constructed reality) berupa makna tertitinggi nilai2 dasar yang menjadi rujukan bagi
realitas no 2 dan realitas no1
SUPLEMEN-3
Bahwa kebenaran dapat berupa kebenaran "bertingkat" dan kebenaran "jamak" (versi), sehingga diperlukan cara
berpikir holistik untuk dapat memahaminya.
Contoh kebenaran bertingkat sekaligus versi:
SUPLEMEN-4
Landasan berpikir holistik ada 3:
1. Monisme, dari kata mono= satu dan isme= pangkal berpikir, yaitu cara berpikir yang berpijak bahwa semua
perihal di dunia ini berasal dari "satu hal". Dengan demikian "semua perihal" berawal dari "satu hal" dan akan
terhubung menjadi "satu hal lagi".Pada awalnya, monisme muncul pada masa Yunani kuno yang percaya bahwa
"semua hal kehidupan di dunia berasal dari satu hal" (air, udara, api) yang kemudian menjadi "monisme baru"
pada abad pertengahan (abad 14) yang percaya bahwa "asal dari semua asal adalah Tuhan" sehingga pada abad
ini teologi menjadi landasan berpikir manusia pada masa itu. Pada abad ke 20 (abad kontemporer) monisme
ditandai dengan cara berpikir "heuristik (kesadaran menyeluruh)". Topik-topik seperti globalisme, sustainability,
climate change, interdependency, one earth, environment, networking, dan sebagainya, muncul sebagai bentuk
kesadaran menyeluruh atas ke-saling kaitan antar semua faktor kehidupan di dunia. Topik-topik tersebut selaras
dengan paradigma baru yang berkembang seperti strukturalisme (cara pandang yang melihat hubungan antar
unsur-unsur di alam dan hubungannya dengan totalitas dari semua unsur), fenomenologi (cara pandang
menyeluruh yang menghubungkan antara yang nampak atau fenomena dan yang tersembunyi atau noumena),
neo-postivisme (cara pandang baru yang meninggalkan cara pandang lama yang melihat obyek-obyek secara
parsial menjadi cara pandang baru yang melihat keterhubungan antar obyek).
2. Kategorisasi, adalah cara berpikir yang menghubungkan antar fenomena, menjelaskan konteks, situasi, karakter,
kualitas, serta nilai-nilai dibalik fenomena.
3. Induktif, adalah cara berpikir yang menghubungkan antar fenomena atau antar tema-tema di alam untuk menuju
pada pemahaman menyeluruh dan menemukan makna baru atau teori baru dari kesaling terhubungan tersebut
MONISME
- Aliran yang menyatakan bahwa hanya ada “satu” kenyataan
- Kenyataan dapat berupa : jiwa, materi, Tuhan, atau substansi lainnya
- Tokoh-tokoh :
1. Thales (625-545 SM) : Kenyataan terdalam adalah “air”
2. Anaximander (610-547 SM) : Kenyataan terdalam adalah “apeiron”, sesuatu tanpa batas, tak dapat
ditentukan, tidak memiliki persamaan dengan salah satu benda yang ada di dunia
3. Anaximenes (585-528 SM) : Kenyataan terdalam adalah “ udara”
4. Pythagoras (580-500 SM) : Kenyataan terdalam adalah “bilangan”
5. Heraklitos (535-475 SM) : Kenyataan terdalam adalah “api”
6. Demokritos (460-370 SM) : Kenyataan terdalam adalah “atom”
7. Baruch spinoza (filsuf modern, 1632-1677 SM) : Kenyataan terdalam adalah “Tuhan”
DUALISME
- Aliran yang menganggap adanya dua substansi yang masing-masing berdiri sendiri
- Tokoh-tokoh :
1. Plato (428-348 SM) Membedakan dua dunia : dunia intelek (idea) dan dunia inderawi (kenyataan)
2. Rene Descartes (1596-1650 SM) : Membedakan substansi pikiran dan substansi kenyataan
3. Leibniz (1646-1716) : Membedakan dunia yang sesungguhnya dan dunia yang mungkin
4. Immanuel Kant (1724-1804) : Membedakan antara dunia gejala (penomena) dan dunia hakiki (noumena)
SUPLEMEN-5
Cara berpikir induktif adalah cara berpikir yang dimulai dari pemahaman unsur2, tema2, atau satuan2 informasi yang
ditemukan di lapangan (obyek empiris) untuk kemudian saling dihubungkan satu dengan yang lain sehingga
membentuk suatu makna baru (konsep baru).
