Anda di halaman 1dari 25

Public Sector Accounting and Auditing in Europe

(Denmark and Finland)

Tugas Rangkuman

Mata Kuliah: Seminar Akuntansi Sektor Publik


Dosen Pengampu: Dr. Nadirsyah, S.E., M.Si., Ak., CA., ACPACC

Di susun oleh:

Ghina Adhha Haura


2001203010027

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2021
DAFTAR ISI

Akuntansi dan Audit Sektor Publik di Denmark


Caroline Aggestam Pontoppidan
4.1 Pendahuluan.........................................................................................................................2
4.2 Standar Akuntansi Sektor Publik di Denmark.................................................................3
4.2.1 Peraturan akuntansi sektor publik di Denmark......................................................3
4.2.2 Kerangka konseptual..................................................................................................4
4.2.3 Pengukuran dan pengakuan aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban....5
4.2.4 Laporan keuangan......................................................................................................7
4.2.5 Hubungan antara anggaran dan akuntansi keuangan............................................7
4.2.6 Standar akuntansi untuk laporan konsolidasi..........................................................8
4.3 Pemerintah pusat.................................................................................................................8
4.3.1 Penganggaran..............................................................................................................8
4.3.2 Akuntansi.....................................................................................................................8
4.3.3 Laporan keuangan......................................................................................................8
4.3.4 Audit.............................................................................................................................9
4.4 Pemerintah Daerah............................................................................................................10
4.4.1 Penganggaran............................................................................................................10
4.4.2 Akuntansi...................................................................................................................10
4.4.3 Laporan keuangan....................................................................................................10
4.4.4 Audit...........................................................................................................................11
4.5 Pemerintah Lokal...............................................................................................................11
4.5.1 Penganggaran............................................................................................................11
4.5.2 Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.......................................................................11
4.5.3 Audit...........................................................................................................................12
4.6 Kesiapan untuk berubah: Fasilitator teknis, perbandingan standar akuntansi
nasional dengan kerangka IPSAS..........................................................................................13
4.7 Tantangan Utama: Masalah Diidentifikasi.....................................................................13

Akuntansi dan Audit Sektor Publik di Finlandia


Lasse Oulasvirt
5.1 Pendahuluan......................................................................................................................14
5.2 Standar akuntansi sektor publik di Finlandia...............................................................14
5.2.1 Sistem akuntansi di sektor publik Finlandia..........................................................14
5.2.2 Pengukuran dan pengakuan aset, kewajiban, ekuitas, pengeluaran, pendapatan
serta hubungan antara anggaran dan akuntansi keuangan...........................................15
5.3 Pemerintah pusat..............................................................................................................16
5.3.1 Penganggaran............................................................................................................16
5.3.2 Akuntansi...................................................................................................................17
5.3.3 Pelaporan keuangan..................................................................................................18
5.3.4 Audit...........................................................................................................................18
5.4 Pemerintah daerah............................................................................................................18
5.4.1 Penganggaran............................................................................................................18
5.4.2 Akuntansi...................................................................................................................19
5.4.3 Pelaporan keuangan..................................................................................................20
5.4.4 Audit...........................................................................................................................20
5.5 Kesiapan untuk perubahan: perbandingan standar akuntansi nasional dengan
kerangka IPSAS dan kesiapan untuk mengadopsi EPSAS.................................................21
5.6 Tantangan utama: masalah diidentifikasi......................................................................22
Akuntansi dan Audit Sektor Publik di Denmark
Caroline Aggestam Pontoppidan

4.1 Pendahuluan
Denmark adalah monarki konstitusional yang memiliki tiga tingkat pemerintahan:
nasional (negara), daerah (penduduk daerah) dan lokal (komune). Selain itu, Denmark adalah
anggota Uni Eropa. Di tingkat UE, harmonisasi hukum dilakukan melalui penerbitan Directives,
selama ini harmonisasi akuntansi terbatas pada praktik akuntansi sektor swasta, tetapi dengan
pengembangan Standar Akuntansi Sektor Publik Eropa (EPSAS), harmonisasi juga akan
dilakukan di arena sektor publik. Selain ketiga tingkat tersebut, Denmark juga memisahkan tata
kelola keuangan dari dana sosialnya karena mereka mengikuti standar akuntansi sektor swasta.
Pina dkk. (2009) menggambarkan negara-negara Nordik atau wilyah geografis Eropa
Utara (Denmark, Finlandia, Norwegia dan Swedia) sebagai negara kesatuan yang termasuk
dalam model administrasi publik yang peduli dengan pemenuhan kebutuhan warga negara. Oleh
karena itu, efisiensi dan efektivitas sebagian besar didorong oleh aspirasi untuk memuaskan
keinginan warga negara. Denmark telah melakukan banyak reformasi administrasi dan struktural
pemerintahannya selama 20 tahun terakhir. Reformasi telah menciptakan badan eksekutif,
penggunaan perwalian, anggota dewan, korporatisasi, privatisasi perusahaan publik, dan
keterlibatan organisasi nirlaba dan swasta dalam penyampaian layanan publik (Greve, 2003;
Greve et al., 1999).
Reformasi menuju akuntansi akrual di Denmark secara resmi dimulai pada tahun 2003
dengan diterbitkannya laporan Kementerian Keuangan tentang Biaya dan Efektivitas Negara
(2003). Reformasi legislatif menjadi alat utama pemerintah Denmark dalam perubahan menuju
akuntansi akrual. Pemerintah menetapkan standar akuntansi dalam undang-undang. Ada bagan
akun untuk tingkat pusat pemerintahan yang berfungsi sebagai kerangka kerja untuk semua
entitas di sektor public. Mengikuti reformasi ini, Denmark terlihat merangkul pengaturan
akuntansi yang kompleks di sektor publik di tingkat pusat (Ernst and Young (2012: 27) mencatat
bahwa standar akuntansi yang diterapkan di Denmark (tidak termasuk kotamadya berbasis kas)
“agak mirip dan mendekati prinsip IPSAS (lebih dari 70% sesuai)”. Akan tetapi, Kantor Audit
Nasional Denmark (NAO) telah menguraikan sejumlah perbedaan utama antara IPSAS dan
akuntansi yang dilakukan pada tingkat pusat dan daerah di Denmark (Rigsrevisonen, 2014).
Kantor Audit Nasional juga menyoroti bahwa mereka menganggap pendekatan dasar IPSAS dan
pengaruhnya terhadap sektor swasta bermasalah dalam beberapa hal.
4.2 Standar Akuntansi Sektor Publik di Denmark
Pengenalan akuntansi akrual pada pusat pemerintahan di Denmark dilaksanakan melalui
reformasi akuntansi pada tahun 2003-2004. Sejak reformasi, praktik akuntansi di pemerintah
pusat dicirikan sebagai kombinasi praktik akrual penuh dengan modifikasi praktik akuntansi
akrual (kepatuhan 70% terhadap IPSAS). Bagian signifikan dari pendapatan dan pengeluaran
pemerintah dalam neraca nasional terus mengikuti prinsip akuntansi akrual yang dimodifikasi.
Tujuan dasar pelaporan keuangan untuk sektor publik adalah untuk menegakkan kontrol negara.
Secara umum, akun harus dibaca bersamaan dengan alokasi. Di Denmark praktik akuntansi
pemerintah dapat dibagi menjadi tiga kategori:
1. Pemerintah pusat dan entitas anggaran ekstra: pada tingkat ini, Undang-Undang
akuntansi pemerintah diterapkan.
2. Tingkat regional: pada tingkat ini, daerah menggunakan anggaran, akuntansi, dan
perintah audit.
3. Tingkat lokal: pada tingkat ini, kotamadya menerapkan anggaran, akuntansi, dan perintah
audit untuk kotamadya.
Perlu dicatat bahwa tingkat regional dan lokal sangat selaras dalam hal praktik akuntansi
mereka. Penting untuk digarisbawahi bahwa Undang-Undang akuntansi sektor publik di tingkat
pemerintah pusat dikembangkan melalui proses pembangunan yang kompleks dan melibatkan
interaksi parlemen Denmark (khususnya Komite Keuangan). Ini mengikuti bentuk pemerintahan
demokratis yang dipraktikkan di Denmark. Pada Denmark hampir semua layanan publik untuk
individu dan keluarga (sekolah, perawatan lansia, perawatan kesehatan, dll) didelegasikan
kepada otoritas lokal. Hasilnya adalah tingkat desentralisasi sektor publik yang relatif tinggi.

