Anda di halaman 1dari 206

1

BAB 3 AKUN, JURNAL DAN BUKU BESAR

3.1 BENTUK DAN KLASIFIKASI AKUN


Istilah akun (account) sering juga disebut perkiraan atau rekening. Daftar akun pada suatu
perusahaan biasanya disusun berdasarkan subklasifikasi dan kelompok yang menyesuaikan dengan cara
penyajian laporan keuangan. Pada umumnya, akun-akun diklasifikasi pada kelompok akun neraca (akun ril)
dan kelompok akun laba-rugi (akun nominal/sementara).
Sebutan akun ril berasal dari fakta bahwa jumlaj saldo akun ril pada suatu waktu memang
mempresentasikan jumlah meneter yang nyata ada dan mengindikasikan akun tertentu pada satu waktu
tertentu saja. Sebutan akun nominal/sementara mengacu pada fakta bahwa jumlah total akun tertentu pada
akhir periode akan ditutup (dipindahkan) ke akun modal. sehingga ukun-akun nominal akan bersado nol di
akhir periode dan awal periode berikutnya.
Kelompok akun ril (neraca) selanjutnya akan diklasifikasi dalam asset lancar, investasi, asset tetap,
kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang, dan ekuitas. Kelompok akun nominal (laba-rugi) diklasifikasikan
sebagai pendapatan dan beban. Baik akun-akun dalam kelompok akun ril maupun akun nominal memiliki
nomor dan nama akun. Kode (nomor) dan nama akun akan mempermudah identifikasi pada kelompok mana
suatu akun tertentu akan bergabung. Berikut ini disajikan contoh nama-nama dan nomor akun.

Contoh: Akun Ril (Akun Neraca) Perusahaan Tambang


Kode Klasifikasi/Sub-klasifikasi/ Kode Klasifikasi/Sub-klasifikasi/
Akun Nama Akun Akun Nama Akun
1 ASET 14 c. Aset Sumber Daya Alam
11 Aset Lancar 1401 Batu Bara
1101 Kas 1402 Akumulasi Deplesi Batu Bara
1102 Surat Berharga 1403 Minyak Buni
1103 Piutang Usaha 1404 Akumulasi deplesi Minyak Bumi
1104 Cadangan Kerugian Piutang Usaha 14… Lain-lain
1105 Piutang Wesel/Wesel Tagih 15 d. Aset lain-lain
1106 Piutang Karyawan 2 KEWAJIBAN
1107 Piutang Lain-lain 21 Kewajiban Lancar
1108 Perlengkapan 2101 Utang Usaha
1109 Persediaan Barang Dagangan 2102 Utang Wesel
1110 Biaya Dibayar Di Muka (Persekot) 2103 Utang Bank (jangka pendek)
1… Aset Tak Lancar 2104 Utang Sewa
12 a. Aset Tetap Berwujud 2105 Utang Gaji
1201 Tanah 2106 Utang BIaya (Msh hrs dibyr)
1202 Gedung 2107 Penghasilan diterima di muka
1203 Akumulasi penyusutan Gedung 2108 Utang Pajak
1204 Kendaraan 22 Kewajiban Jangka Panjang
1205 Akumulasi penyusutan Kendaraan 2201 Utang Bank (jangka panjang)
1206 Mesin-Mesin 2202 Utang obligasi
1207 Akumulasi penyusutan Mesin 2203 Agio Obligasi
1208 Peralatan 2204 Utang Hipotik
1209 Akumulasi penyusutan Peralatan

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


2

13 b. Aset Tetap Tak Berwujud 3 MODOl


1301 Hak Paten 3101 Modal Pribadi
1302 Akumulasi Amortisasi Hak Paten 3102 Prive
1303 Goodwill 3103 Modal Saham
1304 Akumulasi Amortisasi Goodwill 3104 Laba Ditahan
1305 Hak Cipta 3105 Agio Saham
1306 Akumulasi Amortisasi Hak Cipta 3106 Disagio Saham
1307 Merek Dagang
1308 Akumulasi Amirtosasi Hak Dagang
1309 Lisensi
130 Akumulasi Amortisasi Lisensi

Contoh: Akun Nominal (Akun Laba-Rugi) Perusahaan Tambang


Kode Klasifikasi/Sub-klasifikasi/ Kode Klasifikasi/Sub-klasifikasi/
Akun Nama Akun Akun Nama Akun
4 PENDAPATAN 6 BIAYA-BIAYA
41 Pendapatan Operasi/Usaha 61 Biaya Operasi/Usaha
4101 Penjualan 6101 Beban gaji
4102 Retur Penjualan 6102 Beban sewa
4103 Potongan Penjualan 6103 Beban asuransi
42 Pendapatan Luar Usaha/Non-Operasi 6104 Beban reparasi dan pemeliharaan
4201 Pendapatan Bunga 6105 Beban penyusutan gedung
4202 Laba Jual Aset Tetap 6106 Beban penyusutan kendraan
4203 Laba Jual Surat Berharga 6107 Beban penyusutan mesin
4204 Pendapatan Lainnya 6108 Beban penyusutan peralatan
6109 Beban amortisasi goodwill
5 Pembelian 6110 Beban deplesi batu bara
5101 Pembelian Persediaan 6111 Beban air, listrik, telpon
5102 Retur Pembelian 6112 Beban perlengkapan
5103 Potongan Pembelian 6113 Beban angkut penjualan
5104 Biaya Angkut Pembelian 6114 Beban iklan
6115 Kerugian piutang
6116 Beban pemasaran lainnya
6119 Beban lain-lain
62 Biaya Non Operasi/Luar Usaha
6201 Beban bunga
6202 Rugi kual asset tetap
6203 Rugi jual surat berharga

3.2 ATURAN TENTANG DEBET DAN KREDIT


Salah fungsi jurnal adalah fungsi analisis—yaitu analisis debet dan kredit. Yang terpenting di sini
adalah bagaimana menempatkan akun di sisi debet atau di sisi kredit. Penempatan akun tersebut tergantung
pada transaksi yang terjadi, yaitu apakah transaksi yang terjadi berpengaruh pada penambahan atau
pengurangan jumlah pada suatu akun. Dalam hal ini, penambahan atau pengurangan jumlah dalam suatu

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


3

akun akan menentukan posisi akun tersebut apakah di sisi debet atau kredit. Penepatan akun di sisi debet
atau kredit membutuhkan analisis yang mendalam agar tidak terjadi kekeliruan dalam penempatannya. Oleh
karena itu, dibutuhkan aturan sebagai pedoman tentang perubahan (penambahan atau pengurangan) pada
suatu akun.
Secara singkat, aturan mendebet atau mengkredit suatu akun diatur sebagai berikut.
ATURAN DEBET DAN KREDIT
Nomor Nama Akun Saldo Normal Bertambah Berkurang
1 Aset Debet Debet Kredit
2 Kewajiban (utang) Kredit Kredit Debet
3 Ekuitas (modal) Kredit Kredit Debet
4 Pendapatan Kredit Kredit Debet
5 Beban Debet Debet Kredit

Secara rinci, aturan mendebet atau mengkredit suatu akun diatur sebagai berikut.
a. AKUN RIL (AKUN NERACA)
Nama Akun Saldo Normal Bertambah Berkurang
ASET
Aset Lancar
Kas Debet Debet Kredit
Surat Berharga Debet Debet Kredit
Piutang Debet Debet Kredit
Cadangan Kerugian Piutang Kredit Kredit Debet
Piutang Wesel (Wesel Tagih) Debet Debet Kredit
Piutang Karyawan Debet Debet Kredit
Piutang Lain-lain Debet Debet Kredit
Perlengkapan Debet Debet Kredit
Persediaan Barang Dagangan Debet Debet Kredit
Biaya dibayar di muka (Persekot) Debet Debet Kredit
Aset Tidak Lancar
a. Aset Tetap Berwujud
Tanah Debet Debet Kredit
Bangunan Debet Debet Kredit
Kendaraan Debet Debet Kredit
Mesin-Mesin Debet Debet Kredit
Peralatan Debet Debet Kredit
Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap Kredit Kredit Debet
b. Aset Tetap Tidak Berwujud
Hak Paten Debet Debet Kredit
Goodwill Debet Debet Kredit
Hak Cipta Debet Debet Kredit
Merek Dagang Debet Debet Kredit
Lisensi Debet Debet Kredit
Akumulasi Amortisasi (Penyusutan) Kredit Kredit Debet

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


4

c. Aset Sumber Daya Alam


Batu bara Debet Debet Kredit
Minyak Bumi Debet Debet Kredit
Nikel Debet Debet Kredit
Tembaga Debet Debet Kredit
Dll Debet Debet Kredit
Akumulasi Deplesi (Penyusutan) Kredit Kredit Debet

KEWAJIBAN
Kewajiban Lancar
Utang usaha Kredit Kredit Debet
Utang wesel/wesel bayar Kredit Kredit Debet
Utang bank (jatuh tempo < 1 tahun) Kredit Kredit Debet
Utang sewa Kredit Kredit Debet
Utang gaji Kredit Kredit Debet
Utang bunga Kredit Kredit Debet
Penghasilan diterima di muka Kredit Kredit Debet
Utang Pajak Kredit Kredit Debet
Kewajiban Jangka Panjang
Utang bank (jatuh tempo > 1 tahun) Kredit Kredit Debet
Utang obligasi Kredit Kredit Debet
Agio Obligasi Kredit Kredit Debet
Utang Hipotik Kredit Kredit Debet

MODAL (EKUITAS)
Modal Pribadi Kredit Kredit Debet
Prive Debet Debet Kredit
Modal saham (Perseroan Terbatas) Kredit Kredit Debet
Laba ditahan (Perseroan Terbatas) Kredit Kredit Debet
Agio Saham (Perseroan Terbatas) Kredit Kredit Debet
Disagio Saham (Perseroan Terbatas) Debet Debet Kredit

b. AKUN NOMINAL (AKUN LABA-RUGI)


Nama Akun Saldo Normal Bertambah Berkurang
A. PENDAPATAN
1. Pendapatan operasi/Usaha
Penjualan Kredit Kredit Debet
Retur penjualan Debet Debet Kredit
Potongan penjualan Debet Debet Kredit
2. Pendapatan non operasi/Luar Usaha
Pendapatan bunga Kredit Kredit Debet
Laba jual aset tetap Kredit Kredit Debet
Laba jual surat berharga Kredit Kredit Debet

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


5

Pendapatan lainnya Kredit Kredit Debet


B. HARGA POKOK PENJUALAN
Persediaan barang dagangan Debet Debet Kredit
Pembelian Debet Debet Kredit
Biaya angkut pembelian Debet Debet Kredit
Retur pembelian Kredit Kredit Debet
Potongan pembelian Kredit Kredit Debet
C. BIAYA-BIAYA
1. Beban operasi/usaha
a. Beban administrasi dan umum
Beban gaji Debet Debet Kredit
Beban sewa Debet Debet Kredit
Beban asuransi Debet Debet Kredit
Beban reparasi/pemeliharaan Debet Debet Kredit
Beban penyusutan aset tetap Debet Debet Kredit
Beban air, listrik, telpon Debet Debet Kredit
Beban perlengkapan Debet Debet Kredit
Beban administrasi lain Debet Debet Kredit
b. Beban pemasaran
Beban angkut penjualan Debet Debet Kredit
Beban iklan Debet Debet Kredit
Kerugian piutang Debet Debet Kredit
Beban pemasaran lainnya Debet Debet Kredit
2. Beban non operasi/luar usaha
Beban bunga Debet Debet Kredit
Rugi jual aset tetap Debet Debet Kredit
Rugi jual aset berharga Debet Debet Kredit
Laba Kredit Kredit Debet
Rugi Debet Debet Kredit

3.3 JURNAL—PENCATATAN TRANSAKSI KE AKUN


Transaksi paling sederhana akan dicatat dengan melibatkan dua akun. Jika satu akun dicatat di sisi
debet, maka akun yang lain dicatat di sisi kredit. Cara pencatatan seperti itu akan memastikan keseimbangan
antara sisi debet dan sisi kredit.
Contoh berikut dengan memakai bentuk T dengan ketentuan sebelah kiri adalah sisi debet dan
sebelah kanan adalah sisi kredit.
Pada 1 Januari 2013, Tuan Ali mendirikan Perusahaan Jasa Angkutan Super Kilat yang bergerak dalam
bidang pengangkutan. Alat pengangkutan yang dipakai disewa dari perusahaan lain, demikian pula kantor
dan garasi. Transaksi yang terjadi di perusahaan selama Januari 2014 adalah sebagai berikut:
Transaksi 1: Menerima kas Rp6.000 dari Tuan Ali sebagai setoran modal awal.
Transaksi 2: Menerima kas Rp5.000 dari pinjaman bank.
Transaksi 3: Membeli bahan habis pakai secara kredit Rp1.500 dari Toko Makmur
Transaksi 4: Mengeluarkan kas Rp300 untuk membayar keperluan pribadi Tuan Ali
Transaksi 5: Mengeluarkan kas Rp1.000 untuk mencicil utang bank.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


6

Transaksi 6: Menerima kas Rp9.000 dari penjualan Transaksi 12: Mengeluarkan kas Rp500 untuk
jasa angkutan. mencicil utang yang terjadi pada transaksi 3.
Transaksi 7: Mengeluarkan kas Rp3.000 untuk Transaksi 13: Menghitung bahan habis pakai di
membayar sewa alat angkut. gudang dan diketahui masih tersisa senilai
Transaksi 8: Mengeluarkan kas Rp1.100 untuk Rp600, padahal jumlah yang dibell adalah
membayar sewa kantor. Rp1.500 (lihat transaksi 3), sehingga bahan
Transaksi 9: Mengeluarkan kas Rp3.000 untuk habis pakai yang digunakan adalah Rp900.
membayar gaji karyawan. [Sumber: Pengantar Akuntansi 1, Slamet Sugiri Sodikin dan
Transaksi 10: Mengeluarkan kas Rp900 untuk Bogat Agus Riyono, UPP STIM Yogyakarta, 2012 (79-85),
membayar berbagai beban. format disesuaikan.]
Transaksi 11: Mengeluarkan kas Rp60 untuk
membayar bunga pinjaman bank

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


7

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


8

Bentuk Buku Jurnal


Jurnal atau sering disebut buku jurnal, merupakan buku catatan secara kronologis transaksi atau
peristiwa keuangan di suatu perusahaan. Pencatatan kronologis berarti setiap transaksi dicatat sesuai
dengan urutan tanggal transaksi atau peristiwa keuangan tersebut terjadi. Dalam hal ini, bkegiatan mencatat
sebuah transaksi ke buku jurnal disebut menjurnal, kemudian proses untuk pembuatan jurnal disebut
penjurnalan, sedangkan nama akun dan rupiah yang melekat untuk akun tersebut dinamakan ayat jurnal.
Tujuan kegiatan penjurnalan adalah untuk mempermudah penelusuran bila terjadi ketika kesalahan dalam
analisis terjadinya suatu transaksi atau peristiwa keuangan.
Manfaat jurnal transaksi bagi perusahaan antara lain dalam aspek-aspek sebagai berikut:
1. Aspek riwayat transaksidengan pencatatan secara kronologis, maka gambaran tentang kegiatan
perusahaan dalam perusahaan selama suatu periode dapat diperoleh.
2. Aspek deteksi kesalahanbuku jurnal akan diperiksa ketika terdeteksi adanya kesalahan dan
selanjutnya dicari penyebab kesalahan tersebut.
3. Aspek pengendalianbuku jurnal merupakan sarana untuk memverifikasi kebenaran analisis arus
suatu transaksi, apakah sesuai dengan kebijakan atau ketentuan perusahaan.
Rancangan buku jurnal biasanya disesuaikan dengan perkembangan perusahaan, baik secara
sederhana, standar, hingga spesifik.
a. Bentuk buku jurnal sederhanaTeknik penjurnalan secara sederhana diawali dengan menulis tanggal
transaksi, kemudian menulis akun di sisi debet dengan rupiahnya, kemudian menulis akun di kredit
dengan rupiahnya. Untuk membedakan posisi debet dan kredit dalam buku jurnal sederhana ini adalah
penulisan akun kredit pada posisi agak masuk ke dalam, sedangkan penulisan akun debet pada posisi
agak ke luar. Formatnya adalah sebagai berikut:

Tgl/Bln/Thn Keterangan transaksi/akun terkait DEBET KREDIT


XX XX XX Akun di DEBET XXXXX
Akun di KREDIT XXXXX

Contoh:
Pada tanggal 3 januari 2018, Mr. A menginvestasikan dana ke perusahaan sebesar Rp60.000.000.
Transaksi ini, akan memberikan pengaruh akun kas bertambah sehingga di posisi Debet, sedangkan
akun Modal Mr. A akan bertambah sehingga di posisi Kredit.
Pada tanggal 17 Januari 2018, perusahaan membeli perlengkapan secara kredit seharga
Rp40.000.000. Transaksi ini menyebabkan aset berupa perlengkapan bertambah (posisi Debet) dan
kewajiban berupa utang bertambah (posisi Kredit)
Pada tanggal 4 Maret 2018, perusahaan membayar gaji karyawan sebesar Rp500.000. Transaksi ini
menyebabkan aset berupa kas berkurang (posisi Kredit) dan beban berupa biaya gaji bertambah (posisi
Debet).
Tgl/Bln/Thn Keterangan transaksi/akun terkait DEBET KREDIT
3 januari 2018 Kas Rp60.000.000
Modal Mr. A Rp60.000.000
17 Januari 2018 Perlengkapan Rp40.000.000
Kas Rp40.000.000
4 Maret 2018 Biaya/Beban Gaji Rp500.000
Kas Rp500.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


9

b. Bentuk buku jurnal standarBuku jurnal standar dipakai bila frekuensi transaksi menjadi semakin
banyak. Bentuk buku jurnal standar dibuat dalam bentuk tabelaris dan memiliki beberapa kolom
spesifik sesuai kebutuhan. Kolom-kolom spesifik dalam jurnal standar akan mempermudah pencatatan
transaksi dan nilai informasi secara lebih terinci.
Contoh:

Beberapa ha penting perlu diperhatikan dalam pembuatan buku jurnal standar:


1. Kop jurnal berisi informasi (a) nama perusahaan, (b) jenis jurnal, (c) periode akuntansi.
2. Kolom tanggal berisi tahunm bulan dan tanggal transaksi.
3. Kolom keterangan berisi nama akun dan keterangan transaksi (secara jelas dan singkat). Akun di
debet dicatat/dijurnal terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan akun di kredit.
4. Kolom Ref berisi kode akun, biasanya diisi pada saat memindahkan data dari jurnal ke buku besar
(posting).
5. Kolom debet berisi nilai rupiah pada kolom dan baris yang sesuai dengan nama akun. Pastikan
jumlah debet dan kredit telah seimbang sebelum melaksanakan pencatatan transaksi berikutnya.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


10

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


11

a. Bentuk buku jurnal khususBuku Jurnal Khusus dipakai ketika transaksi perusahaan semakin
banyak dan bervariasi. Oleh karena itu format buku jurnal khusus dikembangkan secara lebih
spesifik sesuai dengan jenis transaksi, yakni transaksi-transaksi pembelian, penjualan, penerimaan
kas, pengeluaran kas dan transaksi lainnya. Dengan demikian, jurnal khusus akan terdiri dari (1)
Jurnal Pembelian, Jurnal Penjualan, Jurnal Penerimaan Kas, Jurnal Pengeluaran Kas, dan Jurnal
Memorial. Contoh untuk buku jurnal khusus akan diberikan pada bab tertentu dalam buku ini.

3.4. BUKU BESAR


Setelah data transaksi dicatat dalam buku jurnal, langkah selanjutnya adalah memindahkan data
(posting) ke Buku Besar. Proses memindahkan data (informasi akun dan angka) dari buku jurnal ke buku
besar disebut pengakuan atau sering disebut posting.
Buku besar adalah catatan berisi kumpulan akun-akun dalam bentuk kesatuan tersendiri dan saling
berhubungan. Pencatatan dalam buku besar berdasarkan pada jenis akun dan dicatat secara kronologis,
karena memiliki kaitan dengan pencatatan pada buku jurnal. Jika dalam buku jurnal, akun-akun masih
terpisah-pisah maka dalam buku besar, akun-akun sudah dikelompokkan sehingga mudah diketahui
perubahan setiap akun secara kronologis.
Bentuk buku besar dapat berupa (a) Buku Besar Bentuk T, (b) Buku besar 2 Kolom, (c) Buku Besar 4
kolom, dan (d) Buku Besar 6 kolom.
Buku besar bentuk T adalah buku besar paling sederhana, yaitu beberntu T dengan dua sisi yaitu sisi
kiri—disebut sisi Debet, dan sisi kiri—disebut sisi Kredit. Contoh buku besar bentuk T telah dibahas
sebelumnya.
Buku Besar 2 Kolom mempuyai dua bagian yaitu debet dan kredit, dengan masing-masing bagian
memiliki beberapa kolom yaitu tanggal—berisi tanggal transaksi; keterangan—berisi keterangan transaksi;
ref—biasanya dikosongkan, atau diisi sumber data; dan jumlah—berisi jumlah rupiah.
Pada saat tertentu jumlah debet dan kredit setiap akun dijumlahkan kemudian diselisihkan untuk
mengetahui saldo akun yang bersangkutan. Jika jumlah debet lebih besar dari jumlah kredit maka disebut
saldo debet dan dicatat di kolom jumlah bagian kredit, dan sebaliknya jika jumlah kredit lebih besar dari
jumlah debet maka disebut saldo kredit dan dicatat di kolom jumlah bagian debet.
Contoh buku besar 2 kolom adalah sebagai berikut:

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


12

Buku Besar 4 Kolom (sering disebut buku besar bersaldo) sebenarnya tidak hanya terdiri dari 4
kolom, karena yang dimaksud dengan 4 kolom adalah kolom-kolom tanggal, debet, kredit dan saldo. Ada
kolom lain pada buku besar 4 kolom ini yaitu kolom-kolom keterangan, ref, dan sering juga dibuat satu
kolom lagi yaitu “D/K” yang menunjukkan saldo debet atau kredit untuk setiap kali terjadi perubahan.
Cara penggunaan buku besar 4 kolom sama seperti pada 2 kolom, hanya berbeda pada perhitungan
saldonya. Dalam hal ini, saldo pada buku besar 2 kolom dihitung pada satu periode tertentu, sedangkan pada
buku besar 4 kolom, saldonya dihitung setiap kali terjadi mutasi atau perubahan. Kelebihan buku besar 4
kolom adalah tersedianya saldo akun setiap kali dibutuhkan, karena bentuk akunnya mengharuskan
perhitungan saldo setiap saat. Teknik yang bisa dipakai untuk menentukn saldo setiap kali perubahan
(mutasi) debet (D) atau kredit (K) adalah sebagai berikut:

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


13

Contoh Jurnal PT XYZ dan Posting ke Buku Besar 4 Kolom

Buku Besar 6 Kolom sebenarnya sama seperti buku besar 4 kolom, dengan perbedaan pada kolom
saldo yang langsung dipisahkan antara sisi debet dan kredit. Dalam hal ini, jika pada saat perubahan saldo
akun adalag debet, maka saldo tersebut dicatat dalam kolom debet dan sebaliknya jika kredit maka dicatat
di kolom kredit. Ilustrasi jurnal dan posting transaksi ke buku besar 6 kolom adalah sebagai berikut:

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


14

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


15

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


16

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


17

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


18

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


19

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


20

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


21

BAB 4 LAPORAN KEUANGAN

4.1 TUJUAN LAPORAN KEUANGAN


Dalam SAK-ETAP, IAI menggunakan dua perspektif yaitu perspektif informasi dan perspektif
pertanggung-jawaban untuk menjelaskan tujuan laporan keuangan. Dari perspektif informasi, dinyatakan
bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfaat untuk sejumlah
besar pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomik. Laporan keuangan tersebut
meliputi (a) posisi keuangan (aset, kewajiban dan ekuitas). (b) kinerja (pendapatan, beban,untung dan rugi),
(c) arus kas perusahaan. Sedangkan dari perspektif pertanggungjawaban, tujuan laporan keuangan adalah
untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepada
manajemen. Dari perspektif ini, laporan keuangan adalah alat pertanggungjawaban manajemen kepada
pemilik entitas.

4.2 KERAKTERISTIK KUALITATIF


Setidaknya ada empat kerakteristik kualitas harus dipenuhi dalam laporan keuangan. SAK-ETAP
mencatat empat kerakteristik kualitatif tersebut adalah (a) Dapat dipahami, (b) Relevan, (c) Andal, dan (d)
Dapat diperbandingkan.
Dapat dipahami. Laporan keuangan dapat dipahami jika informasi di dalamnya disajikan dalam bentuk
dan bahasa teknis yang sesuai dengan tingkat pemahaman penggunanya. Para pengguna diharapkan
telah memiliki pengetahuan yang memadai tentang akuntansi dan informasi akuntansi.
Relevan. Informasi keuangan akan relevan jika memiliki kaitan dengan tujuan penggunaannya. Karena
pengguna laporan keuangan memiliki kepentingan yang berbeda, maka usaha menyajikan informasi yang
relevan lebih difokuskan untuk pengguna secara umum.
Andal. Agar laporan keuangan bermanfaat bagi pengguna, maka informasi yang dikandungnya harus
memiliki kualitas andal dan bebas dari pengertian yang menyesatkan serta bebas dari kesalahan yang
bersifat material.
Dapat diperbandingkan. Informasi dalam laporan keuangan harus dapat diperbandingkan dengan
informasi yang sama tahun sebelumnya pada perusahaan yang sama, atau dengan perusahaan sejenis
pada periode waktu yang sama.

4.3 LAPORAN LABA-RUGI


Laporan Laba-Rugi adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan hasil ahir usaha
entitas bisnis dalam rentang waktu tertentu. Laporan ini menyajikan penghasilan selama satu periode dan
beban untuk mendapat penghasilan tersebut dalam periode yang sama. Penghasilan meliputi pendapatan
dan keuntungan, sedangkan beban meliputi beban itu sendiri dan kerugian tunai.
Penghasilan. Penghasilan adalah peningkatan manfaat ekonomi selama periode pelaporan dalam bentuk
arus kas masuk dan peningkatan aset, atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaika ekuitas
yang tidak berasal dari kontribusi setoran modal.
Pendapatan. Pendapatan adalah hasil yang timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas, bisa berupa hasil
dari penjualan, imbalan, bunga, royalti, dan sewa.
Keuntungan. Keuntungan mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi penghasilan namun bukan
pendapatan. Pendapatan biasanya dikaitkan dengan aktivitas utama entitas, sedangkan keuntungan terjadi
karena ada transaksi insidentil.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


22

Beban. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode pelaporan dalam bentuk arus
keluar atau penurunan aset, atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitaskarena
aktivitas utama entitas dan bukan karena penarikan modal.
Kerugian. Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang timbul atau mungkin
timbul karena adanya aktivitas selain aktivitas normal entitas.

Dalam akuntansi, prosedur untuk menentukan laba-rugi periodik dilakukan dengan cara
mengurangkan seluruh penghasilan selama satu periode dengan beban yang terjadi karena mendapatkan
penghasilan pada periode yang sama.
Laporan laba-rugi dapat disusun menurut salah stu dari dua bentuk susunan yaitu bentuk tunggal
atau bentuk ganda. Pada Tabel 4.3 disajikan contoh kedua bentuk laporan laba-rugi tersebut.

Contoh Laporan Laba-Rugi Bentuk Tunggal Contoh Laporan Laba-Rugi Bentuk Ganda
PERUSAHAAN FEUKAW PERUSAHAAN FEUKAW
LAPORAN LABA RUGI LAPORAN LABA RUGI
Periode yang Berakhir 31 Desember 2016 Periode yang Berakhir 31 Desember 2016
(dalam Rupiah) (dalam Rupiah)
PENDAPATAN PENDAPATAN USAHA
Pendapatan jasa xxx Pendapatan Jasa xxx
Pendapatan bunga xxx (+) BIAYA-BIAYA USAHA
Jumlah Pendapatan xxx Biaya gaji xxx
BIAYA-BIAYA Biaya penyusutan peralatan xxx
Biaya gaji xxx Beban perlengkapan xxx
Biaya penyusutan peralatan xxx Beban asuransi xxx
Beban Perlengkapan xxx Beban lain-lain xxx (+)
Beban asuransi xxx Jumlah Beban Usaha - (-)
Beban bunga xxx Laba Usaha xxx
Beban lain-lain xxx (+) PENDAPATAN/BIAYA DI LUAR USAHA
Jumlah Biaya dan Beban xxx (-) Pendapatan Bunga xxx
Laba Sebelum Pajak xxx Biaya Bunga xxx (-)
Pajak Penghasilan xxx (-) Jumlah Pendapatan (biaya) di luar usaha xxx (+)
Laba Bersih Tahun 2016 xxx Laba Sebelum Pajak xxx
Pajak Penghasilan xxx (-)
Laba Bersih 2016 xxx
Tabel 2.3 Contoh Bentuk Format Laporan
Laba-Rugi

Berdasarkan format pada tabel 4.3, contoh laporan laba–rugi disajikan pada tabel 4.4 berikut ini.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


23

Contoh Laporan Laba-Rugi Bentuk Tunggal Contoh Laporan Laba-Rugi Bentuk Ganda
PERUSAHAAN FEUKAW PERUSAHAAN FEUKAW
LAPORAN LABA RUGI LAPORAN LABA RUGI
Periode yang Berakhir 31 Desember 2016 Periode yang Berakhir 31 Desember 2016
(dalam Rupiah) (dalam Rupiah)
PENDAPATAN PENDAPATAN USAHA
Pendapatan jasa 95.000 Pendapatan Jasa 95.000
Pendapatan bunga 30.000 (+) BIAYA-BIAYA USAHA
Jumlah Pendapatan 125.000 Biaya gaji 10.000
BIAYA-BIAYA Biaya penyusutan peralatan 1.000
Biaya gaji 10.000 Beban perlengkapan 40.000
Biaya penyusutan peralatan 1.000 Beban asuransi 5.000
Beban Perlengkapan 40.000 Beban lain-lain 35.000 (+)
Beban asuransi 5.000 Jumlah Beban Usaha 91.000 (-)
Beban bunga 10.000 Laba Usaha 4.000
Beban lain-lain 35.000 (+) PENDAPATAN/BIAYA DI LUAR USAHA
Jumlah Biaya dan Beban 101.000 (-) Pendapatan Bunga 30.000
Laba Sebelum Pajak 24.000 Biaya Bunga 10.000 (-)
Pajak Penghasilan 500 (-) Jumlah Pendapatan (biaya) di luar usaha 20.000 (+)
Laba Bersih Tahun 2016 23.500 Laba Sebelum Pajak 24.000
Pajak Penghasilan 500 (-)
Laba Bersih 2016 23.500
Tabel 2.4 Contoh Laporan Laba-Rugi

4.4 LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS


Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menggambarkan perubahan ekuitas suatu entitas
(perusahaan) dalam satu periode tertentu. Tabel 2.5 (a)menyajikan format laporan ini dan Tabel 2.5 (b)
menyajikan contoh laporan perubahan ekuitas.
PERUSAHAAN FEUKAW PERUSAHAAN FEUKAW
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Periode yang Berakhir 31 Desember 2016 Periode yang Berakhir 31 Desember 2016
(dalam Rupiah) (dalam Rupiah)
Modal awal *) xxx Modal awal *) 360.000
Laba ditahan 2016 xxx Laba ditahan 2016 23.500
Pengambilan prive xxx (-) Pengambilan prive 10.000 (-)
Kenaikan Modal xxx (+) Kenaikan Modal 13.500 (+)
Modal Akhir**) xxx Modal Akhir**) 373.500

*)bersumber dari saldo modal tahun lalu *)bersumber dari saldo modal tahun lalu
**)jumlah ini akan masuk ke laporan neraca **)jumlah ini akan masuk ke laporan neraca

Tabel 2.5 (a) Format Laporan Perubahan Ekuitas Tabel 2.5 (b) Bentuk Laporan Perubahan Ekuitas

4.5 LAPORAN LABA DITAHAN


Pada entitas berbentuk perseroan terbatas, harus dibuatkan laporan laba ditahan. Laporan laba
ditahan adalah laporan yang menggambarkan perubahan posisi laba ditahan suatu entitas selama periode

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


24

tertentu. Perbedaan antara laporan perubahan ekuitas dan laporan laba ditahan adalah sebagai berikut;
perubahan yang terjadi dalam laporan laba ditahan adalah perubahan stuktur laba ditahan, sedangkan
perubahan yang terjadi dalam laporan perubahan ekuitas adalah perubahan ekuitas pemilik perusahaan.
Selain itu, akun dividen dalam laporan laba ditahan merupakan faktor pengurang akun laba ditahan,
sedangkan akun prive dalam laporan perubahan ekuitas merupakan faktor pengurang modal pemilik
perusahaan. Tabel 2.6 (a) berikut menyajikan format laporan laba ditahan, dan tabel 2.6 (b) menyajikan
bentuk laporan laba ditahan.

PT UKAW PT UKAW
LAPORAN LABA DITAHAN LAPORAN LABA DITAHAN
Periode yang Berakhir 31 Desember 2016 Periode yang Berakhir 31 Desember 2016
(dalam Rupiah) (dalam Rupiah)
Laba ditahan awal *) xxx Laba ditahan awal *) 360.000
Laba ditahan 2016 xxx Laba ditahan 2016 23.500
Dividen xxx (-) Dividen 10.000 (-)
Kenaikan laba ditahan xxx (+) Kenaikan laba ditahan 13.500 (+)
Laba ditahan Akhir**) xxx Laba ditahan Akhir**) 373.500

*)bersumber dari akun laba ditahan tahun lalu *)bersumber dari akun laba ditahan tahun lalu
**)jumlah ini akan masuk ke laporan neraca **)jumlah ini akan masuk ke laporan neraca

Tabel 2.6 (a) Format Laporan Laba Ditahan Tabel 2.5 (b) Bentuk Laporan Laba Ditahan

4.6 NERACA
Neraca adalah salah satu bentuk laporan keuangan yang berisi posisi keuangan entitas (berisi akun-
akun aset, kewajiban dan ekuitas) pada satu tanggal tertentu. Neraca juga sering disebut sebagai laporan
posisi keuangan.
Elemen-elemen dalam neraca diklasifikasi berdasarkan pos-pos sejenis yang dibedakan dalam aset,
kewajiban dan ekuitas. Definisi masing-masing berdasarkan SAK-ETAP adalah sebagai berikut:
Aset. Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari
mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan dihasilkan oleh entitas.
Kewajiban. Kewajiban adalah kewajiban entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus kas keluar dari sumber entitas yang mengandung
manfaat ekonomi.
Ekuitas. Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua kewajiban.
Masing-masing unsur aset, kewajiban dan ekuitas selanjutnya dikelompokkan lagi untuk menyajikan
informasi tambahan kepada para pemakai laporan keuangan. Pada umumnya laporan keuangan Neraca
disajikan dalam formatlaporan (stafel) atau dalam format akun (skontro). Berikut ini dalam Tabel berikut
disajikan kedua format Neraca tersebut., sedangkan format yang lebih lengkap disajikan pada lampiran buku
ini.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


25

Tabel 2.7 Format Umum Neraca

Aset Lancar. Termasuk dalam aset lancar adalah kas, piutang usaha, surat berharga, persediaan barang
dagangan, dan persekot biaya. Aset diklasifikasi sebagai aset lancar bila memenuhi syarat berikut ini:
(a) Dapat dimiliki atau direalisasi untuk diproses dan atau dijual dalam jangka waktu siklus normal entitas
(biasanya satu tahun)
(b) Dimiliki untuk dipakai atau diperdagangkan.
(c) Dapat terealisasi dalam jangka waktu 12 bulan, atau
(d) Berupa kas atau setara kas.
Pada umumnya, urutan penyajian aset lancar dalam Neraca adalah berdasarkan kecepatan aset lancar
menjadi kas, atau dikonsumsi atau dijual. Jadi semakin cepat sebuah aset lancar bisa menjadi kas, maka
akan disajikan lebih dahulu. Berikut ini, diberikan contoh penyajian pos-pos aset lancar di Neraca.

Aset Lancar: Kas meliputi uang kertas dan uang logam yang tersimpan
Kas dalam entitas atau yang tersipan dalam rekening giro milik
Rp2.500.000 entitas di bank.
Piutang Usaha Piutang usahamerupakan tagihan kepada pihak lain yang
Rp1.500.000 timbul dari aktivitas entitas, berupa penjualan produk atau jasa
Bahan Habis Pakai secara kredit.
Rp1.000.000 Bahan habis pakaiberupa bahan-bahan yang dipakai dalam
Total Aktiva Lancar operasi entitas.
Rp5.000.000

Investasi Jangka Panjang. Investasi seperti ini biasanya dilakukan jika perusahaan memiliki dana
menganggur. Dana tersebut dibelikan saham entitas (perusahaan) lain dengan tujuan memperoleh
tambahan pendapatan berupa deviden (pembagian laba), atau dibelikan obligasi entitas (perusahaan) lain
agar memperoleh pendapatan tetap berupa bunga obligasi. Biasanya investasi seperti ini berjangka waktu
lebih dari satu tahun, sehingga diklasifikasikan sebagai investasi jangka panjang. Berikut ini contoh
penyajian pos-pos investasi jangka panjang.

Aset Tetap. Menurut SAK-ETAP, aset tetap didefinisikan sebagai aset berwujud yang (a) dimiliki dan
dipakai oleh entitas dalam proses produksi barang atau jasa, (b) digunakan selama lebih dari satu perioda

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


26

akuntansi. Contoh aset tetap adalah tanah, bangunan, kendaraan dan peralatan. Berikut ini contoh
penyajian pos-pos aktiva tetap.
Aktiva Harga Akumulasi Akumulasi Nilai
TetapJenis Perolehan Penyusutan Penurunan Nilai Tercatat
Tanah Rp3.000.000 Rp0 Rp0 Rp3.000.000
Gedung Rp3.500.000 Rp1.500.000 Rp500.000 Rp1.500.000
Peralatan Rp5.000.000 Rp.2.000.000 Rp0 Rp3.000.000
Kendaraan Rp1.500.000 Rp500.000 Rp0 Rp1.000.000
Rp12.000.000 Rp4.000.000 Rp500.000 Rp.8.500.000

Aset Takberwujud. Menurut SAK-ETAP, aset takberwujud adalah aset nonmoneter yang dapat
diidentifikasi dan tidak memiliki wujud fisik. Contoh aset takberwujud adalah hak paten dan merek
dagang. Berikut ini contoh penyajian pos aset tak berwujud.
Aset Takberwujud: Hak paten Rp2.500.000
Merek Dagang Rp1.500.000
Jumlah Aset Takberwujud Rp4.000.000

Kewajiban Jangka Pendek. Menuruk SAK-ETAP, Kewajiban berklasifikasi jangka pendek jikasegera
diselesaikan dalam siklus operasi normal entitas, biasanya dalam satu tahun. Termasuk dalam pos
kewajiban jangka pendek adalah utang usaha (jangka pendek), utang wesel, utang gaji dan upah.
Penyajian kewajiban di neraca berdasarkan eleman mana yang paling cepat diselesaikan. Berikut ini,
diberikan contoh penyajian pos-pos kewajiban jangka pendek di Neraca.
Kewajiban Utang Wesel Rp2.350.000
Jangka Pendek: Utang Usaha Rp1.500.000
Utang Gaji dan Upah Rp1.150.000
Total Kewajiban Jangka Pendek Rp5.000.000

EKUITAS. Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua kewajiban. Secara khusus
penyebutan dan komponen ekuitas tergantung pada jenis usaha entitas. Berikut ini contohnya.
a. Perusahaan Perseorangan b. Perusahaan Persekutuan
Ekuitas: Ekuitas:
Modal FEUKAW Rp10.000.000 Modal FEUKAW Rp5.000.000
Modal UKAW Rp5.000.000
Total Ekuitas
Rp.10.000.000
a. Perusahaan Perseroan
Ekuitas Pemegang Saham:
Modal Saham Biasa Rp5.500.000
Agio Modal Saham Biasa Rp2.500.000
Saldo Laba Rp2.000.000
Total Ekuitas Pemegang Saham Rp10.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


27

Berdasarkan contoh elemen-elemen neraca Neraca dapat disusun dalam Tabel berikut ini.

Tabel 2.2 (a) Neraca Dengan Format Akun Tabel 2.2 (b) Neraca Dengan Format Laporan
NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW
28

4.7 KETERKAITAN ANTAR LAPORAN KEUANGAN


Tiga laporan keuangan (laporan laba rugi, Laporan perubahan ekuitas dan laporan Neraca) memiliki
kerkaitan. Dalam hal ini, saldo laba periode akan tampak pada laporan perubahan modal, dan saldo modal
akhir akhan tampak dalam laporan neraca akhir periode. Dalam ilustrasi tentang perusahaan jasa di bawah
ini, disajikan keterkaitan antar laporan keuangan tersebut.
PERCETAKAN FE-UKAW PERCETAKAN FE-UKAW
LAPORAN LABA RUGI LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Periode yang Berakhir 31 Desember 2016 Periode yang Berakhir 31 Desember 2016
(dalam Rupiah) (dalam Rupiah)
Pendapatan (netto) 350.000 Modal awal 1.000.000
BIAYA-BIAYA Laba ditahan 2016 185.000
Biaya gaji 60.000 Pengambilan prive 50.000 (-)
Beban perlengkapan 55.000 Kenaikan Modal 135.000 (+)
Beban penyusutan 30.000 Modal 31 Desember 2016 1.135.000
Beban lain-lain 20.000 (+)
Jumlah Biaya dan Beban 165.000 (-)
Laba Tahun 2016 185.000

PERCETAKAN FE-UKAW
LAPORAN NERACA
Per 31 Desember 2016
(dalam Rupiah)
ASET KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Kas 555.000 Kewajiban:
Perlengkapan 225.000 Utang usaha 355.000
Aset tetap 755.000
Penyusutan aset tetap 45.000 (-) Ekuitas:
710.000 (+) Modal FE-UKAW 1.135.000 (+)
Total Aset 1.490.000 Total Kewajiban dan Ekuitas 1.490.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


29

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


30

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


31

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


32

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


33

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


34

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


35

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


36

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


37

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


38

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


39

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


40

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


41

BAB 5 AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN JASA


5.1 ALUR PROSES AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA
Urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu proses akuntansi untuk perusahaan jasa (dan
bentuk perusahaan lainnya) mengikuti alur sebagai berikut:

Bukti
Neraca Laporan
Transaksi
Percobaan Keuangan
Neraca Saldo
Setelah
Buku Penyesuaian
Besar
Jurnal
Buku Penyesuaian
Jurnal Laporan Laporan
NERACA
Laba Rugi Perubahan
Modal

Apapun transaksi yang dilakukan perusahaan, harus dilengkapi dengan bukti atau dokumen
transaksi. Dokumen transaksi tersebut dapat berupa faktur, nota, kuitansi, invoice, bukti pengeluaran
uang, buku penerimaan uang, dan dokumen lain yang sah. Atas dasar bukti-bukti transaksi yang sah
tersebut, staf bagian akuntansi perusahaan akan memulai proses akuntansi dengan mencatat
transaksi-transaksi tersebut ke dalam media yang disebut buku jurnal. Aktivitas pencatatan transaksi
ke dalam buku jurnal tersebut disebut ―menjurnal.‖
Secara berkala (mingguan, bulanan) catatan transaksi dari buku jurnal dipindahkan ke buku
besar berdasarkan transaksi dan akun yang sesuai. Proses pemindahan catatan transaksi ini disebut
―mem-posting‖. Pada akhir periode akuntansi, setiap akun yang ada di buku besar dihitung saldo
akhirnya.
Masing-masing akun berserta saldonya akan disusun dalam sebuah daftar yang disebut
―neraca percobaan‖. Neraca percobaan tersebut berisi saldo akun untuk transaksi satu periode
tertentu saja, belum termasuk penyesuaian-penyesuain yang dibutuhkan dan harus dilakukan untuk
beberapa akun. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan ―jurnal penyesuaian.‖
Jurnal penyesuaian harus di-posting ke buku besar untuk akun yang bersesuaian untuk
mendapatkan ―saldo setelah penyesuaian‖ untuk akun yang bersangkutan. Kegiatan selanjutnya
adalah penyusunan ―neraca saldo setelah penyesuaian‖, sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.
Laporan keuangan akan disusun dengan cara berurutan dimulai dari Laporan Laba-Rugi, Laporan
Perubahan Modal dan Neraca.

Posting
Posting adalah kegiatan memindahkan catatan dari buku jurnal ke buku besar. Dalam buku jurnal,
akun tertentu tergantung pada jenis transaksi atau peristiwa tertentu akan dicatat ke sisi debet atau
kredit, yang berujung pada saldo akhir akun tersebut. Akun-akun dengan saldo masing-masing di sisi
debet atau di sisi kredit, disalin dalam buku besar untuk masing-masing akun tersebut dengan jumlah
dan sisi yang bersesuaian. Dalam artian saldo dan sisi tertentu sebuah akun di buku jurnal, akan
menempati akunnya masing-masing dengan saldo dan sisi yang sama di buku besar.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


42

Contoh 5.1: transaksi penyerahan uang tunai (kas) oleh pemilik perusahaan Rp100.000.000
sebagai modal awal perusahaannya, akan mempengaruhi akun-akun kas dan modal pemilik.
Transaksi tersebut dicatat dalam buku jurnal dengan mendebit akun Kas dan mengkredit akun
Modal Pemilik dengan jumlah yang sama Rp100.000.000. Ketika jurnal tersebut diposting ke
buku besar, maka akun-akun kas dan modal pemilik akan bertambah masing-masing dengan
Rp100.000.000 pada sisi yang berbeda.

BUKU JURNAL
Tanggal Keterangan Ref Jumlah
Januari 3 Kas DEBET KREDIT
2017 Modal Pemilik Rp100.000.000
(Mencatat setoran modal oleh pemilik) Rp100.000.000

BUKU BESAR Nama Akun: KAS Nomor Akun:.......


Tanggal SALDO
2017 Keterangan Ref DEBET KREDIT DEBET KREDIT
Jan 3 Setoran Rp100.000.000 Rp100.000.000
Modal

BUKU BESAR Nama Akun: MODAL PEMILIK Nomor Akun:.......


Tanggal SALDO
2017 Keterangan Ref DEBET KREDIT DEBET KREDIT
Jan 3 Setoran Modal Rp100.000.000 Rp100.000.000

Contoh 5.2: Catatan transaksi Perusahaan Jasa “Bondan Elektronika” menunjukkan hal-hal
sebagai berikut:
(a) Tanggal 3 Januari 2017, Bondan mendirikan usaha jasa dalam bidang elektronika di
Kupang, dengan nama “Bondan Elektronika.” Pada tanggal tersebut Bondan menyetorkan
uang tunai Rp15.000.000 sebagai setoran modal.
(b) Tanggal 5 Januari 2017, Bondan menyerahkan lagi uang tunai Rp10.000.000 dan sebuah
bangunan beserta tanahnya masing-masing berharga Rp50.000.000 dan Rp125.000.000
sebagai setoran modal tambahan.
(c) Tanggal 6 Januari 2017, Bondan membeli berbagai peralatan usaha seharga total
Rp17.000.000 dari Toko Leonardo. Pembelian ini dilakukan secara kredit.
(d) Tanggal 7 Januari 2017, Bondan memperoleh pinjaman (kredit usaha) dari Bank NTT
Cabang Utama sebesar Rp16.000.000 dengan jaminan Tanah.
(e) Tanggal 12 Januari 2017, Bondan Elektronika memperoleh pesanan jasa perbaikan 16 unit
komputer dan printer milik FE-UKAW, dan menerima uang tunai Rp9.000.000 sebagai ongkos
kerja. Pada saat yang sama, diperoleh pesanan jasa perbaikan 27 unit komputer dan printer
milik PT SONPASTI, dengan ongkos kerja Rp20.000.000 namun hingga pekerjaan selesai
belum dibayar.
(f) Tanggal 17 Januari 2017, Bondan menarik uang tunai dari kas Bondan Elektronika sebesar
Rp8.000.000 untuk kepentingan pribadi.
(g) Tanggal 24 Januari 2017, Bondan Elektronika membayar berbagai beban usaha masing-
masing gaji dan upah karyawan Rp3.500.000; beban perlengkapan Rp2.300.000; dan beban
bunga Rp1.200.000.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


43

(h) Tanggal 26 Januari 2017, Bondan Elektronika membayar sebagian utang usaha sebesar
Rp10.000.000 ke Toko Leonardo, untuk transaksi tanggal 6 Januari 2017.
(i) Tanggal 30 Januari 2017, Bondan Elektronika menerima pembayaran sebagian piutang
usaha dari PT SONPASTI sebesar Rp12.000.000.
Pencatatan transaksi oleh Bondan Elektronika untuk semua transaksi bulan Januari 2017 dilakukan
pada sebuah buku jurnal sebagai berikut.

BONDAN ELEKTRONIKA
BUKU JURNAL
BULAN JANUARI 2017
Tanggal Jumlah
(Jan. Keterangan Ref. DEBET KREDIT
2017)
3 Kas a Rp15.000.000
Modal Bondan Rp15.000.000
(Setoran modal oleh pemilik)
5 Kas b Rp10.000.000
Bangunan Rp50.000.000
Tanah Rp125.000.000
Modal Bondan Rp185.000.000
(Setoran modal tambahan oleh pemilik)
6 Peralatan Usaha c Rp17.000.000
Utang Usaha Rp17.000.000
(Pembelian peralatan secara kredit)
7 Kas d Rp60.000.000
Utang Bank Rp60.000.000
(Mencatat kredit usaha dari Bank NTT)
12 Kas e Rp9.000.000
Piutang Usaha Rp20.000.000
Pendapatan Rp29.000.000
(Penjualan jasa tunai dan kredit)
17 Prive f Rp8.000.000
Kas Rp8.000.000
(Mencatat pengambilan pribadi oleh Bondan)
24 Beban Gaji g Rp3.500.000
Beban perlengkapan Rp2.300.000
Beban Bunga Rp1.200.000
Kas Rp7.000.000
(Mencatat berbagai beban usaha)
26 Utang Usaha h Rp10.000.000
Kas Rp10.000.000
(Mencatat pembayaran utang usaha)
30 Kas i Rp12.000.000
Piutang Usaha Rp12.000.000
(Mencatat penerimaan pelunasan piutang
pelanggan)

Langkah berikut yang harus dilakukan oleh perusahaan Bondan Elektronika adalah mem-posting.
Transaksi-transaksi di atas ke masing-masing buku besar setiap akun berdasarkan jumlah serta

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


44

sisi debet atau kredit yang bersesuaian. Hasil akhir dari tahapan ini adalah memperoleh saldo
akhir setiap akun yang ada. Berikut ini buku besar untuk perusahaan Bondan Elektronika.

BUKU BESAR Nama Akun: KAS Nomor Akun:.......


Tanggal SALDO
Jan. 2017 Keterangan Ref DEBET KREDIT DEBET KREDIT
3 Setoran Modal Bondan Rp15.000.000 Rp15.000.000
5 Setoran Modal Bondan Rp10.000.000 Rp25.000.000
7 Kredit Bank Rp60.000.000 Rp85.000.000
12 Pendapatan Tunai Rp9.000.000 Rp94.000.000
17 Pengambilan Pribadi Rp8.000.000 Rp86.000.000
24 Beban Gaji Rp3.500.000 Rp82.500.000
Beban perlengkapan Rp2.300.000 Rp80.200.000
Beban Bunga Rp1.200.000 Rp79.000.000
26 Bayar Utang Rp10.000.000 Rp69.000.000
30 Pelunasan Piutang Rp12.000.000 Rp81.000.000

BUKU BESAR Nama Akun: PIUTANG Nomor Akun:.......


Tanggal SALDO
Jan. 2017 Keterangan Ref DEBET KREDIT DEBET KREDIT
12 PT SONPASTI Rp20.000.000 Rp20.000.000
13 Pelunasan Piutang Rp12.000.000 Rp8.000.000

BUKU BESAR Nama Akun: PERANGKAT Nomor Akun:.......


USAHA
Tanggal SALDO
Jan. 2017 Keterangan Ref DEBET KREDIT DEBET KREDIT
6 Beli Peralatan Kredit Rp17.000.000 Rp17.000.000

BUKU BESAR Nama Akun: BANGUNAN Nomor Akun:.......


Tanggal SALDO
Jan. 2017 Keterangan Ref DEBET KREDIT DEBET KREDIT
5 Setoran Modal Bondan Rp50.000.000 Rp50.000.000

BUKU BESAR Nama Akun: TANAH Nomor Akun:.......


Tanggal SALDO
Jan. 2017 Keterangan Ref DEBET KREDIT DEBET KREDIT
5 Setoran Modal Bondan Rp125.000.000 Rp125.000.000

BUKU BESAR Nama Akun: UTANG USAHA Nomor Akun:.......


Tanggal SALDO
Jan. 2017 Keterangan Ref DEBET KREDIT DEBET KREDIT
6 Beli Peralatan Kredit Rp17.000.000 Rp17.000.000
26 Bayar Utang Rp10.000.000 Rp7.000.000

BUKU BESAR Nama Akun: UTANG BANK Nomor Akun:.......


Tanggal SALDO
Jan. 2017 Keterangan Ref DEBET KREDIT DEBET KREDIT
7 Kredit Bank NTT Rp60.000.000 Rp60.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


45

BUKU BESAR Nama Akun: MODAL, Bondan Nomor Akun:.......


Tanggal SALDO
Jan. 2017 Keterangan Ref DEBET KREDIT DEBET KREDIT
3 Setoran Modal Bondan Rp15.000.000 Rp15.000.000
5 Setoran Modal Bondan Rp185.000.000 Rp200.000.000

BUKU BESAR Nama Akun: PENDAPATAN Nomor Akun:.......


Tanggal SALDO
Jan. 2017 Keterangan Ref DEBET KREDIT DEBET KREDIT
12 FE-UKAW Rp9.000.000 Rp9.000.000
12 PT SONPASTI Rp20.000.000 Rp29.000.000

BUKU BESAR Nama Akun: PRIVE Nomor Akun:.......


Tanggal SALDO
Jan. 2017 Keterangan Ref DEBET KREDIT DEBET KREDIT
17 Pengambilan Pribadi Rp8.000.000 Rp8.000.000

BUKU BESAR Nama Akun: BEBAN GAJI & Nomor Akun:.......


UPAH
Tanggal SALDO
Jan. 2017 Keterangan Ref DEBET KREDIT DEBET KREDIT
24 Gaji dan upah Rp3.500.000 Rp3.500.000

BUKU BESAR Nama Akun: BEBAN PERLENGKAPAN Nomor Akun:.......


Tanggal SALDO
Jan. 2017 Keterangan Ref DEBET KREDIT DEBET KREDIT
24 Pakai perlengkapan Rp2.300.000 Rp2.300.000

BUKU BESAR Nama Akun: BEBAN BUNGA Nomor Akun:.......


Tanggal SALDO
Jan. 2017 Keterangan Ref DEBET KREDIT DEBET KREDIT
24 Bayar bunga bank Rp1.200.000 Rp1.200.000

Bila perusahaan Bondan Elektronika menyusun Neraca Percobaan (versi lain: Neraca Saldo),
maka susunannya seperti yang disajikan di halaman 62.

5.2 JURNAL PENYESUAIAN DAN NERACA LAJUR


Dari neraca saldo, sebenarnya sudah bisa dilakukan penyusunan laporan keuangan. Namun, biasanya
masih ada informasi akuntansi lain yang baru muncul pada akhir periode. Untuk mengakomodasi
informasi yang muncul kemudian, masih ada proses penyesuaian melalui jurnal penyesuaian
terhadap transaksi-transaksi tersebut. Jurnal penyesuaian adalah aktivitas koreksi untuk membetulkan
saldo akun tertentu agar menunjukkan saldo yang sebenarnya. Pada umumnya penyesuaian
dilakukan pada akun-akun berkaitan dengan pendapatan dan beban yang terjadi periode sekarang
tetapi masih berdampak pada periode yang akan datang.
Jika penyesuaian telah dilakukan maka jumlah moneter pada setiap akun yang terkena
penyesuaian akan menunjukkan jumlah yang sebenarnya. Dalam hal ini dan untuk kepentingan
penyusunan laporan keuangan akhir, dibutuhkan Neraca Lajur untuk mengakomodasi penyesuaian
yang terjadi.Neraca lajur merupakan lembaran dengan sejumlah kolom yang dapat dipakai dalam

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


46

pekerjaan akuntansi secara manual untuk membantu menggabungkan pekerjaan pada akhir periode
akuntansi.
BONDAN ELEKTRONIKA
BUKU PERCOBAAN
BULAN JANUARI 2017
Keterangan DEBET KREDIT
Kas Rp81.000.000
Piutang Rp8.000.000
Perangkat Usaha Rp17.000.000
Bangunan Rp50.000.000
Tanah Rp125.000.000
Utang Usaha Rp7.000.000
Utang Bank Rp60.000.000
Modal, Bondan Rp200.000.000
Pendapatan Rp29.000.000
Beban Gaji & Upah Rp3.500.000
Beban Rp2.300.000
Perlengkapan
Beban Bunga Rp1.200.000
Prive Rp8.000.000
JUMLAH Rp296.000.000 Rp296.000.000

Pada umumnya, neraca lajur dibuat dalam 11 kolom untuk mengakomodasi informasi tentang
nama akun (kolom ke-1), saldo awal (kolom ke-2 dibagi 2 kolom Debet dan Kredit), penyesuaian
(kolom ke-3 dibagi 2 kolom Debet dan Kredit), saldo setelah penyesuaian (kolom ke-4 dibagi 2
kolom Debet dan Kredit), laba-rugi (kolom ke-5 dibagi 2 kolom Debet dan Kredit) dan neraca
(kolom ke-6 dibagi 2 kolom Debet dan Kredit). Tabel berikut menunjukkan bentuk neraca lajur.

