HOLISME
(System Thinking)
Materi Minggu Ke 3
MANUSIA
ALAM
KARYA PERILAKU
TEKNIK/ MANUSIA
TEKNOLOGI
Sumber: Modifikasi Koentjoro Ningrat, 1985
Suplemen-1
Bahwa domain ilmu keteknikan merupakan kesatuan utuh antara nilai-nilai dasar, karya
keteknikan/teknologi, dan perilaku manusia. Bahwa setiap karya keteknikan dan atau teknologi bukanlah
suatu karya yang berasal dari suatu kekosongan kemudian diletakkan di dalam ruang kosong, melainkan
suatu karya yang didasarkan pada nilai-nilai dasar yang kelak akan dipertanggungjawabkan terhadap
perilaku dan peradaban manusia yang menggunakan karya tersebut. Disinilah letak "kemuliaan ilmu-ilmu
teknik", karena ilmu teknik adalah ilmu peradaban, ilmu yang akan menuntun-memandu-mengarahkan
kehidupan manusia di masa depan. Ilmu teknik yang memuliakan manusia akan mendatangkan amal jariah,
sehingga ketika ilmuwannya sudah tiada di dunia maka "argo amal jariahnya" akan terus berputar dan akan
menolongnya di alam sana. Tetapi sebaliknya, apabila karya keteknikanya mendholimi serta
menyengsarakan manusia yang menggunakannya, maka "argo dosa jariahnya" juga akan terus berputar
dan akan menyulitkan kehidupannya di alam sana.
Realitas
(Tunggal vs Jamak)
(Guba, 1985)
4 Tipe Realitas
(Guba, 1985)
Objective Reality
Perceived Reality
Constructed Reality
Created Reality
Suplemen-2
Realitas selain jamak juga bertingkat. Misalnya lambang negara Indonesia Pancasila memiliki
tingkatan2 realitas:
1) Realitias inderawi (objective reality), bisa dirasakan kehadirannya melalui panca indera manusia
berupa gambar atau bentuk2 bintang, rantai, beringin, banteng, padi dan kapas
2) Realitas konsepsual/maksud/tujuan (perceived reality) berupa penjelasan2 maksud dari setiap
gambar atau bentuk2 tersebut
3) Realitas transendental (constructed reality) berupa makna tertitinggi nilai2 dasar yang menjadi
rujukan bagi realitas no 2 dan realitas no1
Objective Reality
(Guba, 1985)
Perceived Reality
(Guba, 1985)
Constructed Reality
(Guba, 1985)
Created Reality
(Guba, 1985)
KEBENARAN
(Tunggal Jamak)
(mpkd, 2014)
Suplemen-3
Bahwa kebenaran dapat berupa kebenaran "bertingkat" dan kebenaran "jamak" (versi), sehingga
diperlukan cara berpikir holistik untuk dapat memahaminya.
KEPUNAHAN KE ENAM
(dari Holocene ke Anthropocene)
"Manusia Baru"
(Brigitta Isworo Laksmi, Kompas 17 Februari 2016:14)
Akhir dari Holocene (akhir jaman es, muka air laut dimulai dari 11.700 tahun yang lalu), memasuki era
Anthropocene
Telah terjadi perubahan dramatis hanya dalam dua abad terakhir akibat aktivitas manusia
(Environmental Science and Technology)
Anthropocene diduga akan memicu kepunahan masal ke-enam
• Peningkatan emisi karbon
• Jumlah zat fosfor dan nitrogen menjadi dua kali lipat mempengaruhi siklus kimia
• Industri menciptakan jenis logam baru yang tak terdapat secara alamiah (campuran unsur keras dari
intan)
• Munculnya spesies baru tanaman yang dibuat manusia
• Persebaran newan dan tumbuhan secara global
Cara pandang (epistemologi) manusia terhadap alam harus dirubah
"The universe shivers with wonder in the depth of the human" (Semesta menjadi serpihan kecil
ajaib di kedalaman manusia) (Brian Swimme :"The Dream of Earth, Sierra Club Books, 1998, dalam
Brigitta Isworo Laksmi: "Manusia Baru", Kompas 17 Februari 2016:14).