4.2.1 Peraturan akuntansi sektor publik di Denmark


Akuntansi sektor publik di Denmark diatur oleh hukum. Akuntansi pemerintah pusat
dengan demikian diatur oleh 47 Konstitusi dan Undang-Undang tentang akuntansi negara.
Berikut 47 Konstitusi, diantaranya:
1. Akun publik harus disampaikan kepada parlemen dalam waktu enam bulan setelah
akhir tahun anggaran.
2. Parlemen memilih sejumlah auditor yang memeriksa rekening publik tahunan dan
memastikan semua pendapatan dan pengeluaran yang dikeluarkan.
Undang-Undang tentang akuntansi negara menetapkan bahwa:
1. Menteri Keuangan, pada akhir Juni, harus menyampaikan kepada parlemen rekening
negara secara lengkap untuk tahun anggaran sebelumnya. Akun publik meliputi
semua penerimaan dan pengeluaran negara dalam satu tahun anggaran yang lalu,
kekayaan dan kewajiban negara serta pergerakannya selama tahun tersebut.
2. Aturan tentang akuntansi negara mencakup semua kementerian, pihak lembaga, dan
sebagainya yang anggaran operasionalnya dimasukkan dalam RUU Alokasi.
Keputusan Nomor 1161 tanggal 16 Desember 1996 tentang Akuntansi Negara, menetapkan
standar umum sebagai berikut:
1. Lembaga sektor publik harus menyimpan rekening anggaran yang berkaitan dengan
kegiatan mereka. Laporan keuangan harus mencakup alokasi lembaga, pengeluaran
dan pendapatan, serta aset dan kewajiban.
2. Pendaftaran aset dan kewajiban yang bukan merupakan dana negara diperlukan.
3. Rekening anggaran tunduk pada pendaftaran komitmen yang telah dibebankan pada
tahun anggaran yang akan datang.
4. Pendaftaran akuntansi harus diatur sedemikian rupa sehingga, dimungkinkan untuk
mengukur moneter pendaftaran perjanjian dan kewajiban yang telah diasumsikan
menghasilkan pengeluaran pendapatan pada tahun fiskal saat ini atau masa depan.
5. Departemen-departemen pemerintahan dan otoritas yang setara harus menyediakan
rekening mereka kepada Kementerian Keuangan dan Kantor Audit Nasional untuk
mendapatkan persetujuan.

