Anda di halaman 1dari 13

Akuntansi dan Audit Sektor Publik di Denmark

Caroline Aggestam Pontoppidan

4.1 Pendahuluan
Denmark adalah monarki konstitusional yang memiliki tiga tingkat pemerintahan:
nasional (negara), daerah (penduduk daerah) dan lokal (komune). Selain itu, Denmark adalah
anggota Uni Eropa. Di tingkat UE, harmonisasi hukum dilakukan melalui penerbitan Directives,
selama ini harmonisasi akuntansi terbatas pada praktik akuntansi sektor swasta, tetapi dengan
pengembangan Standar Akuntansi Sektor Publik Eropa (EPSAS), harmonisasi juga akan
dilakukan di arena sektor publik. Selain ketiga tingkat tersebut, Denmark juga memisahkan tata
kelola keuangan dari dana sosialnya karena mereka mengikuti standar akuntansi sektor swasta.
Pina dkk. (2009) menggambarkan negara-negara Nordik atau wilyah geografis Eropa
Utara (Denmark, Finlandia, Norwegia dan Swedia) sebagai negara kesatuan yang termasuk
dalam model administrasi publik yang peduli dengan pemenuhan kebutuhan warga negara. Oleh
karena itu, efisiensi dan efektivitas sebagian besar didorong oleh aspirasi untuk memuaskan
keinginan warga negara. Denmark telah melakukan banyak reformasi administrasi dan struktural
pemerintahannya selama 20 tahun terakhir. Reformasi telah menciptakan badan eksekutif,
penggunaan perwalian, anggota dewan, korporatisasi, privatisasi perusahaan publik, dan
keterlibatan organisasi nirlaba dan swasta dalam penyampaian layanan publik (Greve, 2003;
Greve et al., 1999).
Reformasi menuju akuntansi akrual di Denmark secara resmi dimulai pada tahun 2003
dengan diterbitkannya laporan Kementerian Keuangan tentang Biaya dan Efektivitas Negara
(2003). Reformasi legislatif menjadi alat utama pemerintah Denmark dalam perubahan menuju
akuntansi akrual. Pemerintah menetapkan standar akuntansi dalam undang-undang. Ada bagan
akun untuk tingkat pusat pemerintahan yang berfungsi sebagai kerangka kerja untuk semua
entitas di sektor public. Mengikuti reformasi ini, Denmark terlihat merangkul pengaturan
akuntansi yang kompleks di sektor publik di tingkat pusat (Ernst and Young (2012: 27) mencatat
bahwa standar akuntansi yang diterapkan di Denmark (tidak termasuk kotamadya berbasis kas)
“agak mirip dan mendekati prinsip IPSAS (lebih dari 70% sesuai)”. Akan tetapi, Kantor Audit
Nasional Denmark (NAO) telah menguraikan sejumlah perbedaan utama antara IPSAS dan
akuntansi yang dilakukan pada tingkat pusat dan daerah di Denmark (Rigsrevisonen, 2014).
Kantor Audit Nasional juga menyoroti bahwa mereka menganggap pendekatan dasar IPSAS dan
pengaruhnya terhadap sektor swasta bermasalah dalam beberapa hal.
4.2 Standar Akuntansi Sektor Publik di Denmark
Pengenalan akuntansi akrual pada pusat pemerintahan di Denmark dilaksanakan melalui
reformasi akuntansi pada tahun 2003-2004. Sejak reformasi, praktik akuntansi di pemerintah
pusat dicirikan sebagai kombinasi praktik akrual penuh dengan modifikasi praktik akuntansi
akrual (kepatuhan 70% terhadap IPSAS). Bagian signifikan dari pendapatan dan pengeluaran
pemerintah dalam neraca nasional terus mengikuti prinsip akuntansi akrual yang dimodifikasi.
Tujuan dasar pelaporan keuangan untuk sektor publik adalah untuk menegakkan kontrol negara.
Secara umum, akun harus dibaca bersamaan dengan alokasi. Di Denmark praktik akuntansi
pemerintah dapat dibagi menjadi tiga kategori:

1. Pemerintah pusat dan entitas anggaran ekstra: pada tingkat ini, Undang-Undang
akuntansi pemerintah diterapkan.

2. Tingkat regional: pada tingkat ini, daerah menggunakan anggaran, akuntansi, dan
perintah audit.

3. Tingkat lokal: pada tingkat ini, kotamadya menerapkan anggaran, akuntansi, dan perintah
audit untuk kotamadya.
Perlu dicatat bahwa tingkat regional dan lokal sangat selaras dalam hal praktik akuntansi
mereka. Penting untuk digarisbawahi bahwa Undang-Undang akuntansi sektor publik di tingkat
pemerintah pusat dikembangkan melalui proses pembangunan yang kompleks dan melibatkan
interaksi parlemen Denmark (khususnya Komite Keuangan). Ini mengikuti bentuk pemerintahan
demokratis yang dipraktikkan di Denmark. Pada Denmark hampir semua layanan publik untuk
individu dan keluarga (sekolah, perawatan lansia, perawatan kesehatan, dll) didelegasikan
kepada otoritas lokal. Hasilnya adalah tingkat desentralisasi sektor publik yang relatif tinggi.

4.2.1 Peraturan akuntansi sektor publik di Denmark


Akuntansi sektor publik di Denmark diatur oleh hukum. Akuntansi pemerintah pusat
dengan demikian diatur oleh 47 Konstitusi dan Undang-Undang tentang akuntansi negara.
Berikut 47 Konstitusi, diantaranya:
1. Akun publik harus disampaikan kepada parlemen dalam waktu enam bulan setelah
akhir tahun anggaran.
2. Parlemen memilih sejumlah auditor yang memeriksa rekening publik tahunan dan
memastikan semua pendapatan dan pengeluaran yang dikeluarkan.
Undang-Undang tentang akuntansi negara menetapkan bahwa:
1. Menteri Keuangan, pada akhir Juni, harus menyampaikan kepada parlemen rekening
negara secara lengkap untuk tahun anggaran sebelumnya. Akun publik meliputi
semua penerimaan dan pengeluaran negara dalam satu tahun anggaran yang lalu,
kekayaan dan kewajiban negara serta pergerakannya selama tahun tersebut.
2. Aturan tentang akuntansi negara mencakup semua kementerian, pihak lembaga, dan
sebagainya yang anggaran operasionalnya dimasukkan dalam RUU Alokasi.
Keputusan Nomor 1161 tanggal 16 Desember 1996 tentang Akuntansi Negara, menetapkan
standar umum sebagai berikut:
1. Lembaga sektor publik harus menyimpan rekening anggaran yang berkaitan dengan
kegiatan mereka. Laporan keuangan harus mencakup alokasi lembaga, pengeluaran
dan pendapatan, serta aset dan kewajiban.
2. Pendaftaran aset dan kewajiban yang bukan merupakan dana negara diperlukan.
3. Rekening anggaran tunduk pada pendaftaran komitmen yang telah dibebankan pada
tahun anggaran yang akan datang.
4. Pendaftaran akuntansi harus diatur sedemikian rupa sehingga, dimungkinkan untuk
mengukur moneter pendaftaran perjanjian dan kewajiban yang telah diasumsikan
menghasilkan pengeluaran pendapatan pada tahun fiskal saat ini atau masa depan.
5. Departemen-departemen pemerintahan dan otoritas yang setara harus menyediakan
rekening mereka kepada Kementerian Keuangan dan Kantor Audit Nasional untuk
mendapatkan persetujuan.

4.2.2 Kerangka konseptual


Kementerian Keuangan memberikan prinsip-prinsip dasar akuntansi dan
menjelaskan bagaimana mereka berhubungan dengan akuntansi pemerintahan. Prinsip-
prinsip akuntansi ini memiliki dasar hukum tetapi tidak dikeluarkan sebagai hukum. Prinsip-
prinsip akuntansi mencakup kelangsungan hidup, uang sebagai unit ukuran umum,
periodisasi transaksi dan pengungkapan, objektivitas, kehati-hatian, kontinuitas, materialitas,
keandalan, prinsip kotor, dan dapat dipahami.