SALDO AWAL PENYESUAIAN SALDO SETELAH LABA RUGI NERACA


KETERANGAN PENYESUAIAN
DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT

Kolom keterangan berisi nama-nama akun yang berkaitan dengan transaksi ataupun penyesuaian
yang terjadi pada satu periode akuntansi tertentu. Kolom saldo awal berisi saldo dari akun-akun
tertentu yang bersesuaian. Kolom penyesuaian berisi informasi saldo penyesuaian yang diperoleh
dari jurnal penyesuaian. Kolom saldo setelah penyesuaian berisi saldo sebenarnya dari suatu akun.
Kolom laba rugi berisi informasi tentang saldo akun-akun pendapatan dan beban. Neraca berisi
informasi tentang saldo-saldo pada akun-akun aktiva, utang dan modal.
Contoh 5.3: Informasi tambahan dari contoh sebelumnya berkaitan dengan perusahaan
Bondan Elektronika adalah sebagai berikut:
a. Beban depresiasi perangkat usaha pada bulan Januari 2017 sebesar Rp50.000 belum
dicatat.
b. Beban depresiasi bangunan pada bulan Januari 2017 sebesar Rp200.000 belum dicatat.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


47

Jurnal Penyesuaian
Informasi penyesuaian dari contoh tersebut menimbulkan 4 akun baru yaitu: (1) beban depresiasi
perangkat usaha; (2) akumulasi depresiasi perangkat usaha; (3) beban depresiasi gedung; (4)
akumulasi depresiasi gedung. Jurnal penyesuaian yang harus dibuat adalah sebagai berikut.
BONDAN ELEKTRONIKA
JURNAL PENYESUAIAN
BULAN JANUARI 2017
Tanggal Jumlah
Jan. 2017 Keterangan Ref DEBET KREDIT
.
31 Beban Depresiasi Perangkat Usaha a Rp50.000.000
Akumulasi Depresiasi Perangkat Usaha Rp50.000.000
(Mencatat beban depresiasi perangkat usaha bulan
Januari)
Beban Depresiasi Gedung b Rp200.000.000
Akumulasi Depresiasi Gedung Rp200.000.000
(Mencatat beban depresiasi gedung bulan Januari)

Neraca Lajur
Dengan menggunakan seluruh informasi dari contoh perusahaan Bondan Elektronika, susunan
Neraca Lajur disajikan sebagai berikut.
BONDAN ELEKTRONIKA
NERACA LAJUR (dalam Juta Rp)
BULAN JANUARI 2017
SALDO AWAL PENYESUAIAN SALDO SETELAH LABA RUGI NERACA
KETERANGAN PENYESUAIAN
DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT
Kas 81 81 81
Piutang 8 8 8
Perangkat Usaha 17 17 17
Bangunan 50 50 50
Tanah 125 125 125
Utang Usaha 7 7 7
Utang Bank 60 60 60
Modal, Bondan 200 200 200
Pendapatan 29 29 29
Beban Gaji & Upah 3,5 3,5 3,5
Beban Perlengkapan 2,3 2,3 2,3
Beban Bunga 1,2 1,2 1,2
Prive 8 8 8
Jumlah 296 296
Biaya Depresiasi 0,05 0,05 0,05
Perangkat Usaha
Depresiasi Perangkat 0,05 0,05 0,05
Usaha Akumulasian
Biaya Depresiasi Gedung 0,2 0,2 0,2
Depresiasi Gedung 0,2 0,2 0,2
Akumulasian
Jumlah 0,25 0,25 296,25 296,25 7,25 29
21,75 21,75
Jumlah 29 29 289 289

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


48

5.3 LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN JASA

Berdasarkan data pada neraca lajur khususnya 4 kolom terakhir, laporan keuangan periodik dapat
disusun secara berurutan mulai dari Laporan Laba-Rugi, Laporan Perubahan Modal dan Neraca. Dari
perusahaan Bondan Elektronika sebelumnya, Susunan laporan keuangan disajikan sebagai berikut:

Laporan Laba Rugi


Berdasarkan angka-angka pada kolom Laba-Rugi di neraca lajur, laporan laba rugi disusun.
Penjualan dikurangi dengan beban-beban operasional (pemasaran serta administrasi dan umum)
menghasilkan laba usaha sebelum pajak. Susunan laporan laba rugi perusahaan Bondan Elektronika
nampak sebagai berikut.
BONDAN ELEKTRONIKA
LAPORAN LABA RUGI
Periode 1-31 JANUARI 2017
Pendapatan Rp29.000.000
Beban Operasi:
Beban Gaji & Upah Rp3.500.000
Beban Bunga Rp2.300.000
Beban Perlengkapan Rp1.200.000
Beban Depresiasi Peralatan Rp50.000
Beban Depresiasi Bangunan Rp200.000
Total Beban Operasi Rp7.250.000
Laba Usaha Rp21.750.000

Laporan Perubahan Modal


Setelah diketahui laba usaha, maka laporan perubahan modal akan disusun untuk mengetahui berapa
sado modal akhir setelah perusahaan beroperasi dalam satu periode tertentu. Modal Awal akan
dikurangkan dengan prive, kemudian sisanya akan ditambahkan dengan laba atau dikurangi dengan
rugi (tergantung keadaan mana yang terjadi) sehingga diperoleh saldo akhir modal pemilik. Saldo
akhir tersebut akan diperhitungkan dalam Neraca. Susunan laporan perubahan modal perusahaan
Bondan Elektronika nampak sebagai berikut.
BONDAN ELEKTRONIKA
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Periode 1-31 JANUARI 2017
Modal Awal, 1 Januari 2017 Rp200.000.000
Prive Rp8.000.000 (-)
Rp192.000.000
Laba Usaha Rp21.750.000 (+)
Modal Akhir, 31 Januari 2017 Rp213.750.000

Neraca
Susunan Neraca akan mengikuti persamaan dasar akuntansi yaitu Aktiva di sisi kiri serta Utang dan
Modal di sisi kanan Neraca. Beberapa perbedaan dengan angka dan posisi di Neraca Lajur
dibandingkan dengan Neraca adalah pada: (a) Saldo modal yang dipakai adalah dari laporan
perubahan modal, bukan dari neraca lajur; (b) saldo akumulasi depresiasi aktiva tetap di sisi kredit

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


49

neraca saldo, akan berada di sisi debet Neraca dalam posisi mengurangi aktiva tetap yang
bersesuaian.
Susunan Neraca perusahaan Bondan Elektronika nampak sebagai berikut.

BONDAN ELEKTRONIKA
NERACA
Per 31 JANUARI 2017
Kas Rp81.000.000 Utang Usaha Rp7.000.000
Piutang Rp8.000.000
Peralatan Usaha Rp17.000.000 Utang Bank Rp60.000.000
Akumulasi Depresiasi (Rp50.000)
Peralatan Usaha Rp16.950.000
Bangunan Rp50.000.000
Akumulasi Depresiasi (Rp200.000) Modal Bondan Rp213.750.000
Bangunan Rp49.800.000
Tanah Rp125.000.000
TOTAL AKTIVA Rp280.750.000 TOTAL PASIVA Rp280.750.000

5.4 JURNAL PENUTUP

Untuk mengakhiri proses akuntansi untuk satu periode tertentu, seluruh akun nominal (berasal dari
akun-akun laporan laba rugi) ditutup ke akun permanen/ril (akun Neraca). Proses penutupan akun-
akun tersebut melaluiJurnal Penutup. Jurnal penutup adalah aktivitas pemindahan akun-akun
nominal (semua akun laba-rugi) ke akun ril (akun neraca).
Langkah-langah penyusunan Jurnal Penutup adalah sebagai berikut:
a. Menutup semua akun pendapatan, dengan mendebet semua akun pendapatan dan mengkredit
akun iktisar laba-rugi.
b. Menutup semua akun beban, dengan mengkredit semua akun pendapatan dan mendebet akun
iktisar laba-rugi.
c. Menutupakun iktisar laba-rugi, dengan mendebet akun iktisar laba rugi dan mengkredit akun
modal. Jika akun iktisar laba-rugi bersaldo debet (rugi) maka dijurnal sebaliknya.
d. Menutup akun prive/deviden, dengan mengkredit akun prive/deviden dan mendebet akun
modal.

Susunan Jurnal Penutup perusahaan Bondan Elektronika nampak sebagai berikut.


BONDAN ELEKTRONIKA
JURNAL PENUTUP
BULAN JANUARI 2017
Tanggal Jumlah
Januari 2017 Keterangan Ref DEBET KREDIT
31 Pendapatan a Rp29.000.000
Iktisar Laba-Rugi Rp29.000.000
(Menutup akun pendapatan bulan Januari)
Iktisar Laba-Rugi b Rp7.250.000
Beban Gaji dan Upah Rp3.500.000
Beban Bunga Rp2.300.000
Beban Perlengkapan Rp1.200.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


50

Beban Depresiasi Perlengkapan Usaha Rp50.000


Beban Depresiasi Bangunan Rp200.000
(Menutup akun-akun beban bulan Januari)
Iktisar Laba-Rugi c Rp21,750.000
Pendapatan Rp21.750.000
(Menutup akun iktisar Laba Rugi bulan Januari)
Tanggal Jumlah
Januari 2017 Keterangan Ref DEBET KREDIT
Iktisar Laba-Rugi d Rp8.000.000
Prive Rp8.000.000
(Menutup akun prive bulan Januari)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


51

CONTOH SOAL DAN PENYELESAIAN


BAB 5: AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA
1. Perusahaan Domino Printing sebuah perusahaan percetakan memiliki neraca saldo pada awal tahun 2005 sebagai
berikut: Kas Rp102.800.000 Kendaraan Rp60.000.000
Piutang Usaha Rp24.700.000 Akum. Depresiasi Kendaraan Rp5.000.000
Perlengkapan Cetak Rp16.700.000 Utang usaha Rp72.200.000
Sewa Kantor Dibayar Dimuka Rp36.000.000 Utang Bank Rp120.000.000
Peralatan Kantor Rp72.000.000 Modal Tamara Rp111.000.000
Akum. Depresiasi Peralatan Kantor Rp4.000.000
Transaksi perusahaan selama bulan Januari 2005 sebagai berikut:
02/01/2005 Bayar utang usaha atas pembelian kertas di bulan Nopember Rp16.500.000
03/01/2005 Terima pesanan cetak kalender dari PT Pelangi senilai Rp48.000.000 dan telah dilunasi
sebesar Rp15.000.000 sebagai uang muka dan sisanya dilunasi setelah pesanan selesai
dikerjakan.
06/01/2005 Terima pesanan cetak formulir dan nota dari PT ABC senilai Rp26.000.000 telah dibayar
Rp8.000.000 tunai dan sisanya dilunasi bulan depan.
07/01/2005 Beli perlengkapan cetak Rp12.000.000 dari Toko Niaga Jaya, dimana sebesar
Rp5.000.000 telah dibayar tunai dan sisanya dibayar dalam satu bulan.
10/01/2005 Terima pelunasan utang dari Pak Timbul Rp6.000.000 secara tunai untuk transaksi pada
bulan Desember 2004.
12/01/2005 Beli perlengkapan cetak Rp14.200.000 secara tunai.
13/01/2005 Beli mesin pemotong kertas dari Toko Sinar Domino Rp18.000.000 , telah dibayar tunai
Rp4.000.000 dan sisanya dibayar pada bulan Pebruari 2005.
16/01/2005 Beli kendaraan bekas untuk operasional perusahaan berharga Rp26.000.000 dimana
sebesar Rp7.000.000 dibayar tunai dan sisanya dilunasi dalam tiga bulan.
18/01/2005 Pesanan PT Pelangi (Tanggal 03/01/2005 ) telah selesai dan diserahkan pada pemesan.
Kekurangan pembayaran telah dilunasi.
19/01/2005 Bayar beban listrik, telpon dan air sebesar Rp3.200.000 tunai.
21/01/2005 Pesanan PT ABC (tanggal 06/01/2005 ) telah selesai. PT ABC telah mengambil pesanan
dan melunasi kekurangan pembayarannya.
22/01/2005 Domino membayar utang usaha ke PT Sinar Cemerlang Rp19.000.000
23/01/2005 Domino membagikan dividen kas kepada pemegang sahamnya Rp35.000.000
28/01/2005 Bayar gaji pegawai sebesar Rp8.500.000 tunai
29/01/2005 Bayar beban bunga bank sebesar Rp4.800.000 tunai
30/01/2005 Tamara menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi Rp25.000.000
Informasi lain yang ada pada akhir bulan Januari 2005 adalah sebagai berikut:
a. Beban penyusutan kendaraan bulan Januari 2005 adalah Rp2.500.000
b. Beban penyusutan peralatan kantor bulan Januari 2005 sebesar Rp2.600.000
c. Sewa kantor bulan Januari 2005 adalah Rp3.000.000
d. Perlengkapan cetak tersisa di akhir bulan Januari 2005 sebesar Rp6.200.000
Diminta: a. Buatkan jurnal transaksi yang diperlukan c. Neraca Saldo yang diperlukan
b. Buku besar yang diperlukan d. Laporan Keuangan per 31 Januari 2005
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


52

Domino Printing
JURNAL UMUM
BULAN JANUARI 2005
Tanggal Ayat Jurnal DEBET KREDIT
Utang Usaha Rp16.500.000
a 02/01/2005
Kas Rp16.500.000
Kas Rp15.000.000
b 03/01/2005 Piutang Usaha Rp33.000.000
Pendapatan Usaha Rp48.000.000
Kas Rp8.000.000
c 06/01/2005 Piutang Usaha Rp18.000.000
Pendapatan Usaha Rp26.000.000
Perlengkapan Cetak Rp12.000.000
d 07/01/2005 Kas Rp5.000.000
Utang Usaha Rp7.000.000
Kas Rp6.000.000
e 10/01/2005
Piutang Usaha Rp6.000.000
Perlengkapan Cetak Rp14.200.000
f 12/01/2005
Kas Rp14.200.000
Mesin Pemotong Kertas Rp18.000.000
g 13/01/2005 Kas Rp4.000.000
Utang Usaha Rp14.000.000
Kendaraan Rp26.000.000
h 16/01/2005 Kas Rp7.000.000
Utang Usaha Rp19.000.000
Kas Rp33.000.000
i 18/01/2005
Piutang Usaha Rp33.000.000
Beban listrik, air, telpon Rp3.200.000
j 19/01/2005
Kas Rp3.200.000
Kas Rp18.000.000
k 21/01/2005
Piutang Usaha Rp18.000.000
Utang usaha Rp19.000.000
l 22/01/2005
Kas Rp19.000.000
Dividen tunai Rp35.000.000
m 23/01/2005
Kas Rp35.000.000
Beban gaji Rp8.500.000
n 28/01/2005
Kas Rp8.500.000
Beban Bunga Rp4.800.000
o 29/01/2005
Kas Rp4.800.000
Prive, Tamara Rp25.000.000
p 30/01/2005
Kas Rp25.000.000
Rp108.500.000 Rp108.500.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


53

b. Posting transaksi dalam buku besar yang bersesuaian dan saldo setiap akun
Kas Perlengkapan Cetak Peralatan Kantor
Sa Rp102.800.000 a Rp16.500.000 Sa Rp16.700.000 Sa Rp72.000.000
b Rp15.000.000 d Rp5.000.000 d Rp12.000.000
c Rp8.000.000 f Rp14.200.000 f Rp14.200.000 Rp72.000.000 Rp0
e Rp6.000.000 g Rp4.000.000 Rp42.900.000 Rp0 So Rp72.000.000
i Rp33.000.000 h Rp7.000.000 So Rp42.900.000
k Rp18.000.000 j Rp3.200.000
l Rp19.000.000 Piutang Usaha Akum Depresiasi Peralatan Kantor
m Rp35.000.000 Sa Rp24.700.000 e Rp6.000.000 sa Rp4.000.000
n Rp8.500.000 b Rp33.000.000 i Rp33.000.000
o Rp4.800.000 c Rp18.000.000 k Rp18.000.000 Rp0 Rp4.000.000
p Rp25.000.000 so Rp4.000.000
Rp182.800.000 Rp142.200.000 Rp75.700.000 Rp57.000.000
So Rp40.600.000 So Rp18.700.000 Sewa kantor di muka
Sa Rp36.000.000
Kendaraan Akumulasi Depresiasi Kendaraan
Sa Rp60.000.000 Sa Rp5.000.000 Rp36.000.000 Rp0
h Rp26.000.000 So Rp36.000.000
Rp86.000.000 Rp0 Rp0 Rp5.000.000
So Rp86.000.000 so Rp5.000.000 Utang Usaha
a Rp16.500.000 sa Rp72.200.000
Dividen Tunai Mesin Pemotong Kertas l Rp19.000.000 d Rp7.000.000
Sa Rp0 Sa Rp0 g Rp14.000.000
m Rp35.000.000 g Rp18.000.000 h Rp19.000.000
Rp35.000.000 Rp0 Rp18.000.000 Rp0 Rp35.500.000 Rp112.200.000
So Rp35.000.000 So Rp18.000.000 so Rp76.700.000

Modal Prive Utang Bank


sa Rp111.000.000 Sa Rp0 sa Rp120.000.000
p Rp25.000.000
Rp0 Rp111.000.000 Rp25.000.000 Rp0 Rp0 Rp120.000.000
so Rp111.000.000 So Rp25.000.000 so Rp120.000.000

Beban Listrik, Telpon, Air Beban Gaji dan Upah Pendapatan Usaha
Sa Rp0 Sa Rp0 b Rp48.000.000
j Rp3.200.000 n Rp8.500.000 c Rp26.000.000
Rp3.200.000 Rp0 Rp8.500.000 Rp0 Rp0 Rp74.000.000
So Rp3.200.000 So Rp8.500.000 so Rp74.000.000

Beban Bunga Bank


Sa Rp0
o Rp4.800.000
Rp4.800.000 Rp0
So Rp4.800.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


54

c. Neraca Saldo
DOMINO PRINTING
NERACA SALDO
BULAN JANUARI 2006
NAMA AKUN DEBET KREDIT
Kas Rp40.600.000
Piutang Usaha Rp18.700.000
Perlengkapan Cetak Rp42.900.000
Sewa Kantor Dibayar Dimuka Rp36.000.000
Mesin Pemotong Kertas Rp18.000.000
Peralatan Kantor Rp72.000.000
Akumulasi Depresiasi Peralatan Kantor Rp4.000.000
Kendaraan Rp86.000.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp5.000.000
Utang usaha Rp76.700.000
Utang Bank Rp120.000.000
Modal, Tamara Rp111.000.000
Pendapatan usaha Rp74.000.000
Beban listrik, telpon, air Rp3.200.000
Beban gaji dan upah Rp8.500.000
Beban bunga bank Rp4.800.000
Dividen Rp35.000.000
Prive Rp25.000.000
TOTAL Rp390.700.000 Rp390.700.000

d. Laporan Keuangan
DOMINO PRINTING DOMINO PRINTING
Laporan Laba-Rugi Laporan Perubahan Modal
Bulan Januari 2006 Bulan Januari 2006
Pendapatan Modal Awal Rp111.000.000
Pendapatan Usaha Rp74.000.000 Prive Rp25.000.000 (-)
Biaya dan beban: Rp86.000.000
Beban listrik, telpon, air Rp3.200.000 Laba Januari 2006 Rp22.500.000 (+)
Beban gaji dan upah Rp8.500.000 Modal Akhir Rp108.500.000
Beban bunga bank Rp4.800.000
Dividen Rp35.000.000 (+)
Jumlah biaya dan beban Rp51.500.000 (-)
Laba Usaha Rp22.500.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


55

DOMINO PRINTING
NERACA
Per 31 Januari 2006
DEBET KREDIT
Kas Rp40.600.000 Utang usaha Rp76.700.000
Piutang Usaha Rp18.700.000 Utang Bank Rp120.000.000
Perlengkapan Kantor Rp42.900.000
Mesin pemotong kertas Rp18.000.000
Sewa Kantor Dibayar Dimuka Rp36.000.000
Peralatan Kantor Rp72.000.000
Akumulasi Depresiasi Peralatan Kantor (Rp4.000.000) Modal, Tamara Rp108.500.000
Kendaraan Rp86.000.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan (Rp5.000.000)
Total Debet Rp305.200.000 Total Kredit Rp305.200.000

2. Elektris Jaya sebuah perusahaan jasa perawatan dan perbaikan peralatan elektronik, pada akhir September 2005
memiliki Neraca Saldo sebagai berikut:
Kas Rp16.800.000
Bank Rp67.000.000 Keterangan lain yang diberikan oleh akuntan perusahaan:
Piutang Usaha Rp44.200.000 a. Beban sewa kantor untuk September 2005
Perlengkapan Rp29.500.000 sebesar Rp4.000.000
Sewa Kantor Dibayar Dimuka Rp46.000.000 b. Perlengkapan yang tersisa pada akhir September 2005
Peralatan Kantor Rp92.000.000 sejumlah Rp8.500.000
Akumulasi Depresiasi Peralatan Kantor Rp12.000.000 c. Beban depresiasi peralatan untuk September 2005
Kendaraan Rp160.000.000 sebesar Rp2.500.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp32.000.000 d. Beban depresiasi kendaraan untuk September 2005
Utang usaha Rp72.500.000 sebesar Rp4.500.000
Utang Bank Rp126.500.000 e. Komisi wiraniaga Rp2.000.000 belum dibayar.
Modal Aldrin Rp146.000.000
Pendapatan Rp126.000.000 Diminta: a. Buatkan Neraca Lajur per 30 September 2005
Beban Perjalanan Rp9.500.000 b. Laporan Keuangan per 30 September 2005
Gaji Pegawai Rp8.300.000 c. Jurnal Penutup untuk periode tersebut.
Beban listrik, air, telpon Rp6.700.000 (Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)
Beban bunga Rp5.500.000
Komisi Wiraniaga Rp6.500.000
Prive Rp23.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


56

ELEKTRIS JAYA
NERACA LAJUR (Dalam Rp000)
BULAN JANUARI 2005
Saldo Awal Penyesuaian Setelah Penyesuaian Laba-Rugi Neraca
AKUN
DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT
Kas 16.800 16.800 16.800 -
Bank 67.000 67.000 67.000 -
Piutang Usaha 44.200 44.200 44.200 -
Perlengkapan 29.500 21.000 8.500 8.500 -
Sewa Kantor Dibayar Dimuka 46.000 a 4.000 42.000 42.000 -
Peralatan Kantor 92.000 92.000 92.000 -
Akum. Depr. Peralatan Kantor 12.000 c 2.500 14.500 - 14.500
Kendaraan 160.000 160.000 160.000 -
Akumulasi Depresiasi Kendaraan 32.000 d 4.500 36.500 - 36.500
Utang usaha 72.500 72.500 - 72.500
Utang Bank 126.500 126.500 - 126.500
Utang Gaji e 2.000 2.000 2.000
Modal Aldrin 146.000 146.000 - 146.000
Pendapatan 126.000 126.000 126.000
Beban Perjalanan 9.500 9.500 9.500
Beban sewa kantor a 4.000 4.000 4.000
Beban perlengkapan 21.000 21.000 21.000
Beban depersiasi peralatan c 2.500 2.500 2.500
Beban depersiasi kendaraan d 4.500 4.500 4.500
Gaji Pegawai 8.300 8.300 8.300
Beban listrik, air, telpon 6.700 6.700 6.700
Beban bunga 5.500 5.500 5.500
Komisi Wiraniaga 6.500 e 2.000 8.500 8.500
Prive 23.000 23.000 23.000
515.000 515.000 34.000 34.000 524.000 524.000 70.500 126.000 453.500 398.000
Iktisal Laba-Rugi Laba--> 55.500 55.500
TOTAL 126.000 126.000 453.500 453.500

JURNAL PENYESUAIAN
BULAN JANUARI 2005
Tanggal Ayat Jurnal DEBET KREDIT
Beban sewa kantor Rp4.000.000
a 31/01/2006
Sewa kantor dibayar di muka Rp4.000.000
Beban Perlengkapan*) Rp21.000.000
b 31/01/2006
Perlengkapan Rp21.000.000
Beban depresiasi peralatan Rp2.500.000
c 31/01/2006
Akumulasi depresiasi peralatan Rp2.500.000
Beban depresiasi kendaraan Rp4.500.000
d 31/01/2006
Akumulasi depresiasi kendaraan Rp4.500.000
Komisi wiraniaga Rp2.000.000
d 31/01/2006
Utang Gaji Rp2.000.000
Perlengkapan awal periode Rp29.500.000
Sisa perlengkapan akhir periode Rp8.500.000 (-)
Penggunaan perlengkapan (beban) Rp21.000.000 *)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


57

ELEKTRIS JAYA
LAPORAN LABA-RUGI (Dalam Rp000)
BULAN JANUARI 2005 ELEKTRIS JAYA
Pendapatan Rp126.000 LAPORAN PERUBAHAN MODAL (Rp000)
Beban Perjalanan Rp9.500 BULAN JANUARI 2005
Beban sewa kantor Rp4.000 Modal Awal Rp146.000
Beban perlengkapan Rp21.000 Prive Rp23.000 (-)
Beban depersiasi peralatan Rp2.500 Rp123.000
Beban depersiasi kendaraan Rp4.500 Laba Rp55.500 (+)
Gaji Pegawai Rp8.300 Modal Akhir Rp178.500
Beban listrik, air, telpon Rp6.700
Beban bunga Rp5.500
Komisi Wiraniaga Rp8.500 (+)
Rp70.500 (-)
Rp55.500

ELEKTRIS JAYA
NERACA (Dalam Rp000)
Per 31 Januari 2005
Kas Rp16.800 Utang usaha Rp72.500
Bank Rp67.000 Utang Bank Rp126.500
Piutang Usaha Rp44.200 Utang Gaji Rp2.000
Perlengkapan Rp8.500
Sewa Kantor Dibayar Dimuka Rp42.000
Peralatan Kantor Rp92.000
Akum. Depr. Peralatan Kantor (14.500) Modal Aldrin Rp178.500
Kendaraan Rp160.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan (Rp36.500)
Total Debet Rp379.500 Total Kredit Rp379.500

ELEKTRIS JAYA
JURNAL PENUTUP (Dalam Rp000)
BULAN JANUARI 2005
Tanggal Ayat Jurnal DEBET KREDIT
Pendapatan Rp126.000
31/01/2006
Iktisar Laba-Rugi Rp126.000
Iktisar Laba-Rugi Rp70.500
31/01/2006
Beban dan Biaya Rp70.500
Iktisar Laba-Rugi Rp55.500
31/01/2006
Modal Rp55.500
Modal Rp23.000
31/01/2006
Prive Rp23.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


58

3. Perusahaan Indokargo bergerak di bidang jasa angkut barang memiiki Neraca Saldo pada awal Mei 2006 sebagai
berikut. Kas Rp262.000.000 Kendaraan Rp1.600.000.000
Piutang Usaha Rp30.000.000 Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp300.000.000
Perlengkapan Kantor Rp22.000.000 Utang usaha Rp194.000.000
Sewa Dibayar Dimuka Rp65.000.000 Utang Bank Rp600.000.000
Peralatan Kantor Rp85.000.000 Modal Aldrin Rp955.000.000
Akum. Depresiasi Peralatan Kantor Rp15.000.000
Transaksi IndoKargo selama Bulan Mei 2006 adalah sebagai berikut:
02/05/2006 Bayar beban bunga bank sebesar Rp4.200.000 tunai.
06/05/2006 Jual jasa angkutan barang kepada PT Pelangi Rp37.000.000 dimana telah diterima tunai
Rp17.000.000 dan sisanya belum dilunasi.
07/05/2006 Bayar utang usaha ke Toko Tunas Jaya sebesar Rp19.000.000
09/05/2006 Aldrin memakai uang perusahaan untuk kepentingan pribadi Rp22.000.000
10/05/2006 Terima jasa angkut barang untuk PT Tiga Roda Rp24.000.000 tunai
11/05/2006 Terima pelunasan piutang dari PT Niaga Jaya Rp18.000.000
13/05/2006 Bayar beban BBM sebesar Rp16.200.000 secara tunai.
19/05/2006 Bayar tunai beban perbaikan kendaraan Rp6.000.000
22/05/2006 Bayar listrik, air, telpon Rp4.700.000 secara tunai.
28/05/2006 Bayar gaji pegawai sebesar Rp8.700.000 tunai
Informasi lain yang diberikan oleh akuntan pada akhir Mei 2006 adalah:
1. Beban penyusutan kendaraan untuk Mei 2006 sebesar Rp6.500.000
2. Beban penyusutan peralatan kantor untuk bulan Mei 2006 sebesar Rp1.600.000
3. Beban sewa kantor untuk Mei 2006 sebesar Rp6.000.000
4. Perlengkapan yang tersisa pada akhir Mei 2006 sejumlah Rp19.800.000
Diminta: a. Buatkan jurnal transaksi yang diperlukan
b. Buku besar yang diperlukan
c. Neraca Lajur yang diperlukan
d. Laporan Keuangan per 31 Mei 2006
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)

INDOKARGO
JURNAL UMUM
BULAN MEI 2006
Tanggal Ayat Jurnal DEBET KREDIT
Beban bunga bank Rp4.200.000
a 02/05/2006
Kas Rp4.200.000
Kas Rp17.000.000
b 06/05/2006 Piutang Usaha Rp20.000.000
Pendapatan Usaha Rp37.000.000
Utang usaha Rp19.000.000
c 07/05/2006
Kas Rp19.000.000
Prive Rp22.000.000
d 09/05/2006
Kas Rp22.000.000
Kas Rp24.000.000
e 10/05/2006
Pendapatan Jasa Rp24.000.000
Kas Rp18.000.000
f 11/05/2006
Piutang usaha Rp18.000.000
Beban BBM Rp16.200.000
g 13/05/2006
Kas Rp16.200.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


59

Tanggal Ayat Jurnal DEBET KREDIT


Beban perbaikan kendaraan Rp6.000.000
h 19/05/2006
Kas Rp6.000.000
Beban listrik, air, telpon Rp4.700.000
i 22/05/2006
Kas Rp4.700.000
Beban gaji Rp8.700.000
j 28/05/2006
Kas Rp8.700.000
Beban penyusutan kendaraan Rp6.500.000
1 31/05/2006
Akumulasi penyusutan kendaraan Rp6.500.000
Beban penyusutan peralatan kantor Rp1.600.000
2 31/05/2006
Akumulasi penyusutan peralatan kantor Rp1.600.000
Beban sewa kantor Rp6.000.000
3 31/05/2006
Sewa kantor dimuka Rp6.000.000
Beban perlengkapan*) Rp2.200.000
4 31/05/2006
Perlengkapan Rp2.200.000
Rp176.100.000 Rp176.100.000

Perlengakpan awal periode Rp22.000.000


Perlengakpan akhir periode (sisa) Rp19.800.000 (-)
*)
Beban perlengkapan Rp2.200.000

b. Posting transaksi dalam buku besar yang bersesuaian dan saldo setiap akun
Kas Perlengkapan Kantor Piutang Usaha
Sa Rp262.000.000 a Rp4.200.000 Sa Rp22.000.000 (4) Rp2.200.000 Sa Rp30.000.000 f Rp18.000.000
b Rp17.000.000 c Rp19.000.000 b Rp20.000.000
e Rp24.000.000 d Rp22.000.000 Rp50.000.000 Rp18.000.000
f Rp18.000.000 g Rp16.200.000 Rp22.000.000 Rp2.200.000 So Rp32.000.000
h Rp6.000.000 So Rp19.800.000
i Rp4.700.000 Akumulasi Depres. Peralatan Kantor
j Rp8.700.000 Peralatan Kantor sa Rp15.000.000
Rp321.000.000 Rp80.800.000 Sa Rp85.000.000 (2) Rp1.600.000
So Rp240.200.000 Rp0 Rp16.600.000
Rp85.000.000 Rp0 so Rp16.600.000
So Rp85.000.000

Kendaraan Akumulasi Depresiasi Kendaraan Sewa kantor di muka


Sa Rp1.600.000.000 Sa Rp300.000.000 Sa Rp65.000.000 (3) Rp6.000.000
(1) Rp6.500.000
Rp1.600.000.000 Rp0 Rp0 Rp306.500.000 Rp65.000.000 Rp6.000.000
So Rp1.600.000.000 so Rp306.500.000 So Rp59.000.000

Utang Bank Beban Perbaikan Kendaraan Pendapatan Usaha


sa Rp600.000.000 h Rp6.000.000 b Rp37.000.000
e Rp24.000.000
Rp0 Rp600.000.000 Rp6.000.000 Rp0 Rp0 Rp61.000.000
so Rp600.000.000 So Rp6.000.000 so Rp61.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


60

Modal Prive Beban Listrik, Telpon, Air


sa Rp955.000.000 d Rp22.000.000 i Rp4.700.000

Rp0 Rp955.000.000 Rp22.000.000 Rp0 Rp4.700.000 Rp0


so Rp955.000.000 So Rp22.000.000 So Rp4.700.000

Beban Gaji dan Upah Utang Usaha Beban BBM


j Rp8.700.000 c Rp19.000.000 sa Rp194.000.000 g Rp16.200.000

Rp8.700.000 Rp0 Rp19.000.000 Rp194.000.000 Rp16.200.000 Rp0


So Rp8.700.000 so Rp175.000.000 So Rp16.200.000

Beban Bunga Bank Beban Penyusutan Kendaraan Beban Perlengkapan


a Rp4.200.000 (1) Rp6.500.000 (4) Rp2.200.000

Rp4.200.000 Rp0 Rp6.500.000 Rp0 Rp2.200.000 Rp0


So Rp4.200.000 So Rp6.500.000 So Rp2.200.000

Beban Penyusutan Peralatan Beban Sewa


(2) Rp1.600.000 (3) Rp6.000.000

Rp1.600.000 Rp0 Rp6.000.000 Rp0


So Rp1.600.000 So Rp6.000.000

a. Neraca Lajur disajikan di halaman 76

d. Laporan Keuangan
INDOKARGO INDOKARGO
Laporan Laba-Rugi (Rp000) Laporan Perubahan Modal (Rp000)
Bulan Mei 2006 Bulan Mei 2006
Pendapatan Modal Awal Rp955.000
Pendapatan Usaha Rp61.000 Prive Rp22.000 (-)
Beban BBM Rp16.200 Rp933.000
Beban bunga bank Rp4.200 Laba Januari 2006 Rp4.900 (+)
Beban Gaji dan upah Rp8.700 Modal Akhir Rp937.900
Beban listrik, telpon, air Rp4.700
Beban penyusutan kendaraan Rp6.500
Beban penyusutan peralatan Rp1.600
Beban perbaikan kendaraan Rp6.000
Beban perlengkapan Rp2.200
Beban sewa Rp6.000 (+)
Jumlah biaya dan beban (-) Rp56.100
Laba Usaha Rp4.900

INDOKARGO
NERACA (Dalam Rp000)
Per 31 Januari 2006
DEBET KREDIT
Kas Rp240.200 Utang usaha Rp175.000
Piutang Usaha Rp32.000 Utang Bank Rp600.000
Perlengkapan Kantor Rp19.800
Sewa Kantor Dibayar Dimuka Rp59.000
Peralatan Kantor Rp85.000
Akum. Depr. Peralatan Kantor (16.600) Modal Aldrin 937.900
Kendaraan Rp1.600.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan (306.500)
Total Debet Rp1.712.900 Total Kredit Rp1.712.900

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


61

INDOKARGO
NERACA LAJUR (Dalam Rp000)
BULAN MEI 2006
Saldo Awal Penyesuaian Setelah Penyesuaian Laba-Rugi Neraca
AKUN
DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT
Kas 262.000 59.000 80.800 240.200 240.200 -
Piutang Usaha 30.000 20.000 18.000 32.000 32.000 -
Perlengkapan Kantor 22.000 2.200 19.800 19.800 -
Sewa Kantor Dibayar Dimuka 65.000 6.000 59.000 59.000 -
Peralatan Kantor 85.000 85.000 85.000 -
Akum. Depr. Peralatan Kantor 15.000 1.600 16.600 - 16.600
Kendaraan 1.600.000 1.600.000 1.600.000 -
Akumulasi Depresiasi Kendaraan 300.000 6.500 306.500 - 306.500
Utang usaha 194.000 19.000 175.000 - 175.000
Utang Bank 600.000 600.000 - 600.000
Modal Aldrin 955.000 955.000 - 955.000
Pendapatan 61.000 61.000 61.000
Beban BBM 16.200 16.200 16.200
Beban bunga bank 4.200 4.200 4.200
Beban Gaji dan upah 8.700 8.700 8.700
Beban listrik, telpon, air 4.700 4.700 4.700
Beban penyusutan kendaraan 6.500 6.500 6.500
Beban penyusutan peralatan 1.600 1.600 1.600
Beban perbaikan kendaraan 6.000 6.000 6.000
Beban perlengkapan 2.200 2.200 2.200
Beban sewa 6.000 6.000 6.000
Prive 22.000 22.000 22.000
2.064.000 2.064.000 176.100 176.100 2.114.100 2.114.100 56.100 61.000 2.058.000 2.053.100
Iktisal Laba-Rugi Laba--> 4.900 4.900
TOTAL 61.000 61.000 2.058.000 2.058.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


62

BAB 6 AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN DAGANG

Perusahaan
PEMBELIAN Dagang PENJUALAN
Pengeluaran Penerimaan
Kas Kas

Produsen Konsumen

Umumnya Perusahaan Dagang merupakan perantara produsen penghasil produk dengan


konsumennya. Atau dapat dikatakan bahwa perusahaan dagang berfungsi mempertemukan produsen
dengan konsumennya. Karena perusahaan dagang tidak melaksanakan proses produksi, maka
kegiatan dalam perusahaan dagang adalah (1) pembelian barang dagangan yang dibeli langsung dari
produsen atau melalui perantara/distributor. Kegiatan pembelian menyebabkan arus barang masuk ke
perusahaan. (2) mengeluarkan uang untuk membayar barang yang dibeli atau melunasi pembelian
yang dilakukan secara non-tunai/kredit. (3) penjualan atas barang dagangan yang telah dibeli, baik
kepada pelanggan langsung atau melalui perantara. Kegiatan ini menyebabkan arus barang keluar.
(4) penerimaan uang dari pelanggan, baik atau pembelian tunai maupun karena ada pelunasan
pembelian dari konsumen yang membeli secara non-tunai./kredit.
Dengan demikian ada 4 fungsi akuntansi utama harus dilakukan dalam perusahaan dagang
yaitu : (a) pembelian, (b) pengeluaran kas, (c) penjualan, dan (d) penerimaan kas.

6.1 AKUN DALAM AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG


Untuk proses akuntansi, beberapa akun akan sering digunakan dalam perusahaan dagang, akun-akun
tersebut adalah:
(1) Akun pembelian, dipakai khusus untuk menampung aktivitas pembelian barang dagangan,
Pembelian bukan barang dagangan ditampung dalam akun lain.
(2) Akun penjualan, dipakai khusus untuk menampung aktivitas penjualan barang dagangan.
Penjualan selain barang dagangan ditampung dalam akun lain.
(3) Akun persediaan, dipakai untuk menunjukkan jumlah barang dagangan yang dimiliki pada
awal atau akhir periode akuntansi.
(4) Akun harga pokok penjualan, dipakai untuk menampung harga pokok atau harga beli
barang yang akan dijual dalam satu periode akuntansi.
(5) Akun potongan penjualan/potongan tunai, dipakai untuk menampung jumlah diskon
yang diberikan kepada pelanggan yang telah membayar secara tunai atau membayar dalam
jangka waktu yang ditentukan.
(6) Akun retur penjualan, dipakai untuk menampung sejumlah barang dagangan yang terjual
tapi dikembalikan oleh pembeli karena tidak sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
(7) Akun retur pembelian, dipakai untuk menampung sejumlah barang dagangan yang dibeli
tetapi dikembaikan ke pemasok karena tidak sesuai spesifikasi yang diminta.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


63

(8) Akun potongan pembelian, dipakai untuk menampung sejumlah diskon yang diterima dari
pemasok atau suplier karena pembayaran tunai atau membayar dalam waktu yang
ditentukan atas pembelian barang dagangan.
(9) Beban pemasaran, dipakai untuk menampung semua beban biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk kegiatan menjual dan mendistribusikan barang ke konsumen.
(10) Beban administrasi dan umum, dipakai untuk menampung keseluruhan bebab biaya
operasional kantor.

6.2 SISTEM PENGENDALIAN AKUNTANSI UNTUK PERSEDIAAN


Karena fungsi utama perusahaan dagang adalah menjual persediaan (barang) dagangan yang
dimiliki, maka pencatatan dan perlakuan akuntansi terhadap persediaan barang dagangan akan
berpengaruh langsung pada keseluruhan proses akuntansi. Terdapat dua sistem pencatatan untuk
aktivitas terkait dengan persediaan barang dagangan, yaitu sistem periodik (sistem fisik) dan sistem
perpetual (sistem buku).
Sistem periodik dipakai untuk mencatat mutasi persediaan barang dagangan dalam perusahaan
dagang, dimana persediaan dihitung hanya pada awal dan akhir periode akuntansi saja untuk
menentukan harga pokok penjualan. Sistem perpetual dipakai untuk mencatat mutasi persediaan
barang dagangan dengan menjurnal tidak hanya aktivitas penjualan tetapi juga mutasi terhadap harga
pokok penjualan. Dengan sistem ini, laba kotor penjualan bisa langsung diketahui pada setiap
transaksi penjualan yang terjadi.
Jurnal untuk transaksi pembelian dan penjualan tanpa potongan pembelian atau potongan
penjualan dengan sistem periodik dan sistem perpetual adalah sebagai berikut.
Jurnal
Transaksi Sistem Periodik Sistem Perpetual
Pembelian Barang Pembelian xxx Persediaan xxx
Dagangan Kas/Utang Dagang Kas/Piutang Dagang xxx
xxx
Kas xxx
Kas xxx Penjualan
Penjualan Barang Penjualan xxx
Dagangan xxx
HPP xxx
Persediaan xxx

Harga pokok penjualan (HPP) adalah harga pokok/beli barang-barang yang terjual dalam satu
periode akuntansi. HPP dihitung dengan skema sebagai berikut:

Persediaan barang dagangan (awal) xxx


Pembelian xxx
Potongan pembelian xxx (-)
Retur pembelian xxx (-)
Pembelian bersih xxx (+)
Persediaan barang dagangan (total) xxx
Persediaan barang dagangan (akhir) xxx (-)
Harga Pokok Penjualan (HPP) xxx

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


64

Persediaan dan Pengadaan Barang Dagangan: Sistem Periodik


Untuk transaksi persediaan dan pengadaan barang dengan sistem periodik, disediakan empat
akun yang sering digunakan yaitu: (a) akun Pembelian (pembelian barang dagangan); (b) akun
Pengangkutan Pembelian; (c) akun Potongan Pembelian, dan (d) akun Retur Pembelian.
Akun persediaan, dipakai untuk mencatat nilai persediaan yang masih tersisa di awal dan
akhir periode. Penambahan atau pengurangan persediaan tidak mempengaruhi akun ini, karena hanya
dipakai untuk mencatat nilai persediaan yang pertama kali diserahkan oleh pemilik ke perusahaan.
Walau pembelian dan penjualan barang mengakibatkan bertambah atau berkurangnya persediaan
tidak dicatat dalam akun ini, namun penambahan (karena setoran) dan pengurangan (karena
pengambilan) oleh pemilik perusahaan (bukan karena transaksi pembelian atau penjualan) tetap
dicatat dalam akun persediaan.
Akun Pembelian, dipakai untuk mencatat jumlah nilai pembelian barang dagangan selama
satu periode. Jumlah pembelian ini adalah jumlah bersih tidak termasuk potongan pembelian.
Akun pengangkutan pembelian, dipakai untuk mencatat jumlah biaya angkut barang yang
dibeli jika ditanggung oleh perusahaan. Akun ini merupakan akun penyesuaian yang akan
ditambahkan ke akun pembelian di Laporan Laba-Rugi.
Akun potongan pembelian, dipakai untuk mencatat potongan harga yang diberikan oleh
penjual. Bila potongan tersebut diberikan karena transaksi tunai disebut potongan tunai (trade
discount) dan jika potongan diberikan karena melunasi pembelian dalam masa potongan disebut
potongan pembelian (cash discount).
Retur pembelian, dipakai untuk mencatat jumlah barang yang dikembalikan ke pemasok
karena tidak sesuai permintaan.

Jurnal Dalam Transaksi Pengadaan: Sistem Periodik


(a) Setoran modal dan pengambilan pribadi oleh pemilik.
Setoran modal oleh pemilik berupa barang dagangan dicatat dengan mendebet akun Persediaan
dan mengkredit akun Modal. Jumlah yang dimasukkan dalam jurnal adalah sebesar harga
pokok atau harga pasar pada saat persediaan tersebut diserahkan ke perusahaan.

Contoh 6.1: Bondan mendirikan perusahaan pada tanggal 1 Januari 2016 dan menyetor
uang tunai Rp25.000 dan barang dagangan sebesar Rp10.000. atas transaksi ini dicatat
dengan jurnal sebagai berikut:

Jan 1 Kas 25.000


Persediaan 10.000
Modal, Bondan 35.000

Pengambilan barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi, akan
dijurnal dengan mendebet akun Prive dan mengkredit akun Persediaan sebesar harga perolehan
(bukan sebesar harga jual).

Contoh 6.2: Bondan pada tanggal 12 Januari 2016 mengambil barang dagangan untuk
kepentingan pribadi. Harga perolehan barang tersebut adalah Rp1.000. Atas transaksi
ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


65

Jan 12 Prive, Bondan 1.000


Persediaan 1.000

(a) Pembelian tunai


Pembelian barang dagangan secara tunai dicatat dalam jurnal dengan mendebet akun
Pembelian sebesar harga yang disepakati oleh pembeli dan penjual, yaitu harga bersih setelah
dikurangi dengan potongan tunai (trade discount) jika ada.

Contoh 6.3: Dibeli pada tanggal 14 Januari 2016 barang dagangan Rp75.000 (sudah
dikurangi potongan tunai). Atas transaksi ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Jan 14 Pembelian 75.000


Kas 75.000

Jika dari pembelian tersebut, ada yang dikembalikan ke pemasok karena tidak sesuai
spesifikasi yang diminta, maka akan dicatat dengan jurnal mendebet akun Kas dan mengkredit
akun Retur Pembelian sebesar nilai yang dikembalikan.

Contoh 6.4: Pada tanggal 15 Januari 2016, barang dagangan senilai Rp20.000
dikembalikan ke pemasok karena tidak sesuai permintaan. Atas transaksi ini dicatat
dengan jurnal sebagai berikut:

Jan 15 Kas 20.000


Retur Pembelian 20.000

(b) Pembelian kredit


Pembelian barang dagangan secara kredit menimbulkan kewajiban untuk membayar harga
barang di kemudian hari. Atas transaksi ini dicatat dalam jurnal dengan mendebet akun
Pembelian dan mengkredit akun Utang Dagang.

Contoh 6.5: Dibeli secara kredit barang dagangan pada tanggal 16 Januari 2016 ke Toko
Dhenayu sebesar Rp50.000 (setelah dikurangi potongan tunai). Atas transaksi ini dicatat
dengan jurnal sebagai berikut:

Jan 16 Pembelian 50.000


Utang Dagang 50.000

Jika dari pembelian kredit tersebut, ada yang dikembalikan ke pemasok karena tidak sesuai
spesifikasi yang diminta, maka akan dicatat dengan jurnal mendebet akun Utang Dagang dan
mengkredit akun Pembelian sebesar harga barang yang dikembalikan.

Contoh 6.6: Pada tanggal 18 Januari 2016 dikembalikan ke Toko Dhenayu barang
dagangan yang dibeli pada tanggal 16 Januari 2016 sebesar Rp10.000 karena tidak sesuai
spesifikasi yang diminta. Atas transaksi ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


66

Jan 18 Utang Dagang 10.000


Retur Pembelian 10.000
Pada tanggal tertentu, pembelian secara kredit harus dibayar. Pembayaran utang tersebut akan
dicatat dengan jurnal mendebet akun Utang Dagang dan mengkredit akun Kas sebesar harga
pelunasan.

Contoh 6.7: Pada tanggal 26 Januari 2016 dilunasi kewajiban yang timbul dari transaksi
tanggal 16 Januari 2016 setelah dikurangi retur pembelian tanggal 18 Januari 2016. Atas
transaksi ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Jan 26 Utang Dagang 40.000


Kas 40.000

Untuk transaksi pembelian kredit, sering ditemukan adanya potongan tunai (cash discount).
Jika pelunasan dilakukan dalam masa potongan maka jumlah potongan yang diterima dicatat
dalam akun Potongan Pembelian. Untuk transaksi seperti ini akan dicatat dengan jurnal
mendebet akun Utang Dagang dan mengkredit akun Kas serta juga mengkredit akun Potongan
Pembelian.

Contoh 6.8: Pada tanggal 07 Pebruari 2016 perusahaan membeli barang dagangan
seharga Rp50.000 dengan syarat 2/10, n/30. Kemudian pada tanggal 10 Pebruari 2016
dilakukan pelunasan dengan potongan 2% yaitu Rp1.000. Atas transaksi ini dicatat dengan
jurnal sebagai berikut:

Peb 07 Pembelian 50.000


Utang Dagang 50.000

Peb 10 Utang Dagang 50.000


Kas 49.000
Potongan Pembelian 1.000

Jika transaksi pelunasan di atas, dilakukan pada tanggal 20 Pebruari 2016 (pembayaran lebih
lama dari batas 10 hari), maka pelunasan tidak memperoleh potongan pembelian. Jurnal untuk
keadaan seperti itu adalah sebagai berikut:

Peb 20 Utang Dagang 50.000


Kas 50.000

(a) Pengangkutan Pembelian


Beban pengangkutan barang dagangan yang dibeli dan ditanggung oleh perusahaan akan
dicatat dalam jurnal dengan mendebet akun Pengangkutan Pembelian dan mengkredit akun
Kas.

Contoh 9.9: Pada tanggal 07 Pebruari 2016 dibayar biaya angkut barang dagangan yang
dibeli sebesar Rp25.000. Atas transaksi ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Peb 07 Pengangkutan Pembelian 25.000


Kas 25.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


67

Kegiatan Penjualan Barang Dagangan: Sistem Periodik


Untuk transaksi penjualan dengan sistem periodik, disediakan empat akun yang sering
digunakan yaitu: (a) akun Penjualan; (b) akun Potongan Penjualan; (c) akun Retur Penjualan, dan (d)
akun Beban Angkut Penjualan dan (e) akun Harga Pokok Penjualan (beban pokok penjualan).
Akun penjualan, dipakai untuk mencatat pendapatan dari penjualan barang dagangan sebesar
harga jual yang dibebankan kepada pelanggan, diluar potongan penjualan.
Akun potongan penjualan, dipakai untuk mencatat potongan tunai (cash discount) yang
diberikan kepada pelanggan karena melunasi dalam periode potongan sesuai syarat pembayaran.
Akun retur penjualan, dipakai untuk mencatat jumlah barang yang diterima kembali dari
pelanggan karena tidak sesuai dengan permintaan
Akun beban angkut penjualan, dipakai untuk mencatat jumlah biaya angkut barang yang
dijual jika ditanggung oleh perusahaan. Akun ini merupakan akun penyesuaian yang akan
dikurangkan ke akun beban pemasaran di Laporan Laba-Rugi.
Akun harga (beban) pokok penjualan, dipakai untuk mencatat jumlah harga perolehan yang
melekat pada persediaan barang dagangan yang sudah dijual selama satu periode akuntansi, melalui
satu jurnal penyesuaian. Harga pokok penjualan dihitung dengan cara: Persediaan Awal (+)
Pembelian Bersih (-) Persediaan Akhir.

Jurnal Dalam Transaksi Penjualan: Sistem Periodik


(a) Penjualan Tunai Barang Dagangan dan Retur Penjualan
Penjualan barang dagangan baik secara tunai maupun secara kredit dicatat dalam akun
Penjualan sebesar jumlah penjualan bersih. Transaksi ini dicatat dengan mendebet akun Kas
dan mengkredit akun Persediaan. Jika terjadi retur penjualan akan dicatat dengan jurnal
mendebet akun Retur Penjualan dan mengkredit akun Kas

Contoh 6.10: Pada tanggal 16 Januari 2016 perusahaan menjual barang dagangan
secara tunai sebesar Rp150.000. Atas transaksi ini dicatat dengan jurnal sebagai
berikut:

Jan 16 Kas 25.000


Penjualan 10.000

Contoh 6.11: Atas transaksi tanggal 16 Januari 2016, terjadi retur sebesar Rp15.000
pada tanggal 17 Januari 2016. Atas transaksi ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Jan 17 Retur Penjualan 15.000


Kas 15.000

(b) Penjualan secara kredit Barang Dagangan dan Retur Penjualan


Penjualan barang dagangan secara kredit menimbulkan tagihan kepada pelanggan sebesar
harga jual bersih setelah dikurang potongan penjualan Transaksi ini dicatat dengan mendebet
akun Piutang Dagang dan mengkredit akun Penjualan. Jika terjadi retur penjualan akan dicatat
dengan jurnal mendebet akun Retur Penjualan dan mengkredit akun Kas

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


68

Contoh 6.12: Pada tanggal 20 Januari 2016 perusahaan menjual barang dagangan
secara kredit sebesar Rp200..000. Atas transaksi ini dicatat dengan jurnal sebagai
berikut:
Jan 20 Piutang Dagang 200.000
Penjualan 200.000

Contoh 6.13: Atas transaksi tanggal 20 Januari 2016, terjadi retur sebesar Rp20.000
pada tanggal 21 Januari 2016. Atas transaksi ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Jan 21 Retur Penjualan 20.000


Piutang Dagang 20.000

(a) Penjualan secara kredit Barang Dagangan dengan Syarat Penjualan


Bila penjualan barang dagangan secara kredit disertai dengan syarat penjualan maka atas
transaksi pelunasan dalam masa potongan akan dicatat dengan jurnal mendebet akun Kas serta
juga mendebet akun Potongan Penjualan serta mengkredit akun Piutang Dagang.

Contoh 6.14: Tanggal 23 Januari 2016, dijual barang dagangan secara kredit sebesar
Rp250.000 dengan syarat 3/10, n/30. Kemudian pada tanggal 27 Januari 2016 diterima
pelunasan atas transaksi tersebut. Transaksi-transaksi yang terjadi dicatat dalan jurnal-
jurnal sebagai berikut:

Jan 23 Piutang Dagang 250.000


Penjualan 250.000

Peb 27 Kas 242.500


Potongan Penjualan*) 7.500
Piutang Usaha 200.000
*)Potongan penjualan yang diberikan adalah 3/100 x Rp200.000 = Rp7.500

Contoh 6.15: Jika pelunasan dilakukan tanggal 02 Pebruari 2016 maka potongan
penjualan tidak diberikan dan transaksi pelunasan tanpa potongan ini dicatat dalan
jurnal sebagai berikut:

Peb 02 Kas 250.000


Piutang Dagang 250.000

(b) Beban Angkut Penjualan


Beban pengangkutan penjualan barang dagangan yang ditanggung oleh perusahaan akan
dicatat dalam jurnal dengan mendebet akun Beban Angkutan Penjualan dan mengkredit
akun Kas. Akun beban angkut penjualan dilaporkan dalam laporan Laba-Rugi dalam
kelompok Beban Penjualan (pemasaran).

Contoh 6.16: Pada tanggal 17 Pebruari 2016 dibayar biaya angkut barang dagangan yang
dijual sebesar Rp45.000. Atas transaksi ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Peb 07 Beban angkut penjualan 45.000


Kas 45.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


69

NERACA SALDO: Sistem Periodik


Pada akhir periode akuntansi, disusun Neraca Saldo. Secara normal, akun-akun yang terkait
dengan transaksi pembelian dan penjualan barang dagangan adalah sebagai berikut:

Saldo Normal di sisi


Nama Akun DEBET KREDIT
Persediaan √
Pembelian √
Retur Pembelian √
Potongan Pembelian √
Penjualan √
Potongan Penjualan √
Retur Penjualan √
Pengangkutan Pembelian √
Beban Angkut Penjualan √

Berikut ini contoh Neraca Saldo per 31 Desember 2016 untuk sebuah perusahaan dagang.

UD Bondan Jaya
Neraca Saldo (Dalam Rp)
Per 31 Desember 2016
Saldo Normal di sisi
Nama Akun DEBET DEBET
Kas 54.000
Piutang Dagang 67.000
Persediaan 27.000
Tanah 79.000
Gedung kantor 95.000
Akumulasi penyusutan gedung 3.400
kantor 25.000
Utang Dagang 0
Utang gaji dan upah 33.000
Utang Bank 70.000
Modal, Bondan 0
Prive Bondan 1.000.000
Penjualan 10.000
Potongan penjualan 90.000
Retur penjualan 500.000
Pembelian 50.000
Pengangkutan pembelian 60.000
Retur pembelian 15.000
Potongan pembelian 222.400
Beban gaji dan upah 0
Beban penyusutan gedung kantor 7.000
Beban angkut penjualan 5.000
Beban bunga 0
Harga pokok penjualan 0
Iktisar Laba-Rugi
TOTAL 1.206.400 1.206.400

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


70

JURNAL PENYESUAIAN: Sistem Periodik


Setelah Neraca Saldo disusun, jurnal penyesuian dibuat seperti yang terjadi pada perusahaan
jasa ditambah dengan penyesuaian untuk mencatat beban (harga) pokok penjualan. Untuk
menghitung beban pokok penjualan dibutuhkan data nilai persediaan akhir. Nilai persediaan akhir
diketahui melalui perhitungan sisa persediaan di gudang. Nilai persediaan akhir inilah yang akan
disajikan dalam Neraca akhir periode.
Anggapan yang mendasari perhitungan harga pokok penjualan adalah bahwa persediaan awal
sudah habis terjual, sehingga biaya perolehan persediaan barang dagangan awal periode dibebankan
menjadi elemen harga pokok penjualan. Sedangkan potongan dan retur pembelian selama satu
periode dianggap sebagai pengurang terhadap elemen harga pokok penjualan. Dengan demikian yang
menjadi harga pokok penjualan hanyalah jumlah barang dagangan yang tersedia untuk dijual
dikurangi dengan persediaan akhir barang dagangan.

Contoh 6.17: Dengan memakai Neraca Saldo UD Bondan Jaya sebelumnya, berikut ini contoh
perhitungan harga pokok penjualan, dengan anggapan bahwa persediaan barang dagangan di
akhir periode adalah Rp10.000.

Persedian barang dagangan (awal) Rp27.000


Pembelian dan Pengangkutan Pembelian Rp500.000 + Rp50.000 = Rp550.000
Potongan Pembelian dan Retur Pembelian Rp15.000 + Rp60.000 = (Rp75.000)
Pembelian Bersih Rp475.000
Barang tersedia untuk dijual Rp502.000
Persedian barang dagangan (akhir) (Rp10.000)
Harga Pokok Penjualan Rp492.000

Jurnal penyesuaian mencatat harga pokok penjualan tersebut di atas disajikan sebagai berikut:
Tanggal Keterangan DEBET KREDIT
2016 31 Harga pokok penjualan 27.000
Des Persediaan (awal) 27.000
(Pembebanan biaya perolehan persediaan awal ke harga pokok
penjualan)
31 Harga pokok penjualan 500.000
Pembelian 500.000
(Pembebanan biaya perolehan persediaan ke harga pokok
penjualan)
31 Harga pokok penjualan 50.000
Pengangkutan pembelian 50.000
(Pembebanan biaya angkut pembelian ke harga pokok penjualan)
31 Potongan pembelian 15.000
Harga pokok penjualan 15.000
(Mengakui potongan pembelian yang diperoleh sebagai pengurang
harga pokok penjualan)
31 Potongan pembelian 60.000
Harga pokok penjualan 60.000
(Mengakui retur pembelian yang terjadi sebagai pengurang beban
pokok penjualan)
31 Persediaan (akhir) 10.000
Beban pokok penjualan 10.000
(Mencatat biaya perolehan persediaan barang dagangan akhir dan
mengakui sebagai pengurang beban pokok penjualan)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


71

Jika dicatat sekaligus, maka jurnal penyesuaian di atas akan nampak sebagai berikut:

Des 31 Harga pokok penjualan 592.000


Persediaan (akhir) 10.000
Retur pembelian 60.000
Potongan pembelian 15.000
Pembelian 500.000
Pengangkutan pembelian 50.000
Persediaan (awal) 27.000
(Mencatat penyesuaian akun-akun
yang bersangkutan dengan persediaan
ke harga pokok penjualan)

Contoh 6.18: Dengan memakai Neraca Saldo UD Bondan Jaya sebelumnya, diketahui bahwa
(a) penyusutan gedung kantor tahun 2016 adalah Rp6.600 dan (b) gaji pegawai yang belum
terbayar (dan belum dicatat) adalah Rp11.000. buatkan jurnal penyesuiannya.