4.2.2 Kerangka konseptual


Kementerian Keuangan memberikan prinsip-prinsip dasar akuntansi dan
menjelaskan bagaimana mereka berhubungan dengan akuntansi pemerintahan. Prinsip-
prinsip akuntansi ini memiliki dasar hukum tetapi tidak dikeluarkan sebagai hukum. Prinsip-
prinsip akuntansi mencakup kelangsungan hidup, uang sebagai unit ukuran umum,
periodisasi transaksi dan pengungkapan, objektivitas, kehati-hatian, kontinuitas, materialitas,
keandalan, prinsip kotor, dan dapat dipahami.
4.2.3 Pengukuran dan pengakuan aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban
1. Pengukuran dan Pengakuan Asset
Aset di neraca terdiri dari inventaris sektor publik, piutang, dan aset berwujud dan
tidak berwujud yang diperoleh untuk penggunaan jangka panjang, termasuk sistem TI,
bangunan, mesin, dan peralatan TI. Secara keseluruhan, akun aset tetap dibagi menjadi
beberapa jenis asset, yaitu aset tidak berwujud properti, pabrik dan peralatan, dan aset
keuangan. Karakteristik ketiga kategori secara inheren berbeda, tetapi semua aset tetap
diakui di neraca ketika aset diperoleh untuk penggunaan permanen atau kepemilikan
dan dimasukkan sebagai aset operasi entitas sektor publik, dan biaya aset dapat diukur
secara andal.
Aset tetap dinilai sebesar biaya perolehan, termasuk semua biaya terkait dengan
pembelian atau yang dapat diatribusikan secara langsung dengan aset yang diproduksi
sampai saat aset tersebut siap digunakan. Aset tidak berwujud adalah aset non-moneter
yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik yang dimiliki untuk produksi, distribusi,
penyewaan atau untuk tujuan administratif. Aset tidak berwujud ditampilkan sebagai
item utama pertama pada akun aset dan diklasifikasikan sebagai:
1) Proyek pembangunan sedang berlangsung.
2) Pembangunan selesai.
3) Memperoleh konsesi, paten, lisensi dan sebagainya.
Aset tidak berwujud termasuk aset yang diperoleh dan diproduksi oleh entitas sektor
publik itu sendiri. Biaya penggantian sebagai dasar pengukuran tidak digunakan dalam
laporan keuangan pemerintah pusat di Denmark.
2. Pengakuan dan Pengukuran Liabilitas
Komitmen dapat berupa kewajiban atau provisi. Kewajiban bisa jangka pendek
atau jangka panjang. Utang jangka panjang termasuk pinjaman internal atau utang
negara, utang hipotek dan pinjaman untuk membiayai aset yang dimiliki oleh beberapa
entitas sektor publik. Kewajiban lancar mencakup utang usaha kepada pemasok barang
dan jasa, gaji, pembayaran liburan dan lembur, dan sebagainya. Pendapatan
ditangguhkan diakui sebagai kewajiban lancar. Provisi adalah pos terpisah yang
ditempatkan antara utang dan ekuitas untuk menekankan sifat tidak pasti dari pos
neraca ini. Di Denmark kewajiban pensiun tidak dimasukkan dalam laporan keuangan.
3. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan
Sektor public di Denmark menerapkan persyaratan akuntansi sebagai pendekatan
berbasis transaksi yang dimodifikasi. Pilihan ini didasarkan pada pandangan bahwa
tujuan laporan keuangan adalah untuk memantau dan membandingkan antara
penerapan sumber daya dengan kinerja lembaga pemerintah pusat. Prinsip umum di
sini adalah pendapatan dicatat saat penyerahan telah terjadi dan paling lambat ketika
pembayaran. Sehingga, pada negara Denmark ini memang menyimpang, dalam
beberapa kasus, dari pendekatan pendapatan dan biaya. Salah satu contohnya adalah
donasi. Sumbangan yang signifikan tidak diperbolehkan untuk mempengaruhi laporan
laba rugi sebagai pendapatan maupun biaya yang timbul dari penyusutan aset yang
disumbangkan.
4. Pengakuan dan Pengukuran Biaya
Catatan akuntansi mencakup peristiwa ekonomi terkait dengan konsekuensi dari
aktivitas lembaga. Peristiwa ekonomi harus dicatat secara akurat dan sesegera
mungkin setelah peristiwa itu terjadi sehingga laporan keuangan dapat dibuat.
Ditentukan bahwa catatan akuntansi harus mencakup minimal:
1) Pendapatan dan pengeluaran
a. Transaksi pembayaran berupa setoran dan penarikan.
b. Transaksi pendapatan berupa pendapatan operasional, pendapatan investasi,
pendapatan pajak dan transfer, dan sebagainya.
c. Biaya transaksi berupa biaya operasional, belanja modal dan belanja transfer.
2) Item terkait neraca
e. Penyusutan aset berwujud dan tidak berwujud.
f. Penurunan nilai aset tetap
g. Pasokan dan konsumsi persediaan untuk produksi.
h. Penyediaan dan konsumsi perbekalan.
i. Harta berupa harta tetap yang tidak berwujud dan berwujud serta harta lancar,
termasuk harta kekayaan yang bukan merupakan uang negara, tetapi menjadi
tanggung jawab pemerintah dan negara.
j. Kewajiban berupa provisi dan kewajiban jangka pendek dan jangka panjang,
termasuk kewajiban yang bukan merupakan sumber daya negara tetapi
menjadi tanggung jawab administrasi dan negara.
4.2.4 Laporan keuangan
Kementerian, bisnis dan lembaga pemerintah yang bertanggung jawab di bawah
aturan yang ditentukan oleh Badan Manajemen Pemerintah Denmark harus sesuai dengan
prinsip-prinsip dasar Undang-Undang perizinan. Laporan tahunan harus memberikan
gambaran yang menyeluruh, komprehensif, dan dapat diandalkan tentang keuangan dan
pencapaian setiap entitas. Laporan tahunan harus terdiri dari elemen-elemen berikut:
1. Laporan
2. Pelaporan kinerja
3. Pelaporan keuangan dan catatan tambahan
4. Laporan pemeriksaan.

4.2.5 Hubungan antara anggaran dan akuntansi keuangan


Sejak tahun 2000 Denmark telah memperluas penggunaan akrual dalam
penganggaran sektor publik tanpa beralih ke dalam penganggaran akrual penuh. Mulai tahun
2007, Denmark memindahkan anggaran operasional departemen dan belanja modal ke basis
akrual, terutama untuk mendukung upaya peningkatan kinerja departemen pemerintah. Pada
sistem Denmark, semua belanja modal oleh kementerian pemerintah dibiayai oleh
Kementerian Keuangan, yang harus dilunasi dan dikenakan bunga.
Sistem penganggaran akrual Denmark telah memberikan pengaturan ini sebuah twist
akrual khas, dimana elemen yang paling penting adalah kementerian sekarang membayar
kembali pokok pinjaman modal ketika mereka dibebankan depresiasi atas alokasi
pengeluaran mereka”. Standar teknis yang digunakan untuk anggaran di Denmark ialah
secara substansial didasarkan pada standar akuntansi sektor swasta (United States
Government Accountability Office (GAO), 2007).
Selain mengembangkan standar akuntansi yang akan digunakan dalam
penganggaran, GAO mencatat bahwa tantangan utama ialah ketika beralih ke penganggaran
akrual, terutama untuk negara-negara yang memilih dalam memperlakukan modal secara
akrual (yaitu untuk memanfaatkan aset dan mencatatnya di neraca) dan menyediakan dana
untuk biaya depresiasi non-tunai agar memastikan bahwa nilai yang dicatat dari aset modal
seakurat mungkin”.
4.2.6 Standar akuntansi untuk laporan konsolidasi
Dasar untuk mempersiapkan rekening publik yang diatur dalam 47 Konstitusi, telah
menetapkan bahwa tidak ada pendapatan (pengumpulan pajak) atau pengeluaran yang dapat
dilakukan tanpa mematuhi Undang-Undang ini. Konsep kontrol di Denmark dengan
demikian diatur melalui gagasan parlemen tentang kontrol atas alokasi.

4.3 Pemerintah pusat


Pemerintah pusat ini meliputi pemerintah, kementerian dan badan publik. Ekstra
anggaran termasuk gereja umum, universitas, sekolah menengah, sekolah swasta, dan sebagainya
(Ernst dan Young, 2012). Semua entitas dalam pemerintah pusat menerapkan Undang-Undang
akuntansi pemerintah dan Undang-Undang Anggaran Negara dalam hal akuntansi, penyusunan,
penyajian laporan keuangan tahunan serta penganggaran dan pelaporan.