4.2.3 Pengukuran dan pengakuan aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban
1. Pengukuran dan Pengakuan Asset
Aset di neraca terdiri dari inventaris sektor publik, piutang, dan aset berwujud dan
tidak berwujud yang diperoleh untuk penggunaan jangka panjang, termasuk sistem TI,
bangunan, mesin, dan peralatan TI. Secara keseluruhan, akun aset tetap dibagi menjadi
beberapa jenis asset, yaitu aset tidak berwujud properti, pabrik dan peralatan, dan aset
keuangan. Karakteristik ketiga kategori secara inheren berbeda, tetapi semua aset tetap
diakui di neraca ketika aset diperoleh untuk penggunaan permanen atau kepemilikan
dan dimasukkan sebagai aset operasi entitas sektor publik, dan biaya aset dapat diukur
secara andal.
Aset tetap dinilai sebesar biaya perolehan, termasuk semua biaya terkait dengan
pembelian atau yang dapat diatribusikan secara langsung dengan aset yang diproduksi
sampai saat aset tersebut siap digunakan. Aset tidak berwujud adalah aset non-moneter
yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik yang dimiliki untuk produksi, distribusi,
penyewaan atau untuk tujuan administratif. Aset tidak berwujud ditampilkan sebagai
item utama pertama pada akun aset dan diklasifikasikan sebagai:

1) Proyek pembangunan sedang berlangsung.

2) Pembangunan selesai.

3) Memperoleh konsesi, paten, lisensi dan sebagainya.


Aset tidak berwujud termasuk aset yang diperoleh dan diproduksi oleh entitas sektor
publik itu sendiri. Biaya penggantian sebagai dasar pengukuran tidak digunakan dalam
laporan keuangan pemerintah pusat di Denmark.
2. Pengakuan dan Pengukuran Liabilitas
Komitmen dapat berupa kewajiban atau provisi. Kewajiban bisa jangka pendek
atau jangka panjang. Utang jangka panjang termasuk pinjaman internal atau utang
negara, utang hipotek dan pinjaman untuk membiayai aset yang dimiliki oleh beberapa
entitas sektor publik. Kewajiban lancar mencakup utang usaha kepada pemasok barang
dan jasa, gaji, pembayaran liburan dan lembur, dan sebagainya. Pendapatan
ditangguhkan diakui sebagai kewajiban lancar. Provisi adalah pos terpisah yang
ditempatkan antara utang dan ekuitas untuk menekankan sifat tidak pasti dari pos
neraca ini. Di Denmark kewajiban pensiun tidak dimasukkan dalam laporan keuangan.
3. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan
Sektor public di Denmark menerapkan persyaratan akuntansi sebagai pendekatan
berbasis transaksi yang dimodifikasi. Pilihan ini didasarkan pada pandangan bahwa
tujuan laporan keuangan adalah untuk memantau dan membandingkan antara
penerapan sumber daya dengan kinerja lembaga pemerintah pusat. Prinsip umum di
sini adalah pendapatan dicatat saat penyerahan telah terjadi dan paling lambat ketika
pembayaran. Sehingga, pada negara Denmark ini memang menyimpang, dalam
beberapa kasus, dari pendekatan pendapatan dan biaya. Salah satu contohnya adalah
donasi. Sumbangan yang signifikan tidak diperbolehkan untuk mempengaruhi laporan
laba rugi sebagai pendapatan maupun biaya yang timbul dari penyusutan aset yang
disumbangkan.
4. Pengakuan dan Pengukuran Biaya
Catatan akuntansi mencakup peristiwa ekonomi terkait dengan konsekuensi dari
aktivitas lembaga. Peristiwa ekonomi harus dicatat secara akurat dan sesegera
mungkin setelah peristiwa itu terjadi sehingga laporan keuangan dapat dibuat.
Ditentukan bahwa catatan akuntansi harus mencakup minimal:
1) Pendapatan dan pengeluaran
a. Transaksi pembayaran berupa setoran dan penarikan.
b. Transaksi pendapatan berupa pendapatan operasional, pendapatan investasi,
pendapatan pajak dan transfer, dan sebagainya.
c. Biaya transaksi berupa biaya operasional, belanja modal dan belanja transfer.
2) Item terkait neraca
e. Penyusutan aset berwujud dan tidak berwujud.
f. Penurunan nilai aset tetap
g. Pasokan dan konsumsi persediaan untuk produksi.
h. Penyediaan dan konsumsi perbekalan.
i. Harta berupa harta tetap yang tidak berwujud dan berwujud serta harta lancar,
termasuk harta kekayaan yang bukan merupakan uang negara, tetapi menjadi
tanggung jawab pemerintah dan negara.
j. Kewajiban berupa provisi dan kewajiban jangka pendek dan jangka panjang,
termasuk kewajiban yang bukan merupakan sumber daya negara tetapi
menjadi tanggung jawab administrasi dan negara.
4.2.4 Laporan keuangan
Kementerian, bisnis dan lembaga pemerintah yang bertanggung jawab di bawah
aturan yang ditentukan oleh Badan Manajemen Pemerintah Denmark harus sesuai dengan
prinsip-prinsip dasar Undang-Undang perizinan. Laporan tahunan harus memberikan
gambaran yang menyeluruh, komprehensif, dan dapat diandalkan tentang keuangan dan
pencapaian setiap entitas. Laporan tahunan harus terdiri dari elemen-elemen berikut:
1. Laporan
2. Pelaporan kinerja
3. Pelaporan keuangan dan catatan tambahan
4. Laporan pemeriksaan.