Des 31 Beban penyusutan gedung kantor 6.000


Akumulasi penyusutan gedung kantor 6.000

31 Beban gaji dan upah 11.000


Utang gaji dan upah 11.000

NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN: Sistem Periodik


Setelah seluruh saldo akun yang terkena penyesuaian dalam contoh UD Bondan Jaya
sebelumnya telah diposting ke akun-akun yang bersesuaian maka akan diperoleh saldo setelah
penyesuaian. Untuk itu, dibutuhkan penyusunan Neraca Lajur. Dengan asumsi bahwa semua akun-
akun penyesuaian telah diposting ke akun-akun masing-masing yang bersesuaian, maka Neraca Lajur
disajikan.
Sebelum penyusunan neraca lajur, harus dibuatkan jurnal penutup. Jurnal penutup ini
mencakup:
a. Menutup semua akun pendapatan ke akun Iktisar Laba-Rugi, dengan cara mendebet akun
pendapatan dan mengkredit akun Iktisar Laba-Rugi
b. Menutup semua akun beban ke akun Iktisar Laba-Rugi, dengan cara mendebet akun Iktisar
Laba-Rugi dan mengkredit akun beban-beban
c. Menurup akun prive ke akun Iktisar Laba-Rugi dengan cara mendebet akun Iktisar Laba-
Rugi dan mengkredit akun Prive.
d. Menutup akun Iktisar laba-Rugi ke akun Modal.
Setelah akun-akun dalam jurnal penutup diposting ke akun-akun yang bersesuaian, maka
seluruh akun nominal (laba-rugi) akan bersaldo nol. Penyusunan Neraca Lajur untuk UD Bondan
Jaya dalam contoh di atas adalah sebagai berikut.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


72

UD BONDAN JAYA
NERACA LAJUR
Per. 31 Desember 2016
PENYESUAIAN LAPORAN
Nama Akun SEBELUM PENYESUAIAN SETELAH LABA-RUGI NERACA
DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT
Kas 54.000 54.000 54.000
Piutang Dagang 67.000 67.000 67.000
Persediaan 27.000 10.000 27.000 10.000 10.000
Tanah 79.000 79.000 79.000
Gedung kantor 95.000 95.000 95.000
Akumulasi penyusutan gedung 3.400 6.600 10.000 10.000
kantor
Utang Dagang 25.000 25.000 25.000
Utang gaji dan upah 0 11.000 11.000 11.000
Utang Bank 33.000 33.000 33.000
Modal, Bondan 70.000 70.000 10.000
Prive Bondan 0 0
Penjualan 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Potongan penjualan 10.000 10.000 10.000
Retur penjualan 90.000 90.000 90.000
Pembelian 500.000 500.000 0
Pengangkutan pembelian 50.000 50.000 0
Retur pembelian 60.000 60.000 0
Potongan pembelian 15.000 15.000 0
Beban gaji dan upah 222.000 11.000 233.400 233.400
Beban penyusutan gedung kantor 0 6.600 6.600 6.600
Beban angkut penjualan 7.000 7.000 7.000
Beban bunga 5.000 5.000 5.000
Harga pokok penjualan 0 492.000 492.000 492.000
JUMLAH 1.206.400 1.206.400
577.000 577.000 1.149.000 1.149.000 844.000 1.000.000
Iktisar Laba-Rugi 156.000 156.000
TOTAL 1.000.000 1.000.000 305.000 305.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


73

Persediaan dan Pengadaan Barang Dagangan: Sistem Perpetual


Pada sistem perpetual, disediakan akun-akun Persediaan Barang Dagangan (selanjutnya
disebut persediaan) untuk mencatat mutasi persediaan. Akun-akun seperti Pembelian, Potongan
Pembelian, Retur Pembelian dan Pengangkutan pembelian tidak digunakan dalam sistem perpetual.
Dalam sistem perpetual, semua biaya yang menambah biaya perolehan persediaan barang
dagangan dicatat di sebelah debet akun persediaan. Oleh karena itu, pembelian dan biaya angkut
pembelian dicatat di sebelah debet akun persediaan. Sebaliknya, semua biaya yang mengurangi biaya
perolehan persediaan barang dagangan dicatat di sebelah kredit akun persediaan. Oleh karena itu,
pembelian dan potongan pembelian dicatat di sebelah kredit akun persediaan.
Untuk mencatat transaksi penjualan barang dagangan dengan sistem perpetual, pendapatan dari
penjualan barang dagangan dicatat dalam akun Penjualan (sama dengan pada distem periodik).
Namun, pada sistem perpetual, setiap kali terjadi transaksi penjualan barang dagangan langsung
diakui terjadinya harga pokok penjualan dan berkurangnya persediaan. Jadi, harga pokok penjualan
langsung dihitung setiap kali terjadi transaksi penjualan.
Beberapa contoh pencatatan (jurnal) transaksi perdagangan yang pencatatannya memakai
sistem perpetual disajikan berikut ini.

Pembelian Tunai: Sistem Perpetual


Pembelian tunai dicatat dalam akun Persediaan sebesar harga yang disepakati, yaitu harga
bersih setelah dikurangi potongan penjualan (jika ada).

Contoh 6.19: Tanggal 24 Januari 2016 dibeli barang dagangan Rp70.000 (harga telah
dikurangi potongan penjualan) secara tunai. Pencatatan transaksi ini dilakukan dengan jurnal
sebagai berikut.

Jan 24 Persediaan 70.000


Kas 70.000

Jika terjadi retur pembelian atas pembelian yang telah dilakukan sebelumnya maka akan
dicatat dengan jurnal yang mendebet akun Kas dan mengkredit akun Persediaan.

Contoh 6.20: Tanggal 25 Januari 2016 dikembalikan barang dagangan yang pada tanggal 24
Januari 2016 sebesar Rp20.000. Pencatatan transaksi ini dilakukan dengan jurnal sebagai
berikut.

Jan 25 Kas 20.000


Persediaan 20.000

Pembelian Kredit: Sistem Perpetual


Pembelian barang dagangan secara kredit menimbulkan kewajiban untuk membayar pada
waktu yang telah ditentukan. Pembelian ini dicatat dengan jurnal mendebet akun Persediaan dan
mengkredit akun Utang Dagang.

Contoh 6.21: Tanggal 14 Pebruari 2016 perusahaan membeli barang dagangan secara kredit
dari Toko Cinthya sebesar Rp50.000 (setelah dikurangi potongan pembelian). Pencatatan
transaksi ini dilakukan dengan jurnal sebagai berikut.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


74

Feb 14 Persediaan 50.000


Utang Dagang 50.000

Jika terjadi retur pembelian barang dagangan yang dibeli secara kredit, maka akan dicatat
dengan jurnal mendebet akun Utang Dagang dan mengkredit akun Persediaan sejumlah nilai barang
yang dikembalikan ke pemasok.

Contoh 6.22: Tanggal 15 Pebruari 2016 dikembalikan kepada pemasok, barang yang dibeli
tanggal 14 Pebruari 2016 sebanyak Rp10.000 karena tidak sesuai permintaan. Pencatatan
transaksi ini dilakukan dengan jurnal sebagai berikut.

Feb 15 Utang Dagang 10.000


Persediaan 10.000

Pada tanggal yang disepakai, utang dagang dilunasi. Pelunasan ini dicatat dengan mendebet
akun Utang Dagang dan mengkredit akun Kas. Jumlah yang dilunasi adalah jumlah setelah dikurangi
retur pembelian (jika ada).

Contoh 6.23: Tanggal 20 Pebruari 2016 dilunasi utang kepada Toko Cinthya (dari contoh di
atas). Pencatatan transaksi ini dilakukan dengan jurnal sebagai berikut.

Feb 15 Utang Dagang 40.000


Kas 40.000

Dalam transaksi pembelian barang dagangan secara kredit, sering disertai dengan syarat
tertentu (2/10, n/30) yang berarti jika pelunasan dilakukan dalam waktu maksimal 10 hari maka
pembeli diberikan potongan tunai (cash discount) sebesar 2%, namun jika dilunasi melebihi 10 hari
maka utang dagang yang dilunasi sebesar utang yang terjadi.

Contoh 6.24: Tanggal 03 Maret 2016 dibeli barang dagangan seharga Rp50.000 dengan
syarat 2/10, n/30. Kemudian, pada tanggal 07 Maret 2016 dilakukan pelunasan dan atas
pelunasan tersebut diperoleh potongan tunai 2% (=2% x Rp50.000 = Rp1.000). Pencatatan
transaksi ini dilakukan dengan jurnal sebagai berikut.
Mart 03 Persediaan 50.000
Utang Dagang 50.000

Mart 07 Utang dagang 50.000


Kas 49.100
Potongan tunai 1.000

Jika pelunasan di atas dilakukan pada tanggal 15 Maret 2016 (lebih dari 10 hari setelah tanggal
pembelian) maka akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Mart 15 Utang Dagang 50.000
Kas 50.000

Transaksi lain seperti biaya angkut pembelian barang dagangan yang ditanggung oleh
perusahaan, dicatat dengan jurnal yang sama seperti pada sistem periodik.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


75

Contoh 6.25: Tanggal 03 Maret 2016 dibayar ongkos angkut pembelian barang dagangan
secara tunai sebesar Rp20.000

Mart 03 Beban angkut pembelian 20.000


Kas 20.000

JURNAL PENYESUAIAN AKHIR PERIODE: Sistem Perpetual


Tidak seperti pada sistem periodik, pada sistem perpetual tidak dibutuhkan jurnal penyesuaian
untuk mencatat harga pokok penjualan. Dalam rangka perhitungan harga pokok penjualan,
perhitungan fisik persediaan barang dagangan tidak harus dilakukan dalam sistem perpetual, karena
harga pokok penjualan sudah dihitung setiap kali terjadi transaksi penjualan barang dagangan.
Sekalipun demikian untuk persediaan barang dagangan jenis tertentu perlu juga dilakukan
perhitungan fisik, jika ternyata stok barang di gudang tidak sesuai dengan catatan akuntansi.
Ketidaksesuaian seperti itu membutuhkan jurnal penyesuaian. Apabila persediaan barang di gudang
tidak sama dengan catatan akuntansi, maka jurnal penyesuaian yang dilakukan adalah mendebet
akun Harga Pokok Penjualan dan mengkredit akun Persediaan.
Contoh 6.26: Pada akhir tahun 2016, hasil perhitungan fisik persediaan di gudang perusahaan
menunjukkan sisa persediaan adalah 100 unit dengan biaya perolehan Rp500 per unit (total
Rp500.000) sementara menurut catatan akuntansi (kartu persediaan), barang dagangan yang
tersisa adalah 105 unit dengan biaya perolehan total Rp52.500, sementara akun persediaan
juga menunjukkan saldo debet Rp52.500. Dengan demikian terdapat selisih kurang saldo
persediaan Rp2.500, dan jumlah selisih tersebut dibebankan ke akun harga pokok penjualan
dengan jurnal penyesuaian mendebet akun harga pokok penjualan dan mengkredit akun
persediaan.

Des 31 Beban pokok penjualan 2.500


Persediaan 2.500

Setelah jurnal di atas diposting ke akun-akun yang bersesuaian, maka akun Persediaan akan
bersaldo Rp50.000 dan jumlah inilah yang akan nampak dalam neraca, yaitu sesuai dengan nilai
(harga perolehan) persediaan yang sesungguhnya ada di gudang.

PERBANDINGAN JURNAL: Sistem Periodik dan Sistem Perpetual


Untuk mempermudah pencatatan transaksi terkait dengan pembelian dan penjualan barang
dagangan, maka berikut ini disajikan perbadingan jurnal untuk sistem periodik dan sistem perpetual.

No Transaksi Jurnal Sistem Periodik Jurnal Sistem Perpetual


1 Pembelian barang Pembelian xxx Persediaan xxx
dagangan secara Utang Dagang xxx Utang Dagang xxx
kredit
2 Biaya angkut Pengangkutan pembelian xxx Beban angkut pembelian xxx
pembelian tunai Kas xxx Kas xxx
3 Retur pembelian Utang Dagang xxx Utang Dagang xxx
kredit Retur pembelian xxx Persediaan xxx
4 Pelunasan utang Utang dagang xxx Utang Dagang xxx
dagang dengan Potongan pembelian xxx Persediaan xxx
potongan tunai Kas xxx Kas xxx

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


76

No Transaksi Jurnal Sistem Periodik Jurnal Sistem Perpetual


5 Penjualan barang Piutang Dagang xxx Piutang Dagang xxx
dagangan secara Penjualan xxx Penjualan xxx
kredit
Tidak ada jurnal Beban Pokok Penjulan xxx
Persediaan xxx
6 Retur penjualan Retur Penjualan xxx Retur Penjualan xxx
kredit Piutang Dagang xxx Piutang Dagang Xxx

Tidak ada jurnal Persediaan xxx


Beban Pokok Penjualan xxx
7 Penerimaan kas dari Kas xxx Kas xxx
pelunasan piutang Potongan Penjualan xxx Potongan Penjualan xxx
dengan potongan Piutang Dagang xxx Piutang Dagang xxx
tunai
8 Penyesuaian untuk Harga pokok penjualan xxx
mencatan Beban Potongan pembelian xxx
Pokok Penjualan Retur pembelian xxx
dan persediaan Persediaan (akhir) xxx Tidak ada jurnal
akhir. Pembelian xxx
Pengangkutan pembelian xxx
Persediaan (awal) xxx

6.3 JURNAL KHUSUS di PERUSAHAAN DAGANG


Karena perusahaan dagang berfungsi sebagai perantara antara produsen dan konsumen, maka
frekuensi aktivitas yang paling sering terjadi adalah (a) transaksi pembelian, (b) transaksi
pengeluaran kas (pembayaran), (c) transaksi penjualan, dan (d) transaksi penerimaan kas. Terhadap
transaksi-transaksi tersebut, dibuatkan empat jurnal khusus masing-masing (1) Jurnal Khusus
Pembelian, (2) Jurnal Khusus Pengeluaran Kas, (3) Jurnal Khusus Penjualan, dan (4) Jurnal Khusus
Penerimaan Kas. Untuk transaksi lain di perusahaan dagang yang tidak ditampung dalam ke-empat
jurnal khusus tersebut akan ditampung dalam Jurnal Umum.

JURNAL KHUSUS PENJUALAN


Jurnal khusus penjualan adalah jurnal yang hanya dipakai untuk mencatat transaksi penjualan
barang dagangan secara kredit. Bentuk jurnal khusus penjualan menyesuaikan dengan sistem yang
dipakai dalam pencatatan persediaan barang dagangan. Dengan sistem periodik, perusahaan hanya
mencatat pendapatan pada saat penjualan barang dagangan dan tidak mencatat harga pokok
penjualan, dan pencatatan untuk harga pokok penjualan ditunda sampai akhir periode akuntansi.
Sedangkan dengan sistem perpetual, perusahaan mencatat pendapatan sekaligus mengakui harga
pokok penjualan untuk barang dagangan yang terjual.

Jurnal Khusus Penjualan: Sistem Periodik


Jika perusahaan memakai sistem periodik, maka formulir jurnal khusus penjualan memiliki
kolom-kolom untuk akun pembantu piutang yang didebet, nomor faktur, referensi, akun Piutang
Dagang di sisi debet dan akun Penjualan di sisi kredit. Contoh bentuk formulir jurnal penjualan
dengan sistem periodik disajikan sebagai berikut.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


77

Jurnal Khusus Penjualan—Sistem Periodik


Tanggal No. Ref. Debet Kredit
Nama pelanggan faktur Piutang Dagang Penjualan

Jurnal Khusus Penjualan: Sistem Perpetual


Jika perusahaan memakai sistem perpetual, maka formulir jurnal khusus penjualan memiliki
kolom-kolom untuk akun pembantu piutang yang didebet, nomor faktur, referensi, akun Piutang
Dagang dan akun Harga Pokok Penjualan di sisi debet; kemudian akun Penjualan dan akun
Persediaan di sisi kredit. Contoh bentuk formulir jurnal penjualan disajikan sebagai berikut.

Jurnal Khusus Penjualan—Sistem Perpetual


Tanggal Debet Kredit
Nama No. Ref. Piutang Harga
pelanggan faktur Dagang Pokok Penjualan Persediaan
Penjualan

JURNAL KHUSUS PENERIMAAN KAS


Penentuan jumlah kolom yang ada pada jurnal khusus penerimaan kas, mengacu pada jurnal
standar yang ada. Misalnya, frekuensi penerimaan kas terbanyak adalah dari aktivitas penjualan tunai
dan pelunasan piutang. Bentuk formulir jurnal penerimaan kas juga harus mempertimbangkan
apakah pencatatan persediaan barang dagangan diselenggarakan dengan sistem periodik atau sistem
perpetual.

Jurnal khusus Penerimaan Kas: Sistem Periodik


Pada sistem periodik, jumlah kolom di sisi debet dan di sisi kredit mengacu pada jurnal standar
penerimaan kas sebagai berikut:

Jurnal Standar Penerimaan Kas: Sistem Periodik


Kas xxx
Potongan Penjualan xxx
Penjualan (tunai) xxx
Piutang Dagang xxx
Lain-lain Kredit xxx

Jurnal Khusus Penerimaan Kas—Sistem Periodik


Tgl. Keterangan (Akun yang R Debet Kredit
dikredit) e Kas Potongan Piutang Penjualan Lain-lain
f Penjualan Dagang Kredit

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


78

Contoh 6:27: Transaksi berkaitan dengan penerimaan kas di PD Bondan Makmur yang
memakai sistem periodik adalah sebagai berikut:
Jan 4 Jual barang dagangan secara tunai Rp1.000
7 Terima kas dari PT Leonardo Rp980, yang memanfaatkan potongan tunai Rp20
atas pembeliannya tanggal 5 Januari 2016.
8 Terima kas Rp2.000 dari penjualan tunai.
15 Terima kas dari PT Nusantara sebesar Rp720, yang memanfaatkan potongan
tunai Rp30 atas pembeliannya tanggal 9 Januari 2016.
16 Terima kas dari Bondan (pemilik perusahaan) sebagai setoran tambahan modal
Rp3.000
18 Terima kas Rp50 dari bunga obligasi PT Semen Kupang.
21 Terima kas dari CV Dhenayu Rp600, yang tidak memanfaatkan potongan tunai
atas pembelian bulan lalu.
26 Terima kas Rp1.500 dari penjualan tunai
28 Terima kas Rp400 dari CV Tresnadya yang tidak memanfaatkan potongan tunai
atas pembelian tanggal 11 Januari 2016

Berdasarkan transaksi di atas, maka jurnal khusus penerimaan kas untuk PD Bondan Makmur
adalah:
PD Bondan Jaya
Jurnal Khusus Penerimaan Kas (dalam Rp)—Sistem Periodik
Tanggal Keterangan R DEBET KREDIT
(2016) (Akun yang dikredit) e Kas Potongan Piutang Pen- Lain-lain Kredit
f Penjualan Dagang jualan Nama Akun Jumlah
Jan 4 Penjualan tunai 1.000 1.000
7 Pelunasan PT Leonardo 980 20 1.000
8 Penjualan tunai 2.000 2.000
15 Pelunasan PT Nusantara 720 30 750
16 Setoran pemilik, Bondan 3.000 Modal 3.000
18 Penerimaan bunga 50 Bunga obligasi 50
21 Pelunasan CV Dhenayu 600 600
26 Penjualan tunai 1.500 1.500
28 Pelunasan CV Tresnadya 400 400
10.250 50 2.750 4.500 3.050

Jurnal khusus peneriman kas PD Bondan Jaya bisa diringkas dalam satu jurnal sebagai berikut.

Kas Rp10.250
Potongan penjualan Rp50
Penjualan (tunai) Rp4.500
Piutang Dagang Rp2.750
Modal, Bondan Rp3.000
Pendapatan Bunga Obligasi Rp50

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


79

Jurnal khusus Penerimaan Kas: Sistem Perpetual


Pada sistem perpetual, jumlah kolom di sisi debet dan di sisi kredit mengacu pada jurnal
standar penerimaan kas sebagai berikut:
Jurnal Standar Penerimaan Kas: Sistem Perpetual
Kas xxx
Potongan Penjualan xxx
Harga pokok penjualan xxx
Piutang Dagang xxx
Persediaan xxx
Lain-lain Kredit xxx

Jurnal Khusus Penerimaan Kas—Sistem Perpetual


Ket. DEBET KREDIT
(akun Harga Pot. Piutang Pen- Per- Lain Kredit
Tgl yang Kas Pokok Pen- Dagang jualan sediaan Nama Jumlah
dikredit) Penjualan jualan Akun

Contoh 6:28: Transaksi berkaitan dengan penerimaan kas di CV Tresnadya yang memakai
sistem perpetual adalah sebagai berikut:
Jan 4 Jual barang dagangan secara tunai Rp10.000
7 Terima kas dari PT Leonardo Rp9.800, yang memanfaatkan potongan tunai
Rp200 atas pembeliannya tanggal 5 Januari 2016.
8 Terima kas Rp20.000 dari penjualan tunai.
15 Terima kas dari PT Nusantara sebesar Rp7.200, yang memanfaatkan potongan
tunai Rp300 atas pembeliannya tanggal 9 Januari 2016.
16 Terima kas dari Tresnadya (pemilik perusahaan) sebagai setoran tambahan
modal Rp30.000
18 Terima kas Rp500 dari bunga obligasi PT Semen Kupang.
21 Terima kas dari CV Cinthya Rp6.000, yang tidak memanfaatkan potongan tunai
atas pembelian bulan lalu.
26 Terima kas Rp15.000 dari penjualan tunai
28 Terima kas Rp4.000 dari PT Zacha yang tidak memanfaatkan potongan tunai atas
pembelian tanggal 11 Januari 2016

Berdasarkan transaksi di atas, maka jurnal khusus penerimaan kas untuk CV Tresnadya adalah
sebagai berikut:

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


80

CV Tresnadya
Jurnal Khusus Penerimaan Kas (dalam Rp)—Sistem Perpetual
Tgl. DEBET KREDIT
(Jan. Keterangan KAS Beban Potongan Piutang Pen- Per- Lain-lain kredit
2016) (akun yang Pokok Penjualan Dagang jualan sediaan
dikredit) Nama Jumlah
Penjualan
Akun
4 Penjualan tunai 10.000 6.000 10.000 6.000
7 Pelunasan PT 9.800 200 10.000
Leonardo
8 Penjualan tunai 20.000 12.000 20.000 12.000
15 Pelunasan PT 7.200 300 7.500
Nusantara
16 Setoran pemilik, 30.000 Modal 30.000
Tresnadya
18 Penerimaan 500 Bunga 500
bunga
21 Pelunasan CV 6.000 6.000
Cinthya
26 Penjualan tunai 15.000 9.000 15.000 9.000
28 Pelunasan PT 4.000 4.000
Zacha
102.500 27.000 500 27.500 45.000 27.000 30.500

Jika jurnal khusus peneriman kas CV Tresnadya di atas, diringkas dalam satu jurnal maka akan
nampak sebagai berikut.
Kas Rp102.500
Potongan penjualan Rp500
Penjualan (tunai) Rp45.000
Piutang Dagang Rp27.500
Modal, Bondan Rp30.000
Pendapatan Bunga Obligasi Rp500

Beban Pokok Penjualan Rp27.000


Persediaan Rp27.000

JURNAL KHUSUS PEMBELIAN


Jurnal khusus pembelian dipakai untuk mencatat pembelian barang dagangan secara kredit,
tergantung pada sistem periodik atau sistem perpetual yang dipakai dalam mencatat mutasi
persediaan, bentuk formatnya mengikuti jurnal strandar yang dipakai pada kedua sistem tersebut.
Jurnal khusus Pembelian: Sistem Periodik
Jurnal khusus pembelian dipakai untuk mencatat transaksi pembelian barang dagangan secara
kredit. Pada sistem periodik, jumlah kolom di sisi debet dan di sisi kredit mengacu pada jurnal
standar pembelian barang dagangan sebagai berikut:

Jurnal standar pembelian barang: Sistem Periodik


Pembelian xxx
Utang Dagang xxx

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


81

Jurnal Khusus Pembelian—Sistem Periodik


Keterangan DEBET KREDIT
Tgl. (Akun yang Ref. Pembelian Utang Lain-lain Kredit
dikredit) Dagang Nama Akun Jumlah

Contoh 6:29: Transaksi berkaitan dengan pembelian barang dagangan di CV Tresnadya yang
memakai sistem periodik adalah sebagai berikut:
Jan 2 Beli barang dagangan Rp200 dar UD Zacha dengan syarat 2/10, n/30
4 Beli barang dagangan dari CV Bondan sebesar Rp500 dengan syarat 1/20, n/30
15 Beli barang dagangan Rp500 dari PT Cinthya dengan syarat 2/10, n/30
26 Beli barang dagangan dari CV Leonardo sebesar Rp100 dengan syarat 4/5, n/30
27 Beli barang dagangan Rp500 dari CV Naomi dengan syarat 1/20, n/30
30 Beli barang dagangan dari Toko Dhenayu sebesar Rp400 dengan syarat 2/10, n/30
CV Tresnadya
Jurnal Khusus Pembelian (dalam Rp)—Sistem Periodik
Debet KREDIT
Tanggal Keterangan Ref. Lain-lain Kredit
Januari (Akun yang Pembelian Utang Dagang Nama Akun Jumlah
dikredit)
2016 2 UD Zacha 200 200
4 CV Bondan 500 500
15 PT Cinthya 300 300
26 CV Leonardo 100 100
27 CV Naomi 500 500
30 Toko Dhenayu 400 400
2.000 2.000

Jurnal khusus Pembelian: Sistem Perpetual


Jurnal khusus pembelian dipakai untuk mencatat transaksi pembelian barang dagangan secara
kredit. Pada sistem perpetual, jumlah kolom di sisi debet dan di sisi kredit mengacu pada jurnal
standar pembelian barang dagangan sebagai berikut:
Jurnal standar pembelian barang: Sistem Perpetual

Persediaan xxx
Utang Dagang xxx

Jurnal Khusus Pembelian—Sistem Perpetual


Keterangan DEBET KREDIT
Tgl. (Akun yang dikredit) Ref. Utang Lain-lain Kredit
Persediaan Dagang Nama Akun Jumlah

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


82

Contoh 6:30: Transaksi berkaitan dengan pembelian barang dagangan di CV Tresnadya yang
memakai sistem perpetual adalah sebagai berikut:
Jan 2 Beli barang dagangan Rp2.000 dar UD Zacha dengan syarat 2/10, n/30
4 Beli barang dagangan dari CV Bondan sebesar Rp5.000 dengan syarat 1/20, n/30
15 Beli barang dagangan Rp5.000 dari PT Cinthya dengan syarat 2/10, n/30
26 Beli barang dagangan dari CV Leonardo sebesar Rp1.000 dengan syarat 4/5, n/30
27 Beli barang dagangan Rp5.000 dari CV Naomi dengan syarat 1/20, n/30
30 Beli barang dagangan dari Toko Dhenayu sebesar Rp4.000 dengan syarat 2/10, n/30

CV Tresnadya
Jurnal Khusus Pembelian (dalam Rp)—Sistem Perpetual
Ref. Debet KREDIT
Tanggal Keterangan Persediaan Utang Dagang Lain-lain Kredit
Januari (Akun yang Nama Akun Jumlah
dikredit)
2016 2 UD Zacha 2.000 2.000
4 CV Bondan 5.000 5.000
15 PT Cinthya 5.000 5.000
26 CV Leonardo 1.000 1.000
27 CV Naomi 5.000 5.000
30 Toko Dhenayu 4.000 4.000
20.000 20.000

JURNAL KHUSUS PENGELUARAN KAS


Jurnal khusus pengeluaran kas dipakai untuk mencatat pengeluaran kas yang berkaitan dengan
pembelian tunai barang dagangan dan pelunasan utang dagang. Bentuk jurnal khusus pengeluaran
kas ini tergantung pada sistem periodik atau perpetual yang dipakai dalam pencatatan persediaan.
Pedoman yang bisa dipakai adalah jurnal standar pada ke dua sistem tersebut.

Jurnal khusus Pengeluaran Kas: Sistem Periodik


Jurnal standar yang dipakai untuk pengeluaran kas dengan sistem periodik, serta format jurnal
khususnya adalah sebagai berikut:

Jurnal Standar Pengeluaran Kas: Sistem Periodik


Pembelian xxx
Utang Dagang xxx
Kas xxx
Potongan Pembelian xxx

Jurnal Khusus Pengeluaran Kas—Sistem Periodik


T Keterangan DEBET KREDIT
g (akun yang didebet) Pembelian Utang Lain-lain Debet Potongan
l Dagang Nama Akun Jumlah Kas Pembelian

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


83

Contoh 6:31: Transaksi berkaitan dengan pengeluaran kas di CV Leonardo yang memakai sistem
periodik adalah sebagai berikut:
Jan 1 Beli barang dagangan secara tunai Rp600
3 Keluarkan kas Rp300 untuk melunasi utang ke Toko Agnes, tanpa potongan tunai
5 Keluarkan kas Rp685 untuk melunasi utang kepada CV Dhenayu, setelah
dikurangi potongan Rp15
7 Beli barang dagangan secara tunai seharga Rp900
12 Bayar utang kepada CV Zacha Rp920 setelah dikurangi potongan Rp50
17 Bayar ongkos angkut pembelian Rp750
22 Keluarkan kas Rp1.000 untuk kepentingan pemilik
25 Beli peralatan kantor Rp1.400 tunai
26 Bayar utang ke Toko Naomi Rp1.150 setelah dikurangi potongan Rp250
31 Bayar gaji dan upah Rp25.000
CV Leonardo
Jurnal Khusus Pengeluaran Kas (dalam Rp)—Sistem Periodik
Keterangan R DEBET KREDIT
Tanggal (Akun yang e Pem- Utang Lain-lain Debet Potongan
didebet) f belian Dagang Nama Akun Jumlah Kas Pembelian
Jan 1 Pembelian 600 600
3 Toko Agnes 300 300
5 CV Dhenayu 700 685 15
7 Pembelian 900 900
12 CV Zacha 970 920 50
17 Pengangkutan Beban angkut 750 750
22 Prive, pemilik Prive, pemilik 1.000 1.000
25 Peralatan kantor Peralatan Ktr. 1.400 1.400
26 Toko Naomi 1.400 1.375 25
31 Gaji dan Upah Biaya gaji 25.000 25.000
Jumlah 1.500 3.370 28.150 32.930 80
Bila akun-akun dalam jurnal khusus pengeluaran kas milik CV Leonardo di atas dimasukkan
dalam format jurnal umum, maka jurnalnya adalah:

Pembelian Rp1.500
Utang Dagang Rp3.370
Pengangkutan pembelian Rp750
Prive, Leonardo Rp1.000
Peralatan kantor Rp1.400
Beban gaji dan upah Rp25.000
Kas Rp32.950
Potongan pembelian Rp80

Jurnal khusus Pengeluaran Kas: Sistem Perpetual


Jurnal standar yang dipakai untuk pengeluaran kas dengan sistem perpetual, serta format jurnal
khususnya adalah sebagai berikut:
Jurnal Standar Pengeluaran Kas: Sistem Pepetual
Persediaan xxx
Utang Dagang xxx
Lain-lain Debet xxx
Kas xxx

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


84

Jurnal Khusus Pengeluaran Kas—Sistem Perpetual


T Keterangan DEBET KREDIT
g (akun yang didebet) Persediaan Utang Lain-lain Debet
l Dagang Nama Akun Jumlah Kas

Dengan menggunakan contoh 2:31 di atas, jurnal khusus pengeluaran kas dengan sistem
perpetual disajikan di bawah ini.
CV Leonardo
Jurnal Khusus Pengeluaran Kas—Sistem Perpetual
Keterangan R DEBET KREDIT
Tanggal (Akun yang e Per- Utang Lain-lain Debet
didebet) f sediaan Dagang Nama Akun Jumlah Kas
1 Pembelian 600 600
3 Toko Agnes 300 300
5 CV Dhenayu (15) 700 685
7 Pembelian 900 900
12 CV Zacha (50) 970 920
17 Pengangkutan 750 750
22 Prive, pemilik Prive, pemilik 1.000 1.000
25 Peralatan kantor Peralatan Ktr. 1.400 1.400
26 Toko Naomi (250) 1.400 1.150
31 Gaji dan Upah 25.000 25.000
Jumlah 1.935 3.370 27.400 32.705

Bila akun-akun dalam jurnal khusus pengeluaran kas milik CV Leonardo di atas dimasukkan
dalam format jurnal umum, maka jurnalnya adalah:
Perediaan Rp1.935
Utang Dagang Rp3.370
Prive, Leonardo Rp1.000
Peralatan kantor Rp1.400
Beban gaji dan upah Rp25.000
Kas Rp32.705

6.4 JURNAL UMUM


Jurnal umum dipakai untuk mencatat transaksi di perusahaan dagang yang tidak diakomodasi
dalam empat jurnal khusus di atas. Pada umumnya jurnal umum berisi akun-akun retur penjualan
kredit, retur pembelian kredit, jurnal koreksi dan jurnal penyesuaian.
Buku Jurnal Umum
Tanggal Keterangan (Akun yang didebet) Ref Debet Kredit

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


85

CONTOH SOAL DAN PENYELESAIAN


BAB 6: AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
1. PT Niaga Sejahtera sebuah perusahaan distributor Jet-pump, memakai metode periodik untuk pencatatan
persediaannya. Data transaksi selama tahun 2006 sebagai berikut:
Persediaan barang dagangan 1 Januari 2006 = Rp127.000.000
Persediaan barang dagangan 31 Desember 2006 = Rp142.000.000
Pembelian barang dagangan selama tahun 2006 = Rp446.000.000
Potongan pembelian tunai = Rp12.000.000
Ongkos angkut pembelian barang dagangan = Rp19.000.000
Penjualan barang dagangan selama tahun 2006 = Rp545.000.000
Potongan penjualan tunai = Rp22.000.000
Berdasarkan data di atas, hitunglah Harga Pokok Penjualan yang dimiliki PT Niaga Sejahtera untuk tahun 2006
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)

Persediaan barang dagangan awal Rp127.000.000


Pembelian Rp446.000.000
Ongkos angkut pembelian Rp19.000.000
Potongan Pembelian Rp12.000.000 (-)
Retur Pembelian Rp0 (-)
Pembelian bersih Rp453.000.000 (+)
Persediaan total barang dagangan Rp580.000.000
Persediaan akhir barang dagangan akhir Rp142.000.000 (-)
Harga Pokok Penjualan Rp438.000.000

2. PT Jaya Makmur adalah perusahaan distributor pompa air merek "Seiniki". Transaksi yang terjadi selama bulan
April 2006 adalah sebagai berikut:
01/04/2006 Bayar utang usaha ke PT Dinamo Mas sebesar Rp22.000.000
02/04/2006 Beli peralatan kantor di Toko AteKa sejumlah Rp4.200.000 tunai
04/04/2006 Beli barang dagangan dari PT Dinamo Emas secara kredit sebesar Rp26.000.000
06/04/2006 Beli perlengkapan kantor di Toko Warni sebesar Rp2.500.000 tunai
09/04/2006 Dijual barang dagangan dengan HPP Rp15.000.000 seharga Rp22.000.000 secara kredit
11/04/2006 Dijual barang dagangan dengan HPP Rp29.000.000 seharga Rp37.000.000 secara tunai dan
memberikan potongan tunai sejumlah Rp1.000.000
12/04/2006 Beli barang dagangan dari PT Dinamo Emas sejumlah Rp35.000.000 secara tunai dengan potongan
tunai Rp2.000.000
18/04/2006 Bayar biaya iklan di koran secara tunai sebesar Rp2.500.000
19/04/2006 Bayar biaya pengiriman barang ke perusahaan transportasi Rp1.500.000 tunai
22/04/2006 Bayar biaya bunga sejumlah Rp1.500.000
28/04/2006 Bayar gaji pegawai secara tunai sejumlah Rp2.700.000
Informasi lain menunjukan bahwa:
Persediaan barang dagangan pada 1 April 2006 Rp16.200.000
Persediaan barang dagangan pada 30 April 2006 Rp15.500.000
Berdasarkan data tersebut di atas, buatlah Jurnal Umum untuk PT Jaya Makmur selama bulan April 2006 dengan
menggunakan (a) Metode Perpetual, (b) Metode Periodik.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


86

PT JAYA MAKMUR
JURNAL UMUM (metode Perpetual dan Periodik)
Bulan April 2006
Tanggal METODE PERPETUAL DEBET KREDIT METODE PERIODIK DEBET KREDIT
Utang usaha Rp22.000.000 Utang usaha Rp22.000.000
a 01/04/2006
Kas Rp22.000.000 Kas Rp22.000.000
Peralatan kantor Rp4.200.000 Peralatan kantor Rp4.200.000
b 02/04/2006
Kas Rp4.200.000 Kas Rp4.200.000
Persediaan Rp26.000.000 Pembelian Rp26.000.000
c 04/04/2006
Utang dagang Rp26.000.000 Utang dagang Rp26.000.000
Perlengkapan kantor Rp2.500.000 Perlengkapan kantor Rp2.500.000
d 06/04/2006
Kas Rp2.500.000 Kas Rp2.500.000
Piutang Usaha Rp22.000.000 Piutang Usaha Rp22.000.000
Penjualan Rp22.000.000 Penjualan Rp22.000.000
e 09/04/2006
Harga Pokok Penjualan Rp15.000.000
Persediaan Rp15.000.000
Kas Rp36.000.000 Kas Rp36.000.000
Potongan tunai Rp1.000.000 Potongan tunai Rp1.000.000
Penjualan Rp37.000.000 Penjualan Rp37.000.000
f 11/04/2006

Harga Pokok Penjualan Rp29.000.000


Persediaan Rp29.000.000
Persediaan Rp35.000.000 Pembelian Rp35.000.000
g 12/04/2006 Potongan tunai Rp2.000.000 Potongan tunai Rp2.000.000
Kas Rp33.000.000 Kas Rp33.000.000
Beban biaya iklan Rp2.500.000 Beban biaya iklan Rp2.500.000
h 18/04/2006
Kas Rp2.500.000 Kas Rp2.500.000
Beban kirim barang Rp1.500.000 Beban kirim barang Rp1.500.000
i 19/04/2006
Kas Rp1.500.000 Kas Rp1.500.000
Beban bunga bank Rp1.500.000 Beban bunga bank Rp1.500.000
j 22/04/2006
Kas Rp1.500.000 Kas Rp1.500.000
Beban gaji dan upah Rp2.700.000 Beban gaji dan upah Rp2.700.000
k 28/04/2006
Kas Rp2.700.000 Kas Rp2.700.000

Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP):


Persediaan awal periode Rp16.200.000
Pembelian 04/04/2006 Pembelian tunai Rp26.000.000
12/04/2006 pembelian kredit Rp35.000.000 (+)
12/04/2006 potongan pembelian Rp2.000.000 (-)
Total pembeian Rp59.000.000 (+)
Total persediaan Rp75.200.000
Persediaan akhir periode Rp15.500.000 (-)
Harga Pokok Penjualan (HPP) Rp59.700.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


87

3. PT Prima Niaga perusahaan distributor kalkulator Casio, memiliki data transaksi selama bulan Januari 2006
sebagai berikut:
03/01/2006 Terima pelunasan dari PT Mifasol Rp15.500.000
04/01/2006 Beli barang dagangan secara kredit Rp65.000.000 dari PT Masindo
05/01/2006 Bayar beban perbaikan kendaraan Rp3.200.000 tunai
06/01/2006 Jual barang dagangan dengan HPP Rp84.000.000 kepada Toko Siswa secara tunai dengan harga
sebesar Rp95.000.000 dengan potongan tunai sejumlah Rp2.000.000
08/01/2006 Beli barang dagangan secara tunai dari PT Bushido sejumlah Rp95.000.000 dengan potongan tunai
sebesar Rp2.500.000
10/01/2006 Terima pelunasan dari PT ABC Rp45.000.000 dengan potongan tunai Rp2.000.000
12/01/2006 Beli peralatan kantor (3 buah komputer) Rp18.500.000 secara tunai
13/01/2006 Jual barang dagangan dengan HPP Rp67.000.000 dengan harga sebesar Rp75.000.000 dimana
sebesar Rp25.000.000 dibayar tunai dan sisa dilunasi dalam dua bulan.
14/01/2006 Beli peralatan kantor (meja, kursi, rak buku) secara kredit Rp15.000.000
15/01/2006 Beli perlengkapan kantor secara tunai Rp6.000.000
16/01/2006 Beli barang dagangan secara kredit Rp45.000.000 dari PT Masindo
17/01/2006 Bayar utang usaha ke PT LaSiDo sejumlah Rp35.000.000 dengan mendapatkan potongan tunai
sebesar Rp2.500.000
18/01/2006 Jual barang dagangan dengan HPP Rp54.000.000 senilai Rp65.000.000 kepada Toko Cerdas.
Dari jumlah tersebut telah diterima secara tunai Rp35.000.000 dan memberikan potongan tunai
sebesar Rp2.000.000 dan sisanya dibayar dalam dua bulan.
19/01/2006 Terima pelunan piutang dari toko DoReMi sejumlah Rp25.000.000 dengan potongan tunai sebesar
Rp500.000
20/01/2006 Bayar beban listrik, air dan telpon Rp4.500.000 tunai
21/01/2006 Bayar beban iklan di harian Kompas sebesar Rp4.200.000 tunai
22/01/2006 Jual barang dagangan dengan HPP Rp74.000.000 senilai Rp85.000.000 secara kredit
23/01/2006 Jual barang dagangan secara tunai dengan HPP Rp27.000.000 dengan harga total Rp35.000.000
dan memberi potongan tunai sejumlah Rp1.000.000
25/01/2006 Beli barang dagangan senilai Rp40.000.000 dimana sejumlah Rp15.000.000 dibayar tunai dan
mendapat potongan tunai Rp500.000 dan sisa dibayar bulan depan.
28/01/2006 Bayar gaji pegawai sejumlah Rp6.000.000
29/01/2006 Bayar komisi salesman senilai Rp1.500.000
30/01/2006 Bayar dividen tunai sebesar Rp35.000.000
Persediaaan barang dagangan awal Januari 2006 sebesar Rp72.000.000 dan pada akhir bulan Januari 2006
sebesar Rp105.000.000
Catatlah transaksi PT Prima Niaga selama bulan Januari 2006 dengan memakai (a) metode perpetual dan (b) metode
Periodik.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)

(a) Jurnal Umum, Metode Perpetual dan (b) Metode Perodik


PT PRIMA NIAGA
JURNAL UMUM (Metode Perpetual dan Metode Periodik)
Bulan Januari 2006
Tanggal METODE PERPETUAL DEBET KREDIT METODE PERIODIK DEBET KREDIT
Kas Rp15.500.000 Kas Rp15.500.000
1 03/01/2006
Piutang usaha Rp15.500.000 Piutang usaha Rp15.500.000
Persediaan Rp65.000.000 Pembelian Rp65.000.000
2 04/01/2006
Utang usada Rp65.000.000 Utang usaha Rp65.000.000
Beban perbaikan kendaraan Rp3.200.000 Bbn. Perbaikan Kendrn. Rp3.200.000
3 05/01/2006
Kas Rp3.200.000 Kas Rp3.200.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


88

Tanggal METODE PERPETUAL DEBET KREDIT METODE PERIODIK DEBET KREDIT


Kas Rp93.000.000 Kas Rp93.000.000
Potongan Tunai Rp2.000.000 Potongan Tunai Rp2.000.000
Penjualan Rp95.000.000 Penjualan Rp95.000.000
4 06/01/2006

Harga pokok penjualan Rp84.000.000


Persediaan Rp84.000.000
Persediaan Rp95.000.000 Persediaan Rp95.000.000
5 08/01/2006 Potongan pembelian Rp2.500.000 Potongan pembelian Rp2.500.000
Kas Rp92.500.000 Kas Rp92.500.000
Kas Rp43.000.000 Kas Rp43.000.000
6 10/01/2006 Potongan Tunai Rp2.000.000 Potongan tunai Rp2.000.000
Piutang Usaha Rp45.000.000 Piutang usaha Rp45.000.000
Peralatan kantor Rp18.500.000 Peralatan kantor Rp18.500.000
7 12/01/2006
Kas Rp18.500.000 Kas Rp18.500.000
Kas Rp25.000.000 Kas Rp25.000.000
Piutang usaha Rp50.000.000 Piutang usaha Rp50.000.000
Penjualan Rp75.000.000 Penjualan Rp75.000.000
8 13/01/2006

Harga pokok penjualan Rp67.000.000


Persediaan Rp67.000.000
Peralatan kantor Rp15.000.000 Peralatan kantor Rp15.000.000
9 14/01/2006
Utang usaha Rp15.000.000 Utang usaha Rp15.000.000
Perlengkapan kantor Rp6.000.000 Perlengkapan kantor Rp6.000.000
10 15/01/2006
Kas Rp6.000.000 Kas Rp6.000.000
Persediaan Rp45.000.000 Persediaan Rp45.000.000
11 16/01/2006
Utang usaha Rp45.000.000 Utang usaha Rp45.000.000
Utang usaha Rp35.000.000 Utang usaha Rp35.000.000
12 17/01/2006 Potongan tunai Rp2.500.000 Potongan tunai Rp2.500.000
Kas Rp32.500.000 Kas Rp32.500.000
Kas Rp35.000.000 Kas Rp35.000.000
Piutang usaha Rp32.000.000 Piutang usaha Rp32.000.000
Potongan tunai Rp2.000.000 Potongan tunai Rp2.000.000
13 18/01/2006 Penjualan Rp65.000.000 Penjualan Rp65.000.000

Harga pokok penjualan Rp54.000.000


Persediaan Rp54.000.000
Kas Rp24.500.000 Kas Rp24.500.000
14 19/01/2006 Potongan Tunai Rp500.000 Potongan Tunai Rp500.000
Piutang usaha Rp25.000.000 Piutang usaha Rp25.000.000
Beban listrik, air, telpon Rp4.500.000 Beban listrik, air, telpon Rp4.500.000
15 20/01/2006
Kas Rp4.500.000 Kas Rp4.500.000
Beban iklan Rp4.200.000 Beban iklan Rp4.200.000
16 21/01/2006
Kas Rp4.200.000 Kas Rp4.200.000
Piutang usaha Rp85.000.000 Piutang usaha Rp85.000.000
Penjualan Rp85.000.000 Penjualan Rp85.000.000
17 22/01/2006
Harga pokok penjualan Rp74.000.000
Persediaan Rp74.000.000
Kas Rp34.000.000 Kas Rp34.000.000
Potongan Tunai Rp1.000.000 Potongan Tunai Rp1.000.000
Penjualan Rp35.000.000 Penjualan Rp35.000.000
18 23/01/2006

Harga pokok penjualan Rp27.000.000


Persediaan Rp27.000.000
Persediaan Rp40.000.000 Persediaan Rp40.000.000
Potongan Tunai Rp500.000 Potongan Tunai Rp500.000
19 25/01/2006
Kas Rp15.000.000 Kas Rp15.000.000
Utang usaha Rp25.500.000 Utang usaha Rp25.500.000
Beban gaji dan upah Rp6.000.000 Beban gaji dan upah Rp6.000.000
20 28/01/2006
Kas Rp6.000.000 Kas Rp6.000.000
Komisi salesman Rp1.500.000 Komisi salesman Rp1.500.000
21 29/01/2006
Kas Rp1.500.000 Kas Rp1.500.000
Beban Dividen Rp35.000.000 Beban Dividen Rp35.000.000
22 30/01/2006
Kas Rp35.000.000 Kas Rp35.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


89

PT PRIMA NIAGA
Perhitungan Harga Pokok Penjualan
Bulan Januari 2006
Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP):
Persediaan awal periode Rp72.000.000
Pembelian 04/01/2006 Pembelian tunai Rp65.000.000
08/01/2006 pembelian kredit Rp95.000.000 (+)
17/01/2006 potongan pembelian Rp2.500.000 (-)
Total pembeian Rp157.500.000(+)
Total persediaan Rp229.500.000
Persediaan akhir periode Rp105.000.000 (-)
Harga Pokok Penjualan (HPP) Rp124.500.000

4. PT Duta Niaga sebuah perusahaan distributor generator memiliki data Neraca Saldo bulan September 2006
sebagai berikut:
Kas dan Bank Rp420.000.000 Modal Saham Rp200.000.000
Piutang Usaha Rp830.000.000 Laba ditahan Rp75.000.000
Persediaan Barang Dagangan Rp160.000.000 Dividen Rp90.000.000
Perlengkapan Kantor Rp42.000.000 Penjualan Rp1.925.000.000
Peralatan Kantor Rp64.000.000 Potongan Penjualan Rp10.000.000
Akumulasi Depresiasi Peralatan Kantor Rp6.000.000 Pembelian Rp1.610.000.000
Kendaraan Rp140.000.000 Beban Iklan Rp22.000.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp14.000.000 Beban angkut penjualan Rp18.000.000
Gedung Rp200.000.000 Gaji dan Komisi wiraniaga Rp36.000.000
Akumulasi Depresiasi Gedung Rp20.000.000 Gaji Karyawan Pemasaran Rp24.000.000
Tanah Rp75.000.000 Gaji Karyawan Administrasi Rp24.000.000
Utang usaha Rp722.000.000 Beban istrik, air, telpon Rp32.000.000
Utang Bank Rp875.000.000 Beban bunga bank Rp28.000.000
Beban perawatan & perbaikan Rp12.000.000
Keterngan lain:
a. Perlengkapan kantor tersisa pada akhir September 2006 Rp40.000.000
b. Persediaan barang dagangan tersisa pada akhir September 2006 Rp415.000.000
c. Depresiasi aktiva tetap bulan September 2006 Rp1.500.000 (peralatan); Rp2.500.000 (kendaraan); dan
gedung Rp3.500.000
Berdasarkan data di atas, buatlah:
1. Neraca Lajur per 30 September 2006
2. Laporan keuangan per 30 september 2006
3. Jurnal penutup
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


90

Perlengkapan awal Rp42.000.000 Beban perlengkapan Rp2.000.000


Perlengkapan akhir Rp40.000.000 (-) Perlengkapan Rp2.000.000
(a) Penambahan perlengkapan Rp2.000.000

Menyesuaikan persediaan barang dagangan Persediaan barang dagangan Rp415.000.000


(b) Menyesuaikan persediaan barang dagangan akhir Iktisar Laba-rugi Rp415.000.000

(c) Menyesuaikan persediaan barang dagangan awal Iktisar laba-rugi Rp160.000.000


Persediaan barang dagangan Rp160.000.000

(d) Beban Depresiasi peralatan kantor Rp1.500.000


(d) Akumulasi depresiasi peralatan Rp1.500.000

(e) Beban Depresiasi kendaraan Rp2.500.000


(e) Akumulasi depresiasi kendaraan Rp2.500.000

(f) Beban Depresiasi Gedung Rp3.500.000


(f) Akumulasi depresiasi Gedung Rp3.500.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


91

PT DUTA NIAGA
NERACA LAJUR (Rp.000)
Bulan September 2006
Saldo Awal Penyesuaian Setelah Penyesuaian Laba-Rugi Neraca
AKUN
DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT
Kas dan Bank 420.000 420.000 420.000 -
Piutang Usaha 830.000 830.000 830.000 -
Persediaan 160.000 (b) 415.000 (c) 160.000 415.000 415.000 -
Perlengkapan Kantor 42.000 - (a) 2.000 40.000 40.000 -
Peralatan Kantor 64.000 - 64.000 64.000 -
Akumulasi Depresiasi Peralatan Kantor 6.000 - (d) 1.500 7.500 - 7.500
Kendaraan 140.000 - 140.000 140.000 -
Akumulasi Depresiasi Kendaraan 14.000 - (e) 2.500 16.500 - 16.500
Gedung 200.000 - 200.000 200.000 -
Akumulasi Depresiasi Gedung 20.000 - (f) 3.500 23.500 - 23.500
Tanah 75.000 - 75.000 75.000 -
Utang usaha 722.000 - 722.000 - 722.000
Utang Bank 875.000 - 875.000 - 875.000
Modal Saham 200.000 - 200.000 - 200.000
Laba ditahan 75.000 - 75.000 75.000
Dividen 90.000 - 90.000 90.000 -
Penjualan 1.925.000 - 1.925.000 1.925.000
Potongan Penjualan 10.000 - 10.000 10.000 -
Pembelian 1.610.000 - 1.610.000 1.610.000 -
Beban Iklan 22.000 - 22.000 22.000 -
Beban angkut penjualan 18.000 18.000 18.000 -
Gaji dan Komisi wiraniaga 36.000 36.000 36.000 -
Gaji Karyawan Pemasaran 24.000 24.000 24.000 -
Gaji Karyawan Administrasi 24.000 24.000 24.000 -
Beban istrik, air, telpon 32.000 32.000 32.000 -
Beban bunga bank 28.000 28.000 28.000 -
Beban perawatan & perbaikan 12.000 12.000 12.000 -
3.837.000 3.837.000 -
Beban perlengkapan kantor (a) 2.000 2.000 2.000 -
Beban depresiasi peralatan (d) 1.500 1.500 1.500 -
Beban depresiasi kendaraan (e) 2.500 2.500 2.500 -
Beban depresiasi gedung - (f) 3.500 3.500 3.500 -
Iktisal Laba-Rugi (c) 160.000 (b) 415.000 255.000 255.000 -
584.500 584.500 4.099.500 4.099.500 1.825.500 2.180.000 2.274.000 1.919.500
Laba--> 354.500 354.500
- TOTAL 2.180.000 2.180.000 2.274.000 2.274.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


92

PT DUTA NIAGA
Laporan Laba-Rugi (Dalam Rp000) PT DUTA NIAGA
Bulan September 2006 Laporan Laba Ditahan (Rp000)
Pendapatan Bulan September 2006
Penjualan Rp1.925.000 Laba ditahan awal Rp75.000
Harga Pokok Penjualan: Laba-periodik Rp354.500 (+)
Persediaan awal Rp160.000 Dividen Rp90.000 (-)
Pembelian Rp1.610.000(+) Laba ditahan akhir Rp339.500
Persediaan total Rp1.770.000
Persediaan akhir Rp415.000 (-) PT DUTA NIAGA
Harga Pokok Penjualan Rp1.355.000 (-) NERACA
Laba Kotor Rp570.000 Per 30 September 2006
Beban-Beban: DEBET KREDIT
Potongan penjualan Rp10.000 Kas dan Bank Rp420.000.000 Utang Usaha Rp722.000.000
Beban Iklan Rp22.000 Piutang Usaha Rp830.000.000 Utang Bank Rp875.000.000
Beban angkut penjualan Rp18.000 Persediaan Barang Rp415.000.000
Gaji dan Komisi wiraniaga Rp36.000 Perlengkapan Kantor Rp40.000.000
Gaji Karyawan Pemasaran Rp24.000 Peralatan kantor Rp64.000.000
Gaji Karyawan Administrasi Rp24.000 Akum. Depresiasi Peralatan Kantor (Rp7.500.000) Laba ditahan Rp339.500.000
Beban istrik, air, telpon Rp32.000 Kendaraan Rp140.000.000 Modal Saham Rp200.000.000
Beban bunga bank Rp28.000 Akum. Depresiasi Kendaraan (Rp16.500.000)
Beban perawatan & perbaikan Rp12.000 Gedung Rp200.000.000
Beban perlengkapan kantor Rp2.000 Akum. Depresiasi Gedung (Rp23.500.000)
Beban depresiasi peralatan Rp1.500 Tanah Rp75.000.000
Beban depresiasi kendaraan Rp2.500 Total Debet Rp2.136.500.000 Total Kredit Rp2.136.500.000
Beban depresiasi gedung Rp3.500 (+)
Jumlah biaya dan beban Rp215.500 (-)
Laba Usaha Rp354.500

JURNAL PENUTUP
Pendapatan Rp1.925.000.000
Iktisar Laba-Rugi Rp1.925.000.000

Iktisar Laba-Rugi Rp215.500.000


Beban-beban Rp215.500.000

Iktisar Laba-Rugi Rp1.709.500.000


Laba-Rugi Rp1.709.500.000

Iktisar Laba-Rugi Rp90.000.000


Dividen Rp90.000.000

5. PT Makmur Sentosa sebuah perusahaan distributor televisi Sony, menggunakan pencatatan transaksi dengan
metode perpetual. Neraca pada akhir Maret 2006 sebagai berikut:
Kas dan Bank Rp120.000.000 Utang Dagang Rp60.000.000
Persediaan Rp70.000.000 Modal Saham Rp200.000.000
Aktiva Tetap Rp200.000.000 Laba ditahan Rp130.000.000
Transaksi perusahaan selama bulan April 2006 sebagai berikut:
01/04/2006 Beli barang dagangan dari PT Dinamo secara kredit sebesar Rp36.000.000
03/04/2006 Beli perlengkapan kantor di Toko Warna seharga Rp3.700.000 secara tunai
06/04/2006 Jual barang dagangan ke Toko Elektrik Jaya dengan HPP Rp38.000.000 seharga Rp46.000.000
secara kredit
07/04/2006 Bayar biaya listrik dan telpon sebesar Rp4.900.000
08/04/2006 Jual barang dagangan dengan HPP Rp42.000.000 seharga Rp53.000.000 secara tunai dan
memberikan potongan penjualan Rp1.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


93

09/04/2006 Bayar utang ke PT Dinamo sebesar Rp22.000.000


12/04/2006 Beli peralatan kantor dari Toko Ateka secara tunai sejumlah Rp4.100.000
17/04/2006 Beli barang dagangan dari PT Dinamo dibayar tunai Rp35.000.000 dengan mendapat potongan
tunai sejumlah Rp2.000.000
18/04/2006 Bayar biaya iklan secara tunai Rp2.200.000
19/04/2006 Bayar biaya pengiriman barang Rp1.500.000 secara tunai
22/04/2006 Bayar biaya bunga secara tunai sebesar Rp1.500.000
28/04/2006 Bayar gaji karyawan secara tunai sebesar Rp4.700.000
Keterangan lain yang diperoleh:
(1) Perlengkapan yang tersisa pada akhir bulan April 2006 sejumlah Rp1.400.000
(2) Beban depresiasi peralatan kantor bulan April 2006 sebesar Rp400.000
(3) Beban depresiasi kendaraan bulan April 2006 sebesar Rp500.000
(4) Beban depresiasi gedung bulan April 2006 sebesar Rp1.000.000
Berdasarkan informasi di atas, buatlah:
1. Jurnal umum yang diperlukan 3. Neraca Lajur 5. Jurnal penutup
2. Buku besar yang diperlukan 4. Laporan Keuangan per 30 April 2006
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)
PT MAKMUR SENTOSA
JURNAL UMUM (Metode Perpetual)
Bulan April 2006
Tanggal Ayat Jurnal DEBET KREDIT
Persediaan Rp36.000.000
a 01/04/2006
Utang dagang Rp36.000.000
Perlengkapan kantor Rp3.700.000
b 03/04/2006
Kas Rp3.700.000
Piutang dagang Rp46.000.000
Penjualan Rp46.000.000
c 06/04/2006
Harga pokok penjualan Rp38.000.000
Persediaan Rp38.000.000
Beban listrik dan telpon Rp4.900.000
d 07/04/2006
Kas Rp4.900.000
Kas Rp52.000.000
Potongan tunai jual Rp1.000.000
Penjualan Rp53.000.000
e 08/04/2006

Harga pokok penjualan Rp42.000.000


Persediaan Rp42.000.000
Utang dagang Rp22.000.000
f 09/04/2006
Kas Rp22.000.000
Peralatan kantor Rp4.100.000
g 12/04/2006
Kas Rp4.100.000
Persediaan Rp35.000.000
h 17/04/2006 Potongan tunai Rp2.000.000
Kas Rp33.000.000
Beban iklan Rp2.200.000
i 18/04/2006
Kas Rp2.200.000
Beban kirim barang Rp1.500.000
j 19/04/2006
Kas Rp1.500.000
Beban bunga Rp1.500.000
k 22/04/2006
Kas Rp1.500.000
Beban Gaji Rp4.700.000
l 28/04/2006
Kas Rp4.700.000
Rp294.600.000 Rp294.600.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