4.3.1 Penganggaran
Penganggaran di tingkat pusat di Denmark saat ini mengikuti pendekatan top-down
berdasarkan tujuan kebijakan. Ini dibingkai di tingkat atas dan kemudian diimplementasikan
dalam entitas sektor publik yang relevan. Selama tahun anggaran, kementerian dan lembaga
negara lainnya menerima penerimaan sesuai dengan peruntukannya. Harus ada verifikasi
bahwa ini konsisten dengan kondisi umum dan khusus di mana hibah diberikan, dan sesuai
dengan ketentuan lain, seperti Undang-Undang, keputusan, instruksi melingkar dan internal.
Alokasi dan prinsip akuntansi untuk rentang operasi mengikuti basis biaya, sementara
alokasi dan akuntansi untuk infrastruktur, pertahanan, berbagai hibah dan jenis pengeluaran
lainnya, terutama mengikuti prinsip vesting.
4.3.2 Akuntansi
Tujuan laporan keuangan dari lembaga pemerintah pusat di Denmark adalah untuk
mendukung pemantauan dan perbandingan kinerja dan penerapan sumber daya di lembaga.
4.3.3 Laporan keuangan
Pada Denmark ada bagan akun umum yang akan digunakan oleh semua entitas
sektor publik yang mengikuti Undang-Undang akuntansi pemerintah. Semua badan
pemerintah wajib menyiapkan laporan tahunan, termasuk presentasi entitas sektor publik
dan kegiatannya, pelaporan kinerja, laporan keuangan, dan catatan pendukung.
1. Laporan Posisi Keuangan
Di sisi kewajiban dari laporan posisi keuangan di tingkat pusat, berikut ini termasuk:
1) Hutang pajak dan transfer, dicatat atas dasar akrual serta menggunakan biaya
historis.
2) Hutang berdasarkan transaksi pertukaran, dicatat atas dasar akrual dan menggunakan
biaya historis.
3) Provisi, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.
4) Liabilitas keuangan, dicatat dengan dasar akrual, dinyatakan sebesar nilai nominal.
5) Hak minoritas, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis atau
nilai wajar
2. Laporan kinerja keuangan
Laporan kinerja keuangan pemerintah pusat harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Pendapatan, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.
2) Biaya keuangan, dicatat secara akrual dengan menggunakan biaya historis.
3) Bagian surplus atau defisit entitas asosiasi dan ventura bersama, dicatat berdasarkan
akrual dengan menggunakan biaya historis
Pada pusat pemerintahan di Denmark, laporan perubahan aset bersih dan laporan
arus kas tidak disiapkan. Laporan keuangan selalu disertai dengan catatan, termasuk
ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya. Perbedaan dalam
pengukuran dan praktik pengungkapan pemerintah pusat, daerah dan kota berbasis akrual
harus dicatat (Ernst dan Young, 2012).

4.3.4 Audit
Kontrol internal publik Denmark telah dikembangkan dan diperkuat selama beberapa
dekade terakhir. Peristiwa ini telah mempengaruhi desain pengaturan pengendalian internal:
1) Pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan yang independen;
2) Perluasan tujuan dan manajemen kinerja;
3) Reformasi biaya; dan
4) Pembentukan pelayanan administrasi
Semua entitas sektor publik di Denmark diberi mandat untuk menyerahkan laporan
keuangan tahunan mereka untuk diaudit. Audit rekening negara dilakukan oleh auditor
negara yang dipilih parlemen bekerja sama dengan Auditor Jenderal. Pemerintah pusat
diaudit oleh National Audit Office (NAO), dan lembaga pemerintah (universitas, sekolah
menengah, dll) diaudit oleh Kantor Akuntan Publik resmi swasta. Pemerintah pusat,
pemerintah, kementerian, entitas publik, gereja, universitas, sekolah menengah, dll, wajib
menjalani audit keuangan, serta audit kinerja dan kepatuhan. Audit berlangsung setiap tahun
dan laporan audit keuangan tersedia untuk umum. Pelaporan diwajibkan oleh hukum.

4.4 Pemerintah Daerah


4.4.1 Penganggaran
Penganggaran dan pembukuan diatur dengan tata tertib anggaran daerah, pembukuan
dan pemeriksaan. Tatanan ini diatur oleh Kementerian Keuangan yang menetapkan aturan
sistem penganggaran dan akuntansi bagi daerah terkait dengan anggaran tahunan dan multi
tahunannya serta aturan akuntansi daerah yang di dalamnya harus terdapat keseimbangan
antara pendapatan dan belanja dan/atau biaya dalam anggaran tersebut. Penganggaran dan
akuntansi di tingkat daerah mengikuti prinsip akuntansi akrual yang sama seperti di tingkat
pemerintah pusat.
4.4.2 Akuntansi
Di tingkat regional akuntansi mengikuti prinsip akuntansi akrual, seperti yang
terlihat di tingkat pusat pemerintahan di Denmark. Urutan anggaran dan pembukuan daerah
mengatur bagan rekening yang akan digunakan oleh daerah.
4.4.3 Laporan keuangan
1. Laporan Posisi Keuangan
Laporan posisi keuangan aset laporan posisi keuangan pemerintah daerah
meliputi:
1) Aset tetap, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.
2) Aset tidak berwujud, dicatat dengan dasar akrual dengan menggunakan biaya
historis.
3) Aset keuangan, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.
4) Investasi, atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.
5) Persediaan, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.
6) Piutang dari transaksi pertukaran, dicatat secara akrual dengan menggunakan
biaya historis.
7) Kas dan setara kas dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis
Pada sisi liabilitas laporan posisi keuangan pemerintah daerah sebagai berikut:
1) Hutang pajak dan transfer, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya
historis.
2) Hutang berdasarkan transaksi pertukaran, dicatat berdasarkan akrual dengan
menggunakan biaya historis.
3) Provisi, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.
4) Liabilitas keuangan, dicatat atas dasar akrual, dengan menggunakan biaya historis
2. Laporan kinerja keuangan
Laporan kinerja keuangan pemerintah daerah memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Pendapatan, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.
2) Biaya keuangan, dicatat secara akrual dengan menggunakan biaya historis.
3) Surplus atau defisit, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.
4.4.4 Audit
Semua daerah, kota dan entitas publik lainnya seperti sekolah swasta dan perusahaan
publik, diaudit oleh akuntan publik yang berwenang.

4.5 Pemerintah Lokal


Pemerintah lokal ini terdiri atas administrasi lokal kotamadya. Pemerintah local
menerapkan Anggaran, Akuntansi dan Audit Order.
4.5.1 Penganggaran
Penganggaran mengikuti prinsip yang sama seperti untuk pemerintah pusat dan
daerah. Penting untuk dicatat bahwa tidak ada persyaratan untuk menerapkan prinsip akrual
dalam penganggaran.
4.5.2 Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Kotamadya menggunakan beberapa sistem pembukuan yang berbeda, yaitu sistem
double-entry dan double accounting untuk sistem penganggaran. Sistem transaksi berbeda di
tingkat lokal di seluruh Denmark dan transaksi dicatat secara real time (Ernst dan Young,
2012). Di Denmark, tidak ada persyaratan untuk menerapkan prinsip akuntansi akrual dalam
menyiapkan laporan kinerja keuangan untuk kotamadya.

