Anda di halaman 1dari 5

PAPER TEORI OTONOMI DAERAH

Dosen Pengampu : Dr. Sugeng Suharto, MM., M.Si

Disusun Oleh

ADYTIA RAHMANA PUTRA


NPM. D2D021001

PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam era otonomi daerah yang sedang berjalan dewasa ini di
Indonesia, pemerintah daerah dituntut untuk mampu menjalankan
pemerintahannya secara mandiri. Penyelenggaraan otonomi daerah yang
luas harus dilaksanakan atas dasar prinsip-prinsip demokrasi, peran serta
masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi-
potensi yang dimiliki oleh daerah. Dalam pelaksanaan otonomi
daerahdinyatakan wewenang pemerintah pusat diserahkan kepada daerah
dalam rangka desentralisasi yang harus disertai dengan penyerahan dan
pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya sesuai
dengan kewenangan yang diserahkan. Otonomi daerah merupakan
pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah yang lebih
leluasa untuk mengelola sumber daya yang dimiliki dengan potensi dan
kepentingan daerah itu sendiri dan tidak bergantung subsidi dari
pusat(Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggungjawab, setiap daerah dituntut untuk dapat menggali sumber-
sumber keuangan di daerahnya.Pemberian otonomi luas kepada daerah
diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta
masyarakat. Di samping itu juga diarahkan untuk meningkatkan daya
saing daerah berdasarkan potensi yang dimiliki
(http://keuda.kemendagri.go.id).
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
merupakan dasar pelaksanaan otonomi kepada daerah yang didasarkan
atas asas desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan
bertanggung jawab, serta dinyatakan bahwa otonomi daerah adalahhak,
wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan
daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka
pelayanan dan pemberdayaan terhadap masyarakat dan pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Penyelenggaran desentralisasi memerlukan sumber pendanaan yang besar.
Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara
optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan
pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah. Sesuai
pasal 285 UU No. 23 tahun 2014, sumber pendapatan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi terdiri dari pendapatan asli daerah
(PAD), pendapatan transfer dan lain -lain pendapatan daerah yang sah.
Penyerahan urusan dan pemberian sumber pendanaan pada daerah
otonom, pada hakekatnya ditujukan untuk memberikan keleluasaan bagi
pemerintah daerah dalam menyikapi aspirasi masyarakat dan prioritas
daerah guna mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan dan
pelayanan umum kepada masyarakat di daerah, serta secara lebih luas
diharapkan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan ekonomi
daerah.

2. Rumusan Masalah
a. Otonomi di Bidang Keuangan mencakup Apa saja? Jelaskan!
b. Otonomi daerah sebenarnya mencakup pemekaran daerah atau
penggabungan daerah. Dari 2 hal tersebut kebanyakan pemisahan
daerah, mengapa? Jelaskan!
PEMBAHASAN

1. Otonomi di Bidang Keuangan


Otonomi di Bidang Keuangan mencakup dua hal yaitu :
a. Pendapatan Asli Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan.
Menurut Mardiasmo (2018) adalah penerimaan yang bersumberdari
sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
pendapatan yang diperoleh dari potensi daerah baik dari sektor pajak,
retribusi atau hasil daerah yang sah yang digunakan untuk pendanaan
dan pembangunan daerah.

b. Pembiayaan
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya

2. Otonomi daerah lebih kepada pemekaran daerah dibandingkan dengan


penggabungan daerah.
Pemekaran daerah merupakan fenomena yang mengiringi
penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia. Ini terlihat dari
peningkatan jumlah daerah otonomi baru di wilayah NKRI. Sampai saat ini
terfapat 542 daerah otonomi yang terdiri dari 34 provinsi, 415 kabupaten
dan 93 kota. Oleh karena itu diharapkan dengan hadirnya daerah-daerah
otonomi baru tersebut diharapkan mampu meningkatkan pelayanan
kesejahteraan bagi masyarakat. Hal ini sebagaimana amanat dari
semangat otonomi daerah yang termaktub dalam UU nomor 23 Tahun
2014 jo Undang-Undang Nomor 09 Tahun 2015 (Arief Maulana, 2019).
Pemekaran daerah merupakan wujud dari keinginan masyarakat di
suatu daerah untuk tumbuh dan berkembang dari segi ekonomi, politik,
sosial, budaya dan keamanan, dalam dimensi geografis. (Ikhsan, 2018)
Tujuan pemekaran daerah yang disebabkan oleh luas wilayah adalah
untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. Peningkatan
pelayanan bisa dilihat dari berbagai aspek pelayanan publik baik dari
aspek fasilitas jalan, fasilitas air bersih, fasilitas transportasi, fasilitas
pasar, fasilitas listrik, sarana peribadatan, fasilitas irigasi, jumlah sekolah,
jumlah tenaga kesehatan, jumlah fasilitas kesehatan, program pemerintah
di bidang Pendidikan, layanan administrasi dan program pemerintah di
bidang Kesehatan. Adanya pemekaran wilayah diharapkan dapat
meningkatkan kualitas dan kuantitas dari aparatur pemerintah sehingga
pelayanan kepada masyarakat semakin baik. (Abdullah dalam Rita Helber,
2019)

Anda mungkin juga menyukai