94

b. Posting transaksi dalam buku besar yang bersesuaian dan saldo setiap akun
Kas Perlengkapan Kantor Persediaan
Sa Rp120.000.000 b Rp3.700.000 b Rp3.700.000 Sa Rp70.000.000 c Rp38.000.000
e Rp52.000.000 d Rp4.900.000 a Rp36.000.000 e Rp42.000.000
f Rp22.000.000 Rp3.700.000 h Rp35.000.000
g Rp4.100.000 So Rp3.700.000 Rp141.000.000 Rp80.000.000
h Rp33.000.000 So Rp61.000.000
i Rp2.200.000 Utang Dagang
j Rp1.500.000 f Rp22.000.000 sa Rp60.000.000 Piutang Dagang
k Rp1.500.000 a Rp36.000.000 c Rp46.000.000
l Rp4.700.000 Rp22.000.000 Rp96.000.000
Rp172.000.000 Rp77.600.000 so Rp74.000.000 Rp46.000.000 Rp0
So Rp94.400.000 So Rp46.000.000

Peralatan Kantor Akiva Tetap Potongan penjualan


g Rp4.100.000 Sa Rp200.000.000 e Rp1.000.000

Rp4.100.000 Rp0 Rp200.000.000 Rp1.000.000 Rp0


So Rp4.100.000 So Rp200.000.000 So Rp1.000.000

Modal Saham Beban pengiriman barang Laba ditahan


sa Rp200.000.000 j Rp1.500.000 sa Rp130.000.000

Rp0 Rp200.000.000 Rp1.500.000 Rp0 Rp130.000.000


so Rp200.000.000 So Rp1.500.000 So Rp130.000.000

Potongan pembelian Penjualan Beban Listrik dan Telpon


h Rp2.000.000 c Rp46.000.000 d Rp4.900.000
e Rp53.000.000
Rp0 Rp2.000.000 Rp0 Rp99.000.000 Rp4.900.000 Rp0
So Rp2.000.000 So Rp99.000.000 So Rp4.900.000

Harga Pokok Penjualan Beban Bunga Beban Iklan


c Rp38.000.000 k Rp1.500.000 i Rp2.200.000
e Rp42.000.000
Rp80.000.000 Rp0 Rp1.500.000 Rp0 Rp2.200.000 Rp0
So Rp80.000.000 So Rp1.500.000 So Rp2.200.000

Beban Gaji dan Upah


l Rp4.700.000

Rp4.700.000 Rp0
So Rp4.700.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


95

PENYESUAIAN-PENYESUAIAN
Beli Perlengkapan kantor Rp3.700.000 (a) Beban perlengkapan Rp2.300.000
Perlengkapan tersisa Rp1.400.000 (-) (a) Perlengkapan Rp2.300.000
(a) Beban perlengkapan Rp2.300.000

(b) Beban Depresiasi peralatan kantor Rp400.000


(b) Akumulasi depresiasi peralatan Rp400.000

(c) Beban Depresiasi kendaraan Rp500.000


(c) Akumulasi depresiasi kendaraan Rp500.000

(d) Beban Depresiasi Gedung Rp1.000.000


(d) Akumulasi depresiasi Gedung Rp1.000.000

PT MAKMUR SENTOSA
NERACA LAJUR (Rp.000)
Bulan April 2006
Saldo Awal Penyesuaian Setelah Penyesuaian Laba-Rugi Neraca
AKUN
DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT
Kas dan Bank 120.000 52.000 77.600 94.400 94.400 -
Piutang dagang 46.000 - 46.000 46.000 -
Persediaan 70.000 71.000 80.000 61.000 61.000 -
Perlengkapan kantor b 3.700 (1) 2.300 1.400 1.400 -
Peralatan Kantor 4.100 4.100 4.100 -
Aktiva Tetap 200.000 200.000 200.000 -
Utang Dagang 60.000 22.000 36.000 74.000 - 74.000
Modal Saham 200.000 200.000 - 200.000
Laba ditahan 130.000 130.000 - 130.000
Potongan pembeliaan 2.000 2.000 - 2.000 -
Penjualan 99.000 99.000 - 99.000 -
Harga Pokok Penjualan 80.000 80.000 80.000 -
Potongan penjualan 1.000 1.000 1.000 -
Beban pengiriman barang 1.500 1.500 1.500 -
Beban Iklan 2.200 2.200 2.200 -
Beban listrik dan air 4.900 4.900 4.900 -
Beban Bunga 1.500 1.500 1.500 -
Beban gaji dan upah 4.700 4.700 4.700 -
Beban perlengkapan a 2.300 2.300 2.300 -
Beban depresasi alat kantor 400 400 400 -
Beban depresasi Kendaraan 500 500 500 -
Beban depresasi gedung 1.000 1.000 1.000 -
depresasi alat kantor akumulasi 400 - 400 - 400
depresasi Kendaraan akumulasi 500 - 500 - 500
depresasi gedung akumulasi 1.000 - 1.000 - 1.000
390.000 390.000 298.800 298.800 506.900 506.900 100.000 101.000 406.900 405.900
Iktisal Laba-Rugi Laba--> 1.000 - 1.000
- - - TOTAL 101.000 101.000 406.900 406.900

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


96

PT MAKMUR SENTOSA
Laporan Laba-Rugi
Bulan April 2006
Pendapatan
Pendapatan Usaha Rp99.000.000
Potongan pembelian Rp2.000.000 PT MAKMUR SENTOSA
Jumlah Pendapatan Rp101.000.000 Laporan Perubahan Laba Ditahan
Harga Pokok Penjualan Rp80.000.000 Bulan April 2006
Potongan penjualan Rp1.000.000
Beban pengiriman barang Rp1.500.000 Laba Ditahan Awal Rp130.000.000
Beban Iklan Rp2.200.000 Laba periode Rp1.000.000 (+)
Beban listrik dan air Rp4.900.000 Laba Ditahan Akhir Rp131.000.000 (-)
Beban Bunga Rp1.500.000
Beban gaji dan upah Rp4.700.000
Beban perlengkapan Rp2.300.000
Beban depresasi alat kantor Rp400.000
Beban depresasi Kendaraan Rp500.000
Beban depresasi gedung Rp1.000.000
Jumlah biaya dan beban (-) Rp100.000.000
Laba Usaha Rp1.000.000

PT MAKMUR SENTOSA
NERACA
Per 30 April 2006
DEBET KREDIT
Kas dan Bank Rp94.400.000 Utang Dagang Rp74.000.000
Piutang Dagang Rp46.000.000
Persediaan Barang Rp61.000.000
Perlengkapan Kantor Rp1.400.000 Laba ditahan Rp131.000.000
Peralatan Kantor Rp4.100.000 Modal Saham Rp200.000.000
Aktiva Tetap Rp200.000.000
Akumulasi Depresiasi Aktiva Tetap Rp1.900.000
Total Debet Rp408.800.000 Total Kredit Rp408.800.000

JURNAL PENUTUP
Pendapatan Rp101.000.000
Iktisar Laba-Rugi Rp101.000.000

Iktisar Laba-Rugi Rp100.000.000


Beban-beban Rp100.000.000

Iktisar Laba-Rugi Rp1.000.000


Modal Saham Rp1.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


97

6. Berikut ini transaksi yang terjadi pada perusahaan TF selama bulan Januari 2013.
01/01/2013 Jual barang dagangan kepada PW Rp300.000 dengan syarat 2/10, n/30.
03/01/2013 Beli barang dagangan dari PS Rp150.000 dengan membayar tunai Rp100.000 dan sisanya dibayar
dengan syarat 3/10; n/30
05/01/2013 Dijual barang dagangan kepada TH Rp90.000 dengan syarat 1/10, n/30.
07/01/2013 Sebagian barang dagangan seharga Rp120.000 yang dijual kepada PW diterima kembali karena rusak
09/01/2013 Dikembalikan kepada PS, sebagian barang dagangan sebesar Rp30.000 karena cacat
13/01/2013 Dikirim cek kepada PS atas pembelian tanggal 3 Januari
15/01/2013 Diterima cek dari PW atas pembelian tanggal 1 Januari dikurangi tanggal 7 Januari
18/01/2013 TF mengambil barang dagangan untuk keperluan pribadi Rp10.000 ( = harga pokok)
21/01/2013 Diterima cek dari TH atas pembelian tanggal 5 Januari
24/01/2013 Beli barang dagangan dari PK Rp120.000 dengan syarat 4/10, n/30.
31/01/2013 Dikirim cek kepada PK atas pembelian tanggal 24 Januari
Diminta: a. Jurnal transaksi dengan anggapan persediaan diselenggarakan dengan sistem periodik.
b. Jurnal transaksi dengan anggapan persediaan diselenggarakan dengan sistem perpetual dan laba
bruto adalah 20% dari harga jual.
c. Hitung jumlah kas yang diterima dan dikeluarkan untuk bulan Januari 2013.
(Sumber: Buku Akuntansi Pengantar, Slamet Sugiri Sodikin dan Bogat Agus Riyono, 2014; format disesuaikan)

a dan b: Jurnal transaksi dengan anggapan persediaan diselenggarakan dengan sistem periodik.
PERUSAHAAN TF
JURNAL TRANSAKSI
Bulan Januari 2013
Tgl. Sistem PERIODIK DEBET KREDIT Sistem PERPETUAL DEBET KREDIT
Piutang usaha Rp300.000 Piutang usaha Rp300.000
1
Penjualan Rp300.000 Penjualan Rp300.000
Pembelian Rp150.000 Persediaan Rp150.000
3 Kas Rp100.000 Kas Rp100.000
Utang usaha Rp50.000 Utang Dagang Rp50.000
Piutang usaha Rp90.000 Piutang usaha Rp90.000
Penjualan Rp90.000 Penjualan*) Rp90.000

Harga pokok penjualan Rp72.000


5
Persediaan Rp72.000
Harga pokok Rp90.000
Keuntungan
20% = Rp18.000 (-)
*) =Harga jual Rp72.000
Retur penjualan Rp120.000 Retur penjualan Rp120.000
Piutang usaha Rp120.000 Piutang usaha Rp120.000

Persediaan Rp96.000
7
Harga pokok penjualan Rp96.000
Harga pokok Rp120.000
Keuntungan 20% = Rp24.000 (-)
*) =Harga jual Rp96.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


98

Tgl. Sistem PERIODIK DEBET KREDIT Sistem PERPETUAL DEBET KREDIT


Utang usaha Rp30.000 Utang usaha Rp30.000
9
Retur pembelian Rp30.000 Persediaan Rp30.000
Utang usaha Rp50.000 Utang usaha Rp50.000
Potongan tanai*) Rp1.500 Persediaan*) Rp1.500
13 Kas Rp48.500 Kas Rp48.500
*)Syarat: 3/10, n/30 *)Syarat: 3/10, n/30
3% x Rp50.000 = Rp1.500 3% x Rp50.000 = Rp1.500
Kas Rp176.400 Kas Rp176.400
Potongan tunai Rp3.600 Potongan tunai Rp3.600
Piutang usaha Rp180.000 Piutang usaha Rp180.000
15
Penjualan 1/1 Rp300.000
Retur 7/1 Rp120.000 (-) *)Syarat: 2/10, n/30
Penjualan bersih Rp180.000 2% x Rp180.000 = Rp3.600
Prive Rp10.000 Prive Rp10.000
18
Penjualan Rp10.000 Persediaan Rp10.000
Kas Rp90.000 Kas Rp90.000
Potongan tunai*) Rp0 Persediaan*) Rp0
21
Piutang usaha Rp90.000 Piutang usaha Rp90.000
*) potongan tunai melampaui syarat 1/10, n/30
Pembelian Rp120.000 Persediaan Rp120.000
24
Utang usaha Rp120.000 Utang usaha Rp120.000
Utang usaha Rp120.000 Utang usaha Rp120.000
Potongan tunai*) Rp4.800 Persediaan*) Rp4.800
31 Kas Rp115.200 Kas Rp115.200
*)Syarat: 4/10, n/30 *)Syarat: 4/10, n/30
4% x Rp120.000 = Rp4.800 4% x Rp120.000 = Rp4.800

c: Jumlah kas yang diterima dan dikeluarkan untuk bulan Januari 2013.

Penerimaan Kas: Pengeluaran Kas


03/01/2013 Rp100.000 15/01/2013 Rp176.400
13/01/2013 Rp48.500 21/01/2013 Rp90.000 (+)
31/01/2013 Rp115.200 (+) Rp266.400
Rp263.700

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


99

7. Pada akhir tahun 2013, dalam neraca saldo PDA terdapat akun-akun dengan saldonya masing-masing:
Persediaan Rp40.000 debet Menurut inventory taking , persediaan akhir di gudang adalah
Pembelian Rp10.000.000 debet Rp60.000
Potongan Pembelian Rp50.000 kredit Diminta:
Retur Pembelian Rp510.000 kredit a. Hitung beban pokok penjualan tahun 2013
Pangangkutan Pembelian Rp150.000 debet b. Jurnal penyesuaian dengan membentuk akun Beban Pokok
Penjualan Rp15.600.000 kredit Penjualan
Potongan Penjualan Rp900.000 debet c. Jurnal penyesuaian dengan membentuk akun Iktisar Laba-
Retur Penjualan Rp2.300.000 debet Rugi untuk menyesuaian akun barang dagangan.
(Sumber: Buku Akuntansi Pengantar, Slamet Sugiri Sodikin dan Bogat Agus Riyono, 2014; format disesuaikan)

a. Hitung beban pokok penjualan tahun 2013 b. Jurnal penyesuaian dengan membentuk akun
Persediaan awal Rp40.000 Beban Pokok Penjualan
(+) Pembelian Rp10.000.000
(+) Pengangkutan pembelian Rp150.000 Beban Pokok Penjualan Rp9.570.000
(-) Potongan pembelian Rp50.000 Persediaan (akhir) Rp60.000
(-) Retur pembelian Rp510.000 Retur pembelian Rp510.000
Penjualan bersih Rp9.590.000 (+) Potongan pembelian Rp50.000
Barang tersedia untuk dijual Rp9.630.000 Pembelian Rp10.000.000
Persediaan akhir Rp60.000 (-) Pengangkutan pembelian Rp150.000
Beban Pokok Penjualan Rp9.570.000 Persediaan (awal) Rp40.000

c. Jurnal penyesuaian dengan membentuk akun Iktisar Laba-Rugi untuk menyesuaian akun barang dagangan.

Iktisar Laba-Rugi Rp40.000 Persediaan (akhir) Rp60.000


Persediaan (awal) Rp40.000 Iktisar Laba-Rugi Rp60.000

8. Berikut ini daftar transaksi PS yang sudah dijurnal dan diposting ke akun buku besar. Anda diminta membuat
jurnal koreksi jika diperlukan.
a. Jual barang dagangan kepada TSN secara kredit sebesar Rp450.000 dicatat dengan penjualan kredit
kepada TST.
b. Terima cek dari pelanggan bernama TH sebesar Rp3.210.000 untuk melunasi utangnya, keliru dicatat
oleh pemegang buku dengan mengkredit akun kewajiban dagang (usaha) Rp2.310.000 sebagai akun lawan
dari akun kas sebesar itu juga.
c. Beli barang dagangan Rp160.000
senilai dengan wesel 6% , 60 hari dicatat perusahaan sebagai pembelian tunai
d. Dikeluarkan cek sebesar Rp1.136.520 untuk TL, untuk membayar pembelian barang dagangan kurang
dari 10 hari yang lalu dengan syarat 1/10, n/20, Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Utang Dagang (usaha) Rp1.136.520
Potongan Pembelian Rp11.370
Kas Rp1.125.150
(Sumber: Buku Akuntansi Pengantar, Slamet Sugiri Sodikin dan Bogat Agus Riyono, 2014; format disesuaikan)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


100

JURNAL SALAH JURNAL KOREKSI JURNAL KOREKSI


Piutang Usaha (TST) Rp450.000 Persediaan Rp450.000 Piutang Usaha (TSN) Rp450.000
a
Persediaan Rp450.000 Piutang Usaha (TST) Rp450.000 Persediaan Rp450.000
Kas Rp3.210.000 Utang usaha Rp3.210.000 Kas Rp3.210.000
b
Utang usaha Rp2.310.000 Kas Rp3.210.000 Piutang usaha Rp3.210.000
Persediaan Rp160.000 Kas Rp160.000 Persediaan Rp160.000
c
Kas Rp0 Persediaan Rp160.000 Piutang Wesel Rp160.000
Utang dagang Rp1.136.520 Potongan pembelian Rp11.370 Utang dagang Rp1.136.520
d Potongan pembelian Rp11.370 Kas Rp1.125.150 Potongan pembelian Rp11.365
Kas Rp1.125.150 Utang dagang Rp1.136.520 Kas Rp1.125.155

9. PT SM memiliki sejumlah toko yang tersebar di beberapa daerah. Daftar berikut ini adalah hasil operasi tahun
2013.
Toko
Uraian
I II III IV V VI
Penjualan Bruto Rp252.500 Rp319.250 Rp378.750 (g) Rp457.500 (l)
Retur Penjualan Rp2.500 Rp5.000 (d) Rp2.500 (j) Rp6.250
Penjualan Bersih Rp250.000 (a) Rp375.000 (h) Rp450.000 Rp500.000
Beban Pokok Penjualan Rp187.500 Rp62.500 (e) (i) Rp390.000 (m)
Laba Kotor Rp62.500 (b) (f) Rp100.000 (k) (n)
% Laba Kotor 25% (c) 33,3% 25,0% 13,3% 22,0%
Diminta:
Lengkapi Daftar tersebut dengan mengisi setiap uang yang kosong.
(Sumber: Buku Akuntansi Pengantar, Slamet Sugiri Sodikin dan Bogat Agus Riyono, 2014; format disesuaikan)

Toko II
(a)=Penjualan bersih = Penjualan bruto (-) Retur penjualan = Rp319.250 (-) Rp5.000 = Rp314.250
(b)=Penjualan bersih (-) Beban pokok penjualan = Rp314.250 (-) Rp62.500 = Rp251.750
(c)=% laba kotor = Laba kotor (:) Penjualan bersih = Rp251.750 (:) Rp314.250 = 80%
Toko III
(d)=Retur penjualan = Penjualan bruto - Penjualan bersih = Rp378.750 (-) Rp375.000 = Rp3.750
(f)=Jika % laba kotor 33,3% sedangkan penjualan bersih adalah 100% maka laba kotor dihitung dengan cara
mengalikan % laba kotor dengan penjualan
33,3% (x)
bersih
Rp375.000
= = Rp124.875
(e)=Penjualan bersih (-) Laba kotor = Rp375.000 (-) Rp124.875 = Rp250.125
Toko IV
(h)=Jika % laba kotor 25,0% adalah Rp100.000 ; maka Penjualan bersih adalah 100%-nya adalah
100% (:) 25,0% (x) laba kotor = 4 x laba kotor = 4 x Rp100.000 = Rp400.000
(i)=Beban pokok penjualan = Penjualan bersih (-) Laba kotor= Rp400.000 (-) Rp100.000 = Rp300.000
Penjualan bruto = Penjualan bersih (+) Retur penjualan = Rp400.000 (+) Rp2.500 = Rp402.500
Toko V
(j)=Retur penjualan = Penjualan bruto - Penjualan bersih = Rp457.500 (-) Rp450.000 = Rp7.500
(k)=Laba kotor = Penjualan bersih (-) Beban pokok penjualan = Rp450.000 (-) Rp390.000 = Rp60.000
Toko VI
(l)=Penjualan bruto = Penjualan bersih (+) Retur penjualan = Rp500.000 (+) Rp6.250 = Rp506.250
(n)=Laba kotor = 22,0% dari penjualan bersih= 22,0% (x) Rp500.000 = Rp110.000
(m)=Beban pokok penjualan = Penjualan bersih (-) Laba kotor= Rp500.000 (-) Rp110.000 = Rp390.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


101

Toko
Uraian
I II III IV V VI
Penjualan Bruto Rp252.500 Rp319.250 Rp378.750 Rp402.500 Rp457.500 Rp506.250
Retur Penjualan Rp2.500 Rp5.000 Rp3.750 Rp2.500 Rp7.500 Rp6.250
Penjualan Bersih Rp250.000 Rp314.250 Rp375.000 Rp400.000 Rp450.000 Rp500.000
Beban Pokok Penjualan Rp187.500 Rp62.500 Rp250.125 Rp300.000 Rp390.000 Rp390.000
Laba Kotor Rp62.500 Rp251.750 Rp124.875 Rp100.000 Rp60.000 Rp110.000
% Laba Kotor 25% 80% 33,3% 25,0% 13,3% 22,0%

10. Daftar berikut ini sebagaian informasi dari Neraca PT BB per 31 Maret 2013:
Persediaan 1/1/2013 Rp37.700
Retur Penjualan Rp5.650 Menurut inventory taking yang dilakukan pada 31 Maret 2013,
Kas Rp38.980 nilai persediaan adalah Rp40.000
Piutang Usaha Rp118.230
Penjualan Rp150.800 Diminta:
Potongan Penjualan Rp1.450 a. Hitung beban pokok penjualan untuk triwulan pertama 2013
Pembelian Rp80.550 b. Buatkan jurnal penyesuaian untuk mencatat beban pokok
Potongan Pembelian Rp1.900 penjualan dengan membuatkan akun beban pokok penjualan
Beban Sewa Gedung Rp600 c. Hitung laba bersih selama triwulan pertama 2013
Beban Administrasi Rp10.880
Beban Penjualan Rp15.890
Beban Pajak Penghasilan Rp13.120
(Sumber: Buku Akuntansi Pengantar, Slamet Sugiri Sodikin dan Bogat Agus Riyono, 2014; format disesuaikan)

a. Hitung beban pokok penjualan tahun 2013 b. Jurnal penyesuaian dengan membentuk akun
Persediaan awal Rp37.700 Beban Pokok Penjualan
(+) Pembelian Rp80.550
(+) Pengangkutan pembelian Rp0 Beban Pokok Penjualan Rp76.350
(-) Potongan pembelian Rp1.900 Persediaan (akhir) Rp40.000
(-) Retur pembelian Rp0 Retur pembelian Rp0
Penjualan bersih Rp78.650 (+) Potongan pembelian Rp1.900
Barang tersedia untuk dijual Rp116.350 Pembelian Rp80.550
Persediaan akhir Rp40.000 (-) Pengangkutan pembelian Rp0
Beban Pokok Penjualan Rp76.350 Persediaan (awal) Rp37.700

c. Hitung laba bersih selama triwulan pertama 2013

Penjualan Rp150.800
Retur Penjualan Rp5.650
Potongan Penjualan Rp1.450 (+)
Penjualan Bersih Rp157.900
Beban Pokok Penjualan Rp76.350 (-)
Laba Kotor Rp81.550
Beban Sewa Gedung Rp600
Beban Administrasi Rp10.880
Beban Penjualan Rp15.890
Beban Pajak Penghasilan Rp13.120 (+)
Tota beban Rp40.490 (-)
Laba Bersih Rp41.060

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


102

11. PT Niaga Sejahtera sebuah perusahaan distributor kalkulator sharp, memakai metode periodik
untuk pencatatan transaksinya. Selama bulan Januari 2006, transaksi yang terjadi:
03/01/2006 Terima pelunasan dari PT Mifasol Rp12.500.000
04/01/2006 Beli barang dagangan secara kredit Rp65.000.000 dari PT Masindo
05/01/2006 Dibayar beban perbaikan kendaraan Rp3.200.000 tunai
06/01/2006 Jual barang dagangan ke Toko Siswa secara tunai senilai Rp95.000.000 dengan
potongan tunai sejumlah Rp3.500.000
08/01/2006 Beli barang dagangan secara tunai dari PT Bushido sejumlah Rp50.000.000
dengan potongan tunai sejumlah Rp2.500.000
10/01/2006 Terima pelunasan dari PT ABC Rp45.000.000 dengan potongan tunai Rp2.000.000
12/01/2006 Beli peralatan kantor (3 buah komputer) Rp18.500.000 secara tunai
13/01/2006 Jual barang dagangan Rp67.000.000 dimana sebesar Rp25.000.000 dibayar
tunai dan sisa dilunasi dalam dua bulan.
14/01/2006 Beli peralatan kantor (meja, kursi, rak buku) secara kredit Rp15.000.000
15/01/2006 Beli perlengkapan kantor secara tunai Rp6.000.000
16/01/2006 Beli barang dagangan secara kredit Rp45.000.000 dari PT Masindo
17/01/2006 Bayar utang usaha kepada PT LaSiDo Rp35.000.000 dan mendapatkan potongan
tunai sejumlah Rp2.500.000
18/01/2006 Jual barang dagangan secara kredit Rp65.000.000 ke Toko Cerdas, dan diterima
secara tunai Rp35.000.000 dan memberi potongan tunai Rp2.000.000 dan akan
dibayar sisanya dalam dua bulan.
19/01/2006 Terima pelunasan piutang Toko DoReMi sejumlah Rp25.000.000 dan memberi
potongan tunai sejumlah Rp500.000
20/01/2006 Bayar beban listrik, air dan telpon sejumah Rp4.500.000 tunai
21/01/2006 Bayar beban iklan di harian Kompas sejumlah Rp4.200.000 tunai
22/01/2006 Jual barang dagangan secara kredit ke Toko Inteligensia Rp85.000.000
23/01/2006 Dijual barang dagangan secara tunai Rp35.000.000 dan memberi potongan tunai
sebesar Rp1.500.000 kepada Toko Maju Jaya
25/01/2006 Beli barang dagangan senilai Rp40.000.000 dimana sebesar Rp15.000.000
dibayar tunai dan mendapat potongan Rp500.000 dan sisa dibayar bulan depan.
28/01/2006 Bayar gaji pegawai sejumlah Rp6.000.000
29/01/2006 Bayar komisi salesman senilai Rp1.500.000
30/01/2006 Bayar dividen tunai sebesar Rp35.000.000
Catatlah transaksi PT Niaga Sejahtera selama bulan Januari 2006 tersebut menggunakan Jurnal Khusus.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)

PT NIAGA SEJAHTERA
JURNAL PENERIMAAN KAS (Sistem PERIODIK)
Bulan Januari 2006
DEBET KREDIT
Tanggal Keterangan Ref Potongan Lain-lain Kredit
Kas Penjualan Piutang Usaha
Penjualan Nama Akun Jumlah
03/01/2006 PT Mifasol 12.500.000 12.500.000
06/01/2006 Toko Siswa 91.500.000 3.500.000 95.000.000
10/01/2006 PT ABC 43.000.000 2.000.000 45.000.000
19/01/2006 Toko Doremi 25.500.000 500.000 25.000.000
23/01/2006 Toko MajuJaya 33.500.000 1.500.000 35.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


103

PT NIAGA SEJAHTERA
JURNAL PENGELUARAN KAS (Sistem PERIODIK)
Bulan Januari 2006
Akun Buku DEBET KREDIT
Tanggal Pembantu Ref Lain-lain Debet Potongan
Utang Dagang Pembelian KAS
Yang di-Kredit Nama Akun Jumlah Pembelian
05/01/2006 Biaya Servis Beban Servis 3.200.000 3.200.000
08/01/2006 PT Bushido 50.000.000 2.500.000 47.500.000
12/01/2006 Peralatan Peralatan Kantor 18.500.000 18.500.000
15/01/2006 Perlengkapan Perlengkapan kantor 6.000.000 6.000.000
17/01/2006 PT Lasido 35.000.000 2.500.000 32.500.000
20/01/2006 Beban listrik Beban listrik, air 4.500.000 4.500.000
21/01/2006 Beban iklan Beban iklan 4.200.000 4.200.000
28/01/2006 Beban gaji Beban gaji 6.000.000 6.000.000
29/01/2006 Komisi Sales Beban Penjualan 1.500.000 1.500.000
30/01/2006 Dividen tunai Beban Dividen 35.000.000 35.000.000

PT NIAGA SEJAHTERA
JURNAL PEMBELIAN (Sistem PERIODIK)
Bulan Januari 2006
Akun Pembantu DEBET KREDIT
Tanggal Piutang yang Ref Lain-lain Debet Utang Usaha Lain-lain Kredit
Pembelian
di-Kredit Nama Akun Jumlah Nama Akun Jumlah
04/01/2006 PT Masindo Rp65.000.000 Rp65.000.000
14/01/2006 Peralatan kantor Perlatan kantor Rp15.000.000 Rp15.000.000
16/01/2006 PT Masindo Rp45.000.000 Rp45.000.000
25/01/2006 Beli barang Rp40.000.000 Rp500.000 Rp25.500.000 Kas Rp15.000.000

PT NIAGA SEJAHTERA
JURNAL PENJUALAN (Sistem PERiODIK)
Bulan Januari 2006
DEBET KREDIT
Tanggal Akun Pembantu Piutang Ref Lain-lain
Piutang Usaha Kas Jumlah Penjualan
yang Di-Kredit Debet
13/01/2006 Penjualan sebagian tunai Rp42.000.000 Rp25.000.000 Rp67.000.000
18/01/2006 Toko Cerdas Rp32.000.000 Rp35.000.000 Potongan tunai Rp2.000.000 Rp65.000.000
22/01/2006 Toko Inteligensia Rp85.000.000 Rp85.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


104

12. PT Jaya Makmur adalah perusahaan distributor pompa air merek "Sanyo". Transaksi yang terjadi
dicatat memakai metode perpetual. Transaksi bulan Januari sebagai berikut:
03/01/2006 Dibeli peralatan kantor (meja, kursi, rak buku) secara kredit sebesar Rp19.000.000
04/01/2006 Dibeli perlengkapan kantor di Toko AteKa sebesar Rp6.000.000 tunai
05/01/2006 Bayar biaya perbaikan kendaraan Rp4.700.000 tunai
06/01/2006 Dijual barang dagangan dengan berHPP Rp67.000.000 seharga Rp78.000.000
ke Toko Pembangunan secara tunai, dengan memberi potongan tunai Rp3.500.000
08/01/2006 Beli barang dagangan dari PT Sonyindo sejumlah Rp55.000.000 secara tunai
dan mendapat potongan tunai Rp2.500.000
09/01/2006 Terima pelunasan piutang Rp65.000.000 dari Toko Bangun Persada
10/01/2006 Dibeli barang dagangan secara kredit dari PT Sonyindo sejumlah Rp65.000.000
11/01/2006 Terima pelunasan dari PT ABC Rp67.000.000 dengan potongan tunai Rp2.000.000
12/01/2006 Beli peralatan kantor (3 buah komputer) Rp15.500.000 secara tunai
13/01/2006 Jual barang dagangan dengan HPP Rp60.000.000 seharga Rp75.000.000
dimana dari jumlah tersebut telah diterima secara tunai Rp25.000.000 kemudian
sisanya dibayar dalam dua bulan ke depan.
16/01/2006 Beli barang dagangan dari PT Sonyindo sejumlah Rp72.000.000 secara kredit.
17/01/2006 Bayar utang usaha ke PT Sonyindo sejumlah Rp45.000.000 dengan mendapatkan
potongan tunai sebesar Rp1.500.000
18/01/2006 Jual barang dagangan dengan HPP Rp52.000.000 seharga Rp65.000.000
kepada Toko Telaga Biru, dan telah diterima tunai Rp45.000.000 dan memberikan
potongan tunai Rp2.000.000 dan sisanya dibayar dalam 2 bulan.
19/01/2006 Terima pelunasan piutang Rp22.000.000 dari Toko Doremi dan diberi potongan
tunai sejumlah Rp500.000
20/01/2006 Bayar beban listrik, air dan telpon Rp6.400.000 tunai
21/01/2006 Bayar beban iklan di harian Kompas Rp4.600.000 tunai
22/01/2006 Dijual barang dagangan dengan HPP Rp68.000.000 secara kredit ke Toko Merah
seharga Rp85.000.000
23/01/2006 Dijual barang dagangan dengan HPP Rp32.000.000 secara tunai dengan harga
sebesar Rp40.000.000 kepada PT Priangan dengan potongan tunai Rp1.500.000
25/01/2006 Beli barang dagangan Rp42.000.000 dari PT Sanyindo, dan telah dibayar tunai
sebesar Rp17.000.000 dengan potongan tunai sejumlah Rp1.000.000 dan
sisanya dibayar bulan depan.
28/01/2006 Bayar gaji pegawai sejumlah Rp7.500.000
29/01/2006 Bayar komisi salesman senilai Rp2.500.000
30/01/2006 Bayar dividen tunai sebesar Rp35.000.000
Catatlah transaksi PT Jaya Makmur selama bulan Januari 2006 tersebut menggunakan Jurnal Khusus.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)

PT JAYA MAKMUR
JURNAL PENERIMAAN KAS (Sistem PERPETUAL)
Bulan Januari 2006
DEBET KREDIT
Tanggal Keterangan Ref Potongan Lain-Lain Debit Lain-Lain Kredit
Kas Penjualan Piutang Usaha
Penjualan Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah
06/01/2006 Penjualan tunai 74.500.000 3.500.000 Harga Pokok Penj. 67.000.000 78.000.000 Persediaan 67.000.000
09/01/2006 Bangun Persada 65.000.000 65.000.000
19/01/2006 Toko Doremi 21.500.000 500.000 22.000.000
23/01/2006 PT Priangan 38.500.000 1.500.000 Harga Pokok Penj. 32.000.000 40.000.000 Persediaan 32.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


105

PT JAYA MAKMUR
JURNAL PENGELUARAN KAS (Sistem PERPETUAL)
Bulan Januari 2006
Akun Buku DEBET KREDIT
Tanggal Pembantu Ref Lain-lain Debet Potongan
Utang Dagang Persediaan KAS
Yang di-Kredit Nama Akun Jumlah Pembelian
04/01/2006 Perlengkapan Perlengkapan kantor 6.000.000 6.000.000
05/01/2006 Reparasi kendaraan Beba reparasi kdran 4.700.000 4.700.000
08/01/2006 Pembelian tunai 55.000.000 2.500.000 52.500.000
17/01/2006 PT Sonyindo 45.000.000 1.500.000 43.500.000
20/01/2006 PLN/PAM Beban listrik dan air 6.400.000 6.400.000
21/01/2006 Harian kompas Beban Iklan 4.600.000 4.600.000
28/01/2006 Gaji pegawai Beban gaji dan upah 7.500.000 7.500.000
29/01/2006 Komosi salesman beban pemasaran 2.500.000 2.500.000
30/01/2006 Dividen tunai beban dividen 35.000.000 35.000.000

PT JAYA MAKMUR
JURNAL PENJUALAN (Sistem PERPETUAL)
Bulan Januari 2006
Akun Pembantu DEBET KREDIT
Tanggal Piutang yang Ref Harga Pokok Lain-Lain Debet
Piutang Dagang Penjualan Persediaan
di-Debet Penjualan Nama Akun Jumlah
13/01/2006 Tunai dan kredit Rp50.000.000 Rp60.000.000 Kas 25.000.000 Rp75.000.000 Rp60.000.000
Toko Telaga Biru Rp18.000.000 Rp52.000.000 Potongan tunai 2.000.000 Rp65.000.000 Rp52.000.000
18/01/2006
Kas 45.000.000
22/01/2006 Toko Merah Rp68.000.000 Rp68.000.000 Rp68.000.000 Rp68.000.000

PT JAYA MAKMUR
JURNAL PEMBELIAN (Sistem PERPETUAL)
Bulan Januari 2006
Akun Pembantu DEBET KREDIT
Tanggal Piutang yang Ref Lain-lain Debet Lain-Lain Kredit
Persediaan Utang Usaha
di-Kredit Nama Akun Jumlah Nama Akun Jumlah
03/01/2006 Beli Peralatan Peralatan kantor Rp19.000.000 Rp19.000.000
10/01/2006 PT Sonyindo Rp72.000.000 Rp72.000.000
Kas Rp17.000.000
25/01/2006 PT Sonyindo Rp42.000.000 Rp24.000.000
Potongan tunai Rp1.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


106

13. PT Jaya Makmur distributor kompor gas, memakai metode periodik untuk mencatat transaksi. Data
pada awal tahun 2006, Necara Saldo perusahaan sebagai berikut:
Kas Rp200.000.000 Depresiasi AT Akumulasian Rp64.000.000
Piutang Dagang Rp178.000.000 Utang Dagang Rp125.000.000
Persediaan Rp90.000.000 Utang Bank Rp330.000.000
Perlengkapan Kantor Rp12.000.000 Modal Saham Rp275.000.000
Aktiva Tetap-Gedung Rp438.000.000 Laba ditahan Rp124.000.000
Selama bulan Januari 2006, transaksi perusahaan adalah sebagai berikut:
03/01/2006 Dibeli barang dagangan secara tunai Rp60.000.000 dari PT KomporJaya dengan
diskon sebesar Rp4.000.000
04/01/2006 Beli aktiva tetap (5 komputer), secara tunai Rp26.000.000
05/01/2006 Dibeli barang dagangan secara kredit totalnya Rp77.000.000 dari PT KomporJaya
06/01/2006 Dibeli aktiva tetap (meja, kursi, dan rak buku) secara kredit Rp16.000.000
07/01/2006 Beli perlengkapan kantor secara tunai Rp17.000.000
08/01/2006 Terima pelunasan PT Kompor Kita Rp32.000.000 dengan diskon Rp2.000.000
09/01/2006 Terima pelunasan piutang Toko Mentari sebesar Rp17.500.000
10/01/2006 Bayar biaya perbaikan kendaraan Rp5.600.000 tunai
11/01/2006 Jual barang dagangan secara tunai Rp76.000.000 ke Toko Sinar Mas, serta
membei potongan penjualan sejumlah Rp3.000.000
12/01/2006 Bayar listrik dan air secara tunai Rp5.200.000
13/01/2006 Membayar beban iklan di harian Kompas sebesar Rp6.500.000 tunai
15/01/2006 Jual barang dagangan secara kredit Rp85.000.000 ke Toko Sinar Mas
16/01/2006 Bayar dividen tunai sebesar Rp26.000.000
17/01/2006 Jual barang dagangan Rp65.000.000 sejumlah Rp25.000.000 dibayar tunai
dan sisa dilunasi dalam dua bulan. Pembelinya adalah Toko Harapan Jaya
19/01/2006 Beli barang dagangan secara kredit Rp40.000.000 dari PT Kompor Jaya
20/01/2006 Bayar utang usaha ke PT Kompor Jaya sebesar Rp65.000.000 dan mendapat
potongan sebanyak Rp4.500.000
22/01/2006 Jual barang dagangan senilai Rp72.000.000 ke Toko Maju Terus, dan telah
diterima tunai sebesar Rp37.000.000 dan memberi potongan tunai Rp2.000.000
kemudian sisanya dibayar dalam dua bulan.
24/01/2006 Terima pelunasan piutang Toko ApiBiru Rp26.000.000 dengan potongan tunai
sejumlah Rp500.000
26/01/2006 Jual barang dagangan secara tunai Rp55.000.000 dan memberi potongan tunai
sebesar Rp2.000.000 kepada Toko Dua Saudara
27/01/2006 Beli barang dagangan senilai Rp42.000.000 dimana sebesar Rp17.000.000
dibayar tunai serta mendapat potongan tunai Rp1.000.000 dan sisa dibayar bulan
depan.
28/01/2006 Bayar gaji pegawai sejumlah Rp9.600.000 tunai
29/01/2006 Bayar komisi salesman sejunkah Rp3.800.000 tunai
Berdasarkan data di atas diminta:
a. Catatlah transaksi dan penyesuaian dalam Jurnal Khusus
b. Posting semua transaksi dari buku jurnal ke buku besar (gunakan akun T)
c Buatlah Neraca Saldo yang diperlukan
d. Buatlah Laporan keuangan per 31 Januari 2006
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


107

a. Catatan transaksi dan penyesuaian dalam Jurnal Khusus


PT JAYA MAKMUR
JURNAL PENERIMAAN KAS (Sistem PERIODIK)
Bulan Januari 2006
DEBET KREDIT
Tanggal Keterangan Ref Potongan Lain-Lain Kredit
Kas Penjualan Piutang Dagang
Penjualan Keterangan Jumlah
08/01/2006 PT Kompor Kita 30.000.000 2.000.000 32.000.000
09/01/2006 Toko Mentari 17.500.000 17.500.000
11/01/2006 Toko SinarMas 73.000.000 3.000.000 76.000.000
24/01/2006 Toko ApiBiru 25.500.000 500.000 26.000.000
26/01/2006 Toko DuaSaudara 53.000.000 2.000.000 55.000.000

PT JAYA MAKMUR
JURNAL PENGELUARAN KAS (Sistem PERIODIK)
Bulan Januari 2006
Akun Buku DEBET KREDIT
Tanggal Pembantu Ref Lain-lain Debet Potongan
Utang Dagang Pembelian KAS
Yang di-Kredit Nama Akun Jumlah Pembelian
03/01/2006 PT Kompor Jaya 60.000.000 4.000.000 56.000.000
04/01/2006 Aktiva tetap Aktiva tetap komputer 26.000.000 26.000.000
07/01/2006 Perengkapan Perlengkapan kantor 17.000.000 17.000.000
10/01/2006 Reparasi Reparasi kendaraan 5.600.000 5.600.000
12/01/2006 PLN, PDAM Beban listrik dan air 5.200.000 5.200.000
13/01/2006 Harian Kompas Beban iklan 6.500.000 6.500.000
16/01/2006 Dividen Dividen tunai 26.000.000 26.000.000
20/01/2006 PT Kompor Jaya 65.000.000 4.500.000 60.500.000
28/01/2006 Bayar Gaji Beban gaji dan upah 9.600.000 9.600.000
29/01/2006 Bayar Komisi beban pemasaran 3.800.000 3.800.000

PT JAYA MAKMUR
JURNAL PEMBELIAN (Sistem PERIODIK)
Bulan Januari 2006
Akun Pembantu DEBET KREDIT
Tanggal Piutang yang Ref Lain-lain Debet Lain-lain Kredit
Pembelian Utang Usaha
di-Kredit Nama Akun Jumlah Nama Akun Jumlah
05/01/2006 PT Kompor Jaya Rp77.000.000 Rp77.000.000
06/01/2006 Aktiva tetap Aktiva Furnitur Rp16.000.000 Rp16.000.000
19/01/2006 PT Kompor Jaya Rp40.000.000 Rp40.000.000
Kas Rp17.000.000
27/01/2006 Pembelian Rp42.000.000 Rp24.000.000
Potongan tunai Rp1.000.000

PT JAYA MAKMUR
JURNAL PENJUALAN (Sistem PERiODIK)
Bulan Januari 2006
Akun Pembantu DEBET KREDIT
Tanggal Ref
Piutang Di-Kredit Piutang Dagang Kas Lain-lain Debet Jumlah Penjualan
15/01/2006 Toko Sinar Mas Rp85.000.000 Rp85.000.000
17/01/2006 PT Harapan Jaya Rp40.000.000 Rp25.000.000 Rp65.000.000
22/01/2006 PT Maju Terus Rp33.000.000 Rp37.000.000 Potongan tunai Rp2.000.000 Rp72.000.000
NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW
108

b. Posting transaksi dari buku jurnal ke buku besar (gunakan akun T)


Kas Piutang Dagang Persediaan
Sa 200.000.000 3 56.000.000 Sa 178.000.000 8 32.000.000 Sa 90.000.000
8 30.000.000 4 26.000.000 15 85.000.000 9 17.500.000
9 17.500.000 7 17.000.000 17 40.000.000 24 26.000.000 90.000.000
11 73.000.000 10 5.600.000 22 33.000.000 So 90.000.000
17 25.000.000 12 5.200.000 22 336.000.000 75.500.000
22 37.000.000 13 6.500.000 So 260.500.000 Utang Dagang
24 25.500.000 16 26.000.000 20 65.000.000 Sa 125.000.000
25 53.000.000 20 60.500.000 Perlengkapan kantor 5 77.000.000
27 17.000.000 Sa 12.000.000 6 16.000.000
28 9.600.000 7 17.000.000 19 40.000.000
29 3.800.000 27 24.000.000
461.000.000 233.200.000 29.000.000 65.000.000 282.000.000
So 227.800.000 So 29.000.000 So 217.000.000

Aktiva Tetap Utang Bank Pembelian


Sa 438.000.000 Sa 330.000.000 3 60.000.000
5 77.000.000
438.000.000 - - 330.000.000 19 40.000.000
So 438.000.000 So So 330.000.000 27 42.000.000
219.000.000
So 219.000.000

Depresiasi Aktiva Tetap Akumulasian Beban Komisi-Pemasaran Aktiva Tetap-Komputer


Sa 64.000.000 29 3.800.000 4 26.000.000

64.000.000 3.800.000 26.000.000


So 64.000.000 So 3.800.000 So 26.000.000

Modal Saham Beban Iklan Potongan Penjualan


Sa 275.000.000 16 6.500.000 8 2.000.000
11 3.000.000
- 275.000.000 6.500.000 22 500.000
So 275.000.000 So 6.500.000 24 2.000.000
25 2.000.000
Laba ditahan Beban Reparasi Kendaraan 9.500.000
Sa 124.000.000 10 5.600.000 So 9.500.000

- 124.000.000 5.600.000 Bebab Gaji dan Upah


So 124.000.000 So 5.600.000 28 9.600.000

Aktiva Tetap-Furnitur Beban Listrik, Telpon, Air 9.600.000 -


6 16.000.000 12 5.200.000 So 9.600.000

16.000.000 - 5.200.000 Beban Dividen


So 16.000.000 So 5.200.000 13 26.000.000

Penjualan Potongan Pembelian 26.000.000 -


11 85.000.000 3 4.000.000 So 26.000.000
15 76.000.000 20 4.500.000
17 65.000.000 ## 27 1.000.000 Harga Pokok Penjualan
22 55.000.000 - 9.500.000 31a 90.000.000
25 72.000.000 So 9.500.000
- 353.000.000 - 90.000.000
353.000.000 90.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


109

c Neraca Saldo yang diperlukan dan d. Laporan keuangan per 31 Januari 2006

PT JAYA MAKMUR PT JAYA MAKMUR


Neraca Saldo (Sistem PERiODIK) Laporan Laba Rugi (Sistem PERiODIK)
Per 31 Januari 2006 Bulan Januari 2006
Akun DEBET KREDIT Penjualan Rp353.000.000
Kas Rp227.800.000 Potongan Penjualan Rp9.500.000
Piutang Dagang Rp260.500.000 Retur Penjualan Rp0 (+)
Persediaan Rp90.000.000 Penjualan Bersih Rp343.500.000
Perlengakan Kantor Rp29.000.000 Beban Pokok Penjualan
Aktiva Tetap-Gedung Rp438.000.000 Persediaan awal Rp90.000.000
Aktiva Tetap-Fornitur Rp16.000.000 Pembelian Rp219.000.000 (+)
Aktiva Tetap-Komputer Rp26.000.000 Beban angkut pembelian Rp0 (+)
Akumulasi Depresiasi Aktiva tetap Rp64.000.000 Potongan pembelian Rp9.500.000 (-)
Utang Dagang Rp217.000.000 Retur Pembelian Rp0 (-)
Utang Bank Rp330.000.000 Pembelian Bersih Rp209.500.000 (+)
Laba Ditahan Rp124.000.000 Barang tersedia Dijual Rp299.500.000
Modal Saham Rp275.000.000 Persediaan Bahan Akhir Rp90.000.000 (-)
Pembelian Rp219.000.000 Beban Pokok Penjualan Rp209.500.000 (-)
Potongan Pembelian Rp9.500.000 Laba Bruto Rp134.000.000
Penjualan Rp353.000.000 Beban-Beban:
Potongan Penjualan Rp9.500.000 Beban Gaji dan Upah Rp9.600.000 (+)
Dividen Rp26.000.000 Beban Iklan Rp6.500.000 (+)
Beban Gaji dan Upah Rp9.600.000 Beban Komisi Pemasaran Rp3.800.000 (+)
Beban Iklan Rp6.500.000 Beban listrik, telpon, air Rp5.200.000 (+)
Beban Komisi Pemasaran Rp3.800.000 Beban Reparasi Rp5.600.000 (+)
Beban listrik, telpon, air Rp5.200.000 Total Beban Rp30.700.000 (-)
Beban Reparasi Rp5.600.000 Laba Periode Rp103.300.000
TOTAL Rp1.372.500.000 Rp1.372.500.000

PT JAYA MAKMUR PT JAYA MAKMUR


Laporan Perubahan Laba Ditahan (Sistem PERiODIK) Neraca (Sistem PERiODIK)
Bulan Januari 2006 per 31 Januari 2006
AKTIVA PASIVA
Laba ditahan awal periode Rp124.000.000 Kas Rp227.800.000 Utang Dagang Rp217.000.000
Laba bulan januari 2006 Rp103.300.000 (+) Piutang Dagang Rp260.500.000 Utang Bank Rp330.000.000
Total Laba Rp227.300.000 Persediaan Rp90.000.000
Dividen Rp26.000.000 (-) Perlengakan Kantor Rp29.000.000
Laba ditahan akhir periode Rp201.300.000 Aktiva Tetap-Gedung Rp438.000.000
Aktiva Tetap-Fornitur Rp16.000.000 Laba Ditahan Rp201.300.000
Aktiva Tetap-Komputer Rp26.000.000 Modal Saham Rp275.000.000
Akumulasi Depresiasi Aktiva tetap (Rp64.000.000)
Total Debet Rp1.023.300.000 Total Kredit Rp1.023.300.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


110

14. PT Maju Terus distributor Kompor Gas, menggunakan metode perpetual dalam transaksinya.
Neraca pada awal tahun 2006 sebagai berikut:
Kas 180.000.000 Gedung 170.000.000
Piutang Dagang 178.000.000 Akumulasi Depresiasi Gedung 30.000.000
Persediaan 190.000.000 Tanah 108.000.000
Perlengkapan Kantor 12.000.000 Utang Dagang 125.000.000
Peralatan Kantor 40.000.000 Utang Bank 330.000.000
Akumlasi Depresiasi Peralatan Kantor 10.000.000 Modal Saham 375.000.000
Kendaraan 120.000.000 Laba ditahan 104.000.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan 24.000.000
Selama bulan Januari 2006, transaksi perusahaan adalah sebagai berikut:
03/01/2006 Beli barang dagangan secara tunai Rp49.000.000 dari PT Rinai Jaya dengan
diskon sebesar Rp3.000.000
04/01/2006 Beli aktiva tetap (meja, kursi, dan rak buku) secara kredit Rp13.000.000
06/01/2006 Terima pelunasan PT Kompor Hidup Rp42.000.000 dengan diskon Rp2.000.000
07/01/2006 Beli aktiva tetap (5 komputer), secara tunai Rp26.000.000
08/01/2006 Terima pelunasan Toko Laris Manis Rp14.500.000 dalam bentuk uang tunai
09/01/2006 Beli barang dagangan secara kredit totalnya Rp77.000.000 dari PT Rina Jaya
10/01/2006 Bayar biaya perbaikan kendaraan Rp5.600.000 tunai
11/01/2006 Jual barang dagangan dengan HPP Rp67.500.000 ke Toko Sinar Mas, seharga
total Rp90.000.000 langsung dibayar tunai, dengan potongan penjualan sebesar
Rp4.500.000
12/01/2006 Bayar beban listrik, air dan telpon Rp7.800.000 tunai
13/01/2006 Bayar beban iklan harian Kompas sebesar Rp6.800.000 tunai
15/01/2006 Jual barang dagangan dengan HPP Rp82.500.000 ke Toko Sinar Mas, seharga
total Rp110.000.000 Penjualan ini adalah penjualan kredit.
16/01/2006 Bayar dividen tunai sebesar Rp38.000.000
17/01/2006 Jual barang dagangan dengan HPP Rp60.000.000 ke Toko Harapan, seharga
total Rp80.000.000 dimana sebesar Rp35.000.000 dibayar tunai dan sisanya
dilunasi dalam waktu dua bulan
18/01/2006 Dibeli perlengkapan kantor secara tunai Rp17.000.000
19/01/2006 Dibeli barang dagangan secara kredit total Rp38.000.000 dari PT Rina Jaya
20/01/2006 Bayar utang usaha kepada PT Rina Jaya sejumlah Rp46.000.000 dan mendapat
potongan sebanyak Rp2.500.000
22/01/2006 Jual barang dagangan dengan HPP Rp52.500.000 ke Toko Maju Jaya, seharga
total Rp70.000.000 dimana sebesar Rp35.000.000 dibayar tunai dan sisanya
dilunasi dalam waktu dua bulan. Toko Maju Jaya mendapat potongan Rp2.000.000
24/01/2006 Terima pelunasan dari Toko Doremi sejumlah Rp22.000.000 dengan potongan
sebesar Rp500.000
26/01/2006 Jual barang dagangan ber-HPP Rp37.500.000 ke Toko Nusa Dua, dengan harga
Rp50.000.000 ini adalah transaksi tunai dengan potongan Rp2.500.000
27/01/1900 Beli barang dagangan senilai Rp38.000.000 dimana sebesar Rp15.000.000
tunai dan mendapat potongan tunai Rp500.000 dan sisa dibayar bulan depan.
28/01/2006 Bayar gaji pegawai sejumlah Rp8.200.000 tunai
29/01/2006 Bayar komisi salesman senilai Rp3.700.000 tunai
Keterangan lain yang diperoleh:
a. Beban depresiasi kendaraan bulan Januari 2006 sebesar Rp1.700.000
b. Beban depresiasi gedung bulan Januari 2006 sebesar Rp1.600.000
c. Perlengkapan kantor yang tersisa sebesar Rp11.000.000
a. Beban depresiasi Peralatan Kantor Januari 2006 sebesar Rp1.200.000
Berdasarkan data di atas diminta:
a. Catatlah transaksi dan penyesuaian dalam Jurnal Khusus dan buku jurnal serba-serbi.
b. Posting semua transaksi dari buku jurnal ke buku besar (gunakan akun T)
c. Buatlah Neraca Saldo yang diperlukan
d. Buatlah Laporan keuangan per 31 Januari 2006
NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)
111

PT MAJU TERUS
JURNAL PENERIMAAN KAS (Sistem PERPETUAL, dalam Rp)
Bulan Januari 2006
DEBET KREDIT
Tanggal Keterangan Ref Potongan
Kas Piutang Dagang
Penjualan
06/01/2006 PT Kompor Hidup 40.000.000 2.000.000 42.000.000
08/01/2006 Toko Laris Manis 14.500.000 14.500.000
24/01/2006 Toko Doremi 21.500.000 500.000 22.000.000

PT MAJU TERUS
JURNAL PENGELUARAN KAS (Sistem PERPETUAL, dalam Rp)
Bulan Januari 2006
Akun Buku DEBET KREDIT
Tanggal Pembantu Ref Lain-lain Debet Potongan
Utang Dagang Persediaan KAS
Yang di-Kredit Nama Akun Jumlah Pembelian
03/01/2006 PT Rina Jaya 49.000.000 3.000.000 46.000.000
07/01/2006 Aktiva Tetap Aktiva Tetap-Komputer 26.000.000 26.000.000
10/01/2006 Repasasi kendaraan Beban Reparasi 5.600.000 5.600.000
12/01/2006 PLN, PDAM Beban listrik, air 7.800.000 7.800.000
13/01/2006 Harian Kompas Beban Iklan 6.800.000 6.800.000
16/01/2006 Dividen tunai Dividen tunai 38.000.000 38.000.000
18/01/2006 Perlengkapan Ktr. Perlengapan kantor 17.000.000 17.000.000
20/01/2006 PT Rina Jaya 46.000.000 2.500.000 43.500.000
28/01/2006 Gaji dan upah Beban gaji dan upah 8.200.000 8.200.000
29/01/2006 Komis salesman Beban komis sales 3.700.000 3.700.000

PT MAJU TERUS
JURNAL PENJUALAN (Sistem PERPETUAL, dalam Rp)
Bulan Januari 2006
Akun Pembantu DEBET KREDIT
Tanggal Piutang yang Ref Harga Pokok Lain-Lain Debet
Piutang Dagang Penjualan Persediaan
di-Debet Penjualan Nama Akun Jumlah
Kas 85.500.000
11/01/1900 Toko Sinar Mas 67.500.000 90.000.000 67.500.000
Potongan tunai 4.500.000
15/01/2006 Toko Harapan 110.000.000 82.500.000 110.000.000 82.500.000
17/01/2006 Toko Harapan 45.000.000 60.000.000 Kas 35.000.000 80.000.000 60.000.000
Potongan tunai 2.000.000
22/01/2006 Toko Maju Jaya 33.000.000 52.500.000 70.000.000 52.500.000
Kas 35.000.000
Kas 47.500.000
26/01/2006 Toko Nusa Dua 37.500.000 50.000.000 37.500.000
Potongan tunai 2.500.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


112

PT MAJU TERUS
JURNAL PEMBELIAN (Sistem PERPETUAL, dalam rupaih)
Bulan Januari 2006
Akun Pembantu DEBET KREDIT
Tanggal Piutang yang Ref Lain-lain Debet Lain-Lain Kredit
Persediaan Utang Dagang
di-Kredit Nama Akun Jumlah Nama Akun Jumlah
04/01/2006 Aktiva Tetap Aktiva tetap-furnitur 13.000.000 13.000.000
09/01/2006 PT Rina Jaya 77.000.000 77.000.000
19/01/2006 PT Rina Jaya 38.000.000 38.000.000
Pot Pembelian 500.000
27/01/1900 Pembelian 38.000.000 22.500.000
Kas 15.000.000

PT MAJU TERUS
JURNAL UMUM
Bulan Januari 2006
Tanggal Nama Akun Ref DEBET KREDIT
Beban depresiasi kendaraan 1.700.000
31/01/2006 JP1
Akumulasi depresiasi kendaraan 1.700.000
Beban depresiasi gedung 1.600.000 Perlengkapan kantor awal 12.000.000
31/01/2006 JP2
Akumulasi depresiasi gedung 1.600.000 Beli 18/01/2006 17.000.000 (+)
Beban depresiasi peralatan 1.200.000 Perlengkapan kantor tersedia 29.000.000
31/01/2006 JP3
Akumulasi depresiasi peralatan 1.200.000 Perlengkapan kantor akhir 11.000.000 (-)
Beban perlenglaoan 18.000.000 Beban Perlengkapan 18.000.000
31/01/2006 JP4
Perlengkapan kantor 18.000.000

b. Posting semua transaksi dari buku jurnal ke buku besar (gunakan akun T)

Kas Piutang Dagang Persediaan


Sa 180.000.000 3 46.000.000 Sa 178.000.000 6 42.000.000 Sa 190.000.000 11 67.500.000
6 40.000.000 7 26.000.000 15 110.000.000 8 14.500.000 3 49.000.000 15 82.500.000
8 14.500.000 10 5.600.000 17 45.000.000 24 22.000.000 9 77.000.000 17 60.000.000
11 85.500.000 12 7.800.000 22 33.000.000 9 38.000.000 22 52.500.000
17 35.000.000 13 6.800.000 366.000.000 78.500.000 26 38.000.000 26 37.500.000
22 35.000.000 16 38.000.000 So 287.500.000 392.000.000 300.000.000
24 21.500.000 18 17.000.000 So 92.000.000
26 47.500.000 20 43.500.000 Perlengkapan Kantor
26 15.000.000 Sa 12.000.000 JP4 18.000.000 Utang Bank
28 8.200.000 18 17.000.000 - Sa 330.000.000
29 3.700.000 29.000.000 18.000.000
459.000.000 217.600.000 So 11.000.000 - 330.000.000
So 241.400.000 So 330.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


113

Peralatan Kantor Akumulasi Depresiasi Peralatan Kantor Modal Saham


Sa 40.000.000 - Sa 10.000.000 Sa 375.000.000
- - JP3 1.200.000
40.000.000 - 11.200.000 - 375.000.000
So 40.000.000 So 11.200.000 So 375.000.000

Kendaraan Akumulasi Depresiasi Kendaraan Laba ditahan


Sa 120.000.000 - Sa 24.000.000 Sa 104.000.000
- - JP1 1.700.000
120.000.000 - 25.700.000 - 104.000.000
So 120.000.000 So 25.700.000 So 104.000.000

Gedung Akumulasi Depresiasi Gedung Beban Depresiasi Kendaraan


Sa 170.000.000 Sa 30.000.000 31 1.700.000
- - JP2 1.600.000
170.000.000 - 31.600.000 1.700.000
So 170.000.000 So 31.600.000 So 1.700.000

Tanah Beban Depresiasi Peralatan Beban Reparasi Kendaraan


Sa 108.000.000 JP3 1.200.000 JP1 5.600.000
- - -
108.000.000 1.200.000 5.600.000
So 108.000.000 So 1.200.000 So 5.600.000

Beban Depresiasi Gedung Dividen Beban Gaji dan Upah


JP2 1.600.000 16 38.000.000 28 8.200.000
- -
1.600.000 38.000.000 8.200.000
So 1.600.000 So 38.000.000 So 8.200.000

Aktiva Tetap-Komputer Aktiva Tetap-Fornitur Beban Listrik, Telpon, air


7 26.000.000 4 13.000.000 12 7.800.000

26.000.000 13.000.000 7.800.000


So 26.000.000 So 13.000.000 So 7.800.000

Beban Iklan Beban Komisi Sales Penjualan


13 6.800.000 29 3.700.000 11 90.000.000
15 110.000.000
6.800.000 3.700.000 17 80.000.000
So 6.800.000 So 3.700.000 22 70.000.000
26 50.000.000
Potonga Pembelian Potongan Penjualan
3 3.000.000 6 2.000.000 - 400.000.000
20 2.500.000 11 4.500.000 400.000.000
26 500.000 22 2.000.000
24 500.000 Utang Dagang
- 6.000.000 26 2.500.000 20 46.000.000 Sa 125.000.000
6.000.000 11.500.000 - 4 13.000.000
11.500.000 9 77.000.000
Harga Pokok Penjualan 19 38.000.000
11 67.500.000 26 22.500.000
15 82.500.000 Beban Perlengkapan
17 60.000.000 JP4 18.000.000 46.000.000 275.500.000
22 52.500.000 So 229.500.000
26 37.500.000 18.000.000
300.000.000 - So 18.000.000
300.000.000
NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW
114

b. Neraca Saldo per 28 Pebruari 2013.


