Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS PENGELOLAAN ANGGARAN DANA DESA DALAM MEWUJUDKAN

AKUNTABILITAS DI DESA FULUR

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk Penelitian Skiripsi

OLEH

MARIYESTI YONATA T. LAKU MALI

NIM : 33117093

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

KONSENTRASI KEUANGAN DAERAH

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KUPANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengelolaan keuangan Desa menjadi salah satu isu strategis pada pemerintahan kabinet
kerja dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi. Baik isu tentang otonomi daerah khususnya
desa, maupun peraturan yang melingkupinya. Salah satu dampak positif dari otonomi daerah
adalah terjadinya perubahan sistem pemerintahan dari sistem sentralistik ke sistem
desentralistik. Desentralisasi dalam otonomi daerah berarti ada pelimpahan wewenang dari
pusat ke pemerintah daerah. Pelimpahan wewenang tersebut berarti pemberian kewenangan
dan keluasan kepada daerah untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya daerah secara
optimal. Meskipun titik berat otonomi diletakkan pada tingkat kabupaten/kota, namun secara
esensi sebenarnya kemandirian tersebut harus dimulai dari level pemerintahan ditingkat
paling bawah, yaitu Desa. Untuk menyelenggarakan otonomi daerah tentunya desa
memerlukan kewenangan dan kemampuan untuk mencari sumberkeuangan sendiri dan
didukung dengan bantuan keuangan dari pusat dan daerah. Keuangan desa pada dasarnya
merupakan sub sistem dari keuangan negara.
Berdasarkan Pasal 71 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan
bahwa ”keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban desa”. Desa dapat menjalankan otonomi yang lebih luas
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah berdasarkan asas otonomi dan tugas
bantuan. Hal ini berarti setiap desa diberikan hak, kewajiban dan wewenang untuk mengelola
apa yang dimiliki oleh desa tersebut demi tercapainya kesejahteraan masyarakat (Darmiasih,
2015:19). Pemberian otonomi yang lebih luas kepada Desa ini memiliki dua alasan, yaitu
karena rendahnya kapabilitas dan efektivitas pemerintah Desa dalam mendorong proses
pembangunan dan kehidupan demokrasi di Desa. Yang berikut tuntutan perluasan otonomi
itu juga muncul sebagai jawaban untuk memasuki era new game yang membawa new rules
pada semua aspek kehidupan manusia di masa yang akan datang (Mardiasmo,2002: 22).
Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan
publik dan meningkatkan pelayanan publik dan meningkatkan perekonomian daerah. Oleh
karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan yang dinamakan Alokasi Dana Desa (ADD)
untuk menunjang segala sektor di masyarakat. ADD merupakan salah satu bentuk hubungan
keuangan antar tingkat pemerintah yaitu hubungan keuangan antara pemerintah kabupaten
dengan pemerintah Desa. Desa diperkirakan akan menerima kucuran dana transfer dari
Anggaran pendapatan dan Belanja negara (APBN) untuk pembangunan Desa, alokasi Dana
Desa (ADD) juga merupakan dana yang dialokasikan oleh pemerintah kabupaten kota untuk
desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang
diterima oleh kabupaten atau kota (PP No. 72 Tahun 2005 Pasal 1 ayat 11). Bagian dari dana
perimbangan pusat dan Daerah yang diterima oleh kabupaten atau kota untuk desa ini paling
sedikit 10% dari distribusi proporsional untuk setiap desa (Warsono, 2014). Selanjutnya
dengan bergulirnya dana-dana perimbangan melalui Alokasi dana Desa (ADD) harus
menjadikan desa benar-benar sejahtera, sehingga setiap desa berhak untuk memiliki
wewenang dan mengatur sendiri kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh setiap
masyarakat untuk mencapai tujuannya termasuk dalam mensejahterakan pemerataan
kemampuan ekonominya dengan kewenangan pemerintah Desa dalam pengelolaan dana
Desa secara mandiri maka diperlukan Akutabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam
upaya meningkatkan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Pengelolaan keuangan desa yang diberikan kepada daerah melalui Alokasi Dana Desa
(ADD) pada prinsipnya tetap mengacu pada pokok pengelolaan keuangan daerah
(Permendagri No. 113 Tahun 2014). Pemberian dana ke desa yang begitu besar, jumlah
pelaporan yang beragam serta adanya titik kritis dalam pengelolaan keuangan desa tentunya
menuntut tanggung jawab yang besar pula oleh aparat pemerintahan Desa. Alokasi Dana
Desa (ADD) yang diberikan tersebut pada prinsipnya harus menganut prinsip akuntabilitas,
transparansi, partisipasi dan efisiensi. Pemerintah desa harus bisa menerapkan prinsip
akuntabilitas yang merupakan suatu kondisi dimana penyelenggaraan pemerintahan dapat
dipertanggungjawabkan dihadapan publik secara administratif maupun secara politik, baik
dari segi pengambilan kebijakan, pelaksanaan hingga pelaporan dari sebuah kebijakan.
Aspek akuntabilitas memungkinkan publik untuk mengukur berhasil tidaknya pelaksanaan
sebuah kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan untuk mengelola keuangan desa.
Pemberian Alokasi Dana Desa merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk
menyelenggarakan otonominya agar tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan dari
Desa itu sendiri berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi,
pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan peran pemerintah Desa dalam memberikan
pelayanan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memacu percepatan
pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis. Pelaksanaan Alokasi Dana Desa
ini ditujukan untuk progaram-program fisik dan Non-fisik yang berhubungan dengan
indikator perkembangan Desa, Meliputi tingkat pendidikan, tingkat pendapatan masyarakat,
dan tingkat kesehatan.
Dalam sistem pembangunan pedesaan yang dilaksanakan dalam lingkungan desa harus
sesuai dengan masalah yang terjadi, sehingga masyarakat yang ada pada lingkungan desa
dapat menyampaikan aspirasinya serta menjadikan prioritas menuju pembangunan pedesaan
yang lebih baik. Hal inilah yang akan melahirkan suatu proses baru tentang desentralisasi
desa yang diawali dengan digulirkannya alokasi dana desa (ADD). Hakekat pembangunan
Desa bertujuan untuk memperbaiki kondisi dan taraf hidup masyarakat. Disamping itu
pemerintah Desa menjadi suatu strategi pembangunan yang memungkinkan pemerataan
pembangunan dan hasilnya dinikmati oleh rakyatnya dan pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi serta tercapainya stabilitas keamanan wilayah yang sehat dan dinamis. Pemerintah
desa sebagai alat untuk mencapaitujuan administrasi negara dalam rangka pembangunan
nasional demi tercapainya kesejahteraan rakyat yang merata.
Akuntabilitas dalam sistem pengelolaan dana pemerintah desa yang dijadikan sebagai
upaya untuk mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik dan efisien sehingga sesuai
dengan aturan yang berlaku guna terciptanya good governance. Good governance
penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggungjawab, serta efisien dan
efektif dengan menjaga keseimbangan sinergritas konstruktif antara domain negara sektor
swasta dan masyarakat. Oleh karena itu akuntabilitas digunakan sebagai media untuk
membuktikan dan menjelaskan rencana-rencana strategik serta tujuan-tujuan yang
direncanakan dan ditetapkan oleh organisasi pemerintahan agar dapat berjalan sesuai dengan
yang direncanakan dari awal secara efektif dan efisien serta memberikan informasi keuangan
dan aktivitas yang dilakukan istansi pemerintah yang transparan kepada masyarakat dan
pengguna yang berorientasi pada kepentingan publik demi kualitas yang lebih baik. Adapun
konsep akuntabilitas didasarkan pada individu-individu atau kelompok jabatan dalam tiap
klasifikasi jabatan dan bertanggungjawab pada kegiatan yang dilakukannya. Fungsi
akuntabilitas bukan hanya sekedar ketaatan kepada peraturan perundangan yang berlaku akan
tetapi fungsi akuntabilitas tetap memperhatikan penggunaan sumber daya secara bijaksana,
efisien, efektif dan ekonomis.