Contoh induksi "peralatan makan"
1) Induksi tingkat pertama:
- Unsur sendok dan unsur garpu diinduksikan karena memiliki hubungan fungsi sebagai alat untuk mengambil
makanan, menjadi tema (simbol kata baru) = sendok makan
- Unsur piring, ceting, mangkuk diinduksikan karena memiliki hubungan tempat menaruh makanan menjadi
tema (simbol baru) = tempat makanan
- Unsur gelas, cangkir dan teko diinduksikan karenakan memiliki hubungan fungsi sebagai tempat air minum
lalu menjadi tema (simbol baru) sebagai= tempat minum
2) Induksi tingkat kedua:
- Tema-tema sendok makan, tempat makanan, dan tempat minumkemudian diinduksikan karena memiliki
hubungan fungsional kegiatan makan dan minum menjadi sebutan baru (simbol baru, konsep baru) =
peralatan makan
- Di dalam sebutan peralatan makanmaka sebutan piring, gelas, cangkir, teko, dan mangkuk sudah melebur
dalam keseluruhan konsep atau pengertian peralatan makan
SUPLEMEN-7
- Abad 18-19 adalah abad yang dipandu oleh paradigma positivisme, yaitu suatu paradigma yang memadukan ilmu
pengetahuan, teknologi dan industri sehingga hanya dalam waktu sekitar 200 tahun dunia tempat hidup manusia
dan makhluk2 Tuhan yang lain berubah sangat cepat baik perubahan yang sifatnya positip maupun negatip.
Paradigma positivisme yang dicetuskan oleh August Comte memiliki sejarah akar berpikir rasionalistik yang
bersumber dari paham2 Cartesian (Rene Descartes), Newtonian (Sir Isaac Newton), Baconian (Sir Francis Bacon)
dicirikan dengan cara2 berpikir positip, orientasi pada perubahan, deterministik, kendali penuh atas alam dan
manusia, parsial, dualistik. Dibawah payung paradigma positivisme, alam dan manusia dikendalikan oleh science
dan technology. Alam diletakkan sebagai sumber daya yang harus ditundukkan, dieksploitasi dan dimanfaatkan
semaksimal mungkin untuk kemajuan manusia. Alam dilihat sebagai serpihan2 terpisah yang dengan mudah
dimanipulasi atas nama kepentingan kesejahteraan manusia.
- Dampak dari praktek paradigma positivisme dirasakan pada masa akhir abad ke-20, yang ditunjukan oleh fakta2
berupa eksternalitas negatif teknologi dan industri (polusi, kesenjangan sosial, rusaknya ekosistem manusia dan
makhluk Tuhan, munculnya penyakit2 baru, kepemilikan benda2 moderen tetapi tidak membuat manusia tenang
dan bahagia, kejahatan meningkat tajam, bumi bukan lagi tempat yang damai untuk kehidupan manusia dan
makhluk Tuhan, negara2 industri melakukan pemborosan berlebihan dalam penggunaan energi, negara kaya
semakin kaya sedangkan negara miskin semakin miskin).
- Dampak2 tersebut kemudian melahirkan kesadaran baru perlunya merubah paradigma lama (positivisme) menjadi
paradigma baru (holisme, ekologi, fenomenologi, sistemik). Paradigma baru ini kemudian menjadi landasan bagi
terbentuknya forum dunia The Club of Rome pada tahun 1972; suatu forum yang dihadiri tokoh2 ilmuwan,
industri, politisi, ekonom untuk menyuarakan keprihatinan atas terjadinya dampak degradasi bumi oleh eksploitasi
yang berlebihan oleh manusia atas nama pertumbuhan ekonomi, pemakaian energi yang berlebihan oleh negara2
industri besar, serta kesenjangan dunia yang semakin menajam. Lontaran pemikiran dari The Club of Rome (1972)
ini kemudian melahirkan gerakan dunia dengan nama "Habitat" yang dicetuskan oleh United Nation di Vancouver
Canada pada tahun 1976 yang mempraktekkan pendekatan2 ekologi, sitemik, holistik. Pemikiran baru ini terus
bergulir dan pada tahun 1990 lahir konsep yang sangat terkenal sampai saat ini dan telah menjelma menjadi
Paradigma Baru, yakni "Sustainable Development".