PT MAJU TERUS
Neraca Saldo
Per 31 Januari 2006
NAMA AKUN DEBET KREDIT
Kas 241.400.000
Piutang Dagang Rp287.500.000
Persediaan Rp92.000.000
Perlengkapan Kantor Rp11.000.000
Peralatan Kantor Rp40.000.000
Akumlasi Depresiasi Peralatan Kantor Rp11.200.000
Aktiva tetap-Komputer Rp26.000.000
Aktiva tetap-Furnitur Rp13.000.000
Kendaraan Rp120.000.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp25.700.000
Gedung Rp170.000.000
Akumulasi Depresiasi Gedung Rp31.600.000
Tanah Rp108.000.000
Utang Dagang Rp229.500.000
Utang Bank Rp330.000.000
Modal Saham Rp375.000.000
Laba ditahan Rp104.000.000
Depresiasi peralatan kantor Rp1.200.000
Depresiasi gedung Rp1.600.000
Depresiasi kendaraan Rp1.700.000
Beban Iklan Rp6.800.000
Beban Reparasi Rp5.600.000
Beban salesman Rp3.700.000
Beban gaji dan upah Rp8.200.000
Beban listrik, air, telpon Rp7.800.000
Dividen Rp38.000.000
Penjualan Rp400.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp300.000.000
potongan penjualan Rp11.500.000
potongan pembelian Rp6.000.000
Beban perlengkapan Rp18.000.000
TOTAL Rp1.513.000.000 Rp1.513.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


115

d. Laporan keuangan per 31 Januari 2006


PT MAJU TERUS PT MAJU TERUS
Laporan Laba Rugi Laporan Perubahan Laba
Bulan Januari 2006 Bulan Januari 2006
Penjualan Rp400.000.000 Laba ditahan awal Rp104.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp300.000.000 (-) Dividen Rp38.000.000 (-)
Penjualan bersih Rp100.000.000 Laba Tersisa Rp66.000.000
Potongan penjualan Rp11.500.000 (-) Laba Periodeik Rp39.900.000 (+)
Potongan pembelian Rp6.000.000 (+) Laba akhir periode Rp105.900.000
Laba Kotor Rp94.500.000
Depresiasi peralatan kantor Rp1.200.000
Depresiasi gedung Rp1.600.000
Depresiasi kendaraan Rp1.700.000
Beban Iklan Rp6.800.000
Beban Reparasi Rp5.600.000
Beban salesman Rp3.700.000
Beban gaji dan upah Rp8.200.000
Beban listrik, air, telpon Rp7.800.000
Beban perlengkapan Rp18.000.000 (+)
Rp54.600.000 (-)
Rp39.900.000

PT MAJU TERUS
NERACA
per 31 Januari 2006
AKTIVA PASIVA
Kas 241.400.000 Utang Dagang Rp229.500.000
Piutang Dagang 287.500.000 Utang Bank Rp330.000.000
Persediaan 92.000.000 Modal Saham Rp375.000.000
Perlengkapan Kantor 11.000.000 Laba ditahan Rp105.900.000
Peralatan Kantor 40.000.000
Akumlasi Depresiasi Peralatan Kantor (Rp11.200.000)
Aktiva tetap-Komputer 26.000.000
Aktiva tetap-Furnitur 13.000.000
Kendaraan 120.000.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan (Rp25.700.000)
Gedung 170.000.000
Akumulasi Depresiasi Gedung (Rp31.600.000)
Tanah 108.000.000
Total Aktiva Rp1.040.400.000 Total Pasiva Rp1.040.400.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


116

15 UD Kartika Sakti menggunakan 4 buku jurnal khusus dan sebuah buku jurnal umum. Buku Jurnal
Khusus untuk pembelian, penjualan, penerimaan kas dan pengeluaran kas. Semua buku ditutup pada
akhir bulan. Pada akhir bulan Mei 2013, saldo akun Piutang usaha sebesar Rp75.000 dan saldo
akun Utang usaha adalah Rp45.000 Sementara saldo akun Persediaan pada akhir Mei 2013 adalah
Rp25.000 dan pada akhir Juni 2013 ialah Rp40.000 Transaksi yang terjadi selama bulan Juni telah
dicatat dalam 4 buku jurnal khusus dan diringkas lagi sebagai berikut:
Jurnal Penjulan Total penjualan Rp825.000
Jurnal Pembelian Total pembelian Rp575.000
Jurnal Penerimaan Kas Total kolom piutang usaha Rp815.000
Jurnal Pengeluaran Kas Total kolom utang usaha Rp600.000
Selama bulan Juni 2013, tidak ada piutang usaha, utang usaha dan persediaan yang terpengaruh oleh
buku jurnal umum.
Diminta:
a.Tentukan saldo akun piutang usaha per 30 juni 2013
b.Tentukan saldo akun utang usaha per 30 juni 2013
c. Tentukan laba bruto bulan Juni 2013
d. Buatlah jurnal untuk membentuk beban pokok penjualan bulan Juni 2013.
(Sumber: Buku Akuntansi Pengantar, Slamet Sugiri Sodikin dan Bogat Agus Riyono, 2014; format disesuaikan)

a dan (b).Tentukan saldo akun piutang (utang) usaha per 30 juni 2013
Piutang usaha awal periode Rp75.000 Utang usaha awal periode Rp45.000
Penjualan bulan Juni 2013 Rp825.000 (+) Pembelian bulan Juni 2013 Rp575.000 (+)
Penjualan hingga Juni 2013 Rp900.000 Pembelian hingga Juni 2013 Rp620.000
Pelunasan Piutang Juni 2013 Rp815.000 (-) Pelunasan Utang Juni 2013 Rp600.000 (-)
Piutang Usaha 30 Juni 2013 Rp85.000 Utang Usaha 30 Juni 2013 Rp20.000

c. Tentukan laba bruto bulan Juni 2013 d. Jurnal untuk membentuk beban pokok penjualan
Penjualan Rp900.000 bulan Juni 2013.
Persediaan awal Rp25.000 Harga Pokok Penjualan Rp25.000
Pembelian Rp575.000 (+) Persediaan awal Rp25.000
Tersedia Rp600.000
Persediaan akhir Rp40.000 (-) Perdiaan akhir Rp40.000
Harga Pokok Penjualan Rp560.000 (-) Harga Pokok Penjualan Rp40.000
Laba Bruto Rp340.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


117

BAB 7 AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN MANUFAKTUR


Bahan Baku
P
E
P
L
E
Tenaga Kerja Produk Dalam Proses Produk Selesai A
M
N
A
G
S
G
O
A
K Overhead
N

Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengolah bahan baku menjadi produk selesai.
Perusahaan manufaktur membeli bahan baku dari pemasok, memproduksi dan menjual produknya ke
konsumen secara langsung ataupun melalui distributor. Pada akhir periode akuntansi, ada produk
yang telah selesai dikerjakan (Produk Selesai), namun ada juga yang masih dalam proses produksi
(Produk Dalam Proses). Dengan demikian ada tiga klasifikasi persediaan dalam perusahaan
manufaktur yaitu (a) Persediaan bahan Baku, (b) Persediaan Produk Dalam Proses, dan (c) Produk
Selesai.

7.1 JENIS PERSEDIAAN DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR


Persediaan Bahan Baku, yaitu bahan dasar yang menjadi komponen utama dari produk yang
dihasilkan oleh sebuah perusahaan manufaktur. Sekalipun dalam proses produksi ada elemen lain
yang ditambahkan, namun lebih diklasifikasi sebagai bahan tambahan.
Persediaan Produk Dalam Proses, yaitu produk yang telah melalui proses produksi tetapi
hingga akhir periode akuntansi, produk tersebut masih meembutuhkan proses penyelesaian.
Persediaan Produk Selesai, yaitu produk yang telah melalui seluruh proses produksi, dikirim
ke gudang dan siap untuk dipasarkan, atau dikirim ke distributor. Produk selesai telah menyerab
seluruh elemen biaya produksi seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik.

7.2 JENIS BEBAN DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR


Beban Bahan Baku, adalah beban yang terjadi untuk membeli bahan baku yang telah
digunakan untuk menghasilkan produk selesai dalam satu periode akuntansi tertentu.
Beban Tenaga Kerja Langsung, adalah beban yang terjadi untuk membayar pekerja yang
terlibat langsung dalam proses produksi.
Beban Overhead, adalah berbagai macam biaya (beban) selain beban bahan baku dan beban
tenaga kerja langsung yang juga dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produk. Termasuk dalam
kelompok beban overhead adalah (a) Beban bahan penolong, (b) Beban tenaga kerja tidak langsung,
(b) Beban Pabrikasi lain, (d) Beban pemasaran, dan (e) Beban administrasi dan umum.
Beban bahan penolong, adalah bahan tambahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
produk tertentu (misal: cat dalam produksi mobil)
Beban tenaga kerja tidak langsung, adalah pekerja yang bekerja di pabrik tapi tidak terlibat
langsung dalam proses produksi (misal: satpam pabrik)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


118

Beban Pabrikasi lain, adalah beban tambahan lainnya selain untuk bahan penolong dan tenaga
kerja tidak langsung (misal: bahan bakar untuk mesin pabrik, depresiasi mesin dan bangunan)
Beban Pemasaran, adalah tampungan semua beban yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mendistribusi produknya sampai ke tangan konsumen. (misal: gaji pramuniaga, beban iklan)
Beban Administrasi dan Umum, adalah tampungan semua beban operasional kantor (misal: gaji
direktur, gaji karyawan kantor, depresasi gedung kantor, beban listrik, beban telpon)
Dari semua klasifikasi biaya di atas, kemudian dikelompokkan dalam dua kelompok besar
yaitu:
1. Biaya Produksi
a. Beban Bahan Baku
b. Beban Tenaga Kerja Langsung
c. Beban Operasional Pabrik
2. Biaya Operasi/Komersial
a. Beban Pemasaran
b. Beban Administrasi dan Umum

7.3 JURNAL DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR


Secara umum tidak ada perbedaan pencatatan transaksi maupun jurnal penyesuaian dalam
perusahaan manufaktur dibanding perusahaan dagang. Masalah yang muncul adalah bagaimana
mengalokasi beban/biaya overhead ke pabrik dan ke operasional/komersial. Ilustrasi berikut ini
memperjelas pemahaman tentang pencatatan dan pengalokasian beban/biaya di perusahaan
manufaktur.
Contoh 7.1: PTTezdab adalah produsen pakaian casual berlokasi di Kupang, menggunakan
kain dan kaos sebagai bahan utama produknya, dan menggunakan benang, kancing dan
asesori lain sebagai bahan tambahan. Gedung produksi serta gedung kantor pemasaran dan
administrasi berada di lokasi yang berbeda. Beberapa transaksi yang tercatat adalah sebagai
berikut:

(a) Bayar beban listrik Rp22.000.000, yang dialokasikan 60% sebagai beban pabrik,
20% dibebankan ke kantor administrasi dan sisanya dibebankan ke kantor
pemasaran.

Jurnal untuk mengalokasi biaya/beban overhead (listrik) adalah:


Beban listrik-Overhead Pabrik Rp13.200.000
Beban listrik-Overhead Pabrik Rp4.400.000
Beban listrik-Overhead Pabrik Rp4.400.000
Kas Rp22.000.000

(b) Bayar gaji satpam sebesar Rp36.000.000, dimana sejumlah Rp16.000.000 dibebankan
ke pabrik dan sisanya dibebankan secara merata ke kantor administrasi dan kantor
pemasaran.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


119

Jurnal untuk mengalokasi biaya/beban overhead (gaji) adalah:


Gaji pegawai-Overhead Pabrik Rp16.000.000
Gaji pegawai -Overhead Pabrik Rp10.000.000
Gaji pegawai -Overhead Pabrik Rp10.000.000
Kas Rp36.000.000
7.4 LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Seperti pada perusahaan lainnya, pada perusahaan manufaktur juga harus menyusun laporan
keuangan pada akhir periode akuntansi, agar diketahui hasil usaha dan kondisi keuangan perusahaan
pada satu periode akuntansi tertentu. Laporan keuangan tersebut meliputi: Laporan Laba Rugi,
Laporan Perubahan Laba Ditahan (versi lain: laporan perubahan modal), Neraca dan Laporan Arus
kas. Secara umum susunan laporan keuangan perusahaan manufaktur tidak berbeda dari perusahaan
dagang, kecuali dalam laporan laba rugi ditambahkan satu komponen yaitu Laporan Harga Pokok
Produksi (versi lain: beban pokok produksi).
Laporan beban pokok produksi, adalah laporan tentang beban total yang dikeluarkan oleh
suatu perusahaam manufaktur untuk menghasilkan sejumlah produk dalam satu periode tertentu.
Dengan demikian, sebuah Laporan HargaPokok Produksi harus meliputi total beban bahan baku,
beban tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Berikut ini disajikan skedul lengkap laporan harga
pokok produksi.
SKEDUL HARGA POKOK PRODUKSI
Persediaan Barang Dalam Proses (awal) XXX
DITAMBAH
Bahan baku:
Persediaan Bahan baku (awal) xxx
(+) Pembelian Bahan Baku xxx
(-) Persediaan bahan Baku (akhir) (xxx)
Pemakaian Bahan Baku (a) xxx
Tenaga Kerja Langsung (b) xxx
Overhead Pabrik:
Tenaga kerja tidak langsung xxx
Listrik, air dan telpon xxx
Bahan penolong xxx
Penyusutan mesin dan pabrik xxx
Overhead Pabrik Total (c) xxx
Biaya Produksi Periode Ini (a+b+c) XXX
Total Barang Dalam Proses XXX
DIKURANGI
Persediaan Barang Dalam Proses (akhir) (XXX)
HARGA POKOK PRODUKSI XXXX

Perbedaan lain antara perusahaan manufaktur dengan perusahaan dagang adalah pada Laporan
Harga Pokok Penjualan. Pada perusahaan dagang, harga pokok penjualan dihitung dari Persediaan
Barang Dagangan (awal) ditambah Pembelian Barang Dagangan Bersih dikurangi Persediaan Barang
Dagang (akhir), sedangkanHargaPokok Penjualan pada perusahaan manufaktur dihitung dari
Persediaan Produk Selesai (awal) ditambah Harga Pokok Produksi dikurangi Persediaan Produk
Selesai (akhir).

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


120

7.5 SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR:


Sistem Periodik
Bagian ini menjelaskan sistem periodik untuk pengendalian persediaan dengan process costing
(biaya proses) yang penentuan biaya/bebannya menggunakan historical costing (biaya historis).
Mirip dengan akun persediaan pada perusahaan dagang, namun akun-akun persediaan pada
perusahaan manufaktur hanya menampung hal-hal sebagai berikut:
a. Akun Persediaan Bahan Baku, hanya dipakai untuk mencatat nilai bahan baku yang masih
tersisa di awal dan akhir periode.
b. Akun Persediaan Bahan Penolong, hanya dipakai untuk mencatat nilai bahan penolong
yang masih tersisa di awal dan akhir periode.
c. Akun Persediaan Produk Dalam proses, hanya dipakai untuk mencatat nilai produk yang
masih berada dalam proses di awal dan akhir periode.
d. Akun Persediaan Produk Selesai, hanya dipakai untuk mencatat nilai produk selesai yang
masih tersisa di awal dan akhir periode.

JURNAL TRANSAKSI DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR: Sistem Periodik


Pembelian bahan baku dan bahan penolong.Kedua transaksi ini dapat dicatat dalam satu jurnal
dengan mendebet akun bahan baku dan akun bahan penolong, dan mengkredit akun Utang Dagang
(jika pembelian tidak tunai) atau mengkredit akun Kas (jika pembelian tunai).

Contoh 7.2: PT Tezdab memiliki data sebagai berikut: persediaan produk selesai (awal)
bersaldo debet Rp1.200, persediaan produk dalam proses (awal) bersaldo debet Rp1.000,
persediaan bahan baku (awal) bersaldo debet Rp500 dan persediaan bahan penolong (awal)
bersaldo debet Rp4.500. Pada tanggal 3 Januari 2016, dibeli secara kredit bahan baku
Rp10.000 dan bahan penolong Rp500. Transaksi pembelian ini dicatat dengan jurnal:

Thn. 2016 Pembelian Bahan baku Rp10.000


Jan. 3 Pembelian bahan Penolong Rp500
Utang Dagang Rp10.500

Perlu diperhatikan bahwa ada kemiripan dengan transaksi pembelian barang dalam perusahaan
dagang. Perbedaannya hanyalah persediaan di perusahaan manufaktur disesuaikan dengan jenisnya.
Apabila terjadi retur pembelian bahan baku dan/atau bahan penolong, akan dicatat dengan
jurnal mendebet akun Utang Dagang dan mengkredit akun Retur Pembelian Bahan Baku dan/atau
Retur Pembelian Bahan Penolong. Dalam bentuk jurnal disajikan sebagai berikut.

Tanggal Utang Dagang xxx


xx Retur pembelian bahan baku xxx
Retur pembelian bahan penolong xxx

Apabila perusahaan menerima potongan pembelian tunai (misal: syarat 2/10, n/30), maka akan
dicatat dengan mendebet akun Pembelian dan mengkredit akun Potongan Pembelian Bahan baku

dan/atau akun Potongan Pembelian Bahan Penolong. Kedua akun yang dikredit tersebut
merupakan pengurang akun Pembelian. Dalam bentuk jurnal disajikan sebagai berikut.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


121

Tanggal Pembelian xxx


xx Potongan pembelian bahan baku xxx
Potongan pembelian bahan penolong xxx

Pemakaian Bahan Baku. Untuk pemakaian bahan baku dan bahan penolong tidak dilakukan
pencatatan dalam sistem periodik. Pencatatan untuk kedua akun tersebut baru dilakukan pada akhir
periode (misal: akhir bulan). Dengan demikian, perlu dilakukan perhitungan fisik di akhir periode
untuk mengetahui jumlah bahan baku dan bahan penolong. Jumlah bahan yang digunakan dihitung
dengan rumus persediaan awal ditambah pembelian dikurangi persediaan akhir.
Contoh 7.3: PT Tezdab memiliki data sebagai berikut: persediaan produk selesai (awal)
bersaldo debet Rp1.200, persediaan produk dalam proses (awal) bersaldo debet Rp1.000,
persediaan bahan baku (awal) bersaldo debet Rp500 dan persediaan bahan penolong (awal)
bersaldo debet Rp4.500. Pada tanggal 3 Januari 2016, dibeli secara kredit bahan baku
Rp10.000 dan bahan penolong Rp500. Pada akhir bulanJanuari 2016, dilakukan perhitungan
fisik bahan baku dan diketahui bahwa persediaan bahan baku hanya Rp900. Transaksi
pemakaian bahan baku ini dicatat dengan jurnal penyesuaian sebagai berikut:

Thn. Persediaan bahan baku (akhir) Rp900


2016
Jan. 31 Pemakaian bahan baku*) Rp9.600
Pembelian bahan baku Rp10.000
Persediaan bahan baku Rp500
(awal)

Perhitungan untuk pemakaian bahan baku*) sebagai berikut:


Persediaan bahan baku (awal) Rp500
Pembelian bahan baku (3/1) Rp10.000 (+)
Bahan baku tersedia untuk Rp10.500
dipakai
Persediaan bahan baku (akhir) Rp900 (-)
Pemakaian bahan baku*) Rp9.600

Pemakaian Tenaga Kerja. Tenaga kerja harus dibayar, dan jumlah pembayaran gaji tenaga kerja
langsung merupakan bagian dari komponen beban pokok produk. Pada sistem periodik, pemakaian
tenaga kerja langsung dicatat dalam akun Tenaga Kerja Langsung, sedangkan gaji untuk karyawan
non-pabrik yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi dicatat dalam akun Beban Gaji
dan Upah.
Contoh 7.4: Selama bulan Januari 2016,PTTezdab mempekerjakan buruh langsung untuk
proses produksi dengan membayar gaji Rp20.000. Gaji dan upah untuk karyawan non-
produksi sebesar Rp2.000. Pada akhir Januari 2016, semua gaji dan upah dibayar tunai.
Transaksi pembayaran gaji dan upah ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Thn. Tenaga Kerja Langsung Rp20.000


2016
Jan 31 Beban Gaji dan Upah Rp2.000
Kas Rp22.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


122

Overhead Pabrik. Bahan penolong atau bahan habis pakai di pabrik merupakan bagian dari
overhead pabrik. Demikian pula seluruh biaya lain yang tidak termasuk dalam pemakaian bahan
baku dan pemakaian tenaga kerja (langsung). Untuk overhead pabrik, seluruh biaya yang langsung
diketahui sepanjang periode akuntansi bisa dicatat melalui jurnal transaksi, sedangkan beberapa
biaya yang masih terhutang atau perlu perhitungan di akhir periode harus dicatat melalui jurnal
penyesuaian.

Contoh 7.5: Tanggal 25 Januari 2016, PT Tezdab membayar listrik dan air Rp13.000. Selama
bulan Januari 2016, perusahaan ini memperkerjakan buruh taklangsung dengan upah total
Rp5.000 dibayar di akhir bulan.. Transaksi tersebut dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Thn.
2016
Jan 25 Listrik dan air Rp13.000
Kas Rp13.000

Thn.
2016
Jan 31 Tenaga kerja taklangsung Rp5.000
Kas Rp5.000

Pemakaian Bahan Penolong. Bahan penolong atau bahan habis pakai di pabrik merupakan bagian
dari overhead pabrik. Seperti pada bahan baku, pemakaian bahan penolong baru akan dicatat pada
akhir periode setelah dilakukan perhitungan fisik.

Contoh 7.6: PT Tezdab memiliki data sebagai berikut: persediaan produk selesai (awal)
bersaldo debet Rp1.200, persediaan produk dalam proses (awal) bersaldo debet Rp1.000,
persediaan bahan baku (awal) bersaldo debet Rp500 dan persediaan bahan penolong (awal)
bersaldo debet Rp4.500. Pada tanggal 3 Januari 2016, dibeli secara kredit bahan baku
Rp10.000 dan bahan penolong Rp500. Pada akhir bulan Januari 2016, dilakukan perhitungan
fisik bahan penolong dan diketahui tersisa hanya Rp2.000. Transaksi pemakaian bahan
penolong ini dicatat dengan jurnal penyesuaian sebagai berikut:

Thn. Persediaan bahan penolong (akhir) Rp2.000


2016
Jan. 31 Pemakaian bahan penolong*) Rp3.000
Pembelian bahan penolong Rp500
Persediaan bahan penolong (awal) Rp4.500

Perhitungan untuk pemakaian bahan penolong*) sebagai berikut:


Persediaan bahan penolong (awal) Rp4.500
Pembelian bahan penolong (3/1) Rp500 (+)
Bahan penolong tersedia untuk dipakai Rp5.000
Persediaan bahan penolong (akhir) Rp2.000 (-)
Pemakaian bahan penolong*) Rp3.000

Penjualan Produk Selesai. Penjualan produk di perusahaan manufaktur mirip dengan penjualan
barang dagangan di perusahaan dagang. Jika sistem periodik yang dipakai, maka penjualan produk

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


123

selesai akan dicatat dengan jurnal mendebet akun Kas (jika penjualan secara tunai) dan/atau akun
Piutang Dagang (jika penjualan secara kredit) kemudian mengkredit akun Penjualan. Pada akhir
periode baru akan dicatat beban pokok penjualan melalui jurnal penyesuaian.
Contoh 7.7: Pada tanggal 20 Januari 2016, PT Tezdab menjual produk selesai secara kredit
Rp200.000.. Transaksi penjualan ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Thn. Piutang Dagang Rp200.000


2016
Jan. 20 Penjualan Rp200.000

JURNAL PENYESUAIAN DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR: Sistem Periodik


Jika perusahaan menggunakan sistem periodik, maka jurnal penyesuaian dibutuhkan di akhir
periode untuk menyesuaikan saldo akun-akun tertentu agar menunjukkan saldo yang sebenarnya.
Misalnya penyesuaian harus dilakukan atas akun-akun bahan baku, bahan penolong, penyusutan
aktiva tetap, berbagai tanggungan yang masih terutang, dan beban pokok penjualan serta jurnal untuk
mencatat beban pokok produksi.
Contoh 7.8: Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian PT Tezdab per 31 Januari 2016 adalah:
PT Tezdab
Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian
per 31 Januari 2016
Akun DEBET KREDIT
Kas 1.000 Informasi akhir periode
Piutang Dagang 2.000 PT Tezdab per 31 Januari 2016
Persediaan Produk Selesai 12.000 untuk penyesuaian adalah sebagai
Persediaan Produk Dalam Proses 10.000 berikut:
Persediaan Bahan Baku 5.000
Persediaan Bahan Penolong 45.000 „a. Bahan baku yang masih
Tanah 13.000 tersisa Rp9.000
Mesin dan Pabrik 1.800.000 ‟b. Bahan penolong yang masih
Akumulasi penyusutan Mesin & Pabrik 0 tersisa Rp20.000
Utang Usaha 54.000 „c. Penyusutan Mesin dan Pabrik
Utang Listrik dan Air 0 Rp180.000
Modal Saham 300.000 „d . Listrik dan Air belum dibayar
Laba Ditahan 196.000 Rp10.000
Penjualan 2.000.000 „e. Produk masih dalam proses
Pembelian Bahan Baku 100.000 Rp18.000
Pembelian Bahan Penolong 5.000 „f. Produk selesai tersisa di gudang
Tenaga Kerja Langsung 200.000 Rp5.000
Tenaga Kerja Taklangsung 50.000
Listrik dan Air 130.000 Berdasarkan informasi yang ada,
Beban Gaji dan Upah (admin & umum) 20.000 buatkanlah:
Beban Pemasaran 40.000 „(1) Jurnal penyesuaian;
Penyusutan Mesin dan Pabrik 0 „(2) Jurnal Penutup; dan
Pemakaian Bahan Baku 0 „(3) Neraca Lajur
Pemakaian Bahan Penolong 0
Harga Pokok Produksi 0
Beban Pokok Penjualan 0
Iktisar Laba-Rugi 0
TOTAL 2.550.000 2.550.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


124

Thn. Persediaan bahan baku (akhir) Rp9.000


2016
Jan. 31 Pemakaian bahan baku*) Rp96.000
Persediaan bahan baku (awal) Rp5.000
Pembelian bahan baku (awal) Rp100.000
(Mencatat pemakaian bahan baku)

Thn. Persediaan bahan penolong (akhir) Rp20.000


2016
Jan. 31 Pemakaian bahan penolong**) Rp30.000
Persediaan bahan penolong Rp45.000
Pembelian bahan penolong (awal) Rp5.000
(Mencatat pemakaian bahan penolong)
Thn. Penyusutan mesin dan pabrik Rp180.000
2016
Jan. 31 Akumulasi penyusutan mesin dan pabrik Rp180.000
(Mencatat penyusutan Mesin dan Pabrik)

Thn. Listrik dan Air Rp10.000


2016
Jan. 31 Utang Listrik dan Air Rp10.000
(Mencatat pemakaian listrik dan air belum dibayar)

Thn. 2016 Harga Pokok Produksi***) Rp688.000


Jan 31 Persediaan Produk Dalam Proses (akhir)***) Rp18.000
Pemakaian bahan baku*) Rp96.000
Tenaga kerja langsung Rp200.000
Tenaga kerja taklangsung Rp50.000
Listrik dan air Rp140.000
Pemakaian bahan penolong**) Rp30.000
Penyusutan mesin dan pabrik Rp180.000
Persediaan Produk Dalam Proses Rp10.000
(awal)
(Mencatat Beban Pokok Produksi)

Persediaan bahan baku (awal) Rp5.000


Pembelian bahan baku Rp100.000 (+)
Bahan baku tersedia untuk dipakai Rp105.000
Persediaan bahan Baku (akhir) Rp9.000 (-)
Pemakaian bahan baku*) Rp96.000

Persediaan bahan penolong (awal) Rp45.000


Pembelian bahan penolong Rp5.000 (+)
Bahan penolong tersedia untuk dipakai Rp50.000
Persediaan bahan penolong (akhir) Rp20.000 (-)
Pemakaian bahan penolong**) Rp30.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


125

Persediaan produk dalam proses (awal) Rp10.000


Beban Produksi periode ini*****) Rp696.000 (+)
Total Produk Dalam Proses 706.000
Persediaan produk dalam proses (akhir) Rp18.000 (-)
Harga Pokok Produksi***) Rp688.000
Pemakaian bahan baku Rp96.000
Tenaga Kerja Langsung Rp200.000
Overhead Pabrik:
Tenaga kerja taklangsung Rp50.000
Listrik dan air Rp140.000
Bahan penolong Rp30.000
Penyusutan mesin & pabrik Rp180.000
Rp400.000 (+)
Beban Produksi periode ini*****) Rp696.000

Thn. 2016 Harga Pokok Penjualan Rp695.000


Jan. 31 Persediaan Produk Selesai (akhir) Rp5.000
Harga Pokok Produksi Rp688.0000
Persediaan Produk Selesai (awal) Rp12.00
(Mencatat beban pokok penjualan)

PT Tezdab
Neraca Saldo, Penyesuaian dan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian (Rp)
Per 31 januari 2016
SALDO AWAL PENYESUAIAN SETELAH PENYESUAIAN
Nama Akun Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit
Kas 1.000 1.000
Piutang Dagang 2.000 2.000
Persediaan Produk Selesai 12.000 5.000 12.000 5.000
Persediaan Produk Dalam 10.000 18.000 10.000 18.000
Proses
Persediaan Bahan Baku 5.000 9.000 5.000 9.000
Persediaan Bahan Penolong 45.000 20.000 45.000 20.000
Tanah 13.000 130.000
Mesin dan Pabrik 1.800.000 1.800.000
Akumulasi penyusutan Mesin 0 180.000 180.000
dan Pabrik
Utang Usaha 54.000 54.000
Utang Listrik dan Air 0 10.000 10.000
Modal Saham 300.000 300.000
Laba Ditahan 196.000 196.000
Penjualan 2.000.000 2.000.000
Pembelian Bahan Baku 100.000 100.000
Pembelian Bahan Penolong 5.000 5.000
Tenaga Kerja Langsung 200.000 200.000
Tenaga Kerja Taklangsung 50.000 50.000
Listrik dan Air 130.000 10.000 140.000
Beban Gaji dan Upah (admin 20.000 20.000
dan umum)
Beban Pemasaran 40.000 40.000
Penyusutan Mesin dan Pabrik 0 180.000 180.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


126

Pemakaian Bahan Baku 0 96.000 96.000


Pemakaian Bahan Penolong 0 30.000 30.000
Harga Pokok Produksi 0 688.000 688.000
Beban Pokok Penjualan 0 695.000 695.000
Iktisar Laba-Rugi 0
TOTAL 2.550.000 2.550.000 1.751.000 1.751.000 2.740.000 2.740.000

JURNAL PENUTUP DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR: Sistem Periodik


Seperti pada perusahaan dagang, di perusahaan manufaktur dibuatkan jurnal penutup untuk
semua akun pendapatan, beban, Iktisar laba-rugi dan prive. Dengan contoh 3.8 sebelumnya, maka
jurnal penutup dengan sistem periodik adalah sebagai berikut:
Thn. 2016 Akun yang dijurnal DEBET KREDIT
Jan. 31 Penjualan Rp2.000.000
Iktisar Laba-Rugi Rp2.000.000
(Mencatat penyusutan Mesin dan Pabrik)

Iktisar Laba-Rugi Rp755.000


Beban pokok penjualan Rp695.000
Beban gaji dan upah (admin & umum Rp20.000
Beban pemasaran Rp40.000
(Menutup akun-akun biaya/beban)

Iktisar Laba-Rugi Rp1.245.000


Laba ditahan Rp1.245.000
(Menutup saldo akun Iktisar laba-rugi ke akun Laba Ditahan

7.6 JURNAL TRANSAKSI DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR: Sistem Perpetual


Berdasarkan proces costing (penentuan beban pokok proses), penentuan beban pokok produk
dalam metode perpetual memakai penentuan harga pokok historis (historical costing). Dengan sistem
perpetual ini, akun-akun yang berkaitan dengan persediaan adalah:
1. Akun Persediaan Bahan Baku, dipakai untuk mencatat persediaan awal dan mutasi bahan
baku selama satu periode. Akun persediaan bahan baku akan didebet jika terjadi penambahan,
sebaliknya dikredit jika berkurang.
2. Akun Persediaan Bahan Penolong, dipakai untuk mencatat persediaan awal dan mutasi bahan
penolong selama satu periode. Akun persediaan bahan penolong akan didebet jika terjadi
penambahan, sebaliknya dikredit jika berkurang.
3. Akun Persediaan Produk Dalam proses, hanya dipakai untuk mencatat persediaan awal dan
akhir dari persediaan produk dalam proses selama satu periode. Akun ini akan didebet jika
ada penambahan produk dalam proses—karena pemakaian bahan baku, tenaga kerja langsung
dan overhead pabrik dalam proses produksi, dan sebaliknya dikredit jika terjadi
pengurangan—karena nilai produk selesai akan dipindahkan ke akun persediaan produk
selesai.
4. Akun Persediaan Produk Selesai, hanya dipakai untuk mencatat persediaan dan mutasi
persediaan produk jadi selama satu periode. Akun ini akan didebet jika ada penambahan
produk dalam proses, dan sebaliknya dikredit jika terjadi pengurangan.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


127

Pembelian bahan baku dan bahan penolong, kedua transaksi ini dapat dicatat dalam satu jurnal
dengan mendebet akun bahan baku dan akun bahan penolong sebesar harga beli, dan mengkredit
akun Utang Dagang (jika pembelian tidak tunai) atau mengkredit akun Kas (jika pembelian tunai).

Contoh 7.9: PT Tezdab memiliki data sebagai berikut: persediaan produk selesai (awal)
bersaldo debet Rp1.200, persediaan produk dalam proses (awal) bersaldo debet Rp1.000,
persediaan bahan baku (awal) bersaldo debet Rp500 dan persediaan bahan penolong (awal)
bersaldo debet Rp4.500. Pada tanggal 3 Januari 2016, dibeli secara kredit bahan baku
Rp10.000 dan bahan penolong Rp500. Transaksi pembelian ini dicatat dengan jurnal:

Thn. 2016 Persediaan Bahan baku Rp10.000


Jan. 3 Persediaan bahan Penolong Rp500
Utang Dagang Rp10.500

Akun-akun berikut ini tidak digunakan dalam sistem perpetual: pengangkutan pembelian bahan
baku dan/atau penolong, retur pembelian bahan baku dan/atau penolong. Dalam hal ini, adanya
penambahan atau pengurangan biaya terkait memperoleh bahan baku dan penolong langsung dicatat
dalam akun persediaan bahan masing-masing. Dengan demikian retur pembelian bahan baku
dan/atau bahan penolong serta biaya angkut pembelian persediaan bahan baku dan/atau bahan
penolong akan dicatat dalam jurnal (secara gabungan jika ada transaksinya) sebagai berikut:

Th XXX Utang Dagang/Kas xxx


xx Persediaan Bahan baku xxx
Persediaan bahan Penolong xxx
(Untuk mencatat retur pembelian bahan baku dan bahan penolong)

Pemakaian Bahan Baku. Pemakaian bahan baku dalam sistem perpetual dicatat ketika bahan baku
digunakan dalam proses produksi. Pada saat itu, akun Produk Dalam Proses akan didebet dan akun
Persediaan bahan Baku dikredit. Pada hari pertama tahun operasi yang baru, jurnal pembalikan
harus dibuat dengan mendebet akun Produk Dalam proses dan mengkredit akun Persediaan Produk
Dalam Proses.

Contoh 7.10: PT Tezdab memiliki data persediaan produk dalam proses (awal) bersaldo debet
Rp1.000, kemudian pada tanggal 23 Januari 2016 digunakan bahan baku sebanyak Rp9.600.
Keadaan ini dicatat dengan jurnal pembalikan dan jurnal transaksi sebagai berikut:

Thn. Produk Dalam Proses Rp1.000


2016
Jan. 2 Persediaan Produk Dalam proses Rp1.000
(Jurnal pembalik awal periode akuntansi)

Thn. Produk Dalam proses--BB Rp9.600


2016
Jan. 23 Persediaan Bahan baku Rp9.600
(Jurnal pembalik awal periode akuntansi)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


128

Pemakaian Tenaga Kerja. Tenaga kerja harus dibayar, dan jumlah pembayaran gaji tenaga kerja
langsung merupakan bagian dari komponen beban pokok produk. Pada sistem perpetual, pemakaian
tenaga kerja langsung dicatat dalam akun Produk Dalam Proses, sedangkan gaji untuk karyawan
non-pabrik yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi dicatat dalam akun Beban Gaji
dan Upah.

Contoh 7.11: Selama bulan Januari 2016, PT Tezdab mempekerjakan buruh langsung untuk
proses produksi dengan membayar gaji Rp20.000. Gaji dan upah untuk karyawan non-
produksi sebesar Rp2.000. Pada akhir Januari 2016, semua gaji dan upah dibayar tunai.
Transaksi pembayaran gaji dan upah ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Thn. Produk Dalam Proses-TKL Rp20.000
2016
Jan 31 Beban Gaji dan Upah Rp2.000
Kas Rp22.000

Overhead Pabrik. Bahan penolong atau bahan habis pakai di pabrik merupakan bagian dari
overhead pabrik. Demikian pula seluruh biaya lain yang tidak termasuk dalam pemakaian bahan
baku dan pemakaian tenaga kerja (langsung). Untuk overhead pabrik, seluruh biaya yang langsung
diketahui sepanjang periode akuntansi bisa dicatat melalui jurnal transaksi, sedangkan beberapa
biaya yang masih terhutang atau perlu perhitungan di akhir periode harus dicatat melalui jurnal
penyesuaian.

Contoh 7.12: Tanggal 25 Januari 2016, PT Tezdab membayar listrik dan air Rp13.000.
Selama bulan Januari 2016, perusahaan ini memperkerjakan buruh taklangsung dengan upah
total Rp5.000 dibayar di akhir bulan. Transaksi tersebut dicatat dengan jurnal sebagai
berikut:

Thn. 2016 Produk Dalam Proses-BOP Listrik dan air Rp13.000


Jan 25 Kas Rp13.000
(Pembayaran listrik dan air)

Thn. 2016 Produk Dalam Proses-BOP Tenaga kerja Taklangsung Rp5.000


Jan 25 Kas Rp5.000
(Pembayaran listrik dan air)

Pemakaian Bahan Penolong. Bahan penolong atau bahan habis pakai di pabrik merupakan bagian
dari overhead pabrik. Seperti pada bahan baku, pemakaian bahan dalam sistem perpetual langsung
dicatat setiap kali terjadi pemakaian.

Contoh 7.13: Tanggal 26 Januari 2016, PT Tezdab menggunakan bahan penolong Rp3.000
yang dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Thn. 2016 Produk Dalam Proses-BOP Bahan penolong Rp13.000


Jan 26 Persediaan bahan penolong Rp13.000
(Penggunaan bahan penolong)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


129

Pemindahan Produk Selesai Ke Gudang. Menurut sistem perpetual, produk yang telah selesai
diproses langsung dicatatkan ke akun Persediaan produk selesai. Pencatatan ini bersamaan dengan
dipindahkannya produk tersebut dari pabrik ke gudang produk selesai.
Contoh 7.14: Tanggal 29 Januari 2016, diketahui bahwa produk yang diproses sejak awal
bulan telah selesai dikerjakan. Diidentifikasi bahwa produk yang telah selesai tersebut
memiliki harga pokok sebesar Rp68.800. informasi ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Thn. 2016 Persediaan produk Selesai Rp68.800


Jan 29 Produk Dalam Proses Rp68.800
(Mencatat produk dalam proses selesai dikerjakan)

Penjualan Produk Selesai. Penjualan produk di perusahaan manufaktur mirip dengan penjualan
barang dagangan di perusahaan dagang. Jika sistem perpetual yang dipakai, maka penjualan produk
selesai akan dicatat dengan jurnal mendebet akun Kas (jika penjualan secara tunai) dan/atau akun
Piutang Dagang (jika penjualan secara kredit) kemudian mengkredit akun Penjualan. Selain itu pada
saat yang bersamaan dilakukan pencatatan dengan jurnal mendebet akun Harga Pokok Penjualan dan
mengkredit akun Persediaan Produk Selesai.
Contoh 7.14: Tanggal 30 Januari 2016, perusahaan menjual produknya secara kredit dengan
harga Rp200.000, harga pokok produk terjual tersebut adalah Rp69.500. Transaksi ini
dijurnal sebagai berikut:
Thn. Piutang dagang Rp200.000
2016
Jan 30 Penjualan Rp200.00
0
(Mencatat penjualan produk ke pelanggan)

Thn. Harga pokok penjualan Rp69.500


2016
Jan 30 Persediaan Produk Selesai Rp69.500
(Mencatat harga pokok produk yang terjual)

JURNAL PENYESUAIAN DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR: Sistem Perpetual


Jurnal penyesuaian diperlukan dalam sistem perpetual untuk mencatat pelbagai hal yang
berkaitan dengan akun-akun yang membutuhkan penyesuaian pada akhir periode akuntansi.
Penyesuaian tersebut misalnya terhadap akun-akun penyusutan aktiva tetap dan tanggungan yang
masih terutang. Jika penyesuaian tersebut berkaitan dengan kegiatan pemanufakturan, maka
penyesuaiannya dibebankan ke akun Produk Dalam Proses. Berikut ini beberapa contoh
penyesuaian.
Pencatatan penyusutan mesin dan pabrik, penyusutan seperti ini merupakan pemanfaatan fasilitas
pabrik untuk kepentingan produksi dan dikatagori sebagai overhead pabrik. Oleh karenanya,
pembebanan atas penyusutan aktiva tetap seperti ini langsung ke akun Produk Dalam proses.
Misalkan, pabrik dan mesin disusut untuk bulan Januari 2016 sebesar Rp18.000 akan dicatat dalam
jurnal sebagai berikut:
Thn. Produk dalam proses Rp18.000
2016
Jan 31 Akumulasi penyusutan mesin dan pabrik Rp18.000
(Mencatat penjualan produk ke pelanggan)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


130

Beban dan Biaya lain yang masih belum dibayar. Jika hingga akhir periode masih ada beban atau
biaya yang terutang, dan beban serta biaya tersebut terkait dengan operasional pabrik, maka harus
diklasifikasikan sebagai elemen biaya overhead pabrik, yang selanjutnya akan diperhitungkan
sebagai beban produk dalam proses. Misalkan, Listrik dan Air belum dibayar hingga akhir Januari
2016 sebesar Rp1.000 akan dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
Thn. Produk dalam proses Rp18.000
2016
Jan 31 Utang listrik dan air Rp18.000
(Mencatat penggunaan listrik dan air terutang)

Produk masih dalam proses (akhir). Pada sistem perpetual, dibutuhkan juga jurnal penyesuaian
untuk mengklasifikasi akun Produk Dalam Proses ke akun Persediaan Produk Dalam Proses.
Misalkan, tanggal 31 Januari 2016, diketahui bahwa masih ada produk yang dalam proses
penyelesaian di pabrik, dan akan diselesaikan pada bulan selanjutnya. Teridentifiksi bahwa seluruh
biaya yang sudah terserab dalam produk dalam proses akhir tersebut adalah Rp1.800. Keadaan
tersebut akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Thn. Persediaan produk dalam proses Rp1.800
2016
Jan 31 Produk dalam proses Rp1.800
(Mencatat produk masih dalam proses akhir)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


131

CONTOH SOAL DAN PENYELESAIAN


BAB 7: AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR

1. PT Sendang Indah memproduksi pakaian dengan bahan baku kain tertentu, dengan bahan-bahan penolong seperti
kancing, benang dan asesoris. Tenaga penjahit adalah tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan proses
proses produksi. Lokasi pabrik dengan kantor administrasi dan pemasaran ada di daerah yang berbeda. Pada akhir
September 2006, Necara Saldo perusahaan adalah:
Beban pemakaian kain (bahan utama) Rp97.000.000 Beban air, listrik, telpon kantor pemasaran Rp3.400.000
Beban pemakaian kancing (bahan pembantu) Rp4.700.000 Beban air, listrik, telpon kantor administrasi Rp4.700.000
Beban pemakaian benang (bahan pembantu) Rp9.900.000 Beban bunga Rp14.500.000
Beban pemakaian asesoris (bahan pembantu) Rp6.600.000 Beban depresiasi bangunan pabrik Rp2.600.000
Upah tukang jahit Rp27.000.000 Beban depresiasi gedung kantor pemasaran Rp1.200.000
Gaji mandor produksi Rp4.700.000 Beban depresiasi gedung kantor administrasi Rp1.300.000
Gaji satpam pabrik Rp1.200.000 Beban depresiasi mesin pabrik Rp2.600.000
Gaji saleman Rp2.000.000 Beban depresiasi kendaraan pemasaran Rp900.000
Komisi saleman Rp6.000.000 Beban depresiasi kendaraan direksi Rp700.000
Gaji karyawan kantor pemasaran Rp8.200.000 Beban angkut penjualan Rp2.900.000
Gaji karyawan kantor administrasi Rp7.400.000 Beban iklan Rp9.400.000
Beban air, listrik, telpon pabrik Rp7.400.000
Berdasarkan data tersebut, hitunglah:
a. Beban produksi per 30 September 2006
b. Beban operasi per 30 September 2006
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)

Beban Produksi
Beban Bahan Baku Beban pemakaian kain (bahan utama) Rp97.000.000
Beban Tenaga Kerja Langsung Upah tukang jahit Rp27.000.000 (+)
Rp124.000.000
Beban Overhead Pabrik
Beban Bahan Penolong Beban pemakaian kancing (bahan pembantu) Rp4.700.000
Beban pemakaian benang (bahan pembantu) Rp9.900.000
Beban pemakaian asesoris (bahan pembantu) Rp6.600.000
Beban air, listrik, telpon pabrik Rp7.400.000
Gaji mandor produksi Rp4.700.000
Gaji satpam pabrik Rp1.200.000
Beban depresiasi mesin pabrik Rp2.600.000
Rp37.100.000
Beban Operasional/komersial
Gaji saleman Rp2.000.000
Komisi saleman Rp6.000.000
Gaji karyawan kantor pemasaran Rp8.200.000
Gaji karyawan kantor administrasi Rp7.400.000
Beban air, listrik, telpon kantor pemasaran Rp3.400.000
Beban air, listrik, telpon kantor administrasi Rp4.700.000
Beban bunga Rp14.500.000
Beban depresiasi bangunan pabrik Rp2.600.000
Beban depresiasi gedung kantor pemasaran Rp1.200.000
Beban depresiasi gedung kantor administrasi Rp1.300.000
Beban depresiasi kendaraan pemasaran Rp900.000
Beban depresiasi kendaraan direksi Rp700.000
Beban angkut penjualan Rp2.900.000
Beban iklan Rp9.400.000
Rp65.200.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


132

2. PT Mebelindo produsen berbagai jenis mebel menggunakan bahan baku utama kayu, dengan bahan penolong
paku, plitur, cat, pernis dan melamin. Tukang kayu merupakan tenaga kerja langsung terlibat dalam proses produksi
Lokasi pabrik dan perkantoran terpisah. Pada akhir bulan September 2006, data Neraca Saldo sebagai berikut.
Upah tukang kayu Rp54.000.000 Beban depresiasi gedung kantor administrasi Rp2.700.000
Gaji mandor produksi Rp9.600.000 Beban depresiasi mesin pabrik Rp4.900.000
Gaji satpam pabrik Rp2.400.000 Beban depresiasi kendaraan pemasaran Rp1.900.000
Gaji saleman Rp4.200.000 Beban depresiasi kendaraan direksi Rp1.500.000
Komisi saleman Rp12.200.000 Beban pemakaian kayu Rp182.000.000
Gaji karyawan kantor pemasaran Rp16.500.000 Beban pemeliharaan gedung administrasi Rp6.700.000
Gaji karyawan kantor administrasi Rp15.100.000 Beban pemakaian paku Rp4.700.000
Beban air, listrik, telpon pabrik Rp15.200.000 Beban perbaikan komputer administrasi Rp4.800.000
Beban air, listrik, telpon kantor pemasaran Rp6.900.000 Beban pemakaian pitur, cat dan pernis Rp9.900.000
Beban air, listrik, telpon kantor administrasi Rp9.900.000 Beban pemakaian melamin Rp6.600.000
Beban bunga Rp29.500.000 Beban angkut penjualan Rp6.200.000
Beban depresiasi bangunan pabrik Rp4.900.000 Beban perbaikan mesin Rp8.400.000
Beban depresiasi gedung kantor pemasaran Rp2.600.000 Beban iklan Rp18.300.000
Berdasarkan data tersebut, hitunglah:
a. Beban produksi per 30 September 2006
b. Beban operasi per 30 September 2006
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)

Beban Produksi
Beban Bahan Baku Beban pemakaian kayu Rp182.000.000
Beban Tenaga Kerja Langsung Upah tukang kayu Rp54.000.000 (+)
Rp236.000.000
Beban Overhead Pabrik
Beban Bahan Penolong Beban pemakaian pitur, cat dan pernis Rp9.900.000
Beban pemakaian melamin Rp6.600.000
Beban pemakaian paku Rp4.700.000
Gaji satpam pabrik Rp2.400.000
Gaji mandor produksi Rp9.600.000
Beban air, listrik, telpon pabrik Rp15.200.000
Beban depresiasi bangunan pabrik Rp4.900.000
Beban depresiasi mesin pabrik Rp4.900.000
Beban perbaikan mesin Rp8.400.000
Rp66.600.000
Beban Operasional/komersial
Gaji saleman Rp4.200.000
Komisi saleman Rp12.200.000
Gaji karyawan kantor pemasaran Rp16.500.000
Gaji karyawan kantor administrasi Rp15.100.000
Beban air, listrik, telpon kantor pemasaran Rp6.900.000
Beban air, listrik, telpon kantor administrasi Rp9.900.000
Beban bunga Rp29.500.000
Beban depresiasi gedung kantor pemasaran Rp2.600.000
Beban depresiasi gedung kantor administrasi Rp2.700.000
Beban depresiasi kendaraan pemasaran Rp1.900.000
Beban depresiasi kendaraan direksi Rp1.500.000
Beban pemeliharaan gedung administrasi Rp6.700.000
Beban perbaikan komputer administrasi Rp4.800.000
Beban angkut penjualan Rp6.200.000
Beban iklan Rp18.300.000
Rp139.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


133

3. PT Domino produsn pakain kasual menggunakan kain dan kaos sebagai bahan baku produksi utamanya dan
menggunakan benang, kancing dan asesoris sebagai bahan penolong. Pemakaian bahan penolong dibebankan
pada periode yang bersangkutan. Lokasi pabrik dan kantor terpisah tapi dalam kompleks yang sama. Aktivitas
perusahaan sepanjang bulan April 2006 adalah sebagai berikut:
02/04/2006 Beli kain seharga Rp180.000.000 dimana sebesar Rp70.000.000 dibayar tunai dan sisanya
dibayar dalam tempo dua bulan. Atas pembayaran tunai tersebut diperoleh potongan tunai sebesar
Rp3.000.000
05/04/2006 Beli bahan penolong Rp22.000.000 dimana sebesar Rp9.000.000 dibayar tunai dan sisanya
beban bulan April 2006.
07/04/2006 Jual 200 lusin pakaian jadi ke Toko Matahari dan dibayar tunai sebesar Rp55.000.000
09/04/2006 Bayar beban iklan di Majalah Mode secara tunai Rp14.000.000
10/04/2006 Bayar utang usaha ke PT Indotekstil sebesar Rp64.000.000 untuk transaksi bulan lalu. Terhadap
pembayaran tersebut diperoleh potongan tunai Rp2.000.000
11/04/2006 Bayar beban listrik total Rp22.000.000 dimana 60% dan masing-masing 20% sisanya
dibebankan ke kantor administrasi dan ke kantor pemasaran
14/04/2006 Terima pelunasan piutang PT Cahya Sakti sejumlah Rp36.000.000 atas transaksi bulan lali. Atas
Atas transaksi ini diberikan potongan Rp2.000.000
16/04/2006 Bayar beban telpon total Rp14.000.000 dimana sebesar Rp6.500.000 dibebankan pada kantor
pabrik dan Rp4.200.000 dibebankan ke kantor administrasi dan sisanya dibebankan ke kantor
pemasaran.
18/04/2006 Jual 200 lusin pakaian jadi ke Toko Horison Rp90.000.000 Dari jumlah itu, telah diterima secara
tunai Rp40.000.000 dan sisanya dibayar bulan depan. Atas transaksi ini, diberikan potongan
kepada Toko Horison Rp2.500.000
19/04/2006 Bayar beban PDAM Rp8.500.000 dimana sebesar Rp3.500.000 dibebankan kepada pabrik, lalu
sebesar Rp2.500.000 dibebankan ke kantor administrasi dan sisanya untuk kantor pemasaran.
25/04/2006 Bayar upah tukang jahit sebesar total Rp17.500.000 tunai.
26/04/2006 Bayar gaji satpam dan mandor Rp16.000.000 dengan alokasi untuk beban pabrik Rp12.000.000
dan sisanya dibebankan secara merata ke kantor pemasaran dan kantor administrasi.
27/04/2006 Bayar beban bunga kredit bank sebesar Rp6.200.000
28/04/2006 Bayar gaji karyawan dengan total Rp28.000.000 dengan alokasi 60% merupakan jatah'
gaji karyawan pemasaran dan sisanya untuk gaji karyawan administrasi.
29/04/2006 Bayar komisi salesman secara tunai sebesar Rp8.200.000
30/04/2006 Bayar beban angkut penjualan sebesar Rp12.400.000
Beberapa keterangan lain sebagai berikut:
1. Beban depresiasi mesin bulan April 2006 adalah Rp2.000.000
2. Beban depresiasi gedung bulan April 2006 ialah Rp7.500.000 dialokasikan secara merata kepada
kantor administrasi, kantor pemasaran dan bangunan pabrik.
3. Beban depresiasi kendaraan bulan April 2006 sejumlah Rp4.200.000 dialokasikan secara merata kepada
kantor administrasi dan kantor pemasaran
4. Beban asuransi bulan April 2006 adalah Rp7.000.000 dibebankan ke pabrik Rp4.200.000 dan sisanya untuk
sisanya dialokasikan merata ke kantor administrasi dan kantor pemasaran.
Berdasarkan data di atas, buatlah jurnal umum dan jurnal penyesuaian yang diperlukan.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)
Tanggal JURNAL UMUM DEBET KREDIT
Bahan baku Rp180.000.000
Kas Rp70.000.000
02/04/2006
Utang Dagang Rp107.000.000
Potongan Pembelian Rp3.000.000
Bahan penolong Rp22.000.000
05/04/2006 Kas Rp9.000.000
Utang Dagang Rp13.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


134

Tanggal JURNAL UMUM DEBET KREDIT


Kas Rp55.000.000
07/04/2006
Penjualan Rp55.000.000
Beban iklan Rp14.000.000
09/04/2006
Kas Rp14.000.000
Utang dagang Rp64.000.000
10/04/2006 Kas Rp62.000.000
Potongan Pembelian Rp2.000.000
Beban listrik-Kantor Pabrik Rp13.200.000
Beban listrik-kantor administrasi Rp4.400.000
11/04/2006
Beban listrik-kantor pemasaran Rp4.400.000
Kas Rp22.000.000
Utang dagang Rp36.000.000
14/04/2006 Kas Rp34.000.000
Potongan Pembelian Rp2.000.000
Beban telpon-Kantor Pabrik Rp6.500.000
Beban telpon-kantor administrasi Rp4.200.000
16/04/2006
Beban telpon-kantor pemasaran Rp3.300.000
Kas Rp14.000.000
Kas Rp40.000.000
Piutang Dagang Rp47.500.000
18/04/2006
Potongan penjualan Rp2.500.000
Penjualan Rp90.000.000
Beban PDAM-Kantor Pabrik Rp3.500.000
Beban PDAM-kantor administrasi Rp2.500.000
19/04/2006
Beban PDAM-kantor pemasaran Rp2.500.000
Kas Rp8.500.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp17.500.000
25/04/2006
Kas
Beban Gaji Satpam-Pabrik Rp12.000.000
Beban Gaji Satpam-Pemasaran Rp2.000.000
26/04/2006
Beban Gaji Satpam-Administrasi Rp2.000.000
Kas Rp16.000.000
Beban bunga bank Rp6.200.000
27/04/2006
Kas Rp6.200.000
Beban Gaji karyawan-Pemasaran Rp16.800.000
28/04/2006 Beban Gaji karyawan-Administrasi Rp11.200.000
Kas Rp28.000.000
Beban Komisi Salesman Rp8.200.000
29/04/2006
Kas Rp8.200.000
Beban angkut penjualan Rp12.400.000
30/04/2006
Kas Rp12.400.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