LANDASAN BERPIKIR
"HOLISTIK"
Suplemen-4
2) Kategorisasi, adalah cara berpikir yang menghubungkan antar fenomena, menjelaskan konteks,
situasi, karakter, kualitas, serta nilai-nilai dibalik fenomena.
3) Induktif, adalah cara berpikir yang menghubungkan antar fenomena atau antar tema-tema di
alam untuk menuju pada pemahaman menyeluruh dan menemukan makna baru atau teori baru
dari kesaling terhubungan tersebut
LANDASAN BERPIKIR "HOLISTIK" (1)
MONISME
Sumber: Hadiwijono, H (1993), Wibisono, K (1997)
• Tokoh-tokoh :
• Tokoh-tokoh :
3) Leibniz (1646-1716)
Membedakan dunia yang sesungguhnya dan dunia yang
mungkin
6 SM – 3 SM – 6 M 14 M 14/15M 18 M 19 M 20 M
Rasionalisme Fenomenologi
Empirisme Strukturalisme
Kritisisme Neopositivisme
Mitos Logos Theologia Renaisanse Aufklarung Idealisme
Positivisme
Faktor Heuristik
Mitologi Filsafat Teologi Ilmu-ilmu Cabang (Kesadaran
Menyeluruh)
SIMBOL MAKNA
DEDUKSI
ARAS
ABSTRAK
ARAS
EMPIRIK
KENYATAAN INDUKSI
(OBYEK)
Sumber:Ihalauw (1985)
Suplemen-5
Cara berpikir induktif adalah cara berpikir yang dimulai dari pemahaman unsur2,
tema2, atau satuan2 informasi yang ditemukan di lapangan (obyek empiris) untuk
kemudian saling dihubungkan satu dengan yang lain sehingga membentuk suatu
makna baru (konsep baru).
Batin
Saya Dunia
Apa yang Apa yang
nampak dari nampak di
saya (3) Dunia (4)
Lahiriah
Determinate Indeterminate Pada prinsipnya sistem dan organisme di masa depan tidak
bisa di prediksi
Linearly Mutually causal Sistem dan organisme berkembang dan berubah sedemikian
causal rupa sehingga saling terkait atau mempengaruhi
Assembly Morphogenesis Bentuk-bentuk baru dari sistem dan organisme tidak bisa
diduga; salah satu bagian dapat muncul secara spontan
dalam kondisi keragaman, keterbukaan, kompleksitas, dan
hubungan kasualitas
Objective Perspective Instrumen-instrumen atau bahkan disiplin-disiplin tidaklah
netral. Dulu semua teori berlaku umum (obyektif, netral),
sekarang teori berlaku sesuai konteks dan sudut pandang
(perspektip)
PERGESERAN EPISTEMOLOGI
ILMU PENGETAHUAN
(Sumber: Fritjof Capra, 1991, terjemahan 1999)
ILMU PENGETAHUAN
Lama Baru
Rasionalistik Holistik
Cartesian Ekologis
Newtonian Sistemik
Baconian
Menekankan bagian Menekankan keseluruhan
A
(Parsial-Dualisme)
Jika seorang anak hidup dalam suasana penuh kritik,
ia belajar untuk menyalahkan
ia belajar bahwa dunia ini merupakan suatu tempat yang indah untuk hidup
Jika seorang anak hidup dalam ketentraman,
ia akan hidup dalam ketenangan batin
Suplemen-8
Puisi di atas ingin menunjukkan hubungan antara kesadaran pikiran
dan sikap moral dengan hasil perbuatan manusia. Suasana batin akan
berpengaruh pada setiap karya manusia. Jadi, kata "anak" bisa
digantikan dengan apa saja termasuk "mahasiswa", "pasangan hidup",
"teman", "tetangga" dan juga bisa diganti dengan "teknologi", atau "karya
keteknikan".