Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kita tentu sudah sering mendengar kata Ilmu Pengetahuan,Teknologi dan Seni atau yang
sering disingkat dengan IPTEKS. IPTEKS merupakan tiga unsur utama kemajuan peradaban
manusia yang sangat penting karena melalui kemajuan IPTEKS,manusia dapat
mendayagunakan kekayaan dan lingkungan alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa untuk
menunjang kesejahteraan dan meningkatkan kualitas kehidupannya. Ilmu pengetahuan
dikembangkan dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan beragam dunia,Teknologi
ddikembangkan dengan tujuan untuk mengelola keberadaan beragam dunia dan Seni
dikembangkan dengan tujuan untuk mengapresiasi (penghargaan terhadap sesuatu)
keberadaan beragam dunia.Perkembangan ilmu pengetahuan,Teknologi dan Seni juga
mendorong terjadinya era globalisasi kehidupan manusia karena manusia semakin mampu
mengatasi dimensi jarak dan waktu dalam kehidupannya.. Namun di balik itu semua manusia
menjadi malas melakukan semua aktivitasnya oleh karena semua kemudahan yang ada. Selain
itu juga, sebagian besar manusia diberbagai belahan dunia belum mencicipi manfaat dari
IPTEK tersebut. Sungguh sangat disayangkan sekali dimana sebagian orang sudah
mendapatkan kebutuhannya dengan cepat sementara yang lainnya harus bersusah payah untuk
mendapatkannya. Untuk itu sebagai mahasiswa kita perlu mengetahui lebih dalam tentang
IPTEK agar kita bisa memanfaatkan untuk seluruh umat manusia.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.2.1. Apa yang di maksud dengan Integralisme IPTEKS ?


1.2.2. Apa saja Aspek etika IPTEKS ?
1.2.3. Apa yang dimaksud Pemadu- Serasian IPTEKS?
1.2.4. Apa saja cara meredam pengaruh negatif IPTEKS ?

1|INTEGRALISME IPTEKS
1.3. TUJUAN
1.3.1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Integralisme IPTEKS
1.3.2. Dapat mengetahui apa saja Aspek etika IPTEKS
1.3.3. Dapat mengetahui apa itu pemadu-serasian IPTEKS
1.3.4. Dapat mengetahui cara meredam pengaruh negatif IPTEKS

2|INTEGRALISME IPTEKS
BAB II

ISI

2.1. INTEGRALISME IPTEKS

IPTEKS ( Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni) berkembang sesuai dengan


tuntutan visi umat manusia. Visi selalu berubah senantiasa melihat jauh ke depan. Selain
menyusun gambaran masa depan yang di inginkan, juga untuk antisipasi berbagai pertanda
yang boleh terjadi baik fenomena alam maupun sosial sebagai suatu eksistensi realita diluar
diri-diri manusia. Pada sisi yang lain, terdapat pertanda-pertanda yang dipancarkan oleh
getaran hati dari diri-diri manusia yang dialamatkan ke dalam ruang sosial berupa realitas
seni, seperti karya-karya seni sastra, seni lukis, seni tari, seni pahat, dan karya seni lainnya.
Perubahan atas visi terhadapt peran dan tugas IPTEKS adalah konsekuensi dari pernyataan-
pertanyaan yang selalu menggelitik akal budi manusia, seperti apakah kamu tidak berpikir?.
Pertanyaan seperti itu merupakan tagihan sang khalik, karena dalam benak makhluk
ciptaanNya telah dilangsungkan evolusi akal budi manusia yang kemudia berkembang
melalui perjumpaan dengan sesamanya dalam kemasan evolusi genetikal.

Berdasarkan pengkajian secara mendalam melalui internal assessment dengan penuh


kehati-hatian, akan ditemukan bahwa sudut-sudut dari segitiga Armahedi Mahzar mampu
mengilhami gambaran visi mendatang.