4.2.5 Hubungan antara anggaran dan akuntansi keuangan


Sejak tahun 2000 Denmark telah memperluas penggunaan akrual dalam
penganggaran sektor publik tanpa beralih ke dalam penganggaran akrual penuh. Mulai tahun
2007, Denmark memindahkan anggaran operasional departemen dan belanja modal ke basis
akrual, terutama untuk mendukung upaya peningkatan kinerja departemen pemerintah. Pada
sistem Denmark, semua belanja modal oleh kementerian pemerintah dibiayai oleh
Kementerian Keuangan, yang harus dilunasi dan dikenakan bunga.
Sistem penganggaran akrual Denmark telah memberikan pengaturan ini sebuah twist
akrual khas, dimana elemen yang paling penting adalah kementerian sekarang membayar
kembali pokok pinjaman modal ketika mereka dibebankan depresiasi atas alokasi
pengeluaran mereka”. Standar teknis yang digunakan untuk anggaran di Denmark ialah
secara substansial didasarkan pada standar akuntansi sektor swasta (United States
Government Accountability Office (GAO), 2007).
Selain mengembangkan standar akuntansi yang akan digunakan dalam
penganggaran, GAO mencatat bahwa tantangan utama ialah ketika beralih ke penganggaran
akrual, terutama untuk negara-negara yang memilih dalam memperlakukan modal secara
akrual (yaitu untuk memanfaatkan aset dan mencatatnya di neraca) dan menyediakan dana
untuk biaya depresiasi non-tunai agar memastikan bahwa nilai yang dicatat dari aset modal
seakurat mungkin”.
4.2.6 Standar akuntansi untuk laporan konsolidasi
Dasar untuk mempersiapkan rekening publik yang diatur dalam 47 Konstitusi, telah
menetapkan bahwa tidak ada pendapatan (pengumpulan pajak) atau pengeluaran yang dapat
dilakukan tanpa mematuhi Undang-Undang ini. Konsep kontrol di Denmark dengan
demikian diatur melalui gagasan parlemen tentang kontrol atas alokasi.

4.3 Pemerintah pusat


Pemerintah pusat ini meliputi pemerintah, kementerian dan badan publik. Ekstra
anggaran termasuk gereja umum, universitas, sekolah menengah, sekolah swasta, dan sebagainya
(Ernst dan Young, 2012). Semua entitas dalam pemerintah pusat menerapkan Undang-Undang
akuntansi pemerintah dan Undang-Undang Anggaran Negara dalam hal akuntansi, penyusunan,
penyajian laporan keuangan tahunan serta penganggaran dan pelaporan.

