Anda di halaman 1dari 63

Modul 8

Pendapatan Asli Daerah


Dr. Drs. Rahman Mulyawan, M.Si.
endapatan daerah adalah semua penerimaan daerah dalam periode tahun
anggaran tertentu yang menjadi hak daerah. Atau dapat pula diartikan
sebagai hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih. Pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan daerah merupakan
penerimaan daerah. Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat
dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Pendapatan daerah meliputi semua
penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas
dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar
kembali oleh daerah. Pendapatan daerah dirinci menurut urusan pemerintahan
daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek, dan rincian obyek pendapatan.
Kajian mengenai pendapatan asli daerah inilah yang menjadi pokok bahasan
utama dalam Modul 8. Agar pemahaman dan wawasan Anda menjadi lebih
komprehensif, maka pada modul ini akan diuraikan potensi pendapatan asli
daerah, perimbangan keuangan pusat dan daerah, serta lain-lain pendapatan dan
pinjaman daerah.
Oleh karena itu, setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu
mengaplikasikan konsep dasar dan pengelolaan pendapatan asli daerah. Secara
khusus, setelah mempelajari materi modul ini, Anda diharapkan dapat
menjelaskan hal-hal berikut ini.
1. Potensi pendapatan asli daerah
a. sumber-sumber pendapatan asli daerah;
b. analisis potensi pendapatan asli daerah.
2. Perimbangan keuangan pusat dan daerah
a. konsep perimbangan keuangan pusat dan daerah;
b. dana alokasi umum;
c. dana alokasi khusus.
P
PENDAHULUAN
8.2 Administrasi Keuangan 
3. Lain-lain pendapatan dan pinjaman daerah:
a. lain-lain pendapatan;
b. manajemen dana pinjaman daerah;
c. sumber pembiayaan dan pinjaman daerah.
Berkaitan dengan tujuan tersebut, modul ini terdiri dari 3 (tiga) kegiatan
belajar.
1. Kegiatan Belajar 1, membahas tentang potensi pendapatan asli daerah.
2. Kegiatan Belajar 2, membahas tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
3. Kegiatan Belajar 3, membahas tentang lain-lain pendapatan dan pinjaman
daerah.
Selamat belajar!
 ADPU4333/MODUL 8 8.3
Kegiatan Belajar 1
Potensi Pendapatan Asli Daerah
A. SUMBER-SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH
Keterkaitan antara kegiatan pemerintah daerah dengan sumber keuangan
pada hakikatnya memberikan petunjuk hubungan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Hal ini tidak terlepas dari pembagian kewenangan antara
pusat dan daerah. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka
pendanaan penyelenggaraan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
pembantuan, dan juga merupakan suatu sistem pembagian keuangan yang adil,
proporsional, demokratis, transparan dan efisien dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan desentralisasi dengan mempertimbangkan potensi, kondisi dan
kebutuhan daerah
Sejalan dengan upaya untuk memantapkan kemandirian pemerintah daerah
yang dinamis dan bertanggung jawab, serta mewujudkan pemberdayaan dan
otonomi daerah dalam lingkup yang lebih nyata, maka diperlukan upaya-upaya
untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan profesionalisme sumber daya
manusia dan lembaga-lembaga publik di daerah.
Pendapatan asli daerah (PAD) bertujuan memberikan kewenangan kepada
Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan
potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Inti dari Desentralisasi Fiskal
adalah menciptakan kemandirian daerah dalam penyelenggaraan urusan daerah,
sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 Ayat (7) dari Undang-undang No. 33
Tahun 2004.
Dalam hubungannya dengan pendanaan, desentralisasi fiskal merupakan
faktor utama bagi kelancaran penyediaan dana pembangunan agar pelaksanaan
pembangunan daerah dapat berjalan secara maksimal.
1. Dukungan sumber-sumber keuangan yang berasal dari PAD, terdiri dari:
a. hasil pajak daerah;
b. hasil retribusi daerah;
c. hasil perusahaan milik daerah;
d. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;
e. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
8.4 Administrasi Keuangan 
2. Dana Perimbangan, terdiri dari:
a. bagi hasil pajak (BHP) terdiri atas pajak bumi dan bangunan (PBB),
bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan pajak
penghasilan (PPh);
b. penerimaan dari sumber daya alam;
c. dana alokasi umum (DAU);
d. dana alokasi khusus (DAK).
3. Penerimaan lain:
a. bukan pajak;
b. pinjaman daerah;
c. yang bersumber dari pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank,
lembaga keuangan bukan bank dan masyarakat yang merupakan
pendukung dalam penyelenggaraan pembangunan daerah.
Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
merupakan alat untuk melaksanakan desentralisasi fiskal perlu diterapkan
sebagai wujud dari otonomi daerah. Hal ini juga menimbulkan permasalahan
dalam pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, di
mana pelaksanaan tugas dan wewenang masing-masing tingkat pemerintahan
memerlukan dukungan dana yang besar pula.
Hubungan fiskal antara pemerintah pusat dan daerah ditandai dengan
tingginya kontrol pusat terhadap proses pembangunan daerah. Ini terlihat dari
rendahnya proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah dibanding besarnya
subsidi yang diberikan dari pemerintah pusat.
Sumber-sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi
seperti pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan (DP), lain-lain
pendapatan pinjaman daerah (PD) yang merupakan pendukung dalam
penyelenggaraan pembangunan daerah sehingga daerah dapat mengatur dan
mengurus sendiri daerahnya dalam pelaksanaan pembangunan daerahnya.
Dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, Mardiasmo (2001)
secara spesifik mengatakan bahwa sebagai kebijakan, desentralisasi fiskal
mempunyai tiga misi utama, yaitu
1. meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan
masyarakat;
2. menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah;
3. memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan.
 ADPU4333/MODUL 8 8.5
B. ANALISIS POTENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH
Dengan diberlakukannya Undang-undang No.33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
memberi makna bahwa pelaksanaan otonomi daerah lebih menekankan pada
daerah kabupaten/kota. Kemandirian dalam pengelolaan keuangan dan
mencari sumber-sumber pembiayaan yang sesuai dengan potensi dan
kemampuan keuangan daerah sebagai wujud suksesnya peningkatan kuantitas
dan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Setiap daerah diberikan hak untuk melakukan otonomi daerah dengan
memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab yang dapat
menjamin perkembangan dan pembangunan daerah. Pemberian kewenangan
dimaksud dilaksanakan secara proporsional yang diwujudkan dengan
pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang
berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Usaha untuk menggali sumber-sumber pendapatan daerah, mengalami
berbagai kendala, baik dari segi keterbatasan sumber dana itu sendiri maupun
dari segi kemampuan dan sistem pengelolaan serta penatausahaannya.
Perkembangan pembangunan daerah menghendaki juga perkembangan di sektor
pendapatan daerahnya, minimal harus dapat mengimbangi langkah-langkah
pemerintahan daerah dalam percepatan pembangunannya seperti yang
diharapkan.
Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung
jawab diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan
sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.
Dalam hal ini, kewenangan keuangan yang melekat pada setiap kewenangan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Dalam menjamin
terselenggaranya otonomi daerah yang semakin mantap maka diperlukan usahausaha
untuk meningkatkan kemampuan keuangan sendiri, yakni dengan
mengupayakan peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah, baik dengan
meningkatkan penerimaan sumber PAD yang sudah ada maupun dengan
penggalian sumber PAD yang baru sesuai dengan ketentuan yang ada serta
memperhatikan kondisi dan potensi ekonomi masyarakat.
Dalam pengelolaan keuangan daerah menyangkut 3 (tiga) bidang analisis
yang saling terkait satu sama lainnya, yaitu meliputi:
8.6 Administrasi Keuangan 
1. analisis penerimaan, yaitu analisis mengenai kemampuan pemerintah
daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatan yang potensial dan
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan pendapatan tersebut;
2. analisis pengeluaran, yaitu analisis mengenai seberapa besar biaya-biaya
dari suatu pelayanan publik dan faktor-faktor yang menyebabkan biaya
tersebut meningkat;
3. analisis anggaran, yaitu analisis mengenai hubungan antara pendapatan dan
pengeluaran serta kecenderungan yang diproyeksikan untuk masa depan.
1. Rasio Pendapatan Asli Daerah /Total Pendapatan
Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang ideal
adalah apabila setiap tingkat pemerintahan dapat independen di bidang
keuangan untuk membiayai pelaksanaan tugas dan wewenang masing-masing.
Hal utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berdiri sendiri
dalam pembangunannya terletak pada kemampuan keuangan daerah tersebut
untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri dan ketergantungan terhadap
pemerintah pusat harus seminimal mungkin, sehingga PAD harus menjadi
sumber keuangan besar yang didukung oleh kebijakan pembagian keuangan
pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan negara.
Dilihat dari sisi pendapatan, keuangan daerah yang berhasil adalah kalau
keuangan daerah mampu meningkatkan penerimaan daerah secara berkelanjutan
seiring dengan perkembangan perekonomian di daerah tersebut tanpa
memperburuk alokasi faktor-faktor produksi dan rasa keadilan dalam
masyarakat serta dengan biaya untuk mendapatkan penerimaan daerah secara
efektif dan efisien.
Inti dari desentralisasi fiskal adalah menciptakan kemandirian daerah dalam
penyelenggaraan daerah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Ayat (7)
Undang-undang tersebut. Dalam hubungannya dengan pendanaan, desentralisasi
fiskal merupakan faktor utama bagi kelancaran penyediaan dana pembangunan
agar pelaksanaan pembangunan daerah dapat berjalan secara maksimal.
Pendapatan Daerah juga merupakan variabel utama untuk menentukan
tingkat kemandirian daerah atau sering disebut dengan derajat desentralisasi
fiskal. Derajat desentralisasi fiskal ditentukan berdasarkan rasio dana daerah
terhadap total penerimaan daerah.
 ADPU4333/MODUL 8 8.7
a. Daya pajak (tax effort)
Daya pajak adalah rasio antara penerimaan pajak dengan kapasitas atau
kemampuan bayar pajak di suatu daerah. Indikator yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan membayar masyarakat adalah produk domestik
regional bruto.
Daya Pajak =
Penerimaan Pajak Penerimaan Pajak
Kemampuan Bayar
100%
Pajak PDRB

Jika PDRB suatu daerah meningkat maka kemampuan daerah dalam
membayar pajak juga akan meningkat. Ini berarti bahwa administrasi
penerimaan daerah dapat meningkatkan daya pajaknya agar pemerintah daerah
dapat meningkatkan penerimaan pajaknya.
b. Efektivitas (efectivity)
Efektivitas adalah mengukur hubungan antara hasil pungut suatu pajak
dengan potensi pajak itu sendiri. Indikator efektivitas adalah rasio antara hasil
pemungutan suatu pajak dengan hasil pajak, dengan asumsi bahwa semua wajib
pajak membayar semua pajak terutang. Efektivitas menyangkut semua tahap
administrasi penerimaan pajak, menentukan wajib pajak dan membukukan
penerimaan.
c. Efisiensi (efficiency)
Efisiensi mengukur bagian dari hasil pajak yang digunakan untuk menutup
biaya pemungutan pajak yang bersangkutan. Selain mencakup biaya langsung
kantor pajak yang bersangkutan, daya guna juga memperhitungkan biaya
langsung bagi kantor pajak, dan mungkin juga biaya mencakup biaya luar yakni
biaya mematuhi pajak bagi wajib pajak, itikad baik masyarakat dan lain
sebagainya.
2. Penilaian Pendapatan Asli Daerah
Untuk meningkatkan kemandirian daerah, pemerintah daerah harus
berupaya secara terus menerus menggali dan meningkatkan sumber
keuangannya sendiri. Salah satu masalah yang dihadapi dalam upaya
peningkatan pendapatan asli daerah adalah kelemahan dalam hal penilaian atas
pungutan daerah. Untuk mendukung itu perlu diadakan penilaian sumber PAD
8.8 Administrasi Keuangan 
agar dapat dipungut secara berkesinambungan tanpa memperburuk alokasi
faktor produksi dan keadilan.
Potensi pendapatan asli daerah adalah kekuatan yang ada di suatu daerah
untuk menghasilkan sejumlah penerimaan PAD. Untuk mengetahui potensi
sumber-sumber PAD dibutuhkan pengetahuan tentang analisis perkembangan
beberapa variabel yang dapat dikendalikan seperti kebijakan dan kelembagaan;
dan yang tidak dapat dikendalikan seperti variabel ekonomi, yang dapat
mempengaruhi kekuatan sumber-sumber penerimaan PAD.
Beberapa variabel yang perlu dianalisis untuk mengetahui potensi sumber
PAD.
a. Kondisi suatu daerah, keadaan struktur ekonomi dan sosial suatu daerah
sangatlah menentukan.
b. Besar kecil keinginan pemerintah daerah untuk menetapkan pungutan; hal
ini disebabkan karena struktur ekonomi dan sosial suatu masyarakat sangat
menentukan tinggi rendahnya tuntutan akan adanya pelayanan publik dalam
kuantitas dan kualitas tertentu.
c. Kemampuan masyarakat untuk membayar segala pungutan yang ditetapkan
oleh pemerintah daerah.
d. Peningkatan cakupan atau ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan PAD.
Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam usaha peningkatan
cakupan:
1) menambah obyek dan subyek pajak dan/atau retribusi;
2) meningkatkan besar penetapan.
3) dalam penelitian potensi pendapatan asli daerah, perlu
dipertimbangkan kemungkinan adanya kesenjangan yang disebabkan
data potensi tidak tersedia dengan akurat sehingga besarnya penetapan
pajak atau retribusi belum sesuai dengan potensi yang sebenarnya.
e. Perkembangan PDRB per kapita riil.
Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula
kemampuan seseorang untuk membayar.
3. Indikator Penilaian Pajak dan Retribusi
Berikut ini, beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melakukan
penilaian pajak dan retribusi.
a. Hasil (yield), yaitu memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitannya
dengan berbagai layanan yang dibiayainya, stabilitas dan mudah tidaknya
memperkirakan besarnya hasil pajak tersebut, perbandingan hasil pajak
 ADPU4333/MODUL 8 8.9
dengan biaya pungutan, elastisitas hasil pajak terhadap inflasi, pertambahan
penduduk, pertambahan pendapatan dan sebagainya.
b. Keadilan (equality), dalam hal ini, dasar pajak dan kewajiban membayarnya
harus jelas dan adil, artinya beban pajak harus sama antara berbagai
kelompok yang berbeda, tetapi dengan kedudukan ekonomi yang sama dan
beban pajak harus lebih banyak ditanggung oleh kelompok yang memiliki
sumber daya yang lebih besar.
c. Efisiensi ekonomi (efficiency), pajak/retribusi daerah hendaknya
mendorong atau setidaknya tidak menghambat penggunaan sumber daya
secara efisien dan efektif dalam kehidupan ekonomi.
d. Kemampuan melaksanakan (ability to implement), dalam hal ini suatu pajak
haruslah dapat dilaksanakan, baik dari aspek politik maupun administratif.
1) Jelaskan otonomi daerah dalam hubungannya dengan kemampuan
keuangan daerah. Daerah bagaimana yang diuntungkan dan daerah
bagaimana yang dirugikan?
2) Apa saja misi utama yang diharapkan dari kebijakan otonomi daerah?
Apakah ketiga misi tersebut saat ini sudah terealisasi di daerah Anda?
3) Jelaskan perbedaan analisis penerimaan, analisis pengeluaran dan analisis
anggaran?
4) Penerimaan dari pajak restoran misalnya 1 miliar dan biaya untuk
memungut pajak tersebut sebesar 1,1 miliar. Berapa efisiensi pemungutan
pajak? Apakah pajak ini sebaiknya tidak dipungut?
5) Jelaskan indikator untuk menilai pajak dan retribusi!
Petunjuk Jawaban Latihan
1. Cobalah Anda baca terlebih dahulu materi tentang “Potensi Pendapatan
Asli Daerah” dari Kegiatan Belajar 1 ini.
2. Cobalah Anda pelajari terlebih dahulu dengan seksama materi tentang
“Potensi Pendapatan Asli Daerah”, yang terdapat dalam Kegiatan Belajar 1.
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
8.10 Administrasi Keuangan 
Sumber pendapatan asli daerah terdiri dari:
1. hasil pajak daerah;
2. retribusi daerah;
3. hasil perusahaan milik daerah;
4. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;
5. lain-lain pendapatan yang sah.
Dalam melakukan analisis pendapatan daerah digunakan ratio-ratio,
antara lain:
1. ratio pendapatan asli daerah/total pendapatan;
2. untuk mengukur pendapatan pajak digunakan ratio;
3. daya pajak;
4. efektivitas pemungutan pajak;
5. efisiensi pemungutan pajak.
Indikator penilaian pajak dan retribusi daerah, adalah
1. hasil,
2. keadilan,
3. efisiensi,
4. kemampuan melaksanakan.
1) Dana Perimbangan terdiri dari hal-hal di bawah ini, kecuali ....
A. bagi hasil pajak (BHP) terdiri atas penerimaan negara bukan pajak,
pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan (BPHTB) dan pajak penghasilan (PPh)
B. penerimaan dari sumber daya alam
C. dana alokasi umum (DAU)
D. dana alokasi khusus (DAK)
RANGKUMAN
TES FORMATIF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
 ADPU4333/MODUL 8 8.11
2) Indikator yang berkaitan dengan memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam
kaitannya dengan berbagai layanan yang dibiayainya, stabilitas dan mudah
tidaknya memperkirakan besarnya hasil pajak tersebut, perbandingan hasil
pajak dengan biaya pungutan elastisitas hasil pajak terhadap inflasi,
pertambahan penduduk, pertambahan pendapatan dan sebagainya untuk
melakukan penilaian pajak dan retribusi, disebut ….
A. hasil
B. keadilan
C. efisiensi
D. kemampuan
3) Indikator yang berkaitan dengan dasar pajak dan kewajiban membayarnya
harus jelas dan adil, artinya beban pajak harus sama antara berbagai
kelompok yang berbeda, tetapi dengan kedudukan ekonomi yang sama dan
beban pajak harus lebih banyak ditanggung oleh kelompok yang memiliki
sumber daya yang lebih besar, disebut ….
A. hasil
B. keadilan
C. efisiensi
D. kemampuan
4) Indikator yang berkaitan dengan mendorong atau setidaknya tidak
menghambat penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif dalam
kehidupan ekonomi, disebut …
A. hasil
B. keadilan
C. efisiensi
D. kemampuan
5) Indikator yang berkaitan dengan dapat dilaksanakan, baik dari aspek politik
maupun administratif, disebut ….
A. hasil
B. keadilan
C. efisiensi
D. kemampuan
8.12 Administrasi Keuangan 
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum
dikuasai.
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
100%
Jumlah Soal

 ADPU4333/MODUL 8 8.13
Kegiatan Belajar 2
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
A. KONSEP PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH.
Dana Perimbangan merupakan salah satu sumber Penerimaan Daerah
sebagaimana diatur dalam Undang-undang No.33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Lahirnya undang-undang tersebut didasari oleh suatu alasan bahwa
penyerahan kewenangan yang lebih luas kepada daerah sebagai pelaksanaan
Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sebagai
petunjuk pelaksanaannya, maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah No.55 Tahun
2005 tentang Dana Perimbangan.
Dana perimbangan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan keuangan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antara pemerintahan daerah. Dana
perimbangan yang terdiri dari dana bagi hasil (DBH) dari penerimaan pajak dan
SDA, dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK) merupakan
sumber pendanaan bagi daerah dalam pelaksanaan desentralisasi yang
alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain mengingat tujuan
masing-masing jenis penerimaan tersebut saling mengisi dan melengkapi.
Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka-angka persentase tertentu dan
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana alokasi umum, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan dan bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan belanja
pegawai, kebutuhan fiskal dan potensi daerah.
Kebutuhan daerah dicerminkan dari luas daerah, keadaan geografis, jumlah
penduduk, tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di daerah dan tingkat
pendapatan masyarakat di daerah. Kapasitas fiskal dicerminkan dari pendapatan
asli daerah, dana bagi hasil pajak dan sumber daya alam.
Dana alokasi khusus adalah dana yang bersumber dari APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional, sesuai dengan fungsi yang merupakan perwujudan tugas
8.14 Administrasi Keuangan 
kepemerintahan di bidang tertentu, khususnya dalam upaya pemenuhan
kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.
Melalui penyempurnaan prinsip-prinsip, mekanisme, dan penambahan
persentase beberapa komponen dana perimbangan, diharapkan daerah dapat
meningkatkan fungsi pemerintahan daerah sebagai ujung tombak dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini memberikan konsekuensi
terhadap besarnya dana yang diperlukan untuk membiayai pelaksanaan kegiatan
pemerintahan di daerah.
Perimbangan keuangan pusat dan daerah yang ideal adalah apabila setiap
tingkat pemerintahan independen di bidang keuangan untuk membiayai
pelaksanaan tugas dan wewenang masing-masing. Hal ini berarti sumber
pendapatan sendiri menjadi sumber pendapatan utama atau subsidi dari tingkat
pusat menjadi sumber pendapatan yang kurang penting. Pendapatan daerah
merupakan variabel utama untuk menentukan tingkat kemandirian daerah atau
sering disebut kemandirian fiskal.
Implementasi perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah
diharapkan dapat menjembatani pemenuhan kebutuhan pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan di daerah, baik implementasi dalam peraturan
pelaksanaannya maupun realisasi dari dana yang diserahkan kepada daerah.