- Paradigma baru ini telah menggeser paradigma lama (Rasionalistik, Cartesian, Newtonian, Baconian) menjadi
paradigma baru (Holistik, Ekologis, Sitemik). Menggeser cara berpikir: (1) menekankan bagian menjadi
menekankan keseluruhan, (2) menekankan struktur menjadi proses, (3) ilmiah obyektif menjadi alamiah subyektif
(kontekstual), (4) ilmu sebagai bangunan menjadi ilmu sebagai jaringan (perjumpaan dengan ilmu2 lain), dan (5)
kebenaran mutlak menjadi kebenaran sementara.
SUPLEMEN-8
Puisi di atas ingin menunjukkan hubungan antara kesadaran pikiran dan sikap moral dengan hasil perbuatan manusia.
Suasana batin akan berpengaruh pada setiap karya manusia. Jadi, kata "anak" bisa digantikan dengan apa saja
termasuk "mahasiswa", "pasangan hidup", "teman", "tetangga" dan juga bisa diganti dengan "teknologi", atau "karya
keteknikan".
Puisi di atas mengajarkan dua pendekatan yang berbeda, yakni pendekatan parsial dualistik dan pendekatan holistik.
Sebagai "Adabwan" atau "Pembuat Peradaban" sarjana teknik menyandang tugas "mulia" karena dia memilih "ilmu
yang mulia" untuk "memuliakan manusia". Ilmu teknik adalah "ilmu yang mulia" karena ilmu teknik telah
menyandang kodrat sebagai ilmu yang "memuliakan peradaban manusia". Untuk memuliakan manusia maka sarjana
teknik harus menggunakan pendekatan holistik, sistemik, ekologis.
Pesan moral dari puisi di atas adalah mengajarkan cara pandang holistik atau cara pandang yang "merengkuh",
"mencintai", "melihat secara utuh" terhadap setiap obyek yang kita hadapi.
PENUTUP
- Insinyur memiliki peran penting didalam masyarakat dimana praktik rekayasa dan pengembangan teknologi
membutuhkan pendekatan dan pemahaman dari aspek social budaya sehingga dapat memberikan manfaat yang
berkelanjutan daripada sekadar infrastruktur fisik.
- Hal tersebut menuntut insinyur agar menguasai beberapa keterampilan dasar dan juga peningkatan kemampuan
untuk bekerja dengan berbagai disiplin ilmu.
- Praktik rekayasa dan pengembangan teknologi selalu lebih mengutamakan penyelesaian masalah untuk
kegagalan dalam rancangan fisik infrastruktur dan rendahnya kemampuan pembiayaan dari suatu layanan
tertentu. Pada kenyataannya, hanya ada sedikit kegagalan dalam rancangan fisik infrastruktur dibandingkan
dengan banyaknya kegagalan yang terkait dengan aspek social budaya masyarakat.
- Oleh karena itu, dimasa depan diharapkan para insinyur dapat memberikan perhatian lebih pada aspek social
budaya ketika melakukan rekayasa dan pengembangan teknologi.
“Perhatian kepada manusia itu sendiri dan nasibnya harus selalu merupakan minat utama dari semua ikhtiar teknis…
Janganlah kau lupakan hal ini di tengah tumpukan diagram dan persamaan.” –Albert Einstein
Disampaikan kepada mahasiswa California Institute of Technology
EPISTEMOLOGI KETEKNIKAN
- Apakah pengetahuan keteknikan?
- Bagaimana membedakannya dari pengetahuan ilmiah?
- Bagaimana cara memperoleh pengetahuan keteknikan?
- Bagaimana cara menentukan nilai pengetahuan keteknikan?
Engineer menyusun pengetahuannya diantara continuum realistic (kondisi eksternal yang sudah given) dan fenomena
logic (kondisi eksternal yang senantiasa dipengaruhi dan mempengaruhi proses rekayasa).
Pertanyaan Epistemologis:
Apakah yang dimaksud dengan keteknikan?
Engineer menyusun pengetahuannya diantara continuum deterministic (fokus pada penyebab masalah) dan teleologic
(fokus pada tujuan yang diharapkan).
Pertanyaan Metodologis:
Bagaimana caranya kita membangun keteknikan?
Engineer menyusun pengetahuannya diantara continuum dari pemodelan analitik(penyederhanaan masalah) dan
sebab-akibat ke arah kompleksitas(perubahan, ketidakteraturan) dan penyelarasan.
Pertanyaan Aksiologis:
Apa nilai etis dari keteknikan yang kita bangun?