Secara umumpengembangan IPTEKS harus mampu berada dalam posisi kemajuan sebagai
berikut:

1. Sudut ilmu pengetahuan, berada pada peran interkoneksitas.


2. Sudut teknologi, berada pada peran kendali; dan
3. Sudut seni, berada peran harmoni.

Ketiga butir kata kunci itulah yang dapat mengisi hakekat, peran, dan tugas visi yang akan
disusun berdasarkan segitiga Armahedi Mahzar yang mencakup ilmupengetahuan, teknologi,
dan seni bagi kemaslahatan hidup.

3|INTEGRALISME IPTEKS
2.2. ASPEK ETIKA ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN SENI

Manusia sebagai manipulator dan artikulator dalam mengambil manfaat dari ilmu
pengetahuan. Dalam psikologi, dikenal konsep diri daru Freud yang dikenal dengan nama
id, ego dan super-ego. Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-
dorongan biologis (hawa nafsu dalam agama) dan hasrat-hasrat yang mengandung dua
instink: libido (konstruktif) dan thanatos (destruktif dan agresif). Ego adalah penyelaras
antara id dan realitas dunia luar. Super-ego adalah polisi kepribadian yang mewakili
ideal, hati nurani. Dalam agama, ada sisi destruktif manusia, yaitu sisi angkara murka (hawa
nafsu)Ketika manusia memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk tujuan praktis, mereka dapat
saja hanya memfungsikan id-nya, sehingga dapat dipastikan bahwa manfaat pengetahuan
mungkin diarahkan untuk hal-hal yang destruktif. Milsanya dalam pertarungan antara id dan
ego, dimana ego kalah sementara super-ego tidak berfungsi optimal, maka tentu atau juga
nafsu angkara murka yang mengendalikan tindak manusia menjatuhkan pilihan dalam
memanfaatkan ilmu pengetahuan amatlah nihil kebaikan yang diperoleh manusia, atau malah
mungkin kehancuran. Kisah dua kali perang dunia, kerusakan lingkungan, penipisan lapisan
ozon, adalah pilihan id dari kepribadian manusia yang mengalahkan ego maupun super-
ego-nya.Oleh karena itu, pada tingkat aksiologis, pembicaraan tentang nilai-nilai adalah hal
yang mutlak. Nilai ini menyangkut etika, moral, dan tanggungjawab manusia dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besar kemaslahatan
manusia itu sendiri. Karena dalam penerapannya, ilmu pengetahuan juga punya bias negatif
dan destruktif, maka diperlukan patron nilai dan norma untuk mengendalikan potensi id
(libido) dan nafsu angkara murka manusia ketika hendak bergelut dengan pemanfaatan ilmu
pengetahuan. Di sinilah etika menjadi ketentuan mutlak, yang akan menjadi well-supporting
bagi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan derajat hidup serta
kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Hakikat moral, tempat ilmuan mengembalikan
kesuksesannya.

Berkaiatan dengan pembatasan etika atas ilmu , teknologi dan seni maka perlu jelas
bagi kita bahwa yang dibatasi secara etis ialah cara memperoleh pengujian dan cara
penggunaan ipteks pada saat penerapanya dengan pihak lain.jadi pembatasan etis tersebut
tidak berkaitan dengan lahirnya ipteks sebagai suatu kebenaran ilmiah. Sebagai contoh untuk
menentukan bahwa 2x2 =4 orang tidak perlu dibatasi oleh norma etis pada penentuanya.
Demikian pula halnya manakala ilmuan hendak menentukan kebenaran pada daun dimana
setelah dilakukan penelitian pada daun tedapt sel-sel yang mengandung klorofil yang dapat

4|INTEGRALISME IPTEKS
melangsungkan proses fotosintesis namun jika berkaitan dngan pendirian pembangkit listrik
bertenaga nuklir yang diperoleh dari temuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka
pertanyaan mendasar yang perlu dijawab adalah apakah produk ipteks tersebut menunjang
kehidupan manusia apakah tidak malah seblikanya justru merusak kehidupan manusia untuk
menjawab dibutuhkan data-data obyktif dan otentik dari hasil penelitian mengenai teknologi
nuklirnya maupun daerah dimana pembangkit listrik tenaga nuklir itu akan didirikan sebelum
kita memutuskan baik atau tidak pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut apabila didirikan
didaerah itu