Ada 4 (empat) kriteria untuk menjamin sistem hubungan keuangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang baik:
1. harus memberikan pembagian kewenangan yang rasional dari berbagai
tingkat pemerintahan mengenai penggalian sumber dana pemerintah dan
kewenangan penggunaannya;
2. menyajikan suatu bagian yang memadai dari sumber-sumber dana
masyarakat secara keseluruhan untuk membiayai pelaksanaan fungsi-fungsi
penyediaan pelayanan pembangunan yang diselenggarakan pemerintah
daerah;
3. sejauh mungkin membagi pengeluaran pemerintah secara adil di antara
daerah-daerah atau sekurang-kurangnya memberikan prioritas pada
pemerataan pelayanan kebutuhan dasar tertentu;
4. pajak dan retribusi yang dikenakan pemerintah daerah harus sejalan dengan
distribusi yang adil atas beban keseluruhan dari pengeluaran pemerintah
dalam masyarakat.
Dampak dari penerapan desentralisasi fiskal adalah menciptakan
kemandirian daerah dalam penyelenggaraan urusan daerah, artinya perimbangan
keuangan antara pusat dan daerah terjadi apabila setiap tingkat pemerintahan
dapat independen di bidang keuangan untuk membiayai pembangunan daerah
masing-masing. Dampak dari penerapan fiskal berdasarkan Undang-undang
 ADPU4333/MODUL 8 8.15
No.33 Tahun 2004 mendorong tingkat kemandirian daerah dalam pendanaan
pembangunan daerah. Pada daerah yang telah melakukan persiapan-persiapan
yang matang dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah akan dapat
menentukan seberapa besar kemampuannya untuk melaksanakan program
pembangunan.
Pengelolaan keuangan daerah dalam rangka desentralisasi dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisiensi, ekonomis, efektif dan
transparan serta bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatuhan
dan manfaat untuk masyarakat.
1. Dana Bagi Hasil Pajak dan Sumber Daya Alam
a. Hasil yang bersumber dari pajak
1) Pajak bumi dan bangunan (PBB).
2) Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB).
3) Pajak penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak orang
pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21.
b. Hasil dari sumber daya alam
1) Kehutanan.
2) Pertambangan umum.
3) Perikanan.
4) Pertambangan minyak bumi.
5) Pertambangan gas bumi.
6) Pertambangan panas bumi.
c. Dana bagi hasil dari pajak
1) Dana bagi hasil penerimaan PBB:
a) 90% (sembilan puluh persen) untuk daerah dengan rincian:
(1) 16,2% (enam belas dua persepuluh persen) untuk daerah
provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke rekening kas
umum daerah provinsi;
(2) 64,8% (enam puluh empat delapan persepuluh persen) untuk
daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan disalurkan ke
rekening kas umum daerah kabupaten/kota; dan
(3) 9% (sembilan persen) untuk biaya pemungutan.
8.16 Administrasi Keuangan 
b) 10% (sepuluh persen) bagian pemerintah dari penerimaan PBB
dibagikan kepada seluruh daerah kabupaten dan kota yang
didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun anggaran
berjalan, dengan imbangan sebagai berikut:
(1) 65% (enam puluh lima persen) dibagikan secara merata
kepada seluruh daerah kabupaten/kota; dan
(2) 35% (tiga puluh lima persen) dibagikan sebagai insentif
kepada daerah kabupaten dan kota yang realisasi tahun
sebelumnya mencapai /melampaui rencana penerimaan sektor
tertentu.
2) Dana bagi hasil dari penerimaan BPHTB untuk daerah.
a) 80% (delapan puluh persen) dengan rincian:
(1) 16% (enam belas persen) untuk daerah provinsi yang
bersangkutan dan disalurkan ke Rekening kas Umum Daerah
provinsi; dan
(2) 64% (enam puluh empat persen) untuk daerah kabupaten dan
kota penghasil dan disalurkan ke rekening kas umum daerah
kabupaten/kota.
b) 20% (dua puluh persen) bagian pemerintah dari penerimaan
BPHTB dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh
kabupaten dan kota.
3) Dana bagi hasil penerimaan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak
orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21.
Penerimaan negara dari pajak penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29
wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21 dibagikan
kepada dengan rincian sebagai berikut.
a) 80% delapan puluh persen) bagian Pemerintah.
b) 20% (dua puluh persen) dibagi antara Pemerintah Daerah provinsi
dan kabupaten/kota.dibagi dengan imbangan:
(1) 8% (delapan persen) untuk provinsi yang bersangkutan;
(2) 12% (dua belas persen) untuk kabupaten/kota dalam provinsi
yang bersangkutan, dengan perincian sebagai berikut.
(a) 8,4% (delapan empat persepuluh persen) untuk
kabupaten/kota tempat wajib pajak terdaftar;
(b) 3,6% (tiga enam persepuluh persen) untuk seluruh
kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan
dengan bagian yang sama besar.
 ADPU4333/MODUL 8 8.17
Alokasi definitif dana bagi hasil PPh Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak
orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21 masing-masing daerah untuk
Tahun Anggaran 2006 didasarkan atas prognosa realisasi penerimaan PPh
Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh
Pasal 21.
Alokasi definitif merupakan koreksi atas penetapan alokasi sementara dana
bagi hasil.
2. Dana Bagi Hasil dari Sumber Daya Alam (SDA)
a. Penerimaan iuran hak pengusahaan hutan (IHPH)
Dari Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)yang dihasilkan dari wilayah
Daerah yang bersangkutan dibagi dengan imbangan:
1) 20% (dua puluh persen) untuk pemerintah;
2) 80% (delapan puluh persen) untuk daerah.
b. Penerimaan kehutanan yang berasal dari dana reboisasi
dibagi dengan imbangan:
1) 60% (enam puluh persen) untuk pemerintah; dan
2) 40% (empat puluh persen) untuk daerah.
c. Penerimaan pertambangan umum
Yang dihasilkan dari wilayah daerah provinsi adalah sebesar 80% (delapan
puluh persen) untuk provinsi yang bersangkutan, dengan rincian sebagai
berikut.
1) 26% (dua puluh enam persen) untuk provinsi yang bersangkutan.
2) 54% (lima puluh empat persen) untuk kabupaten/ kota lainnya dalam
provinsi yang bersangkutan.
d. DBH sumber daya alam perikanan, berasal dari penerimaan secara
nasional
1) 20% (dua puluh persen) untuk pemerintah;
2) 80% (delapan puluh persen) dibagikan dengan porsi yang sama besar
untuk seluruh kabupaten/kota.
8.18 Administrasi Keuangan 
e. DBH sumber daya alam pertambangan minyak bumi
Sebesar 15,5% (lima belas setengah persen) berasal dari penerimaan negara
sumber daya alam pertambangan minyak bumi dari wilayah kabupaten/kota
yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan
lainnya, dibagi dengan rincian sebagai berikut.
1) 3% (tiga persen) dibagikan untuk provinsi.
2) 6% (enam persen) dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil.
3) 6% (enam persen) dibagikan untuk seluruh kabupaten/kota lainnya
dalam provinsi yang bersangkutan.
4) 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rincian:
a) 0,1% (satu persepuluh persen) untuk provinsi yang bersangkutan;
b) 0,2% (dua persepuluh persen) untuk kabupaten/kota penghasil;
c) 0,2% (dua persepuluh persen) untuk seluruh kabupaten/kota
lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
f. Penerimaan pertambangan gas bumi
Yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan setelah dikurangi
komponen pajak dan pungutan lainnya sesuai dengan peraturan perundangundangan,
dibagi dengan imbangan:
1) 69,5% (enam puluh sembilan setengah persen) untuk pemerintah, dan
2) 30,5% (tiga puluh setengah persen) untuk daerah.
DBH pertambangan gas bumi sebesar 30,5% (tiga puluh setengah persen)
berasal dari penerimaan negara sumber daya alam pertambangan gas bumi
dari wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan setelah dikurangi
komponen pajak dan pungutan lainnya, dibagi dengan rincian sebagai
berikut.
a) 6% (enam persen) dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan.
b) 12% (dua belas persen) dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil.
c) 12% (dua belas persen).
d) 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rincian:
(1) 0,1% (satu persepuluh persen) dibagikan untuk provinsi yang
bersangkutan;
(2) 0,2 % (dua persepuluh persen) dibagikan untuk kabupaten/kota
penghasil;dan
(3) 0,2% (dua persepuluh persen) dibagikan untuk kabupaten/kota
lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
 ADPU4333/MODUL 8 8.19
g. Pertambangan panas bumi
Yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan yang merupakan
penerimaan negara bukan pajak, dibagi dengan imbangan:
1) 20% (dua puluh persen) untuk pemerintah;
2) 80% (delapan puluh persen) untuk daerah.
Dana bagi hasil dari penerimaan pertambangan panas bumi dibagikan
kepada daerah dibagi dengan rincian berikut.
1) 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan.
2) 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten /kota penghasil.
3) 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota lainnya dalam
provinsi yang bersangkutan.
B. DANA ALOKASI UMUM
Tujuan pengalokasian DAU ini selain memang dalam kerangka otonomi
pemerintahan di tingkat daerah, juga memiliki tujuan lain. Salah satu tujuan
penting pengalokasian DAU ini adalah dalam kerangka pemerataan kemampuan
pelayanan publik di antara pemerintah daerah di Indonesia. DAU dimaksudkan
untuk dapat memperbaiki pemerataan perimbangan keuangan yang ditimbulkan
oleh sumber daya alam, oleh karena sumber perimbangan dana keuangan pusat
dan daerah yang berasal dari sumber daya alam yang tidak merata.
Dana alokasi umum, terdiri dari dana alokasi umum untuk daerah
1. provinsi,
2. kabupaten/kota.
Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua puluh
enam persen) dari pendapatan dalam negeri neto, yang dimaksud dengan
pendapatan dalam negeri neto, adalah pendapatan dalam negeri setelah
dikurangi dengan penerimaan negara yang dibagi hasilkan kepada daerah, dan
ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara tahun anggaran yang
bersangkutan.
1. Dana Alokasi Umum
Untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan sebagai berikut.
a. Untuk daerah provinsi sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah
keseluruhan dana alokasi umum.
8.20 Administrasi Keuangan 
b. Untuk daerah kabupaten/kota sebesar 90% (sembilan puluh persen) dari
jumlah keseluruhan dana alokasi umum.
Penghitungan dana alokasi umum masing-masing daerah provinsi dan
kabupaten /kota dilakukan dengan menggunakan formula dana alokasi umum
sesuai dengan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah.
DAU untuk suatu daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan
berdasarkan alokasi dasar dan celah fiskal.
a. Celah fiskal (CF)
Celah fiskal daerah provinsi dan kabupaten/kota dihitung dari kebutuhan
fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal masing-masing daerah provinsi dan
kabupaten/kota.
Celah fiskal (CF) untuk suatu kabupaten/kota dihitung berdasarkan
perkalian bobot kabupaten/kota yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh
kabupaten/kota.
Dana alokasi umum atas dasar celah fiskal dihitung berdasarkan perkalian
bobot celah fiskal masing-masing daerah provinsi atau kabupaten/kota dengan
jumlah keseluruhan dana alokasi umum daerah provinsi atau kabupaten/kota.
b. Kebutuhan fiskal (KF)
Kebutuhan fiskal daerah yang dimaksud dihitung berdasarkan perkalian
antara total belanja daerah rata-rata dengan penjumlahan dari perkalian masingmasing
bobot variabel dengan indeks jumlah penduduk, indeks luas wilayah,
indeks kemahalan konstruksi, indeks pembangunan manusia dan indeks produk
domestik regional bruto per kapita.
Parameter dimaksud sebagai indikator untuk mengukur tingkat kesenjangan
kemampuan keuangan antar daerah dalam rangka pendanaan pelaksanaan
desentralisasi. Semakin kecil nilai indeks, semakin baik tingkat pemerataan
kemampuan keuangan antardaerah.
c. Kapasitas fiskal
Kapasitas fiskal merupakan penjumlahan dari pendapatan asli daerah (PAD)
dan dana bagi hasil (DBH).
 ADPU4333/MODUL 8 8.21
d. Alokasi dasar
Dana alokasi umum atas dasar alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah
gaji pegawai negeri sipil daerah termasuk kenaikan gaji pokok, tunjangan
struktural, tunjangan fungsional, pemberian gaji bulan ke 13, dan gaji bagi calon
pegawai negeri sipil daerah.
Penghitungan dana alokasi umum untuk masing-masing daerah provinsi dan
kabupaten/kota dilakukan dengan menggunakan formula dana alokasi umum
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
1) Daerah yang memilik nilai celah fiskal lebih besar dari 0 (nol), menerima
dana alokasi umum sebesar alokasi dasar ditambah celah fiskal.
2) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan 0 (nol), menerima
dana alokasi umum sebesar alokasi dasar.
3) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut
lebih kecil dari alokasi dasar, menerima dana alokasi umum sebesar
alokasi dasar setelah diperhitungkan nilai celah fiskal.
Dana perimbangan tersebut merupakan kelompok sumber pembiayaan
pelaksanaan desentralisasi yang alokasinya tidak terpisahkan satu dengan
lainnya, mengingat tujuan masing-masing dan saling melengkapi. Oleh karena
itu, DAU diformulasikan sedemikian rupa sehingga mampu mengatasi
kesenjangan yang mencolok antardaerah yang berbeda potensinya.
C. DANA ALOKASI KHUSUS
Dana alokasi khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Dana alokasi khusus dialokasikan kepada daerah tertentu yang memenuhi
kriteria yang ditetapkan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah, sesuai dengan fungsi seperti ditetapkan dalam APBN. Daerah
tertentu dimaksudkan adalah daerah yang dapat memperoleh alokasi DAK
berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
Dana alokasi khusus dialokasikan untuk membantu daerah mendanai
kebutuhan fisik sarana dan prasarana dasar yang merupakan prioritas nasional di
bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur (jalan, irigasi, dan air bersih),
8.22 Administrasi Keuangan 
kelautan dan perikanan, pertanian, prasarana pemerintahan daerah, serta
lingkungan hidup. Penghitungan alokasi DAK dilakukan melalui dua
(2) tahapan, yaitu penentuan
1. daerah tertentu yang menerima DAK;
2. besaran alokasi DAK masing-masing daerah.
Besaran alokasi DAK masing-masing daerah ditentukan dengan
perhitungan indeks berdasarkan kriteria. Pemerintah menetapkan kriteria DAK
yang meliputi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
1. Kriteria Umum
Kriteria Umum dihitung untuk melihat kemampuan APBD untuk
membiayai kebutuhan-kebutuhan dalam rangka pembangunan daerah yang
dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi dengan belanja pegawai.
a. Pengalokasian DAK diprioritaskan untuk daerah-daerah yang memiliki
kemampuan fiskal rendah atau di bawah rata-rata nasional.
b. Kemampuan fiskal daerah didasarkan pada selisih antara realisasi
penerimaan umum daerah (pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dan
dana bagi hasil) dengan belanja pegawai negeri sipil daerah pada APBD
Tahun Anggaran 2005.
2. Kriteria Khusus
Kriteria khusus yang dimaksud, adalah DAK dialokasikan kepada daerah
tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan bagian dari Program
yang menjadi prioritas nasional.
Karakteristik daerah antara lain daerah pesisir dan kepulauan, daerah
perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/terpencil, daerah yang termasuk
daerah ketahanan pangan, dan daerah pariwisata. Daerah rawan banjir/longsor,
daerah penampung transmigrasi, daerah yang memiliki pulau-pulau kecil
terdepan, daerah yang alokasi DAU-nya dalam tahun 2007 tidak mengalami
kenaikan, daerah rawan pangan dan/atau kekeringan, daerah pasca konflik,
daerah penerima pengungsi.
Kegiatan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah mengutamakan kegiatan
pembangunan dan/atau pengadaan dan/ atau peningkatan dan/ atau perbaikan
sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat dengan umur ekonomis
yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang.
 ADPU4333/MODUL 8 8.23
Program yang menjadi prioritas nasional dimuat dalam rencana kerja
pemerintah tahun anggaran yang bersangkutan.
3. Kriteria Teknis
Kriteria teknis disusun berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus
yang akan didanai DAK. Kriteria teknis dirumuskan melalui indeks teknis oleh
menteri teknis terkait dan kemudian disampaikan kepada menteri keuangan.
Kriteria teknis kegiatan DAK untuk bidang pendidikan dirumuskan oleh
menteri pendidikan nasional, bidang kesehatan dirumuskan oleh menteri
kesehatan, bidang infrastruktur jalan, irigasi dan air bersih dan sanitasi
dirumuskan menteri pekerjaan umum, bidang kelautan dan perikanan
dirumuskan oleh menteri kelautan dan perikanan, bidang pertanian dirumuskan
oleh menteri pertanian, bidang prasarana pemerintahan daerah dirumuskan oleh
menteri dalam negeri, dan bidang lingkungan hidup dirumuskan oleh menteri
negara lingkungan hidup.
Kriteria teknis antara lain meliputi standar kualitas/kuantitas konstruksi,
serta perkiraan manfaat lokal dan nasional yang menjadi indikator dalam
perhitungan teknis.
Daerah penerima DAK wajib menyediakan dana pendamping sekurangkurangnya
10 % (sepuluh persen) dari alokasi DAK, dana pendamping ini wajib
dianggarkan dalam APBD, hanya saja untuk daerah dengan kemampuan fiskal
tertentu tidak diwajibkan menyediakan dana pendamping. Kemampuan fiskal
tertentu apabila daerah yang selisih antara penerimaan umum APBD dan belanja
pegawainya sama dengan nol atau negatif.
Kewajiban penyediaan dana pendamping menunjukkan komitmen daerah
terhadap bidang kegiatan yang didanai dari DAK yang merupakan kewenangan
daerah.
Yang dimaksud kegiatan fisik, adalah kegiatan di luar kegiatan administrasi
proyek fisik, kegiatan penelitian, kegiatan pelatihan, kegiatan perjalanan
pegawai daerah, dan kegiatan umum lain yang sejenis.
4. Perencanaan Teknis (Kasus Tahun 2007)
a. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128/PMK 07/2006 tetang
Penetapan Alokasi dan Pedoman Umum Pengelolaan Dana Alokasi Khusus
tahun anggaran 2007. Direktorat jenderal perbendaharaan menerbitkan surat
rincian alokasi anggaran (SRAA)-DAK tahun anggaran 2007.
b. Alokasi DAK wajib dicantumkan dalam APBD Tahun Anggaran 2007.
8.24 Administrasi Keuangan 
c. Kepala daerah penerima DAK menyusun rencana penggunaan DAK sesuai
peraturan menteri keuangan.
d. Rencana penggunaan dituangkan dalam bentuk rencana daerah (RD) yang
memuat rincian kegiatan yang akan didanai DAK beserta rencana biaya
yang bersumber dari DAK dan dana pendamping.
e. Berdasarkan RD kepala daerah menyusun konsep DIPA dan disampaikan
kepada direktur jenderal perbendaharaan c.q kepala kantor wilayah
direktorat jenderal perbendaharaan setempat.
f. Atas dasar DIPA DAK, kepala daerah penerima DAK menyusun DPASKPD
atau dokumen pelaksana anggaran sejenis lainnya dan menginginkan
1(satu) eksemplar kepada kepala kantor wilayah direktorat jenderal
perbendaharaan setempat.
g. Berdasarkan SRAA-DAK, kepala kantor wilayah direktorat jenderal
perbendaharaan setempat melakukan konfirmasi atas RD dan DIPA dengan
kepala daerah penerima DAK atau pejabat yang ditunjuk.
h. Konfirmasi dilakukan dengan cara melihat kesesuaian kegiatan antara RD
dengan peraturan menteri keuangan ini dan petunjuk teknis yang diterbitkan
oleh menteri teknis terkait.
i. Dalam melaksanakan konfirmasi, kepala kantor wilayah perbendaharaan
setempat tidak dapat mengurangi besaran alokasi DAK yang telah
ditetapkan oleh menteri keuangan.
j. Kepala kantor wilayah direktorat jenderal perbendaharaan setempat atas
nama menteri keuangan mengesahkan surat pengesahan DIPA alokasi
khusus (SP-DIPA DAK).
k. Atas dasar DIPA DAK, kepala daerah penerima DAK menyusun DPASKPD
atau dokumen pelaksanaan anggaran sejenis lainnya dan
mengirimkan 1(satu) eksemplar kepada kepala kantor wilayah direktorat
jenderal perbendaharaan setempat.
l. DPA-SKPD atau dokumen pelaksana anggaran sejenis lainnya memuat
kegiatan dan alokasi DAK serta dana pendampingnya.
m. Dalam hal tidak terdapat kesesuaian DPA-SKPD atau dokumen pelaksana
anggaran sejenis lainnya dengan DIPA DAK, Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal.
Perbendaharaan setempat mengembalikan DPA-SKPD dimaksud untuk
direvisi dan disesuaikan dengan DIPA DAK.
 ADPU4333/MODUL 8 8.25
5. Penghitungan Alokasi
Besaran alokasi dana alokasi khusus masing-masing daerah ditentukan
dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus dan
kriteria teknis.
6. Kelembagaan
Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan DAK dapat dibentuk tim
koordinasi pada masing-masing pemerintah daerah. masing-masing kepala
daerah dapat menunjuk dan mengukuhkan pejabat daerah yang menangani
koordinasi perencanaan pembangunan daerah sebagai koordinator tim
koordinasi dengan anggota dari masing-masing dinas pelaksana DAK.
Tim Koordinasi bertugas:
a. mengoordinasikan kegiatan DAK dalam hal perencanaan, pelaksanaan,
pelaporan dan pemantauan;
b. mengoordinasikan kegiatan DAK agar terjadi sinkronisasi, sinergi, dan
tidak tumpang tindih dengan kegiatan pembangunan lainnya;
c. mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan aspek
transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas pada masing-masing kegiatan
DAK.