1. Laporan posisi keuangan


Dari sisi aset laporan posisi keuangan pemerintah lokal dicantumkan:
1) Aset tetap, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya historis.
2) Aset tidak berwujud, dicatat atas dasar akrual dengan menggunakan biaya
historis.
3) Aset keuangan, dicatat secara akrual dengan menggunakan biaya historis.
4) Persediaan, dicatat secara akrual dengan menggunakan biaya historis.
5) Penerimaan kembali dari transaksi non-pertukaran (pajak dan transfer), dicatat
pada dasar tunai menggunakan biaya historis.
6) Piutang dari transaksi bursa, dicatat pada dasar tunai menggunakan biaya
historis.
7) Kas dan setara kas, dicatat pada a dasar tunai menggunakan biaya historis.
Dari sisi liabilitas laporan posisi keuangan pemerintah local dicantumkan;
1) Hutang pajak dan transfer, dicatat pada a dasar tunai menggunakan biaya
historis.
2) Hutang dalam transaksi pertukaran, dicatat pada dasar tunai menggunakan biaya
historis.
2. Laporan kinerja keuangan
Laporan kinerja keuangan pemerintah daerah memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Pendapatan, dicatat atas dasar tunai menggunakan biaya historis.
2) Biaya keuangan, dicatat atas dasar tunai menggunakan biaya historis.
3) Bagian surplus atau defisit entitas asosiasi dan ventura bersama yang diakui
dicatat atas dasar tunai menggunakan biaya historis.
4) Surplus atau defisit, dicatat atas dasar tunai menggunakan biaya historis.
4.5.3 Audit
Kota Denmark diaudit oleh akuntan publik yang berwenang. Dana sosial Denmark
termasuk dana asuransi pengangguran dan Dana Karyawan Denmark (Ernst danYoung,
2012). Keduanya diaudit oleh perusahaan audit swasta melalui audit keuangan, tetapi Kantor
Audit Nasional melakukan audit kinerja. Laporan dari perusahaan audit swasta dan dari
Kantor Audit Nasional dikirim ke tingkat eksekutif yang diaudit dan terdiri dari opini atas
laporan keuangan, temuan dan rekomendasi. Audit berlangsung setiap tahun dan laporan
audit biasanya akan dikirim langsung ke unit yang diaudit dan hanya dapat dipublikasikan
dalam bentuk yang lebih umum dalam laporan tahunan. Laporan tahunan adalah wajib.

4.6 Kesiapan untuk berubah: Fasilitator teknis, perbandingan standar akuntansi nasional
dengan kerangka IPSAS
Standar akuntansi Denmark diterapkan sebelum pengembangan IPSAS, tetapi ketika
adaptasi dibuat dalam kerangka akuntansi sektor publik Denmark, standar IPSAS tertentu
digunakan sebagai inspirasi (Ernst and Young, 2012). Jika metode dalam IPSAS masuk akal
untuk tujuan Denmark, metode tersebut diimplementasikan sejalan dengan perubahan.
Tantangan signifikan dalam menerapkan IPSAS adalah bahwa beberapa prinsip penilaian
berbeda dari biaya historis dan menimbulkan tantangan kemudi. Secara keseluruhan, tujuan
laporan keuangan sektor publik dari lembaga pemerintah di Denmark adalah untuk mendukung
pemantauan, perbandingan, penerapan dan kinerja sumber daya di seluruh entitas sektor publik.
Jika Denmark bergerak menuju akuntansi di bawah persyaratan IPSAS berbasis akrual, studi
oleh Auditor Negara Denmark mengidentifikasi bahwa berikut ini akan diperlukan:
1) Sebuah organisasi tertentu dari fungsi akuntansi.
2) Sistem komputasi yang mampu mencatat transaksi.
3) Sebuah kerangka hukum.
4) Sejumlah besar pelatihan

4.7 Tantangan Utama: Masalah Diidentifikasi


Tujuan utama pelaporan keuangan untuk sektor publik adalah untuk menegakkan kontrol
negara, dan oleh karena itu fokus utamanya adalah apakah otorisasi dan persyaratan telah
dipenuhi. IPSAS, sebaliknya, berfokus pada nilai perusahaan dan kemampuan masa depan
perusahaan untuk menyediakan layanan publik. Kantor Audit Nasional Denmark
(Rigsrevisionen, 2014) mencatat bahwa pengaruh akuntansi sektor swasta pada IPSAS
bermasalah.
1) IPSAS tidak berlaku sebagai standar penyajian APBN.
2) dalam sistem akuntansi sektor publik Denmark terdapat pos-pos pendapatan dan
pengeluaran material yang timbul dari prinsip-prinsip berbasis kas.
3) IPSAS memungkinkan lebih banyak pilihan dan dengan demikian lebih banyak ruang untuk
kebijaksanaan daripada aturan negara bagian saat ini tentang akuntansi berbasis biaya.
Secara keseluruhan, ada pandangan umum bahwa penggunaan IPSAS yang mengacu pada
konsep-konsep dari ranah privat tidak dapat diterjemahkan ke ranah publik. Ada juga beberapa
IPSAS yang secara umum kurang relevan dengan ranah publik.
Akuntansi dan Audit Sektor Publik di Finlandia
Lasse Oulasvirt

5.1 Pendahuluan
Administrasi publik Finlandia diatur dalam dua tingkat, yaitu pemerintah pusat nasional
dan pemerintah daerah. Pemerintah daerah juga mencakup sekitar 200 otoritas kota bersama
yang dibentuk untuk layanan publik dalam membutuhkan basis populasi yang luas, seperti
perawatan kesehatan khusus dan pendidikan kejuruan. Penganggaran, akuntansi dan audit
seragam di dalam pemerintah pusat, yang terdiri dari kementerian dan lembaga di bawah
kementerian, semuanya membentuk entitas anggaran pemerintah. Sejalan dengan itu,
penganggaran, akuntansi dan audit seragam dalam sektor pemerintah daerah. Tidak ada
pemerintah daerah (kecuali land) di Finlandia, yang merupakan negara kesatuan.