2.3. PEMADU-SERASIAN IPTEKS


Kesadaran karsa atau berkehendak sebagai unsur utama moralitas memberikan
semangat kepada terlaksananya laku-perbuatan manusia untuk mengisi kegiatan berkehidupan
dan berpenghidupan. Kualitas kesadaran berkehendak ini ditunjang oleh potensi intelektual
atau kesadaran menggunakan rasio, dan potensi sensibilita atau kesadaran menggunakan rasa.
Ketiganya membentuk kecerdasan mentalitas (intelektualitas, sensibilitas dan moralitas) pada
lantai dasar sebagai pendorong berpikir, beramal dan bersyukur. Dalam prosesnya, objek
kegiatan berpikir berada pada wilayah ilmu pengetahuan, objek kegiatan beramal berada pada
wilayah teknologi dan objek kajian bersyukur berada pada wilayah seni.
Ketiga-tiganya pula menyatu dan berpadu dalam jiwa rohaniah diri-diri manusia sebagai
potensi untuk menyerap meme IPTEKS dari lingkungan dan dari perjumpaan dengan
sesamanya, bahkan secara kodrati memang potensi mentalita itu bersifat utuh tidak
terpisahkan.
Upaya-upaya dam memadukan IPTEKS tidaklah semudah jalan pikiran yang
ditempuh seperti sekarang yang kita alami. Terkadang implementasi hal ini pada suatu
lembaha pendidikan tinggi, seperti universitas misalnya, menemui jalan buntu. Alasan umum
terhadap kenyataan ini adalah karena keberadaan sebuah universitas dibentuk oleh berbagai
fakultas dalam rumpun keilmuan, rumpun terapan, rumpun teknik yang masing-masing
rumpun terbagi kedalam berbagai jurusan dan setiap jurusan terbagi lagi menjadi beberapa
program studi. Sehingga arah menuju keterpaduan berbenturan dengan arah menuju
keterpisahan.
Dalam pemahaman kita, keberadaan IPTEKS tidak hanya untuk IPTEKS sendiri tetapi
dapat diurutkan sebagai berikut :
1) ilmu pengetahuan dikembangkan dengan tujuan untuk mengetahui keberagaman
dunia. (misalnya dunia material, dunia atom, dunia remaja, dunia lansia, dunia
binatang, dunia tumbuhan dll)

5|INTEGRALISME IPTEKS
2) teknologi dikembangkan dengan tujuan untuk mengelola keberagaman dunia
3) seni dikembangkan dengan tujuan untuk mengapresiasi keberagaman dunia.

Suatu hal yang aneh apabila dalam diri manusia terdapat potensi untuk memadukan
IPTEKS, sementara dalam kehidupan bermasyarakat justru sulit dalam perwujudannya. Oleh
karena itu, upaya seperti ini cukup mengundang, menantang, dan menanti partisipasi
semuapihak untuk turut merealisasikannya. Penyajian matakuliah Wawasan IPTEKS
merupakan salah satu awal dari proses sosiologis yang harus ditempuh dan perwujudannya
dapat diperluaskan kearah penelitian, pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat.

2.4. CARA MEREDAM PENGARUH NEGATIF IPTEKS

Berdasarkan uraian tersebut diatas,maka jelas kiranya betapa pentingnya etika ipteks
untuk membatasi pengaruh negative ipteks terhadap manusia yang paling urgen adalah etika
yang menyangkut hidup mati orang banyak,masa depan hak-hak manusia dan lingkungan
hidup etika akan lebih sempurna apabila didukung oleh agama ,moralitas, sosial, hukum dan
pendidikan.Usaha-usaha yang dapat dialakukan untuk meredam pengaruh negatif ipteks
antara lain adalah :

A. Rehumanisasi

Mengembalikan martabat manusia dalam perkembangan ipteks yang sangat cepat dengan
berbagai cara kecepatan perkembangan ipteks sebaikanya disesuaikan dengan kemampuan
adaptasi populasi yang bersangkutan perkembangan nilai-nilai agama,hukum,dan kebijakan
lebih lambat dari dari perkembangan ipteks maka masalah ini harus mendapat perhatian
khusus artinya lebih jauh manusia harus dipandang secara utuh baik lahir maupun batin
sehingga pembangunan dan pengembangan ipteks selalu harus mengarah kepada terwujudnya
peningakatan kesejahteraan manusia seutuhnya antara lahiriah danbatiniah.apabila ini tidak
diperhatikan maka laju kehancuran peradaban manusia tidak akan dapat diimbangi oleh laju
rehumanisasi oleh karenanya semua pihak harus mengambil bagian dan berkontribusi positf
didalamnya.