135

Tanggal JURNAL PENYESUAIAN DEBET KREDIT


Beban depresiasi mesin Rp2.000.000
30/04/2006
Akumulasi depresiasi mesin Rp2.000.000
Beban depresiasi gedung-Pabrik Rp2.500.000
Beban depresiasi gedung-Pemasaran Rp2.500.000
Beban depresiasi gedung-Administrasi Rp2.500.000
30/04/2006
Akumulasi depresiasi gedung-Pabrik Rp2.500.000
Akumulasi depresiasi gedung-Administrasi Rp2.500.000
Akumulasi depresiasi gedung-Pemasaran Rp2.500.000
Beban depresiasi Kendaraan-Administrasi Rp2.100.000
Beban depresiasi Kendaraan-Pemasaran Rp2.100.000
30/04/2006
Akumulasi depresiasi Kendaraan-Administrasi Rp2.100.000
Akumulasi depresiasi Kendaraan-Pemasaran Rp2.100.000
Beban asuransi-Pabrik Rp4.200.000
Beban asuransi-Pemasaran Rp1.400.000
30/04/2006
Beban asuransi-Administrasi Rp1.400.000
Asuransi dibayar dimuka Rp7.000.000
4. PT Saeniki sebuah perusahaan produsen pompa air listrik, pada bulan September 2006 memiliki
Neraca Saldo sebagai berikut. Kas Rp264.000.000
Piutang usaha Rp260.000.000
Persediaan barang jadi Rp158.000.000
Persediaan barang dalam proses Rp46.000.000
Persediaan bahan baku Rp72.000.000
Perlengkapan kantor Rp52.000.000
Aktiv tetap Rp400.000.000
Akumulasi Depresiasi aktiva tetap Rp32.000.000
utang usaha Rp262.000.000
Utang bank Rp379.000.000
Modal saham Rp350.000.000
Laba ditahan Rp171.000.000
Dividen Rp56.000.000
Penjualan Rp535.000.000
Pembelian bahan baku Rp169.000.000
Beban tenaga kerja langsung Rp68.000.000
Beban bahan penolong Rp42.000.000
Beban tenaga kerja penolong Rp48.000.000
Beban pabrikan lain Rp31.000.000
Beban pemasaran Rp34.000.000
Beban administrsi dan umum Rp29.000.000
Total Rp1.729.000.000 Rp1.729.000.000
Keterangan lain yang tersedia:
1. Perlengkapan kantor yang tersisa pada akhir bulan September 2006 adalah Rp46.000.000
2. Persediaan barang jadi pada akhir bulan September 2006 sebesar Rp127.000.000
3. Persediaan barang dalam proses pada akhir bulan September 2006 sebesar Rp36.000.000
4. Persediaan bahan baku pada akhir bulan September 2006 sebesar Rp87.000.000
5. Beban depresiasi untuk bulan September 2006, Rp4.000.000
Berdasarkan informasi di atas, buatlah:
a. Neraca lajur per 30 September 2006
b. Laporan Keuangan per 30 September 2006
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


136

a. Neraca lajur per 30 September 2006


PT SAENIKI
BERACA LAJUR
per September 2006
Saldo Awal Penyesuaian Setelah Penyesuaian LAPORAN LABA RUGI NERACA
AKUN
DEBET KREDIT' DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT
Kas 264.000 - JP4 15.000 249.000 249.000
Piutang usaha 260.000 - 260.000 260.000
JP2 31.000 189.000
Persediaan barang jadi 158.000 199.000
JP3 10.000 10.000
JP2 31.000 15.000
Persediaan barang dalam proses 46.000 5.000
- JP3 10.000 - 10.000
Persediaan bahan baku 72.000 - 72.000 72.000
Perlengkapan kantor 52.000 - JP1 Rp6.000 46.000 46.000
Aktiv tetap 400.000 - 400.000 400.000
Akumulasi Depresiasi aktiva tetap 32.000 JP5 Rp4.000 36.000 36.000
utang usaha 262.000 - 262.000 262.000
Utang bank 379.000 - 379.000 379.000
Modal saham 350.000 - 350.000 350.000
Laba ditahan 171.000 - 171.000 171.000
Dividen 56.000 - 56.000 56.000
Penjualan 535.000 - 535.000 535.000
Pembelian bahan baku 169.000 JP4 15.000 184.000 184.000
Beban tenaga kerja langsung 68.000 - 68.000 68.000
Beban bahan penolong 42.000 - 42.000 42.000
Beban tenaga kerja penolong 48.000 - 48.000 48.000
Beban pabrikan lain 31.000 - 31.000 31.000
Beban pemasaran 34.000 - 34.000 34.000
Beban administrsi dan umum 29.000 - 29.000 29.000
Beban Perlengkapan kantor JP1 Rp6.000 Rp6.000 Rp6.000
Beban depresiasi aktiva tetap JP5 Rp4.000 Rp4.000 Rp4.000
Rp502.000 Rp535.000
LABA Rp33.000 Rp33.000
Total 66.000 66.000 1.743.000 1.743.000 Rp535.000 Rp535.000 1.231.000 1.231.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


137

Perlengkapan kantor awal periode Rp52.000.000


Perlengkapan kantor akhir periode Rp46.000.000 (-)
Beban perlengkapan kantor Rp6.000.000

Beban perlengkapan kantor Rp6.000.000


JP1
Perlengkapan Kantor Rp6.000.000

Persediaan barang jadi akhir periode Rp158.000.000


Persediaan barang jadi awal periode Rp127.000.000 (-)
Penambahan Barang Jadi Rp31.000.000

Persediaan Barang Jadi Rp31.000.000


JP2
Persediaan barang dalam proses Rp31.000.000

Persediaan barang dalam proses awal periode Rp46.000.000


Persediaan barang dalam proses akhir periode Rp36.000.000 (-)
Barang jadi Rp10.000.000

Persediaan barang jadi Rp10.000.000


JP3
Persediaan barang dalam proses Rp10.000.000

Persediaan bahn baku akhir periode Rp87.000.000


Persediaan bahn baku awal periode Rp72.000.000 (-)
Penambahan Bahan Baku Rp15.000.000

Pembelian bahan baku Rp15.000.000


JP4
Kas Rp15.000.000

Beban Depresiasi Aktiva Tetap Rp4.000.000


JP5
Akumulasi Depresiasi Aktiva Tetap Rp4.000.000

b. Laporan Keuangan per 30 September 2006

Penjualan Rp535.000.000
Pembelian bahan baku Rp184.000.000
Beban tenaga kerja langsung Rp68.000.000
Beban bahan penolong Rp42.000.000
Beban tenaga kerja penolong Rp48.000.000
Beban pabrikan lain Rp31.000.000
Beban pemasaran Rp34.000.000
Beban administrsi dan umum Rp29.000.000
Beban Perlengkapan kantor Rp6.000.000
Dividen Rp56.000.000
Beban depresiasi aktiva tetap Rp4.000.000 (+)
Rp502.000.000 (-)
Laba Periode Rp33.000.000

PT SAENIKI
NERACA
per September 2006
AKTIVA PASIVA
Kas Rp249.000.000 Utang usaha Rp262.000.000
Piutang usaha Rp260.000.000 Utang bank Rp379.000.000
Persediaan barang jadi Rp199.000.000
Persediaan barang dalam proses Rp5.000.000
Persediaan bahan baku Rp72.000.000 Laba periode Rp33.000.000
Perlengkapan kantor Rp46.000.000 Laba ditahan Rp171.000.000
Aktiv tetap Rp400.000.000 Modal saham Rp350.000.000
Akumulasi Depresiasi aktiva tetap (Rp36.000.000)
Rp1.195.000.000 Rp1.195.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


138

5. Informasi berikut berasal dari PT Bunga untuk tahun 2013.


Persediaan 1 Januari 2013
Bahan baku Rp4.500
Barang dalam proses Rp9.140
barang jadi Rp13.925
Berdasarkan perhitungan fisik, persediaan per 31 Desember 2013 adalah:
Bahan baku Rp5.580
Barang dalam proses Rp9.730
barang jadi Rp11.570
Pembelian bahan baku Rp77.200
Potongan pembelian Rp1.370
Pengangkutan pembelian Rp4.670
Upah tenaga kerja langsung Rp96.710
Upah tenaga kerja tidak langsung Rp48.230
Listrik dan gas di pabrik Rp14.775
Depresiasi bangunan dan alat pabrik Rp4.140
Diminta:
1. Hitung biaya overhead pabrik
2. Susunlah laporan (skedul) harga pokok produksi
3. Hitunglah harga pokok penjualan
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi 2, Sodikin dan Riyono, 2014, format disesuaikan)

1. Perhitungan Biaya Overhead Pabrik


Upah tenaga kerja tidak langsung Rp48.230
Listrik dan gas di pabrik Rp14.775
Depresiasi bangunan dan alat pabrik Rp4.140 (+)
Biaya Overhed Pabrik Rp67.145

2. Laporan (skedul) Harga Pokok Produksi


Persediaan barang dalam proses (awal) Rp9.140
Ditambah:
Persediaan bahan baku (awal) Rp4.500
Pembelian bahan baku Rp77.200 (+)
Bahan baku tersedia untuk dipakai Rp48.230
Persedian Akhir Rp5.580 (-)
Pemakaian Bahan Baku Rp42.650
Tenaga Kerja Langsung Rp96.710
Biaya Overhead Pabrik
Tenaga kerja tidak langsung Rp48.230
Listrik dan air Rp14.775
Pemakaian bahan penolong Rp0
Penyusutan mesin dan pabrik Rp4.140 (+)
Total Biaya Overhead Pabrik Rp67.145 (+)
Total Biaya Produksi Rp206.505
Total Barang dalam Proses Rp215.645
Persediaan Barang Dalam Proses (akhir) Rp9.730
Harga Pokok Produksi Rp205.915

3. Perhitungan Harga Pokok Penjualan


Persediaan barang jadi (awal) Rp13.925
Harga Pokok Produksi Rp205.915 (+)
Tersedia untuk dijual Rp219.840
Persediaan barang jadi (akhr) Rp11.570 (-)
Harga Pokok Penjualan Rp208.270

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


139

6. PT Kembang mengakhiri operasi periode 2013 pada tanggal 31 Desember. Berbagai informasi yang tersedia
adalah sebagai berikut:
Persediaan 1 Januari 2013
Bahan baku Rp3.330
Barang dalam proses Rp9.080
barang jadi Rp9.700
Berdasarkan perhitungan fisik, persediaan per 31 Desember 2013 adalah:
Bahan baku Rp4.115
Barang dalam proses Rp5.980
barang jadi Rp11.870
Upah tenaga kerja langsung Rp67.110 Listrik kantor Rp1.470
Upah tenaga kerja tidak langsung Rp30.070 Depresiasi bangunan pengecoran Rp2.650
Upah bagian administrasi Rp40.415 Depresiasi gedung kantor Rp1.490
Komisi bagian penjualan Rp38.100 Depresiasi perangkat pengecoran Rp29.400
Pembelian bahan baku Rp88.345 Depresiasi perangkat kantor Rp4.980
Pengangkutan pembelian bahan baku Rp5.160 Overhead pengecoran lain-lain Rp5.880
Pemakaian bahan habis pakai pengecoran Rp10.590 Beban administrasi dan umum lain Rp2.330
Pemakaian bahan habis pakai kantor Rp3.190 Beban penjualan dan lain-lain Rp9.745
Listrik dan gas pengecoran Rp11.600
Diminta:
1. Hitung biaya overhead pabrik
2. Susunlah laporan (skedul) harga pokok produksi
3. Hitunglah beban pokok penjualan
4. Buatlan jurnal penyesuaian dan penutup yang diperlukan
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi 2, Sodikin dan Riyono, 2014, format disesuaikan)

1. Perhitungan Biaya Overhead Pabrik

Upah tenaga kerja tidak langsung Rp30.070


Pemakaian bahan habis pakai pengecoran Rp10.590
Listrik dan gas pengecoran Rp11.600
Depresiasi bangunan pengecoran Rp2.650
Overhead pengecoran lain-lain Rp5.880
Biaya Overhead Pabrik Rp60.790

2. Laporan (skedul) Harga Pokok Produksi


Persediaan barang dalam proses (awal) Rp9.080
Ditambah:
Persediaan bahan baku (awal) Rp3.330
Pembelian bahan baku Rp88.345 (+)
Bahan baku tersedia untuk dipakai Rp91.675
Persedian Akhir Rp4.115 (-)
Pemakaian Bahan Baku Rp87.560
Tenaga Kerja Langsung Rp67.110
Biaya Overhead Pabrik Rp60.790 (+)
Total Biaya Produksi Rp215.460 (+)
Total Barang dalam Proses Rp224.540
Persediaan Barang Dalam Proses (akhir) Rp5.980 (-)
Harga Pokok Produksi Rp218.560

3. Perhitungan Beban Pokok Penjualan


Persediaan barang jadi (awal) Rp13.925
Harga Pokok Produksi Rp218.560 (+)
Tersedia untuk dijual Rp232.485
Persediaan barang jadi (akhr) Rp11.870 (-)
Harga Pokok Penjualan Rp220.615

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


140

7. PT Tiga Saudara sebuah perusahaan manufaktur. Akun-akun yang bersangkutan per 31/12/2003
berkaitan dengan produksi tahun 2013 menunjukkan saldo sebagai berikut:
Persediaan Bahan baku. 1 Januari Rp3.990
Persediaan Barang dalam proses, 1 Januari Rp8.970
Persediaan barang jadi, 1 Januari Rp5.985
Pembelian bahan baku Rp111.720
Potongan dan retur pembelian bahan baku Rp4.985
Upah tenaga kerja langsung Rp65.835
Upah tenaga kerja tidak langsung Rp40.890
Pemakaian bahan habis pakai pabrik Rp5.885
Overhead pabrik lain-lain Rp9.470
Informansi penyesuaian yang diperoleh pada 31 Desember 2013 adalah:
a. Depresiasi bangunan pabrik Rp4.290
b. Depresiasi perangkat pabrik Rp21.530
c. Persediaan bahan baku, 31 Desember Rp3.120
d. Persediaan barang dalam proses, 31 Desember Rp11.960
e. Persediaan barang jadi, 31 Desember Rp5.595
Diminta:
1. Siapkan akun dalam format T untuk menampung saldo-saldo yang bersangkutan
2. Siapkan jurnal penyesuaian yang diperlukan
3. Tentukan harga pokok produksi
4. Tentukan beban pokok penjualan
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi 2, Sodikin dan Riyono, 2014, format disesuaikan)

1. Akun dalam format T untuk menampung saldo-saldo yang bersangkutan

Persediaan bahan baku Persediaan Barang Dalam Proses Persediaan Barang Jadi
Sa Rp3.990 Rp4.985 Sa Rp8.970 Sa Rp5.985
Rp111.720
Rp115.710 Rp8.970 Rp5.985
Rp115.710

Upah Tenaga Kerja Langsung Bahan Habis Pakai Pabrik Overhead Pabrik Lainnya
Rp65.835 Rp5.885 Rp9.470

Rp65.835 Rp5.885 Rp9.470


Rp65.835 Rp5.885 Rp9.470

Beban Depresiasi Bangunan Pabrik Beban Depresiasi Perangkat Pabrik Pembelian


JP2 Rp4.290 JP1 Rp21.530 Rp4.985 Rp111.720

Rp4.290 Rp21.530 Rp4.985


Rp4.290 Rp21.530 Rp4.985

Akumulasi Depresiasi Bangunan Pabrik Akumulasi Depresiasi Perangkat Pabrik Potongan dan Retur Pembelian
JP2 Rp4.290 JP1 Rp21.530 Rp4.985

Rp4.290 Rp21.530 Rp4.985


Rp4.290 Rp21.530 Rp4.985

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


141

Harga Pokok Produksi Biaya Bahan Baku Upah Tenaga Kerja Tidak Langsung
JP3 Rp11.960 JP3 Rp11.960 Rp40.890

Rp11.960 Rp11.960
Rp11.960 Rp11.960

2. Jurnal Penyesuaian yang diperlukan


Persediaan Bahan baku. 1 Januari Rp3.990
Pembelian bahan baku Rp111.720 (+)
Bahan baku tersedia Rp115.710
Persediaan Bahan baku. 31 Januari Rp3.120 (-)
Pemakaian Bahan Baku Rp11.960
Persediaan Barang Jadi. 1 Januari Rp5.985
Biaya Bahan Baku Rp11.960 Harga Pokok Produksi Rp231.680 (+)
JP3
Harga Pokok Produksi Rp11.960 Barang tersedia dijual Rp237.665
Persediaan Bahan Jadi. 31 Januari Rp5.595 (-)
Depresiasi perangkat pabrik Rp21.530 Penjualan Rp232.070
JP2
Akumulasi depresiasi perangkat pabrik Rp21.530

Depresiasi perangkat pabrik Rp4.290


JP1
Akumulasi depresiasi bangunan pabrik Rp4.290

3. Harga Pokok Produksi


Persediaan barang dalam proses (awal) Rp8.970
Ditambah:
Persediaan bahan baku (awal) Rp3.990
Pembelian bahan baku Rp111.720 (+)
Bahan baku tersedia untuk dipakai Rp115.710
Persedian Akhir Rp3.120 (-)
Pemakaian Bahan Baku Rp112.590
Tenaga Kerja Langsung Rp65.835
Biaya Overhead Pabrik Rp56.245 (+)
Total Biaya Produksi Rp234.670 (+)
Total Barang dalam Proses Rp243.640
Persediaan barang dalam proses (akhir) Rp11.960 (-)
Harga Pokok Produksi Rp231.680

4. Beban Pokok Penjualan


Persediaan barang jadi (awal) Rp5.985
Harga Pokok Produksi Rp231.680 (+)
Tersedia untuk dijual Rp237.665
Persediaan barang jadi (akhr) Rp5.595 (-)
Harga Pokok Penjualan Rp232.070

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


142

8. PT Lautan Rejeki memproduksi dan menjual makanan kalengan. Data-data yang tersedia adalah:
Persediaan 1 Januari 2013
Bahan baku Rp10.300
Barang dalam proses Rp0
barang jadi Rp70.740
Berdasarkan perhitungan fisik, Persediaan 31 Januari 2013
Bahan baku Rp10.740
Barang dalam proses Rp19.535
barang jadi Rp72.750
Saldo akun-akun yang berkaitan dengan produksi, penjualan dan kegiatan administrasi per 31/12/13
adalah sebagai berikut:
Pembelian bahan baku Rp144.830
Upah tenaga kerja langsung Rp82.740
Biaya Overhead pabrik Rp51.880
Pengangkutan pembelian bahan baku Rp5.490
Potongan pembelian bahan baku Rp2.590
Penjualan Rp363.380
Retur Penjualan Rp5.840
Potongan Penjualan Rp1.890
Biaya administrasi dan umum Rp17.350
Diminta:
1. Buatlah skedul harga pokok produksi
2. Tentukan beban pokok penjualan
3. Buatlah laporan laba-rugi
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi 2, Sodikin dan Riyono, 2014, format disesuaikan)

1. Buatlah skedul harga pokok produksi


Persediaan barang dalam proses (awal) Rp0
Ditambah:
Persediaan bahan baku (awal) Rp10.300
Pembelian bahan baku Rp144.830 (+)
Bahan baku tersedia untuk dipakai Rp155.130
Persedian Akhir Rp10.740 (-)
Pemakaian Bahan Baku Rp144.390
Tenaga Kerja Langsung Rp82.740
Biaya Overhead Pabrik Rp51.880 (+)
Total Biaya Produksi Rp279.010 (+)
Total Barang dalam Proses Rp279.010
Persediaan barang jadi (akhr) Rp72.750 (-)
Harga Pokok Produksi (akhir) Rp206.260

2. Perhitungan Beban Pokok Penjualan


Persediaan barang jadi (awal) Rp70.740
Harga Pokok Produksi Rp206.260 (+)
Tersedia untuk dijual Rp277.000
Persediaan barang jadi (akhr) Rp72.750 (-)
Harga Pokok Penjualan Rp204.250

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


143

3. Laporan Laba Rugi


Penjualan Rp363.380
Retur penjualan Rp5.840 (-)
Potongan Penjualan Rp1.890 (-)
Potongan Pembelian Rp2.590 (+)
Penjualan Bersih Rp358.240
Pembelian bahan baku Rp144.390
Beban tenaga kerja langsung Rp82.740
Biaya angkut pembelian bahan baku Rp5.490
Biaya administrasi dan umum Rp17.350 (+)
Rp249.970 (-)
Laba Periode Rp108.270

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


144

BAB 8 AKUNTANSI UNTUK PERSEKUTUAN

Persekutuan (partnership) merupakan gabungan dua orang atau lebih yang memiliki dan
menjalankan usaha untuk mendapatkan laba. Di Indonesia persekutuan dapat berbentuk Persekutuan
perdata, Firma dan Persekutuan Terbatas (CV). Persekutuan memiliki masa yang terbatas, dalam
artian akan berakhir jika salah satu rekan bangkrut, tidak berpartisipasi lagi atau meninggal dunia.
Demikian pula jika ada rekan baru bergabung ke dalam persekutuan maka persekutuan yang lama
harus diakhiri dan dibuatkan persekutuan yang baru.
Sekalipun persekutuan memiliki masa terbatas, tetapi para pendiri persekutuan memiliki
kewajiban yang tidak terbatas. Artinya setiap rekan secara individu bertanggungjawab atas
kewajiban kepada kreditor atas utang yang dibuat oleh persekutuan. Dalam hal persekutuan tidak
memiliki aset untuk melunasi kewajiban kepada pihak kreditor, maka para rekan secara pribadi harus
melunasi kewajiban tersebut dengan aset pribadi.
Seluruh penyertaan aset pribadi seorang rekan ke dalam persekutuan akan menjadi kepemilikan
bersama para rekan dalam persekutuan tersebut. Bilamana persekutuan harus berakhir maka klaim
atas harta persekutuan harus dibagikan kepada para rekan berdasarkan proporsi saldo modal masing-
masing dalam persekutuan.

CV dan Firma
Di Indonesia, persekutuan terbatas disebut CV (commoditaire vennotschap), CV adalah
persekutuan dengan satu rekan umum (aktif) dan satu atau lebih rekan pasif. Dalam hal ini, rekan
aktif harus bertanggung-jawab secara pribadi atas seluruh utang persekutuan, sedangkan rekan pasif
(sebagai penyerta modal) hanya bertanggungjawab sebesar kontribusi modalnya saja. Untuk
kepentingan tata kelola internal persekutuan, rekan aktif maupun pasif dapat bersama-sama
melakukan pengawasan.
Rekan pasif dalam CV memiliki hak berbeda dengan kreditor terhadap persekutuan. Bagi
kreditor, hak atas tagihannya ke persekutuan tetap ada walau persekutuan mengalami penurunan aset.
Dengan demikian, rekan pasif hanya mendapatkan hak bagian hanya ketika persekutuan memperoleh
laba, sedangkan jika persekutuan mengalami kerugian maka rekan pasif ikut menanggung kerugian
tersebut sebesar kontribusinya dalam persekutuan.
Firma merupakan bentuk persekutuan lain. Berbeda dengan CV, Firma (disingkat Fa.) biasanya
berbentuk entitas jasa profesional (misal: kantor pengacara, kantor akuntan) dengan identitas selalu
menyertakan nama rekan sebagai identitas usaha. Firma tidak memiliki batasan tanggung jawab bagi
para rekan, sehingga semua rekan memiliki kewajiban yang sama dalam persekutuan terkait dengan
klaim pihak eksternal.

8.1 AKUNTANSI PENDIRIAN DAN PEMBAGIAN LABA PERSEKUTUAN


Penerapan akuntansi dalam persekutuan tidak berbeda dengan bentuk badan usaha lainnya.
Namun sedikit modifikasi dibutuhkan dalam akuntansi transaksi persekutuan dalam hal pendirian,
pembagian laba-rugi, pembubaran dan likuidasi persekutuan.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


145

Pendirian Persekutuan (CV atau Fa.)


Dalam mendirikan persekutuan, investasi (penyertaan) setiap rekan dicatat secara terpisah.
Investasi tersebut dicatat dengan jurnal mendebet aset persekutuan dan mengkredit modal rekan
(yang menyerahkan modal) sebesar jumlah bersih.

Contoh 8.1: Zacha menyerahkan peralatan, persediaan dan kas ke persekutuan. Kas sebesar
Rp34.000.000 dan peralatan sebesar nilai buku Rp23.000.000 (nilai pasarnya adalah
Rp29.000.000, persediaan dengan nilai buku Rp60.000.000 (nilai pasarnya hanya
Rp15.000.000). Persekutuan juga mengambilalih kewajiban (wesel bayar) milik Zacha sebesar
Rp12.000.000 yang sebelumnya dipakai untuk membeli peralatan. Jurnal untuk mencatat
kontibusi Zacha adalah sebagai berikut.

Thn. XX Kas Rp34.000.000


xx Persediaan*) Rp15.000.000
Peralatan*) Rp29.000.000
Wesel bayar Rp12.000.000
Modal, Zacha Rp66.000.000
*) sebesar nilai pasar

Pembagian Laba (Rugi)


Laba (rugi) bersih persekutuan dapat dibagi sama rata di antara para rekan. Namun dalam
praktik ada beberapa metode bisa dipakai berdasarkan kesepakatan tertulis. Metode pembagian laba
(rugi) tersebut antara lain:
1. Dibagi sama di antara para rekan. Dalam hal ini, laba (rugi) persekutuan dibagi secara
merata di antara para rekan tanpa mempertimbangkan kontribusi modal.

Contoh 8.2: Firma Bondan dan Rekan memperoleh Laba tahun 2016 sebesar
Rp90.000.000 dan disepakati dibagi rata.

Laba Tahun 2016 Rp90.000.000 Iktisar laba rugi Rp90.000.000


Laba untuk Bondan Rp90.000.000 / 3 = Rp30.000.000 Jurnal Modal Bondan Rp30.000.000
Laba untuk Zacha Rp90.000.000 / 3 = Rp30.000.000 Modal Zacha Rp30.000.000
Laba Untuk Angga Rp90.000.000 / 3 = Rp30.000.000 Modal Angga Rp30.000.000

2. Dibagi berdasarkan rasio tetap. Rasio ini digunakan jika semua sekutu memiliki kontribusi
modal yang sama besar dalam persekutuan, sehingga laba (rugi) didistribusi berdasarkan
perbandingan tertentu.

Contoh 8.3: Firma Bondan dan Rekan membagi laba dengan rasio tetap 5:3:2. Laba
persekutuan tahun 2016 adalah Rp90.000.000

Laba Tahun 2016 Rp90.000.000 Iktisar laba rugi Rp90.000.000


Laba untuk Bondan 1/2 x Rp90.000.000 = Rp45.000.000 Jurnal Modal Bondan Rp45.000.000
Laba untuk Zacha 3/10 x Rp90.000.000 = Rp27.000.000 Modal Zacha Rp27.000.000
Laba Untuk Angga 1/5 x Rp90.000.000 = Rp18.000.000 Modal Angga Rp18.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


146

3. Dibagi berdasarkan rasio tertentu, Rasio tersebut bisa berdasarkan perbandingan


kontribusi modal masing-masing terhadap total modal persekutuan (bisa modal awal,
modal rata-rata, atau modal akhir).

Contoh 8.4: Firma Bondan dan Rekan didirikan pada tanggal 1 Januari 2016. Modal awal
para rekan adalah sebagai berikut: Modal Bondan Rp 50.000.000, Modal Zacha
Rp30.000.000, Modal Angga Rp20.000.000. Disepakati pembagian laba (rugi) persekutuan
dengan memperhitungkan rasio saldo modal awal tahun. Laba persekutuan tahun 2016
adalah Rp90.000.000
BONDAN ZACHA ANGGA TOTAL Iktisar laba rugi Rp90.000.000
Laba Rp90.000.000 Jurnal Modal Bondan Rp45.000.000
Modal awal Rp50.000.000 Rp30.000.000 Rp20.000.000 Rp100.000.000 Modal Zacha Rp27.000.000
Rasio Modal Awal 50% 30% 20% Modal Angga Rp18.000.000
Pembagian Laba Rp45.000.000 Rp27.000.000 Rp18.000.000

4. Dibagi dengan memperhitungkan gaji para rekan, lalu sisa dibagi rata.

Contoh 8.5: Firma Leonardo dan Rekan didirikan pada tanggal 1 Januari 2016 membagi
laba (rugi) persekutuan dengan memperhitungkan gaji per bulan untuk Leonardo
Rp1.000.000; Zacha Rp1.500.000; dan Angga Rp2.000.000, kemudian sisa dibagi rata.
Laba persekutuan tahun 2016 adalah Rp90.000.000

BONDAN ZACHA ANGGA TOTAL


Laba a Rp90.000.000 Iktisar laba rugi Rp90.000.000
Gaji per bulan b Rp1.000.000 Rp1.500.000 Rp2.000.000 Jurnal Modal Bondan Rp24.000.000
Gaji per tahun c = b x 12 Rp12.000.000 Rp18.000.000 Rp24.000.000 Rp54.000.000 Modal Zacha Rp30.000.000
Sisa laba d=a-c Rp36.000.000 Modal Angga Rp36.000.000
Bagi sisa Laba e = d/3 Rp12.000.000 Rp12.000.000 Rp12.000.000
Jumlah bagi laba f=c+e Rp24.000.000 Rp30.000.000 Rp36.000.000 Rp90.000.000

5. Dibagi setelah memperhitungkan bunga investasi modal, lalu sisanya dibagi sesuai rasio
tetap.

Contoh 8.6: Firma Leonardo dan Rekan didirikan pada tanggal 1 Januari 2016. Modal
awal para rekan yang disetorkan ke Firma adalah sebagai berikut: Modal Leonardo Rp
50.000.000, Modal Zacha Rp30.000.000, Modal Angga Rp20.000.000. Disepakati
pembagian laba (rugi) persekutuan bunga investasi 20% berdasarkan saldo modal awal
tahun, dan sisa dibagi rata. Laba persekutuan tahun 2016 adalah Rp80.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


147

BONDAN ZACHA ANGGA TOTAL


Laba a Rp80.000.000 Iktisar laba rugi Rp80.000.000
Modal awal b Rp50.000.000 Rp30.000.000 Rp20.000.000 Rp100.000.000 Jurnal Modal Bondan Rp30.000.000
Bunga modal 20% c Rp10.000.000 Rp6.000.000 Rp4.000.000 Rp20.000.000 Modal Zacha Rp26.000.000
Sisa laba d=a-c Rp60.000.000 Modal Angga Rp24.000.000
Bagi sisa Laba e = d/3 Rp20.000.000 Rp20.000.000 Rp20.000.000 Rp60.000.000
Jumlah bagi laba f = c + e Rp30.000.000 Rp26.000.000 Rp24.000.000 Rp80.000.000

6. Dibagi setelah mempertimbangkan gaji rekan, bunga invetasi modal, lalu sisanya dibagi
sesuai rasio tetap.

Contoh 8.7: Firma Leonardo dan Rekan didirikan pada tanggal 1 Januari 2016. Modal awal
para rekan yang disetorkan ke Firma adalah sebagai berikut: Modal Leonardo Rp 50.000.000,
Modal Zacha Rp30.000.000, Modal Angga Rp20.000.000. Disepakati pembagian laba (rugi)
persekutuan memperhitungkan hal-hal sebagai berikut: (a) gaji per bulan untuk Leonardo
Rp1.000.000; Zacha Rp1.500.000; dan Angga Rp2.000.000. (b) bunga investasi 20%
berdasarkan saldo modal awal tahun. (c) sisa laba jika ada dibagi dengan rasio tetap 5:3:2.
Laba persekutuan tahun 2016 adalah Rp80.000.000.

Keterangan LEONARDO ZACHA ANGGA TOTAL


Laba a Rp80.000.000
Modal awal b Rp50.000.000 Rp30.000.000 Rp20.000.000 Rp100.000.000
Gaji per bulan c Rp1.000.000 Rp1.500.000 Rp2.000.000 Rp4.500.000
Gaji per tahun d = c x 12 Rp12.000.000 Rp18.000.000 Rp24.000.000 Rp54.000.000 Iktisar laba rugi Rp80.000.000
Sisa laba e=a-c Rp26.000.000 Jurnal Modal Bondan Rp25.000.000
Bunga modal 20% f = % x b Rp10.000.000 Rp6.000.000 Rp4.000.000 Rp20.000.000 Modal Zacha Rp25.800.000
Sisa laba g=a-c Rp6.000.000 Modal Angga Rp29.200.000
Rasio tetap 5:3:2 h 1/2 3/10 1/5
Bagi sisa Laba i = d/3 Rp3.000.000 Rp1.800.000 Rp1.200.000 Rp6.000.000
Jumlah bagi laba k = d+f+i Rp25.000.000 Rp25.800.000 Rp29.200.000 Rp80.000.000

Biasanya atas dasar kesepakatan, setiap rekan boleh mengambil uang persekutuan pada
maksimal jumlah tertentu untuk kepentingan pribadi. Dalam akuntansi persekutuan dicatat dengan
mendebet akun Prive dan mengkredit akun Kas sebesar penarikan pribadi yang terjadi. Karena prive
bersifat mengurangi modal, maka pada akhir periode harus dibuatkan jurnal penyesuaian dengan
mendebet akun Modal rekan dan mengkredit akun Prive.

Pengambilan uang persekutuan untuk kepentingan pribadi rekan dicatat dengan jurnal:

Prive, rekan xxx


Modal, rekan xxx

8.2 KEIKUTSERTAAN DAN PENGUNDURAN DIRI REKAN


Bergabungnya rekan baru atau mundurnya seorang rekan dari persekutuan sering terjadi.
Masuknya dan/atau keluarnya seorang rekan menyebabkan harus dibuat perjanjian yang baru
sehubungan dengan pembagian laba atau rugi persekutuan. Seorang rekan baru dapat bergabung
dengan cara:

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


148

(a) Membeli hak atas kepemilikan dari salah satu atau lebih rekan. Dalam hal ini, total aset atau
ekuitas pemilik perusahaan tidak berubah.
(b) Menyerahkan aset kepada persekutuan. Dengan cara ini, total aset dan ekuitas pemilik
perusahaan akan bertambah.

Keikutsertaaan Rekan Baru Dalam Persekutuan—Membeli Kepemilikan


Pembelian dan penjualan hak kepemilikan persekutuan antara rekan baru yang telah ada
merupakan transaksi pribadi. Kepentingan perusahaan hanya mencatat perpindahan hak kepemilikan
dari rekan yang ada ke rekan yang baru masuk. Jika pembayaran yang dilakukan untuk membeli
lebih besar dari hak kepemilikan yang dialihkan, maka yang dicatat hanya sebesar hak kepemilikan
yang beralih, sedangkan kelebihan pembayaran menjadi hak pribadi rekan yang menjual hak
kepemilikannya.

Contoh 8.8: Dhenayu dan Cinthya adalah rekanan dalam sebuah Firma. Masing-masing
memiliki saldo modal sebesar Rp50.000.000. Pada tanggal 1 September 2016, masing-masing
rekan menjual seperlima bagian ekuitasnya kepada Anggi senilai Rp10.000.000 secara tunai.
Jurnal yang dibuat adalah:

Sept. 1 Modal, Dhenayu**) Rp10.000.000


Modal, Cinthya**) Rp10.000.000
Modal, Anggi*) Rp20.000.000
*)
1/5 x Rp100.000.000 = Rp20.000.000;
**)
Rp20.000.000/2 = Rp10.000.000

Dalam hal ini, pertukaran kas dengan bagian ekuitas yang diperjual-belikan bukan merupakan
transaksi persekutuan sehingga tidak dijurnal. Persekutuan hanya menjurnal bagian ekuitas
(kepemilikan) yang berpindah. Pengaruh dari transaksi dalam contoh 4.8 digambarkan dalam
diagram sebagai berikut:
Akun Persekutuan
Modal, Dhenayu
10.000.000 50.000.000
Modal, Anggi
20.000.000
Modal, Cinthya
10.000.000

Keikutsertaaan Rekan Baru Dalam Persekutuan—Menyerahkan Aset


Ketika rekan baru bergabung ke persekutuan dengan menyerahkan aset, maka aset dan ekuitas
pemilik akan meningkat. Penyerahan aset rekan baru, tidak akan mempengaruhi jumlah modal rekan
yang sudah lebih dulu ada dalam persekutuan, namun mempengaruhi ekuitas kepemilikan
persekutuan untuk semua rekan termasuk rekan yang baru bergabung.

Contoh 8.9: Dhenayu dan Cinthya adalah rekanan dalam Fa. DC & Co.. Saldo modal
Dhenayu adalah Rp35.000.000 dan saldo modal Cinthya adalah Rp25.000.000. Pada tanggal

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


149

1 Juli 2016, Anggi menjadi rekan baru dengan menyerahkan uang tunai Rp20.000.000 ke Fa.
DC & Co. Jurnal yang dibuat adalah:

Juli, 1 Kas Rp20.000.000


Modal, Anggi Rp20.000.000

Pengaruh dari transaksi dalam contoh 4.9 digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Akun Persekutuan
Aset Anggi Modal Dhenayu
20.000.000 35.000.000
Modal, Anggi
20.000.000

25.000.000

Transaksi di atas menyebabkan ekuitas pemilik persekutuan yang baru menjadi Rp80.000.000,
dimana Anggi memiliki ¼ bagian kepemilikan (= Rp20.000/Rp80.000.000), sedangkan hak untuk
mendapatkan laba bersih ditentukan dengan perjanjian yang baru.

Keikutsertaaan Rekan Baru Dalam Persekutuan—Revaluasi Aset


Ketika ada rekan baru akan bergabung dalam perusahaan persekutuan, maka saldo akun aset
persekutuan harus di-revaluasi (disesuaikan) agar mendekati terkini (biasanya nilai pasar).
Revaluasi tersebut dapat menyebabkan nilai revaluasi lebih besar atau lebih tinggi dari nilai buku.
Jika nilai revaluasi lebih tinggi dari nilai buku maka ada kenaikan nilai aset, sedangkan bila nilai
revaluasi lebih rendah dari nilai buku maka ada penurunan nilai aset. Kenaikan (penurunan) bersih
nilai aset karena proses revaluasi dibagikan ke setiap rekan berdasarkan rasio pembagian laba yang
telah disepakati.

Contoh 8.10: Dhenayu dan Cinthya adalah rekanan dalam Fa. DC & Co.. Saldo modal
Dhenayu adalah Rp35.000.000 dan saldo modal Cinthya adalah Rp25.000.000. Diasumsikan
laba-rugi dibagi rata. Pada tanggal 31 Juli 2016, aset persediaan dengan nilai buku
Rp16.000.000 direvaluasi sesuai nilai pengganti (harga pasar) sebesar Rp17.500.000.
sehingga ada kenaikan nilai revaluasi. Jurnal yang dibuat adalah:

Juli, 31 Persediaan*) Rp1.500.000


Modal, Dhenayu**) Rp750.000
Modal, Cinthya**) Rp750.000
*)
Rp17.500.000 – Rp16.000.000 = Rp1.500.000; **)Rp1.500.000/2 = Rp750.000

Kelalaian dalam revaluasi aset agar mencerminkan nilai terkini, dapat merugikan rekan yang
baru masuk dalam hal pembagian laba-rugi kelak karena laba atau rugi berasal dari periode-periode
sebelumnya.
Contoh 8.11: Dhenayu dan Cinthya adalah rekanan dalam Fa. DC & Co.. Saldo modal
Dhenayu adalah Rp75.000.000 dan saldo modal Cinthya adalah Rp50.000.000. Diasumsikan
laba-rugi dibagi dengan rasio tetap 1:2. Pada tanggal 31 Juli 2016, Anggi menjadi rekan baru

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


150

dengan menyerahkan uang sebesar Rp45.000.000 untuk memperoleh ekuitas kepemilikan


senilai Rp45.000.000 (sama dengan setorannya). Sebelum Anggi bergabung, aset tanah
dengan nilai buku Rp20.000.000 direvaluasi sesuai nilai pengganti (harga pasar) sebesar
Rp80.000.000 (sehingga ada kenaikan nilai Rp60.000.000.
a. Buatkan jurnal untuk revaluasi aset
b. Buatkan jurnal untuk keikutsertaan Anggi
Juli, 31 Tanah*) Rp60.000.000
Modal, Dhenayu**) Rp20.000.000
***)
Modal, Cinthya Rp40.000.000
*)
Rp80.000.000 – Rp20.000.000 = Rp60.000.000;
**)
Rp60.000.000 x 1/3 = Rp20.000.000;
***)
Rp60.000.000 x 2/3 = 40.000.000

Juli, 31 Kas Rp45.000.000


Modal, Anggi Rp45.000.000

Keikutsertaaan Rekan Baru Dalam Persekutuan—Bonus Untuk Rekan


Apabila setoran modal oleh rekan baru ke dalam persekutuan lebih kecil dari hak kepemilikan
yang diterimanya, maka kelebihan hak kepemilikan di atas setoran modal merupakan bonus bagi
rekan baru, dan ditanggung oleh rekan yang lebih dulu ada. Sebaliknya, jika setoran modal lebih
besar dari hak kepemilikan yang diterima oleh rekan baru, maka selisihnya menjadi bonus bagi
rekan yang lebih dulu ada.

Contoh 8.12: Frans dan Bondan adalah rekanan dalam Fa. FB & Co.. Saldo modal Frans
adalah Rp20.000.000 dan saldo modal Bondan adalah Rp24.000.000. Tanggal 1 Mei 2016,
disepakati menerima Aldy bergabung dalam persekutuan dengan menyetor uang Rp31.000.000
dan memperoleh 1/3 bagian dari ekuitas persekutuan serta mendapatkan hak pembagian laba-
rugi yang sama dengan rekan yang telah lebih dulu ada.

Ekuitas Frans Rp20.000.000


Ekuitas Bondan Rp24.000.000 Jurnal:
Kontribusi modal Aldy Rp31.000.000 (+)
Total ekuitas setelah Aldy Rp75.000.000 Kas Rp31.000.000
Modal Frans Rp3.000.000
bergabung
Modal Bondan Rp3.000.000
Bagian ekuitas didapat oleh Aldy 1/3 (x) Modal Aldy Rp25.000.000
Ekuitas Aldy setelah bergabung Rp25.000.000

Kontribusi modal Aldy Rp31.000.000


Ekuitas Aldy setelah bergabung Rp25.000.000 (-)
Bonus untuk Frans dan Bondan Rp6.000.000

Dalam hal tertentu, rekan yang baru masuk ke persekutuan mendapatkan hak kepemilikan lebih
besar dari setoran modalnya. Dalam hal ini selisih antara hak kepemilikan dengan setoran modal
tersebut menjadi bonus untuk rekan baru dan ditanggung oleh rekan lama.

Contoh 8.13: Frans dan Bondan adalah rekanan dalam Fa. FB & Co. Saldo modal Frans
adalah Rp80.000.000 dan saldo modal Bondan adalah Rp40.000.000. Diasumsikan laba-rugi
dibagi dengan rasio tetap 2:1. Tanggal 1 Mei 2016, Aldy bergabung dalam persekutuan

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


151

dengan menyetor uang Rp30.000.000 dan memperoleh ¼ bagian dari ekuitas persekutuan
serta mendapatkan ¼ bagian dalam hak pembagian laba-rugi.

Ekuitas Frans Rp80.000.000


Ekuitas Bondan Rp40.000.000
Kontribusi modal Aldy Rp30.000.000 (+)
Total ekuitas setelah Aldy Rp150.000.000
bergabung Jurnal:
Bagian ekuitas didapat oleh ¼ (x)
Aldy Kas Rp30.000.000
Ekuitas Aldy setelah Rp37.500.000 Modal Frans Rp5.000.000**)
bergabung*) Modal Bondan Rp2.500.000***)
Modal Aldy*) Rp37.500.000
Ekuitas Aldy setelah Rp37.500.000
bergabung **)2/3 x Rp7.500.000 = Rp5.000.000
Kontribusi modal Aldy Rp30.000.000 (-) ***)1/3 x Rp7.500.000 = Rp2.500.000
Bonus untuk Aldy Rp7.500.000

Contoh 8.14: Setelah revaluasi aset ke harga pasar terkini, Tresnadya memiliki saldo modal
Rp45.000.000, pada saat itu, Naomi menyerahkan uang kas Rp26.000.000 untuk menerima hak
kepemilikan sebesar 30% dalam persekutuan baru dengan Tresnadya. Hitunglah jumlah bonus
untuk rekan.
Ekuitas Tresnadya Rp45.000.000
Kontribusi modal Naomi Rp26.000.000 (+)
Total ekuitas setelah Naomi bergabung Rp150.000.000
Bagian ekuitas didapat oleh Naomi 30% (x)
Ekuitas Naomi setelah bergabung Rp21.300.000

Kontribusi modal Naomi Rp26.000.000


Ekuitas Naomi setelah bergabung Rp21.300.000 (-)
Bonus untuk Tresnadya Rp4.700.000

Pengunduran Diri Rekan


Ketika seorang rekan pensiun atau menggundurkan diri dari persekutuan, maka rekan yang
masih ada dalam persekutuan dapat membeli kepemilikan rekan yang mengundurkan diri.
Perusahaan dapat terus beroperasi dan hanya mencatat peralihan hak kepemilikan. Satu-satunya
jurnal untuk keadaan seperti ini adalah mendebet akun modal rekan yang mengundurkan diri dan
mengkredit akun rekan mendapat tambahan kepemilikan (=hasil pembelian dari rekan yang mundur).
Bila rekan yang mengundurkan diri menjual langsung hak kepemilikannya kepada
persekutuan, maka aset dan ekuitas kepemilikan dalam persekutuan akan berkurang. Pada umumnya
penyesuaian (revaluasi) aset ke nilai pasar harus dilakukan lebih dulu sebelum membayarkan kah
rekan yang mundur. Jumlah revaluasi bersih harus didistribusi berdasarkan rasio yang disepakati.
Jika persekutuan tidak memiliki kas dan aset yang cukup untuk membayar rekan yang mundur, maka
persekutuan dapat mengredit sejumlah terutang sebagai kewajiban persekutan kepada sekutu yang
mengundurkan diri.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


152

Kematian Seorang Rekan


Ketika seorang rekan wafat, akun-akun persekutuan harus ditutup pada tanggal kematian rekan.
Laba bersih tahun berjalan dihitung ulang dan didistribusi ke akun modal setiap rekan. Saldo dalam
akun modal rekan yang telah wafat dipindahkan ke akun kewajiban dengan status ‗tiada‘. Rekan
yang masih ada bisa melanjutkan atau mengakhiri persekutuan. Jika persekutuan tetap melanjutkan
usaha, prosedur untuk menjalankan usaha dengan akun milik rekan yang telah tiada adalah sama
seperti yang telah dibahas tentang pengunduran diri seorang rekan.

8.3 LIKUIDASI PERSEKUTUAN


Sebelum persekutuan mengakhiri aktivitasnya, akan dilakukan penjualan aset, menyelesaikan
semua kewajiban kepada pihak eksternal (biasanya investor atau bank) dan akhirnya membagi sisa
aset diantara para rekan. Proses tersebut disebut dengan likuidasi persekutuan. Singkatnya likuidasi
adalah proses mencairkan semua aset, membayar kewajiban, membagi sisa aset yang ada dan
mengakhiri aktivitas usaha.
Terdapat empat tahapan proses likuidasi yaitu:
1. Menjual aset persekutuan. Langkah ini disebut realisasi.
2. Membagi laba-rugi dari realisasi ke para rekan berdasarkan rasio pembagian laba.
3. Membayar klaim para kreditor menggunakan kas yang diperoleh dari realisasi langkah ke-1
4. Membagi sisa kas kepada para rekan berdasarkan saldo dalam akun modal masing-masing
setelah menyelesaian kewajiban kepada para kreditor.

Likuidasi Persekutuan—Laba realisasi aset

Contoh 8.15: Zacha, Dhena dan Agnes adalah rekan dalam Fa. ZDA & Rekan membagi laba
rugi dengan rasio 5:3:2. Para rekan sepakat mengakhiri usaha perusahaan pada tanggal 9
September 2016. Neraca Saldo Fa. ZDA & rekan pada tanggal tersebut menunjukkan keadaan
sebagai berikut:

Kas Rp11.000.000 Seluruh aset non-tunai dapat direalisasi dengan


Aset non-tunai Rp64.000.000 harga Rp72.000.000.
Kewajiban Rp9.000.000 Diminta:
Modal, Zacha Rp22.000.000 a. Buatlan laporan likuidasi persekutuan
Modal, Dhena Rp22.000.000 b. Jurnal yang menyesuaikan dengan proses
Modal, Agnes Rp22.000.000 likuidasi persekutuan.
Total Rp75.000.000 Rp75.000.000

a. Laporan Likuidasi Persekutuan


Fa. ZDA & Rekan
Laporan Likuidasi Persekutuan
Keterangan Kas + Aset Non Tunai = Kewajiban + Modal
Zacha (50%) + Dhena (30%) + Agnes (20%)
Saldo sebelum 11.000.000 64.000.000 9.000.000 22.000.000 22.000.000 22.000.000
realisasi
Penjualan Aset dan
Pembagian Laba 72.000.000 (64.000.000) 4.000.000a) 2.400.000b) 1.600.000c)
Saldo setelah 83.000.000 0 9.000.000 26.000.000 24.400.000 23.600.000
realisasi
Penyelesaian (9.000.000) (9.000.000)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


153

kewajiban
Saldo setelah
penyelesaian 74.000.000 0 0 26.000.000 24.400.000 23.600.000
kewajiban
Pembagian Kas (74.000.000) (26.000.000) (24.400.000) (23.600.000)
Saldo akhir 0 0 0 0 0 0
a)
5/10 x (72.000.000 – 64.000.000) = 1/2 x 8.000.000 = 4.000.000
b)
3/10 x (72.000.000 – 64.000.000) = 3/10 x 8.000.000 = 2.400.000
c)
2/10 x (72.000.000 – 64.000.000) = 1/5 x 8.000.000 = 1.600.000

b. Jurnal yang menyesuaikan dengan proses likuidasi persekutuan.


Kas Rp72.000.000
Aset non-tunai Rp64.000.000
Laba realisasi aset non-tunai Rp8.000.000
(Jurnal hasil penjualan aset non-tunai)

Laba realisasi aset non-tunai Rp8.000.000


Modal, Zacha Rp4.000.000
Modal, Dhena Rp2.400.000
Modal, Agnes Rp1.600.000
(Jurnal distribusi laba jual aset non-tunai)

Kewajiban Rp9.000.000
Kas Rp9.000.000
(Jurnal penyelesaian kewajiban)

Modal, Zacha Rp26.000.000


Modal, Dhena Rp24.400.000
Modal, Agnes Rp23.600.000
Kas Rp74.000.000
(Jurnal pembagian kas ke para rekan)

Likuidasi Persekutuan—Rugi realisasi aset

Contoh 8.16: Zacha, Dhena dan Agnes adalah rekan dalam Fa. ZDA & Rekan membagi laba
rugi dengan rasio 5:3:2. Para rekan sepakat mengakhiri usaha perusahaan pada tanggal 9
September 2016. Neraca Saldo Fa. ZDA & rekan pada tanggal tersebut menunjukkan keadaan
sebagai berikut:

Kas Rp11.000.000 Seluruh aset non-tunai dapat direalisasi dengan


Aset non-tunai Rp64.000.000 harga Rp44.000.000.
Kewajiban Rp9.000.000 Diminta:
Modal, Zacha Rp22.000.000 1. Buatlan laporan likuidasi persekutuan
Modal, Dhena Rp22.000.000 2. Jurnal yang menyesuaikan dengan
Modal, Agnes Rp22.000.000 proses likuidasi persekutuan.
Total Rp75.000.000 Rp75.000.000

1. Laporan Likuidasi Persekutuan

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


154

Fa. ZDA & Rekan


Laporan Likuidasi Persekutuan
Keterangan Kas + Aset Non = Kewajiban + Modal
Tunai Zacha (50%) + Dhena (30%) + Agnes (20%)
Saldo sebelum 11.000.000 64.000.000 9.000.000 22.000.000 22.000.000 22.000.000
realisasi
Penjualan Aset
dan Pembagian 44.000.000 (64.000.000) (10.000.000)a) (6.000.000) (4.000.000)
Laba b) c)

Saldo setelah 55.000.000 0 9.000.000 12.000.000 16.000.000 18.000.000


realisasi
Penyelesaian (9.000.000) (9.000.000)
kewajiban
Saldo setelah
penyelesaian 46.000.000 0 0 12.000.000 16.000.000 18.000.000
kewajiban
Pembagian Kas (46.000.000) (12.000.000) (16.000.000) (18.000.000)
Saldo akhir 0 0 0 0 0 0
a)5/10 x (44.000.000 – 64.000.000) = 1/2 x (20.000.000) = (10.000.000)
b)3/10 x (44.000.000 – 64.000.000) = 3/10 x (20.000.000) = (6.000.000)
c)2/10 x (44.000.000 – 64.000.000) = 1/5 x (20.000.000) = (4.000.000)

2. Jurnal yang menyesuaikan dengan proses likuidasi persekutuan.

Kas Rp44.000.000
Rugi realisasi aset non-tunai Rp20.000.000
Aset non-tunai Rp64.000.000
(Jurnal hasil penjualan aset non-tunai)

Modal, Zacha Rp10.000.000


Modal, Dhena Rp6.000.000
Modal, Agnes Rp4.000.000
Rugi realisasi aset non-tunai Rp20.000.000
(Jurnal distribusi rugi jual aset non-tunai)

Kewajiban Rp9.000.000
Kas Rp9.000.000
(Jurnal penyelesaian kewajiban)

Modal, Zacha Rp12.000.000


Modal, Dhena Rp16.000.000
Modal, Agnes Rp18.000.000
Kas Rp48.000.000
(Jurnal pembagian kas ke para rekan)

Contoh 8.17: Dhena dan Agnes adalah rekan dalam Fa. DheAgn & Rekan membagi sama rata
laba rugi. Saldo modal Dhena Rp50.000.000 dan Agnes Rp100.000.000. Sebelum melikuidasi
persekutuannya, aset non-tunai berhasil dijual dengan harga Rp220.000.000. Pada saat itu,
persekutuan memiliki kewajiban sebesar Rp20.000.000. Hitunglah jumlah pembagian akhir
untuk Agnes dari likuidasi tersebut.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


155

Ekuitas Agnes sebelum likuidasi Rp100.000.000


Realisasi penjualan aset non-tunai Rp220.000.000
Nilai Buku Aset Total = Rp(50.000.000 + 100.000.000
+ 20.000.000) Rp170.000.000
Laba atas Realisasi Rp50.000.000
Pembagian laba untuk Agnes (50% x Rp50.000.000) Rp25.000.000
Pembagian kas untuk Agnes Rp125.000.000

Likuidasi Persekutuan—Rugi realisasi aset, Defisiensi Modal


Masalah bisa muncul dalam proses likuidasi persekutuan jika setelah realisasi aset dan
menyelesaikan seluruh kewajiban eksternal, ternyata ada saldo modal rekan yang bersaldo negatif.
Kendisi ini disebut defisiensi yang mencerminkan klaim persekutuan terhadap rekan.
Contoh 8.18: Zacha, Dhena dan Agnes adalah rekan dalam Fa. ZDA & Rekan membagi laba
rugi dengan rasio 5:3:2. Para rekan sepakat mengakhiri usaha perusahaan pada tanggal 9
September 2016. Neraca Saldo Fa. ZDA & rekan pada tanggal tersebut menunjukkan keadaan
sebagai berikut:
Kas Rp11.000.000 Seluruh aset non-tunai dapat direalisasi
Aset non-tunai Rp64.000.000 dengan harga Rp10.000.000.
Kewajiban Rp9.000.000 Diminta:
Modal, Zacha Rp22.000.000 Jurnal yang menyesuaikan dengan proses
Modal, Dhena Rp22.000.000 likuidasi persekutuan dan Laporan Likuidasi
Modal, Agnes Rp22.000.000
Persekutuan, dengan asumsi kekurangan kas
Total Rp75.000.000 Rp75.000.000
akan ditutup secara pribadi oleh rekan.

Kas Rp10.000.000
Rugi realisasi aset non- Rp54.000.000
tunai
Aset non-tunai Rp64.000.000
(Jurnal hasil penjualan aset non-tunai)

Fa. ZDA & Rekan


Laporan Likuidasi Persekutuan
Keterangan Kas + Aset Non = Kewajiban + Modal
Tunai Zacha + Dhena (30%) + Agnes
(50%) (20%)
Saldo sebelum 11.000.000 64.000.000 9.000.000 22.000.000 22.000.000 22.000.000
realisasi
Penjualan Aset
dan Pembagian 10.000.000 (64.000.000) (27.000.000)a) (16.200.000) (10.800.000)
Laba b) c)

Saldo setelah 21.000.000 0 9.000.000 (5.000.000) 5.800.000 11.200.000


realisasi
Penyelesaian (9.000.000) (9.000.000)
kewajiban
Saldo setelah
penyelesaian 12.000.000 0 0 (5.000.000) 5.800.000 11.200.000
kewajiban
Penerimaan 5.000.000 5.000.000
defisiensi
Saldo 17.000.000 0 0 0 5.800.000 11.200.000
Pembagian Kas (17.000.000) (5.800.000) (11.200.000)
Saldo akhir 0 0 0 0 0 0

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


156

a)
5/10 x (10.000.000 – 64.000.000) = 1/2 x (54.000.000) = (27.000.000)
b)
3/10 x (10.000.000 – 64.000.000) = 3/10 x (54.000.000) = (16.200.000)
c)
2/10 x (10.000.000 – 64.000.000) = 1/5 x (54.000.000) = (10.800.000)

Modal, Zacha Rp27.000.000


Modal, Dhena Rp616.200.000
Modal, Agnes Rp10.800.000
Rugi realisasi aset non-tunai Rp54.000.000
(Jurnal distribusi rugi jual aset non-tunai)

Kewajiban Rp9.000.000
Kas Rp9.000.000
(Jurnal penyelesaian kewajiban)
Kas Rp5.000.000
Modal, Zacha Rp5.000.000
(Penerimaan defisiensi)

Modal, Dhena Rp5.800.000


Modal, Agnes Rp11.200.000
Kas Rp17.000.000
(Jurnal pembagian kas ke para rekan)

Likuidasi Persekutuan—Kesalahan Yang Sering Terjadi


Kesalahan yang paling umum ditemukan dalam likuidasi persekutuan adalah melakukan
pembagian kas yang tidak sesuai kepada para rekan. Hal ini terjadi karena pembagian kas kepada
para rekan dalam likuidasi tertukar dengan pembagian laba-rugi atas realisasi.
Laba rugi atas realisasi berasal dari transaksi pelepasan aset ke pihak eksternal. Laba (rugi)
yang terjadi karena harga jual lebih besar (kecil) dari nilai buku, harus dibagi di antara akun modal
para rekan dengan cara yang sama seperti laba (rugi) bersih dari kegiatan operasi usaha normal—
yaitu memakai rasio pembagian laba. Di lain pihak, pembagian kas (aset lainnya) kepada para rekan
ketika likuidasi persekutuan merupakan kebalikan yang tepat sama dengan penyerahan aset oleh para
rekan ketika persekutuan didirikan. Dalam hal ini, pembagian aset kepada para rekan dalam
likuidasi sama dengan saldo kredit akun modal mereka setelah seluruh laba (rugi) realisasi telah
didistribusikan dan penyisihan telah dibuat untuk defisiensi apapun.