5.2 Standar akuntansi sektor publik di Finlandia


5.2.1 Sistem akuntansi di sektor publik Finlandia
Akuntansi akrual komersial didirikan untuk sektor publik Finlandia pada 1990-an (di
pemerintah daerah pada 1 Januari 1997, sedangkan pemerintah pusat pada 1 Januari 1998).
Pemerintah pusat Finlandia di masa lalu memiliki Badan Akuntansi Pemerintah (FGAB)
yang bertugas membuat pernyataan instruktif. Untuk sektor pemerintah daerah, Undang-
Undang Dasar Pemerintah Daerah menetapkan bahwa Undang-Undang akuntansi umum
harus diikuti di pemerintah daerah dengan cara yang telah ditentukan oleh Sub-Komite
Pemerintah Daerah Dewan Akuntansi Kementerian Tenaga Kerja dan Ekonomi.
Pemerintah pusat maupun daerah telah menerapkan peraturan akuntansi keuangan
akrual komersial sejak akhir 1990-an (Monsen dan Oulasvirta 2008). Reformasi akuntansi
keuangan sektor publik terinspirasi oleh gerakan New Public Management (NPM) dan oleh
praktik akuntansi bisnis nasional yang dulunya didasarkan pada pendekatan laporan laba
rugi, kehati-hatian, dan biaya historis (Oulasvirta 2014). Sejak Finlandia bergabung dengan
UE di 1995, dampak Uni Eropa pada akuntansi keuangan Finlandia telah berkembang. Oleh
karena itu, Standar Akuntansi Internasional/Standar Laporan Keuangan Internasional
(IAS/IFRS) juga berdampak pada undang-undang akuntansi bisnis (Accounting Act).
Pendekatan tradisional sebagian telah dikesampingkan ketika dihadapkan dengan standar
akuntansi internasional yang dipromosikan oleh undang-undang Uni Eropa.
5.2.2 Pengukuran dan pengakuan aset, kewajiban, ekuitas, pengeluaran, pendapatan
serta hubungan antara anggaran dan akuntansi keuangan
Kerangka konseptual untuk akuntansi akrual baik pemerintah pusat dan daerah berasal
dari standar nasional dan aturan akuntansi dan bukan dari Standar Akuntansi Sektor Publik
Internasional (IPSAS). Reformasi di Finlandia didorong setidaknya sebagian karena ada
minat mengikuti tren manajemen keuangan publik baru untuk membuat pemerintah tampil
modern dan mendapatkan legitimasi di mata mereka yang menuntut lebih banyak efisiensi
entitas sektor publik (Oulasvirta, 2014). Model akuntansi akrual sektor publik yang dipilih
didasarkan pada biaya historis, pendapatan berbasis transaksi, dan menekankan laporan laba
rugi daripada perubahan aset dan kewajiban di neraca. Untuk entitas yang dibiayai pajak
sektor publik tidak memiliki ekuitas yang dimiliki oleh pemegang saham; ekuitas adalah
pengukuran aset bersih yang dimiliki oleh entitas.
Relevansi model nasional Finlandia yang dikembangkan kemudian menurun pada
1990 karena arahan UE dan pengenalan standar IAS/IFRS (Pirinen, 2005; Pajunen, 2010).
Namun, reformasi pemerintah daerah pada tahun 1997 dan reformasi akuntansi pemerintah
pusat pada tahun 1998 tidak dipengaruhi oleh IAS/IFRS. Kelengkapan dari pemerintah lokal
akuntansi telah diperluas oleh reformasi akuntansi sejak tahun 1990-an. Sedangkan,
pemerintah daerah yang mengendalikan perusahaan harus mengkonsolidasikan akun entitas
yang dikendalikan. Pemerintah pusat tidak menggabungkan rekening-rekening entitas di
luar anggaran yang dikendalikan, artinya pemerintah pusat membuat penutupan buku yang
hanya berisi entitas on-budget.

5.3 Pemerintah pusat


Pemerintah pusat terdiri dari berbagai jenis entitas on-budget dan masing-masing mereka
menerapkan aturan akuntansi keuangan dan anggaran akrual yang sama dan didefinisikan dalam
Undang-Undang, keputusan anggaran dan Buku Pedoman Akuntansi disimpan oleh Bendahara.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menerapkan aturan akuntansi yang sama dengan badan
usaha swasta. Dana milik negara menerapkan akuntansi keuangan akrual yang sama dengan
entitas on-budget pemerintah.