Dalam rangka mendukung kelancaran dalam sistem pengelolaan Alokasi Dana Desa
maka dalam melaksanakan hak, kewenangan serta kewajibannya dalam menentukan
kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat diharapkan dapat dilakukan secara
transparansi dan memiliki akuntabilitas yang tinggi. Dengan adanya prinsip akuntabilitas
menentukan bahwa setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai hasil akhir dari kegiatan
yang diselenggarakan maka hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
yang dijadikan sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Menurut waluyo (2009 : 195) dalam penelitian lestari (2017) bahwa akuntabilitas
meliputi pemberian informasi keuangan kepada masyarakat dan pengguna sehingga
memungkinkan bagi mereka untuk menilai pertanggungjawaban pememerintah atas semua
aktivitas yang dilakukan.

Sedangkan akuntabilitas dalam sistem pemerintahan desa yang telah diungkapkan oleh
soepomo (2011 : 223)b melibatkan desa untuk mempertangungjawabakan kegiatan yang
dilaksanakan dalam kaitannya dengan masalah pembangunan dan pemerintah desa.
Pertanggungjawaban yang dimaksud dalam hal ini yaitu menyangkut masalah finansial yang
terdapat dalam APBDes dengan alokasi dana desa sebagai salah satu komponen
didalamnnya.

Dilihat dari peneliti terdahulu, banyak desa yang sudah menerapkan tahapan-tahapan
pencairan dana dan penyaluran ADD sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kebijakan ini
pun memberikan dampak yang positif baik bagi pemerintah desa maupun masyarakat (oleh,
2014) masih banyak pula kendala-kendala yang dialami beberapa desa seperti: penerapan
fungsi manajemen terhadap pengelolaan ADD tidak optimal, kurangnya SDM yang cukup
dalam pengelolaan keuangan Desa, masih banyak regulasi yang belum dapat
terimplementasi, penyalurannya belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Berdasarkan beberapa pandangan, pemikiran, dan asumsi-asumsi dari uraian diatas,


masih banyak persoalan yang perlu dikaji lebih mendalam. Karena pelaksanaan kebijakan
ADD yang dilakukan di seluruh desa di indonesia, tentunya akan memberika hasil yang
berbeda antara satu desa dengan desa yang lain. Pada dasarnmya kesuksesan dari kebijakan
ini dapat di akibatkan oleh beberapa faktor, dan faktor terpentingnya adalah kesiapan dari
sumber daya aparatur desa dan juga seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat yang ikut
andil dalam proses pengelolaan alokasi dana desa (ADD) ini.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul ”Analisis pengelolaan ADD dalam mewujudkan akuntabilitas pada Desa
fulur.”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan
masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Pengelolaan Alokasi Dana Desa telah
mewujudkan prinsip Akuntabilitas di Desa Fulur Kecamatan Lamaknen Kab. Belu?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) telah mewujudkan prinsip
akuntabilitas di desa Fulur Kecamatan Lamaknen Kab. Belu!
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti berharap agar hasil yang diperoleh dapat
memberi manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti mengenai
pengelolaan keuangan desa dan juga dapat dijadikan pembelajaran untuk menambah
wawasan peneliti tentang manfaat pengelolaan ADD untuk mewujudkan akuntabilis
sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan.
2. Bagi Masyarakat Desa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, gambaran dan manfaat bagi
masyarakat didesa Fulur mengenai pengelolaan ADD untuk mewujudkan Akuntabilitas
sehingga bisa ikut mengambil bagian dalam menyukseskan pelaksanaan ADD dengan
melakukan fungsi pengawasan secara terarah dan bertanggungjawab.
3. Bagi Instansi Desa
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai gambaran mengenai kondisi perencanaan,
pengelolaan dan pertanggungjawaban fisik sehingga bisa meningkatkan akuntabilitas
dalam pengelolaan dan sebagai bahan evaluasi pengelolaan ADD di Desa fulur sehingga
bisa menjadi bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat dalam
meningkatkan akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa untuk Tahun berikutnya.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan bagi kemajuan
akademi dan dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi bagi peneliti selanjutnya di
masa yang akan datang.