Engineer menyusun pengetahuannya diantara continuum dari tanpa nilai (nilai tidak berperan) dan etika eksternal
(nilai etis ditentukan mekanisme eksternal) hingga nilai inklusif (nilai berperan sangat penting) dan etika intrinsik
(ditentukan bersama dalam kerangka kebaikan).
TEKNOKRASI
- Upaya para insinyur untuk memegang peran penting dalam pengambilan keputusan politik telah bergulir semenjak
awal abad ke-20, dengan munculnya gerakan sosial Teknokrasi di Amerika Utara.
- Teknokrasi adalah sistem pengambilan keputusan dalam pemerintahan berbasis sains dan keteknikan. Teknokrat
adalah sebutan media bagi orang-orang yang mampu melaksanakan sistem teknokrasi di negaranya.
- Di negeri asalnya (Amerika dan Kanada), gerakan teknokrasi tidak berhasil dengan baik, diduga karena sifat
perkembangan pembangunan kedua negara yang lebih mengedepankan keseimbangan hak asasi dan penegakan
hukum, sehingga pemimpin politik lebih didominasi oleh para ahli hukum dan politik.
- Di Benua Asia yang berupaya mengembangkan pembangunan fisik secara pesat, banyak negara menerapkan
sistem teknokrasi (meskipun sebagian bersifat semu karena harus berkompromi dengan ketidakjelasan konsep
pemerintahan yang dipilih).
- Indonesia pernah dipimpin oleh 2 insinyur.
- Di tahun 2012, Norman Augustine, CEO Lockheed Martin, menulis di Majalah Forbes suatu himbauan kepada
para insinyur untuk masuk ke dalam sistem pemerintahan, meskipun “… keterampilan berpolitik seperti negosiasi
dan berkompromi adalah antitesis nilai-nilai keteknikan”.
- Kebiasaan berpikir logis, analitis, dan sistematis dari para insinyur akan membantu sistem pengambilan keputusan
dalam pemerintahan, tanpa “… terjebak dalam intrik permainan politik”.
Banyak problem pembangunan yang dihadapi pemerintah yang membutuhkan solusi teknis:
- Bagaimana mengatasi kelangkaan sumberdaya energi?
- Bagaimana menghasilkan energi bersih?
- Bagaimana menyikapi perubahan iklim dan lingkungan?
- Bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan dalam ekonomi berteknologi tinggi?
IMPACTS ON RESOURCES
•Effects on continued existenceand availabilityof valued and scare resources
By consuming a resource at a rate greater than it is replenished or greater than the rate at which it may be continually
supplied over the lifetime of the technology.
By contaminating a resource that is either used by the technology operators or by other parties, but which has no
direct link to the technology (e.g. contamination of groundwater by an industrial manufacturing process).
SOCIAL IMPACTS
•Many ways in which a technology may affect the social structure and well being of a community
Cultural resources and values:
•Cultural, religious, historical, scientific or other value to the community.
•Possible pressures include the inappropriate use of a resource (e.g. the clearance of a site leading to disruption of
culturally valued ecosystems).
Social disruption to the community:
•Effect new workers (and their dependants)
•Possible loss of livelihood through the over use of a resource (e.g. fisheries)
•Relocation of people as a result of a technology intervention.
Equity issues:
•It is unlikely that impacts associated with a technology will be equally distributed through the community -specific
sections of society may suffer disproportionately.
1. Inventory Analysis
- Selection of reliable data sources or methods which yield the desired type and accuracy of data
Inputs (materials and energy)
Outputs (e.g., air emissions, solid waste, water, effluents, products and by‐products).
- Common data sources:
Actual performance measurements, manufacturer specifications, government reports, or industry averaged
reports.
- System Flow Diagram
2. Impacts Assessment
- Goal : to evaluate whether the materials and energy identified in the Life Cycle Inventory might impact the
environment and human health.
- Predict what or who might be impacted (harmed) by mercury emissions to the air, land, or water.
- Interview a physician, nurse, toxicologist, industrial hygienist, or ecologist.
- Sustainability Indicators :
- Sustainable Model :
SUMMARY
- Impacts of technology: influences, costs, benefit.
- Environmental sustainability:
inputs consumed less than the stored or regenerative capacity of the environment.
outputs (products, wastes, and emissions) must be benign or degradable by the environmental.
- LCA is looking upstream and downstream at the phases of a products life cycle.