7. Pemantauan dan Pengawasan
a. Menteri perencanaan pembangunan nasional bersama menteri teknis
melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pemanfaatan dan teknis
pelaksanaan kegiatan yang didanai dari DAK sesuai dengan kewenangan
masing-masing.
b. Menteri keuangan melakukan pemantauan dan evaluasi pengelolaan
keuangan DAK.
c. Pengawasan fungsional/pemeriksaan pelaksanaan kegiatan dan
pengelolaan keuangan DAK dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
8. Pelaporan
Kepala daerah menyampaikan laporan triwulan yang memuat pelaksanaan
kegiatan dan penggunaan DAK kepada:
a. menteri keuangan cq direktur jenderal perimbangan keuangan dan direktur
jenderal perbendaharaan dengan menggunakan format sesuai dengan
lampiran peraturan menteri keuangan Nomor 128/PMK.07/2006 tentang
8.26 Administrasi Keuangan 
Penetapan Alokasi dan Pedoman Umum Pengelolaan Dana Alokasi
Khusus.
b. menteri teknis;dan
c. menteri dalam negeri.
Penyaluran DAK dapat ditunda apabila daerah tidak menyampaikan laporan
triwulan yang dilakukan selambat-lambatnya 14 (empat belas hari setelah
triwulan berakhir.
1) Jelaskan bagi hasil pajak dari pemerintah pusat ke daerah!
2) Jelaskan pembagian penerimaan dari pajak bumi dan bangunan!
3) Jelaskan apa beda antara DAU dan DAK!
4) Bagaimana tahapan dalam penghitungan alokasi DAK? Apakah daerah
saudara layak untuk dapat DAK? DAK kegiatan apa? Alasannya apa?
5) Bagaimana mekanisme pelaporan DAK?
Petunjuk Jawaban Latihan
1. Cobalah Anda baca terlebih dahulu materi tentang “Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah” dari Kegiatan Belajar 2 ini.
2. Cobalah Anda pelajari terlebih dahulu dengan seksama materi tentang
“Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah”, yang terdapat dalam Kegiatan
Belajar 2.
1. Sesuai dengan makna konsep otonomi daerah yang utamanya adalah
desentralisasi atau penyerahan wewenang kepada daerah maka
kewajiban pusat adalah menyerahkan sebagian urusan
pemerintahannya kepada daerah secara konsekuen, sesuai konsensus
yang ada.
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
RANGKUMAN
 ADPU4333/MODUL 8 8.27
2. Kewajiban pemerintah pusat, adalah memberikan standar, arahan,
bimbingan pelatihan supervisi, pengendalian, koordinasi, pemantauan,
dan evaluasi.
3. Pemerintah pusat juga berkewajiban memberikan fasilitasi yang berupa
pemberian peluang, kemudahan, bantuan dan dorongan agar dalam
melaksanakan otonomi dapat dilakukan secara efisien dan efektif
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Kewajiban lain yang harus dilaksanakan oleh pusat adalah pemberian
sumber-sumber keuangan untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
5. Hal ini penting terutama karena tidak mungkin bagi pemerintah daerah
untuk melaksanakan kewenangan tanpa adanya sumber keuangan yang
mendukung pelaksanaannya.
6. Kewajiban pemerintah daerah adalah melaksanakan pelayanan publik
berdasarkan wewenang yang diterimanya sesuai dengan prinsip
otonomi daerah yang mendekatkan pelayanan publik menjadi lebih
baik, karena pemerintah daerah lebih memiliki kesempatan untuk
melihat secara lebih dekat dan merasakan permasalahan-permasalahan
yang dihadapi masyarakat.
7. Pemerintah Daerah juga memiliki kewajiban untuk mengelola
keuangannya secara benar. Pengelolaan Keuangan haruslah ditujukan
untuk kegiatan atau program yang jelas manfaatnya.
8. Pemerintah daerah juga berkewajiban untuk mengembangkan
kreativitasnya. Kreativitas di sini merupakan upaya daerah, dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada, untuk melakukan upaya agar
pelaksanaan prinsip-prinsip otonomi daerah dapat dilaksanakan dengan
semestinya.
9. Pemerintah daerah memiliki hak untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahannya, hal ini diwujudkan antara lain dalam
kebebasan untuk merencanakan pembangunan daerahnya.
1) Dana Perimbangan bertujuan untuk ….
A. menciptakan keseimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dan antara Pemerintahan Daerah
B. menciptakan keadilan keuangan Pusat dan Daerah
C. menciptakan pemerataan keuangan Pusat dan Daerah
D. menciptakan efisiensi dan efektifitas keuangan Pusat dan Daerah
TES FORMATIF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
8.28 Administrasi Keuangan 
2) Dana perimbangan terdiri dari hal-hal di bawah ini, kecuali ....
A. dana bagi hasil (DBH) dari penerimaan pajak dan SDA
B. dana alokasi umum (DAU)
C. dana alokasi khusus (DAK)
D. dana alokasi istimewa
3) Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
daerah berdasarkan angka-angka persentase tertentu dan untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, disebut ....
A. dana perimbangan
B. dana bagi hasil
C. dana alokasi umum
D. dana alokasi khusus
4) Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan bertujuan
untuk pemerataan kemampuan keuangan antardaerah melalui penerapan
formula yang mempertimbangkan kebutuhan belanja pegawai, kebutuhan
fiskal dan potensi daerah, disebut dana....
A. perimbangan
B. alokasi umum
C. alokasi khusus
D. bagi hasil
5) Dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu
dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi
yang merupakan perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu,
khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pelayanan dasar masyarakat, disebut dana....
A. alokasi khusus
B. alokasi umum
C. perimbangan
D. bagi hasil
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.
 ADPU4333/MODUL 8 8.29
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum
dikuasai.
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
100%
Jumlah Soal

8.30 Administrasi Keuangan 
Kegiatan Belajar 3
Lain-lain Pendapatan dan Pinjaman Daerah
A. LAIN-LAIN PENDAPATAN
Prinsip kebijakan perimbangan keuangan sesuai dengan Undang-undang
No.33 Tahun 2004 adalah perimbangan keuangan antara pemerintah dan
pemerintahan daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka
pendanaan penyelenggaraan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan.
Sumber pendanaan penyelenggaraan asas desentralisasi, asas dekonsentrasi
di daerah terdiri atas pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman
daerah, dan lain-lain pendapatan.
Salah satu komponen lain-lain pendapatan yang dinyatakan dalam Pasal 43
Undang-undang No.33 Tahun 2004 sebagai bentuk hubungan keuangan antara
pemerintah pusat dan pemerintahan daerah adalah hibah.
Lain-lain pendapatan bagi suatu daerah adalah berupa pendapatan hibah dan
dana darurat. Hibah daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang berasal
dari pemerintah dalam/luar negeri, badan/lembaga dalam/luar negeri atau
perseorangan yang tidak perlu dibayar kembali. Penerimaan ini bersifat tidak
mengikat sehingga tidak dapat mempengaruhi kebijakan daerah.
Hibah digunakan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan daerah, dapat
berupa dana, barang maupun jasa termasuk tenaga ahli atau pelatihan.
Kalau sumber hibah daerah berasal dari luar negeri maka dilakukan melalui
Pemerintah dan dituangkan dalam naskah perjanjian antara pemerintah dan
pemberi hibah luar negeri dan digunakan sesuai dengan naskah perjanjian.
dengan demikian pemerintah bertindak sebagai pihak yang menerus hibahkan
kepada daerah. Pemerintah daerah dapat menggunakan untuk menunjang
peningkatan fungsi pemerintahan dan layanan dasar umum serta pemberdayaan
aparatur daerah.
1. Hibah dari Luar Negeri Bersumber
a. Bilateral, adalah hibah yang berasal dari pemerintah suatu negara melalui
suatu lembaga/badan keuangan yang ditunjuk oleh pemerintah negara yang
bersangkutan untuk melaksanakan pemberian hibah.
b. Multilateral, adalah hibah yang berasal dari lembaga multilateral.
 ADPU4333/MODUL 8 8.31
c. Donor lainnya, adalah badan/lembaga /organisasi/ kelompok masyarakat/
perorangan luar negeri yang tidak termasuk lembaga bilateral dan
multilateral.
Hibah kepada daerah ini berdasarkan kriteria tertentu, antara lain
kemampuan keuangan daerah, penyelenggaraan kegiatan berskala nasional atau
internasional di daerah, kemampuan daerah untuk melaksanakan fungsi
pemerintahan dan pelayanan dasar umum. Kriteria ini diatur lebih lanjut dalam
peraturan menteri keuangan setelah berkoordinasi dengan kementerian
negara/lembaga terkait.
Yang dimaksud kriteria tertentu antara lain kemampuan keuangan daerah,
penyelenggaraan kegiatan berskala nasional atau internasional di daerah,
kemampuan daerah untuk melaksanakan fungsi pemerintahan dan pelayanan
dasar umum.
Hibah yang bersumber dari luar negeri sebagaimana dimaksud dituangkan
dalam naskah perjanjian hibah (NPHLN) yang ditandatangani oleh pemerintah
dan pemberi hibah luar negeri.
a. Prosedur pengajuan hibah luar negeri
1) Pengajuan usulan hibah luar negeri ini berasal dari pemerintah daerah
maka pemerintah daerah mengajukan prastudi kelayakan (pre
feasibility study) tentang pelayanan dasar umum atau kegiatan yang
sifatnya peningkatan kapasitas sumber daya manusia atau kelembagaan
dan diajukan kepada Bappenas untuk dimasukkan dengan daftar usulan
hibah luar negeri. Oleh Bappenas maka usulan ini dimasukkan dalam
apa yang dikenal dengan Buku Biru (blue book) untuk dijadikan acuan
oleh negara /lembaga multilateral/donor memilih proyek apa yang akan
dibiayai melalui hibah.
2) Kalau negara/lembaga/donor sudah mengidentifikasi hibah yang mau
diberikan, maka hal ini akan diajukan oleh Bappenas kepada menteri
keuangan dan departemen teknis sebagai penanggung jawab kegiatan
hibah ini dan supaya diusulkan dalam DIPA dan dituangkan dalam
naskah perjanjian hibah luar negeri (NPHLN) yang ditandatangani
pemerintah dan pemberi hibah luar negeri. Hibah ini kemudian
diteruskan oleh pemerintah sebagai hibah kepada daerah, dan
penerusan hibah ini dituangkan dalam naskah perjanjian penerusan
hibah (NPPH).
8.32 Administrasi Keuangan 
b. Prinsip dasar penarikan hibah luar negeri
Dalam hal hibah yang bersumber dari luar negeri pemerintah berkewajiban
untuk memenuhi persyaratan dan pemerintah daerah wajib
menyediakannya.
1) Penarikan hibah luar negeri dilaksanakan melalui mekanisme APBN.
2) Realisasi penarikan jumlah atau bagian dari jumlah hibah luar negeri
dilakukan sesuai dengan alokasi anggaran sebagaimana ditetapkan
dalam DIPA.
3) Dalam hal diperlukan penarikan jumlah atau bagian dari jumlah hibah
luar negeri yang melebihi alokasi anggaran dalam DIPA maka
pengguna anggaran (PA) atau kuasa pengguna anggaran (KPA)
mengajukan usulan revisi DIPA sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Tata cara penarikan hibah luar negeri
Penarikan hibah luar negeri, dapat dilaksanakan melalui tata cara sebagai
berikut.
1) Pembukaan Letter of Credit (L/C).
Merupakan janji tertulis dari bank penerbit L/C (issuing bank) untuk
membayar kepada eksportir (beneficiary) sepanjang memenuhi
persyaratan L/C.
a) PA/KPA mengajukan surat permintaan penerbitan surat kuasa
penarikan dana (SPP-SKPD) L/C sebesar bagian nilai kontrak
pengadaan barang dan jasa (KPBJ) yang merupakan suatu
perjanjian pengadaan barang dan atau jasa yang melekat pada
barang atau naskah lainnya yang dapat dipersamakan, yang
ditandatangani oleh pejabat PA/KPA atau pejabat yang berwenang
dengan rekanan.
b) Berdasarkan SPP-SKPD L/C, KPPN menerbitkan SKPD L/C dan
mengirimkan kepada Bank dengan tembusan Direktorat Jenderal
Bea Cukai, dan PA/KPA.
c) Berdasarkan SKPD L/C, PA/KPA memberitahukan kepada
rekanan atau importir sebagai kuasa dari rekanan, untuk
mengajukan pembukaan L/C. Selanjutnya, rekanan atau importir
mengajukan permintaan pembukaan L/C kepada bank, dengan
melampirkan KPBJ dan daftar barang yang akan diimpor (master
list) yang disetujui PA/KPA serta dokumen pendukung lainnya
yang diatur oleh bank.
 ADPU4333/MODUL 8 8.33
d) Atas dasar SKPD L/C dan permintaan pembukaan L/C dari
rekanan atau importir sebagai kuasa dari rekanan, bank membuka
L/C kepada bank koresponden dan tembusan dokumen pembukaan
L/C disampaikan KPPN dan Direktorat Jenderal Pengelolaan
Utang, nilai L/C yang dibuka tidak boleh melebihi nilai SKPD
L/C.
e) Atas dasar L/C yang telah dibuka bank mengajukan permintaan
kepada pemberi pinjaman hibah luar negeri (PPHLN) untuk
menerbitkan surat pernyataan kesediaan melakukan pembayaran
(letter of commitment) kecuali jika L/C dibuka pada bank pemberi
pinjaman dan/atau hibah.
f) Sebagai pemberitahuan realisasi pencairan L/C, Direktorat
PPHLN, Bank menerima nota pemberitahuan penarikan (notice of
disbursement / NOD) atau dokumen lain yang dipersamakan dari
PPHLN.
g) Berdasarkan dokumen realisasi L/C yang diterima dari bank
koresponden, Bank Indonesia menerbitkan nota disposisi sebagai
realisasi L/C dan membukukan ekuivalen rupiah ke dalam
rekening kas negara, dengan menerbitkan nota debet/kredit
sebagai realisasi pencairan L/C dan menyampaikan tembusannya
kepada KPPN.
h) Atas dasar SKPD L/C, nota disposisi dan nota debet/kredit, KPPN
menerbitkan dan membukukan SP3 pada tahun anggaran berjalan
sebagai realisasi APBN dan menyampaikannya kepada PA/KPA
sebagai dasar pembukuan sistem akuntansi instansi (SAI).
i) Dalam hal L/C dibuka di bank, berdasarkan dokumen realisasi L/C
yang diterima dari bank koresponden, bank menerbitkan nota
disposisi atau dokumen yang dipersamakan dan
menyampaikannya kepada KPPN.
j) Atas dasar SKPD L/C dan nota disposisi L/C atau dokumen yang
dipersamakan dari bank, KPPN menerbitkan dan membukukan
SP3 pada tahun anggaran berjalan sebagai realisasi APBN dan
menyampaikan kepada PA/KPA sebagai dasar pembukuan SAI
dan Bank Indonesia sebagai dasar pembukuan debet/kredit
rekening kas negara.
2) Penarikan hibah luar negara dengan pembayaran langsung.
Tata cara pembayaran langsung dilakukan sebagai berikut.
8.34 Administrasi Keuangan 
a) PA/KPA menyampaikan Surat Permintaan Penerbitan Aplikasi
Penarikan Dana Pembayaran Langsung (SPPAPDL) kepada
KPPN.
Merupakan dokumen yang ditandatangani oleh PA/KPA sebagai
dasar bagi KPPN untuk mengajukan permintaan pembayaran
kepada PPHLN untuk membayarkan secara langsung kepada
rekanan pihak/pihak yang dituju.
b) KPPN menerbitkan APD-PL (withdrawal application/WA) dan
menyampaikannya kepada PPHLN.
c) Atas setiap transaksi pembayaran tersebut, direktorat pinjaman
dan hibah luar negeri, KPPN dan Bank Indonesia menerima
Notice of Disbursment/NOD atau dokumen lain yang
dipersamakan dari PPHLN.
d) Dalam hal pinjaman diterus pinjamkan, direktorat pinjaman dan
hibah luar negeri menyampaikan copy NOD atau dokumen lain
yang dipersamakan kepada direktorat jenderal perbendaharaan.
e) Atas dasar NOD atau dokumen lain yang dipersamakan, KPPN
menerbitkan surat perintah pembukuan/pengesahan SP3 dan
menyampaikannya kepada Bank Indonesia untuk dibukukan
sebagai pencatatan realisasi penarikan pinjaman/hibah luar negeri,
serta kepada PA/KPA sebagai dasar pembukuan SAI pada tahun
anggaran berjalan.
3) Penarikan hibah luar negeri dengan cara rekening khusus (special
account)
Rekening khusus (reksus) merupakan rekening yang dibuka oleh
menteri keuangan pada Bank Indonesia atau bank untuk menampung
sementara dana hibah luar negeri tertentu berupa initial deposit untuk
kebutuhan pembiayaan kegiatan selama periode tertentu dan setelah
digunakan diisi kembali dengan mengajukan penggantian
(replenishment) kepada PPHLN. Prosedur dilakukan sebagai berikut:
a) atas dasar NPPHLN, direktur jenderal perbendaharaan membuka
rekening khusus pada Bank Indonesia atau bank;
b) atas permintaan PA/KPA, direktur jenderal perbendaharaan
mengajukan permintaan pengisian initial deposit kepada PPHLN
untuk kebutuhan pembiayaan selama periode tertentu atau
sejumlah yang ditentukan dalam PPHLN;
 ADPU4333/MODUL 8 8.35
c) PA/KPA mengajukan kepada KPPN, SPM atau SPP, SKM,
rekening khusus L/C dengan dilampiri dokumen pendukungnya;
d) berdasarkan SPM atau SPP, SKM, Reksus L/C, KPPN
menerbitkan SP2D atau Surat Kuasa Membayar Rekening Khusus
untuk Letter of Credit (SKM RK L/C) dan selanjutnya
menyampaikan kepada Bank Indonesia atau Bank.
e) berdasarkan SKM Reksus L/C, PA, atau KPA memberitahukan
kepada rekanan atau importir sebagai kuasa dari rekanan, untuk
membuka L/C di Bank Indonesia atau bank dengan melampirkan
KPBJ dan daftar barang yang akan diimpor (master list) yang
disetujui PA/KPA serta dokumen pendukung lainnya yang diatur
oleh Bank Indonesia atau bank.
f) Bank Indonesia atau bank membuka L/C tidak melebihi nilai SKM
rekening khusus L/C kepada bank koresponden dan tembusan
dokumen pembukaan L/C disampaikan kepada KPPN dan
direktorat jenderal pengelolaan utang.
g) atas dasar tagihan dari bank koresponden, Bank Indonesia atau
bank membebani rekening khusus untuk melakukan pembayaran
kepada bank koresponden untuk diteruskan kepada pemasok.
h) atas pembebanan tersebut Bank Indonesia menerbitkan nota
disposisi sebagai realisasi L/C dan membukukan ekuivalen rupiah
ke dalam rekening kas negara KPPN penerbit SKM Reksus L/C,
dengan menerbitkan nota debet/kredit sebagai realisasi penarikan
hibah luar negeri, dan menyampaikan kepada KPPN.
i) atas dasar SKM RK-LC, nota disposisi L/C, dan nota debet/kredit
yang diterima dari Bank Indonesia, KPPN menerbitkan dan
membukukan SP3 pada tahun anggaran berjalan sebagai realisasi
APBN dan menyampaikannya kepada PA atau KPA dan direktorat
jenderal pengelolaan utang.
j) dalam L/C dibuka di Bank, Bank menerbitkan Nota Disposisi atau
dokumen lain yang dipersamakan sebagai realisasi L/C dan
menyampaikannya kepada KPPN.
k) atas dasar SKM Reksus L/C dan nota disposisi atau dokumen lain
yang dipersamakan, KPPN menerbitkan dan membukukan SP3
pada tahun anggaran berjalan sebagai realisasi APBN dan
menyampaikannya kepada Bank Indonesia , PA atau KPA, serta
direktorat jenderal pengelolaan utang.
8.36 Administrasi Keuangan 
l) untuk pengisian kembali rekening khusus, direktorat jenderal
perbendaharaan mengajukan withdrawal application/ WA kepada
PPHLN dengan dilampiri dokumen pendukung sebagaimana
disyaratkan dalam NPHLN;
m) direktorat jenderal pengelolaan utang dan Bank Indonesia
menerima NOD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan
dari PPHLN sebagai realisasi penarikan pinjaman;
n) dalam hal terdapat sisa dana dalam Reksus setelah penutupan
rekening (closing account), sisa dana tersebut dikembalikan
kepada PPHLN.
4) Penarikan hibah luar negeri dengan cara penggantian pembiayaan
pendahuluan (reimbursment)
Penggantian Pembiayaan Pendahuluan adalah pembayaran yang
dilakukan oleh PPHLN untuk penggantian dana yang pembiayaan
kegiatannya dilakukan terlebih dahulu melalui Rekening BUN dan/atau
Rekening Kas Negara atau Rekening Penerima Penerusan Pinjaman.