4.3.1 Penganggaran
Penganggaran di tingkat pusat di Denmark saat ini mengikuti pendekatan top-down
berdasarkan tujuan kebijakan. Ini dibingkai di tingkat atas dan kemudian diimplementasikan
dalam entitas sektor publik yang relevan. Selama tahun anggaran, kementerian dan lembaga
negara lainnya menerima penerimaan sesuai dengan peruntukannya. Harus ada verifikasi
bahwa ini konsisten dengan kondisi umum dan khusus di mana hibah diberikan, dan sesuai
dengan ketentuan lain, seperti Undang-Undang, keputusan, instruksi melingkar dan internal.
Alokasi dan prinsip akuntansi untuk rentang operasi mengikuti basis biaya, sementara
alokasi dan akuntansi untuk infrastruktur, pertahanan, berbagai hibah dan jenis pengeluaran
lainnya, terutama mengikuti prinsip vesting.
4.3.2 Akuntansi
Tujuan laporan keuangan dari lembaga pemerintah pusat di Denmark adalah untuk
mendukung pemantauan dan perbandingan kinerja dan penerapan sumber daya di lembaga.

4.3.3 Laporan keuangan


Pada Denmark ada bagan akun umum yang akan digunakan oleh semua entitas
sektor publik yang mengikuti Undang-Undang akuntansi pemerintah. Semua badan
pemerintah wajib menyiapkan laporan tahunan, termasuk presentasi entitas sektor publik
dan kegiatannya, pelaporan kinerja, laporan keuangan, dan catatan pendukung.
1. Laporan Posisi Keuangan
Di sisi kewajiban dari laporan posisi keuangan di tingkat pusat, berikut ini termasuk:
1) Hutang pajak dan transfer, dicatat atas dasar akrual serta menggunakan biaya
historis.
2) Hutang berdasarkan transaksi pertukaran, dicatat atas dasar akrual dan menggunakan
biaya historis.
3) Provisi, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.
4) Liabilitas keuangan, dicatat dengan dasar akrual, dinyatakan sebesar nilai nominal.
5) Hak minoritas, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis atau
nilai wajar
2. Laporan kinerja keuangan
Laporan kinerja keuangan pemerintah pusat harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Pendapatan, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.
2) Biaya keuangan, dicatat secara akrual dengan menggunakan biaya historis.
3) Bagian surplus atau defisit entitas asosiasi dan ventura bersama, dicatat berdasarkan
akrual dengan menggunakan biaya historis
Pada pusat pemerintahan di Denmark, laporan perubahan aset bersih dan laporan
arus kas tidak disiapkan. Laporan keuangan selalu disertai dengan catatan, termasuk
ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya. Perbedaan dalam
pengukuran dan praktik pengungkapan pemerintah pusat, daerah dan kota berbasis akrual
harus dicatat (Ernst dan Young, 2012).
4.3.4 Audit
Kontrol internal publik Denmark telah dikembangkan dan diperkuat selama beberapa
dekade terakhir. Peristiwa ini telah mempengaruhi desain pengaturan pengendalian internal:
1) Pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan yang independen;
2) Perluasan tujuan dan manajemen kinerja;
3) Reformasi biaya; dan
4) Pembentukan pelayanan administrasi
Semua entitas sektor publik di Denmark diberi mandat untuk menyerahkan laporan
keuangan tahunan mereka untuk diaudit. Audit rekening negara dilakukan oleh auditor
negara yang dipilih parlemen bekerja sama dengan Auditor Jenderal. Pemerintah pusat
diaudit oleh National Audit Office (NAO), dan lembaga pemerintah (universitas, sekolah
menengah, dll) diaudit oleh Kantor Akuntan Publik resmi swasta. Pemerintah pusat,
pemerintah, kementerian, entitas publik, gereja, universitas, sekolah menengah, dll, wajib
menjalani audit keuangan, serta audit kinerja dan kepatuhan. Audit berlangsung setiap tahun
dan laporan audit keuangan tersedia untuk umum. Pelaporan diwajibkan oleh hukum.