BAB II
TINJAUAN TEORITAS
2.1 Definisi Desa

Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 Bab 1 Pasal 1 tentang Desa terdiri atas Desa dan
Desa Adat adalah suatu kesatuan masyarakat berdasarkan Adat dan Hukum Adat yang
menetap dalam suatu wilayah yang tertentu batas-batasnya, untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal-usul atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 6 Tahun 2014).

Desa adalah Daerah otonom asli berdasarkan hukum adat berkembang dari rakyat sendiri
menurut perkembangan sejarah yang dibebani oleh instansi atasan dengan tugas-tugas
pembantuan. Desa juga merupakan suatu kesatuan masyarakat berdasarkan adat dan hukum
adat yang menetap dalam suatu wilayah tertentu batas-batasnya, memiliki ikatan lahir dan
batin yang sangat kuat, baik karena seketurunan maupun karena sama-sama memiliki
kepentingan politik, ekonomi, sosial dan keamanan, memiliki susunan pengurus yang dipilih
bersama, memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan urusan
rumah tangganya sendiri.

Didalam PP Nomor 72 Tahun 2005 secara definitif, Desa diartikan sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

UU No. 32 Tahun 2004 Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia.

Desa menurut H. A. W. Widjaja(2003:1) adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum


yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa. Landasan
pemikiran mengenai pemerintahan Desa adalah keaneka ragaman, partisipasi, otonomi asli,
demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintah Desa terdiri dari kepala Desa dan
perangkat desa. Kepala Desa adalah unsur penyelenggara pemerintahan Desa(sukriano,
2008:35). Sedangkan perangkat desa merupakan bagian dari unsur pemerintah desa yang
terdiri dari sekretaris Desa dan perangkat desa lainnya yang merupakan aparatur desa
dibawah naungan kepala desa (Gunawan, 2013:67). Dalam pasal 48 UU No.6 Tahun 2014
disebutkan bahwa perangkat desa terdiri atas:

a) Sekretaris Desa
b) Pelaksana kewilayahan, dan
c) Pelaksana teknis.

Perangkat desa sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 48 bertygas membantu kepakla desa
dalam melaksanakan Tugas dan wewenangnya. Perangkat desa diangkat oleh kepala desa
setelah dikonsultasikan dengan camat atas nama walikota/Bupati.

2.2 Alokasi Dana Desa

Alokasi Dana Desa merupakan dana yang dialokasikan oleh pemerintah kabupaten atau
kota untuk Desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah
yang diterima oleh kabupaten atau kota (PP No. 72 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 11).

Alokasi dana Desa menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 yaitu dana
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota yang dalam
pembagiannya untuk tiap desa dibagikan secara proporsional. Dalam pengelolaan keuangan
Desa pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Desa dan mewakili pemerintah Desa
dalam kepemilikan kekayaan milik Desa yang dipisahkan adalah kepala Desa. Kepala desa
bertugas untuk menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD Desa, menetapkan PTKD
(Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa), menetapkan petugas pemungutan
penerimaan Desa, menyetujui pengeluaran yang ditetapkan dalam APB desa, melakukan
tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APB Desa (Permendagri No. 113
Tahun 2014.)

Alokasi Dana Desa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan


pembangunan Desa melalui peningkatan pelayanan publik Desa, mamajukan perekonomian
Desa, mengatasi kesenjangan pembangunan antar Desa serta memperkuat masyarakat Desa
sebagai subjek dari pembangunan (Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa, 2015).

Dalam mengelola keuangan desa dan mewakili pemerintahan desa dalam kepemilikan
kekayaan milik Desa yang dipisahkan adalah kepala Desa. Kepala Desa bertugas untuk
menetapkan PTKPD (pelaksana teknik pengelola keuangan Desa), menetapkan petugas
pemungutan penerimaan Desa, menyetujui pengeluaran yang ditetapkan dalam APB Desa,
melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APB desa (permendagri
No. 113 Tahun 2014).