Penerima Penerusan Pinjaman (PPP) adalah Pemerintah daerah atau
Badan Usaha Milik Negara. Penarikan hibah luar negeri dilakukan
sebagai berikut.
a) Berdasarkan NPPHLN dan dokumen anggaran yang berlaku, PA
atau KPA mengajukan bukti-bukti pengeluaran pembiayaan
pendahuluan dan rincian rencana penggunaan uang kepada KPPN.
b) Atas dasar bukti pengeluaran tersebut dan dokumen pendukung
sebagaimana disyaratkan oleh PPHLN, KPPN mengajukan
aplikasi penarikan dana (APD) kepada PPHLN.
c) Direktur Jenderal Pengelolaan Utang, KPPN dan Bank Indonesia
menerima NOD atau dokumen lain yang dipersamakan dari
PPHLN atas reimbursement yang dilakukan PPHLN untuk
keuntungan rekening BUN dan/atau rekening kas negara atau
rekening PPP.
d) Atas NOD sebagaimana dimaksud, KPPN ditunjuk menerbitkan
SP3 dan mengirimkannya kepada PA atau KPA untuk bahan
pembukuan SAI.
e) Tata cara pengakuan, pengukuran dan pengungkapan hibah luar
negeri, beban bunga terutang dalam rangka penyusunan laporan
 ADPU4333/MODUL 8 8.37
keuangan pemerintah pusat (LKPP), dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam SAP.
f) Tata cara penyusunan laporan keuangan tentang penarikan hibah
luar negeri mengacu kepada pedoman akuntansi utang yang
diatur secara tersendiri dalam peraturan menteri keuangan.
2. Hibah Dalam Negeri
Dalam hal hibah yang bersumber dari dalam negeri, maka pemerintah
daerah berkewajiban menyediakan dana pendamping. Dana pendamping adalah
dana yang disediakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah untuk pelaksanaan
penerimaan hibah. Dana pendamping dapat berupa uang, barang, maupun jasa
yang dikelola dalam APBD. Dalam hal dana pendamping berupa uang maka
besarannya didasarkan pada kapasitas fiskal daerah.
Dana pendamping merupakan persyaratan harus disediakan pemerintah dan
pemerintah daerah, untuk pelaksanaan penerimaan hibah. Dana pendamping
dapat berupa uang, barang maupun jasa yang dikelola dalam APBD.
Hibah digunakan untuk menunjang peningkatan fungsi pemerintahan dan
layanan dasar umum serta pemberdayaan aparatur daerah dan penggunaan hibah
untuk kegiatan yang merupakan kewenangan daerah.
a. Penerimaan hibah
Penerimaan hibah bersifat sebagai bantuan yang tidak mengikat dan harus
digunakan sesuai dengan persyaratan di dalam naskah perjanjian hibah dalam
negeri (NPHD) dan/atau naskah perjanjian penerusan hibah (NPPH).
Yang dimaksud tidak mengikat adalah tidak mengikat secara politis, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan tidak mempengaruhi kebijakan
daerah.
b. Bentuk hibah berupa
1) Uang, dapat berupa rupiah, devisa dan/atau surat berharga.
2) Barang, dapat berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak.
3) Jasa, dapat berupa bantuan teknis, pendidikan, pelatihan, penelitian, dan
jasa lainnya.
4) Barang bergerak antara lain berupa peralatan, mesin kendaraan bermotor,
sedangkan barang tidak bergerak antara lain tanah, rumah, gedung dan
bangunan.
8.38 Administrasi Keuangan 
5) Dalam hal pengelolaan hibah yang bersumber dari dalam negeri Pemerintah
dan hibah yang bersumber dari luar negeri dikelola melalui mekanisme
APBN dan APBD.
6) Pertanggungjawaban hibah dalam bentuk barang dan/atau jasa dilaporkan
melalui mekanisme pelaporan keuangan daerah sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
B. MANAJEMEN DANA PINJAMAN DAERAH
Otonomi daerah sebagai tujuan dari reformasi yang dijalankan diharapkan
dapat memberikan semangat bagi pemerintah daerah untuk secara terus menerus
membenahi diri dan meningkatkan pembangunan daerahnya untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat.
Adalah sesuatu yang logis kalau suatu daerah mengalami kemajuan apabila
daerah tersebut senantiasa melaksanakan pembangunan fisik maupun
pembangunan manusianya. Pembangunan fisik dapat berupa sarana dan
prasarana daerah, seperti infrastruktur:
1. sosial: rumah sakit, sekolah, gelanggang olah raga, taman, dan sebagainya;
2. ekonomi: pasar, pusat perbelanjaan, kawasan industri, pusat perkantoran,
pusat komoditas unggulan daerah dan sebagainya;
3. perkotaan: jalan, jembatan, terminal, perumahan, air minum, penerangan
jalan, dan sebagainya.
Untuk melaksanakan pembangunan tersebut diperlukan adanya dana yang
tidak sedikit. Bagi daerah yang tidak memiliki dana yang cukup memadai tentu
memerlukan tambahan dari pihak lain, agar program pembangunan yang telah
direncanakan apalagi yang menyangkut kebutuhan minimal masyarakat atau
untuk layanan umum yang tidak menghasilkan penerimaan atau proyek investasi
dapat terlaksana.
Yang dimaksud dengan ‘layanan umum yang tidak menghasilkan
penerimaan ”(public services obligation/PSO), adalah layanan kepada
masyarakat yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah yang tidak
menghasilkan pendapatan bagi APBD.
Yang dimaksud “proyek investasi yang menghasilkan penerimaan”,
adalah proyek sarana dan prasarana yang menghasilkan pendapatan bagi APBD
yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana dan atau sarana
tersebut.
 ADPU4333/MODUL 8 8.39
Pihak lain yang dimaksud adalah suatu lembaga perbankan, pemerintah
pusat atau pihak asing yang peduli dengan program pembangunan di suatu
daerah. Dalam hubungan ini pemerintah daerah dapat melakukan suatu kegiatan
yang dikenal dengan pinjaman daerah, yaitu sebagai transaksi yang
mengakibatkan pemerintah daerah/badan usaha milik daerah (BUMD)
menerima dari pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga
pada akhirnya pemerintah daerah/BUMD berkewajiban melakukan pembayaran
atas pinjamannya tersebut.
Pada dasarnya, pinjaman pemerintah daerah dibedakan dengan pinjaman
BUMD, perbedaannya terletak pada kepentingan dan beban yang
ditanggungnya. Artinya bahwa pinjaman pemerintah daerah itu untuk
kepentingan dan atas beban APBD, sedangkan pinjaman BUMD dipergunakan
untuk kepentingan dan atas beban BUMD tersebut, meskipun BUMD tersebut
milik pemerintah daerah yang bersangkutan dan memberikan pelayanan publik
dengan perhitungan pengembalian hutang atas investasi yang dilaksanakan.
Pinjaman daerah merupakan alternatif sumber pembiayaan anggaran
pendapatan dan belanja daerah dan atau untuk menutup kekurangan kas yang
digunakan untuk membiayai kegiatan yang merupakan inisiatif dan kewenangan
daerah.
Dana pinjaman merupakan pelengkap dari sumber-sumber penerimaan
daerah yang ada dan ditujukan untuk membiayai pengadaan prasarana daerah
atau harta tetap lain yang berkaitan dengan kegiatan yang bersifat meningkatkan
penerimaan yang dapat digunakan untuk mengembalikan pinjaman serta
memberikan manfaat bagi pelayanan masyarakat. Selain itu, daerah
dimungkinkan pula melakukan pinjaman dengan tujuan lain, seperti mengatasi
masalah jangka pendek yang berkaitan dengan arus kas daerah.
Besaran pinjaman daerah perlu disesuaikan dengan kemampuan daerah
karena dapat menimbulkan beban anggaran pendapatan dan belanja daerah
tahun-tahun berikutnya sehingga perlu didukung dengan keterampilan
perangkat daerah dalam mengelola pinjaman daerah. Untuk meningkatkan
kemampuan obyektif dan disiplin pemerintah daerah dalam melaksanakan
pengembalian pinjaman maka diperlukan kecermatan dan kehati-hatian dalam
pengelolaan pinjaman daerah.
1. Pertimbangan dalam Mengelola Pinjaman Daerah
Dalam melaksanakan pinjaman daerah ada beberapa ketentuan yang perlu
dipertimbangkan:
8.40 Administrasi Keuangan 
a. pemerintah daerah dilarang melakukan pinjaman langsung kepada pihak
luar negeri;
b. pemerintah daerah dilarang memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain
dan pendapatan daerah dan/atau barang milik daerah tidak boleh dijadikan
jaminan pinjaman daerah.
c. proyek yang dibiayai dari obligasi daerah beserta barang milik daerah yang
melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan obligasi daerah.
2. Batas Pinjaman Daerah
Batas maksimal kumulatif pinjaman pemerintah dan pemerintah daerah
tidak boleh melebihi 60% (enam puluh persen) dari produk domestik bruto
tahun yang bersangkutan.
Penetapan batas maksimal kumulatif pinjaman pemerintah dan pemerintah
daerah adalah total pinjaman pemerintah setelah dikurangi pinjaman yang
diberikan kepada pemerintah daerah, ditambah total pinjaman seluruh
pemerintah daerah setelah dikurangi pinjaman yang diberikan kepada
pemerintah dan/atau pemerintah daerah lain.
3. Jenis Pinjaman Daerah
Berikut ini, jenis-jenis pinjaman daerah.
a. Pinjaman jangka pendek
Merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu kurang atau sama dengan
1 (satu) tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang
meliputi pokok pinjaman, bunga dan biaya lain seluruhnya harus dilunasi
dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
b. Pinjaman jangka menengah
Merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun
anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman meliputi pokok
pinjaman, bunga dan biaya lain harus dilunasi dalam kurun waktu yang
tidak melebihi sisa masa jabatan Kepala Daerah yang bersangkutan.
c. Pinjaman jangka panjang
Merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun
anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman meliputi pokok
pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran
berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang
bersangkutan.
 ADPU4333/MODUL 8 8.41
Dalam hal kepala daerah dan wakil kepala daerah yang telah melakukan
perjanjian pinjaman jangka menengah berhenti sebelum masa jabatannya
berakhir, maka perjanjian pinjaman jangka menengah tersebut tetap berlaku.
4. Persyaratan Umum Pinjaman Daerah
a. Dalam melakukan pinjaman jangka pendek maka persyaratan yang harus
dipenuhi:
1) kegiatan yang akan dibiayai dari pinjaman jangka pendek telah
dianggarkan dalam APBD tahun yang bersangkutan;
2) kegiatan dimaksud merupakan kegiatan yang bersifat mendesak dan
tidak dapat ditunda;
3) persyaratan lainnya seperti dipersyaratkan oleh calon pemberi
pinjaman.
b. Dalam hal pemerintah daerah akan melakukan pinjaman jangka menengah
atau jangka panjang maka wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan
ditarik tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah
penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;
2) jumlah sisa pinjaman daerah adalah jumlah pinjaman lama yang belum
dibayar;
3) jumlah pinjaman yang akan ditarik adalah rencana pencairan dana
pinjaman tahun yang bersangkutan;
4) penerimaan umum APBD tahun sebelumnya adalah seluruh penerimaan
APBD tidak termasuk dana alokasi khusus, dana darurat, dana pinjaman
lama, dan penerimaan lain yang kegunaannya dibatasi untuk membiayai
pengeluaran tertentu.
5. Rasio Kemampuan Keuangan Daerah
Rasio kemampuan keuangan daerah dihitung berdasarkan perbandingan
antara proyeksi tahunan jumlah pendapatan asli daerah, dana bagi hasil tidak
termasuk dana bagi hasil dana reboisasi dan dana alokasi umum setelah
dikurangi belanja wajib dibagi dengan proyeksi penjumlahan angsuran pokok,
bunga dan biaya lain yang jatuh tempo setiap tahunnya selama jangka waktu
pinjaman yang akan ditarik.
8.42 Administrasi Keuangan 
C. SUMBER PEMBIAYAAN DARI PINJAMAN DAERAH
Pinjaman sektor publik dibutuhkan untuk membiayai berbagai kebutuhan
dan penyediaan fasilitas yang diperlukan oleh sektor publik. Pinjaman
diperlukan untuk menutupi kekurangan penerimaan yang berasal dari pajak dan
retribusi daerah serta bantuan yang diberikan dari Pemerintah dalam bagi hasil
pajak dan bukan pajak.
Kenyataan selama ini menunjukkan bahwa pinjaman yang dipergunakan
oleh pemerintah daerah untuk penyediaan infrastruktur publik di berbagai
sektor-sektor yang menjadi kebutuhan dasar infrastruktur (sarana dan prasarana)
pelayanan publik, dari sektor ini memerlukan dana investasi yang cukup besar.
Infrastruktur publik ini misal sektor air bersih/air minum,
persampahan/kebersihan, sanitasi lingkungan, kesehatan, pendidikan, jalan dan
jembatan, transportasi, pusat kegiatan usaha, pasar, telekomunikasi, tenaga
listrik, pelabuhan dan sebagainya.
Dalam hal melakukan pinjaman daerah untuk proyek investasi infrastruktur
dapat dibenarkan atas dasar pertimbangan berikut.
1. Sektor infrastruktur publik mencakup banyak sekali kegiatan yang
memungkinkan pemerintah daerah untuk menyediakannya dan dapat
membayar/menanggung biaya untuk operasionalisasi dan pemeliharaan,
yang tentunya dibebankan kembali pada pihak penerima manfaat.
2. Pemerintah daerah diharapkan dapat membayar kembali pinjaman yang
diterima atas pembiayaan investasi yang ditanamkan dari penerima
manfaat.
3. Lembaga pemberi pinjaman multilateral dan bilateral yang bekerja atas
dasar asas pinjaman yang dibayar kembali dari hasil yang diperoleh
penerima manfaat atas infrastruktur publik yang dipergunakan dan
sekaligus terlibat dalam sektor ini.
Dasar dari pemberian pinjaman adalah diukur dari kemampuan daerah itu
sendiri dalam menghimpun kembali penerimaan selama periode tertentu yang
didasarkan atas jumlah pendapatan asli daerah.
Pemerintah daerah yang belum mampu membiayai kebutuhan infrastruktur
publik perlu meminjam dana agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
membangun infrastruktur. Penanaman modal atau investasi ini tentunya
diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi penerimaan daerah serta
mampu membiayai dirinya sendiri atas penggunaan utilitas publik ini.
 ADPU4333/MODUL 8 8.43
Keputusan untuk meminjam seperti ini tidak berbeda dengan keputusan
yang serupa yang dilakukan oleh sektor swasta. Namun demikian, tidak semua
pengeluaran yang berasal dari pinjaman langsung menghasilkan penerimaan
bagi daerah.
Pinjaman pemerintah daerah di Indonesia diatur oleh pemerintah pusat
dengan undang-undang dan peraturan pemerintah dengan maksud agar
pemerintah daerah bersikap hati-hati dalam hal pinjaman dan dipergunakan
sebaik-baiknya sehingga tidak memberatkan pemerintah daerah itu sendiri,
maupun beban pada pemerintah pusat seperti banyak terjadi di masa lalu.
Dalam Undang-undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, pada Pasal 51 disebutkan
pinjaman daerah bersumber dari:
1. pemerintah,
2. pemerintah daerah lain,
3. lembaga keuangan bank,
4. lembaga keuangan bukan bank,
5. masyarakat (obligasi daerah).
Kenapa Daerah Memerlukan Pinjaman Daerah?
Kalau Pendapatan daerah baik berupa PAD, dana perimbangan dan lain-lain
penerimaan lebih rendah atau lebih kecil dari belanja gaji, barang dan jasa,
modal dan lain sebagainya maka akan terjadi defisit anggaran daerah; untuk
menutup defisit maka harus ditutup melalui penerimaan pembiayaan yang
berasal dari:
1. sisa lebih perhitungan anggaran daerah;
2. penerimaan pinjaman daerah;
3. dana cadangan daerah; dan
4. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.
1. Pinjaman Daerah dari Pemerintah Pusat
Pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan terutama untuk
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat terutama dalam infrastruktur harus dapat
dipenuhi oleh pemerintah daerah itu sendiri, sedangkan dana untuk
pembangunan tersebut jumlahnya sangat terbatas sehingga pemerintah daerah
harus mencari sumber pembiayaan lain.
8.44 Administrasi Keuangan 
Pinjaman daerah yang bersumber dari pemerintah berasal dari APBN
dan/atau pinjaman luar negeri pemerintah yang diterus pinjamkan kepada daerah
(SLA).
a. Prinsip umum pinjaman daerah
1) Pinjaman daerah merupakan alternatif sumber pembiayaan.
2) Pinjaman daerah untuk membiayai kegiatan yang merupakan inisiatif
dan kewenangan pemerintah daerah.
3) Pemerintah daerah dilarang melakukan pinjaman langsung kepada
pihak luar negeri.
4) Pemerintah daerah dilarang memberikan jaminan atas pinjaman pihak
lain.
5) Pendapatan daerah dan/atau barang milik daerah tidak boleh dijadikan
jaminan pinjaman daerah.
6) Proyek yang dibiayai dari obligasi daerah beserta barang milik daerah
yang melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan obligasi
daerah.
b. Prosedur pinjaman daerah
1) Pemerintah dapat memberikan pinjaman kepada pemerintah daerah
yang dananya berasal dari luar negeri.
2) Pinjaman kepada pemerintah daerah dilakukan melalui perjanjian
penerusan pinjaman kepada pemerintah daerah (Subsidiary Loan
Agreement/SLA).
3) Perjanjian penerusan pinjaman dilakukan antara menteri keuangan dan
kepala daerah.
4) Perjanjian penerusan pinjaman ini dinyatakan dalam mata uang rupiah
atau mata uang asing.
5) Pemerintah daerah diwajibkan melaporkan posisi kumulatif pinjaman
dan kewajiban pinjaman kepada pemerintah setiap semester dalam
tahun anggaran berjalan; tembusan laporan posisi kumulatif dimaksud
disampaikan kepada DPRD sebagai pemberitahuan.
6) Dalam hal pemerintah daerah tidak menyampaikan laporan, pemerintah
pusat dapat menunda penyaluran dana perimbangan.
c. Batas pinjaman daerah
1) Batas kumulatif pinjaman pemerintah daerah tidak melebihi 60%
(enam puluh persen) dari PDB tahun yang bersangkutan.
 ADPU4333/MODUL 8 8.45
2) Batas kumulatif pinjaman pemerintah daerah secara keseluruhan
ditetapkan oleh menteri keuangan paling lambat bulan Agustus untuk
tahun anggaran berikutnya.
3) Pedoman pelaksanaan dan mekanisme pemantauan serta pengendalian
batas maksimal kumulatif pinjaman ditetapkan oleh menteri keuangan.
d. Persyaratan umum pinjaman daerah
1) Kegiatan yang akan dibiayai telah dianggarkan dalam APBD tahun
yang bersangkutan.
2) Kegiatan mendesak dan tidak dapat ditunda.
3) Syarat lain yang dipersyaratkan calon pemberi pinjaman.
4) Pinjaman daerah yang bersumber dari pemerintah daerah lain berupa
pinjaman antardaerah.
5) Pinjaman daerah yang bersumber dari lembaga keuangan bank
berupa pinjaman biasa antara pemerintah daerah dengan bank umum
atau bank pembangunan daerah untuk membiayai proyek investasi
layanan umum.
6) Pinjaman daerah yang bersumber dari lembaga keuangan bukan bank
antara lain dapat berasal dai lembaga asuransi pemerintah, dana
pensiun, namun hal ini perlu pengaturan lebih lanjut karena lembaga
keuangan bukan bank punya undang-undang pengaturan tersendiri
dalam menginvestasikan dananya.
7) Pinjaman daerah yang berasal dari masyarakat dapat berasal dari orang
pribadi dan/atau badan yang melakukan investasi di pasar modal,
misalnya melalui obligasi daerah.
Oleh karena ketatnya aturan yang diperlakukan untuk mengadakan suatu
pinjaman maka pemerintah daerah kesulitan untuk memperoleh dana sehingga
menyebabkan pemerintah daerah memiliki keterbatasan anggaran. Pada hal di
sisi lain pemerintah daerah memerlukan dana yang cukup besar untuk
membangun berbagai infrastruktur yang dapat mendukung kegiatan ekonomi
masyarakat di daerah.
Terbatasnya anggaran yang dimiliki pemerintah daerah menyebabkan sulit
untuk merencanakan penanaman modal pada infrastruktur publik, lagi pula
karena syarat pinjaman yang berbeda-beda maka tidak banyak mendorong
pemerintah daerah untuk mencari penggunaan sumber daya yang tepat.
8.46 Administrasi Keuangan 
a. Persyaratan pinjaman
Sekarang ini sebagian besar dana pinjaman berasal dari pinjaman luar
negeri dan sebagian besar lainnya dari pinjaman yang diberikan
dipergunakan untuk pendamping program. Prioritas untuk program
pinjaman luar negeri tidak ditentukan oleh pemerintah daerah, namun pada
umumnya juga tidak ditentukan oleh pemerintah pusat, tetapi oleh pemberi
pinjaman, dalam hal ini oleh lembaga multilateral atau bilateral pemberi
pinjaman.
Ada 5 (lima) masalah dalam hal pinjaman pemerintah daerah:
1) jenis pengeluaran yang cocok untuk dibiayai dari pinjaman;
2) berapa besar pinjaman daerah dapat dilakukan;
3) syarat dari pinjaman;
4) cara membayar pinjaman;
5) tanggung jawab membayar pinjaman.
b. Pinjaman daerah yang memerlukan pertimbangan menteri dalam negeri.
adalah pinjaman daerah jangka menengah dan jangka panjang yang
bersumber dari:
1) pinjaman pemerintah yang bersumber dari pinjaman luar negeri (SLA);
2) selain dari pemerintah.
c. Persyaratan pinjaman untuk membiayai investasi:
1) biasanya memerlukan jangka waktu yang panjang misal 15-20 tahun
untuk dapat mengembalikan investasi yang sudah ditanam;
2) sedangkan kalau dibiayai dari bank komersial biasanya jangka waktu
pinjaman paling lama berjangka waktu 5-7 tahun;
3) tingkat bunga pinjaman bank komersial berkisar 13%-17%;
4) untuk pinjaman pemerintah daerah bunga yang dikehendaki adalah
berkisar 10%-12%.
 ADPU4333/MODUL 8 8.47
1) Jelaskan prosedur daerah untuk mendapatkan hibah dan pinjaman dari luar
negeri!
2) Bagaimana strategi daerah saudara untuk bisa mendapatkan hibah luar
negeri?
3) Dalam kondisi bencana apa yang harus dilakukan oleh daerah agar
mendapat bantuan keuangan daerah dalam dan luar negeri?
4) Apakah pemerintah daerah boleh melakukan pinjaman daerah? Untuk apa
biasanya digunakan?
5) Apa saja batasan yang harus dipenuhi dalam mendapatkan pinjaman
daerah?
Petunjuk Jawaban Latihan
1. Cobalah Anda baca terlebih dahulu materi tentang “Lain-lain Pendapatan
dan Pinjaman Daerah” dari Kegiatan Belajar 3 ini.
2. Cobalah Anda pelajari terlebih dahulu dengan seksama materi tentang
“Lain-lain Pendapatan dan Pinjaman Daerah”, yang terdapat dalam
Kegiatan Belajar 3.
Dalam memenuhi kebutuhan dana untuk kesejahteraan rakyat,
pemerintah daerah yang memiliki keterbatasan anggaran dapat memperoleh
tambahan kemampuan keuangan dari lain-lain pendapatan antara lain
berasal dari hibah luar negeri dan hibah dalam negeri. Selain itu,
pemerintah daerah juga dapat melakukan pinjaman untuk membiayai
APBD jika diperlukan. Hanya saja, memang prosedur yang ada tidak terlalu
mudah untuk dilakukan khususnya bagi daerah yang lokasinya jauh dari Ibu
kota. Akan tetapi, dengan semangat untuk membela kepentingan rakyat
banyak maka birokrasi yang rumit tidak harus mematahkan semangat
pejabat daerah untuk menggali potensi keuangan dari kedua sumber ini.
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
RANGKUMAN
8.48 Administrasi Keuangan 
1) Sumber penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah dalam/luar negeri,
badan/lembaga dalam/luar negeri atau perseorangan yang tidak perlu
dibayar kembali. Penerimaan ini bersifat tidak mengikat sehingga tidak
dapat mempengaruhi kebijakan daerah, disebut ....
A. hibah daerah
B. pinjaman daerah
C. subsidi daerah
D. obligasi daerah
2) Hibah digunakan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan daerah, dapat
berupa, kecuali ....
A. dana
B. barang
C. jasa termasuk tenaga ahli atau pelatihan
D. investasi
3) Kalau sumber hibah daerah berasal dari luar negeri maka dilakukan
melalui ....
A. pemerintah dan dituangkan dalam naskah perjanjian antara pemerintah
dan pemberi hibah luar negeri dan digunakan sesuai dengan naskah
perjanjian. dengan demikian pemerintah bertindak sebagai pihak yang
menerus hibahkan kepada daerah
B. pihak ketiga yang disepakati pemerintah
C. pihak investor
D. kerja sama bilateral
4) Pemerintah daerah dapat menggunakan hibah daerah untuk ....
A. menunjang peningkatan fungsi pemerintahan dan layanan dasar umum
B. pemberdayaan aparatur daerah
C. pembayaran hutang
D. A dan B benar
5) Hibah dari luar negeri bersumber dari, kecuali ....
A. bilateral adalah hibah yang berasal dari pemerintah suatu negara
melalui suatu lembaga/badan keuangan yang ditunjuk oleh pemerintah
negara yang bersangkutan untuk melaksanakan pemberian hibah
B. multilateral
TES FORMATIF 3
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
 ADPU4333/MODUL 8 8.49
C. donor lainnya
D. pemerintah daerah dari luar negeri
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 3.
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum
dikuasai.
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
100%
Jumlah Soal

8.50 Administrasi Keuangan 
Kunci Jawaban Tes Formatif
Tes Formatif 1
1) A
2) A
3) B
4) C
5) D
Tes Formatif 2
1) A
2) D
3) B
4) B
5) A
Tes Formatif 3
1) A
2) D
3) A
4) D
5) D
 ADPU4333/MODUL 8 8.51
Glosarium
Anggaran pendapatan
dan belanja daerah
: suatu rencana keuangan tahunan Daerah yang
ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang
APBD
Anggaran pendapatan
dan belanja negara
: suatu rencana keuangan tahunan Negara yang
ditetapkan berdasarkan Undang-Undang tentang
APBN
Asas akuntabilitas : asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara
harus dapat dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai ketentuan
perundang-undangan
Badan usaha : perusahaan berbentuk badan hukum yang
menjalankan jenis usaha bersifat tetap, terusmenerus
dan didirikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta bekerja
dan berkedudukan dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Bank (Negara) : Bank Indonesia atau Bank Pemerintah yang
ditunjuk oleh menteri keuangan untuk
menyalurkan dana pinjaman pemerintah dan atau
menerima pengembangan pinjaman dari daerah
melalui rekening penyaluran dan atau rekening
penampungan untuk dana pinjaman pemerintah
yang diteruspinjamkan atau diterushibahkan
kepada daerah.
Conservatoir Beslaag : kekuatan hukum untuk pelaksanaan sita jaminan
Daerah otonom : kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
8.52 Administrasi Keuangan 
batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Dana alokasi umum : dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antardaerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
Dana alokasi khusus : dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan
kepada daerah untuk membantu membiayai
kebutuhan tertentu.
Dana perimbangan : dana yang bersumber dari penerimaan APBN
yang dialokasikan kepada daerah untuk
membiayai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
Dana cadangan daerah : dana yang disisihkan dari APBD melalui dana
yang bersumber dari sisa anggaran lebih tahun
lalu dan atau dari surplus anggaran daerah tahun
berjalan untuk tujuan tertentu.
Informasi keuangan
daerah
: segala dokumen yang berkaitan dengan keuangan
daerah yang diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan sistem informasi keuangan
daerah.
Kas daerah : tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan
oleh bendahara umum daerah.
Kas negara : tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan
oleh menteri keuangan selaku bendahara umum
negara untuk menampung seluruh penerimaan
 ADPU4333/MODUL 8 8.53
negara dan membayar seluruh pengeluaran
negara.
Kekayaan negara yang
dipisahkan
: kekayaan negara yang berasal dari APBN untuk
dijadikan penyertaan modal negara pada Persero
dan/atau perum serta perseroan terbatas lainnya.
Kerugian keuangan
daerah/negara
: setiap kerugian daerah/negara yang nyata dan
pasti jumlahnya, baik yang langsung maupun
tidak langsung yang diakibatkan oleh perbuatan
melanggar hukum atau kelalaian pejabat
pengelolaan keuangan daerah/negara.
Kerugian daerah/negara : kekurangan uang, surat berharga, dan barang,
yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat
perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun
lalai.
Keuangan daerah : semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat
dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala
bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Keuangan negara : semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik
berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Pejabat pengelola
keuangan daerah
: pejabat dan atau pegawai daerah yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku diberi kewenangan tertentu dalam
kerangka pengelolaan keuangan daerah.
8.54 Administrasi Keuangan 
Pembiayaan : setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pembukuan : suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga
perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan
berupa neraca dan laporan laba rugi pada tahun
pajak berakhir.
Pemegang kas : setiap orang yang ditunjuk dan diserahi tugas
melaksanakan kegiatan kebendaharaan dalam
rangka pelaksanaan APBD di setiap unit kerja
pengguna anggaran.
Pemungutan : suatu rangkaian kegiatan mulai dari
penghimpunan data obyek dan subyek pajak,
penentuan besarnya pajak yang terutang sampai
kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak
serta pengawasan penyetorannya.
Pendapatan daerah : semua penerimaan kas daerah dalam periode
tahun anggaran tertentu yang menjadi hak daerah.
Pendapatan negara : hak pemerintah pusat yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
Penerimaan daerah : semua penerimaan kas daerah dalam periode
tahun anggaran tertentu.
Penerimaan negara : uang yang masuk ke kas negara.
 ADPU4333/MODUL 8 8.55
Pengeluaran daerah : semua pengeluaran kas daerah dalam periode
tahun anggaran tertentu.
Pengeluaran negara : uang yang keluar dari kas negara
Perbendaharaan daerah : pengelola keuangan daerah yang memiliki dan
atau dikuasai oleh pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan APBD.
Perbendaharaan negara : pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
negara, termasuk investasi dan kekayaan yang
dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan
APBD.
Perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat
dan daerah
: suatu sistem pembiayaan pemerintahan dalam
kerangka negara kesatuan, yang mencakup
pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah serta pemerataan antardaerah secara
proporsional, demokratis, adil, dan transparan
dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan
kebutuhan daerah, sejalan dengan kewajiban dan
pembagian kewenangan serta tata cara
penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk
pengelolaan dan pengawasan keuangannya.
Uang negara : uang milik negara yang meliputi rupiah dan
valuta asing.
Utang daerah : jumlah uang yang wajib dibayar daerah sebagai
akibat penyerahan uang, barang dan atau jasa
kepada daerah atau akibat lainnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Utang negara : jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah pusat
dan/atau kewajiban pemerintah pusat yang dapat
dinilai dengan uang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, perjanjian,
8.56 Administrasi Keuangan 
atau berdasarkan sebab lainnya yang sah
Wajib pajak : orang pribadi atau badan yang menurut peraturan
perundang-undangan perpajakan diwajibkan
untuk melakukan pembayaran pajak yang
terutang, termasuk pemungut atau pemotong
pajak tertentu.
Modul 9
Transparansi dan Pelaporan Keuangan
Dr. Drs.Rahman Mulyawan, M.Si.
ertanggungjawaban pemimpin pemerintah daerah atas kinerjanya dan atas
pengambilan keputusan penting mereka kepada rakyat dan bangsa
merupakan bagian penting dalam penerapan good governance. Pengungkapan
secara transparan dilakukan kepada rakyat, DPRD, pemerintah pusat maupun
auditor pemerintahan. Akuntabilitas pemerintah daerah kepada para
stakeholders tidak dapat dijalankan tanpa pengungkapan informasi
pemerintahan daerah yang transparan.
Pengungkapan informasi yang transparan menjadi salah satu sarana untuk
pengendalian internal pemerintah daerah. Dengan sistem pengendalian intern
yang efektif, pemerintah daerah dapat terhindar dari kerugian dan malapetaka
besar yang sebelumnya tidak disangka. Tanpa pengendalian internal yang
efektif, kendala dan risiko yang menyebabkan kerugian besar dapat terjadi tanpa
terdeteksi oleh manajemen pemerintah daerah dalam waktu yang lama. Dalam
kasus Enron, CEO, dan CFO perusahaan tersebut memanipulasi pos-pos laporan
keuangan sehingga laporan keuangan yang diaudit tidak disajikan secara
transparan. Kejadian serupa dapat terjadi pada pemerintahan baik pusat maupun
daerah. Jika oknum tertentu memanipulasi laporan keuangan pemerintahan,
maka kerugian besar bisa terjadi pada pemerintah dan rakyat, misalnya: jika
oknum pemerintah daerah menghapuskan aktiva tetap berupa tanah dari
pembukuan, maka kerugian pemerintah daerah akan terjadi manakala tanah
tersebut dipindahtangankan kepada pihak yang tidak berhak. Sebagian besar
kasus korupsi pada instansi pemerintah Indonesia terjadi pada proses pengadaan
barang dan jasa.
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 ditegaskan bahwa dalam
rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pemerintah daerah wajib
menyusun dan menyajikan laporan keuangan dan laporan kinerja.
P
PENDAHULUAN
9.2 Administrasi Keuangan 
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, modul ini akan membahas tentang
transparansi dan pelaporan keuangan terutama pelaporan keuangan pemerintah
daerah dalam penerapan good governance serta pembukuan.
Oleh karena itu, setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu
menjelaskan penyelenggaraan pelaporan keuangan pemerintah daerah dalam
penerapan good governance serta pembukuan dan pelaporan keuangan. Secara
khusus, setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu menjelaskan
hal-hal berikut ini.
1. Pelaporan keuangan pemerintah daerah dalam penerapan good governance.
a. Laporan keuangan.
b. Laporan kinerja.
c. Pernyataan tanggung jawab.
2. Pembukuan dan pelaporan keuangan.
a. Siklus akuntansi.
b. Kode rekening dan saldo normal.
c. Penjurnalan sederhana dalam pembukuan keuangan daerah.
d. Laporan keuangan daerah.
e. Ilustrasi penjurnalan lebih kompleks dalam keuangan daerah.
f. Ilustrasi pembukuan terdesentralisasi di SKPD.
Berkaitan dengan tujuan tersebut, modul ini terdiri dari 2 (dua) kegiatan
belajar.
1. Kegiatan Belajar 1, membahas tentang pelaporan keuangan pemerintah
daerah dalam penerapan good governance.
2. Kegiatan Belajar 2, membahas tentang pembukuan dan pelaporan
keuangan.
Selamat belajar!
 ADPU4333/MODUL 9 9.3
Kegiatan Belajar 1
Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
dalam Penerapan Good Governance
A. LAPORAN KEUANGAN
Dalam pelaporan keuangan terdapat beberapa aspek yang harus dipenuhi
untuk kesempurnaan laporan ataupun pemenuhan syarat-syarat berdasarkan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota) wajib
membuat laporan keuangan yang terdiri dari:
1. neraca,
2. laporan realisasi anggaran,
3. laporan arus kas,
4. catatan atas laporan keuangan.
Neraca menyajikan aset, utang, dan ekuitas dana yang diperbandingkan
dengan periode sebelumnya. Laporan realisasi anggaran menyajikan realisasi
pendapatan, belanja dan pembiayaan yang diperbandingkan dengan anggaran
dan dengan realisasi periode sebelumnya. Laporan arus kas menyajikan arus kas
dari aktivitas operasi, aktivitas investasi aset nonkeuangan, aktivitas pembiayaan
dan arus kas dari aktivitas non-anggaran yang diperbandingkan dengan periode
sebelumnya. Sementara itu, catatan atas laporan keuangan antara lain membahas
tentang kebijakan akuntansi dan informasi lain yang diperlukan dan tidak
tercantum dalam ketiga laporan lainnya. Contoh format laporan keuangan dapat
dilihat pada lampiran modul ini.
Kepala satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran
menyusun laporan keuangan dan menyampaikannya kepada
gubernur/bupati/walikota melalui pejabat pengelola keuangan daerah. Laporan
yang harus dibuat terdiri dari neraca, laporan realisasi anggaran dan catatan atas
laporan keuangan. Selain itu, SKPD juga harus membuat laporan kinerja.
Laporan keuangan SKPD dan badan usaha daerah (BUD) disampaikan
selambat-lambatnya 2 bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Penyelenggaraan teknis akuntansi dan penyusunan laporan keuangan SKPD
dapat dilakukan langsung oleh satuan kerja pengguna anggaran atau dibantu
oleh satuan kerja/pihak lain yang ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota
9.4 Administrasi Keuangan 
berdasarkan pertimbangan kondisi sumber daya yang tersedia. Namun demikian,
tanggung jawab atas laporan tersebut berada pada satuan kerja pengguna
anggaran yang bersangkutan.
Pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD) menyusun laporan keuangan
pemerintah daerah berdasarkan laporan keuangan SKPD serta laporan
pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah dan disampaikan
kepada gubernur/bupati/ walikota. Selanjutnya, laporan keuangan pemerintah
daerah tersebut disampaikan kepada badan pemeriksa keuangan (BPK)
selambat-lambatnya 3 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Gubernur/
bupati/walikota memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap
laporan keuangan berdasarkan hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan
pemda serta koreksi lain berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan. Apabila
sampai batas waktu 2 (dua) bulan setelah laporan keuangan disampaikan kepada
BPK, namun BPK belum menyampaikan hasil pemeriksaannya maka kepala
daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah (Perda) tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD) kepada DPRD yang isinya sama dengan yang disampaikan kepada
BPK
PPKD menyusun rancangan Perda tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD dan oleh gubernur/bupati/walikota disampaikan kepada
dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) selambat-lambatnya 6 bulan setelah
tahun anggaran berakhir. Rancangan Perda tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang telah disetujui bersama dengan DPRD, untuk tingkat
pemprov disampaikan kepada mendagri dan untuk tingkat pemkab/pemkot
disampaikan kepada gubernur.
B. LAPORAN KINERJA
Laporan lain yang tingkat kepentingannya sama dengan pelaporan
keuangan adalah laporan kinerja yang berisi ringkasan tentang keluaran dari
masing-masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-masing program
sebagaimana ditetapkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja negara (APBN)/APBD. Format laporan kinerja secara umum untuk
SKPD adalah sebagai berikut.
 ADPU4333/MODUL 9 9.5
LAPORAN KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
TAHUN ANGGARAN …..
Kode
Program
/Kegiatan
Belanja Hasil/Keluaran
Anggaran Realisasi Rencana Realisasi Satuan Keterangan
xxxx Program 1
xxxxx Kegiatan A
Indikator Kinerja 1
Indikator Kinerja 2
xxxx Program 2
Sedangkan format lain yang berkaitan dengan laporan kinerja untuk
provinsi, kabupaten/kota adalah sebagai berikut.
LAPORAN KINERJA PEMERINTAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
TAHUN ANGGARAN ....
Kode
Fungsi/Sub
Fungsi/Program/
Kegiatan
Belanja Hasil/Keluaran
Anggaran Realisasi Rencana Realisasi Satuan Keterangan
xx Fungsi
xx Subfungsi
xxxx Program
xxxxx Kegiatan A
Indikator Kinerja 1
Indikator Kinerja 2
Dengan laporan kinerja ini, kita dapat melihat dan menganalisis jumlah
biaya yang dianggarkan beserta realisasinya dan yang paling penting adalah kita
bisa melihat seberapa hasil dari pengeluaran belanja tersebut. Misalnya program
pendidikan memiliki kegiatan pendidikan informal bagi masyarakat miskin.
Indikator kinerja yang dipakai misalnya jumlah penduduk yang mendapat
pendidikan jahit menjahit sampai mahir. Jika misalnya biaya yang dianggarkan
dan realisasinya 100 juta rupiah dan jumlah masyarakat yang lulus pendidikan
informal ini sejumlah 1000 orang, maka kita dapat melihat bahwa biaya rata-rata
untuk pendidikan ini per orang adalah Rp100.000. Masyarakat dapat melihat
hasil dari pengeluaran daerah ini bagi masyarakat. Ini merupakan contoh
transparansi yang pada masa lampau kurang mendapat perhatian.
9.6 Administrasi Keuangan 
Dalam praktik di masa yang lalu, laporan akuntabilitas ini sering kali
dimanipulasi dengan cara menetapkan indikator kinerja tidak pada awal tahun
anggaran. Indikator ditetapkan pada saat laporan tersebut dibuat sehingga hanya
indikator yang memberikan hasil yang baik saja yang dimunculkan. Akan tetapi,
dengan PP No. 8 Tahun 2006, laporan kinerja merupakan satu kesatuan dengan
pelaporan keuangan dan indikator kinerja harus ditetapkan pada saat
penyusunan anggaran.
C. PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
Dalam PP No. 8 Tahun 2006, entitas akuntansi dan entitas pelaporan wajib
pula membuat surat pernyataan tanggung jawab. Contoh pernyataan tanggung
jawab adalah sebagai berikut:
Surat Pernyataan Tanggung Jawab
Laporan Keuangan Dinas ... Tahun Anggaran ...., sebagaimana terlampir adalah
merupakan tanggung jawab kami.
Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian
intern yang memadai dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan
anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai Standar Akuntansi
Pemerintahan.
........... ..........., 20...
Kepala Dinas ........
(............................)
Pernyataan ini harus dibuat oleh kepala SKPD sebagai pernyataan
bertanggung jawab atas laporan keuangan. Ini merupakan asersi dari
penyelenggara negara yang akan memberikan tekanan psikologis agar
penyelenggara negara menyadari kembali bahwa apa yang dilakukan dan
tercermin dalam laporan keuangan merupakan tanggung jawab secara substansi
maupun formal di depan hukum. Pernyataan tanggung jawab ini juga dibuat
oleh entitas pelaporan untuk pemerintah daerah baik kota, kabupaten maupun
propinsi yang ditandatangani oleh Walikota, Bupati maupun Gubernur sesuai
dengan jenjang tanggung jawab keuangan mereka. Dengan demikian diharapkan
 ADPU4333/MODUL 9 9.7
penerapan good governance di sektor pemerintahan dapat dilaksanakan dengan
baik secara akuntabel dan transparan.
1) Jelaskan hubungan antara pelaporan dan good governance dalam praktik
pemerintahan daerah!
2) Jelaskan laporan apa saja yang harus dibuat sesuai dengan PP 8 Tahun
2006! Jelaskan perbedaan laporan kinerja dengan laporan keuangan!
3) Buatlah contoh surat pernyataan tanggung jawab untuk SKPD pada
pemerintah kabupaten/kota tempat Anda tinggal!
4) Apakah Laporan keuangan SKPD dapat dibuatkan oleh pihak lain?
Jelaskan! Jika boleh siapa yang harus menandatanganinya, SKPD yang
bersangkutan ataukah Pembuatnya?
5) Kapankah indikator-indikator kinerja ditentukan untuk penyusunan laporan
kinerja?
Petunjuk Jawaban Latihan
1) Cobalah Anda cermati kembali materi tentang “Pelaporan Keuangan Pemda
dalam Penerapan Good Governance” dari Kegiatan Belajar 1 ini.
2) Cobalah Anda cermati kembali materi tentang “Pelaporan Keuangan Pemda
dalam Penerapan Good Governance”, yang terdapat dalam Kegiatan
Belajar 1.
3) Sebagai panduan untuk menjawab pertanyaan ini, Anda dapat mencermati
uraian tentang pernyataan tanggung jawab.
4) Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda dapat mencermati kembali uraian
tentang laporan keuangan.
5) Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda dapat mencermati kembali uraian
tentang laporan kinerja.
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
9.8 Administrasi Keuangan 
Berdasarkan PP No 8 Tahun 2006, pemerintah daerah dan SKPD
dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, wajib menyusun
dan menyajikan laporan:
1. keuangan
2. kinerja
Laporan keuangan yang harus dibuat untuk entitas pelaporan
(pemkab/pemkot/pemprop) terdiri dari:
1. neraca,
2. laporan realisasi anggaran,
3. laporan arus kas, dan
4. catatan atas laporan keuangan.
Untuk SKPD, seluruh laporan keuangan tersebut wajib dibuat, kecuali
laporan arus kas. Selain itu, seluruh SKPD maupun
pemkab/pemkot/pemprop wajib pula membuat surat pernyataan tanggung
jawab.
1) Pemerintah daerah (kabupaten/kota/provinsi) wajib membuat laporan
keuangan berikut ini, kecuali ....
A. neraca
B. laporan realisasi anggaran
C. laporan arus kas bulanan
D. catatan atas laporan keuangan
2. Neraca menyajikan aset, utang, dan ekuitas dana yang diperbandingkan
dengan ....
A. periode sebelumnya
B. dua tahun sebelumnya
C. pelaporan lembaga lain
D. hasil monitoring dan evaluasi dari BPK
RANGKUMAN
TES FORMATIF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
 ADPU4333/MODUL 9 9.9
3) Laporan realisasi anggaran menyajikan realisasi pendapatan, belanja dan
pembiayaan yang diperbandingkan dengan anggaran dan realisasi....
A. periode sebelumnya
B. dua tahun sebelumnya
C. target
D. capaian
4) Laporan anggaran dan kegiatan menyajikan arus kas dari aktivitas berikut,
kecuali ....
A. operasi
B. arus kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan
C. arus kas dari aktivitas pembiayaan bulanan
D. arus kas dari aktivitas non-anggaran yang diperbandingkan dengan
periode sebelumnya
5) Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun laporan keuangan dan
menyampaikannya kepada gubernur/bupati/walikota melalui pejabat....
A. pengelola keuangan daerah
B. pembuat komitmen
C. urusan layanan
D. pengguna anggaran
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum
dikuasai.
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
100%
Jumlah Soal

9.10 Administrasi Keuangan 
Kegiatan Belajar 2
Pembukuan dan Pelaporan Keuangan
A. SIKLUS AKUNTANSI
Secara umum, siklus akuntansi dimulai dari penjurnalan bukti dokumen
sumber baik berupa SPM, STS, SP2D maupun dokumen anggaran serta
transaksi lainnya. Setelah penjurnalan kemudian dilakukan posting ke buku
besar yang sesuai. Setelah itu, pada akhir periode pelaporan dibuatkan neraca
saldo untuk mengecek dan meringkas buku besar yang ada untuk selanjutnya
dibuat laporan keuangan. Sebelum dibuat laporan keuangan, biasanya terdapat
ayat jurnal penyesuaian untuk mencatat transaksi dan kejadian yang belum
dicatat dalam jurnal umum sehari-hari seperti pencatatan hasil cek fisik
persediaan, perlengkapan dan pencatatan utang biaya operasional. Cermatilah
bagan siklus akuntansi berikut!
Dokumen
sumber
Buku Besar
Kode Akun Jurnal
Jurnal
Penyesuaian
Neraca
Saldo
Laporan
Keuangan
BAGAN AKUN STANDAR
SIKLUS AKUNTANSI
Dari gambar tersebut terlihat bahwa pencatatan ke jurnal sampai
penyusunan laporan keuangan sangat sederhana. Akan tetapi, dalam praktiknya,
tidaklah sesederhana yang terlihat. Pembukuan ini jika dilakukan secara manual
sangat rumit mengingat kode rekening yang sesuai dengan Permendagri No. 13
Tahun 2006 jumlahnya sangat banyak. Kerumitan ini diperbesar dengan
banyaknya SKPD yang memiliki kode rekening tersendiri sesuai dengan
fungsinya masing-masing. Jumlah rekening ini bisa ratusan sampai ribuan untuk
 ADPU4333/MODUL 9 9.11
kabupaten/kota yang besar. Oleh karena itu, adalah sangat penting untuk
melakukan otomasi pembukuan dengan menggunakan program aplikasi
komputer, baik di tingkat SKPKD maupun untuk SKPD yang besar seperti dinas
pendidikan dan kesehatan. Dengan otomasi, para pegawai pembukuan di
SKPKD maupun SKPD cukup hanya membuat jurnal atau bahkan hanya
mengisi formulir yang ada dan laporan keuangan secara otomatis dapat tercetak
dengan sempurna. Lampiran pembukuan berupa jurnal dan buku besar serta
neraca saldo secara otomatis dapat dihasilkan dari program aplikasi komputer.
Standar akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
adalah standar akuntansi pemerintahan sesuai dengan PP No. 24 Tahun 2005.
Isi PP No. 24 Tahun 2005 secara garis besar adalah sebagai berikut.
1. Kerangka konseptual akuntansi pemerintah.
2. PSAP 01 penyajian laporan keuangan.
3. PSAP 02 laporan realisasi anggaran.
4. PSAP 03 laporan arus KAS.
5. PSAP 04 catatan atas laporan keuangan.
6. PSAP 05 akuntansi persediaan.
7. PSAP 06 akuntansi investasi.
8. PSAP 07 akuntansi aset tetap.
9. PSAP 08 akuntansi konstruksi dalam pengerjaan.
10. PSAP 09 akuntansi kewajiban.
PSAP 10 koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, dan peristiwa luar
biasa.
PSAP 11 laporan keuangan konsolidasian.
Plus: Buletin Teknis tentang Penyusunan Neraca Awal.
Buletin Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Pemda.
Dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah maupun SKPD
wajib menggunakan PP ini sebagai acuan.
B. KODE REKENING DAN SALDO NORMAL
Kode rekening merupakan hal yang penting dalam proses penyusunan dan
konsolidasi laporan keuangan serta verifikasi dan audit atas laporan keuangan.
Kode ini memudahkan penyusun dan auditor laporan keuangan dalam
memahami klasifikasi rekening sesuai dengan jenis, fungsi serta penggunaan
9.12 Administrasi Keuangan 
lain. Kode rekening menurut Permendagri No 13 Tahun 2006 dan Kepmendagri
No 29 Tahun 2003 adalah sebagai berikut.
kode rekening rincian
obyek pendapatan,
belanja & pembiayaan
kode rekening jenis
pendapatan, belanja &
pembiayaan
kode rekening
kelompok pendapatan,
belanja & pembiayaan
Kode rekening Akun
pendapatan, belanja &
pembiayaan
kode Kegiatan
kode Program
kode Organisasi
kode urusan
pemerintahan
XX XX XX XX XX XX XX XX XX
PERMENDAGRI 13/2006
kode rekening bagian
belanja
kode rekening rincian
obyek pendapatan,
belanja & pembiayaan
kode rekening obyek
pendapatan, belanja &
pembiayaan
kode rekening jenis
pendapatan, belanja &
pembiayaan
kode rekening
kelompok pendapatan,
belanja & pembiayaan
kode unit organisasi
kode bidang
pemerintahan
kode rekening
anggaran pendapatan,
belanja & pembiayaan
XX XX XX XX XX XX XX XX
KEPMENDAGRI 29/2002
KODE REKENING
Pada kegiatan belajar ini akan dibahas kode rekening akun yang terdiri dari:
KODE URAIAN
1 Aset
2 Kewajiban
3 Ekuitas Dana
4 Pendapatan
5 Belanja
6 Pembiayaan
Berikut ini, beberapa istilah yang berkaitan dengan saldo.
1. Saldo normal aset merupakan debit, artinya jika terjadi kenaikan dalam
aset, maka akun aset didebit dan jika terjadi penurunan aset maka akun aset
dikredit.
2. Saldo normal utang merupakan kredit, artinya jika terjadi kenaikan dalam
utang, maka akun utang dikredit, dan jika terjadi penurunan utang, maka
akun utang didebit.
 ADPU4333/MODUL 9 9.13
3. Saldo normal ekuitas dana merupakan kredit, artinya jika terjadi kenaikan
dalam ekuitas dana, maka akun ekuitas dana dikredit dan jika terjadi
penurunan ekuitas dana, maka akun ekuitas dana didebit.
4. Saldo normal pendapatan merupakan kredit, artinya jika terjadi kenaikan
dalam pendapatan, maka akun pendapatan dikredit dan jika terjadi
penurunan ekuitas dana, maka akun pendapatan didebit.
5. Saldo normal belanja merupakan debit, artinya jika terjadi kenaikan dalam
belanja, maka akun belanja didebit dan jika terjadi penurunan belanja, maka
akun aset dikredit.
6. Saldo normal pembiayaan penerimaan merupakan kredit, artinya jika terjadi
kenaikan dalam pembiayaan penerimaan, maka akun pembiayaan
penerimaan dikredit dan jika terjadi penurunan penerimaan pembiyaan,
maka akun ini didebit.
7. Saldo normal pembiayaan pengeluaran adalah debet, artinya jika terjadi
kenaikan dalam pembiayaan pengeluaran, maka akun pembiayaan
pengeluaran didebit dan jika terjadi penurunan, maka akun ini dikredit.
C. PENJURNALAN SEDERHANA DALAM PEMBUKUAN
KEUANGAN DAERAH
Berikut ini ilustrasi sederhana tentang penjurnalan akuntansi dengan asumsi
yang sangat sederhana agar mudah untuk dipahami. Penyederhanaan ini dibuat
untuk memudahkan pemahaman konsep jurnal yang memang kelihatannya tidak
mudah. Asumsi yang dibuat, adalah
1. rekening pendapatan hanya ada satu yaitu pendapatan;
2. rekening belanja hanya ada satu yaitu belanja;
3. rekening pengeluaran pembiayaan hanya ada satu, yaitu pengeluaran
pembiayaan;
4. rekening penerimaan pembiayaan hanya ada satu, yaitu penerimaan
pembiayaan;
5. jumlah realisasi anggaran adalah sama dengan APBD;
6. di Pemda hanya ada satu SKPD sehingga pembukuannya terpusat dengan
menggunakan single database.
Pembukuan dengan menggunakan single database merupakan suatu konsep
ideal untuk pembukuan keuangan daerah di masa yang akan datang. Dengan
single data base hanya terdapat satu database besar untuk semua SKPD dan
9.14 Administrasi Keuangan 
SKPKD yang memungkinkan penjurnalan pembukuan dapat dilakukan di
tingkat SKPD dan hasilnya langsung dikonsolidasi di SKPKD.
Pembukuan dengan single database ini sangat sederhana karena komputer
membantu dalam penggabungan laporan.
Secara garis besar, penjurnalan untuk penganggaran, realisasi dan penutup
pendapatan adalah sebagai berikut.
1. Jurnal Pendapatan
Waktu terbit Perda APBD dengan anggaran pendapatan Rp.100
No akun Nama akun Debit Kredit
estimasi pendapatan 100
surplus/defisit tahun perolehan 100
Waktu terbit revisi Perda APBD yang berakibat penambahan Rp.10
No akun Nama akun Debit Kredit
estimasi pendapatan 10
surplus/defisit tahun perolehan 10
Database
SKPD SKPD
 ADPU4333/MODUL 9 9.15
Waktu terbit revisi Perda APBD berakibat penurunan Rp.20
No akun Nama akun Debit Kredit
surplus/defisit tahun perolehan 20
estimasi pendapatan 20
jurnal untuk mencatat estimasi pendapatan yang dialokasi berdasarkan DPA
No akun Nama akun Debit Kredit
Estimasi pendapatan yang dialokasikan 100
alokasi estimasi pendapatan 100
Jurnal untuk mencatat realisasi pendapatan
No akun Nama akun Debit Kredit
Kas di kasda 100
Pendapatan 100
Jurnal penutup
No akun Nama akun Debit Kredit
Alokasi estimasi pendapatan 100
estimasi pendapatan 100
Pendapatan 100
Estimasi pendapatan yang
dialokasikan
100
Surplus/defisit Est. Pendapatan Alokasi esti. pendapatan Est. pend.yg dialokasikan
APBD closing DPA/OKA closing
Pendapatan Kas di Kasda
realisasi
9.16 Administrasi Keuangan 
2. Jurnal Belanja
Untuk penganggaran dan realisasi belanja dapat diilustrasikan pada jurnal
sebagai berikut.
Waktu terbit Perda APBD dengan anggaran pendapatan Rp.100
No. Akun Nama Akun Debit Kredit
surplus/defisit tahun perolehan 100
apropriasi belanja 100
Waktu terbit Perda APBD dengan anggaran pendapatan Rp.100
No. Akun Nama Akun Debit Kredit
Belanja 100
Kas di Kasda 100
Jurnal penutup
No. Akun Nama Akun Debit Kredit
Appropriasi belanja 100
Alokasi Appropriasi belanja 100
Allotment Belanja 100
Belanja 100
Allotment belanja Alokasi Appro belanja Appropiasi belanja Surplus/defisit
DPA/OKA closing APBD closing
Kas di Kasda Belanja
realisasi
 ADPU4333/MODUL 9 9.17
3. Jurnal Penerimaan Pembiayaan
Jurnal untuk penerimaan pembiayaan mirip dengan penjurnalan terhadap
penerimaan. Perkiraan pokok yang terkait dengan transaksi atau kejadian yang
terkait dengan penerimaan pembiayaan, adalah:
a. pembiayaan netto;
b. estimasi penerimaan pembiayaan;
c. alokasi estimasi penerimaan pembiayaan;
d. estimasi penerimaan pembiayaan yang dialokasikan;
e. penerimaan pembiayaan;
f. kas di kasda.
4. Jurnal Kolorari
Untuk transaksi anggaran yang mempengaruhi pos-pos neraca selain kas,
perlu dibuatkan jurnal kolorari. Jurnal kolorari merupakan jurnal yang dibuat
khusus untuk mencatat transaksi atau kejadian yang mempengaruhi pos-pos
selain kas di kasda seperti aktiva tetap, investasi, utang dan ekuitas. Contohnya
adalah pada realisasi anggaran belanja modal yang menyebabkan jumlah aktiva
tetap meningkat, maka selain belanja didebit, dibuat jurnal kolorari yang
mencatat aktiva tetap yang diterima. Misalnya Pemerintah Kabupaten Cirebon
membeli tanah yang tertera dalam belanja modal senilai 1 miliar tunai, maka
jurnalnya adalah sebagai berikut:
No. Akun Nama Akun Debit Kredit
Belanja modal aktiva tetap 1 milyar
Kas di kasda 1 milyar
Jurnal kolorari
Tanah 1 milyar
Diinvestasikan dalam aktiva tetap 1 milyar
Penyederhanaan penjurnalan sangat dimungkinkan untuk dilakukan, jika
Pemda menggunakan single data base. Pada level SKPD cukup melakukan
penjurnalan untuk realisasi anggaran di SKPD masing-masing sedangkan
penjurnalan untuk penganggaran dan alokasi anggaran cukup dilakukan dilevel
SKPKD sehingga SKPD tidak terlalu mengalami kesulitan dalam melakukan
penjurnalan karena hanya melakukan penjurnalan yang berkaitan dengan
realisasi anggaran dan jurnal kolorari.
9.18 Administrasi Keuangan 
D. LAPORAN KEUANGAN DAERAH
Dari jurnal dan buku besar dapat dibuat laporan keuangan khususnya
laporan realisasi anggaran dan neraca.
1. Neraca
Dalam proses penyusunan neraca akhir tahun perlu dibuat neraca awal
terlebih dahulu. Neraca merupakan laporan yang menyajikan posisi keuangan
pemerintah pada tanggal tertentu. Yang dimaksud dengan posisi keuangan
adalah posisi tentang aset, kewajiban dan ekuitas. Aset mencakup seluruh
sumber daya yang memberikan manfaat ekonomi dan/atau sosial yang dimiliki
dan/atau dikuasai oleh pemerintah daerah. Kewajiban merupakan utang yang
harus diselesaikan oleh pemerintah daerah di masa yang akan datang. Ekuitas
mencerminkan kekayaan bersih pemerintah daerah, yaitu selisih antara aset dan
kewajiban. Aset, kewajiban dan ekuitas yang disajikan pada neraca pemerintah
daerah berasal dari perolehan sejak pemerintah daerah tersebut berdiri.
Pencatatan aset dan kewajiban selama ini dilakukan melalui sistem pencatatan
tunggal yang tidak dapat menghasilkan neraca secara langsung. Di samping itu,
pencatatan aset pada umumnya dilakukan juga dalam berbagai subsistem yang
terpecah-pecah dan tidak terintegrasi. Dengan demikian, informasi yang
dihasilkan kurang dapat diyakini keandalannya. Oleh karena itu, untuk
keperluan penyusunan neraca pertama kali, pemerintah daerah perlu
menyiapkan suatu pendekatan tertentu dan melakukan inventarisasi terhadap
aset dan kewajibannya.
Keandalan informasi tentang aset, kewajiban dan ekuitas dalam neraca awal
sangat penting dalam membangun sistem akuntansi pemerintah daerah, karena
jumlah-jumlah yang disajikan dalam neraca awal ini akan menjadi saldo awal,
yang akan terus terbawa dalam sistem akuntansi pada periode berikutnya.
Neraca adalah salah satu komponen laporan keuangan yang
menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan pada tanggal tertentu.
Aset adalah sumber daya yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan/
atau sosial yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah dan dapat diukur
dalam satuan uang. Sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya juga termasuk dalam pengertian
aset. Contoh aset antara lain kas, piutang, persediaan dan bangunan.
 ADPU4333/MODUL 9 9.19
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Kewajiban mencakup utang yang berasal dari pinjaman, utang biaya dan utang
lainnya yang masih harus dibayar. Contoh kewajiban antara lain utang kepada
pemerintah pusat, utang kepada entitas pemerintah lain dan utang perhitungan
pihak ketiga.
Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah. Contoh ekuitas dana antara lain Sisa
Lebih Pembiayaan Anggaran dan ekuitas dana yang diinvestasikan.
Neraca mencerminkan persamaan akuntansi yang umum dikenal yaitu:
Aset = Kewajiban + Ekuitas
Ekuitas pemerintah disebut ekuitas dana. Ekuitas dana pemerintah berbeda
dengan ekuitas sektor komersial. Ekuitas di sektor komersial mencerminkan
sumber dari sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan ekuitas dana
pemerintah merupakan selisih aset dengan kewajiban, sehingga persamaan
akuntansinya menjadi:
Aset – Kewajiban = Ekuitas dana
Akun-akun neraca dikembangkan secara berpasangan. Akun-akun aset dan
kewajiban berpasangan dengan akun-akun yang ada dalam ekuitas dana.
Contoh: Kas berpasangan dengan SiLPA, Persediaan berpasangan dengan
Cadangan Persediaan, Piutang berpasangan dengan Cadangan Piutang, Investasi
Jangka Panjang berpasangan dengan Diinvestasikan dalam Investasi Jangka
Panjang, Aset Tetap berpasangan dengan Diinvestasikan dalam Aset Tetap,
Utang Jangka Pendek berpasangan dengan Dana yang Harus Disediakan untuk
Pembayaran Utang Jangka Pendek.
ASET= KEWAJIBAN + EKUITAS DANA
NERACA AWAL 100 20 80
menerima pendapatan retribusi 200 200
saldo 300 20 280
membayar belanja pegawai -50 -50
saldo 250 20 230
membeli aktiva tetap secara kredit 70 70
saldo 320 90 230
membayar utang pembelian kredit 70 70
9.20 Administrasi Keuangan 
saldo 250 20 230
Membayar gaji karyawan 100 100
saldo 150 20 130
menerima pendapatan pajak daerah 1000 1000
saldo 1150 20 1130
meminjam uang untuk investasi di Tol 200 200
saldo 1350 220 1130
membayar utang investasi 200 200
saldo 1150 20 1130
Contoh penggunaan persamaan akuntansi adalah seperti terlihat pada bagan
di atas. Dari persamaan sebagaimana tertera pada bagan di atas, dapat dilihat
bahwa jumlah aset selalu sama dengan kewajiban ditambah ekuitas dana.
Neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Aset diklasifikasikan
menjadi lancar dan nonlancar. Aset lancar terdiri dari kas atau aset lainnya yang
dapat diuangkan atau dapat dipakai habis dalam waktu 12 bulan mendatang.
Aset nonlancar terdiri dari investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya.
Kewajiban diklasifikasikan menjadi jangka pendek dan jangka panjang.
Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu
12 bulan setelah tanggal pelaporan, sedangkan kewajiban jangka panjang akan
jatuh tempo dalam waktu lebih dari 12 bulan. Ekuitas dana diklasifikasikan
menjadi ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi, dan ekuitas dana cadangan.
Contoh Neraca sederhana adalah sebagai berikut.
Pemerintah Daerah XX
Neraca
Per 31 Desember 200X
ASET
Aset Lancar xxxx
Investasi Jangka Panjang xxxx
Aset Tetap xxxx
Dana Cadangan xxxx
Aset Lainnya xxxx
Jumlah Aset xxxx
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek xxxx
 ADPU4333/MODUL 9 9.21
Kewajiban jangka Panjang xxxx
Jumlah Kewajiban xxxx
EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar xxxx
Ekuitas Dana Investasi xxxx
Ekuitas Dana Cadangan xxxx
Jumlah Ekuitas Dana xxxx
Jumlah Kew. Dan Ekuitas xxxx
Neraca awal adalah neraca yang disusun pertama kali oleh pemerintah
daerah. Neraca awal menunjukkan jumlah-jumlah aset, kewajiban dan ekuitas
dana pada tanggal neraca awal. Sistem pencatatan yang digunakan selama ini
tidak memungkinkan suatu entitas menghasilkan neraca. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pendekatan untuk menentukan jumlah-jumlah yang akan disajikan
dalam neraca. Pendekatan yang dapat digunakan adalah inventarisasi atas pospos
neraca. Inventarisasi tersebut dapat dilakukan dengan cara inventarisasi
fisik, catatan, laporan, atau dokumen sumber lainnya.