5.3.1 Penganggaran
Kementerian Keuangan bertanggung jawab untuk menyiapkan anggaran nasional
yang akan disetujui oleh Kabinet pertahanan, biasanya pada awal September. Kemudian
usulan anggaran tersebut dikirim ke sidang paripurna pertama DPR, kemudian ke Komite
Keuangan DPR dan kemudian ke sidang paripurna terakhir. Anggaran tahunan mengikuti
basis akrual yang dimodifikasi. Undang-Undang anggaran Finlandia mengklasifikasikan
alokasi ke dalam kelas yang berbeda sesuai dengan sifatnya, dibagi menjadi item
pengeluaran operasional dan item investasi keuangan dan non-keuangan. Pelunasan utang
ditunjukkan dalam golongan pengeluaran angsuran pinjaman.
Alokasi terutama dialokasikan untuk entitas anggaran menurut model penganggaran
satu baris. Ini berarti bahwa sebagian besar entitas on-budget hanya mendapatkan satu
alokasi, yang dapat digunakan untuk semua tujuan investasi tahunan saat ini dan normal.
Alokasi tetap ini biasanya juga merupakan alokasi bersih dan merupakan alokasi yang dapat
ditangguhkan untuk tahun anggaran berikutnya, jika tidak sepenuhnya digunakan selama
tahun anggaran.
Klasifikasi anggaran pendapatan disusun menjadi empat kelas, yang membedakan
antara pajak dan pendapatan, pendapatan dari biaya dan beban, pendapatan dari dividen dan
pendapatan penjualan dan pendapatan dari pemulihan pinjaman dan utang baru. Utang
jangka panjang tidak dialokasikan untuk pengeluaran tertentu, misalnya, untuk membiayai
investasi. Pencatatan ke rekening keuangan dan anggaran terjadi secara bersamaan di dalam
satu sistem informasi gabungan. Teknologi informasi serta perangkat lunak yang canggih
memungkinkan integrasi kedua subsistem tersebut. Entitas anggaran juga harus melakukan
rekonsiliasi wajib antara akuntansi akrual dan akuntansi anggaran. Angka keluaran untuk
akuntabilitas kinerja dan tujuan evaluasi juga dicatat selama tahun anggaran masing-masing
entitas anggaran.
5.3.2 Akuntansi
Prinsip pengakuan dan penilaian
Pengakuan transaksi pertukaran dalam akuntansi akrual pemerintah telah dibuat
sesuai dengan prinsip realisasi: pada saat jasa atau barang diserahkan atau pada saat faktor
produksi diterima. Sudut pandang pemerintah Finlandia adalah bahwa akrual tidak boleh
didorong terlalu jauh dan penilaian itu didasarkan terutama pada biaya historis. Akun yang
akhir harus mencakup entri sebagai berikut:
1. Piutang pada nilai nominalnya;
2. Surat berharga dan aset keuangan serupa lainnya yang termasuk dalam aset keuangan
pada nilai biayanya atau pada estimasi nilai pasarnya pada akhir periode keuangan,
jika lebih rendah dari nilai biayanya;
3. Kewajiban pada nilai nominal yang disesuaikan dengan premi penerbitan positif atau
negatif yang timbul pada saat pinjaman diambil.
Kewajiban dan bagian yang tidak didanai dari kewajiban pensiun dimasukkan dalam catatan
atas neraca pemerintah pusat dan dalam catatan Dana Pensiun Negara. Kewajiban dan
bagian kewajiban yang tidak didanai dihitung oleh ahli aktuaris di Dana Pensiun Negara.
Rekening akhir pemerintah pusat
Laporan keuangan bertujuan umum (laporan laba rugi, neraca dan laporan arus kas)
disusun sesuai dengan formulir yang disediakan oleh Kementerian Keuangan. Pengaruh
terhadap pendapatan dan pengeluaran antara instansi pemerintah dan piutang serta hutang
bersama tidak termasuk, tergantung pada signifikansinya.
5.3.3 Pelaporan keuangan
Saat ini model penutupan buku pemerintah pusat pembukuan di Finlandia terdiri dari
empat perhitungan dasar, yaitu:
1) Laporan pendapatan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan (akun kinerja
keuangan).
2) Neraca komprehensif yang mencakup semua aset dan semua kewajiban. Karena
pembukuan komersial pemerintah Finlandia didasarkan pada akrual semi-kuat.
3) Laporan arus kas untuk pemerintah pusat (entitas anggaran yang terpisah tidak harus
menyiapkan laporan arus kas mereka sendiri).
4) Laporan tahunan pencapaian anggaran, yang dicapai dengan pembukuan anggaran.
Pemerintah pusat tidak memiliki laporan kekayaan bersih atau ekuitas yang terpisah.
5.3.4 Audit
Ada dua jenis audit untuk pemerintah pusat Finlandia: internal dan eksternal. Audit
internal dilakukan oleh auditor internal. Sebagai aturan, semua kementerian memiliki auditor
internal, seperti halnya entitas anggaran yang lebih besar di bawah kendali kementerian.
Audit eksternal entitas pemerintah dilakukan oleh Kantor Audit Nasional (NAO) yang
merupakan lembaga audit tertinggi Finlandia. NAO melakukan audit keuangan, kepatuhan,
kinerja dan kebijakan fiskal, dan mengawasi pendanaan pemilu dan partai. Audit
menerapkan Standar Internasional Lembaga Audit Tertinggi (ISSAI) yang disahkan oleh
Organisasi Internasional Lembaga Audit Tertinggi (INTOSAI) yang didasarkan pada
Standar Internasional tentang Audit (ISA). Audit NAO atas semua entitas anggaran
pemerintah setiap tahun. Berdasarkan sampling, NAO juga mengaudit BUMN dan lembaga
swadaya masyarakat yang menerima pembiayaan pemerintah dan berada di bawah
kekuasaan auditnya.
5.4 Pemerintah daerah
5.4.1 Penganggaran
Undang-Undang Pemerintah Daerah (17.3.1995/365) mengubah model anggaran dan
akuntansi pemerintah daerah Finlandia. Anggaran telah direformasi menjadi empat rencana,
yaitu rencana ekonomi saat ini, rencana investasi, rencana laporan laba rugi dan rencana
pembiayaan. Selain itu, undang-undang mengatur bahwa penutupan buku terdiri dari laporan
laba rugi, neraca, laporan keuangan (berdasarkan arus kas) dan catatan atas laporan tersebut.
Sangat penting untuk dicatat bahwa reformasi ini merupakan struktur anggaran kota yang
mengikuti model akuntansi keuangan penutupan buku, sedangkan pembukuan administrasi
sebelumnya telah dikaitkan dengan model anggaran tradisional (terdiri dari rencana
anggaran untuk operasi saat ini dan anggaran rencana investasi).
Model penganggaran Finlandia yang telah diatur dalam Undang-Undang Pemerintah
Daerah, didasarkan pada gagasan penganggaran kinerja. Menurut UU tersebut, anggaran
harus mencakup tujuan kinerja dan alokasi yang diperlukan untuk memenuhi tujuan kinerja.
Dewan lokal harus menyetujui anggaran untuk kotamadya untuk tahun kalender berikutnya
pada akhir setiap tahun. Ketika dewan menyetujui anggaran, maka dewan juga memutuskan
tarif pajak pendapatan lokal dan tarif pajak real estat. Setelah anggaran disetujui, selanjutnya
dewan kotamadya memutuskan instruksi atau arahan praktis untuk badan-badan dan komite-
komite kota mengenai implementasi anggaran.
5.4.2 Akuntansi
Prinsip, pengakuan dan penilaian
Tiga prinsip dasar akrual, pencocokan dan realisasi diikuti. Basis akrual berarti
bahwa pendapatan yang diperoleh tetapi belum diterima dan biaya yang masih harus dibayar
tetapi belum dibayar saat diperhitungkan. Pencocokan ini berarti bahwa biaya dicocokkan
dengan pendapatan yang terkait saat menghitung hasil tahunan. Konsep realisasi
menyatakan bahwa laba harus diakui hanya ketika telah direalisasikan atau ketika realisasi
sudah pasti.
Menurut Sub-Komite Akuntansi Finlandia, kehati-hatian merupakan prinsip panduan
umum. Kehati-hatian berarti, antara lain, bahwa semua biaya harus diakui sepenuhnya dan
hanya laba yang direalisasi yang diakui dalam laporan laba rugi (Sub-Komite, 2011: 7).
Biaya historis biasanya merupakan dasar penilaian yang paling relevan. Ini menjadi titik
awal yang konvensional untuk pengukuran dan penilaian dalam laba rugi dan neraca, bahkan
terdapat pendekatan biaya historis yang tidak diikuti secara konsisten, karena dalam
beberapa kasus revaluasi dimungkinkan.
Instrumen keuangan saat ini harus dinilai pada nilai biayanya atau pada nilai
pasarnya, jika lebih rendah dari nilai biayanya. Hanya dalam keadaan luar biasa instrumen
keuangan saat ini dapat dinilai kembali pada nilai wajarnya, dimana revaluasi akan
berdampak pada laporan laba rugi, hanya boleh dilakukan dalam keadaan yang benar-benar.
Pemerintah daerah Finlandia harus memperlakukan biaya pendirian dan penelitian sebagai
biaya tahunan dalam lembar pendapatan. Biaya pengembangan dapat dibebankan ke neraca
hanya dengan kehati-hatian khusus.
Akuntansi hutang dan pensiun
Prinsip utama di Finlandia adalah bahwa pemerintah daerah menilai utang mereka
pada nilai nominalnya (nilai nominal). Kewajiban pensiun dan aset pensiun pemerintah
daerah ditangani secara kolektif oleh lembaga pensiun Keva sesuai dengan Undang-Undang
Pensiun Pemerintah Daerah. Pemerintah daerah akan membayar pembayaran tahunan Keva
yang merupakan bagian dari pembiayaan pengeluaran Keva. Pengaturan ini berarti
kewajiban pensiun kota dimasukkan dalam neraca dan catatan Keva dan tidak dalam neraca
pemerintah daerah Finlandia yang terpisah. Hanya pemerintah daerah Finlandia yang
memiliki kewajiban pensiun di luar pengaturan kolektif ini yang harus menunjukkan
kewajiban pensiun di neraca mereka. Inilah yang disebut pensiun sistem lama dan beberapa
pensiun tambahan.
5.4.3 Pelaporan keuangan
Kotamadya harus mematuhi undang-undang ini dan semua amandemennya seperti
yang diinstruksikan oleh Sub-Komite. Badan Akuntansi dan Sub-Komite adalah badan
negara di bawah Kementerian Ketenagakerjaan dan Ekonomi. Sub-Komite mencakup
perwakilan yang kuat dari pakar akuntansi dari Asosiasi Otoritas Lokal dan Regional
Finlandia dan firma audit kota terkemuka. Menurut Undang-Undang Pemerintah Daerah,
laporan keuangan harus terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas dengan
catatan terlampir tinjauan anggaran dan laporan kegiatan. Laporan keuangan harus
memberikan informasi yang akurat dan memadai tentang operasi, posisi keuangan, dan
pembiayaan kotamadya.
Informasi tambahan yang diperlukan untuk tujuan ini harus dilaporkan dalam catatan
atas laporan keuangan. Pemerintah daerah di Finlandia juga harus menyiapkan laporan arus
kas. Ini berisi arus kas bersih dari operasi biasa, arus kas dari aktivitas investasi dan,
terakhir, arus pembiayaan modal. Pernyataan tersebut diakhiri dengan perubahan aset kas
yang likuid. Sebuah kotamadya Finlandia atau otoritas bersama kotamadya harus, dengan
beberapa pengecualian (terkait dengan tidak signifikannya afiliasi dalam ekonomi kota),
menyiapkan penutupan buku kelompok jika memiliki afiliasi.
5.4.4 Audit
Pemerintah daerah Finlandia memiliki sistem audit ganda: audit keuangan eksternal
dilakukan oleh auditor keuangan publik bersertifikat (CPFA) dan audit kinerja dilakukan
oleh komite audit otoritas lokal. Komite audit otoritas lokal ini dinominasikan oleh dewan
lokal dan anggotanya adalah orang lokal yang diberi kepercayaan, bukan auditor
professional.
Audit keuangan
Dewan lokal akan menunjuk satu atau lebih auditor, yang diberi wewenang oleh
Board of Chartered Public Finance Auditing (auditor CPFA atau perusahaan CPFA).
Auditor harus mampu melakukan audit yang tidak memihak. Auditor diharuskan untuk
memeriksa, laporan keuangan kota telah dibuat sesuai dengan ketentuan tentang penyusunan
laporan keuangan, dan apakah mereka memberikan informasi yang akurat dan memadai.
Mereka juga harus memeriksa apakah pengendalian internal dan manajemen risiko telah
diatur dengan baik.
Audit kinerja
Audit kinerja dilakukan oleh Panitia Khusus Pemerintah Daerah. CPFA melakukan
audit kepatuhan. Dewan lokal akan membentuk komite audit otoritas lokal untuk mengatur
audit administrasi dan keuangan. Komite harus, antara lain, menilai sejauh mana target
operasi dan keuangan yang ditetapkan oleh dewan lokal telah dicapai di kotamadya dan
perusahaan otoritas lokal. Komite audit otoritas lokal juga harus memastikan koordinasi
audit eksternal kotamadya dan anak perusahaannya yang dilaksanakan oleh CPFA.
5.5 Kesiapan untuk perubahan: perbandingan standar akuntansi nasional dengan
kerangka IPSAS dan kesiapan untuk mengadopsi EPSAS
Pendekatan konseptual akuntansi akrual pemerintah pusat dan pemerintah daerah
berasal dari standar nasional dan aturan akuntansi dan bukan dari IPSAS. Lembaga
akuntansi akrual komersial Finlandia, sejak 1960-an, sangat didasarkan pada pendekatan
pendapatan beban daripada pendekatan neraca. Prinsip akuntansi akrual telah menekankan
kehati-hatian, prinsip realisasi dan biaya historis. Lembaga akuntansi sektor publik Finlandia
dengan tegas memilih pendekatan yang dipimpin oleh pengeluaran pendapatan,
dibandingkan dengan Dewan Standar Akuntansi Sektor Publik Internasional (IPSASB) yang
tidak jelas ketika dihadapkan dengan pilihan antara pendekatan yang dipimpin oleh
pendapatan-beban dan pendekatan yang dipimpin aset dan kewajiban ( Müller-Marqués
Berger, 2012: 16-17).
Mayoritas ahli akuntan sektor publik di Finlandia telah cukup puas dengan kerangka
akuntansi saat ini. Sangat sedikit, jika ada, ahli akuntansi pemerintah pusat dan pemerintah
daerah Finlandia menyukai gagasan bahwa standar IPSAS dan IPSASB harus memiliki
pengaruh penting pada akuntansi Finlandia.4 Selain itu, Badan Pemeriksa Keuangan skeptis
tentang membuat standar seperti IPSAS wajib. Ketika datang ke landasan teoritis standar,
beberapa ahli akuntansi pemerintah daerah atau pemerintah pusat menganggap bahwa
akuntansi nilai wajar adalah solusi yang baik untuk kebutuhan akuntansi sektor publik