LAPORAN KEUANGAN: Laporan Ekuitas Persekutuan


Perubahan pelaporan dalam akun modal persekutuan serupa dengan yang terjadi pada
perusahaan perseorangan, kecuali terdapat akun modal pemilik untuk masing-masing rekan.
Perubahan saldo akun modal rekan dalam periode tertentu dilaporkan dalam laporan ekuitas
persekutuan (statement of partnership equity). contoh berikut ini menunjukkan laporan ekuitas
persekutuan.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


157

Firma Asosiasi Investor


Laporan Ekuitas Pemilik
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2016
Jumlah Modal (rasio laba 4:3:2:1)
Keterangan Zacha Dhena Agnes Bondan Persekutuan
Saldo 1 Januari Rp245.000.000 Rp365.000.000 Rp250.000.000 Rp140.000.000 Rp1.000.000.000
2016
Penambahan Rp55.000.000 Rp Rp Rp Rp55.000.000
modal
Laba bersih tahun Rp48.000.000 Rp36.000.000 Rp24.000.000 Rp12.000.000 Rp120.000.000
berjalan
Dikurangi: Prive (Rp5.000.000) (Rp10.000.000) (Rp2.500.000) (Rp1.000.000) (Rp18.500.000)
rekan
Saldo 31 Rp343.000.000 Rp391.000.000 Rp271.500.000 Rp151.000.000 Rp1.156.500.000
Desember 2016

Firma Asosiasi Investor


Neraca
Per. 31 Desember 2016
Aktiva Lancar Utang Lancar
Kas Rp100.000.000 Utang Usaha Rp43.500.000
Piutang Usaha Rp150.000.000 Pinjaman Bank Rp50.000.000
Cadangan Kerugian Piutang (Rp25.000.000) Total Utang Lancar Rp93.500.000
Persediaan Barang Rp130.000.000
Dagangan
Total Aktiva Lancar Rp365.000.000
Aktiva Tetap
Tanah Rp300.000.000
Peralatan Rp150.000.000 Modal Firma
Akumulasi Penyusutan (Rp10.000.000) Modal Zacha Rp343.000.000
Peralatan
Kendaraan Rp150.000.000 Modal Dhena Rp391.000.000
Akumulasi Penyusutan (Rp20.000.000) Modal Agnes Rp271.500.000
Kendaraan
Gedung Rp350.000.000 Modal Bondan Rp151.000000
Akumulasi Penyusutan (Rp35.000.000) Total Modal Rp1.156.500.000
Gedung
Total Aktiva Tetap Rp885.000.000
Total Aktiva Rp1.250.000.000 Total Pasiva Rp1.250.000.000

Beberapa Catatan Penting:


1. Berdasarkan kerakteristik bentuk organisasinya, perusahaan dapat dibedakan menjadi
perusaaan perseorangan, persekutuan (firma), dan perseroan. Perusahaan perseorangan
adalah bentuk perusahaan paling sederhana, dimiliki satu orang yang menikmati sendiri
keuntungan perusahaan atau menanggung kerugian perusahaannya. Persekutuan (firma)
dimiliki oleh dua atau lebih rekan yang dibentuk atas dasar kepercayaan, kombinasi antara
aset, modal dan keahlian dapat berkontribusi dalam kepemilikan firma. Kepemilikan perseroan

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


158

ditunjukkan dalam kepemilikan saham. Modal persero adalah dari penjualan saham kepada
pemegang saham—disebut sebagai modal saham atau modal disetor.
2. Aktiva yang disetor oleh setiap rekan ke dalam firma akan disebet ke akun aktiva firma. Aktiva
yang diserahkan dicatat sebesar nilai pasar wajar yang berlaku pada saat penyerahan aktiva ke
dalam firma dan nilai tersebut harus disepakati oleh para rekan yang ada dalam firma.
Demikian pula jika ada kewajiban yang dibawa oleh setiap rekan, membutuhkan kesepakatan
jika akan diakui sebagai kewajiban firma—karena akan dicatat dengan mengkredit akun
kewajiban firma. Akhirnya modal setiap rekan akan dikredit sebesar jumlah bersih, yaitu selisih
antara nilai pasar wajar aktiva yang disetor dengan jumlah kewajiban yang dibawa masuk ke
dalam firma.
3. Metode atau dasar perhitungan pembagian laba (rugi) bersih firma harus dinyatakan tertulis
dalam sebuah kesepakatan kontrak yang ditandatangani semua rekan. Umumnya, metode
pembagian laba (rugi) bersih firma dapat dibedakan menjadi: (a) berdasarkan rasio tetap—
yang dinyatakan dalam bentuk perbandingan, persentase atau bagian; (b) berdasarkan rasio
tertentu—bisa atas dasar saldo modal awal, saldo rerata sepanjang periode, atau saldo akhir
modal rekan; (c) berdasarkan gaji rekan dan sisanya dibagi sesuai rasio tetap; (d) berdasarkan
bunga (investasi modal awal periode) kemudian sisa dibagi sesuai rasio tetap; (e) berdasarkan
gaji, bunga (investasi) modal, dan sisanya dibagi sesuai rasio tetap.
4. Dalam perusahaan perorangan, seluruh laba yang diperoleh dinikmati sendiri oleh pemilik—
dengan demikian laporan perubahan modalnya disebut laporan modal pemilik, sedangkan laba
firma akan didistribusi diantara para sekutu berdasarkan rasio modal yang disetorkan ke
firma—sehingga perubahan modal dilaporkan dalam laporan modal rekan. Fungsi laporan
perubahan modal dalam firma adalah untuk menginformasikan kepada para pemakai laporan
keuangan tentang perubahan saldo modal setiap rekan, sekaligus jumlah keseluruhan modal
firma sepanjang tahun. Neraca dalam firma sama seperti dalam bentuk perusahaan lain,
kecuali pada bagian pelaporan modal—untuk firma saldo modal setiap rekan ditunjukkan
secara terpisah dalam neraca.
5. Rekan baru dapat diterima dalam firma dengan cara membeli bagian kepemilikan rekan yang
telah dulu ada, atau dengan menyetorkan aktiva ke dalam firma. Jika rekan baru bergabung
dengan cara membeli bagian kepemilikan rekan lama, maka total aktiva dan modal firma tidak
berubah, yang berubah hanya pergeseran sejumlah kepemilikan di antara rekan. Jika rekan
baru bergabung dengan cara menyerahkan aset kepada firma, maka total aset dan modal firma
akan bertambah sebesar setoran rekan yang baru bergabung.
6. Sesaat sebelum rekan baru bergabung ke firma, semua aktiva miik firma harus direvaluasi
sesuai harga pasar wajar. Kenaikan (penurunan) nilai aktiva firma karena proses revaluasi
didistribusi ke akun modal rekan lama sesuai dengan rasio pembagian laba. Rekan yang baru
masuk ke firma setelah seluruh aktiva firma telah direvaluasi untuk mencerminkan nilai pasar
wajarnya. Rekan yang baru bergabung dalam firma mungkin memberikan bonus kepada rekan
lama dalam firma. Demikian pula sebaliknya, rekan lama memberikan bonus kepada rekan
yang baru bergabung ke firma.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


159

7. Dalam proses likuidasi, tahap awal dimulai dengan penagihan piutang dan penjualan aktiva
non-kas. Proses merealisasi aktiva non-kas menjadi kas disebut proses realisasi. Adanya selisih
antara harga jual dengan nilai buku aktiva yang dijual dapat menimbulkan keuntungan atau
kerugian, yang akan dialokasi ke setiap rekan berdasarkan rasio pembagian laba-rugi yang ada.
Proses selanjutnya, melunasi semua kewajiban yang ada dengan prioritas untuk kreditor,
dengan pedoman alokasi berdasarkan rasio saldo modal setiap rekan (bukan rasio laba-rugi).

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


160

CONTOH SOAL DAN PENYELESAIAN


BAB 8: AKUNTANSI PERUSAHAAN PERSEKUTUAN

1. Cipto menyerahkan tanah dengan nilai buku Rp40.000.000 dan nilai pasar Rp68.000.000 serta
persediaan yang memiliki nilai buku Rp50.000.000 dan nilai pasar hanya Rp45.000.000 dan kas
sebesar Rp58.000.000 kepada persekutuan. Persekutuan juga mengambil alih wesel bayar milik Cipto
senilai Rp20.000.000 yang pada awalnya dipakai untuk membeli tanah.
Diminta: Buatlah ayat jurnal untuk mencatat kontribusi Cipto kepada persekutuan.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 2, James M. Reeve, dkk; format disesuaikan)

Kas Rp58.000.000
Tanah Rp68.000.000
Persediaan Rp45.000.000
Wesel Bayar Rp20.000.000
Modal, Cipto Rp151.000.000

2. Beni dan Mega membentuk persekutuan dan membagi laba-rugi sebagai berikut:
1. Tunjangan gaji tahunan untuk Mega Rp49.000.000
2. Bunga sebesar 12% diberikan atas saldo modal masing-masing per 1 Januari.
3. Sisa saldo laba-rugi bersih dibagikan secara merata
Beni dan Mega memiliki saldo modal per 1 Januari masing-masing Rp40.000.000 dan
Rp120.000.000 sementara laba bersih tahun tersebut berjumlah Rp180.000.000
Diminta: Hitung laba bersih yang harus dibagikan untuk Mega.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 2, James M. Reeve, dkk; format disesuaikan)

Pembagian laba bersih: BENI MEGA JUMLAH


Laba bersih Rp180.000.000
Tunjangan gaji tahunan Rp0 Rp49.000.000 Rp49.000.000 (-)
Bunga Modal*) Rp4.800.000 Rp14.400.000 Rp19.200.000 (-)
Sisa Laba Rp111.800.000
Sisa laba dibagi sama rata Rp55.900.000 Rp55.900.000
Total Laba masing-masing Rp60.700.000 119.300.000

Pembagian Laba Untuk Mega


Tunjangan gaji tahunan Rp49.000.000
Bunga Modal Rp14.400.000 = 12% x modal awal
Sisa laba dibagi sama rata Rp55.900.000
Rp119.300.000

3. David menenamkan uang sebesar Rp28.000.000 dalam persekutuan Tono dan Sandra untuk
ekuitas kepemilikan senilai Rp28.000.000 Sebelum investasi, peralatan direvaluasi dengan nilai
pasar Rp100.000.000 dari nilai buku sejumlah Rp85.000.000 David dan Sandra membagi laba
bersih dengan rasio 2:1
Diminta: a. Ayat jurnal untuk revaluasi peralatan
b. Ayat jurnal untuk keikut sertaan David.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 2, James M. Reeve, dkk; format disesuaikan)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


161

Nilai buku peralatan revaluasi Rp100.000.000


Nilai buku peralatan sebelumnya Rp85.000.000 (-)
Kenaikan nilai peralatan Rp15.000.000 --> dibagikan ke sekutu lama berdasarkan
rasio pembagian laba
Untuk Tono = Rp10.000.000
Untuk Sandra = Rp5.000.000

a. Jurnal untuk Peralatan Rp15.000.000


revaluasi peralatan Modal Tono Rp10.000.000
Modal Sandra Rp5.000.000

b. Jurnal untuk mzuknya David Kas Rp28.000.000


Modal, David Rp28.000.000

4. Mustakin memiliki saldo modal Rp90.000.000 setelah penyesuaian aset ke nilai pasar saat ini.
Hasan menyerahkan Rp50.000.000 untuk menerima hak kepemilikan sebesar 35% dalam
persekutuan yang baru dengan Mustakim.
Diminta: a. Hitung jumlah dan penerimaan bonus untuk rekan.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 2, James M. Reeve, dkk; format disesuaikan)

Modal Mustakin Rp90.000.000


Kontribusi Modal Hasan Rp50.000.000 (+)
Total modal baru Rp140.000.000

Bagian Hasan setelah bergabung 35% = 35% x Rp140.000.000 = Rp49.000.000


Kontribusi Modal Hasan Rp50.000.000 (-)
BONUS untuk sekutu lama (Rp1.000.000)

Kas Rp50.000.000
Modal Mustakin Rp1.000.000
Modal Hasan Rp49.000.000

5. Parman memiliki saldo modal Rp420.000.000 setelah penyesuaian aset ke nilai pasar saat ini.
Wiliam menyerahkan Rp200.000.000 untuk menerima hak kepemilikan sebesar 30% di dalam
persekutuan yang baru dengan Parman.
Diminta: a. Hitung jumlah dan penerimaan bonus untuk rekan.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 2, James M. Reeve, dkk; format disesuaikan)

Modal Parman Rp420.000.000


Kontribusi Modal William Rp200.000.000 (+)
Total modal baru Rp620.000.000

Bagian Wiliam setelah bergabung 30% = 30% x Rp620.000.000 = Rp186.000.000


Kontribusi Modal Wiliam Rp200.000.000 (-)
BONUS untuk sekutu lama (Rp14.000.000)

Kas Rp200.000.000
Modal Parman Rp14.000.000
Modal Wiliam Rp186.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


162

6. Sebelum likuidasi persekutuan, Dimas dan Tati memiliki saldo modal masing-masing sebesar
Rp55.000.000 dan Rp45.000.000 Sebelum likuidasi, perusahaan tidak memiliki aset tunai selain
berasal dari realisasi atas penjualan aset. Aset terjual dengan harga total Rp75.000.000 dan pada
saat itu, persekutuan memiliki kewajiban Rp10.000.000 Dimas dan Tati membagi rata laba-rugi.
Diminta: Hitung jumlah pembagian akhir untuk Tati dengan asumsi Dimas mampu
menyelesaikan defisiensinya.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 2, James M. Reeve, dkk; format disesuaikan)

Pembagian laba bersih: DIMAS TATI JUMLAH


Penjualan asset Rp75.000.000
Total aset Rp55.000.000 Rp45.000.000 Rp100.000.000
Rugi jual aset (Rp25.000.000)
Bagian rugi jual aset Rp12.500.000 Rp12.500.000 Rp25.000.000
Sisa hak anggota Rp42.500.000 Rp32.500.000 Rp75.000.000
Pelunasan kewajiban Rp10.000.000 (-)
Sisa hasil jual aset Rp65.000.000
Pembagian sama rata Rp32.500.000 Rp32.500.000

7. Ali dan Budi sepakat mendirikan firma dengan nama "Fa. A&B". Pada tanggal 1 Januari 2006
masing-masing menyetor uang tunai Rp100.000.000 dan Rp140.000.000 sebagai setoran modal
awal. Kemudian pada tanggal 1 April 2006, Ali menyerahkan tambahan uang tunai Rp20.000.000
sebagai tambahan modal. Sedangkan Budi pada tanggal 1 Maret 2006, menarik kembali modalnya
Rp10.000.000 kemudian dia menyetor lagi modal tambahan dalam bentuk uang tunai
Rp20.000.000 Selama tahun 2006, Fa A&B memperoleh laba Rp84.000.000
Buatkan jurnal umum dan jurnal penyesuaian yang diperlukan bila Fa A&B membagi laba-Rugi
dengan cara:
a. Merata
b. Dalam rasio 3:2 masing-masing Ali dan Budi
c. Dalam rasio modal para sekutu: (1) saldo modal awal tahun; (2) saldo modal akhir tahun
d. Memperhitungkan bunga 20% atas saldo modal akhir tahun, dan sisa laba rugi dibagi rata.
e. Memperhitungkan gaji per bulan untuk Ali Rp3.000.000 dan Rp2.500.000 untuk Budi,
kemudian sisa laba-rugi dibagi rata.
f. Memperhitungkan gaji per bulan untuk Ali Rp3.000.000 dan Rp2.500.000 untuk Budi,
juga diperhitungkan bunga 3% dari modal akhir, kemudian sisa laba-rugi dibagi rata.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)

Modal awal Ali Rp100.000.000 tunai


01/01/2006
Modal awal Budi Rp140.000.000 tunai
Penarikan modal Budi Rp10.000.000
01/03/2006
Tambahan Modal Budi Rp20.000.000 tunai
01/04/2006 Tambahan Modal Ali Rp20.000.000 tunai
Laba tahun 2006 Rp84.000.000
MUTASI MODAL ALI BUDI JUMLAH
Modal (awal) Rp100.000.000 Rp140.000.000 Rp240.000.000
Penarikan Modal (Rp10.000.000) (Rp10.000.000)
Tambahan Modal Rp20.000.000 Rp20.000.000 Rp40.000.000
Modal (akhir) Rp120.000.000 Rp150.000.000 Rp270.000.000

a. Laba dibagi rata


Laba tahun 2006 Rp84.000.000
Bagian Laba untuk Ali = 0,5 x Rp84.000.000 = Rp42.000.000
Bagian Laba untuk Budi = 0,5 x Rp84.000.000 = Rp42.000.000

b. Dalam rasio 3:2 masing-masing Ali dan Budi


Laba tahun 2006 Rp84.000.000
Bagian Laba untuk Ali = 0,6 x Rp84.000.000 = Rp50.400.000
Bagian Laba untuk Budi = 0,4 x Rp84.000.000 = Rp33.600.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


163

c. Laba dibagi dalam rasio modal para sekutu:


(1) Laba dibagi berdasarkan rasio saldo modal awal tahun (Laba sebesar Rp84.000.000 )
Keterangan Modal Awal Rasio modal Bagian Laba
Laba tahun 2006 Rp84.000.000
ALI Rp100.000.000 3/5 Rp50.400.000
BUDI Rp140.000.000 2/5 Rp33.600.000
JUMLAH Rp240.000.000 Rp84.000.000

(2) Laba dibagi berdasarkan rasio saldo modal akhir tahun (Laba sebesar Rp84.000.000 )
MODAL
Bagian Laba
AWAL PENARIKAN SETORAN AKHIR Rasio
ALI Rp100.000.000 Rp20.000.000 Rp120.000.000 44% Rp37.333.333
BUDI Rp140.000.000 Rp10.000.000 Rp20.000.000 Rp150.000.000 56% Rp46.666.667
Jumlah Rp240.000.000 Rp10.000.000 Rp40.000.000 Rp270.000.000 Rp84.000.000

d. Memperhitungkan bunga 20% atas saldo modal akhir tahun, dan sisa laba rugi dibagi rata.
Laba tahun 2006 = Rp84.000.000
Keterangan Notasi ALI BUDI JUMLAH
Modal (awal) a Rp100.000.000 Rp140.000.000 Rp240.000.000
Penarikan Modal b (Rp10.000.000) (Rp10.000.000)
Tambahan Modal c Rp20.000.000 Rp20.000.000 Rp40.000.000
Modal (akhir) d = a-b+c Rp120.000.000 Rp150.000.000 Rp270.000.000
Laba tahun 2006 e Rp84.000.000
Bunga 20% f=%xe Rp0 Rp0 Rp0
Sisa Laba g = e-f Rp84.000.000
Sisa laba dibagi rata h = g/2 Rp42.000.000 Rp42.000.000 Rp84.000.000
Total Bagian laba i = f+h Rp42.000.000 Rp42.000.000 Rp84.000.000

e. Memperhitungkan gaji per bulan untuk Ali Rp3.000.000 dan Rp2.500.000 untuk Budi,
kemudian sisa laba-rugi dibagi rata.
Laba tahun 2006 = Rp84.000.000
Keterangan Notasi ALI BUDI JUMLAH
Laba tahun 2006 a Rp84.000.000
Gaji per bulan b Rp3.000.000 Rp2.500.000 Rp5.500.000
Gaji setahun c = b x 12 Rp36.000.000 Rp30.000.000 Rp66.000.000
Sisa Laba d Rp18.000.000
Sisa laba dibagi rata e = d/2 Rp9.000.000 Rp9.000.000 Rp18.000.000
Total Bagian laba f = c+e Rp45.000.000 Rp39.000.000 Rp84.000.000

f. Memperhitungkan gaji per bulan untuk Ali Rp3.000.000 dan Rp2.500.000 untuk Budi,
juga diperhitungkan bunga 3% dari modal akhir, kemudian sisa laba-rugi dibagi rata.
Keterangan Notasi ALI BUDI JUMLAH
Laba tahun 2006 a Rp84.000.000
Gaji per bulan b Rp3.000.000 Rp2.500.000 Rp5.500.000
Gaji setahun c = b x 12 Rp36.000.000 Rp30.000.000 Rp66.000.000
Sisa Laba d Rp18.000.000
Modal akhir*) e Rp120.000.000 Rp150.000.000 Rp270.000.000
Bunga 3% f=%xe Rp0 Rp0 Rp0
Sisa Laba h = d-f Rp18.000.000
Sisa laba dibagi rata i = h/2 Rp9.000.000 Rp9.000.000 Rp18.000.000
Total Bagian laba j = c+f+i Rp45.000.000 Rp39.000.000 Rp84.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


164

8. Katon dan Lilo mendirikan Firma K&L dengan setoran modal masing-masing Rp200.000.000 dan
Rp100.000.000 Disepakati laba rugi dibagi merata. Arnold berniat bergabung dan terbentuklah Firma KLA
Pada akhir tahun 2006, Fa KLA mendapat laba Rp200.000.000
Buatlah jurnal yang diperlukan jika seandainya:
a. Arnold bergabung dengan cara membeli separoh modal Katon dengan harga Rp125.000.000
b. Arnold bergabung dengan menyetor modal sebesar Rp120.000.000 dan memperoleh bagian sebesar
setoran modalnya.
c. Arnold bergabung dengan menyetor modal sebesar Rp120.000.000 dan memperoleh bagian sebesar
25% dari jumlah modal yang baru, sedangkan sisanya diberikan sebagai bonus secara merata kepada
anggota lama.
d. Arnold bergabung dengan menyetor modal sebesar Rp120.000.000 dan setoran tersebut dinyatakan
sebagai 25% dari total modal yang baru. Selisih antara modal baru dan bagian dari setoran anggota
lama diakui sebagai goodwill yang dibagi merata di antara anggota lama.
e. Arnold bergabung dengan menyetor modal sebesar Rp120.000.000 dan atas setorannya, Arnold
memperoleh bagian sebesar 40% dari total modal yang baru. Kekurangan setoran modal Arnold
diambil dari anggota lama secara merata.
f. Arnold bergabung dengan menyetor modal sebesar Rp120.000.000 dan atas setorannya, Arnold
memperoleh bagian 45% dari total modal yang baru. Sedangkan setoran modal anggota lama
diakui sebagai 55% dari total modal yang baru. Atas kekurangan setotran modal Arnold dibentuklah
goodwill.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)

a. Arnold bergabung dengan cara membeli separoh modal Katon dengan harga Rp125.000.000
Saldo modal Katon Rp200.000.000
Tambahan pembagian laba Rp100.000.000 (+)
Saldo Akhir Modal Katon Rp300.000.000
Separoh modal katon dibeli Arnold Rp150.000.000 (-)
Sisa modal Katon Rp150.000.000

Jurnal Modal Katon Rp150.000.000


Modal Arnold Rp150.000.000
Catatan: selisih harga beli dengan modal yang diserahkan menjadi tanggungan pribadi Katon

b. Arnold bergabung dengan menyetor modal sebesar Rp120.000.000 dan memperoleh bagian sebesar
setoran modalnya.
DATA:
Saldo modal Katon Rp200.000.000 Saldo modal Lilo Rp100.000.000
Laba akhir tahun 2006 Rp200.000.000 dibagi sama rata.

Jurnal Kas Rp120.000.000


Modal Arnold Rp120.000.000

c. Arnold bergabung dengan menyetor modal sebesar Rp120.000.000 dan memperoleh bagian sebesar
25% dari jumlah modal yang baru, sedangkan sisanya diberikan sebagai bonus secara merata kepada
anggota lama.
Saldo modal Katon Rp200.000.000
Saldo modal Lilo Rp100.000.000 (+)
Total modal sebelum Arnold bergabung Rp300.000.000
Tambahan modal dari Arnold Rp120.000.000 (+)
Total Modal Firma yang baru Rp420.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


165

bagian kepemilikan yang diminta Arnold adalah 25% = 25% x Rp420.000.000 = Rp105.000.000
Tambahan modal dari Arnold = Rp120.000.000
Kelebihan setoran atas hak = Rp15.000.000
Bonus untuk Katon Rp7.500.000
Bonus untuk Lilo Rp7.500.000
Jurnal Kas Rp120.000.000
Modal Katon Rp7.500.000
Modal Lilo Rp7.500.000
Modal Arnold Rp105.000.000

d. Arnold bergabung dengan menyetor modal sebesar Rp120.000.000 dan setoran tersebut dinyatakan
sebagai 25% dari total modal yang baru. Selisih antara modal baru dan bagian dari setoran anggota
lama diakui sebagai goodwill yang dibagi merata di antara anggota lama.
Saldo modal Katon Rp200.000.000
Saldo modal Lilo Rp100.000.000 (+)
Total modal sebelum Arnold bergabung Rp300.000.000
Tambahan modal dari Arnold Rp120.000.000 (+)
Total Modal Firma yang baru Rp420.000.000
Bahagian kepemilikan yang diminta Arnold= 25% = 25% x Rp420.000.000 = Rp105.000.000
Jumlah modal yang baru Rp120.000.000 (:) 25% = Rp480.000.000
Jumlah modal rill firma yang baru = Rp420.000.000
Selisih modal firma sebesar (goodwill) = Rp60.000.000
Goodwill dibagi ke semua anggota sama besar = Rp30.000.000

Jurnal Kas Rp120.000.000


Goodwill Rp60.000.000
Modal Katon Rp30.000.000
Modal Lilo Rp30.000.000
Modal Arnold Rp120.000.000

e. Arnold bergabung dengan menyetor modal sebesar Rp120.000.000 dan atas setorannya, Arnold
memperoleh bagian sebesar 40% dari total modal yang baru. Kekurangan setoran modal Arnold
diambil dari anggota lama secara merata.
Saldo modal Katon Rp200.000.000
Saldo modal Lilo Rp100.000.000 (+)
Total modal sebelum Arnold bergabung Rp300.000.000
Tambahan modal dari Arnold Rp120.000.000 (+)
Total Modal Firma yang baru Rp420.000.000
Bagian kepemilikan yang diminta Arnold = 40% = 40% x Rp420.000.000 = Rp168.000.000
Bagian kepemilikan yang diminta Arnold adalah Rp168.000.000
Setoran modal Arnold sebenarnya Rp120.000.000 (-)
Selisih kepemilikan di atas setoran modal Rp48.000.000
Selisih ditanggung anggota lama sama besar Rp24.000.000

Jurnal Kas Rp120.000.000


Modal Katon Rp24.000.000
Modal Lilo Rp24.000.000
Modal Arnold Rp168.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


166

f. Arnold bergabung dengan menyetor modal sebesar Rp120.000.000 dan atas setorannya, Arnold
memperoleh bagian sebesar 40% dari total modal yang baru. Sedangkan setoran modal anggota lama
diakui sebagai 60% dari total modal yang baru. Atas kekurangan setotan modal Arnold dibentuklah
goodwill.
Setoran Modal Arnold Rp120.000.000 adalah 40% dari jumlah modal yang baru.
Jumlah Modal yang baru setelah Arnold bergabung = Rp120.000.000 / 40% = Rp300.000.000
Saldo modal Katon Rp100.000.000
Saldo modal Lilo Rp300.000.000 (+)
Total modal sebelum Arnold bergabung Rp400.000.000
Tambahan modal dari Arnold Rp120.000.000 (+)
Total Modal Firma yang baru Rp520.000.000
Bahagian kepemilikan yang diminta Arnold = 40% = 40% x Rp520.000.000 = Rp208.000.000 (-)
Kelebihan modal = Goodwill Rp92.000.000
Goodwill dibagi rata untuk anggota lama Rp46.000.000

Kepemilikan Arnold 40% x Rp300.000.000 = Rp120.000.000

Jurnal Kas Rp120.000.000


Goodwill Rp92.000.000
Modal Katon Rp46.000.000
Modal Lilo Rp46.000.000
Modal Arnold Rp120.000.000

9. Dona, Neni dan Alin pendiri Firma DNA dan sepakat membagi laba-rugi dengan rasio 2:1:1
4 tahun setelah beroperasi, Alin berniat mengundurkan diri. Pada saat itu saldo modal setiap
anggota adalah Dona Rp400.000.000 ; Neni Rp200.000.000 dan Alin Rp200.000.000
Buatkan jurnal yang diperlukan jika:
a. Disepakati Alin mendapat pengembalian modal sebesar Rp230.000.000 untuk menghormati
jasanya. Kekurangan atas pengembalian modal Alin diambilkan dari modal anggota lainnya
dengan perbandingan 2:1
b. Disepakati Alin mendapat pengembalian modal sebesar Rp230.000.000 untuk menghormati
jasanya. Kekurangan atas pengembalian modal Alin dibentuk goodwill untuk seluruh anggota
dengan perbandingan 2:1:1
c. Disepakati Alin mendapat pengembalian modal sebesar Rp170.000.000 dan kelebihan dari
pengembalian modal Alin diberikan kepada anggota lain dengan perbandingan 2:1
d. Disepakati Alin mendapat pengembalian modal sebesar Rp170.000.000 dan kelebihan dari
pengembalian modal Alin dikurangkan pada akun goodwill perusahaan yang saat itu bersaldo
sebesar Rp150.000.000
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)

a. Disepakati Alin memperoleh pengembalian modal sebesar Rp230.000.000 untuk menghormati


jasanya. Kekurangan atas pengembalian modal Alin diambilkan dari modal anggota lainnya
dengan perbandingan 2:1
Modal Dona Rp400.000.000 Pengembalian modal Alin Rp230.000.000
Modal Neni Rp200.000.000 Kepemilikan Alin sebenarnya Rp200.000.000
Modal Alin Rp200.000.000 Kelebihan pengembalian Modal Rp30.000.000
Diambil dari Dona 67% x Rp30.000.000 = Rp20.000.000
Diambil dari Neni 33% x Rp30.000.000 = Rp10.000.000

Jurnal Modal Alin Rp200.000.000


Modal Dona Rp20.000.000
Modal Neni Rp10.000.000
Kas Rp230.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


167

b. Disepakati Alin mendapat pengembalian modal sebesar Rp230.000.000 untuk menghormati


jasanya. Kekurangan atas pengembalian modal Alin dibentuk goodwill untuk seluruh anggota
dengan perbandingan 2:1:1
Modal Dona Rp400.000.000 Pengembalian modal Alin Rp230.000.000
Modal Neni Rp200.000.000 Kepemilikan Alin sebenarnya Rp200.000.000
Modal Alin Rp200.000.000 Pembentukan Goodwill Rp30.000.000

Jurnal Modal Alin Rp200.000.000


Goodwill Rp30.000.000
Kas Rp230.000.000

c. Disepakati Alin mendapat pengembalian modal sebesar Rp170.000.000 dan kelebihan dari
pengembalian modal Alin diberikan kepada anggota lain dengan perbandingan 2:1
Modal Dona Rp400.000.000 Pengembalian modal Alin Rp170.000.000
Modal Neni Rp200.000.000 Kepemilikan Alin sebenarnya Rp200.000.000
Modal Alin Rp200.000.000 Kekurangan Pengembalian Rp30.000.000
Diberi kepada Dona 67% x Rp30.000.000 = Rp20.000.000
Diberi kepada Neni 33% x Rp30.000.000 = Rp10.000.000

Jurnal Modal Alin Rp200.000.000


Kas Rp170.000.000
Modal Dona Rp20.000.000
ModalNeni Rp10.000.000

d. Disepakati Alin mendapat pengembalian modal sebesar Rp170.000.000 dan kelebihan dari
pengembalian modal Alin dikurangkan pada akun goodwill perusahaan yang saat itu bersaldo
sebesar Rp150.000.000
Modal Dona Rp400.000.000 Pengembalian modal Alin Rp170.000.000
Modal Neni Rp200.000.000 Kepemilikan Alin sebenarnya Rp200.000.000
Modal Alin Rp200.000.000 Kekurangan Pengembalian Rp30.000.000
Ditutup dari Goodwill

Jurnal Modal Alin Rp200.000.000


Kas Rp170.000.000
Goodwill Rp30.000.000

10. Komar, Leni, Manto dan Nina adalah pendiri Firma KLMN dengan setoran modal masing-masing
untuk Komar Rp126.000.000 ; Leni Rp94.500.000 ; Manto Rp61.500.000 ; & Nina sebesar
Rp30.000.000 Kesempatan pembagian laba-rugi adalah 30:30:20:20. Empat tahun setelah berdiri,
disepakati bahwa firma akan dilikuidasi. Neraca perusahaan sesaat sebelum dilikuidasi adalah:
Kas Rp30.000.000 Utang usaha Rp225.000.000
Aktiva lainnya Rp540.000.000 Utang ke Leni Rp18.000.000
Utang ke Nina Rp15.000.000
Modal Komar Rp126.000.000
Modal Leni Rp94.500.000
Modal Manto Rp61.500.000
Modal Nina Rp30.000.000
Total Rp570.000.000 Total Rp570.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


168

Catatlah likuidasi Firma KLMN, jika:


a. Realisasi aktiva sebesar Rp420.000.000 dengan kerugian realisasi sepenuhnya dibebankan
kepada pekiraan modal sekutu
b. Realisasi aktiva sebesar Rp360.000.000 dan kerugian realisasi mengharuskan pemindahan
dari perkiraan pinjaman sekutu ke perkiraan modal.
c. Realisasi aktiva sebesar Rp300.000.000 dan kerugian realisasi menimbulkan kekurangan
modal seorang sekutu.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Rudianto 2008, format disesuaikan)

a. Realisasi aktiva sebesar Rp420.000.000 dengan kerugian realisasi sepenuhnya dibebankan


kepada pekiraan modal sekutu
Modal Komar Rp126.000.000 Modal Manto Rp61.500.000
Modal Leni Rp94.500.000 Modal Nina Rp30.000.000
Rasio pembagian laba/rugi 30:30:20:20

Harga Realisasi Aktiva lainnya Rp420.000.000 Ditanggung Komar 30% = Rp36.000.000


Nilai buku aktiva lainnya Rp540.000.000 Ditanggung Leni 30% = Rp36.000.000
Rugi jual aktiva lainnya (Rp120.000.000) Ditanggung Manto 20% = Rp24.000.000
Ditanggung Nina 20% = Rp24.000.000

Jurnal Kas Rp420.000.000


Rugi realisasi aktiva lain Rp120.000.000
Aktiva Lainnya Rp540.000.000

Jurnal Modal Komar Rp36.000.000


Modal Leni Rp36.000.000
Modal Manto Rp24.000.000
Modal Nina Rp24.000.000
Rugi realisasi aktiva lain Rp120.000.000

b. Realisasi aktiva sebesar Rp360.000.000 dan kerugian realisasi mengharuskan pemindahan


dari perkiraan pinjaman sekutu ke perkiraan modal.
Modal Komar Rp126.000.000 Modal Manto Rp61.500.000
Modal Leni Rp94.500.000 Modal Nina Rp30.000.000
Rasio pembagian laba/rugi 30:30:20:20
Utang ke Komar Rp0 Utang ke Manto Rp0
Utang ke Leni Rp18.000.000 Utang ke Nina Rp15.000.000

Harga Realisasi Aktiva lainnya Rp360.000.000


Nilai buku aktiva lainnya Rp540.000.000
Rugi jual aktiva lainnya (Rp180.000.000)

Jurnal Kas Rp360.000.000


Rugi realisasi aktiva lain Rp180.000.000
Aktiva Lainnya Rp540.000.000

Jurnal Utang ke Leni Rp18.000.000


Utang ke Nina Rp15.000.000
Modal Leni Rp18.000.000
Modal Nina Rp15.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


169

12. Olivia dan Willi sepakat membentuk Firma dengan nama OLLINNY. Sebagai modal awal, Olivia menyetor
uang tunai Rp50.000.000 dan peralatan kantor bernilai pasar Rp40.000.000 sedangkan Willi setuju
menyerahkan kendaraannya yang memiliki nilai pasar Rp180.000.000 Firma ini sepakat mengambil alih
perusahaan milik Enny yang memiliki neraca perusahaan sebagai berikut.
Kas Rp9.000.000
Piutang Usaha Rp58.000.000
Cadangan Piutang Tak Tertagih Rp4.000.000 Firma setuju mengambil alih seluruh aktiva dan
Perlengkapan Rp7.500.000 kewajiban perusahaan milik Enny tersebut.
Tanah Rp234.000.000 Harga pasar tanah dan peralatan perusahaan
Peralatan Rp100.000.000 masing-masing adalah Rp240.000.000 dan
Akumulasi penyusutan Peralatan Rp10.000.000 Rp80.000.000
Utang Usaha Rp30.500.000
Modal Enny Rp364.000.000
Pada akte pembentukan Firma, tertulis ketentuan-ketentuan tentang pembagian laba-rugi sebagai
berikut:
1. Olivia menerima gaji tetap Rp3.000.000 per bulan; Willi sebesar Rp4.000.000 per bulan
dan Enny menerima Rp5.000.000 per bulan
2. Setiap sekutu berhak atas hasil invetasi sebesar 10% per tahun sebagai bunga atas modal
yang disetor.
3. Rasio atas sisa pembagian laba-rugi setelah perhitungan gaji dan bunga modal adalah 1:3:4 untuk
Olivia, Willi dan Enny.
Pada akhir periode, Firma Ollinny berhasil membukukan laba bersih Rp260.000.000 dan pada saat itu
dengan alasan tertentu Willi mengajukan pengunduran diri dari keanggotaan Firma. Pengunduran diri
Willi disetujui oleh Olivia dan Enny, dan membeli modal Willi masing-masing 50% dengan memakai
uang pribadi tanpa memakai uang perusahaan. Dalam hal ini, Willi menerima total uang dari Olivia
dan Enny sebesar Rp260.000.000 Bersamaan dengan itu, Nikita berniat menggantikan posisi Willi
dengan cara menyerahkan uang tunai ke firma Rp100.000.000 dan dengan penyerahaan uang tersebut,
Nikita menginginkan kepemilikan dalam Firma sebesar 20%
Diminta:
1. Jurnal yang diperlukan untuk mencatat revaluasi atas aktiva tetap yang dimiliki perusahaan Enny
dalam pembukuannya sesaat sebelum pembentukan firma yang baru.
2. Buatkan ayat jurnal untuk mencatat pembentukan firma.
3. Buatkan ayat jurnal penutup yang diperlukan untuk mencatat distibusi laba-rugi.
4. Buatkan ayat jurnal yang diperlukan dalam pembukuan firma untuk mencatat pembelian bagian
kepemilikan Willi oleh Olivia dan Enny.
5. Buatkan ayat jurnal yang diperlukan dalam pembukuan firma untuk mencatat masuknya Nikita.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi II, Hery 2009, format disesuaikan)
1. Jurnal yang diperlukan untuk mencatat revaluasi atas aktiva tetap yang dimiliki perusahaan Enny
dalam pembukuannya sesaat sebelum pembentukan firma yang baru.

Akun Semula Revaluasi (+/-)


Kas Rp9.000.000 Rp0 Rp0
Piutang Usaha (netto) Rp54.000.000 Rp0 Rp0
Perlengkapan Rp7.500.000 Rp0 Rp0
Tanah Rp234.000.000 Rp240.000.000 Rp6.000.000
Peralatan (netto) Rp90.000.000 Rp80.000.000 (Rp10.000.000)
Utang Usaha Rp30.500.000 Rp0 Rp0
Modal Enny Rp364.000.000 Rp0 (Rp4.000.000)

Jurnal Kas Rp9.000.000


Piutang Usaha (netto) Rp54.000.000
Perlengkapan Rp7.500.000
Tanah Rp240.000.000
Peralatan (netto) Rp80.000.000
Utang Usaha Rp30.500.000
Modal Enny Rp360.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


170

2. Buatkan ayat jurnal untuk mencatat pembentukan firma.

Modal Anggota OLIVIA WILLY ENNY TOTAL


Kas Rp50.000.000 Rp9.000.000 Rp59.000.000
Piutang Usaha (netto) Rp54.000.000 Rp54.000.000
Perlengkapan Rp7.500.000 Rp7.500.000
Kendaraan Rp180.000.000 Rp180.000.000
Tanah Rp240.000.000 Rp240.000.000
Peralatan (netto) Rp40.000.000 Rp80.000.000 Rp120.000.000
Utang Usaha Rp30.500.000 Rp30.500.000
Modal Rp90.000.000 Rp180.000.000 Rp360.000.000 Rp630.000.000

Jurnal Kas Rp59.000.000


Piutang Usaha (netto) Rp54.000.000
Perlengkapan Rp7.500.000
Kendaraan Rp180.000.000
Tanah Rp240.000.000
Peralatan (netto) Rp120.000.000
Utang Usaha Rp30.500.000
Modal Olivia Rp90.000.000
Modal Willy Rp180.000.000
Modal Enny Rp360.000.000

3. Buatkan ayat jurnal penutup yang diperlukan untuk mencatat distibusi laba-rugi.
Keterangan Notasi OLIVIA WILLY ENNY JUMLAH
Laba tahun 2006 a Rp260.000.000
Gaji per bulan b Rp3.000.000 Rp4.000.000 Rp5.000.000 Rp12.000.000
Gaji per tahun c = b x 12 Rp36.000.000 Rp48.000.000 Rp60.000.000 Rp144.000.000
Sisa laba d=a-c Rp116.000.000
Modal disetor e Rp90.000.000 Rp180.000.000 Rp360.000.000 Rp630.000.000
Bunga 10% Modal f=%xe Rp9.000.000 Rp18.000.000 Rp36.000.000 Rp63.000.000
Sisa laba g=d-f Rp53.000.000
Rasio laba-rugi 1:3:4 h 1/8 3/8 1/2
Distribusi sisa laba i=hxg Rp0 Rp19.875.000 Rp26.500.000 Rp46.375.000
Total bagian laba j = c+f+i Rp45.000.000 Rp85.875.000 Rp122.500.000 Rp253.375.000

Jurnal Iktisar Laba-rugi Rp253.375.000


Modal Olivia Rp45.000.000
Modal Willy Rp85.875.000
Modal Enny Rp122.500.000

4. Buatkan ayat jurnal yang diperlukan dalam pembukuan firma untuk mencatat pembelian bagian
kepemilikan Willi oleh Olivia dan Enny.

Modal Willi (awal) Rp90.000.000


Distribusi laba Rp85.875.000
Modal Willi (akhir) Rp175.875.000 diberi Olivia dan Enny Masing-masing 50%

Jurnal Modal Willi Rp175.875.000


Modal Olivia Rp87.937.500
Modal Enny Rp87.937.500

5. Buatkan ayat jurnal yang diperlukan dalam pembukuan firma untuk mencatat masuknya Nikita.
Nikita menyerahkan Rp100.000.000 untuk kepemilikan firma 20%

Mutasi Modal OLIVIA ENNY JUMLAH


Modal awal Rp90.000.000 Rp360.000.000 Rp450.000.000
Distribusi laba Rp45.000.000 Rp122.500.000 Rp167.500.000
Dari Willy Rp87.937.500 Rp87.937.500 Rp175.875.000
Modal Akhir Rp222.937.500 Rp570.437.500 Rp793.375.000
% Kepemilikan 28% 72% 100%

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


171

Setoran Modal Nikita Rp100.000.000 adalah 20% dari jumlah modal yang baru.
Jadi Jumlah Modal yang baru setelah Nikita bergabung Rp100.000.000 / 20% = Rp500.000.000
Jumlah modal ril baru firma adalah: Olivia Rp222.937.500
Enny Rp570.437.500
Nikita Rp100.000.000 (+)
Jumlah Modal baru Rp893.375.000 (-)
Kelebihan modal = Goodwill Rp393.375.000
Goodwill dibagi rata untuk anggota lama Rp196.687.500

Jurnal Kas Rp100.000.000


Goodwill Rp393.375.000
Modal Nikita Rp100.000.000
Modal Olivia Rp196.687.500
Modal Enny Rp196.687.500

13. Karya dan Lubis sepakat membentuk persekutuan dengan cara menggabungkan aset dari dua
usaha mereka yang terpisah. Karya menyerahkan aset masing-masing Kas Rp10.000.000 ; piutang
dengan nilai tercantum sejumlah Rp123.000.000 dan penyisihan piutang tak tertagih sebesar
Rp7.500.000 ; persediaan sejumlah Rp85.000.000 ; harga pemerolehan peralatan kantor sebesar
Rp140.000.000 dan akumulasi penyusutannya Rp90.000.000
Para rekan sepakat bahwa piutang sebesar Rp5.000.000 tidak bernilai dan tidak bisa diterima oleh
persekutuan. Penyisihan yang memadai untuk sisa piutang seharusnya Rp74.000.000 kemudian
peralatan seharusnya dinilai sebesar Rp67.000.000
Diminta: Buatlah ayat jurnal untuk mencatat investasi oleh Karya.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 2, James M. Reeve, dkk; format disesuaikan)

Jurnal Kas Rp10.000.000


Piutang Rp118.000.000
Persediaan Rp85.000.000
Peralatan Rp140.000.000
Cadangan kerugian piutang Rp74.000.000
Akumulasi pemyusutan peralatan Rp67.000.000
Modal, Karya Rp212.000.000

14. Rudi dan Meylan sepakat membentuk persekutuan dengan cara menggabungkan aset dari dua
perusahaan mereka terdahulu. Berikut ini informasi neraca yang disiapkan oleh perusahaan milik Rudi:
Kas Rp30.000.000 Utang usaha Rp18.000.000
Piutang usaha Rp65.000.000 Wesel bayar Rp45.000.000
Penyisihan piutang tak tertagih Rp3.200.000 (-)
Rp61.800.000
Tanah Rp120.000.000
Peralatan Rp60.000.000 Modal Rudi Rp172.800.000
Akumulasi Penyusutan Peralatan Rp36.000.000 (-)
Rp24.000.000
Jumlah Aset Rp235.800.000 Jumlah kewajiban Rp235.800.000
Rudi mendapatkan penilaian untuk tanah dan peralatan sebagai berikut:
Tanah Rp165.000.000 Peralatan Rp10.000.000
Analisis atas piutang menunjukkan bahwa penyisihan piutang tak tertagih perlu ditingkatkan menjadi
Rp5.000.000
Diminta: Buatlah ayat jurnal untuk mencatat investasi Rudi
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 2, James M. Reeve, dkk; format disesuaikan)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


172

Jurnal Kas Rp30.000.000


Piutang usaha Rp65.000.000
Tanah Rp120.000.000
Peralatan Rp10.000.000
Utang usaha Rp18.000.000
Wesel bayar Rp45.000.000
Penyisihan piutang tak tertagih Rp5.000.000
Modal, Rudi Rp157.000.000

15. Hari dan Melisa sepakat membentuk persekutuan dengan menanam modal masing-masing
Rp180.000.000 dan Rp60.000.000 , Hitunglah keikutsertaan mereka dalam laba bersih tahun
berjalan sebesar Rp150.000.000 dengan asumsi sebagai berikut:
a. tidak ada perjanjian menyangkut pembagian laba bersih
b. pembagian laba bersih berdasarkan rasio investasi modal awal
c. bunga pada tingkat 10% atas investasi awal dan sisanya dibagi dengan rasio 2:3
d. tunjangan gaji masing-masing sebesar Rp45.000.000 dan Rp60.000.000 dan saldo
dibagi rata.
e. tunjangan bunga pada tingkat 10% atas investasi awal, tunjangan gaji masing-masing
sebesar Rp45.000.000 dan Rp60.000.000 dan sisanya dibagi rata.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 2, James M. Reeve, dkk; format disesuaikan)
a. tidak ada perjanjian menyangkut pembagian laba bersih
(a) Skedul pembagian laba
Keterangan Notasi HARI MELISA JUMLAH
Setoran Modal a Rp180.000.000 Rp60.000.000 Rp240.000.000
Laba bersih b Rp150.000.000
Bagi Laba sama rata c = b/2 Rp75.000.000 Rp75.000.000 Rp150.000.000
Modal akhir d=a+c Rp255.000.000 Rp135.000.000 Rp390.000.000

b. pembagian laba bersih berdasarkan rasio investasi modal awal


(b) Skedul pembagian laba
Keterangan Notasi HARI MELISA JUMLAH
Setoran Modal a Rp180.000.000 Rp60.000.000 Rp240.000.000
Laba bersih b Rp150.000.000
Rasio investasi awal c=bxa 75% 25%
Pembagian laba d=bxa Rp112.500.000 Rp37.500.000 Rp150.000.000
Modal akhir e=a+d Rp292.500.000 Rp97.500.000 Rp390.000.000

c. bunga pada tingkat 10% atas investasi awal dan sisanya dibagi dengan rasio 2:3
(c) Skedul pembagian laba
Keterangan Notasi HARI MELISA JUMLAH
Setoran Modal a Rp180.000.000 Rp60.000.000 Rp240.000.000
Laba bersih b Rp150.000.000
Bunga 10% c=%xa Rp18.000.000 Rp6.000.000 Rp24.000.000
Sisa laba d=cxb Rp126.000.000
Rasio pembagian 2:3 e 2/5 3/5
Bagi sisa laba f=exd Rp50.400.000 Rp75.600.000 Rp126.000.000
Modal akhir g=a+c+f Rp248.400.000 Rp141.600.000 Rp390.000.000

d. tunjangan gaji masing-masing sebesar Rp45.000.000 dan Rp60.000.000


dan saldo dibagi rata.
(d) Skedul pembagian laba
Keterangan Notasi HARI MELISA JUMLAH
Setoran Modal a Rp180.000.000 Rp60.000.000 Rp240.000.000
Laba bersih b Rp150.000.000
Gaji c Rp45.000.000 Rp60.000.000 Rp105.000.000
Sisa Laba d=b-c Rp45.000.000
Bagi Laba sama rata e =d/2 Rp22.500.000 Rp22.500.000 Rp45.000.000
Modal akhir f=a=c=e Rp247.500.000 Rp142.500.000 Rp390.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


173

e. tunjangan bunga pada tingkat 10% atas investasi awal, tunjangan gaji masing-
masing Rp45.000.000 dan Rp60.000.000 dan sisanya dibagi rata.
(e) Skedul pembagian laba
Keterangan Notasi HARI MELISA JUMLAH
Setoran Modal a Rp180.000.000 Rp60.000.000 Rp240.000.000
Laba bersih b Rp150.000.000
Bunga 10% c=%xa Rp18.000.000 Rp6.000.000 Rp24.000.000
Sisa laba d=b-c Rp126.000.000
Gaji e Rp45.000.000 Rp60.000.000 Rp105.000.000
Sisa Gaji f= d-e Rp21.000.000
Bagi Laba sama rata g = f/2 Rp10.500.000 Rp10.500.000 Rp21.000.000
Modal akhir h = a+c+e+g Rp253.500.000 Rp136.500.000 Rp390.000.000

16. Persekutuan Media Properties dengan tiga anggota masing-masing Radio Mitra, Rahma dan
Harian Mentari. Pada tanggal 1 januari 2010, para anggota memiliki ekuitas masing-masing sebesar
Rp240.000.000 (Radio Mitra), kemudian Rp40.000.000 (Rahma); serta Rp160.000.000 (Harian
Mentari). Radio Mitra menyerahkan tambahan aset Rp50.000.000 kepada persekutuan pada
tanggal 1 Juni 2010. Rahma menerima gaji tahunan Rp139.000.000 selama tahun 2010.
Akun ekuitas milik anggota juga dikredit sebesar 8% bunga atas saldo modal per 1 Januari. Sisa
laba yang tersedia dibagikan ke seluruh anggota dengan rasio 4:3:3. Laba bersih persekutuan Media
Properties tahun 2010 adalah Rp570.000.000
Diminta: a. Hitung pembagian laba ke seluruh anggota
b. Ayat jurnal untuk menutup laba bersih dan penarikan ke akun ekuitas anggota
c. Siapkan laporan ekuitas anggota untuk tahun 2010.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 2, James M. Reeve, dkk; format disesuaikan)

a. Hitung pembagian laba ke seluruh anggota


LAPORAN PEMBAGIAN LABA MEDIA PROPERTIES
Keterangan Notasi Radio Mitra RAHMA Harian Mentari JUMLAH
Saldo 1 januari a Rp240.000.000 Rp40.000.000 Rp160.000.000 Rp440.000.000
Laba b Rp570.000.000
Gaji tahunan c Rp139.000.000 Rp139.000.000
Sisa Laba dikuragi gaji d=b-c Rp431.000.000
Bunga 8% e=5xa Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
Sisa laba kurangi bunga i=h-g Rp431.000.000
Bagi laba rasio 4:3:3 g 2/5 3/10 3/10
Bagi sisa laba h=gxf Rp172.400.000 Rp129.300.000 Rp129.300.000 Rp431.000.000
Total alokasi laba i=c+e+h Rp172.400.000 Rp268.300.000 Rp129.300.000

b. Ayat jurnal untuk menutup laba bersih dan penarikan ke akun ekuitas anggota

Jurnal Iktisar Laba-Rugi Rp570.000.000


Modal Radio Mitra Rp172.400.000
Modal Rahma Rp268.300.000
Modal Harian Mentari Rp129.300.000

c. Siapkan laporan ekuitas anggota untuk tahun 2010.


LAPORAN ekuitas MEDIA PROPERTIES 31/12/2010
Keterangan Notasi Radio Mitra RAHMA Harian Mentari JUMLAH
Saldo 1 januari a Rp240.000.000 Rp40.000.000 Rp160.000.000 Rp440.000.000
Laba yang sdh dialokasi b Rp172.400.000 Rp268.300.000 Rp129.300.000 Rp570.000.000
Tambahan Aset 1 Juni c Rp50.000.000 Rp50.000.000
Total modal 31 Januari d=a+b+c Rp462.400.000 Rp308.300.000 Rp289.300.000 Rp1.060.000.000

Jurnal Kas Rp50.000.000


Modal Radio Mitra Rp50.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


174

17. Kasiman dan Gongsao adalah rekan yang membagi rata laba dan memiliki saldo modal masing-
masing Rp120.000.000 dan Rp62.500.000 kemudian dengan seijin Gongsan, Kasiman menjual
sepertiga kepemilikannya kepada Theresia. Bagaimana ayat jurnal yang diperlukan oleh persekutuan
jika harga jual adalah (a) Rp30.000.000 dan (b) Rp50.000.000
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 2, James M. Reeve, dkk; format disesuaikan)

(a) jika harga jual adalah (a) Rp30.000.000

Modal Kasiman Rp120.000.000


1/3 dijual ke Theresia Rp40.000.000
Harga jual Rp30.000.000
Rp10.000.000 Selisih jadi goodwill untuk anggota lama
masing-masing Rp5.000.000

Jurnal Modal Kasiman Rp40.000.000


Modal Theresia Rp40.000.000

Goodwill Rp10.000.000
Modal Kasiman Rp40.000.000
Modal Kasiman Rp5.000.000
Modal Gongsan Rp5.000.000
Modal Theresia Rp40.000.000

(b) jika harga jual adalah Rp50.000.000

Modal Kasiman Rp120.000.000


1/3 dijual ke Theresia Rp40.000.000
Harga jual Rp50.000.000
Rp10.000.000

Jurnal Modal Kasiman Rp40.000.000


Modal Theresia Rp40.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


175

18. Setelah aset berwujut disesuaikan ke kondisi saat ini, Mike dan Alan yang memiliki saldo modal
masing-masing Rp75.000.000 dan Rp85.000.000 kemudian Felix bergabung ke persekutuan
dengan serahkan kas sebesar Rp50.000.000 untuk mendapatkan ekuitas kepemilikan senilai
Rp62.000.000 Seluruh rekan membagi laba sama rata.
Diminta: a. Jurnal mencatat bergabungnya Felix yang akan menerima bonus Rp12.000.000
b. Hitung saldo modal masing-masing rekan setelah bergabungnya rekan baru.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 2, James M. Reeve, dkk; format disesuaikan)

a. Jurnal mencatat bergabungnya Felix yang akan menerima bonus


Setoran Modal Felix Rp50.000.000
Modal Felix diakui Rp62.000.000
Bonus Rp12.000.000 untuk Felix

Jurnal Kas Rp50.000.000


Modal Mike Rp6.000.000
Modal Alan Rp6.000.000
Modal Felix Rp62.000.000

b. Hitung saldo modal masing-masing rekan setelah bergabungnya rekan baru.


