Anda di halaman 1dari 5

PAPER TEORI OTONOMI DAERAH

Dosen Pengampu : Dr. Sugeng Suharto, MM., M.Si

Disusun Oleh

DESI MARDIANTI
NPM. D2D021004

PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Lahirnya otonomi daerah memberikan warna baru bagi kepemerintahan Indonesia,
diperkuat dengan adanya Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah.
Undang-undang tersebut lahir berdampingan dengan undang-undang nomor 25 tahun 1999
tentang perimbangankeuangan pusat daerah. Perimbangan keuangan pusat dan daerah
tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pembangunan daerah
sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip
otonomi daerah. Daerah mempunyai kewenangan dan tanggungjawab menyelenggarakan
kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi, dan
pertanggungjawaban kepada masyarakat. Salah satu rasionalitas yang penting dari
pelaksanaan otonomi daerah adalah untuk memperbaiki kinerja pemerintahan kabupaten dan
kota. Otonomi daerah merupakan konsep kajian aktual yang memberikan porsi lebih kepada
daerah untuk menyalurkan segala urusan dan kepentingan daerah agar mampu dikelola
sendiri sesuai dengan potensi masing-masing daerahyang berbeda-beda. Provinsi,
Kabupaten/kota, desa adalah kategori daerah otonom mulai dari tingkat teratas sampai
terbawah yang memilki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa menjelaskan bahwa Desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan di masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Rumusan Masalah
a. Otonomi di Bidang Keuangan mencakup Apa saja? Jelaskan!
b. Otonomi daerah sebenarnya mencakup pemekaran daerah atau penggabungan daerah.
Dari 2 hal tersebut kebanyakan pemisahan daerah, mengapa? Jelaskan!
PEMBAHASAN

1. Otonomi di Bidang Keuangan


Otonomi di Bidang Keuangan mencakup dua hal yaitu :
a. Pendapatan Daerah
- Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan yang diperoleh Pemerintah
Daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
Peraturan Daerah (Bladric Siregar, 2015:31). Menurut Carunia Mulya Irdausy
(2014:15) dalam bukunya yang berjudul Efektivitas dan Akuntabilitas Dana
Perimbangan dan Peranannya Terhadap Pembangunan Dalam Pelaksanaan Otonomi
Daerah,Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari
hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk
memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam
pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.
- Dana Perimbangan
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Daerah, Dana Perimbangan adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Menurut Baldric Siregar
(2015:31) dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara) yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sedangkan menurut
Mamuka dan Elim dalam Masayu dkk (2017) mengemukakan bahwa dana
perimbangan merupakan pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk
mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan
pemberian otonomi kepada daerah, terutama peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik.
- Lain-Lain Pendapatan
Menurut Undang – Undang Nomor 25 Tahun 1999 menyebutkan bahwa
pendapatan asli daerah yang sah adalah hasil daerah yang didapat dari usaha diluar
kegiatan dan pelaksanaan tugas daerah
b. Pembiayaan
- Sisa lebih perhitungan anggaran daerah
- Penerimaan Pinjaman Daerah
- Dana Cadangan Daerah
- Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

2. Otonomi daerah lebih kepada pemekaran daerah dibandingkan dengan penggabungan


daerah. Pemekaran daerah merupakan fenomena yang mengiringi penyelenggaraan
pemerintahan daerah di Indonesia. Ini terlihat dari peningkatan jumlah daerah otonomi baru
di wilayah NKRI. Sampai saat ini terfapat 542 daerah otonomi yang terdiri dari 34 provinsi,
415 kabupaten dan 93 kota. Oleh karena itu diharapkan dengan hadirnya daerah-daerah
otonomi baru tersebut diharapkan mampu meningkatkan pelayanan kesejahteraan bagi
masyarakat. Hal ini sebagaimana amanat dari semangat otonomi daerah yang termaktub
dalam UU nomor 23 Tahun 2014 jo Undang-Undang Nomor 09 Tahun 2015 (Arief
Maulana, 2019).
Alasan mengapa harus dilakukan pemekaran adalah masyarakat daerah tersebut merasakan
adanya ketimpangan pemerataan dan keadilan antara daerah yang satu dengan yang lain
dalam satu wilayah pemerintahan daerah. Daerah yang dekat dengan pusat kekuasaan,
seperti ibukota, cenderung lebih mendapatkan perhatian daripada daerah yang jauh dari
pusat kekuasaan sehingga daerah tersebut merasakan adanya ketimpangan pemerataan dan
keadilan dari pemangku kekuasaan. Salah satu contoh kasus timpangnya pemerataan terjadi
di kabupaten Mamasa, dimana ketimpangan pembangunan serta kurangnya perhatian
pembangunan dari pemerintah provinsi dan kabupaten induknya, menyebabkan tingkat
perekonomian masyarakat sangat rendah yang berakibat semakin tingginya tingkat
kemiskinan yang terjadi di wilayah kabupaten Mamasa. kondisi tersebut menjadi salah satu
alasan kuat pemekaran di kabupaten Mamasa. (Abdullah dalam Rita Hekbra Tenrini, 2019).
Dengan adanya pemekaran daerah otonomi diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
umum pemerintahan kepada masyarakat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat
serta memperpendek rentang kendali pemerintahan (Siswanto, 2012)

Anda mungkin juga menyukai