4.4 Pemerintah Daerah


4.4.1 Penganggaran
Penganggaran dan pembukuan diatur dengan tata tertib anggaran daerah, pembukuan
dan pemeriksaan. Tatanan ini diatur oleh Kementerian Keuangan yang menetapkan aturan
sistem penganggaran dan akuntansi bagi daerah terkait dengan anggaran tahunan dan multi
tahunannya serta aturan akuntansi daerah yang di dalamnya harus terdapat keseimbangan
antara pendapatan dan belanja dan/atau biaya dalam anggaran tersebut. Penganggaran dan
akuntansi di tingkat daerah mengikuti prinsip akuntansi akrual yang sama seperti di tingkat
pemerintah pusat.
4.4.2 Akuntansi
Di tingkat regional akuntansi mengikuti prinsip akuntansi akrual, seperti yang
terlihat di tingkat pusat pemerintahan di Denmark. Urutan anggaran dan pembukuan daerah
mengatur bagan rekening yang akan digunakan oleh daerah.
4.4.3 Laporan keuangan
1. Laporan Posisi Keuangan
Laporan posisi keuangan aset laporan posisi keuangan pemerintah daerah
meliputi:
1) Aset tetap, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.
2) Aset tidak berwujud, dicatat dengan dasar akrual dengan menggunakan biaya
historis.
3) Aset keuangan, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.
4) Investasi, atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.
5) Persediaan, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.
6) Piutang dari transaksi pertukaran, dicatat secara akrual dengan menggunakan
biaya historis.
7) Kas dan setara kas dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis
Pada sisi liabilitas laporan posisi keuangan pemerintah daerah sebagai berikut:
1) Hutang pajak dan transfer, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya
historis.
2) Hutang berdasarkan transaksi pertukaran, dicatat berdasarkan akrual dengan
menggunakan biaya historis.
3) Provisi, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.
4) Liabilitas keuangan, dicatat atas dasar akrual, dengan menggunakan biaya historis
2. Laporan kinerja keuangan
Laporan kinerja keuangan pemerintah daerah memuat hal-hal sebagai berikut:

1) Pendapatan, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.

2) Biaya keuangan, dicatat secara akrual dengan menggunakan biaya historis.

3) Surplus atau defisit, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.

4.4.4 Audit
Semua daerah, kota dan entitas publik lainnya seperti sekolah swasta dan perusahaan
publik, diaudit oleh akuntan publik yang berwenang.

4.5 Pemerintah Lokal


Pemerintah lokal ini terdiri atas administrasi lokal kotamadya. Pemerintah local
menerapkan Anggaran, Akuntansi dan Audit Order.
4.5.1 Penganggaran
Penganggaran mengikuti prinsip yang sama seperti untuk pemerintah pusat dan
daerah. Penting untuk dicatat bahwa tidak ada persyaratan untuk menerapkan prinsip akrual
dalam penganggaran.
4.5.2 Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Kotamadya menggunakan beberapa sistem pembukuan yang berbeda, yaitu sistem
double-entry dan double accounting untuk sistem penganggaran. Sistem transaksi berbeda di
tingkat lokal di seluruh Denmark dan transaksi dicatat secara real time (Ernst dan Young,
2012). Di Denmark, tidak ada persyaratan untuk menerapkan prinsip akuntansi akrual dalam
menyiapkan laporan kinerja keuangan untuk kotamadya.