Pelaksana teknik pengelolaan keuangan Desa (PTKPD) terdiri dari sekretaris Desa,
kepala seksi (kasi), dan bendahara. Tugas dari sekretaris adalah menyusun dan melaksanakan
kebijakan pengelolaan APDesa, menyusun reperdes (rancangan peraturan Desa) tentang
APBDesa, perubahan APBDesa dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa, melakukan
pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam APBDesa, dan
melakukan verifikasi terhadap rencana belanja dan buktu-bukti pengeluaran (Permendagri
No. 1134 Tahun 2014).

Kepala seksi bertugas untuk menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang menjadi
pertanggungjawabannya, melaksanakan kegiatan bersama LKD (lembaga kemasyarakatan
Desa) yang ditetapkan dalam APB Desa, melakukan tindakan pengeluaran yang
menyebabkan atas beban anggaran kegiatan, pengendalikan pelaksanaan kegiatan,
melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan pada kepala Desa, dan menyiapkan
Dokumen anggaran atas beban pelaksanaan kegiatan (Permendagri No. 113 Tahun 2014).

Sedangkan bendahara petugas untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menata usaha


dan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan desa san pengeluaran pendapatan
Desa dalam rangka pelaksanaan APB Desa (Permendagri No. 113 Tahun 2014).

a. Penyaluran Dana Desa


Keuangan Desa menurut UU. No. 6 Tahun 2014 adalah semua hak dan kewajiban
Desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu yang berupa uang dan
barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. Hak dan
kewajiban ini dapat menimbulakna pendapatan, belanja, pembiayaan dan
pengelolaan keuangan Desa yaitu transparansi, akuntabel, partisipatif, tertib dan
disiplin anggaran (Permendagri No. 113 Tahun 2014).
b. Perioritas Aloksi Dana Desa
Dana desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan kemasyarakatan. Dana desa harus
diprioritaskan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat (PP No. 60
Tahun 2014 Pasal 19), sedangkan untuk pemberdayaan masyarakat adalah untuk
mendanai kegiatan yang bertujuan meningkatkan kapasitas warga atau masyarakat
desa dalam pengembangan wirausaha, peningkatan pendapatan, serta perluasan
skala ekonomi individu warga atau kelompok masyarakat dan Desa. Perioritas
kegiatan pemberdayaan berdsarkan tipelogi Desa (DJPPMD, 2015) adalah desa
tetinggal atau sangat tertinggal, desa berkembang dan desa maju atau mandiri.
c. Dasar Hukum Alokasi Dana Desa
Dalam kaitannya dengan penggunaan Alokasi Dana Desa maka dasar hukum yang
berkaitan dengan ADD diantaranya:
1. Undang-undang No. 6 tahun 2014 Tentang Desa BAB VIII keuangan Desa
dan Aset Desa bagian kesatu (keuangan Desa pasal 71-75) dan Bagian kedua (
Aset Desa, pasal 76-77).
2. Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Desa.
4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
5. Undang-undangNomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan kedua atas
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004b Tentang Pemerintahan Daerah.

d. Pengelolaan Alokasi Dana Desa


Siklus pengelolaan berdasarkan Undang-undang Desa meliputi:
1. Penyiapan rencana
2. Musrenbang desa yang melibatkan pemerintah Desa, BPD, dan kelompok
masyarakat dan di awali dengan tingkat dusun hingga tingkat Desa.
3. Penetapan rencana, rencana disini merupakan pedoman APB Desa.
4. Penetapan APB Desa.
5. Pelaksanaan pembangunan, melibatkan seluruh masyarakat secara swakelola.
6. Pertanggungjawaban, pemerintah desa wajib menyampaikan pelaporan
didalam musyawarah pembangunan Desa.
7. Pemanfaatan dan pemeliharaan (UU. No. 6 Tahun 2014).

Pengelolaan Aloksi Dana Desa meliputi tiga hal yang sangat penting yaitu
Perencanaan, Pelaksanaan, Pertanggungjawaban.