B. Kemampuan Memilih

Dengan makin banyaknya kebolehan yang diakibatkan oleh ipteks maka timbul
kesukaran dalam memilih meskipun pilihan relative lebih sedikit daripada
kebolehjadian.Pendidikan pada umumnya diarahkan pada cara produksi bukan pada cara

6|INTEGRALISME IPTEKS
konsumsi.terkikisnya nilai-nilai menyebabkan menurunnya perbedaan antara yang mungkin
dengan yang terjadi bahkan mana yang benar dan mana yang salah mana yang baik dan mana
yang buruk sudah sanagat susah dibedakan.

C. Arah Perkembangan Kemajuan

Anomali yang ditimbulkan oleh perkembangan ipteks sekarang akan mengakibatkan


banyak ahli yang mempertanyakan apakah material manusia hamper selurh dunia meniru
model kemajuan barat seolah-olah itulah satu satunya jalan Yng terjamin baik beberapa ahli
mengkonstalasi bahwa penyedian kebuetuhan materil yang berlebihan pun tidak akan
membawa kebahagian dan kesejahteraan bahkan sebaliknya menimbulkan dekomposisi
lingkungan dehumnisasi dan ketegangan-ketegangan dalam intererrlasi unsure-unsur dalam
ekosistim termasuk diantaranya sesama manusia pada peringkat internasional dan haka asasi
bangsa-bangsa jika gaya pikir bru tidak berhasil dikembangkan untuk menghadapi masalah
besar ini maka masa depan yang akan kelam bagi manusia dan bumi kita tinggal menunggu
waktu.

D. Revitalisasi

Perlunya upaya positif untuk mencegah distorsi biokultural yang berkelanjutan


pembangunan akan menuju ke suatu kebudayaan baru di masa depan sehingga diperlukan
persiapan-persiapan yang menyeluruh usaha-usaha revitalisasiakan banyak dipengaruhi naik
secara positif maupun negatif oleh karena faktor-faktor dalam maupun luar negeri oleh karena
itu beberapa sikap pribadi yang paripurna harus dimiliki demi memproteksikan diri dari
pengaruh negative IPTEKS.

7|INTEGRALISME IPTEKS
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahawa :


IPTEKS merupakan singkatan dari Ilmu pengetahuan Teknologi dan Seni yaitu ilmu
pengetahuan yang disusun dalam suatu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan
pengalaman untuk menentukan hakikat dan prinsip hal yang sedang dipelajari dan dituangkan
dalam sebuah perangkat ide, metode, teknik bena-benda material yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan manusia
Terdapat 2 Aspek dalam IPTEKS yang meliputi yaitu aspek etika ilmu pengetahuan
dan aspek etika teknologi dan seni.
Saintis, teknolog dan seniman patut bekerjasama dalam segmen waktu kedepn sebagai
perwujudan keterpaduan secara sosioogis, karena diauki bahwa sekarang ini ketiganya
berjalan sendiri-sendiri.
Untuk meredam pengaruh negatif IPTEKS, dapat dilakukan beberapa cara yaitu :
Rehumanisasi, Kemampuan Memilih, Arah Perkembangan Kemajuan, Revitalisasi

8|INTEGRALISME IPTEKS
3.2. DAFTAR PSTAKA

Dadang Suriamihardja Amiruddin Eddyman W.Ferial Wawasan Ipteks ilmu


Pengetahuan, Teknologi, dan Seni PENERBIT ERLANGGA
www.scribd.com/doc/177487297/Modul-Ipteks-Unhas

9|INTEGRALISME IPTEKS

Anda mungkin juga menyukai