1. Laporan posisi keuangan


Dari sisi aset laporan posisi keuangan pemerintah lokal dicantumkan:
1) Aset tetap, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.
2) Aset tidak berwujud, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya
historis.
3) Aset keuangan, dicatat secara akrual dengan menggunakan biaya historis.
4) Persediaan, dicatat secara akrual dengan menggunakan biaya historis.
5) Penerimaan kembali dari transaksi non-pertukaran (pajak dan transfer), dicatat
pada dasar tunai menggunakan biaya historis.
6) Piutang dari transaksi bursa, dicatat pada dasar tunai menggunakan biaya
historis.
7) Kas dan setara kas, dicatat pada a dasar tunai menggunakan biaya historis.
Dari sisi liabilitas laporan posisi keuangan pemerintah local dicantumkan;
1) Hutang pajak dan transfer, dicatat pada a dasar tunai menggunakan biaya
historis.
2) Hutang dalam transaksi pertukaran, dicatat pada dasar tunai menggunakan biaya
historis.
2. Laporan kinerja keuangan
Laporan kinerja keuangan pemerintah daerah memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Pendapatan, dicatat atas dasar tunai menggunakan biaya historis.
2) Biaya keuangan, dicatat atas dasar tunai menggunakan biaya historis.
3) Bagian surplus atau defisit entitas asosiasi dan ventura bersama yang diakui
dicatat atas dasar tunai menggunakan biaya historis.
4) Surplus atau defisit, dicatat atas dasar tunai menggunakan biaya historis.
4.5.3 Audit
Kota Denmark diaudit oleh akuntan publik yang berwenang. Dana sosial Denmark
termasuk dana asuransi pengangguran dan Dana Karyawan Denmark (Ernst danYoung,
2012). Keduanya diaudit oleh perusahaan audit swasta melalui audit keuangan, tetapi Kantor
Audit Nasional melakukan audit kinerja. Laporan dari perusahaan audit swasta dan dari
Kantor Audit Nasional dikirim ke tingkat eksekutif yang diaudit dan terdiri dari opini atas
laporan keuangan, temuan dan rekomendasi. Audit berlangsung setiap tahun dan laporan
audit biasanya akan dikirim langsung ke unit yang diaudit dan hanya dapat dipublikasikan
dalam bentuk yang lebih umum dalam laporan tahunan. Laporan tahunan adalah wajib.

4.6 Kesiapan untuk berubah: Fasilitator teknis, perbandingan standar akuntansi nasional
dengan kerangka IPSAS
Standar akuntansi Denmark diterapkan sebelum pengembangan IPSAS, tetapi ketika
adaptasi dibuat dalam kerangka akuntansi sektor publik Denmark, standar IPSAS tertentu
digunakan sebagai inspirasi (Ernst and Young, 2012). Jika metode dalam IPSAS masuk akal
untuk tujuan Denmark, metode tersebut diimplementasikan sejalan dengan perubahan.
Tantangan signifikan dalam menerapkan IPSAS adalah bahwa beberapa prinsip penilaian
berbeda dari biaya historis dan menimbulkan tantangan kemudi. Secara keseluruhan, tujuan
laporan keuangan sektor publik dari lembaga pemerintah di Denmark adalah untuk mendukung
pemantauan, perbandingan, penerapan dan kinerja sumber daya di seluruh entitas sektor publik.
Jika Denmark bergerak menuju akuntansi di bawah persyaratan IPSAS berbasis akrual, studi
oleh Auditor Negara Denmark mengidentifikasi bahwa berikut ini akan diperlukan:
1) Sebuah organisasi tertentu dari fungsi akuntansi.
2) Sistem komputasi yang mampu mencatat transaksi.
3) Sebuah kerangka hukum.
4) Sejumlah besar pelatihan
4.7 Tantangan Utama: Masalah Diidentifikasi
Tujuan utama pelaporan keuangan untuk sektor publik adalah untuk menegakkan kontrol
negara, dan oleh karena itu fokus utamanya adalah apakah otorisasi dan persyaratan telah
dipenuhi. IPSAS, sebaliknya, berfokus pada nilai perusahaan dan kemampuan masa depan
perusahaan untuk menyediakan layanan publik. Kantor Audit Nasional Denmark
(Rigsrevisionen, 2014) mencatat bahwa pengaruh akuntansi sektor swasta pada IPSAS
bermasalah.
1) IPSAS tidak berlaku sebagai standar penyajian APBN.
2) dalam sistem akuntansi sektor publik Denmark terdapat pos-pos pendapatan dan
pengeluaran material yang timbul dari prinsip-prinsip berbasis kas.
3) IPSAS memungkinkan lebih banyak pilihan dan dengan demikian lebih banyak ruang untuk
kebijaksanaan daripada aturan negara bagian saat ini tentang akuntansi berbasis biaya.
Secara keseluruhan, ada pandangan umum bahwa penggunaan IPSAS yang mengacu pada
konsep-konsep dari ranah privat tidak dapat diterjemahkan ke ranah publik. Ada juga beberapa
IPSAS yang secara umum kurang relevan dengan ranah publik.

Anda mungkin juga menyukai