1. Perencanaan
Perencanaan ADD diatur dalam pasal 20 hingga pasal 23 peraturan
menteri dalam negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan
keuangan Desa. Berdasarkan pasal-pasal tersebut disimpulkan bahwa
kegiatan pada tahap perencanaan dalam pengelolaan keuangan desa
meliputi:
a. Sekretaris Desa menyusun Rancangan peraturan Desa tentang
APBDesa berdasarkan RKP Desa tahun berkenaan
b. Sekretaris Desa menyampaikan kepada kepala Desa untuk
kemudian melakukan forum musyawarah perencanaan
pembangunan Desa (Musrembangdes) yang melibatkan BPD dan
masyarakat untuk disepakati.
c. Rancangan peraturan Desa tentang APBDesa disepakati paling
lambat bulan oktober tahun berjalan.
d. Rancangan peraturan desa tentang APBDesa yang telah disepakati
bersama disampaikan oleh kepala Desa kepada Bupati/walikota
melalui camat paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk di
evaluasi.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan ADD diatur dalam pasal 24 hingga pasal 34 peraturan
menteri dalam negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan
keuangan Desa. Berdasarkan pasal-pasal tersebut disimpulkan bahwa
kegiatan pada tahap pelaksanaan dalam pengelolaan keuangan Desa,
meliputi:
a. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dilaksanakan melalui
rekening Desa dengan didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.
b. Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak
dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan Desa tentang
APBDesa ditetapkan menjadi peraturan Desa.
c. Penggunaan biaya tak yerduga terlebih dahulu harus dibuat rincian
anggaran biaya yang disahkan kepala Desa.
d. Pelaksanaan kegiatan harus mengajukan rencana Anggaran biaya
yang diverifikasi oleh sekretaris desa dengan meneliti kelengkapan
permintaan pembayaran, menguji kebenaran perhitungan tagihan,
menguji ketersediaan dana untuk kegiatan yang dimaksud.
e. Berdasarkan rencana anggaran biaya, pelaksana kegiatan
mengajukan SPP.
f. Sekretaris desa harus menolak permintaan pembayaran oleh
pelaksana kegiatan apabila tidak memenuhi persyaratan dan
apabila memenuhi persyaratan kepala Desa menyetujui dan
bendahara melakukan pembayaran.
3. Laporan Pertanggungjawaban
Laporan pertanggungjawaban ADD diatur dalam pasal 37 dan pasal 38
peraturan menteri dalam negeri 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan
keuangan Desa. Berdasarkan pasal tersebut disimpulkan bahwa kegiatan
pada tahap laporan pertanggungjawaban dalam pengelolaan keuangan
Desa meliputi:
a. Sekretaris desa menyusun laporan semester pertama dan kepala
desa menyampaikan kepada Bupati/Walikota pada akhir bulan juni
tahun berjalan.
b. Sekretaris desa menyusun laporan semester akhir tahun dan kepala
desa menyampaikan kepada Bupati/Walikota paling lambat bulan
januari tahun berikutnya.
c. Sekretaris Desa menyusun laporan pertanggungjawaban yang terdiri
dari pendapatan, pengeluaran, dan pembiayaan dengan
melampirkan format laporan pertanggungjawaban realisasi
anggaran pelaksanaan APBDesa tahun anggaran berkenaan, dan
format laporan program pemerintah dan pemerintah daerahyang
masuk ke Desa
d. Kepala Desa menyampaikan kepada Bupati/Walikota setiap akhir
tahun anggaran melalui camat paling lambat 1 (satu) bulan setelah
akhir tahun anggaran.
e. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBDesa diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan
dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat.

Desa fulur kecamatan Lamaknen Kab. Belu adalah salah satu Desa yang menerima ADD
pada tahun dengan jumlah yang tidak sedikit. Dimana dana tersebut harus
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, agar dana tersebut bisa
sampai pada tujuannya. Berikut adalah rincian Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 201

Alokasi Dana Desa digunakan untuk membiayai penyelengaraan pemerintahan,


pembangunan pemberdayaan masyarakat dan kemasyarakatan. Alokasi Dana Desa harus
diprioritaskan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat (PP No. 60 Tahun
2014 Pasal 19). Pembangunan Desa adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemisikinan.