5.6 Tantangan utama: masalah diidentifikasi


Serangkaian standar terperinci yang komprehensif untuk entitas sektor publik di semua
tingkatan akan sangat mahal bagi Negara Anggota UE. Menurut kepala unit Statistik Finlandia
(diskusi dalam kelompok Finlandia EPSAS (European Public Sector Accounting Standards)
yang dicalonkan oleh Kementerian Keuangan pada April 2014), sangat penting untuk
mengembangkan data statistik dari pemerintah daerah, yang saat ini sebenarnya sedang
dilakukan. Dari sudut pandang Statistik Finlandia, sangat penting untuk mendapatkan data yang
dapat diandalkan dari entitas sektor publik terlepas dari sistem akuntansi keuangan yang
digunakan.
Tidak perlu mengubah isi akuntansi keuangan ke mode lain karena persyaratan statistik
nasional, terutama karena prinsip statistik sistem akun nasional telah menyimpang dari prinsip
akuntansi akrual keuangan. Dari sudut pandang nasional Finlandia, kemungkinan EPSAS harus
sedemikian rupa agar mereka tidak memaksa perubahan yang tidak perlu di lembaga akuntansi
sektor publik Finlandia, yang berfungsi cukup baik saat ini. Selanjutnya, standar harus
didasarkan pada kerangka konseptual (CF) yang secara eksplisit dikembangkan untuk sektor
publik.

Anda mungkin juga menyukai