DAFTAR MUTASI EKUITAS
Keterangan Notasi MIKE ALAN FELIX JUMLAH
Saldo awal a Rp75.000.000 Rp85.000.000 Rp160.000.000
Setoran Felix b Rp50.000.000 Rp50.000.000
Akui Kepemilikan Felix c Rp62.000.000 Rp62.000.000
Bonus untuk Felix d=b-c Rp12.000.000
Distribusi Bonus e = d/2 (Rp6.000.000) (Rp6.000.000) Rp12.000.000 Rp0
Modal akhir f=a+b+e Rp75.000.000 Rp85.000.000 Rp62.000.000 Rp222.000.000

19. Persekutuan Health Source dimiliki oleh Deny dan Faeah yang membagi seluruh laba-rugi menurut
rasio perbandingan laba 2:3. Linda kemudian diminta bergabung dalam persekutuan. Sebelum Linda
datang, aset persekutuan telah direvaluasi untuk mencerminkan nilai pasar sehingga peralatan yang
ada dianggap naik hingga jadi Rp20.000.000 sedangkan sebelum revaluasi, saldo ekuitas milik
Dany dan Farah masing-masing adalah Rp300.000.000 dan Rp325.000.000
Diminta:
a. Jurnal mencatat revaluasi aset
b. Jurnal mencatat bonus yang diberikan dalam situasi sebagai berikut:
1. Linda membeli 40% kepemilikan di persekutuan senilai Rp310.000.000
2. Linda membeli 25% kepemilikan di persekutuan senilai Rp175.000.000
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 2, James M. Reeve, dkk; format disesuaikan)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


176

a. Jurnal mencatat revaluasi aset


Rasio pembagian laba-rugi 2:3 dan revaluasi aset Rp20.000.000

Jurnal Aktiva Tetap Rp20.000.000


Modal Deny Rp8.000.000 *)
Modal Feah Rp12.000.000 **)

*) 2/5 x Rp20.000.000 = Rp8.000.000


**) 3/5 x Rp20.000.000 = Rp12.000.000

Saldo modal Deny setelah revaluasi Rp300.000.000 + Rp8.000.000 = Rp308.000.000


Saldo modal Feah setelah revaluasi Rp300.000.000 + Rp12.000.000 = Rp312.000.000

b. Jurnal mencatat bonus yang diberikan dalam situasi sebagai berikut:


1. Linda membeli 40% kepemilikan di persekutuan senilai Rp310.000.000
Modal Deny Rp308.000.000
Modal Feah Rp312.000.000
Modal Linda Rp310.000.000 (+)
Total Modal Rp930.000.000
Bagian kepemilikan Linda di Firma 40% (x)
Modal Linda diakui di Firma Rp372.000.000
Setoran modal Linda Rp310.000.000 (-)
Bonus diberikan Rp62.000.000

Jurnal Kas Rp310.000.000


Modal Deny Rp31.000.000
Modal Feah Rp31.000.000
Modal Linda Rp372.000.000

2. Linda membeli 25% kepemilikan di persekutuan senilai Rp175.000.000


Modal Deny Rp308.000.000
Modal Feah Rp312.000.000
Modal Linda Rp175.000.000 (+)
Total Modal Rp795.000.000
Bagian kepemilikan Linda di Firma 25% (x)
Modal Linda diakui di Firma Rp198.750.000
Setoran modal Linda Rp175.000.000 (-)
Goodwill dibentuk Rp23.750.000

Jurnal Kas Rp175.000.000


Goodwill Rp23.750.000
Modal Linda Rp198.750.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


177

20. Tedy dan Gani pemilik persekutuan sepakat membagi rata laba yang diperoleh. Hobart akan
bergabung dengan persekutuan. Sebelumnya, peralatan telah direvaluasi dan diturunkan sebesar
Rp6.000.000 Sebelum revaluasi, saldo modal masing-masing anggota adalah Rp90.000.000
dan Rp150.000.000
Diminta:
a. Jurnal mencatat revaluasi aset
b. Jurnal mencatat keikutsertaan Hobart, dengan situasi sebagai berikut:
1. Hobart membeli 20% kepemilikan di persekutuan senilai Rp50.000.000
2. Hobart membeli 30% kepemilikan di persekutuan senilai Rp125.000.000
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 2, James M. Reeve, dkk; format disesuaikan)

a. Jurnal mencatat revaluasi aset


Rasio pembagian laba-rugi sama dan revaluasi aset turun Rp6.000.000

Jurnal Modal Tedy Rp3.000.000


Modal Gani Rp3.000.000
Peralatan Rp6.000.000

Saldo modal Tedy setelah revaluasi Rp90.000.000 - Rp3.000.000 = Rp93.000.000


Saldo modal Gani setelah revaluasi Rp150.000.000 - Rp3.000.000 = Rp153.000.000

b. Jurnal mencatat keikutsertaan Hobart, dengan situasi sebagai berikut:


1. Hobart membeli 20% kepemilikan di persekutuan senilai Rp50.000.000
Modal Tedy Rp93.000.000
Modal Gani Rp153.000.000
Modal Hobart Rp50.000.000 (+)
Total Modal Rp296.000.000
Bagian kepemilikan Hobart di Firma 20% (x)
Modal Hobart diakui di Firma Rp59.200.000
Setoran modal Hobart Rp50.000.000 (-)
Bonus diberikan Rp9.200.000

Jurnal Kas Rp50.000.000


Modal Tedy Rp4.600.000
Modal Gani Rp4.600.000
Modal Hobart Rp59.200.000

2. Hobart membeli 30% kepemilikan di persekutuan senilai Rp125.000.000


Modal Tedy Rp93.000.000
Modal Gani Rp153.000.000
Modal Hobart Rp125.000.000 (+)
Total Modal Rp371.000.000
Bagian kepemilikan Hobart di Firma 30% (x)
Modal Hobart diakui di Firma Rp111.300.000
Setoran modal Hobart Rp125.000.000 (-)
Goodwill dibentuk Rp13.700.000

Jurnal Kas Rp125.000.000


Modal Linda Rp111.300.000
Modal Tedy Rp6.850.000
Modal Gani Rp6.850.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


178

21. Budi dan Bima memiliki saldo modal masing-masing Rp43.000.000 dan Rp57.000.000 dan
memutuskan untuk melikuidasi persekutuan mereka. Setelah menjual seluruh aset non-tunai serta
membayar seluruh kewajiban, ada sisa kas Rp76.000.000 maka jika keduanya membagi rata laba
atau rugi, bagimana seharusnya kas dibagikan?
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 2, James M. Reeve, dkk; format disesuaikan)

Sisa kas Rp76.000.000


Pembagian sama rata, masing-masing Rp38.000.000

22. Pada tanggal 1 Mei 2009, Permadi dan Karno membentuk sebuah persekutuan. Permadi menanam
kas sebesar Rp16.500.000 dan persediaan dinilai sebesar Rp43.500.000 sedangkan Karno
menyerahkan aset usaha tertentu yang disepakati nilainya, memindahkan kewajiban usaha, serta
menyerahkan kas yang memadai untuk menyediakan jumlah modal sebesar Rp50.000.000 Rincian
mengenai nilai buku aset dan kewajiban usaha dinilai dan disepakati sebagai berikut:
Aset dan Kewajiban Buku Karno Sepakat Penilaian
Piutang Rp22.600.000 Rp19.100.000
Penyisihan piutang tak tertagih Rp1.100.000 Rp1.400.000
Peralatan Rp86.400.000 Rp63.000.000
Akumulasi penyusutan peralatan Rp29.300.000
Utang Rp14.000.000 Rp14.000.000
Wesel bayar Rp20.000.000 Rp20.000.000
Perjanjian persekutuan mencakup penyisihan berikut yang berhubungan dengan pembagian laba
bersih, bunga atas investasi awal 20% serta tunjangan gaji masing-masing sebesar Rp20.000.000
dan Rp25.000.000 serta sisanya dibagi rata.
Diminta;
1. Ayat jurnal untuk mencatat investasi yang dilakukan oleh Permadi dan Karno dalam akun
persekutuan.
2. Siapkan Neraca pada tanggal pendirian persekutuan, per 1 Mei 2009.
3. Setelah penyesuaian dan penutupan akun pendapatan dan beban pada akhir tahun pertama
operasi tanggal 30 April 2010, saldo akun iktisar laba-rugi menunjukkan saldo kredit sebesar
Rp74.000.000 dan akun prive menunjukkan saldo debet Rp22.000.000 untuk Permadi
dan Rp28.000.000 untuk Karno. Buatlah ayat jurnal untuk menutup akun iktisar laba rugi
dan prive per 30 April.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 2, James M. Reeve, dkk; format disesuaikan)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


179

1. Ayat jurnal untuk mencatat investasi yang dilakukan oleh Permadi dan Karno dalam akun
persekutuan.

Setoran Modal Kas Rp16.500.000


Permadi Persediaan Rp43.500.000 (+)
Rp60.000.000

Setoran Modal Piutang Rp19.100.000


Karno, disepakati Penyisihan piutang tak tertagih Rp1.400.000 (-)
Rp50.000.000 Peralatan Rp63.000.000
Utang Rp14.000.000 (-)
Wesel bayar Rp20.000.000 (-)
Rp46.700.000
Kas (untuk mencapai setoran Rp3.300.000 (+)
modal Rp50.000.000 ) Rp50.000.000

Jurnal Kas Rp19.800.000 ***)


Piutang Rp19.100.000 **)
Persediaan Rp43.500.000 *)
Peralatan Rp63.000.000 **)
Penyisihan Piutang Rp1.400.000 **)
Utang Rp14.000.000 **)
Wesel Bayar Rp20.000.000 **)
Modal Permadi Rp60.000.000
Modal Karno Rp50.000.000

*) dari Permadi **) dari Karno ***) dari Permadi dan Karno

2. Siapkan Neraca pada tanggal pendirian persekutuan, per 1 Mei 2009.

Neraca, Per 1 Mei 2009


Kas Rp19.800.000 Utang Rp14.000.000
Piutang Rp19.100.000 Wesel Bayar Rp20.000.000
Penyisihan Piutang (Rp1.400.000)
Persediaan Rp43.500.000 Modal Permadi Rp60.000.000
Peralatan Rp63.000.000 Modal Karno Rp50.000.000
Total Aktiva Rp144.000.000 Total Pasiva Rp144.000.000

3. Setelah penyesuaian dan penutupan akun pendapatan dan beban pada akhir tahun pertama
operasi tanggal 30 April 2010, saldo akun iktisar laba-rugi menunjukkan saldo kredit sebesar
Rp74.000.000 dan akun prive menunjukkan saldo debet Rp22.000.000 untuk Permadi dan
Rp28.000.000 untuk Karno.
Buatlah ayat jurnal untuk menutup akun iktisar laba rugi dan prive per 30 April.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


180

DISTRIBUSI LABA RUGI


Keterangan Notasi PERMADI KARNO JUMLAH
Saldo Modal awal a Rp60.000.000 Rp50.000.000 Rp74.000.000
Prive b Rp22.000.000 Rp28.000.000 Rp50.000.000
Sisa Modal c=a-b Rp38.000.000 Rp22.000.000 Rp60.000.000
Laba 30/4/2010 d Rp74.000.000
Tunjangan gaji e Rp20.000.000 Rp25.000.000 Rp45.000.000
Sisa Laba f=d-e Rp29.000.000
bunga investasi 20% g =%xa Rp12.000.000 Rp10.000.000 Rp22.000.000
Sisa Laba h=f-g Rp7.000.000
Sisa laba dibagi rata i = h/2 Rp3.500.000 Rp3.500.000
Total kepemilikan j=e +g+i Rp35.500.000 Rp38.500.000 Rp74.000.000

Jurnal Modal Permadi Rp22.000.000


Modal Karno Rp28.000.000
Kas Rp50.000.000
(Pengambilan pribadi/prive)

Jurnal Laba-Rugi Rp74.000.000


Modal Permadi Rp35.500.000
Modal Karno Rp38.500.000
(Distribusi laba-rugi)

23. Lana dan Lonita sepakat membentuk persekutuan dengan ketentuan Lana menyerahkan uang
Rp240.000.000 dan Lolita menyerahkan uang Rp80.000.000 ; Berikut ini rencana pembagian
laba yang sedang dipertimbangkan.
a. pembagian sama rata
b. berdasarkan rasio investasi awal
c. Bunga sebesar 12% atas investasi awal dan sisanya dibagi rata
d. Bunga sebesar 12% atas investasi awal, tunjangan gaji masing-masing untuk Lana sebesar
Rp35.000.000 dan Lolita sebesar Rp40.000.000
Diminta;
Untuk setiap rencana, hitunglah pembagian laba bersih berdasarkan setiap asumsi berikut
ini: (a) laba bersih Rp114.000.000 dan (b) laba bersih Rp210.000.000 dan sajikan dalam tabel
dengan format sebagai berikut:
Rp114.000.000 Rp210.000.000
Rencana
Lana Lolita Lana Lolita

(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 2, James M. Reeve, dkk; format disesuaikan)

a. Pembagian Laba Sama Rata


Laba Bersih Rp114.000.000 Laba Bersih Rp210.000.000
Rencana Notasi
LANA LOLITA LANA LOLITA
Pembagian laba Rp57.000.000 Rp57.000.000 Rp105.000.000 Rp105.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


181

b. Pembagian Laba berdasarkan rasio investasi awal


Laba Bersih Rp114.000.000 Laba Bersih Rp210.000.000
Rencana Notasi
LANA LOLITA LANA LOLITA
Investasi awal a Rp240.000.000 Rp80.000.000 Rp240.000.000 Rp80.000.000
Total Investasi b Rp320.000.000 Rp320.000.000
Rasio Investasi awal c = a/b 75% 25% 75% 25%
Pembagian Laba d = c x LB Rp85.500.000 Rp28.500.000 Rp157.500.000 Rp52.500.000

c. Bunga sebesar 12% atas investasi awal dan sisanya dibagi rata
Laba Bersih Rp114.000.000 Laba Bersih Rp210.000.000
Rencana Notasi
LANA LOLITA LANA LOLITA
Investasi awal a Rp240.000.000 Rp80.000.000 Rp240.000.000 Rp80.000.000
Bunga invest 12% b = % x a Rp28.800.000 Rp9.600.000 Rp28.800.000 Rp9.600.000
Sisa laba c = LB - b Rp75.600.000 Rp171.600.000
Bagi sisa laba d = c/2 Rp37.800.000 Rp37.800.000 Rp85.800.000 Rp85.800.000

d. Bunga sebesar 12% atas investasi awal, tunjangan gaji masing-masing untuk Lana sebesar
Rp35.000.000 dan Lolita sebesar Rp40.000.000
Laba Bersih Rp114.000.000 Laba Bersih Rp210.000.000
Rencana Notasi
LANA LOLITA LANA LOLITA
Investasi awal a Rp240.000.000 Rp80.000.000 Rp240.000.000 Rp80.000.000
Bunga invest 12% b = % x a Rp28.800.000 Rp9.600.000 Rp28.800.000 Rp9.600.000
Sisa laba c = LB - b Rp75.600.000 Rp171.600.000
Tunjangan gaji d Rp35.000.000 Rp40.000.000 Rp35.000.000 Rp40.000.000
Sisa gaji e=c-d Rp600.000 Rp96.600.000
Bagi sisa laba f = e/2 Rp300.000 Rp300.000 Rp48.300.000 Rp48.300.000

24. Setelah penyesuaian dicatat per 31 Desember 2010, buku besar persekutuan menunjukkan posisi
sebagai berikut. Keterangan Saldo Debet Saldo Kredit
Kas Rp30.000.000
Piutang Rp38.900.000
Persediaan Rp1.900.000
Tanah Rp25.000.000
Gedung Rp130.000.000
Akumulasi penyusutan Gedung Rp69.200.000
Peralatan Rp39.000.000
Akumulasi penyusutan Peralatan Rp21.500.000
Utang saham Rp2.100.000
Utang gaji Rp2.000.000
Modal Carlos Rp95.000.000
Prive Carlos Rp50.000.000
Moda Carlina Rp65.000.000
Prive Carlina Rp70.000.000
Imbalan jasa profesional Rp297.450.000
Beban gaji Rp132.300.000
Beban penyusutan Gedung Rp10.500.000
Beban pajak properti Rp7.000.000
Beban listrik Rp6.300.000
Beban persediaan Rp2.850.000
Beban penyusutan Peralatan Rp2.800.000
Beban lain-lain Rp5.700.000
JUMLAH Rp552.250.000 Rp552.250.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


182

Saldo dalam akun modal Carlos mencakup tambahan investasi pada tanggal 10 Agustus 2010 sebesar
Rp8.000.000
Diminta:
1. Laporan laba-rugi tahun 2010 dengan menunjukkan pembagian laba bersih. Perjanjian pada
persekutuan memberikan tunjangan gaji Rp40.000.000 untuk Carlina dan Rp50.000.000
untuk Carlos, tunjangan sejumlah 10% atas saldo modal awal tahun fiskal untuk masing-
masing, dan pembagian sama rata untuk sisa laba-rugi bersih.
2. Siapkan laporan ekuitas rekan untuk tahun 2010
3. Siapkan Neraca akhir tahun 2010
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 2, James M. Reeve, dkk; format disesuaikan)

1. Laporan laba-rugi tahun 2010 dengan menunjukkan pembagian laba bersih. Perjanjian pada
persekutuan memberikan tunjangan gaji Rp40.000.000 untuk Carlina dan Rp50.000.000
untuk Carlos, tunjangan sejumlah 10% atas saldo modal awal tahun fiskal untuk masing-
masing, dan pembagian sama rata untuk sisa laba-rugi bersih.
Imbalan jasa profesional Rp297.450.000
Beban gaji Rp132.300.000
Beban penyusutan Gedung Rp10.500.000
Beban pajak properti Rp7.000.000
Beban listrik Rp6.300.000
Beban persediaan Rp2.850.000
Beban penyusutan Peralatan Rp2.800.000
Beban lain-lain Rp5.700.000
Total biaya dan beban Rp167.450.000 (-)
LABA FIRMA Rp130.000.000

DISTRIBUSI LABA RUGI BERSIH


Keterangan Notasi CARLOS CARLINA JUMLAH
Modal awal a Rp87.000.000 Rp65.000.000 Rp167.450.000
Laba Bersih (LB) b Rp130.000.000
Gaji c=a-b Rp40.000.000 Rp50.000.000 Rp90.000.000
Sisa gaji d=b-c Rp40.000.000
Bunga modal 10% e =%xd Rp8.700.000 Rp6.500.000 Rp15.200.000
Sisa Laba f=d-e Rp24.800.000
Sisa laba dibagi rata g = f/2 Rp12.400.000 Rp12.400.000
Total distribusi laba h = c + e +g Rp61.100.000 Rp68.900.000 Rp130.000.000

*)Modal awal Carlos = Modal di Neraca Saldo dikurangi setoran modal


pada tanggal 10 Agustus 2010
Modal Carlos di Neraca Saldo Rp95.000.000
Setoran per 10 Agustus 2010 Rp8.000.000 (-)
Modal Carlos (awal) Rp87.000.000

2. laporan ekuitas rekan untuk tahun 2010


LAPORAN EKUITAS REKAN
Keterangan Notasi PERMADI SANTIKA JUMLAH
Saldo Modal awal a Rp95.000.000 Rp65.000.000 Rp160.000.000
Prive b Rp50.000.000 Rp70.000.000 Rp120.000.000
Sisa Modal c=a-b Rp45.000.000 -Rp5.000.000 Rp40.000.000
Distribusi laba d Rp61.100.000 Rp68.900.000 Rp130.000.000
Total kepemilikan e=c+d Rp106.100.000 Rp63.900.000 Rp170.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


183

3. Neraca akhir tahun 2010


AKTIVA PASIVA
Kas Rp30.000.000 Utang saham Rp2.100.000
Piutang Rp38.900.000 Utang gaji Rp2.000.000
Persediaan Rp1.900.000
Tanah Rp25.000.000
Gedung Rp130.000.000
Akumulasi depresiasi gedung (Rp69.200.000)
Peralatan Rp39.000.000 Modal Carlos Rp106.100.000
Akumulasi depresiasi alat (Rp21.500.000) Moda Carlina Rp63.900.000
Total Aktiva Rp174.100.000 Total Pasiva Rp174.100.000

25. Kencana dan Yana adalah pemilik persekutuan yang membagi laba-rugi bersih secara merata.
Candra akan bergabung pada tanggal 1 Mei tahun berjalan, dengan mengikuti perjanjian berikut ini:
a. Aset dan kewajiban persekutuan yang lama dinilai pada nilai bukunya per 30 April, kecuali untuk:
1. Piutang Rp2.400.000 akan dihapus, dan penyisihan piutang tak tertagih dinaikkan 5%
dari sisa saldo.
2. persediaan dinilai sebesar Rp60.000.000
3. Peralatan dinilai sebesar Rp240.000.000
b. Candra akan membeli hak kepemilikan Yana senilai Rp35.000.000 dengan menyerahkan kas
sebesar Rp60.000.000 juga menyerahkan kas lain sebesar Rp25.000.000 ke persekutuan
untuk total ekuitas kepemilikan Rp80.000.000
c. Rasio pembagian laba adalah 2:1:1
Saldo percobaan setelah penutupan milik Kencana dan Yana per 30 April adalah sebagai berikut.
Keterangan Saldo Debet Saldo Kredit
Kas Rp6.800.000
Piutang Rp34.000.000
Penyisihan piutang tak tertagih Rp900.000
Persediaan Rp63.000.000
Asuransi dibayar di muka Rp2.100.000
Peralatan Rp180.000.000
Akumulasi penyusutan Peralatan Rp80.000.000
Utang Rp12.000.000
Wesel bayar Rp20.000.000
Modal Kencana Rp100.000.000
Modal Yana Rp73.000.000
Rp285.900.000 Rp285.900.000
Diminta:
1. Jurnal untuk mencatat revaluasi per 30 April, memakai akun sementara bernama Revaluasi
Aset. Saldo dalam akun akumulasi penyusutan akan dihapus.
2. Jurnal untuk mencatat sisa transaksi yang berhubungan dengan pendirian persekutuan baru.
Diasumsikan seluruh transaksi terjadi pada tanggal 1 Mei.
3. Sajikan neraca untuk persekutun baru per 1 Mei 2010.
(Sumber: Buku Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Buku 2, James M. Reeve, dkk; format disesuaikan)

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


184

1. Jurnal untuk mencatat revaluasi per 30 April, memakai akun sementara bernama Revaluasi
Aset. Saldo dalam akun akumulasi penyusutan akan dihapus.

Piutang Rp2.400.000 dihapus Revaluasi aset Rp2.400.000


Piutang Rp2.400.000
(Penghapusan piutang)

Penyisihan piutang tak tertagih dinaikkan 5% dari sisa saldo.


Saldo piutang Rp34.000.000
Dihapus Rp2.400.000 Revaluasi aset Rp1.580.000
sisa Piutang Rp31.600.000 PPTT Rp1.580.000
Penyisihan piutang tak tertagih/PPTT (Revaluasi penyisihan piutang tak tertagih)
5% x Rp31.600.000 = Rp1.580.000

Persediaan Rp63.000.000 Revaluasi aset Rp3.000.000


Persediaan revaluasi Rp60.000.000 Persediaan Rp3.000.000
Penurunan nilai Rp3.000.000 (Revaluasi Persediaan)

Peralatan Rp180.000.000 Peralatan Rp60.000.000


Nilai revaluasi Rp240.000.000 Revaluasi aset Rp60.000.000
Kenaikan nilai Peralatan' Rp60.000.000 (Revaluasi Peralatan)

Akumulasi penyusutan peralatan Rp80.000.000


Revaluasi aset Rp80.000.000
(Penghapusan akumulasi penyusutan peralatan)

SEBELUM REVALIASI REVALUASI SETELAH REVALIASI


Keterangan
Saldo Debet Saldo Kredit Saldo Debet Saldo Kredit Saldo Debet Saldo Kredit
Kas Rp6.800.000 Rp6.800.000
Piutang Rp34.000.000 Rp2.400.000 Rp31.600.000
Penyisihan piutang tak tertagih Rp900.000 Rp1.580.000 Rp2.480.000
Persediaan Rp63.000.000 Rp3.000.000 Rp60.000.000
Asuransi dibayar di muka Rp2.100.000 Rp2.100.000
Peralatan Rp180.000.000 Rp60.000.000 Rp240.000.000
Akumulasi penyusutan Peralatan Rp80.000.000 Rp80.000.000 Rp0
Utang Rp12.000.000 Rp12.000.000
Wesel bayar Rp20.000.000 Rp20.000.000
Modal Kencana Rp100.000.000 Rp100.000.000
Modal Yana Rp73.000.000 Rp73.000.000
Revaluasi aset Rp133.020.000 Rp133.020.000
Rp285.900.000 Rp285.900.000 Rp140.000.000 Rp140.000.000 Rp340.500.000 Rp340.500.000

2. Jurnal untuk mencatat sisa transaksi yang berhubungan dengan pendirian persekutuan baru.
Diasumsikan seluruh transaksi terjadi pada tanggal 1 Mei.
Candra akan membeli hak kepemilikan Yana senilai Rp35.000.000 dengan menyerahkan kas
sebesar Rp60.000.000 juga menyerahkan kas lain sebesar Rp25.000.000 ke persekutuan
untuk total ekuitas kepemilikan Rp80.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


185

Modal Yana sebelum revaluasi aset Rp73.000.000 Modal Kencana sebelum revaluasi Rp100.000.000
Hasil revaluasi aset*) Rp66.510.000 (+) Hasil revaluasi aset*) Rp66.510.000 (+)
Modal Yana setelah revaluasi aset Rp139.510.000 Modal Kencana setelah revaluasi Rp166.510.000
Kepemilikan Yana ke Chandra Rp35.000.000 (-)
Sisa kepemilikan Yana Rp104.510.000 *)Hasil revaluasi aset, dibagi rata

Kas Rp25.000.000
Modal Yana Rp35.000.000
Goodwill Rp20.000.000
Modal Chandra Rp80.000.000
(Chandra bergabung ke Firma)

3. Sajikan neraca untuk persekutuan baru per 1 Mei 2010.


AKTIVA PASIVA
Kas Rp31.800.000 Utang Rp12.000.000
Goodwill Rp20.000.000 Wesel bayar Rp20.000.000
Piutang Rp31.600.000
Penyisihan piutang tak tertagih (Rp2.480.000)
Persediaan Rp60.000.000 Modal Kencana Rp166.510.000
Asuransi dibayar di muka Rp2.100.000 Modal Yana Rp104.510.000
Peralatan Rp240.000.000 Modal Chandra Rp80.000.000
Rp383.020.000 Rp383.020.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


186

BAB 9 AKUNTANSI UNTUK PERSEROAN

• Tercantum dalam akta pendirian


Modal Dasar/Otorisasi perseroan
• Mengacu pada lembar saham yang
Modal Ditempatkan dan Disetor
diterbitkan untuk pemegang saham

BEREDAR • Sisa saham yang berada dalam


kepemilikan para pemegang saham

Perseroan merupakan entitas hukum, yang terpisah dari pendiri, pemilik dan yang
mengoperasikannya. Sebagai entitas hukum, perseroan bisa mendapatkan, memiliki dan melepas
properti atas namanya sendiri. Selain itu, perseroan memiliki kewajiban dan membuat perjanjian
dengan pihak lain. Yang terpenting dari perseroan adalah dapat menjual kepemilikan, yang disebut
saham.
Para pemegang sahammerupakan pemilik perseroan berdasarkan kepemilikan sahamnya.
Mereka dapat membeli, mempertahankan atau menjual saham tersebut secara bebas tanpa
mempengaruhi aktivitas operasional perseroan. Perseroan yang sahamnya diperdagangkan secara
terbuka disebut perseroan terbuka, sedangkan perseroan yang sahamnya tidak diperdagangkan
secara terbuka dan hanya dimiliki segelintir orang (investor) disebut perseroan tertutup.
Pemegang saham sebuah perseroan memiliki kewajiban yang terbatas karena potensi
kerugiannya hanya terbatas pada jumlah investasinya. Kreditor dalam hal ini, hanya berhak atau
memiliki klaim terhadap aktiva perusahaan saja dan bukan pada harta pribadi pemegang saham.

9.1 MODAL PERSEROAN


Klasifikasi modal perseroan adalah modal dasar, modal ditempatkan dan disetor serta modal
saham beredar. Modal dasaradalah jumlah maksimum lembar saham yang dapat diterbitkan oleh
perseroan (sebesar yang diotorisasi) dan biasanya tercantum dalam akta pendirian perseroan.
Kegunaan modal dasar adalah untuk memenuhi kebutuhan modal awal pendirian perseroan dan
untuk memenuhi kebutuhan modal di masa datang. Jumlah lembar saham yang beredar adalah
jumlah lembar saham yang telah diotorisasi, diterbitkan dan dimiliki oleh pemegang saham.
Secara ilustratif, perbedaan antara jumlah lembar saham yang diotorisasi (modal dasar)
dengan jumlah lembar saham yang diterbitkan (modal ditempatkan) dan jumlah lembar saham
yang beredar (saham beredar) adalah sebagai berikut: Perseroan dengan modal dasar 10.000
lembar saham, telah menerbitkan (menjual) 6.000 lembar sahamnya, dan kemudian menarik
kembali saham dari tangan pemegang saham sebanyak 2.500 lembar. Dalam hal ini, 10.000 lembar
saham diotorisasi, 6.000 lembar saham telah diterbitkan dan 4.000 lembar saham belum
diterbitkan (sebagi antisiasi kebutuhan modal di masa datang). Dari 6.000 lembar saham yang
diterbitkan, 2.500 lembar ditarik (dibeli) kembali sehingga sisa yang beredar adalah 3.500 lembar.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


187

Jadi 2.500 lembar saham yang ditarik merupakan bagian dari 6.000 lembar saham yang diterbitkan,
hanya saja tidak di tangan pemegang saham tetapi di tangan perseroan.
Nilai saham dinyatakan dalam satuan unit moneter yang dinamakan nilai pari (par-value).
Nilai pari adalah besarnya nilai saham yang tertera pada sertifikat saham (sebutan lain = nilai
nominal). Di beberapa negara, saham bisa diterbitkan tanpa nilai pari (no-par stock), tetapi tetap
harus dinyatakan berapa nilai yang ditetapkan (stated value)untuk saham tersebut.Istilah lain yang
dipakai untuk nilai pari adalah nilai nominal.
Umumnya perseroan hanya menerbitkan satu jenis saham yang disebut saham biasa
(common stock) dimana setiap pemiliknya memperoleh hak yang sama. Tapi untuk kepentingan
tertentu perseroan juga menerbitkan saham preferen (preferred stock), yang memberikan hak
istimewa kepada pemegangnya prioritas dalam pembagian dividen dan aset saat perseroan
dilikuidasi. Namun demikian, pemegang saham preferen tidak memiliki hak suara seperti pemegang
saham biasa.
Nilai pari saham tidak mencerminkan harga pasar saham. Harga pasar saham perseroan (dari
perusahaan yang dimiliki publik) ditentukan oleh aktivitas perdagangan saham di bursa saham.
Umumnya, harga saham mengikuti kecenderungan perkembangan perseroan yang menerbitkan
saham tersebut. Banyak faktor bisa mempengaruhi harga saham, misalnya laba atau rugi, kondisi
keuangan, kebijakan dividen, perubahan tingkat suku bunga, inflasi, situasi ekonomi dan politik
negara dan lain-lain.

9.2 AKUNTANSI UNTUK PENERBITAN SAHAM


Hasil dari penerbitan dan penjualan saham bisa sama dengan nilai pari, lebih besar atau
bahkan lebih kecil dari nilai pari. Ketika saham dijual dengan harga jual lebih kecil dari nilai pari,
maka disebut saham tersebut dijual dengan diskonto (disagio), sedangkan jika saham dijual dengan
harga jual lebih besar dari nilai pari, maka disebut saham tersebut dijual dengan premium (agio)
Misalkan saham dengan nilai pari Rp550 per lembar dijual dengan harga Rp500 per lembar,
maka saham tersebut dijual dengan tingkat diskonto sebesar Rp50 per lembar. Tetapi jika saham
tersebur dijual dengan harga Rp600 per lembar, maka artinya saham dijual dengan tingkat premium
Rp50 per lembar.
Contoh 9.1: Tanggal 1 Januari 2016 PT Tezdab mengotorisasi 3.500 lembar saham preferen
(nilai pari Rp1.400 per lembar) dan 8.000 lembar saham biasa (nilai pari Rp600 per lembar).
Tanggal 2 Pebruari 2016, 1.000 lembar saham preferen dan 5.000 lembar saham biasa
diterbitkan dan dijual masing-masing dengan harga Rp1.700 per lembar dan Rp800 per
lembar.. Jurnal untuk transaksi ini adalah:
Tanggal Kas Rp5.700.000
2 Peb. 2016 Saham preferen Rp1.400.000
Saham Biasa Rp3.000.000
Agio-saham preferen Rp300.000
Agio-saham biasa Rp1.000.000
Dari contoh 9.1 diketahui total modal setor adalah Rp5.700.000, dimana Rp4.400.000
merupakan modal saham dan Rp1.400.000 adalah agio saham yang merupakan tambahan modal
disetor. Agio saham adalah kelebihan harga jual saham di atas nilai parinya.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


188

Contoh 9.2: Tanggal 1 Januari 2016 PT Tezdab mengotorisasi 3.500 lembar saham preferen
(nilai pari Rp1.400 per lembar) dan 8.000 lembar saham biasa (nilai pari Rp600 per lembar).
Tanggal 2 Pebruari 2016, 1.000 lembar saham preferen dan 5.000 lembar saham biasa
diterbitkan dan dijual masing-masing dengan harga Rp1.700 per lembar dan Rp800 per
lembar. Pada akhir tahun 2016 diasumsikan Laba ditahan sebesar Rp40.000.000. Diminta
hitunglah bagian modal pemegang saham yang akan tampak di Neraca PT Tezdab.
(a) Modal disetor
Modal Saham:
Saham preferen (nilai pari Rp1.400/lembar,
3.500 lembar diotorisasi, 1.000 lembar diterbitan
dan beredar) Rp1.400.000*)
Saham biasa (nilai pari Rp600/lembar, 8.000 lembar
diotorisasi, 5.000 lembar diterbitan dan beredar) Rp3.000.000**)
Total Modal Saham Rp4.400.000
(b) Tambahan Modal Disetor:
Agio saham preferen Rp300.000***)
Agio saham biasa Rp1.000.000****)
Rp1.300.000
Total Modal Disetor Rp5.700.000
(c) Laba ditahan Rp40.000.000
Total Modal Pemegang Saham Rp45.700.000
*) **)
1.000 lembar x Rp1.400/lembar = Rp1.400.000; 5.000 lembar x Rp600/lembar = Rp3.000.000
***) ****)
1.000 lembar x (Rp1.700 – Rp1.400)/lembar = Rp300.000; 5.000 lembar x (Rp800 – Rp600)/lembar = Rp1.000.000

Penerbitan Saham Atas Dasar Pesanan


Saham perseroan biasa diterbitkan atas dasar pesanan yang terikat dalam kontrak. Untuk
kondisi seperti ini, sertifikat saham baru bisa diserahkan jika pesanan dilunasi.
Contoh 9.3: Tanggal 1 Januari 2016 PT Tezdab mengotorisasi 3.500 lembar saham preferen
(nilai pari Rp1.400 per lembar) dan 8.000 lembar saham biasa (nilai pari Rp600 per lembar).
Tanggal 2 Pebruari 2016, 1.000 lembar saham preferen dan 5.000 lembar saham biasa
diterbitkan dan dijual masing-masing dengan harga Rp1.700 per lembar dan Rp800 per
lembar. Pada tanggal 3 Maret 2016 diperoleh pesanan saham biasa dari FEBUKAW sebanyak
2.000 lembar dengan harga Rp800 per lembar, dan telah menerima pembayaran awal 30%
dari total harga pesanan dengan pelunasan tanggal 7 Januari 2017. Pada akhir tahun 2016
diasumsikan Laba ditahan sebesar Rp40.000.000.
Diminta: (1) jurnal transaksi tanggal 2 Pebruari 2016 dan 3 Maret 2016
(2) hitunglah bagian modal pemegang saham yang tampak di Neraca PT Tezdab.
(3) Jurnal tanggal 7 Januari 2017 jika piutang dilunasi

(1). Jurnal Transaksi


Tanggal Kas Rp5.700.000
2 Peb. 2016 Saham preferen Rp1.400.000
Saham Biasa Rp3.000.000
Agio-saham preferen Rp300.000
Agio-saham biasa Rp1.000.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


189

Tanggal Kas Rp480.000


Piutang pesanan saham biasa*) Rp1.120.000
3 Mar. 2016 Saham Biasa**) Rp1.200.000
Agio-saham biasa***) Rp400.000
*) **)
30% (2.000 lembar x Rp800/lembar) = Rp480.000; 2.000 lembar x Rp600/lembar = Rp1.200.000
***)
2.000 lembar x (Rp800 – Rp600)/lembar = Rp400.000

(2). Bagian modal pemegang saham yang tampak di Neraca


(a) Modal disetor
Modal Saham:
Saham preferen (nilai pari Rp1.400/lembar,
3.500 lembar diotorisasi, 1.000 lembar diterbitan
dan beredar) Rp1.400.000a)
Saham biasa (nilai pari Rp600/lembar, 8.000 lembar
diotorisasi, 5.000 lembar diterbitan dan beredar) Rp3.000.000b)
Pesanan saham biasa (2.000 lebar) Rp1.200.000c)
Total Modal Saham Rp5.600.000
(b) Tambahan Modal Disetor:
Agio saham preferen Rp300.000d)
Agio saham biasa Rp1.400.000e)
Rp1.700.000
Total Modal Disetor Rp7.300.000
(c) Laba ditahan Rp40.000.000
Total Modal Pemegang Saham Rp47.300.000
a) b)
1.000 lembar x Rp1.400/lembar = Rp1.400.000; 5.000 lembar x Rp600/lembar = Rp3.000.000
c) d)
2.000 lembar x Rp600/lembar = Rp1.200.000; 1.000 lembar x (Rp1.700 –Rp1.400)/lembar = Rp300.000
e)
[5.000 lembar x (Rp800 – Rp600)/lembar] + [2.000 lembar] x (Rp800 – Rp600)/lembar] = Rp1.200.000

(3) Jurnal untuk pelunasan dari FEBUKAW

Tanggal Kas Rp1.120.000


7 Jan 2017 **)
Piutang pesanan saham biasa Rp1.120.000

Tanggal Pesanan saham biasa Rp1.200.000


7 Jan 2017 Saham Biasa Rp1.200.000

Penerbitan Saham tanpa Nilai Pari (nilai nominal)


Setiap terjadi penjualan saham tanpa nilai pari (isitilah lain: nilai nominal) maka keseluruhan
hasil penjualan saham yang diterima langsung dicatat dengan jurnal akun Kas di debet dan akun
Saham Biasa di kredit. Bilamana harga saham untuk saham tanpa nilai pari tersebut sudah bisa
ditetapkan, maka perhitungan dan pencatatannya seperti transaksi saham biasa yang telah
memiliki nilai pari, termasuk jika ada agio saham biasa yang terbentuk.
Contoh 9.4: Tanggal 1 Januari 2016 PT ZDAB menerbitkan 10.000 lembar saham biasa tanpa
nilai pari dengan harga Rp900 per lembar, kemudian tanggal 2 Pebruari 2016 menerbitkan
lagi 2.500 lembar saham biasa tanpa nilai pari dengan harga Rp1.000 per lembar. Pada
tanggal 3 Maret 2016, saham biasa tanpa nilai pari tersebut ditetapkan berharga Rp750 per

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


190

lembar dan diterbitkan lagi 200 lembar dengan harga Rp1.500 per lembar. Transaksi-
transaksi tersebut dicatat dengan jurnal berikut.

Tanggal Kas*) Rp9.000.000


1 Jan. 2016 Saham biasa Rp9.000.000
*)10.000 lembr x Rp900 per lembar = Rp9.000.000

Tanggal Kas*) Rp2.500.000


2 Peb. 2016 Saham biasa Rp2.500.000
*)2.500 lembr x Rp1.000 per lembar = Rp2.500.000

Tanggal Kas*) Rp300.000


3 Mar. 2016 Saham biasa*) Rp150.000
Agio saham biasa**) Rp150.000
*) **)
200 lembar x Rp1.500 = Rp300.000 200 lembar x Rp750 per lembar = Rp150.000;
***)
200 lembar x (Rp1.500 – 750) per lembar = Rp150.000;

Pertukaran Saham dengan Aktiva


Ketika saham diterbitkan untuk ditukarkan dengan aktiva non-tunai, maka aktiva yang
diperoleh harus dicatat sebesar nilai pasar wajarnya. Tetapi jika harga pasar wajar aktiva yang
diperoleh tidak bisa ditentukan secara objektif, maka harga pasar saham dipakai untuk mencatat
perolehan aktiva tersebut. Dalam hal ini, nilai pari ataupun nilai yang ditetapkan tidak pernah
dipakai dalam menentukan harga perolehan aktiva yang diterima.
Contoh 9.5: Perusahaan telah menerbitkan 12.000 lembar saham biasa dengan nilai pari
Rp550 per lembar untuk ditukar dengan peralatan. Harga pasar saham tersebut pada saat ini
adalah Rp650 per lembar. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:
Tanggal Peralatan Rp7.200.000
Saham biasa*) Rp6.600.000
**)
Agio saham biasa Rp1.200.000
*) **)
12.000 lembar x Rp550 = Rp6.600.000 12.000 lembar x (Rp650 – Rp550) per lembar = Rp1.200.000;

Pemecahan Saham
Perusahaan yang sahamnya dijual bebas di bursa saham dapat mengurangi atau memperkecil
nilai pari atau nilai yang ditetapkan untuk saham biasa, dengan cara menerbitkan sejumlah tertentu
tambahan lembar saham biasa yang jumlahnya sebanding dengan jumlah penurunan nilai pari atau
nilai yang ditetapkan. Proses tersebut disebut pemecahan saham.
Pemecahan saham akan berdampak pada penurunan niai pari atau nilai yang ditempatkan bagi
semua lembar saham, yang belum diterbitkan, sudah diterbitkan bahkan untuk treasury stock.

Proses pemecahan saham tidak akan mempengaruhi saldo akun laporan keuangan sehingga
tidak perlu dicatat dalam jurnal.
Contoh 9.6: Perusahaan memiliki 30.000 lembar saham biasa yang beredar dengan harga
pasar Rp1.500 per lembar. Nilai pari saham tersebut adalah Rp1.200 per lembar. Dewan
Komisaris perusahaan mengumumkan pemecahan saham satu lembar menjadi tiga
lembar.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


191

Pemecahan saham ini menyebabkan jumlah lembar saham biasa bertambah dari
30.000 lembar menjadi 90.000.000 lembar. Akibatnya nilai pari saham biasa turun dari
Rp1.200.000 per lembar menjadi Rp400 per lembar. Namun secara keseluruhan total
nilai pari saham biasa tetap sama yaitu Rp36.000.000. Sekalipun tidak perlu dicatat
dengan jurnal, tetapi peristiwa ini harus diungkap dalam catatan laporan keuangan.

9.3 AKUNTANSI UNTUK DEVIDEN


Bila keuangan perusahaan dalam keadaan memuaskan, biasanya dilakukan distribusi sebagian
laba bersih kepada para pemegang saham. Distribusi sebagian laba bersih kepada pemegang saham
tersebut dalam bentuk deviden (tunai atau saham biasa). Pengumuman deviden akan berdampak
pada pengurangan (penurunan) laba ditahan, tanpa menunggu pembayarannya kepada pemegang
saham.
Deviden Tunai. Deviden tunai adalah bentuk pembagian keuntungan kepada para pemegang
saham perusahaan. Ada tiga tanggal penting sehubungan dengan pembagian deviden tunai, yaitu
tanggal pengumumuman, tanggal pencatatan, dan tanggal pembayaran.
Pengumuman deviden tunai akan dicatat dengan jurnal:
Tanggal Deviden Tunai xxx
xxxx Utang deviden tunai xxx

Contoh 9.7: Dewan Komisaris PT Tezdab pada tanggal 12 Desember 2016 mengumumkan
deviden tunai sebesar Rp75 per lembar untuk 100.000 lembar saham biasa yang beredar
dengan nilai pari Rp1.500 per lembar. Pada tanggal 31 Desember 2016, telah dilakukan
transfer saldo akun deviden tunai ke akun laba ditahan. Deviden tunai tersebut direalisasi
pada tanggal 17 Januari 2017. Jurnal untuk tanggal 12 dan 31 Desember 2016, serta 17
Januari 2017 adalahsebagai berikut:
Tanggal Deviden Tunai*) Rp7.500.000
12 Des 2016 Utang deviden tunai Rp.500.000
*)
100.000 lembar x Rp750/lembar = Rp7.500.000

Tanggal Laba ditahan Rp7.500.000


31 Des 2016 Deviden tunai Rp.500.000

Tanggal Utang deviden tunai Rp7.500.000


17 jan 2017 Kas Rp.500.000

Contoh 9.8: Dewan Komisaris PT Tezdab pada tanggal 12 Desember 2016 mengumumkan deviden
tunai sebesar Rp75 per lembar untuk 100.000 lembar saham biasa yang beredar dengan nilai pari
Rp1.500 per lembar. Pada tanggal 31 Desember 2016, telah dilakukan transfer saldo akun

Deviden Saham. Deviden saham adalah bentuk pembagian keuntungan kepada para pemegang
saham perusahaan dalam bentuk saham biasa. Seperti pada pembagian deviden tunai, tiga tanggal
penting adalah tanggal pengumumuman, tanggal pencatatan, dan tanggal pembayaran. Efek dari
deviden saham terhadap laporan keuangan perusahaan adalah bertambahnya modal disetor.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


192

Pengumuman deviden saham akan dicatat dengan jurnal mendebet akun deviden saham
sebesar nilai pasar wajar pada saat dibagikan, dan mengkredit akun deviden yang dapat
dibagiakan sebesar nilai pari serta mengkredit agio saham biasa (jika harga pasar melebihi
nilai pari)

Tanggal Deviden Saham xxx


xxxx Dividen saham yang dapat dibagikan xxx
Agio saham biasa xxx

Contoh 9.9: Dewan Komisaris PT Tezdab pada tanggal 12 Desember 2016 mengumumkan
deviden saham sebesar 15% atas 100.000 lembar saham biasa yang beredar dengan nilai pari
Rp1.500 per lembar. Harga pasar saham biasa pada saat itu Rp1.650 per lembar. Deviden
saham tersebut dibagikan pada tanggal 17 Januari 2017.
Jurnal untuk tanggal 12 dan 31 Desember 2016, serta 17 Januari 2017 adalah sebagai berikut:

Tanggal Deviden Sahama) Rp24.750.000


12 Des 2016 Dividen saham yang dapat dibagikan b) Rp22.500.000
Agio saham biasac) Rp2.250.000
a)
15% x Rp100.000 lembar x Rp1.650/lembar = Rp24,750.000;
b)
Rp1.500 x [15% x 100.000 lembar] = Rp22.500.000
c)
[15% x 100.000 lembar] x (Rp1.650 – Rp1.500) per lembar = Rp2,250.000

Tanggal Laba ditahan Rp24.750.000


31 Des 2016 Deviden saham Rp24.750.000

Tanggal Dividen saham yang dapat dibagikan Rp22.500.000


17 jan 2017 Saham biasa Rp22.500.000

9.4 AKUNTANSI UNTUK PENARIKAN SAHAM


Perusahaan perseroan kadang membeli kembali sahamnya yang telah diterbitkan dan
beredar. Saham yang ditarik kembali atau treasury stock (saham treasuri) dilakukan dengan
berbagai alasan antara lain: (a) untuk diberikan sebagai bonus kepada pejabat atau karyawan
perusahaan, (b) untuk tujuan menaikkan harga pasar saham perusahaan di bursa saham, (c) untuk
cadangan saham dalam rangka akuisisi perusahaan lain, dan (d) mengurangi jumlah lembar saham
beredar sehingga memperbesar laba per lembar saham.
Metode yang sering dipakai untuk mencatat pembelian dan penjualan kembali treasury stock
adalah metode harga pokok (cost method). Dengan metode ini, saham yang ditarik kembali
(treasury stock) dicatat dengan jurnal mendebet akun modal saham dan mengkredit akun kas
sebesar harga yang dibayar untuk transaksi ini. Penting untuk diperhatikan bahwa dalam transaksi
ini, harga pasar pertama kali ketika saham dijual dan nilai pari tidak dipakai dalam akuntansi
terhadap saham yang ditarik kembali.
Jika reasury stock dijual lagi, akun saham ini akan dikredit sebesar harga perolehannya dan
mendebet akun kas. Jika ada perbedaan antara harga jual dengan harga perolehan teasury stock

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


193

yang dijual kembali, maka selisih harga tersebut didebet atau dikredit ke akun ‘modal setor dari
teasury stock. Akun ini akan disajikan di Neraca sebagai penambah atau pengurang modal disetor.
Contoh 9.10: Berikut ini data bagian modal pemegang saham PT Tezdab sebelum pembelian
treasury stock.
PT TEZDAB
(Bagian) Neraca
1 Januari 2016
Modal disetor:
Modal Saham:
Saham preferen (nilai pari Rp1.400 per lembar, 3.500 Rp1.400.000
lembar diotorisasi; 1.000 lembar diterbitkan dan beredar)
Saham biasa (nilai pari Rp600 per lembar, 8.000 lembar 4.200.000
diotorisasi; 7.000 lembar diterbitkan dan beredar)
Total Modal Saham Rp5.600.000
Tambahan Modal Disetor:
Agio saham preferen Rp300.000
Agio saham biasa Rp1.340.000
Total tambahan modal disetor Rp1.640.000
Total Modal disetor Rp7.240.000
Laba Ditahan Rp40.000.000
Total Modal Pemegang Saham Rp47.240.000
Informasi lain sebagai berikut:
09 Jan Memperoleh kembali 3.000 lembar saham biasanya dengan harga Rp840 per
2016 lembar; nilai pari saham biasa Rp600 per lembar; harga perdana adalah
Rp800 per lembar).
15 Jan perusahaan menjual 1.200 lembar treasury stock dengan harga Rp880 per
2016 lembar.
19 Jan perusahaan menjual lagi 1.000 lembar treasury stock dengan harga Rp790 per
2016 lembar.
Diminta: (a) Jurnal untuk tanggal 9, 15 dan 19 Januari 2016; (b) Bagian modal (ekuitas)
pemegang saham tanggal 15 Januari 2016.

Tanggal Treasury stock Rp2.520.000


9 Jan 2016 Kas*) Rp2.520.000
*)
3.000 lembar x Rp840/lembar = Rp2.520.000

Tanggal Kasa) Rp1.056.000


15 Jan 2016 b)
Treasury stock Rp1.008.000
Modal disetor dari treasury stockc) Rp48.000
a) b)
1.200.000 lembar x Rp880/lembar = Rp1.056.000; [1.200/3.000] lembar x Rp2.530.000 = Rp1.008.000
c)
Agio dicatat sebagai tambahan modal disetor.

Tanggal Kasa) Rp790.000


19 jan 2016 Modal disetor dari treasury stock Rp48.000
Laba ditahan Rp2.000
Treasury stockb) Rp840.000
a) b)
1.000 lembar x Rp790/lembar = Rp790.000; [1.000/3.000] lembar x Rp2.530.000 = Rp840.000

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


194

PT TEZDAB
(Bagian) Neraca
9 Januari 2016
Modal disetor:
Modal Saham:
Saham preferen (nilai pari Rp1.400 per lembar, 3.500 Rp1.400.000
lembar diotorisasi; 1.000 lembar diterbitkan dan beredar)
Saham biasa (nilai pari Rp600 per lembar, 8.000 lembar 4.200.000
diotorisasi; 7.000 lembar diterbitkan dan beredar)
Total Modal Saham Rp5.600.000
Tambahan Modal Disetor:
Agio saham preferen Rp300.000
Agio saham biasa Rp1.340.000
Modal disetor dari treasury stock Rp48.000
Total tambahan modal disetor Rp1.688.000
Total Modal disetor Rp7.288.000
Laba Ditahan Rp40.000.000
Treasury Stock (1.000 lebar) (Rp1.512.000)
Total Modal Pemegang Saham Rp45.776.000

9.5 LAPORAN LABA DITAHAN


Perseroan dapat melaporkan perubahan dalam laba ditahan, dengan cara menyiapkan
laporan laba ditahan yang terpisah, kombinasi laporan laba rugi dan laba ditahan atau laporan
ekuitas pemegang saham.
Pada saat laporan laba ditahan secara terpisah disiapkan, saldo awal laba ditahan dilaporkan
kemudian ditambah dengan laba bersih (atau dikurangi rugi bersih) dikurangi deviden untuk
memperoleh saldo akhir laba ditahan untuk periode tersebut. Contoh laporan laba ditahan ini
disajikan sebagai berikut:
PT XYX
Laporan Laba Ditahan
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember XXXX
Laba ditahan 1 Januari XXXX Rp245.000.000
Laba bersih Rp180.000.000
Dikurangi: Deviden—saham preferen Rp10.000.000
Deviden—Saham biasa Rp65.000.000
Rp75.000.000
Kenaikan laba ditahan Rp105.000.000
Laba ditahan 31 Desember XXXX Rp350.000.000

Contoh 9.11: PT ZDAB Kupang melaporkan hasil-hasil berikut ini untuk tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2016.
Laba ditahan 1 Januari 2016 Rp3.338.500.000
Laba bersih Rp461.500.000
Deviden tunai yang diumumkan Rp80.000.000
Deviden saham yang diumumkan Rp120.000.000
Buatkan laporan laba ditahan untuk tahun fiskal yang berakhir pada tanggal 31 Januari 2016.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


195

PT ZDAB
Laporan Laba Ditahan
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Januari 2016
Laba ditahan 1 Januari 2016 Rp3.338.500.000
Laba bersih Rp461.500.000
Dikurangi: Deviden—saham preferen Rp80.000.000
Deviden—Saham biasa Rp120.000.000
Rp200.000.000
Kenaikan laba ditahan Rp261.500.000
Laba ditahan 31 Desember XXXX Rp3.600.000.000

9.6 LAPORAN EKUITAS PEMEGANG SAHAM


Laporan ekuitas pemegang saham dapat digunakan sebagai laoran terpisah atau catatan
untuk mendukung laporan keuangan. Informasi yang disajikan dalam lapran ekuitas pemegang
saham mencakup perubahan dalam sumber ekuitas—laba ditahan dan modal disetor.
Ada dua pilihan pelaporan ekuitas pemegang saham di Neraca 31 Desember. Pertama,
masing-masing jenis saham disebutkan lebih dulu, diikuti akun modal disetor terkait. Kedua, akun
saham disebutkan lebih dahulu disusul akun modal disetor lainnya yang disebut tambahan modal
disetor atau agio saham atau agio saham di atas nilai nominal (istilah lain: nilai pari).
Contoh 9.11: Berikut contoh lain Laporan Akuitas Pemegang Saham dengan uturan jenis
saham disebutkan lebih dahulu, diikuti dengan akunmodal disetor
PT TEZDAB
31 Desember 2016
Ekuitas Pemegang Saham
Modal disetor:
Modal Saham:
Saham preferen 10% (nilai nominal Rp50.000; modal dasar 2.000 lembar; Rp100.000.000
ditempatkan dan disetor 2.000 lembar)
Agio saham preferen Rp10.000.000
Rp110.000.000
Saham biasa (nilai nominal Rp20.000; modal dasar 50.000 lembar Rp900.000000
diotorisasi; 45.000 lembar diterbitkan dan beredar)
Agio saham biasa Rp190.000.000
Rp1.090.000.000
Agio modal teasury Rp2.000.000
Total Modal disetor Rp1.202.000.000
Laba ditahan Rp350.000.000
Total Rp1.552.000.000
DikurangiL Saham Teasuri (600 lembar pada biaya) (Rp27.000.000)
Ekuitas Pemegang Saham Rp1.525.000.000

Contoh 9.12: Berikut contoh lain Laporan Akuitas Pemegang Saham dengan uturan jenis
saham disebutkan lebih dahulu, dan akun modal disetor lainnya disebut dalam pos tambahan
modal disetor atau agio.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


196

PT TEZDAB
31 Desember 2016
Ekuitas Pemegang Saham
Modal disetor:
Modal Saham:
Saham preferen 10% (nilai nominal Rp50.000; modal dasar 2.000 lembar; Rp100.000.000
ditempatkan dan disetor 2.000 lembar)
Agio saham preferen
Saham biasa (nilai nominal Rp20.000; modal dasar 50.000 lembar Rp900.000000
diotorisasi; 45.000 lembar diterbitkan dan beredar)
Agio saham biasa Rp202.000.000
Total modal didistribusikan 1.202.000.000
Laba ditahan Rp350.000.000
Total Modal disetor Rp1.202.000.000
Laba ditahan Rp350.000.000
Total Rp1.552.000.000
DikurangiL Saham Teasuri (600 lembar pada biaya) (Rp27.000.000)
Ekuitas Pemegang Saham Rp1.525.000.000

Contoh 9.13: Dengan memakai akun dan saldo berikut ini, siapkan bagian Ekuitas Pemegang
Saham di Neraca. Modal dasar yang seluruhnya telah ditempatkan dan disetor penuh adalah
40.000 lembar saham biasa, dan 5.000 lembar diantaranya adakah seham treasury.
Saham biasa, nilai nominal Rp50.000 Rp1.500.000.000
Agio saham biasa Rp160.000.000
Agio saham treasury Rp44.000.000
Laba ditahan Rp4.395.000.000
Saham treasury Rp120.000.000

Ekuitas Pemegang Saham


Modal Saham:
Saham biasa (nilai nominal Rp50.000; modal dasar
40.000 lembar; ditempatkan dan disetor 30.000 Rp1.500.000.000
lembar)
Agio saham biasa Rp160.000.000
Rp1.660.000.000
Agio saham treasury Rp44.000.000
Total Modal disetor Rp1.704.000.000
Laba ditahan Rp4.395.000.000
Total Rp6.099.000.000
Dikurang: saham treasury (5.000.lembar, pada biaya) Rp120.000.000
Total Ekuitas Pemegang Saham Rp5.979.000.000

Beberapa catatan penting:


1. Perseroan memiliki keberadaan yang terpisah secara hukum, unit saham yang dapat
dipindahtangankan, umur yang panjang, dan kewajiban pemegang saham yang terbatas.
2. Dua sumber utama ekuitas pemegang saham aalah (a) modal yang terkontribusi dari pemegang
saham—disebut modal disetor, dan (b) laba bersih yang ditahan dalam bisnis—disebut laba

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


197

ditahan. Ekuitas pemegang saham dilaporkan di Neraca perseroan berdasarkan kedua sumber
tersebut.
3. Sumber utama modal disetor berasal dari menerbitkan saham biasa dan saham preferen.
Saham yang diterbitkan pada nilai nominal (istilah lain: nilai pari) dicatat dengan mendebet Kas
dan mengkredit jenis saham yang diterbitkan sejumlah nilai nominalnya. Saham yang dijual
dengan harga di atas nilai nominal dicatat dengan jurnal mendebet akun Kas, mengkredit akun
Modal Saham sebesar nilai nominal dan juga mengkredit akun Agio Modal Saham sebesar
selisih antara nilai pasar dengan nilai nominal.
4. Jika saham diterbitkan untuk ditukarkan dengan aset non-kas, maka aset yang diterima harus
dicatat sesuai nilai pasa wajarnya. Jika ada penerbitan dan penjualan saham tana nilai nominal,
maka dicatat mendebet akun kas dan mengkredit akun Modal Saham sebesar kas yang
diterima, namun jika nilai nominal sudah bisa ditetapkan maka proses seperti menjual dengan
harga di atas nilai nominal diberlakukan, yaitu dengan mengakui adanya agio saham.
5. Pengumuman deviden tunai akan dicatat dengan jurnal mendebet akun Dividen Tunai dan
mengkredit akun Utang Dividen. Untuk deviden saham, pengumumannya dicatat dengan jurnal
mendebet akun Deviden Saham dan mengkredit Utang Deviden Saham sebesar nilai wajar
saham saat diterbitkan. Dividen saham yang dibagikan kan dikredit sebesar nilai nominal saham
biasa. Jika ada selisih antara nilai nominal dengan nilai pasar wajar, maka selisihnya dikredirkan
ke akun agio saham biasa. Saat deviden saham dibagikan, maka akun Deviden Saham didebet
dan akun Modal Saham Biasa akan dikredit sebesar nilai nominal. Ada tiga tanggal penting
sehubungan dengan pembagian deviden, yaitu tanggal pengumuman, tanggal pencatatan, dan
tanggal pembayaran. Pengumuman dividen tunai akan dicatat dalam jurnal mendebet akun
Deviden Tunai dan mengkredit akun Utang Dividen Tunai. Tidak ada jurnal pada tanggal
pencatatan, sedangkan jurnal pada saat pembayaran adalah mendebet akun Utang dividen dan
mengkredit akun Kas.
6. Saat perseroan membeli kembali sahamnya sendiri (saham treasuri) biasanya dipakai akuntansi
metode biaya (cost method). Dalam hal ini, saham treasuri didebet sebesar biaya dan kas
dikredit, Jika saham treasuri dijual kembali, maka akun Kas akan didebet, kemudian saham
treasuri akan dikredit sebesar biayanya, dan selisih antara harga jual dengan nilai nominal
saham treasury dikredit dengan akun Agio Saham Treasuri.
7. Ada dua cara pelaporan ekuitas pemegang saham. Pertama, perubahan dalam laba ditahan
dilaporkan ke laporan laba ditahan. Kedua, perubahan laba ditahan harus diungkapkan,
penyesuaian periode sebelumnya harus dilaporkan dalam laporan laba ditahan, perubahan
ekuitas pemegang saham dapat dilaporkan di laporan akuitas pemegang saham.
8. Perseroan dapat mengurangi nilai nominal atau nilai yang tertera pada saham dan menerbitkan
sejumlah tambahan lembar saham secara proporsional. Tindakan ini disebut pemecahan
saham, dan tidak berdampak pada saldo akun terkait, dan tidak membutuhkan pencatatan
akuntansi.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


198

CONTOH SOAL DAN PENYELESAIAN


BAB 9: AKUNTANSI UNTUK PERSEROAN

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


199

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


200

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


201

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


202

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


203

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


204

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


205

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW


206

DAFTAR PUSTAKA
Slamet Sugiri Sodikin, Bogat Agus Riyono., Pengantar Akuntansi 2, STIE YKPN Yogyakarta, 2012

Al Haryono Yusuf,. Pengantar Akuntansi., Fakultas Ekonomi, UGM, 1988

Rudianto,, Pengantar Akuntansi. Penerbit Erlangga, Jakarta, 2008

Hary, SE, M. Si., Pengantar Akuntansi II, Cetakan ke-2, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 2009

James M. Reeve, dkk., Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
2012.

NITANIEL HENDRIK PENGANTAR AKUNTANSI FEB UKAW

Anda mungkin juga menyukai