2.3 Akuntabilitas

1. Pengertian Akuntabilitas

Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban seseorang, badan hukum atau


pimpinan dalam suatu organisasi yang dapat mempertanggungjawabkan keberhasilan
ataupun kegagalannya serta tindakan dalam mencapai tujuan kepada pihak tertentu
yang memiliki hak atau yang berkewenangan untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban. Atau dengan kata lain dalam akuntabilitas terkandung kewajiban
untuk menyajikan dan melaporkan segala kegiatannya terutama dibidang administrasi
keuangan kepada pihak yang lebih tinggi atau atasannya. Dilihat dari pengertian
akuntabilitas tersebut maka semua instansi pemerintahan, Badan dan Lembaga Negara
yang berada di pusat maupun Daerah sesuai dengan tugasnya sehingga dapat
memahami ruang lingkup daerahnya masing-masing.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Akuntabilitas dilingkungan


instansi pemerintah antara lain:

a. Seluruh pemimpin beserta semua staf instansi harus berkomitmen untuk


melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.
b. Harus merupakan sebuah sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber
daya secara konsisten dengan peraturan perundangan yang berlaku.
c. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.
d. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi yang telah dibuat serta
hasil dan manfaat yang diperoleh.
e. Harus dilaksanakan dengan jujur, objektif, transparan dan inovatif.

Akuntabilitas memiliki kewajiban dan kewenangan dalam melaporkan segala


bentuk kegiatan, akuntabilitas tumbuh pada lingkungan yang mengutamakan
keterbukaan sebagai landasan pertanggungjawaban.

2. Tujuan Akuntabilitas

Tujuan dari Akuntabilitas yaitu untuk mengetahui pertanggungjawaban dari pihak


pelaksana tentang Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) kepada masyarakat dimana
kepala desa sebagai penanggungjawab utama. Menurut Andrianto (2007 : 23)dalam
penelitian multia dan handayani (2018) menjelaskan bahwa pemerintah yang
akuntabel mempunyai ciri-ciri yaitu:

a. Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah secara terbuka,


cepat dan tepat kepada masyarakat.
b. Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik.
c. Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses
pembangunan dan pemerintahan.
d. Mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap kebijakan publik
secara proporsional.
e. Adanya sarana bagi publik untuk menilai kinerja pemerintah.
Dengan adanya pertanggungjawaban publik, maka masyarakat dapat menilai
derajat pencapaian pelaksanaan program maupun pelaksanaan kegiatan
pemerintahannya.