Kebijakan akuntansi perlu disiapkan untuk penyusunan neraca awal.
Kebijakan akuntansi ini mencerminkan ketentuan-ketentuan yang digunakan
dalam penyusunan neraca awal seperti pengertian, pengukuran dan hal penting
lainnya yang perlu diungkapkan dalam neraca. Apabila neraca awal yang
disusun pertama kali belum dapat memenuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana
diatur dalam peraturan standar akuntansi pemerintahan maka terhadap pos-pos
neraca tersebut dapat dilakukan koreksi sebagaimana mestinya di kemudian
hari.
Penyusunan dan penyajian laporan keuangan harus sesuai dengan standar
akuntansi pemerintahan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 32 Ayat (1)
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003. Amanat undang-undang tersebut tidak
segera diikuti dengan terbitnya peraturan pemerintah tentang standar akuntansi
pemerintahan. Ketiadaan standar akuntansi pemerintahan menimbulkan berbagai
permasalahan dalam penyusunan neraca. Dalam menyikapi hal ini, pemerintah
daerah pada umumnya berusaha menggunakan suatu ketentuan atau acuan
tertentu dalam menyusun neraca awal. Sebagai hasilnya, neraca pemerintah
daerah beraneka ragam dan penyajiannya belum sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam standar akuntansi pemerintahan.
Berbagai ketentuan atau pedoman yang menjadi acuan dalam penyusunan
neraca pemerintah daerah antara lain Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
9.22 Administrasi Keuangan 
yang berlaku untuk komersial, Draf Publikasian Standar Akuntansi
Pemerintahan, Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 tentang
Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah
serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang terakhir kali diganti dengan
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, dan International Public Sector
Accounting Standard (IPSAS).
Selain acuan yang sangat beragam sebagaimana diuraikan di atas,
penyusunan neraca awal ini juga banyak dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak
mempunyai kompetensi memadai di bidang akuntansi. Banyak pemerintah
daerah menggunakan jasa konsultan atau bekerja sama dengan pihak lain,
namun di antara para konsultan atau pihak yang membantu pemerintah daerah
belum memahami akuntansi pemerintahan dengan baik. Pemahaman dan
interpretasi terhadap ketentuan yang digunakan sebagai acuan, berbeda-beda
antara pihak yang satu dengan lainnya. Dengan demikian, dari satu acuan atau
pedoman dapat dihasilkan neraca yang berbeda-beda.
Berhubung dengan kondisi pencatatan aset dan kewajiban yang pada
umumnya kurang andal, baik dari aspek kelengkapan, keberadaan dan penilaian,
maka untuk penyusunan neraca awal, pemerintah daerah perlu menyusun
langkah-langkah yang terstruktur, bertahap, jelas, mudah dipahami dan dapat
dilaksanakan. Langkah-langkah tersebut, antara lain:
1. menentukan ruang lingkup pekerjaan;
2. menyiapkan formulir-formulir berikut petunjuk pengisiannya;
3. memberikan penjelasan kepada tim yang akan melakukan penyusunan
neraca awal;
4. melaksanakan kegiatan pengumpulan data dan inventarisasi aset dan
kewajiban;
5. melakukan pengolahan data dan klasifikasi aset dan kewajiban sesuai
dengan standar akuntansi pemerintahan;
6. melakukan penilaian aset dan kewajiban;
7. menyajikan akun-akun aset, kewajiban, dan ekuitas berikut jumlahnya
dalam format neraca.
Langkah-langkah sebagaimana disebutkan di atas, dapat disusun dengan
mengacu pada buletin teknis standar akuntansi pemerintahan. Buletin teknis
yang dikeluarkan KSAP meliputi pengidentifikasian akun-akun neraca, cakupan,
 ADPU4333/MODUL 9 9.23
pengumpulan data dan dokumen sumber, pencatatan, penilaian, penyajian, dan
pengungkapan akun-akun neraca. Dengan demikian, diharapkan pemerintah
daerah yang belum mempunyai neraca awal dapat menggunakan buletin teknis
ini sebagai panduan utama.
2. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan realisasi anggaran merupakan laporan yang membandingkan antara
anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan dengan realisasinya. Laporan
realisasi anggaran adalah laporan yang menyajikan perhitungan atas pelaksanaan
dari semua yang telah dianggarkan dalam tahun anggaran tertentu yang meliputi
kelompok pendapatan, belanja dan pembiayaan. Pada dasarnya, laporan ini
menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang
dikelola oleh pemerintah daerah, dan menggambarkan perbandingan antara
anggaran dan realisasinya dalam satu tahun anggaran.
Laporan realisasi anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi
pendapatan, belanja dan pembiayaan dari suatu pemerintah daerah yang masingmasing
diperbandingkan dengan anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi
para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi
sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas, dan ketaatan pemerintah daerah
terhadap anggaran.
Laporan realisasi anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam
memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai
kegiatan pemerintah daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan
laporan secara komparatif. Laporan realisasi anggaran dapat menyediakan
informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi sumber daya ekonomi
yang diperoleh.
Unsur atau elemen yang dicakup dalam laporan realisasi anggaran terdiri
atas pendapatan, belanja, transfer; surplus/defisit; pembiayaan; sisa lebih
pembiayaan anggaran.
Laporan realisasi anggaran disajikan sedemikian rupa sehingga
menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan
pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Laporan realisasi
anggaran menyandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit
dan pembiayaan dengan anggarannya. Laporan ini dijelaskan lebih lanjut dalam
catatan atas laporan keuangan. Catatan tersebut memuat hal-hal yang
mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter,
sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dengan
9.24 Administrasi Keuangan 
realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang
dianggap perlu untuk dijelaskan.
Laporan realisasi anggaran minimal harus mencakup pos-pos sebagai
berikut.
a. Pendapatan.
b. Belanja.
c. Transfer.
d. Surplus/defisit.
e. Penerimaan pembiayaan.
f. Pengeluaran pembiayaan.
g. Pembiayaan netto.
h. Selisih lebih pembiayaan anggaran (SiLPA).
3. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan kegiatan
operasional, investasi, pembiayaan dan transaksi non-anggaran yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas
pemerintah daerah pada periode anggaran tertentu.
Tujuan pelaporan arus kas, adalah memberikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi dan
saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk
sarana pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.
Informasi arus kas berguna sebagai indikator terhadap jumlah arus kas di
masa yang akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran
arus kas yang telah dibuat sebelumnya. Laporan arus kas juga menjadi alat
pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode
pelaporan.
Jika dikaitkan dengan laporan keuangan daerah lainnya, laporan arus kas
memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam
mengevaluasi perubahan kekayaan bersih atau ekuitas dana suatu entitas
pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan
solvabilitas).
Unsur atau elemen yang dicakup dalam laporan arus kas terdiri dari
penerimaan dan pengeluaran kas. Penerimaan adalah semua penerimaan kas
daerah yang dibukukan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Pengeluaran
adalah semua pengeluaran kas daerah yang dibukukan dalam tahun anggaran
yang bersangkutan.
 ADPU4333/MODUL 9 9.25
Laporan arus kas menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas
selama periode tertentu dan diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi,
investasi aset nonkeuangan, pembiayaan dan non-anggaran. Klasifikasi arus kas
didasarkan pada aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan dan
non-anggaran memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna
laporan keuangan untuk menilai pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi
kas dan setara kas pemerintah daerah. Informasi tersebut juga dapat digunakan
untuk mengevaluasi hubungan antar-aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan,
pembiayaan dan non-anggaran.
Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa
aktivitas, misalnya transaksi pelunasan utang yang terdiri atas pelunasan pokok
utang dan bunga utang. Pembayaran pokok utang akan diklasifikasikan ke dalam
aktivitas pembiayaan sedangkan pembayaran bunga utang akan diklasifikasikan
ke dalam aktivitas operasi.
Berikut ini, adalah aktivitas-aktivitas yang terdapat dalam laporan arus kas.
a. Aktivitas Operasi
Arus kas bersih dari aktivitas operasi merupakan indikator yang
menunjukkan kemampuan operasi pemerintah daerah dalam menghasilkan
kas yang cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang
akan datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
b. Aktivitas Investasi
Arus kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan mencerminkan
penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan
pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mendukung pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat di masa yang
akan datang.
c. Aktivitas Pembiayaan
Arus kas dari aktivitas pembiayaan mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto sehubungan dengan pendanaan defisit atau
penggunaan surplus anggaran, yang bertujuan untuk memprediksi klaim
pihak lain terhadap arus kas pemerintah daerah dan klaim pemerintah
terhadap pihak lain di masa yang akan datang.
9.26 Administrasi Keuangan 
d. Aktivitas Non Anggaran
Arus kas dari aktivitas non-anggaran mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi anggaran. Arus kas dari
aktivitas non-anggaran antara lain perhitungan pihak ketiga. Perhitungan
pihak ketiga menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang
dipotong dari Surat Perintah Membayar atau diterima secara tunai untuk
fihak ketiga, misalnya potongan Taspen dan Askes.
Arus kas masuk dari aktivitas non anggaran meliputi penerimaan PFK,
sedangkan arus kas keluar untuk aktivitas aktivitas non anggaran meliputi
pengeluaran PFK.
Sementara itu, metode pelaporan laporan arus kas ada dua, yaitu:
a. Metode Langsung
Metode ini mengungkapkan pengelompokkan utama penerimaan dan
pengeluaran kas bruto.
b. Metode Tidak Langsung
Dalam metode ini, surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksitransaksi
operasional non kas, pos-pos yang ditangguhkan (deferral) atau
akrual penerimaan kas atau pembayaran yang lalu atau yang akan datang
serta unsur pendapatan dan belanja dalam bentuk kas yang berkaitan
dengan aktivitas investasi aset non keuangan dan pembiayaan. Pemerintah
daerah sebaiknya menggunakan metode langsung dalam melaporkan arus
kas dari aktivitas operasi. Beberapa keuntungan penggunaan metode
langsung adalah:
1) menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengestimasikan arus
kas di masa yang akan datang;
2) lebih mudah dipahami oleh pengguna laporan;
3) data tentang kelompok penerimaan dan pengeluaran kas bruto dapat
langsung diperoleh dari catatan akuntansi.
Arus kas yang timbul dari transaksi mata uang asing harus dibukukan
dengan menggunakan mata uang rupiah dengan menjabarkan mata uang asing
tersebut ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs pada tanggal transaksi.
Arus kas yang timbul dari aktivitas entitas pelaporan di luar negeri harus
dijabarkan ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs pada tanggal transaksi.
 ADPU4333/MODUL 9 9.27
Transaksi investasi dan pembiayaan yang tidak mengakibatkan penerimaan
atau pengeluaran kas dan setara kas tidak dilaporkan dalam laporan arus kas.
Transaksi tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Pengecualian transaksi bukan kas dari laporan arus kas konsisten dengan
tujuan laporan arus kas karena transaksi bukan kas tersebut tidak mempengaruhi
kas periode yang bersangkutan. Contoh transaksi bukan kas yang tidak
mempengaruhi laporan arus kas adalah perolehan aset melalui pertukaran atau
hibah.
E. ILLUSTRASI PENJURNALAN LEBIH KOMPLEKS DALAM
KEUANGAN DAERAH
Dengan memahami jurnal standar akan memudahkan kita dalam memahami
jurnal yang lebih kompleks untuk transaksi dan kejadian yang benar-benar
sesuai dengan kondisi pemerintahan daerah. Kode rekening yang jumlahnya
ratusan dapat membuat penjurnalan menjadi lebih kompleks. Berikut ini
penjurnalan dengan menggunakan kasus riil yang lebih kompleks. Walaupun
lebih kompleks dari ilustrasi sebelumnya, contoh jurnal standar yang didesain
untuk pemerintah daerah kota/kabupaten atau propinsi berikut ini menggunakan
asumsi pembukuan tersentralisasi. Secara database, hanya terdapat satu
database (single database) yang digunakan untuk mencatat semua transaksi
yang terjadi. SKPD hanya memiliki terminal pembukuan yang merupakan
client komputer dari komputer server yang ada di SKPKD. Berikut ini, jurnal
standar untuk pengesahan APBD.
JURNAL STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
JURNAL ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
SISTEM AKUNTANSI UMUM/BIRO KEUANGAN
No Transaksi DS B B D K
APBD
disetujui
oleh
DPRD
Perda
I. Estimasi Pendapatan Pajak
Daerah
xxx
APBD Estimasi Pendapatan
Retribusi Daerah
xxx
Estimasi Pendapatan
Bagian Laba BUMD dan
Investasi Lainnya
xxx
xxx
9.28 Administrasi Keuangan 
No Transaksi DS B B D K
Estimasi Pendapatan dari
Lain-lain PAD
Estimasi Pendapatan
Bagian Daerah dari PBB
dan BPHTB
xxx
Estimasi Pendapatan
Bagian Daerah dari Pajak
Penghasilan
Estimasi Pendapatan
Bagian Daerah dari SDA
Estimasi Pendapatan Dana
Alokasi Umum Estimasi
Pendapatan Dana Alokasi
Khusus
Estimasi Pendapatan Bagi
Hasil Pajak Provinsi
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Estimasi Pendapatan Bagi
Hasil Lainnya dari Provinsi
Estimasi Pendapatan Hibah
Estimasi Pendapatan Dana
Darurat
Estimasi Pendapatan Lainlain
Surplus/Defisit Tahun
Pelaporan
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Apropriasi Belanja Pegawai xxx
Apropriasi Belanja Barang
dan Jasa
Xxx
Apropriasi Belanja
Pemeliharaan
xxx
Apropriasi Belanja
Perjalanan Dinas
xxx
Apropriasi Belanja
Pinjaman
xxx
Apropriasi Belanja Subsidi xxx
Apropriasi Belanja Hibah xxx
Apropriasi Belanja Bantuan
Sosial
xxx
Apropriasi Belanja Operasi
Lainnya
xxx
Apropriasi Belanja Aset
Tetap
xxx
Apropriasi Belanja Aset
Lainnya
xxx
 ADPU4333/MODUL 9 9.29
No Transaksi DS B B D K
Apropriasi Belanja Tak
Tersangka
xxx
Apropriasi Bagi Hasil Pajak
ke Kabupaten/Kota
xxx
Apropriasi Bagi Hasil
Pendapatan Lainnya ke
Kab./Kota
xxx
Apropriasi Bagi Hasil Pajak
ke Desa
xxx
Apropriasi Bagi Hasil
Retribusi ke Desa
Xxx
Apropriasi Bagi Hasil
Pendapatan Lainnya ke
Desa
xxx
Estimasi Pencairan Dana
Cadangan
xxx
xxx
Apropriasi Pembentukan
Dana Cadangan
Surplus/Defisit Tahun
Pelaporan
Estimasi Penggunaan Sisa
Lebih Perhitungan
Anggaran (SiLPA)
xxx
xxx
xxx
Estimasi Penerimaan
Penjualan Aset Yang
Dipisahkan (Divestasi)
xxx
Estimasi Pen Kembali Pinja.
kepada BUMN/D/ Pem.
Pusat/ DO Lainnya & Lbg
Internasional
xxx
Estimasi Pen. Penjualan
Penyertaan Modal dalam
Proyek Pembangunan
xxx
Estimasi Penerimaan
Penjualan Investasi
Permanen Lainnya Estimasi
Penerimaan Pinjaman Luar
Negeri
xxx
xxx
Estimasi Penerimaan
Pinjaman dari Pemerintah
Pusat
xxx
Estimasi Penerimaan
Pinjaman dari Pemerintah
Daerah Otonom Lainnya
xxx
9.30 Administrasi Keuangan 
No Transaksi DS B B D K
Estimasi Penerimaan
Pinjaman dari
BUMN/BUMD
xxx
Estimasi Penerimaan
Pinjaman dari
Bank/Lembaga Keuangan
xxx
Estimasi Penerimaan
Pinjaman dalam Negeri
Lainnya
xxx
Apropriasi Pengeluaran
Penyertaan Modal
Pemerintah Daerah
xxx
Apropriasi Pemberian
Pinjaman kepeda
BUMN/D/Pem
Pusat/DO Lainnya & Lbg
Internl.
xxx
Apropriasi Pengel.
Penyertaan Modal dalam
Proyek Pembangunan
xxx
Apropriasi Pengeluaran
Penyertaan dalam Investasi
Permanen Lainnya
xxx
Apropriasi Pembayaran
Pokok Pinjaman Luar
Negeri
xxx
Apropriasi Pembayaran
Pokok Pinjaman
Pemerintah Pusat
xxx
Apropriasi Pembayaran
Pokok Pinjaman
Pemerintah DO Lainnya
xxx
Apropriasi Pembayaran
Pokok Pinjaman
BUMN/BUMD
xxx
Catatan: Apropriasi Pembayaran
Pokok Pinjaman
Bank/Lembaga Keuangan
xxx
Asumsi
estimasi
pendapatan
lebih kecil
dari
apropriasi
Apropriasi Pembayaran
Pokok Pinjaman Dalam
Negeri Lainnya
Pembiayaan Netto Tahun
Pelaporan
xxx
xxx
 ADPU4333/MODUL 9 9.31
Jurnal standar untuk persetujuan anggaran tentang pendapatan adalah:
No akun Nama akun Debit Kredit
Estimasi pendapatan xx
Surplus/defisit tahun perolehan xx
Sedangkan, jurnal standar untuk persetujuan APBD tentang belanja:
No akun Nama akun Debit Kredit
surplus/defisit tahun perolehan xx
apropriasi Belanja xx
Dalam daftar jurnal standar di atas, baik pendapatan, belanja maupun
pembiayaan digabung dalam satu jurnal sehingga kelihatan lebih rumit. Akan
tetapi, jika kita dapat memahami jurnal standar yang lebih sederhana, maka
kerumitan ini menjadi hilang dan mudah untuk memahami jurnal-jurnal yang
kelihatannya kompleks.
F. ILUSTRASI PEMBUKUAN TERDESENTRALISASI DI SKPD
Penjurnalan dan penyusunan sebelumnya didasarkan pada single data base
system yang memungkinkan penjurnalan tersentralisasi. Ini merupakan sistem
jaringan yang paling ideal untuk masa depan dan paling mudah untuk
dioperasikan. Karena rata-rata sistem jaringan pada Pemda masih belum dapat
berjalan dengan single data base, maka pembukuan yang terdesentralisasi
merupakan pembukuan yang paling mungkin dilaksanakan untuk saat ini.
Pada sistem yang terdesentralisasi, pembukuan dibuat oleh masing-masing
SKPD secara otonom dan laporan keuangan Pemda merupakan
pengkonsolidasian seluruh laporan dari masing-masing SKPD. Konsolidasi
laporan Pemda merupakan penjumlahan secara horisontal dari seluruh laporan
keuangan SKPD. Karena itu, pembukuan di SKPD merupakan pembukuan yang
sangat penting. Untuk itu, pada bagian berikutnya akan diillustrasikan langsung
pembukuan dilevel SKPD.
Penjurnalan dan pembuatan laporan keuangan berdasarkan illustrasi
sebelumnya walaupun diusahakan untuk disederhanakan, namun masih terlihat
kompleks. Penyederhanaan lebih lanjut dapat dilakukan dengan mengabaikan
untuk sementara jurnal penyusunan anggaran dan jurnal penutup maupun jurnal
9.32 Administrasi Keuangan 
pembalik. Hal yang penting dalam ilustrasi penyederhanaan ini adalah Anda
dapat melakukan jurnal:
1. realisasi anggaran;
2. korolari.
Penjurnalan ini dapat dilakukan dengan relatif mudah dan menghindarkan
kompleksitas yang tinggi. Dengan berbekal dari pokok bahasan penjurnalan
sebelumnya berikut ini diberikan ilustrasi untuk kasus Kabupaten Bakti Nusa
yang hanya memiliki satu SKDP, yaitu Disdik dan SKPKD (selain sebagai
SKPD, Disdik juga sebagai pengelola keuangan).
APBD yang telah menjadi Perda misalnya dapat dilihat pada Tabel APBD.
APBD telah melalui berbagai proses pembahasan dan akhirnya disahkan dan
DIPA juga telah siap untuk dilaksanakan. Anggaran ini dibagi dua porsi untuk
SKPD dan BPKD. SKPD memiliki porsi yang lebih kecil untuk memudahkan
ilustrasi penjurnalan. SKPD pada waktu pengesahan anggaran cukup melakukan
penjurnalan sederhana sebagai berikut.
Pencatatan Alokasi Estimasi Pendapatan Debit Kredit
Alokasi Estimasi Pendapatan Retribusi Daerah 2,699,136
Alokasi Estimasi Pendapatan Lain-Lain PAD 1,368,000
Utang Kepada Kas Daerah 4,067,136
(mencatat alokasi estimasi pendapatan SKPD)
Jurnal ini memunculkan adanya semacam kewajiban bagi SKPD untuk
menyetorkan pendapatan sebesar anggaran yang telah disahkan sebesar
Rp.4.067.136.
Untuk jurnal anggaran belanja di SKPD Disdik dapat Anda lihat pada
ilustrasi berikut.
 ADPU4333/MODUL 9 9.33
Pencatatan Alokasi Belanja
Piutang ke Kas Daerah 59,022,720
Allotment Belanja Pegawai 38,200,320
Allotment Belanja Barang dan Jasa 9,504,000
Allotment Belanja Bantuan Sosial 2,373,120
Allotment Belanja Peralatan dan Mesin 1,265,280
Allotment Belanja Jalan, Jaringan dan Irigasi
7,680,000
(mencatat alokasi Belanja SKPD)
Piutang ke kas daerah menggambarkan otorisasi belanja bagi SKPD sebesar
Rp 59.022.720. Hal ini digunakan untuk mencatat bahwa SKPD ini memiliki
kewenangan/hak untuk melakukan pengeluaran sebesar Rp 59.022.720.
Pemunculan akun utang maupun piutang ini sebenarnya tidak pas benar karena
anggaran yang disetujui merupakan target yang diharapkan dapat tercapai dan
bukan merupakan kewajiban secara hukum yang harus dipenuhi. Target ini jika
tidak dapat direalisasikan, maka selisihnya harus dihapuskan sebelum awal
tahun berikutnya.
Akun alotment belanja merupakan akun anggaran yang nantinya harus
ditutup dengan realisasi anggaran. Penjurnalan ini kelihatannya kompleks, oleh
karena itu untuk sementara diabaikan. SKPD sebaiknya berfokus pada
penjurnalan untuk realisasi anggaran dan jurnal korolari yang sangat penting
untuk mencatat realisasi aktual.
9.34 Administrasi Keuangan 
Tabel APBD
KABUPATEN BAKTI NUSA PERDA APBD ................
TOTAL
DPA
SKPD
DISDIK
DPA
SKPKD
PENDAPATAN:
PENDAPATAN ASLI DAERAH:
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
JUMLAH
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA
PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
JUMLAH
Transfer Pemerintah Pusat Lainnya
Dana Penyesuaian
Transfer Pemerintah Propinsi-Dana
Perimbangan
Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari
Propinsi
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Dana Darurat
JUMLAH PENDAPATAN
BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
JUMLAH
16,240,000 - 16,240,000
8,179,200 2,453,760 5,725,440
236,160 - 236,160
4,800,000 1,440,000 3,360,000
29,455,360 3,893,760 25,561,600
---
---
15,072,000 - 15,072,000
173,472,000 - 173,472,000
384,000 - 384,000
188,928,000 - 188,928,000
---
5,760,000 - 5,760,000
---
---
10,298,880 - 10,298,880
---
---
4,608,000 - 4,608,000
---
239,050,240 3,893,760 235,156,480
---
---
---
127,334,400 38,200,320 89,134,080
31,680,000 9,504,000 22,176,000
320,000 - 320,000
2,284,800 - 2,284,800
2,995,200 - 2,995,200
7,910,400 2,373,120 5,537,280
172,524,800 50,077,440 122,447,360
---
4,217,600 1,265,280 2,952,320
25,600,000 7,680,000 17,920,000
 ADPU4333/MODUL 9 9.35
TOTAL
DPA
SKPD
DISDIK
DPA
SKPKD
BELANJA MODAL
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Jalan, Irigasi dan Bangunan
JUMLAH
BELANJA TAK TERDUGA
JUMLAH BELANJA
TRANSFER/BAG I HASIL
DESA Bagi Hasil Pajak
JUM LAH BELANJA DAN TRANSFER
Surplus/Defisit (a-b)
PEMBIAYAAN
PENERIMAAN
Penggunaan SILPA
Pencairan Dana Cadangan
Jumlah Penerimaan
PENG ELUARAN
Pengeluaran Penyertaan Modal
Pembayaran pokok utang yg
jatuh tempo Pengeluaran
Pinjaman kepada PDAM
Jumlah Pengeluaran
Pembiayaan Netto
29,817,600 8,945,280 20,872,320
---
499,200 - 499,200
---
202,841,600 59,022,720 143,818,880
---
---
15,820,800 - 15,820,800
---
218,662,400 59,022,720 159,639,680
--
20,387,840 -
--
--
812,160 812,160
800,000 800,000
1,612,160 1,612,160
--
--
12,800,000 12,800,000
3,200,000 3,200,000
6,000,000 6,000,000
22,000,000 22,000,000
-
(20,387,840)
Realisasi anggaran untuk tahun 2013 dimisalkan seperti pada tabel berikut
baik pada SKPD maupun BPKD/SKPKD.
Tabel Realisasi APBD Pemerintah Daerah bakti Nusa
Realisasi Tahun Anggaran 2013
Konsolidasi SKPD DISDIK Realisasi
SKPD
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI
DAERAH
Pajak Daerah 19,488,000 19,488,000
Retribusi Daerah 8,997,120 2,699,136 6,297,984
9.36 Administrasi Keuangan 
Konsolidasi SKPD DISDIK Realisasi
SKPD
Hasil Perusda Hasil
Pengelolaan Kekayaan
Daearah yang Dipisahkan
283,392 283,392
Lain-Lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah (penjualan
pn dan mesin
4,560,000 1,368,000 3,192,000
JUMLAH 33,328,512 4,067,136 29,261,376
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH
PUSAT-DANA PERIMBA
Dana Bagi Hasil Pajak 15,072,000 15,072,000
Dana Alokasi Umum 173,472,000 173,472,000
Dana Alokasi Khusus 384,000 384,000
JUMLAH 188,928,000 4,067,136 188,928,000
TRANSFER PEMERINTAH
PUSAT LAINNYA
Dana Penyesuaian 5,760,000 5,760,000
TRANSFER PEMERINTAH
PROPINSI-DANA PERIMB
Bagi Hasil Pajak dan Bantuan
Keuangan dari Propinsi
10,298,880 10,298,880
LAIN-LAIN PENDAPATAN
YANG SAH
Dana Darurat 4,608,000 4,608,000
JUMLAH PENDAPATAN 242,923,392 4,067,136 238,856,256
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai 140,067,840 42,020,352 98,047,488
Belanja Barang dan Jasa 31,046,400 9,313,920 21,732,480
Bunga 320,000 320,000
Subsidi 2,056,320 2,056,320
Hibah 2,995,200 2,995,200
Bantuan Sosial 7,514,880 2,254,464 5,260,416
JUMLAH 184,000,640 53,588,736 130,411,904
BELANJA MODAL
Belanja Peralatan dan Mesin 4,217,600 1,265,280 2,952,320
Belanja Jalan, Irigasi dan
Bangunan
25,600,000 7,680,000 17,920,000
BELANJA TAK TERDUGA 299,520 299,520
JUMLAH BELANJA 214,117,760 62,534,016 151,583,744
TRANSFER/BAGI HASIL
DESA
Bagi Hasil Pajak 15,820,800 15,820,800
 ADPU4333/MODUL 9 9.37
Konsolidasi SKPD DISDIK Realisasi
SKPD
JUMLAH BELANJA DAN
TRANSFER
229,938,560 62,534,016 167,404,544
Surplus/Defisit (a-b) 12,984,832
PENERIMAAN
PEMBIAYAAN
Penggunaan SILPA
Pencairan Dana Cadangan 800.000 800.000
Jumlah Penerimaan 800.000 800.000
PENGELUARAN
Pengeluaran Penyertaan
Modal
6,400,000 6,400,000
Pembayaran pokok utang yg
jatuh tempo
3,200,000 3,200,000
Pengeluaran Pinjaman
kepada PDAM
3,600,000 3,600,000
Jumlah Pengeluaran 13,200,000 13,200,000
Pembiayaan Netto (12,400,000)
SILPA 584,832
Realisasi anggaran selama tahun 2007 juga terbagi pada SKPD Disdik dan
SKPKD yang jumlahnya merupakan akumulasi dari seluruh realisasi anggaran
2007. Penjurnalan yang dilakukan adalah secara bertahap sehingga totalnya
sebesar realisasi anggaran. Untuk menyederhanakan pembukuan maka
penjurnalan dilakukan seolah-olah realisasi anggaran terjadi sekaligus. Berikut
ini, jurnal untuk realisasi anggaran ini.
Utang Kepada Kas Daerah 1,368,000
Lain-lain PAD 1,368,000
( Untuk mencatat penerimaan Lain-lain PAD dari
penjualan peralatan dan mesin)
Utang kepada kas daerah didebit untuk mencatat realisasi anggaran. Hal ini
menunjukkan bahwa komitmen SKPD untuk merealisasikan jumlah pendapatan
tertentu sudah dilakukan.
9.38 Administrasi Keuangan 
Untuk realisasi belanja maka penjurnalannya sebagai berikut:
Belanja Pegawai (LS)
Belanja Pegawai 42,020,352
Piutang Dari Kas Daerah 42,020,352
(Mencatat belanja pegawai-LS)
Belanja Pegawai dan Jasa (LS)
Belanja Barang Dan Jasa 9,313,920
Piutang Dari Kas Daerah 9,313,920
(Mencatat belanja barang dan jasa-LS)
Akun piutang dari kas daerah dikredit pada saat realisasi anggaran untuk
mengurangi hak SKPD untuk melakukan pengeluaran anggaran sesuai dengan
APBD. Jika realisasi belanja dilakukan maka hak SKPD menjadi semakin
berkurang.
Belanja Modal (LS)
Belanja Modal-Peralatan dan mesin 1,265,280
Piutang Dari Kas Daerah 1,265,280
(untuk mencatat belanja modal untuk perolehan
peralatan dan mesin)
Jurnal korolari
Peralatan dan Mesin 1,265,280
Diinvestasikan Dalam Aset tetap 1,265,280
(mencatat peralatan dan mesin)
Belanja Modal-Jalan, irigasi dan jaringan 7,680,000
Piutang Dari Kas Daerah 7,680,000
(untuk mencatat belanja modal-jalan, irigasi dan
jaringan)
Konstruksi dalam pengerjaan jika sudah selesai 100% maka harus dilakukan
penyesuaian untuk melakukan reklasifikasi menjadi aktiva tetap sesungguhnya.
Jurnal yang dilakukan adalah sebagai berikut:
 ADPU4333/MODUL 9 9.39
Konstruksi dalam Pengerjaan 7,680,000
Diinvestasikan dalam aset tetap 7,680,000
Persediaan 2.250,000
Cadangan persediaan 2.250,000
(untuk mencatat belanja modal-jalan, irigasi dan
jaringan)
Buku besar realisasi anggaran secara tradisional umumnya sangat
sederhana. Karena itu, ada baiknya jika buku besar yang selama ini ada
dilakukan modifikasi dengan memasukan data anggaran tahun berjalan pada
rekening realisasi anggaran. Hal ini dapat menjadi alat kontrol agar realisasi
anggaran belanja tidak melampaui jumlah yang dianggarkan. Dengan modifikasi
ini maka buku besar sebaiknya dibuat seperti berikut:
Belanja Alat Tulis Kantor
Tgl Uraian Debit Kredit Saldo
realisasi
Anggaran Selisih
10 Pembelian 2.000.000 2.000.000 10.000.000 8.000.000
Dengan demikian, buku besar selain berfungsi untuk mencatat realisasi
anggaran belanja, juga dapat berfungsi sebagai alat kontrol pengeluaran belanja
untuk realisasi anggaran. Jika saldo realisasi anggaran ternyata lebih besar
daripada anggaran yang tersedia maka SKPD dapat menyetop pengeluaran
tersebut.
Untuk realisasi anggaran SKP Disdik di Kabupaten Bakti Nusa Tahun 2013,
buku besar yang terkait dengan realisasi anggaran adalah sebagai berikut:
RETRIBUSI DAERAH
Tgl Uraian Debit Kredit Saldo Anggaran Selisih
1-Jan 2,699,136 2,699,136 2,453,760 -245,376
9.40 Administrasi Keuangan 
LAIN-LAIN PAD YANG SAH
Tgl Uraian Debit Kredit Saldo Anggaran Selisih
1-Jan 1,368,000 1,368,000 1,440,000 72,000
BELANJA PEGAWAI
Tgl Uraian Debit Kredit Saldo Anggaran Selisih
1-Jan 42,020,352 42,020,352 38,200,320 -3,820,032
BELANJA BARANG DAN JASA
Tgl Uraian Debit Kredit Saldo Anggaran Selisih
1-Jan 9,313,920 9,313,920 9,504,000 190,080
BANTUAN SOSIAL
Tgl Uraian Debit Kredit Saldo Anggaran Selisih
1-Jan 2,254,464 2,254,464 2,373,120 118,656
BELANJA PERALATAN DAN MESIN
Tgl Uraian Debit Kredit Saldo Anggaran Selisih
1-Jan 1,265,280 1,265,280 1,265,280 0
BELANJA JALAN, IRIGASI DAN BANGUNAN
Tgl Uraian Debit Kredit Saldo Anggaran Selisih
1-Jan 7,680,000 7,680,000 7,680,000 0
Dari buku besar ini dibuat laporan keuangan realisasi anggaran untuk SKPD
sebagai berikut.
 ADPU4333/MODUL 9 9.41
DINAS PENDIDIKAN
Laporan Realisasi Anggaran
Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2013
Uraian DPA-SKPD Realisasi %
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah 2,453,760 2,699,136 110%
Lain - lain PAD 1,440,000 1,368,000 95%
Total Pendapatan Asli Daerah 3,893,760 4,067,136 104%
Total Pendapatan 3,893,760 4,067,136 104%
BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Pegawai 38,200,320 42,020,352 110%
Belanja Barang dan jasa 9,504,000 9,313,920 98%
Belanja Bantuan Sosial 2,373,120 2,254,464 95%
Total Belanja Operasi 50,077,440 53,588,736 107%
Belanja Modal
Belanja Peralatan dan Mesin 1,265,280 1,265,280 100%
Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan 7,680,000 7,680,000 100%
Total Belanja Modal 8,945,280 8,945,280 100%
Laporan realisasi anggaran SKPD pada kolom realisasi dapat diambil dari
saldo buku besar realisasi anggaran. Sedangkan DPA SKPD juga dapat diambil
dari dokumen anggaran yang ada atau buku besar yang telah dimodifikasi.
Neraca SKPD pada akhir tahun dapat dibuat dengan memindahkan saldo
buku besar yang terkait dengan neraca di atas. Dengan demikian, maka neraca
SKPD Disdik per 31 Desember 2013 dapat disajikan sebagai berikut.
ASET
ASET LANCAR
Kas di Bendahara Pengeluaran 1,440,000
Kas di Bendahara Penerimaan 2,100,000
Bagian lancar TGR 4,656,000
Persediaan 6,000,000
JUMLAH ASET LANCAR 14,196,000
9.42 Administrasi Keuangan 
ASET TETAP
Tanah 54,614,400
Peralatan dan Mesin 45,463,680
Gedung dan Bangunan 67,608,000
Jalan, Irigasi dan Jaringan 87,912,000
Konstruksi dalam Pengerjaan 19,200,000
Akumulasi penyusutan (14,400,000)
JUMLAH ASET TETAP 260,398,080
JUMLAH ASET 274,594,080
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Uang Muka Dari Kas Daerah 1,440,000
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
JUMLAH KEWAJIBAN 1,440,000
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Silpa akumulasi 3,540,000
Cadangan TGR 4,656,000
Cadangan Persediaan 6,000,000
Dana yang harus disediakan untuk pemb utang jk
pendek
(1,440,000)
JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR 12,756,000
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 260,398,080
DIINVESTASIKAN DALAM ASET LAINNYA -
JUMLAH EKUITAS DANA INVESTASI 260,398,080
JUMLAH EKUITAS DANA 273,154,080
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 274,594,080
 ADPU4333/MODUL 9 9.43
Penyusunan laporan keuangan untuk SKPKD menggunakan logika yang
sama dengan SKPD ini. Untuk mengurangi pengulangan yang tidak perlu maka
SKPKD tidak kita bahas dalam hal ini.
Pada akhir tahun, laporan keuangan SKPD dan SKPKD dikonsolidasikan
untuk menjadi laporan keuangan Pemda. Konsolidasi ini merupakan
penjumlahan horizontal dari masing-masing akun yang ada di semua SKPD dan
SKPKD.
1) Jelaskan laporan yang harus dibuat oleh SKPD dan Pemda!
2) Jelaskan perbedaan neraca, laporan arus kas dan laporan realisasi anggaran!
3) Apa yang dimaksud dengan surat pernyataan tanggung jawab dan siapa saja
yang harus menandatanganinya?
4) Jelaskan indikator laporan akuntabilitas instansi pemerintah!
Petunjuk Jawaban Latihan
1) Cobalah Anda baca terlebih dahulu materi tentang “Pembukuan dan
Pelaporan Keuangan” dari Kegiatan Belajar 2 ini.
2) Cobalah Anda pelajari terlebih dahulu dengan seksama materi tentang
“Pembukuan dan Pelaporan Keuangan”, yang terdapat dalam Kegiatan
Belajar 2.
3) Cobalah Anda cermati kembali materi tentang “Pembukuan dan Pelaporan
Keuangan” dari Kegiatan Belajar 2 ini.
4) Cobalah Anda cermati kembali materi tentang “Pembukuan dan Pelaporan
Keuangan” dari Kegiatan Belajar 2 ini.
Pelaporan keuangan merupakan sarana paling penting dalam
transparansi sebagai penerapan dari prinsip Good Governance dalam
pemerintahan. Pemerintah daerah wajib membuat laporan keuangan yang
RANGKUMAN
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
9.44 Administrasi Keuangan 
berupa neraca, Laporan realisasi anggaran dan laporan arus kas serta
catatan atas laporan keuangan. Selain itu, pemerintah daerah juga harus
membuat laporan akuntabilitas dan kinerja instansi pemerintah serta
menandatangani pernyataan tanggung jawab tentang isi laporan keuangan.
Sementara itu, SKPD sebagai entitas akuntansi wajib pula membuat laporan
tersebut di atas kecuali laporan arus kas. Laporan-laporan yang dibuat harus
mengacu pada standar akuntansi pemerintahan dan PP 08 Tahun 2006 serta
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.
Neraca memberikan informasi tentang posisi keuangan pemerintah
daerah, yaitu posisi aset, kewajiban dan ekuitas dana pada suatu tanggal
tertentu. Laporan Realisasi Anggaran memberikan informasi tentang
pelaksanaan dari semua yang telah. dianggarkan dalam tahun anggaran
tertentu yang meliputi kelompok pendapatan, belanja dan pembiayaan.
Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan
kegiatan operasional, investasi, pembiayaan dan transaksi non-anggaran
yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir
kas pemerintah daerah pada periode anggaran tertentu. Penyajian Laporan
Arus Kas dapat menggunakan salah satu metode langsung atau metode
tidak langsung
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan tentang pos-pos
yang ada pada laporan keuangan serta penjelasan lain yang penting atas
laporan keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup
informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas
pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk
diungkapkan di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan.
1) Saldo yang berkondisi debit artinya jika terjadi kenaikan dalam aset, maka
akun aset didebit dan jika terjadi penurunan aset maka akun aset di kredit,
disebut saldo normal....
A. aset
B. utang
C. ekuitas
D. pendapatan
TES FORMATIF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
 ADPU4333/MODUL 9 9.45
2) Saldo yang berkondisi kredit artinya jika terjadi kenaikan dalam utang,
maka akun utang dikredit, dan jika terjadi penurunan utang, maka akun
utang didebit, disebut saldo normal ....
A. aset
B. utang
C. ekuitas
D. pendapatan
3) Saldo yang berkondisi kredit, jika terjadi kenaikan dalam ekuitas dana,
maka akun ekuitas dana dikredit dan jika terjadi penurunan ekuitas dana,
maka akun ekuitas dana didebit, disebut saldo normal ....
A. aset
B. utang
C. ekuitas
D. pendapatan
4) Saldo yang berkondisi kredit, jika terjadi kenaikan dalam pendapatan, maka
akun pendapatan dikredit, dan jika terjadi penurunan ekuitas dana, maka
akun pendapatan didebit, disebut saldo normal ....
A. aset
B. utang
C. ekuitas
D. pendapatan
5) Saldo yang berkondisi debit, jika terjadi kenaikan dalam belanja, maka
akun belanja didebit, dan jika terjadi penurunan belanja, maka akun aset
dikredit, disebut saldo ....
A. saldo aset
B. normal utang
C. normal belanja
D. normal pendapatan
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
100%
Jumlah Soal

9.46 Administrasi Keuangan 
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS). Selamat! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum
dikuasai.
 ADPU4333/MODUL 9 9.47
Kunci Jawaban Tes Formatif
Tes Formatif 1
1) C
2) A
3) A
4) C
5) A
Tes Formatif 2
1) A
2) B
3) C
4) D
5) C
9.48 Administrasi Keuangan 
Glosarium
Anggaran pendapatan
dan belanja daerah
: suatu rencana keuangan tahunan daerah yang
ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang
APBD.
Anggaran pendapatan
dan belanja negara
: suatu rencana keuangan tahunan negara yang
ditetapkan berdasarkan undang-undang tentang
APBN.
Asas akuntabilitas : asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara
harus dapat dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai ketentuan
perundang-undangan.
Badan usaha : perusahaan berbentuk badan hukum yang
menjalankan jenis usaha bersifat tetap, terusmenerus
dan didirikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta bekerja
dan berkedudukan dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Bank (Negara) : Bank Indonesia atau bank pemerintah yang
ditunjuk oleh menteri keuangan untuk
menyalurkan dana pinjaman pemerintah dan atau
menerima pengembangan pinjaman dari daerah
melalui rekening penyaluran dan atau rekening
penampungan untuk dana pinjaman pemerintah
yang diteruspinjamkan atau diterushibahkan
kepada daerah.
Conservatoir beslaag : kekuatan hukum untuk pelaksanaan sita jaminan.
Daerah otonom : kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
 ADPU4333/MODUL 9 9.49
batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Dana alokasi umum : dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antardaerah untuk membiayai kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai