PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
NIM : 33117093
KUPANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rangka mendukung kelancaran dalam sistem pengelolaan Alokasi Dana Desa
maka dalam melaksanakan hak, kewenangan serta kewajibannya dalam menentukan
kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat diharapkan dapat dilakukan secara
transparansi dan memiliki akuntabilitas yang tinggi. Dengan adanya prinsip akuntabilitas
menentukan bahwa setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai hasil akhir dari kegiatan
yang diselenggarakan maka hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
yang dijadikan sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Menurut waluyo (2009 : 195) dalam penelitian lestari (2017) bahwa akuntabilitas
meliputi pemberian informasi keuangan kepada masyarakat dan pengguna sehingga
memungkinkan bagi mereka untuk menilai pertanggungjawaban pememerintah atas semua
aktivitas yang dilakukan.
Sedangkan akuntabilitas dalam sistem pemerintahan desa yang telah diungkapkan oleh
soepomo (2011 : 223)b melibatkan desa untuk mempertangungjawabakan kegiatan yang
dilaksanakan dalam kaitannya dengan masalah pembangunan dan pemerintah desa.
Pertanggungjawaban yang dimaksud dalam hal ini yaitu menyangkut masalah finansial yang
terdapat dalam APBDes dengan alokasi dana desa sebagai salah satu komponen
didalamnnya.
Dilihat dari peneliti terdahulu, banyak desa yang sudah menerapkan tahapan-tahapan
pencairan dana dan penyaluran ADD sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kebijakan ini
pun memberikan dampak yang positif baik bagi pemerintah desa maupun masyarakat (oleh,
2014) masih banyak pula kendala-kendala yang dialami beberapa desa seperti: penerapan
fungsi manajemen terhadap pengelolaan ADD tidak optimal, kurangnya SDM yang cukup
dalam pengelolaan keuangan Desa, masih banyak regulasi yang belum dapat
terimplementasi, penyalurannya belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul ”Analisis pengelolaan ADD dalam mewujudkan akuntabilitas pada Desa
fulur.”
BAB II
TINJAUAN TEORITAS
2.1 Definisi Desa
Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 Bab 1 Pasal 1 tentang Desa terdiri atas Desa dan
Desa Adat adalah suatu kesatuan masyarakat berdasarkan Adat dan Hukum Adat yang
menetap dalam suatu wilayah yang tertentu batas-batasnya, untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal-usul atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 6 Tahun 2014).
Desa adalah Daerah otonom asli berdasarkan hukum adat berkembang dari rakyat sendiri
menurut perkembangan sejarah yang dibebani oleh instansi atasan dengan tugas-tugas
pembantuan. Desa juga merupakan suatu kesatuan masyarakat berdasarkan adat dan hukum
adat yang menetap dalam suatu wilayah tertentu batas-batasnya, memiliki ikatan lahir dan
batin yang sangat kuat, baik karena seketurunan maupun karena sama-sama memiliki
kepentingan politik, ekonomi, sosial dan keamanan, memiliki susunan pengurus yang dipilih
bersama, memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan urusan
rumah tangganya sendiri.
Didalam PP Nomor 72 Tahun 2005 secara definitif, Desa diartikan sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
UU No. 32 Tahun 2004 Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia.
a) Sekretaris Desa
b) Pelaksana kewilayahan, dan
c) Pelaksana teknis.
Perangkat desa sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 48 bertygas membantu kepakla desa
dalam melaksanakan Tugas dan wewenangnya. Perangkat desa diangkat oleh kepala desa
setelah dikonsultasikan dengan camat atas nama walikota/Bupati.
Alokasi Dana Desa merupakan dana yang dialokasikan oleh pemerintah kabupaten atau
kota untuk Desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah
yang diterima oleh kabupaten atau kota (PP No. 72 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 11).
Alokasi dana Desa menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 yaitu dana
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota yang dalam
pembagiannya untuk tiap desa dibagikan secara proporsional. Dalam pengelolaan keuangan
Desa pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Desa dan mewakili pemerintah Desa
dalam kepemilikan kekayaan milik Desa yang dipisahkan adalah kepala Desa. Kepala desa
bertugas untuk menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD Desa, menetapkan PTKD
(Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa), menetapkan petugas pemungutan
penerimaan Desa, menyetujui pengeluaran yang ditetapkan dalam APB desa, melakukan
tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APB Desa (Permendagri No. 113
Tahun 2014.)
Dalam mengelola keuangan desa dan mewakili pemerintahan desa dalam kepemilikan
kekayaan milik Desa yang dipisahkan adalah kepala Desa. Kepala Desa bertugas untuk
menetapkan PTKPD (pelaksana teknik pengelola keuangan Desa), menetapkan petugas
pemungutan penerimaan Desa, menyetujui pengeluaran yang ditetapkan dalam APB Desa,
melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APB desa (permendagri
No. 113 Tahun 2014).
Pelaksana teknik pengelolaan keuangan Desa (PTKPD) terdiri dari sekretaris Desa,
kepala seksi (kasi), dan bendahara. Tugas dari sekretaris adalah menyusun dan melaksanakan
kebijakan pengelolaan APDesa, menyusun reperdes (rancangan peraturan Desa) tentang
APBDesa, perubahan APBDesa dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa, melakukan
pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam APBDesa, dan
melakukan verifikasi terhadap rencana belanja dan buktu-bukti pengeluaran (Permendagri
No. 1134 Tahun 2014).
Kepala seksi bertugas untuk menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang menjadi
pertanggungjawabannya, melaksanakan kegiatan bersama LKD (lembaga kemasyarakatan
Desa) yang ditetapkan dalam APB Desa, melakukan tindakan pengeluaran yang
menyebabkan atas beban anggaran kegiatan, pengendalikan pelaksanaan kegiatan,
melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan pada kepala Desa, dan menyiapkan
Dokumen anggaran atas beban pelaksanaan kegiatan (Permendagri No. 113 Tahun 2014).
Pengelolaan Aloksi Dana Desa meliputi tiga hal yang sangat penting yaitu
Perencanaan, Pelaksanaan, Pertanggungjawaban.
1. Perencanaan
Perencanaan ADD diatur dalam pasal 20 hingga pasal 23 peraturan
menteri dalam negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan
keuangan Desa. Berdasarkan pasal-pasal tersebut disimpulkan bahwa
kegiatan pada tahap perencanaan dalam pengelolaan keuangan desa
meliputi:
a. Sekretaris Desa menyusun Rancangan peraturan Desa tentang
APBDesa berdasarkan RKP Desa tahun berkenaan
b. Sekretaris Desa menyampaikan kepada kepala Desa untuk
kemudian melakukan forum musyawarah perencanaan
pembangunan Desa (Musrembangdes) yang melibatkan BPD dan
masyarakat untuk disepakati.
c. Rancangan peraturan Desa tentang APBDesa disepakati paling
lambat bulan oktober tahun berjalan.
d. Rancangan peraturan desa tentang APBDesa yang telah disepakati
bersama disampaikan oleh kepala Desa kepada Bupati/walikota
melalui camat paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk di
evaluasi.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan ADD diatur dalam pasal 24 hingga pasal 34 peraturan
menteri dalam negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan
keuangan Desa. Berdasarkan pasal-pasal tersebut disimpulkan bahwa
kegiatan pada tahap pelaksanaan dalam pengelolaan keuangan Desa,
meliputi:
a. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dilaksanakan melalui
rekening Desa dengan didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.
b. Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak
dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan Desa tentang
APBDesa ditetapkan menjadi peraturan Desa.
c. Penggunaan biaya tak yerduga terlebih dahulu harus dibuat rincian
anggaran biaya yang disahkan kepala Desa.
d. Pelaksanaan kegiatan harus mengajukan rencana Anggaran biaya
yang diverifikasi oleh sekretaris desa dengan meneliti kelengkapan
permintaan pembayaran, menguji kebenaran perhitungan tagihan,
menguji ketersediaan dana untuk kegiatan yang dimaksud.
e. Berdasarkan rencana anggaran biaya, pelaksana kegiatan
mengajukan SPP.
f. Sekretaris desa harus menolak permintaan pembayaran oleh
pelaksana kegiatan apabila tidak memenuhi persyaratan dan
apabila memenuhi persyaratan kepala Desa menyetujui dan
bendahara melakukan pembayaran.
3. Laporan Pertanggungjawaban
Laporan pertanggungjawaban ADD diatur dalam pasal 37 dan pasal 38
peraturan menteri dalam negeri 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan
keuangan Desa. Berdasarkan pasal tersebut disimpulkan bahwa kegiatan
pada tahap laporan pertanggungjawaban dalam pengelolaan keuangan
Desa meliputi:
a. Sekretaris desa menyusun laporan semester pertama dan kepala
desa menyampaikan kepada Bupati/Walikota pada akhir bulan juni
tahun berjalan.
b. Sekretaris desa menyusun laporan semester akhir tahun dan kepala
desa menyampaikan kepada Bupati/Walikota paling lambat bulan
januari tahun berikutnya.
c. Sekretaris Desa menyusun laporan pertanggungjawaban yang terdiri
dari pendapatan, pengeluaran, dan pembiayaan dengan
melampirkan format laporan pertanggungjawaban realisasi
anggaran pelaksanaan APBDesa tahun anggaran berkenaan, dan
format laporan program pemerintah dan pemerintah daerahyang
masuk ke Desa
d. Kepala Desa menyampaikan kepada Bupati/Walikota setiap akhir
tahun anggaran melalui camat paling lambat 1 (satu) bulan setelah
akhir tahun anggaran.
e. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBDesa diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan
dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat.
Desa fulur kecamatan Lamaknen Kab. Belu adalah salah satu Desa yang menerima ADD
pada tahun dengan jumlah yang tidak sedikit. Dimana dana tersebut harus
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, agar dana tersebut bisa
sampai pada tujuannya. Berikut adalah rincian Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 201
2.3 Akuntabilitas
1. Pengertian Akuntabilitas
2. Tujuan Akuntabilitas
3. Konsep Akuntabilitas
Seperti yang tercantum dalam instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 1999 mengenai sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan
keinginan nyata pemerintah untuk melaksanakan good governance dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara. Pemerintahan dikatakan baik jika telah
memenuhi syarat yang ditentukan yaitu adanya dan terselengaranya Good
governance.hal tersebut mewajibkan untuk mengetahui segala segala aspek
pemerintahan agar dapat dijadikan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara
untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya msing-
masing serta kewenangan pengelolaan sumber daya berdasarkan suatu perencanaan
yang strategik yang ditetapkan oleh pihak instansi.
Pertanggungjawaban yang dimaksud dalam hal tersebut berupa laporan yang
disampaikan kepada atasan masing-masing, lembaga-lembaga pengawasan dan
penilaian Akuntabilitas, sampai akhirnya disampaikan kepada Presiden selaku kepala
Pemerintahan. Laporan tersebut menggambarkan kinerja instansi pemerintah yang
bersangkutan melalui sistem Akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah(SAKIP). PP
No. 7 Tahun 1999 mengenai sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
menyatakan bahwa Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan
pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan jika kinerja dan tindakan
seseorang atau badan hukum atau pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak
memiliki hak dan berwenang untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
Menurut Sulistiyani (2009) dalam Lestari (2017) mengatakan bahwa
Transparansi dan Akuntabilitas adalah dua kata kunci dalam penyelenggaraan
perusahaan, dinyatakan juga dalam akuntabilitas terkandung kewajiban untuk
menyajikan serta melaporkan segala kegiatan terutama dalam bidang administrasi
keuangan kepada pihak yang lebih tinggi. Dalam hal ini maka semua kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) harus dapat diakses oleh
semua unsur yang berkepentingan terutama masyarakat diwilayahnya. Keuangan desa
dikelola berdasarkan asas-asas akuntabilitas serta dilakukan dengan tertib dan disiplin
anggaran. Kemudian menurut Mardiasmo (2002 : 105) ada tiga prinsip utama yang
mendasari pengelolaan keuangan daerah. Prinsip-prinsip yang mendasari pengelolaan
keuangan daerah, yaitu:
1. Prinsip transparansi atau keterbukaan
Yaitu memberikan arti bahwa anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang
sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan keinginan
masyarakat, terutama dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat banyak.
2. Prinsip akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti bahwa proses
penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan harus benar-
benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat.
Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran tersebut tapi juga
berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana atau pelaksanaan anggaran
tersebut.
3. Prinsip value for money
Dalam prinsip ini diterapkan tiga pokok dalam proses penganggaran yaitu:
ekonomis,efisien dan efektif. Ekonomis yaitu pemilihan dan penggunaan sumber
daya dalam jumlah dan kualitas tertentu dengan harga yang murah. Efisien adalah
penggunaan dana masyarakat yang dapat menghasilkan sesuatu yang maksimal atau
memiliki daya guna. Dengan kata lain efektif diartikan sebagai anggaran yang
digunakan harus sesuai dengan target dan tujuan yang ingin dicapai untuk
kepentingan masyarakat.
Berkaitan dengan pentingnya posisi keuangan tersebut, menurut Kaho dalam
Subroto (2009) menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak akan dapat
melaksanakan fungsinya dengan efektifitas dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk
memberikan pelayanan dan pembangunan. Keuangan inilah yang merupakan salah
satu dasar dari kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah untuk
mengurus Rumah Tangganya sendiri.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Fulur Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu. Waktu
pelaksanaan penelitian berlangsung selama 3 (Tiga) Bulan terhitung dari Bulan september-
oktober 2021.
DAFTAR PUSTAKA