3. Konsep Akuntabilitas
Seperti yang tercantum dalam instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 1999 mengenai sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan
keinginan nyata pemerintah untuk melaksanakan good governance dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara. Pemerintahan dikatakan baik jika telah
memenuhi syarat yang ditentukan yaitu adanya dan terselengaranya Good
governance.hal tersebut mewajibkan untuk mengetahui segala segala aspek
pemerintahan agar dapat dijadikan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara
untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya msing-
masing serta kewenangan pengelolaan sumber daya berdasarkan suatu perencanaan
yang strategik yang ditetapkan oleh pihak instansi.
Pertanggungjawaban yang dimaksud dalam hal tersebut berupa laporan yang
disampaikan kepada atasan masing-masing, lembaga-lembaga pengawasan dan
penilaian Akuntabilitas, sampai akhirnya disampaikan kepada Presiden selaku kepala
Pemerintahan. Laporan tersebut menggambarkan kinerja instansi pemerintah yang
bersangkutan melalui sistem Akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah(SAKIP). PP
No. 7 Tahun 1999 mengenai sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
menyatakan bahwa Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan
pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan jika kinerja dan tindakan
seseorang atau badan hukum atau pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak
memiliki hak dan berwenang untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
Menurut Sulistiyani (2009) dalam Lestari (2017) mengatakan bahwa
Transparansi dan Akuntabilitas adalah dua kata kunci dalam penyelenggaraan
perusahaan, dinyatakan juga dalam akuntabilitas terkandung kewajiban untuk
menyajikan serta melaporkan segala kegiatan terutama dalam bidang administrasi
keuangan kepada pihak yang lebih tinggi. Dalam hal ini maka semua kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) harus dapat diakses oleh
semua unsur yang berkepentingan terutama masyarakat diwilayahnya. Keuangan desa
dikelola berdasarkan asas-asas akuntabilitas serta dilakukan dengan tertib dan disiplin
anggaran. Kemudian menurut Mardiasmo (2002 : 105) ada tiga prinsip utama yang
mendasari pengelolaan keuangan daerah. Prinsip-prinsip yang mendasari pengelolaan
keuangan daerah, yaitu:
1. Prinsip transparansi atau keterbukaan
Yaitu memberikan arti bahwa anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang
sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan keinginan
masyarakat, terutama dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat banyak.
2. Prinsip akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti bahwa proses
penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan harus benar-
benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat.
Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran tersebut tapi juga
berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana atau pelaksanaan anggaran
tersebut.
3. Prinsip value for money
Dalam prinsip ini diterapkan tiga pokok dalam proses penganggaran yaitu:
ekonomis,efisien dan efektif. Ekonomis yaitu pemilihan dan penggunaan sumber
daya dalam jumlah dan kualitas tertentu dengan harga yang murah. Efisien adalah
penggunaan dana masyarakat yang dapat menghasilkan sesuatu yang maksimal atau
memiliki daya guna. Dengan kata lain efektif diartikan sebagai anggaran yang
digunakan harus sesuai dengan target dan tujuan yang ingin dicapai untuk
kepentingan masyarakat.
Berkaitan dengan pentingnya posisi keuangan tersebut, menurut Kaho dalam
Subroto (2009) menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak akan dapat
melaksanakan fungsinya dengan efektifitas dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk
memberikan pelayanan dan pembangunan. Keuangan inilah yang merupakan salah
satu dasar dari kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah untuk
mengurus Rumah Tangganya sendiri.

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Fulur Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu. Waktu
pelaksanaan penelitian berlangsung selama 3 (Tiga) Bulan terhitung dari Bulan september-
oktober 2021.

3.2 Jenis dan sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh penulis.
Penulis dapat memeriksa mengenai kualitas data yang akan digunakan, dapat mengatasi
perihal waktu antara saat data yang dibutuhkan itu dengan data yang tersedia, serta
penulis lebih leluasa dengan mengaitkan masalah penelitiannya dengan kemungkinan
persediaan data dilapangan. Adapun penelitian data primer diperoleh melalui
wawancara langsung kepada pihak yang berwenang dalam pengelolaan Alokasi Dana
Desa (ADD) dalam mewujudkan Akuntabilitas didesa fulur kecamatan Lamaknen
Kabupaten Belu.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain.
Penulis dapat memanfaatkan data tersebut sesuai dengan kebutuhan. Dalam penelitian
ini data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen bagian pemerintahan Desa Fulur
Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Pengamatan dan suatu pencatatan secara sistematik terhadap masalah apa yang tampak
dalam objek penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan cara pengumpulan data
dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti.
2. Wawancara
Penelitian yang dilakukan dengan tanya jawab atau mengajukan serangkaian
pertanyaan secara langsung kepada pihak informan atau instansi untuk menggali
informasi tentang objek yang diteliti dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam
mewujudkan Akuntabilitas yang data informasinya sangat akurat dan kompeten.

3.4 Teknik Analisis Data


analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif
kualitatif yang merupakan cara menganalisis dan menggambarkan Alokasi Dana Desa
dalam mewujudkan Akuntabilitas di Desa Fulur Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu
dari berbagai situasi yang terjadi, baik dari data yang telah dikumpulkan berupa hasil
wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang terjadi di lapangan yang menjadi
bahan penelitian bagi pihak penulis.
Analisis data merupakan proses dalam mencari informasi dan menyusun secara
sistematis data yang didapatkan dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil observasi, wawancara, dan dokumen yang kemudian dibuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai