Dr. Drs. Rahman Mulyawan, M.Si. endapatan daerah adalah semua penerimaan daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi hak daerah. Atau dapat pula diartikan sebagai hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan daerah merupakan penerimaan daerah. Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek, dan rincian obyek pendapatan. Kajian mengenai pendapatan asli daerah inilah yang menjadi pokok bahasan utama dalam Modul 8. Agar pemahaman dan wawasan Anda menjadi lebih komprehensif, maka pada modul ini akan diuraikan potensi pendapatan asli daerah, perimbangan keuangan pusat dan daerah, serta lain-lain pendapatan dan pinjaman daerah. Oleh karena itu, setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu mengaplikasikan konsep dasar dan pengelolaan pendapatan asli daerah. Secara khusus, setelah mempelajari materi modul ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan hal-hal berikut ini. 1. Potensi pendapatan asli daerah a. sumber-sumber pendapatan asli daerah; b. analisis potensi pendapatan asli daerah. 2. Perimbangan keuangan pusat dan daerah a. konsep perimbangan keuangan pusat dan daerah; b. dana alokasi umum; c. dana alokasi khusus. P PENDAHULUAN 8.2 Administrasi Keuangan 3. Lain-lain pendapatan dan pinjaman daerah: a. lain-lain pendapatan; b. manajemen dana pinjaman daerah; c. sumber pembiayaan dan pinjaman daerah. Berkaitan dengan tujuan tersebut, modul ini terdiri dari 3 (tiga) kegiatan belajar. 1. Kegiatan Belajar 1, membahas tentang potensi pendapatan asli daerah. 2. Kegiatan Belajar 2, membahas tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah. 3. Kegiatan Belajar 3, membahas tentang lain-lain pendapatan dan pinjaman daerah. Selamat belajar! ADPU4333/MODUL 8 8.3 Kegiatan Belajar 1 Potensi Pendapatan Asli Daerah A. SUMBER-SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH Keterkaitan antara kegiatan pemerintah daerah dengan sumber keuangan pada hakikatnya memberikan petunjuk hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal ini tidak terlepas dari pembagian kewenangan antara pusat dan daerah. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan, dan juga merupakan suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi dengan mempertimbangkan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah Sejalan dengan upaya untuk memantapkan kemandirian pemerintah daerah yang dinamis dan bertanggung jawab, serta mewujudkan pemberdayaan dan otonomi daerah dalam lingkup yang lebih nyata, maka diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan profesionalisme sumber daya manusia dan lembaga-lembaga publik di daerah. Pendapatan asli daerah (PAD) bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Inti dari Desentralisasi Fiskal adalah menciptakan kemandirian daerah dalam penyelenggaraan urusan daerah, sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 Ayat (7) dari Undang-undang No. 33 Tahun 2004. Dalam hubungannya dengan pendanaan, desentralisasi fiskal merupakan faktor utama bagi kelancaran penyediaan dana pembangunan agar pelaksanaan pembangunan daerah dapat berjalan secara maksimal. 1. Dukungan sumber-sumber keuangan yang berasal dari PAD, terdiri dari: a. hasil pajak daerah; b. hasil retribusi daerah; c. hasil perusahaan milik daerah; d. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; e. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. 8.4 Administrasi Keuangan 2. Dana Perimbangan, terdiri dari: a. bagi hasil pajak (BHP) terdiri atas pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan pajak penghasilan (PPh); b. penerimaan dari sumber daya alam; c. dana alokasi umum (DAU); d. dana alokasi khusus (DAK). 3. Penerimaan lain: a. bukan pajak; b. pinjaman daerah; c. yang bersumber dari pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank dan masyarakat yang merupakan pendukung dalam penyelenggaraan pembangunan daerah. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan alat untuk melaksanakan desentralisasi fiskal perlu diterapkan sebagai wujud dari otonomi daerah. Hal ini juga menimbulkan permasalahan dalam pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, di mana pelaksanaan tugas dan wewenang masing-masing tingkat pemerintahan memerlukan dukungan dana yang besar pula. Hubungan fiskal antara pemerintah pusat dan daerah ditandai dengan tingginya kontrol pusat terhadap proses pembangunan daerah. Ini terlihat dari rendahnya proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah dibanding besarnya subsidi yang diberikan dari pemerintah pusat. Sumber-sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi seperti pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan (DP), lain-lain pendapatan pinjaman daerah (PD) yang merupakan pendukung dalam penyelenggaraan pembangunan daerah sehingga daerah dapat mengatur dan mengurus sendiri daerahnya dalam pelaksanaan pembangunan daerahnya. Dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, Mardiasmo (2001) secara spesifik mengatakan bahwa sebagai kebijakan, desentralisasi fiskal mempunyai tiga misi utama, yaitu 1. meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat; 2. menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah; 3. memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. ADPU4333/MODUL 8 8.5 B. ANALISIS POTENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH Dengan diberlakukannya Undang-undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, memberi makna bahwa pelaksanaan otonomi daerah lebih menekankan pada daerah kabupaten/kota. Kemandirian dalam pengelolaan keuangan dan mencari sumber-sumber pembiayaan yang sesuai dengan potensi dan kemampuan keuangan daerah sebagai wujud suksesnya peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Setiap daerah diberikan hak untuk melakukan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab yang dapat menjamin perkembangan dan pembangunan daerah. Pemberian kewenangan dimaksud dilaksanakan secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Usaha untuk menggali sumber-sumber pendapatan daerah, mengalami berbagai kendala, baik dari segi keterbatasan sumber dana itu sendiri maupun dari segi kemampuan dan sistem pengelolaan serta penatausahaannya. Perkembangan pembangunan daerah menghendaki juga perkembangan di sektor pendapatan daerahnya, minimal harus dapat mengimbangi langkah-langkah pemerintahan daerah dalam percepatan pembangunannya seperti yang diharapkan. Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Dalam hal ini, kewenangan keuangan yang melekat pada setiap kewenangan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Dalam menjamin terselenggaranya otonomi daerah yang semakin mantap maka diperlukan usahausaha untuk meningkatkan kemampuan keuangan sendiri, yakni dengan mengupayakan peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah, baik dengan meningkatkan penerimaan sumber PAD yang sudah ada maupun dengan penggalian sumber PAD yang baru sesuai dengan ketentuan yang ada serta memperhatikan kondisi dan potensi ekonomi masyarakat. Dalam pengelolaan keuangan daerah menyangkut 3 (tiga) bidang analisis yang saling terkait satu sama lainnya, yaitu meliputi: 8.6 Administrasi Keuangan 1. analisis penerimaan, yaitu analisis mengenai kemampuan pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatan yang potensial dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan pendapatan tersebut; 2. analisis pengeluaran, yaitu analisis mengenai seberapa besar biaya-biaya dari suatu pelayanan publik dan faktor-faktor yang menyebabkan biaya tersebut meningkat; 3. analisis anggaran, yaitu analisis mengenai hubungan antara pendapatan dan pengeluaran serta kecenderungan yang diproyeksikan untuk masa depan. 1. Rasio Pendapatan Asli Daerah /Total Pendapatan Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang ideal adalah apabila setiap tingkat pemerintahan dapat independen di bidang keuangan untuk membiayai pelaksanaan tugas dan wewenang masing-masing. Hal utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berdiri sendiri dalam pembangunannya terletak pada kemampuan keuangan daerah tersebut untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri dan ketergantungan terhadap pemerintah pusat harus seminimal mungkin, sehingga PAD harus menjadi sumber keuangan besar yang didukung oleh kebijakan pembagian keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan negara. Dilihat dari sisi pendapatan, keuangan daerah yang berhasil adalah kalau keuangan daerah mampu meningkatkan penerimaan daerah secara berkelanjutan seiring dengan perkembangan perekonomian di daerah tersebut tanpa memperburuk alokasi faktor-faktor produksi dan rasa keadilan dalam masyarakat serta dengan biaya untuk mendapatkan penerimaan daerah secara efektif dan efisien. Inti dari desentralisasi fiskal adalah menciptakan kemandirian daerah dalam penyelenggaraan daerah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Ayat (7) Undang-undang tersebut. Dalam hubungannya dengan pendanaan, desentralisasi fiskal merupakan faktor utama bagi kelancaran penyediaan dana pembangunan agar pelaksanaan pembangunan daerah dapat berjalan secara maksimal. Pendapatan Daerah juga merupakan variabel utama untuk menentukan tingkat kemandirian daerah atau sering disebut dengan derajat desentralisasi fiskal. Derajat desentralisasi fiskal ditentukan berdasarkan rasio dana daerah terhadap total penerimaan daerah. ADPU4333/MODUL 8 8.7 a. Daya pajak (tax effort) Daya pajak adalah rasio antara penerimaan pajak dengan kapasitas atau kemampuan bayar pajak di suatu daerah. Indikator yang digunakan untuk mengetahui kemampuan membayar masyarakat adalah produk domestik regional bruto. Daya Pajak = Penerimaan Pajak Penerimaan Pajak Kemampuan Bayar 100% Pajak PDRB Jika PDRB suatu daerah meningkat maka kemampuan daerah dalam membayar pajak juga akan meningkat. Ini berarti bahwa administrasi penerimaan daerah dapat meningkatkan daya pajaknya agar pemerintah daerah dapat meningkatkan penerimaan pajaknya. b. Efektivitas (efectivity) Efektivitas adalah mengukur hubungan antara hasil pungut suatu pajak dengan potensi pajak itu sendiri. Indikator efektivitas adalah rasio antara hasil pemungutan suatu pajak dengan hasil pajak, dengan asumsi bahwa semua wajib pajak membayar semua pajak terutang. Efektivitas menyangkut semua tahap administrasi penerimaan pajak, menentukan wajib pajak dan membukukan penerimaan. c. Efisiensi (efficiency) Efisiensi mengukur bagian dari hasil pajak yang digunakan untuk menutup biaya pemungutan pajak yang bersangkutan. Selain mencakup biaya langsung kantor pajak yang bersangkutan, daya guna juga memperhitungkan biaya langsung bagi kantor pajak, dan mungkin juga biaya mencakup biaya luar yakni biaya mematuhi pajak bagi wajib pajak, itikad baik masyarakat dan lain sebagainya. 2. Penilaian Pendapatan Asli Daerah Untuk meningkatkan kemandirian daerah, pemerintah daerah harus berupaya secara terus menerus menggali dan meningkatkan sumber keuangannya sendiri. Salah satu masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan pendapatan asli daerah adalah kelemahan dalam hal penilaian atas pungutan daerah. Untuk mendukung itu perlu diadakan penilaian sumber PAD 8.8 Administrasi Keuangan agar dapat dipungut secara berkesinambungan tanpa memperburuk alokasi faktor produksi dan keadilan. Potensi pendapatan asli daerah adalah kekuatan yang ada di suatu daerah untuk menghasilkan sejumlah penerimaan PAD. Untuk mengetahui potensi sumber-sumber PAD dibutuhkan pengetahuan tentang analisis perkembangan beberapa variabel yang dapat dikendalikan seperti kebijakan dan kelembagaan; dan yang tidak dapat dikendalikan seperti variabel ekonomi, yang dapat mempengaruhi kekuatan sumber-sumber penerimaan PAD. Beberapa variabel yang perlu dianalisis untuk mengetahui potensi sumber PAD. a. Kondisi suatu daerah, keadaan struktur ekonomi dan sosial suatu daerah sangatlah menentukan. b. Besar kecil keinginan pemerintah daerah untuk menetapkan pungutan; hal ini disebabkan karena struktur ekonomi dan sosial suatu masyarakat sangat menentukan tinggi rendahnya tuntutan akan adanya pelayanan publik dalam kuantitas dan kualitas tertentu. c. Kemampuan masyarakat untuk membayar segala pungutan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. d. Peningkatan cakupan atau ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan PAD. Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam usaha peningkatan cakupan: 1) menambah obyek dan subyek pajak dan/atau retribusi; 2) meningkatkan besar penetapan. 3) dalam penelitian potensi pendapatan asli daerah, perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya kesenjangan yang disebabkan data potensi tidak tersedia dengan akurat sehingga besarnya penetapan pajak atau retribusi belum sesuai dengan potensi yang sebenarnya. e. Perkembangan PDRB per kapita riil. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuan seseorang untuk membayar. 3. Indikator Penilaian Pajak dan Retribusi Berikut ini, beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian pajak dan retribusi. a. Hasil (yield), yaitu memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitannya dengan berbagai layanan yang dibiayainya, stabilitas dan mudah tidaknya memperkirakan besarnya hasil pajak tersebut, perbandingan hasil pajak ADPU4333/MODUL 8 8.9 dengan biaya pungutan, elastisitas hasil pajak terhadap inflasi, pertambahan penduduk, pertambahan pendapatan dan sebagainya. b. Keadilan (equality), dalam hal ini, dasar pajak dan kewajiban membayarnya harus jelas dan adil, artinya beban pajak harus sama antara berbagai kelompok yang berbeda, tetapi dengan kedudukan ekonomi yang sama dan beban pajak harus lebih banyak ditanggung oleh kelompok yang memiliki sumber daya yang lebih besar. c. Efisiensi ekonomi (efficiency), pajak/retribusi daerah hendaknya mendorong atau setidaknya tidak menghambat penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif dalam kehidupan ekonomi. d. Kemampuan melaksanakan (ability to implement), dalam hal ini suatu pajak haruslah dapat dilaksanakan, baik dari aspek politik maupun administratif. 1) Jelaskan otonomi daerah dalam hubungannya dengan kemampuan keuangan daerah. Daerah bagaimana yang diuntungkan dan daerah bagaimana yang dirugikan? 2) Apa saja misi utama yang diharapkan dari kebijakan otonomi daerah? Apakah ketiga misi tersebut saat ini sudah terealisasi di daerah Anda? 3) Jelaskan perbedaan analisis penerimaan, analisis pengeluaran dan analisis anggaran? 4) Penerimaan dari pajak restoran misalnya 1 miliar dan biaya untuk memungut pajak tersebut sebesar 1,1 miliar. Berapa efisiensi pemungutan pajak? Apakah pajak ini sebaiknya tidak dipungut? 5) Jelaskan indikator untuk menilai pajak dan retribusi! Petunjuk Jawaban Latihan 1. Cobalah Anda baca terlebih dahulu materi tentang “Potensi Pendapatan Asli Daerah” dari Kegiatan Belajar 1 ini. 2. Cobalah Anda pelajari terlebih dahulu dengan seksama materi tentang “Potensi Pendapatan Asli Daerah”, yang terdapat dalam Kegiatan Belajar 1. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 8.10 Administrasi Keuangan Sumber pendapatan asli daerah terdiri dari: 1. hasil pajak daerah; 2. retribusi daerah; 3. hasil perusahaan milik daerah; 4. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 5. lain-lain pendapatan yang sah. Dalam melakukan analisis pendapatan daerah digunakan ratio-ratio, antara lain: 1. ratio pendapatan asli daerah/total pendapatan; 2. untuk mengukur pendapatan pajak digunakan ratio; 3. daya pajak; 4. efektivitas pemungutan pajak; 5. efisiensi pemungutan pajak. Indikator penilaian pajak dan retribusi daerah, adalah 1. hasil, 2. keadilan, 3. efisiensi, 4. kemampuan melaksanakan. 1) Dana Perimbangan terdiri dari hal-hal di bawah ini, kecuali .... A. bagi hasil pajak (BHP) terdiri atas penerimaan negara bukan pajak, pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan pajak penghasilan (PPh) B. penerimaan dari sumber daya alam C. dana alokasi umum (DAU) D. dana alokasi khusus (DAK) RANGKUMAN TES FORMATIF 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! ADPU4333/MODUL 8 8.11 2) Indikator yang berkaitan dengan memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitannya dengan berbagai layanan yang dibiayainya, stabilitas dan mudah tidaknya memperkirakan besarnya hasil pajak tersebut, perbandingan hasil pajak dengan biaya pungutan elastisitas hasil pajak terhadap inflasi, pertambahan penduduk, pertambahan pendapatan dan sebagainya untuk melakukan penilaian pajak dan retribusi, disebut …. A. hasil B. keadilan C. efisiensi D. kemampuan 3) Indikator yang berkaitan dengan dasar pajak dan kewajiban membayarnya harus jelas dan adil, artinya beban pajak harus sama antara berbagai kelompok yang berbeda, tetapi dengan kedudukan ekonomi yang sama dan beban pajak harus lebih banyak ditanggung oleh kelompok yang memiliki sumber daya yang lebih besar, disebut …. A. hasil B. keadilan C. efisiensi D. kemampuan 4) Indikator yang berkaitan dengan mendorong atau setidaknya tidak menghambat penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif dalam kehidupan ekonomi, disebut … A. hasil B. keadilan C. efisiensi D. kemampuan 5) Indikator yang berkaitan dengan dapat dilaksanakan, baik dari aspek politik maupun administratif, disebut …. A. hasil B. keadilan C. efisiensi D. kemampuan 8.12 Administrasi Keuangan Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1. Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai. Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar 100% Jumlah Soal ADPU4333/MODUL 8 8.13 Kegiatan Belajar 2 Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah A. KONSEP PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH. Dana Perimbangan merupakan salah satu sumber Penerimaan Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Lahirnya undang-undang tersebut didasari oleh suatu alasan bahwa penyerahan kewenangan yang lebih luas kepada daerah sebagai pelaksanaan Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sebagai petunjuk pelaksanaannya, maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan. Dana perimbangan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antara pemerintahan daerah. Dana perimbangan yang terdiri dari dana bagi hasil (DBH) dari penerimaan pajak dan SDA, dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK) merupakan sumber pendanaan bagi daerah dalam pelaksanaan desentralisasi yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain mengingat tujuan masing-masing jenis penerimaan tersebut saling mengisi dan melengkapi. Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka-angka persentase tertentu dan untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana alokasi umum, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dan bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan belanja pegawai, kebutuhan fiskal dan potensi daerah. Kebutuhan daerah dicerminkan dari luas daerah, keadaan geografis, jumlah penduduk, tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di daerah dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah. Kapasitas fiskal dicerminkan dari pendapatan asli daerah, dana bagi hasil pajak dan sumber daya alam. Dana alokasi khusus adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi yang merupakan perwujudan tugas 8.14 Administrasi Keuangan kepemerintahan di bidang tertentu, khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat. Melalui penyempurnaan prinsip-prinsip, mekanisme, dan penambahan persentase beberapa komponen dana perimbangan, diharapkan daerah dapat meningkatkan fungsi pemerintahan daerah sebagai ujung tombak dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap besarnya dana yang diperlukan untuk membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan di daerah. Perimbangan keuangan pusat dan daerah yang ideal adalah apabila setiap tingkat pemerintahan independen di bidang keuangan untuk membiayai pelaksanaan tugas dan wewenang masing-masing. Hal ini berarti sumber pendapatan sendiri menjadi sumber pendapatan utama atau subsidi dari tingkat pusat menjadi sumber pendapatan yang kurang penting. Pendapatan daerah merupakan variabel utama untuk menentukan tingkat kemandirian daerah atau sering disebut kemandirian fiskal. Implementasi perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah diharapkan dapat menjembatani pemenuhan kebutuhan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan di daerah, baik implementasi dalam peraturan pelaksanaannya maupun realisasi dari dana yang diserahkan kepada daerah. Ada 4 (empat) kriteria untuk menjamin sistem hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang baik: 1. harus memberikan pembagian kewenangan yang rasional dari berbagai tingkat pemerintahan mengenai penggalian sumber dana pemerintah dan kewenangan penggunaannya; 2. menyajikan suatu bagian yang memadai dari sumber-sumber dana masyarakat secara keseluruhan untuk membiayai pelaksanaan fungsi-fungsi penyediaan pelayanan pembangunan yang diselenggarakan pemerintah daerah; 3. sejauh mungkin membagi pengeluaran pemerintah secara adil di antara daerah-daerah atau sekurang-kurangnya memberikan prioritas pada pemerataan pelayanan kebutuhan dasar tertentu; 4. pajak dan retribusi yang dikenakan pemerintah daerah harus sejalan dengan distribusi yang adil atas beban keseluruhan dari pengeluaran pemerintah dalam masyarakat. Dampak dari penerapan desentralisasi fiskal adalah menciptakan kemandirian daerah dalam penyelenggaraan urusan daerah, artinya perimbangan keuangan antara pusat dan daerah terjadi apabila setiap tingkat pemerintahan dapat independen di bidang keuangan untuk membiayai pembangunan daerah masing-masing. Dampak dari penerapan fiskal berdasarkan Undang-undang ADPU4333/MODUL 8 8.15 No.33 Tahun 2004 mendorong tingkat kemandirian daerah dalam pendanaan pembangunan daerah. Pada daerah yang telah melakukan persiapan-persiapan yang matang dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah akan dapat menentukan seberapa besar kemampuannya untuk melaksanakan program pembangunan. Pengelolaan keuangan daerah dalam rangka desentralisasi dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisiensi, ekonomis, efektif dan transparan serta bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatuhan dan manfaat untuk masyarakat. 1. Dana Bagi Hasil Pajak dan Sumber Daya Alam a. Hasil yang bersumber dari pajak 1) Pajak bumi dan bangunan (PBB). 2) Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB). 3) Pajak penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21. b. Hasil dari sumber daya alam 1) Kehutanan. 2) Pertambangan umum. 3) Perikanan. 4) Pertambangan minyak bumi. 5) Pertambangan gas bumi. 6) Pertambangan panas bumi. c. Dana bagi hasil dari pajak 1) Dana bagi hasil penerimaan PBB: a) 90% (sembilan puluh persen) untuk daerah dengan rincian: (1) 16,2% (enam belas dua persepuluh persen) untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke rekening kas umum daerah provinsi; (2) 64,8% (enam puluh empat delapan persepuluh persen) untuk daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan disalurkan ke rekening kas umum daerah kabupaten/kota; dan (3) 9% (sembilan persen) untuk biaya pemungutan. 8.16 Administrasi Keuangan b) 10% (sepuluh persen) bagian pemerintah dari penerimaan PBB dibagikan kepada seluruh daerah kabupaten dan kota yang didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan, dengan imbangan sebagai berikut: (1) 65% (enam puluh lima persen) dibagikan secara merata kepada seluruh daerah kabupaten/kota; dan (2) 35% (tiga puluh lima persen) dibagikan sebagai insentif kepada daerah kabupaten dan kota yang realisasi tahun sebelumnya mencapai /melampaui rencana penerimaan sektor tertentu. 2) Dana bagi hasil dari penerimaan BPHTB untuk daerah. a) 80% (delapan puluh persen) dengan rincian: (1) 16% (enam belas persen) untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening kas Umum Daerah provinsi; dan (2) 64% (enam puluh empat persen) untuk daerah kabupaten dan kota penghasil dan disalurkan ke rekening kas umum daerah kabupaten/kota. b) 20% (dua puluh persen) bagian pemerintah dari penerimaan BPHTB dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten dan kota. 3) Dana bagi hasil penerimaan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21. Penerimaan negara dari pajak penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21 dibagikan kepada dengan rincian sebagai berikut. a) 80% delapan puluh persen) bagian Pemerintah. b) 20% (dua puluh persen) dibagi antara Pemerintah Daerah provinsi dan kabupaten/kota.dibagi dengan imbangan: (1) 8% (delapan persen) untuk provinsi yang bersangkutan; (2) 12% (dua belas persen) untuk kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan, dengan perincian sebagai berikut. (a) 8,4% (delapan empat persepuluh persen) untuk kabupaten/kota tempat wajib pajak terdaftar; (b) 3,6% (tiga enam persepuluh persen) untuk seluruh kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan dengan bagian yang sama besar. ADPU4333/MODUL 8 8.17 Alokasi definitif dana bagi hasil PPh Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21 masing-masing daerah untuk Tahun Anggaran 2006 didasarkan atas prognosa realisasi penerimaan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21. Alokasi definitif merupakan koreksi atas penetapan alokasi sementara dana bagi hasil. 2. Dana Bagi Hasil dari Sumber Daya Alam (SDA) a. Penerimaan iuran hak pengusahaan hutan (IHPH) Dari Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang bersangkutan dibagi dengan imbangan: 1) 20% (dua puluh persen) untuk pemerintah; 2) 80% (delapan puluh persen) untuk daerah. b. Penerimaan kehutanan yang berasal dari dana reboisasi dibagi dengan imbangan: 1) 60% (enam puluh persen) untuk pemerintah; dan 2) 40% (empat puluh persen) untuk daerah. c. Penerimaan pertambangan umum Yang dihasilkan dari wilayah daerah provinsi adalah sebesar 80% (delapan puluh persen) untuk provinsi yang bersangkutan, dengan rincian sebagai berikut. 1) 26% (dua puluh enam persen) untuk provinsi yang bersangkutan. 2) 54% (lima puluh empat persen) untuk kabupaten/ kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. d. DBH sumber daya alam perikanan, berasal dari penerimaan secara nasional 1) 20% (dua puluh persen) untuk pemerintah; 2) 80% (delapan puluh persen) dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota. 8.18 Administrasi Keuangan e. DBH sumber daya alam pertambangan minyak bumi Sebesar 15,5% (lima belas setengah persen) berasal dari penerimaan negara sumber daya alam pertambangan minyak bumi dari wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya, dibagi dengan rincian sebagai berikut. 1) 3% (tiga persen) dibagikan untuk provinsi. 2) 6% (enam persen) dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil. 3) 6% (enam persen) dibagikan untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. 4) 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rincian: a) 0,1% (satu persepuluh persen) untuk provinsi yang bersangkutan; b) 0,2% (dua persepuluh persen) untuk kabupaten/kota penghasil; c) 0,2% (dua persepuluh persen) untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. f. Penerimaan pertambangan gas bumi Yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya sesuai dengan peraturan perundangundangan, dibagi dengan imbangan: 1) 69,5% (enam puluh sembilan setengah persen) untuk pemerintah, dan 2) 30,5% (tiga puluh setengah persen) untuk daerah. DBH pertambangan gas bumi sebesar 30,5% (tiga puluh setengah persen) berasal dari penerimaan negara sumber daya alam pertambangan gas bumi dari wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya, dibagi dengan rincian sebagai berikut. a) 6% (enam persen) dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan. b) 12% (dua belas persen) dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil. c) 12% (dua belas persen). d) 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rincian: (1) 0,1% (satu persepuluh persen) dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan; (2) 0,2 % (dua persepuluh persen) dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil;dan (3) 0,2% (dua persepuluh persen) dibagikan untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. ADPU4333/MODUL 8 8.19 g. Pertambangan panas bumi Yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan yang merupakan penerimaan negara bukan pajak, dibagi dengan imbangan: 1) 20% (dua puluh persen) untuk pemerintah; 2) 80% (delapan puluh persen) untuk daerah. Dana bagi hasil dari penerimaan pertambangan panas bumi dibagikan kepada daerah dibagi dengan rincian berikut. 1) 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan. 2) 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten /kota penghasil. 3) 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. B. DANA ALOKASI UMUM Tujuan pengalokasian DAU ini selain memang dalam kerangka otonomi pemerintahan di tingkat daerah, juga memiliki tujuan lain. Salah satu tujuan penting pengalokasian DAU ini adalah dalam kerangka pemerataan kemampuan pelayanan publik di antara pemerintah daerah di Indonesia. DAU dimaksudkan untuk dapat memperbaiki pemerataan perimbangan keuangan yang ditimbulkan oleh sumber daya alam, oleh karena sumber perimbangan dana keuangan pusat dan daerah yang berasal dari sumber daya alam yang tidak merata. Dana alokasi umum, terdiri dari dana alokasi umum untuk daerah 1. provinsi, 2. kabupaten/kota. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam persen) dari pendapatan dalam negeri neto, yang dimaksud dengan pendapatan dalam negeri neto, adalah pendapatan dalam negeri setelah dikurangi dengan penerimaan negara yang dibagi hasilkan kepada daerah, dan ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara tahun anggaran yang bersangkutan. 1. Dana Alokasi Umum Untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan sebagai berikut. a. Untuk daerah provinsi sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah keseluruhan dana alokasi umum. 8.20 Administrasi Keuangan b. Untuk daerah kabupaten/kota sebesar 90% (sembilan puluh persen) dari jumlah keseluruhan dana alokasi umum. Penghitungan dana alokasi umum masing-masing daerah provinsi dan kabupaten /kota dilakukan dengan menggunakan formula dana alokasi umum sesuai dengan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. DAU untuk suatu daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan alokasi dasar dan celah fiskal. a. Celah fiskal (CF) Celah fiskal daerah provinsi dan kabupaten/kota dihitung dari kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal masing-masing daerah provinsi dan kabupaten/kota. Celah fiskal (CF) untuk suatu kabupaten/kota dihitung berdasarkan perkalian bobot kabupaten/kota yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh kabupaten/kota. Dana alokasi umum atas dasar celah fiskal dihitung berdasarkan perkalian bobot celah fiskal masing-masing daerah provinsi atau kabupaten/kota dengan jumlah keseluruhan dana alokasi umum daerah provinsi atau kabupaten/kota. b. Kebutuhan fiskal (KF) Kebutuhan fiskal daerah yang dimaksud dihitung berdasarkan perkalian antara total belanja daerah rata-rata dengan penjumlahan dari perkalian masingmasing bobot variabel dengan indeks jumlah penduduk, indeks luas wilayah, indeks kemahalan konstruksi, indeks pembangunan manusia dan indeks produk domestik regional bruto per kapita. Parameter dimaksud sebagai indikator untuk mengukur tingkat kesenjangan kemampuan keuangan antar daerah dalam rangka pendanaan pelaksanaan desentralisasi. Semakin kecil nilai indeks, semakin baik tingkat pemerataan kemampuan keuangan antardaerah. c. Kapasitas fiskal Kapasitas fiskal merupakan penjumlahan dari pendapatan asli daerah (PAD) dan dana bagi hasil (DBH). ADPU4333/MODUL 8 8.21 d. Alokasi dasar Dana alokasi umum atas dasar alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah termasuk kenaikan gaji pokok, tunjangan struktural, tunjangan fungsional, pemberian gaji bulan ke 13, dan gaji bagi calon pegawai negeri sipil daerah. Penghitungan dana alokasi umum untuk masing-masing daerah provinsi dan kabupaten/kota dilakukan dengan menggunakan formula dana alokasi umum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. 1) Daerah yang memilik nilai celah fiskal lebih besar dari 0 (nol), menerima dana alokasi umum sebesar alokasi dasar ditambah celah fiskal. 2) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan 0 (nol), menerima dana alokasi umum sebesar alokasi dasar. 3) Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil dari alokasi dasar, menerima dana alokasi umum sebesar alokasi dasar setelah diperhitungkan nilai celah fiskal. Dana perimbangan tersebut merupakan kelompok sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi yang alokasinya tidak terpisahkan satu dengan lainnya, mengingat tujuan masing-masing dan saling melengkapi. Oleh karena itu, DAU diformulasikan sedemikian rupa sehingga mampu mengatasi kesenjangan yang mencolok antardaerah yang berbeda potensinya. C. DANA ALOKASI KHUSUS Dana alokasi khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dana alokasi khusus dialokasikan kepada daerah tertentu yang memenuhi kriteria yang ditetapkan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah, sesuai dengan fungsi seperti ditetapkan dalam APBN. Daerah tertentu dimaksudkan adalah daerah yang dapat memperoleh alokasi DAK berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Dana alokasi khusus dialokasikan untuk membantu daerah mendanai kebutuhan fisik sarana dan prasarana dasar yang merupakan prioritas nasional di bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur (jalan, irigasi, dan air bersih), 8.22 Administrasi Keuangan kelautan dan perikanan, pertanian, prasarana pemerintahan daerah, serta lingkungan hidup. Penghitungan alokasi DAK dilakukan melalui dua (2) tahapan, yaitu penentuan 1. daerah tertentu yang menerima DAK; 2. besaran alokasi DAK masing-masing daerah. Besaran alokasi DAK masing-masing daerah ditentukan dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria. Pemerintah menetapkan kriteria DAK yang meliputi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. 1. Kriteria Umum Kriteria Umum dihitung untuk melihat kemampuan APBD untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan dalam rangka pembangunan daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi dengan belanja pegawai. a. Pengalokasian DAK diprioritaskan untuk daerah-daerah yang memiliki kemampuan fiskal rendah atau di bawah rata-rata nasional. b. Kemampuan fiskal daerah didasarkan pada selisih antara realisasi penerimaan umum daerah (pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dan dana bagi hasil) dengan belanja pegawai negeri sipil daerah pada APBD Tahun Anggaran 2005. 2. Kriteria Khusus Kriteria khusus yang dimaksud, adalah DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan bagian dari Program yang menjadi prioritas nasional. Karakteristik daerah antara lain daerah pesisir dan kepulauan, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/terpencil, daerah yang termasuk daerah ketahanan pangan, dan daerah pariwisata. Daerah rawan banjir/longsor, daerah penampung transmigrasi, daerah yang memiliki pulau-pulau kecil terdepan, daerah yang alokasi DAU-nya dalam tahun 2007 tidak mengalami kenaikan, daerah rawan pangan dan/atau kekeringan, daerah pasca konflik, daerah penerima pengungsi. Kegiatan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah mengutamakan kegiatan pembangunan dan/atau pengadaan dan/ atau peningkatan dan/ atau perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang. ADPU4333/MODUL 8 8.23 Program yang menjadi prioritas nasional dimuat dalam rencana kerja pemerintah tahun anggaran yang bersangkutan. 3. Kriteria Teknis Kriteria teknis disusun berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus yang akan didanai DAK. Kriteria teknis dirumuskan melalui indeks teknis oleh menteri teknis terkait dan kemudian disampaikan kepada menteri keuangan. Kriteria teknis kegiatan DAK untuk bidang pendidikan dirumuskan oleh menteri pendidikan nasional, bidang kesehatan dirumuskan oleh menteri kesehatan, bidang infrastruktur jalan, irigasi dan air bersih dan sanitasi dirumuskan menteri pekerjaan umum, bidang kelautan dan perikanan dirumuskan oleh menteri kelautan dan perikanan, bidang pertanian dirumuskan oleh menteri pertanian, bidang prasarana pemerintahan daerah dirumuskan oleh menteri dalam negeri, dan bidang lingkungan hidup dirumuskan oleh menteri negara lingkungan hidup. Kriteria teknis antara lain meliputi standar kualitas/kuantitas konstruksi, serta perkiraan manfaat lokal dan nasional yang menjadi indikator dalam perhitungan teknis. Daerah penerima DAK wajib menyediakan dana pendamping sekurangkurangnya 10 % (sepuluh persen) dari alokasi DAK, dana pendamping ini wajib dianggarkan dalam APBD, hanya saja untuk daerah dengan kemampuan fiskal tertentu tidak diwajibkan menyediakan dana pendamping. Kemampuan fiskal tertentu apabila daerah yang selisih antara penerimaan umum APBD dan belanja pegawainya sama dengan nol atau negatif. Kewajiban penyediaan dana pendamping menunjukkan komitmen daerah terhadap bidang kegiatan yang didanai dari DAK yang merupakan kewenangan daerah. Yang dimaksud kegiatan fisik, adalah kegiatan di luar kegiatan administrasi proyek fisik, kegiatan penelitian, kegiatan pelatihan, kegiatan perjalanan pegawai daerah, dan kegiatan umum lain yang sejenis. 4. Perencanaan Teknis (Kasus Tahun 2007) a. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128/PMK 07/2006 tetang Penetapan Alokasi dan Pedoman Umum Pengelolaan Dana Alokasi Khusus tahun anggaran 2007. Direktorat jenderal perbendaharaan menerbitkan surat rincian alokasi anggaran (SRAA)-DAK tahun anggaran 2007. b. Alokasi DAK wajib dicantumkan dalam APBD Tahun Anggaran 2007. 8.24 Administrasi Keuangan c. Kepala daerah penerima DAK menyusun rencana penggunaan DAK sesuai peraturan menteri keuangan. d. Rencana penggunaan dituangkan dalam bentuk rencana daerah (RD) yang memuat rincian kegiatan yang akan didanai DAK beserta rencana biaya yang bersumber dari DAK dan dana pendamping. e. Berdasarkan RD kepala daerah menyusun konsep DIPA dan disampaikan kepada direktur jenderal perbendaharaan c.q kepala kantor wilayah direktorat jenderal perbendaharaan setempat. f. Atas dasar DIPA DAK, kepala daerah penerima DAK menyusun DPASKPD atau dokumen pelaksana anggaran sejenis lainnya dan menginginkan 1(satu) eksemplar kepada kepala kantor wilayah direktorat jenderal perbendaharaan setempat. g. Berdasarkan SRAA-DAK, kepala kantor wilayah direktorat jenderal perbendaharaan setempat melakukan konfirmasi atas RD dan DIPA dengan kepala daerah penerima DAK atau pejabat yang ditunjuk. h. Konfirmasi dilakukan dengan cara melihat kesesuaian kegiatan antara RD dengan peraturan menteri keuangan ini dan petunjuk teknis yang diterbitkan oleh menteri teknis terkait. i. Dalam melaksanakan konfirmasi, kepala kantor wilayah perbendaharaan setempat tidak dapat mengurangi besaran alokasi DAK yang telah ditetapkan oleh menteri keuangan. j. Kepala kantor wilayah direktorat jenderal perbendaharaan setempat atas nama menteri keuangan mengesahkan surat pengesahan DIPA alokasi khusus (SP-DIPA DAK). k. Atas dasar DIPA DAK, kepala daerah penerima DAK menyusun DPASKPD atau dokumen pelaksanaan anggaran sejenis lainnya dan mengirimkan 1(satu) eksemplar kepada kepala kantor wilayah direktorat jenderal perbendaharaan setempat. l. DPA-SKPD atau dokumen pelaksana anggaran sejenis lainnya memuat kegiatan dan alokasi DAK serta dana pendampingnya. m. Dalam hal tidak terdapat kesesuaian DPA-SKPD atau dokumen pelaksana anggaran sejenis lainnya dengan DIPA DAK, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal. Perbendaharaan setempat mengembalikan DPA-SKPD dimaksud untuk direvisi dan disesuaikan dengan DIPA DAK. ADPU4333/MODUL 8 8.25 5. Penghitungan Alokasi Besaran alokasi dana alokasi khusus masing-masing daerah ditentukan dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus dan kriteria teknis. 6. Kelembagaan Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan DAK dapat dibentuk tim koordinasi pada masing-masing pemerintah daerah. masing-masing kepala daerah dapat menunjuk dan mengukuhkan pejabat daerah yang menangani koordinasi perencanaan pembangunan daerah sebagai koordinator tim koordinasi dengan anggota dari masing-masing dinas pelaksana DAK. Tim Koordinasi bertugas: a. mengoordinasikan kegiatan DAK dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan pemantauan; b. mengoordinasikan kegiatan DAK agar terjadi sinkronisasi, sinergi, dan tidak tumpang tindih dengan kegiatan pembangunan lainnya; c. mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan aspek transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas pada masing-masing kegiatan DAK. 7. Pemantauan dan Pengawasan a. Menteri perencanaan pembangunan nasional bersama menteri teknis melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pemanfaatan dan teknis pelaksanaan kegiatan yang didanai dari DAK sesuai dengan kewenangan masing-masing. b. Menteri keuangan melakukan pemantauan dan evaluasi pengelolaan keuangan DAK. c. Pengawasan fungsional/pemeriksaan pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan keuangan DAK dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 8. Pelaporan Kepala daerah menyampaikan laporan triwulan yang memuat pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK kepada: a. menteri keuangan cq direktur jenderal perimbangan keuangan dan direktur jenderal perbendaharaan dengan menggunakan format sesuai dengan lampiran peraturan menteri keuangan Nomor 128/PMK.07/2006 tentang 8.26 Administrasi Keuangan Penetapan Alokasi dan Pedoman Umum Pengelolaan Dana Alokasi Khusus. b. menteri teknis;dan c. menteri dalam negeri. Penyaluran DAK dapat ditunda apabila daerah tidak menyampaikan laporan triwulan yang dilakukan selambat-lambatnya 14 (empat belas hari setelah triwulan berakhir. 1) Jelaskan bagi hasil pajak dari pemerintah pusat ke daerah! 2) Jelaskan pembagian penerimaan dari pajak bumi dan bangunan! 3) Jelaskan apa beda antara DAU dan DAK! 4) Bagaimana tahapan dalam penghitungan alokasi DAK? Apakah daerah saudara layak untuk dapat DAK? DAK kegiatan apa? Alasannya apa? 5) Bagaimana mekanisme pelaporan DAK? Petunjuk Jawaban Latihan 1. Cobalah Anda baca terlebih dahulu materi tentang “Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah” dari Kegiatan Belajar 2 ini. 2. Cobalah Anda pelajari terlebih dahulu dengan seksama materi tentang “Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah”, yang terdapat dalam Kegiatan Belajar 2. 1. Sesuai dengan makna konsep otonomi daerah yang utamanya adalah desentralisasi atau penyerahan wewenang kepada daerah maka kewajiban pusat adalah menyerahkan sebagian urusan pemerintahannya kepada daerah secara konsekuen, sesuai konsensus yang ada. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! RANGKUMAN ADPU4333/MODUL 8 8.27 2. Kewajiban pemerintah pusat, adalah memberikan standar, arahan, bimbingan pelatihan supervisi, pengendalian, koordinasi, pemantauan, dan evaluasi. 3. Pemerintah pusat juga berkewajiban memberikan fasilitasi yang berupa pemberian peluang, kemudahan, bantuan dan dorongan agar dalam melaksanakan otonomi dapat dilakukan secara efisien dan efektif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 4. Kewajiban lain yang harus dilaksanakan oleh pusat adalah pemberian sumber-sumber keuangan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. 5. Hal ini penting terutama karena tidak mungkin bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan kewenangan tanpa adanya sumber keuangan yang mendukung pelaksanaannya. 6. Kewajiban pemerintah daerah adalah melaksanakan pelayanan publik berdasarkan wewenang yang diterimanya sesuai dengan prinsip otonomi daerah yang mendekatkan pelayanan publik menjadi lebih baik, karena pemerintah daerah lebih memiliki kesempatan untuk melihat secara lebih dekat dan merasakan permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat. 7. Pemerintah Daerah juga memiliki kewajiban untuk mengelola keuangannya secara benar. Pengelolaan Keuangan haruslah ditujukan untuk kegiatan atau program yang jelas manfaatnya. 8. Pemerintah daerah juga berkewajiban untuk mengembangkan kreativitasnya. Kreativitas di sini merupakan upaya daerah, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, untuk melakukan upaya agar pelaksanaan prinsip-prinsip otonomi daerah dapat dilaksanakan dengan semestinya. 9. Pemerintah daerah memiliki hak untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya, hal ini diwujudkan antara lain dalam kebebasan untuk merencanakan pembangunan daerahnya. 1) Dana Perimbangan bertujuan untuk …. A. menciptakan keseimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan antara Pemerintahan Daerah B. menciptakan keadilan keuangan Pusat dan Daerah C. menciptakan pemerataan keuangan Pusat dan Daerah D. menciptakan efisiensi dan efektifitas keuangan Pusat dan Daerah TES FORMATIF 2 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 8.28 Administrasi Keuangan 2) Dana perimbangan terdiri dari hal-hal di bawah ini, kecuali .... A. dana bagi hasil (DBH) dari penerimaan pajak dan SDA B. dana alokasi umum (DAU) C. dana alokasi khusus (DAK) D. dana alokasi istimewa 3) Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka-angka persentase tertentu dan untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, disebut .... A. dana perimbangan B. dana bagi hasil C. dana alokasi umum D. dana alokasi khusus 4) Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antardaerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan belanja pegawai, kebutuhan fiskal dan potensi daerah, disebut dana.... A. perimbangan B. alokasi umum C. alokasi khusus D. bagi hasil 5) Dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi yang merupakan perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu, khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat, disebut dana.... A. alokasi khusus B. alokasi umum C. perimbangan D. bagi hasil Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2. ADPU4333/MODUL 8 8.29 Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai. Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar 100% Jumlah Soal 8.30 Administrasi Keuangan Kegiatan Belajar 3 Lain-lain Pendapatan dan Pinjaman Daerah A. LAIN-LAIN PENDAPATAN Prinsip kebijakan perimbangan keuangan sesuai dengan Undang-undang No.33 Tahun 2004 adalah perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Sumber pendanaan penyelenggaraan asas desentralisasi, asas dekonsentrasi di daerah terdiri atas pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain pendapatan. Salah satu komponen lain-lain pendapatan yang dinyatakan dalam Pasal 43 Undang-undang No.33 Tahun 2004 sebagai bentuk hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah adalah hibah. Lain-lain pendapatan bagi suatu daerah adalah berupa pendapatan hibah dan dana darurat. Hibah daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah dalam/luar negeri, badan/lembaga dalam/luar negeri atau perseorangan yang tidak perlu dibayar kembali. Penerimaan ini bersifat tidak mengikat sehingga tidak dapat mempengaruhi kebijakan daerah. Hibah digunakan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan daerah, dapat berupa dana, barang maupun jasa termasuk tenaga ahli atau pelatihan. Kalau sumber hibah daerah berasal dari luar negeri maka dilakukan melalui Pemerintah dan dituangkan dalam naskah perjanjian antara pemerintah dan pemberi hibah luar negeri dan digunakan sesuai dengan naskah perjanjian. dengan demikian pemerintah bertindak sebagai pihak yang menerus hibahkan kepada daerah. Pemerintah daerah dapat menggunakan untuk menunjang peningkatan fungsi pemerintahan dan layanan dasar umum serta pemberdayaan aparatur daerah. 1. Hibah dari Luar Negeri Bersumber a. Bilateral, adalah hibah yang berasal dari pemerintah suatu negara melalui suatu lembaga/badan keuangan yang ditunjuk oleh pemerintah negara yang bersangkutan untuk melaksanakan pemberian hibah. b. Multilateral, adalah hibah yang berasal dari lembaga multilateral. ADPU4333/MODUL 8 8.31 c. Donor lainnya, adalah badan/lembaga /organisasi/ kelompok masyarakat/ perorangan luar negeri yang tidak termasuk lembaga bilateral dan multilateral. Hibah kepada daerah ini berdasarkan kriteria tertentu, antara lain kemampuan keuangan daerah, penyelenggaraan kegiatan berskala nasional atau internasional di daerah, kemampuan daerah untuk melaksanakan fungsi pemerintahan dan pelayanan dasar umum. Kriteria ini diatur lebih lanjut dalam peraturan menteri keuangan setelah berkoordinasi dengan kementerian negara/lembaga terkait. Yang dimaksud kriteria tertentu antara lain kemampuan keuangan daerah, penyelenggaraan kegiatan berskala nasional atau internasional di daerah, kemampuan daerah untuk melaksanakan fungsi pemerintahan dan pelayanan dasar umum. Hibah yang bersumber dari luar negeri sebagaimana dimaksud dituangkan dalam naskah perjanjian hibah (NPHLN) yang ditandatangani oleh pemerintah dan pemberi hibah luar negeri. a. Prosedur pengajuan hibah luar negeri 1) Pengajuan usulan hibah luar negeri ini berasal dari pemerintah daerah maka pemerintah daerah mengajukan prastudi kelayakan (pre feasibility study) tentang pelayanan dasar umum atau kegiatan yang sifatnya peningkatan kapasitas sumber daya manusia atau kelembagaan dan diajukan kepada Bappenas untuk dimasukkan dengan daftar usulan hibah luar negeri. Oleh Bappenas maka usulan ini dimasukkan dalam apa yang dikenal dengan Buku Biru (blue book) untuk dijadikan acuan oleh negara /lembaga multilateral/donor memilih proyek apa yang akan dibiayai melalui hibah. 2) Kalau negara/lembaga/donor sudah mengidentifikasi hibah yang mau diberikan, maka hal ini akan diajukan oleh Bappenas kepada menteri keuangan dan departemen teknis sebagai penanggung jawab kegiatan hibah ini dan supaya diusulkan dalam DIPA dan dituangkan dalam naskah perjanjian hibah luar negeri (NPHLN) yang ditandatangani pemerintah dan pemberi hibah luar negeri. Hibah ini kemudian diteruskan oleh pemerintah sebagai hibah kepada daerah, dan penerusan hibah ini dituangkan dalam naskah perjanjian penerusan hibah (NPPH). 8.32 Administrasi Keuangan b. Prinsip dasar penarikan hibah luar negeri Dalam hal hibah yang bersumber dari luar negeri pemerintah berkewajiban untuk memenuhi persyaratan dan pemerintah daerah wajib menyediakannya. 1) Penarikan hibah luar negeri dilaksanakan melalui mekanisme APBN. 2) Realisasi penarikan jumlah atau bagian dari jumlah hibah luar negeri dilakukan sesuai dengan alokasi anggaran sebagaimana ditetapkan dalam DIPA. 3) Dalam hal diperlukan penarikan jumlah atau bagian dari jumlah hibah luar negeri yang melebihi alokasi anggaran dalam DIPA maka pengguna anggaran (PA) atau kuasa pengguna anggaran (KPA) mengajukan usulan revisi DIPA sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. Tata cara penarikan hibah luar negeri Penarikan hibah luar negeri, dapat dilaksanakan melalui tata cara sebagai berikut. 1) Pembukaan Letter of Credit (L/C). Merupakan janji tertulis dari bank penerbit L/C (issuing bank) untuk membayar kepada eksportir (beneficiary) sepanjang memenuhi persyaratan L/C. a) PA/KPA mengajukan surat permintaan penerbitan surat kuasa penarikan dana (SPP-SKPD) L/C sebesar bagian nilai kontrak pengadaan barang dan jasa (KPBJ) yang merupakan suatu perjanjian pengadaan barang dan atau jasa yang melekat pada barang atau naskah lainnya yang dapat dipersamakan, yang ditandatangani oleh pejabat PA/KPA atau pejabat yang berwenang dengan rekanan. b) Berdasarkan SPP-SKPD L/C, KPPN menerbitkan SKPD L/C dan mengirimkan kepada Bank dengan tembusan Direktorat Jenderal Bea Cukai, dan PA/KPA. c) Berdasarkan SKPD L/C, PA/KPA memberitahukan kepada rekanan atau importir sebagai kuasa dari rekanan, untuk mengajukan pembukaan L/C. Selanjutnya, rekanan atau importir mengajukan permintaan pembukaan L/C kepada bank, dengan melampirkan KPBJ dan daftar barang yang akan diimpor (master list) yang disetujui PA/KPA serta dokumen pendukung lainnya yang diatur oleh bank. ADPU4333/MODUL 8 8.33 d) Atas dasar SKPD L/C dan permintaan pembukaan L/C dari rekanan atau importir sebagai kuasa dari rekanan, bank membuka L/C kepada bank koresponden dan tembusan dokumen pembukaan L/C disampaikan KPPN dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, nilai L/C yang dibuka tidak boleh melebihi nilai SKPD L/C. e) Atas dasar L/C yang telah dibuka bank mengajukan permintaan kepada pemberi pinjaman hibah luar negeri (PPHLN) untuk menerbitkan surat pernyataan kesediaan melakukan pembayaran (letter of commitment) kecuali jika L/C dibuka pada bank pemberi pinjaman dan/atau hibah. f) Sebagai pemberitahuan realisasi pencairan L/C, Direktorat PPHLN, Bank menerima nota pemberitahuan penarikan (notice of disbursement / NOD) atau dokumen lain yang dipersamakan dari PPHLN. g) Berdasarkan dokumen realisasi L/C yang diterima dari bank koresponden, Bank Indonesia menerbitkan nota disposisi sebagai realisasi L/C dan membukukan ekuivalen rupiah ke dalam rekening kas negara, dengan menerbitkan nota debet/kredit sebagai realisasi pencairan L/C dan menyampaikan tembusannya kepada KPPN. h) Atas dasar SKPD L/C, nota disposisi dan nota debet/kredit, KPPN menerbitkan dan membukukan SP3 pada tahun anggaran berjalan sebagai realisasi APBN dan menyampaikannya kepada PA/KPA sebagai dasar pembukuan sistem akuntansi instansi (SAI). i) Dalam hal L/C dibuka di bank, berdasarkan dokumen realisasi L/C yang diterima dari bank koresponden, bank menerbitkan nota disposisi atau dokumen yang dipersamakan dan menyampaikannya kepada KPPN. j) Atas dasar SKPD L/C dan nota disposisi L/C atau dokumen yang dipersamakan dari bank, KPPN menerbitkan dan membukukan SP3 pada tahun anggaran berjalan sebagai realisasi APBN dan menyampaikan kepada PA/KPA sebagai dasar pembukuan SAI dan Bank Indonesia sebagai dasar pembukuan debet/kredit rekening kas negara. 2) Penarikan hibah luar negara dengan pembayaran langsung. Tata cara pembayaran langsung dilakukan sebagai berikut. 8.34 Administrasi Keuangan a) PA/KPA menyampaikan Surat Permintaan Penerbitan Aplikasi Penarikan Dana Pembayaran Langsung (SPPAPDL) kepada KPPN. Merupakan dokumen yang ditandatangani oleh PA/KPA sebagai dasar bagi KPPN untuk mengajukan permintaan pembayaran kepada PPHLN untuk membayarkan secara langsung kepada rekanan pihak/pihak yang dituju. b) KPPN menerbitkan APD-PL (withdrawal application/WA) dan menyampaikannya kepada PPHLN. c) Atas setiap transaksi pembayaran tersebut, direktorat pinjaman dan hibah luar negeri, KPPN dan Bank Indonesia menerima Notice of Disbursment/NOD atau dokumen lain yang dipersamakan dari PPHLN. d) Dalam hal pinjaman diterus pinjamkan, direktorat pinjaman dan hibah luar negeri menyampaikan copy NOD atau dokumen lain yang dipersamakan kepada direktorat jenderal perbendaharaan. e) Atas dasar NOD atau dokumen lain yang dipersamakan, KPPN menerbitkan surat perintah pembukuan/pengesahan SP3 dan menyampaikannya kepada Bank Indonesia untuk dibukukan sebagai pencatatan realisasi penarikan pinjaman/hibah luar negeri, serta kepada PA/KPA sebagai dasar pembukuan SAI pada tahun anggaran berjalan. 3) Penarikan hibah luar negeri dengan cara rekening khusus (special account) Rekening khusus (reksus) merupakan rekening yang dibuka oleh menteri keuangan pada Bank Indonesia atau bank untuk menampung sementara dana hibah luar negeri tertentu berupa initial deposit untuk kebutuhan pembiayaan kegiatan selama periode tertentu dan setelah digunakan diisi kembali dengan mengajukan penggantian (replenishment) kepada PPHLN. Prosedur dilakukan sebagai berikut: a) atas dasar NPPHLN, direktur jenderal perbendaharaan membuka rekening khusus pada Bank Indonesia atau bank; b) atas permintaan PA/KPA, direktur jenderal perbendaharaan mengajukan permintaan pengisian initial deposit kepada PPHLN untuk kebutuhan pembiayaan selama periode tertentu atau sejumlah yang ditentukan dalam PPHLN; ADPU4333/MODUL 8 8.35 c) PA/KPA mengajukan kepada KPPN, SPM atau SPP, SKM, rekening khusus L/C dengan dilampiri dokumen pendukungnya; d) berdasarkan SPM atau SPP, SKM, Reksus L/C, KPPN menerbitkan SP2D atau Surat Kuasa Membayar Rekening Khusus untuk Letter of Credit (SKM RK L/C) dan selanjutnya menyampaikan kepada Bank Indonesia atau Bank. e) berdasarkan SKM Reksus L/C, PA, atau KPA memberitahukan kepada rekanan atau importir sebagai kuasa dari rekanan, untuk membuka L/C di Bank Indonesia atau bank dengan melampirkan KPBJ dan daftar barang yang akan diimpor (master list) yang disetujui PA/KPA serta dokumen pendukung lainnya yang diatur oleh Bank Indonesia atau bank. f) Bank Indonesia atau bank membuka L/C tidak melebihi nilai SKM rekening khusus L/C kepada bank koresponden dan tembusan dokumen pembukaan L/C disampaikan kepada KPPN dan direktorat jenderal pengelolaan utang. g) atas dasar tagihan dari bank koresponden, Bank Indonesia atau bank membebani rekening khusus untuk melakukan pembayaran kepada bank koresponden untuk diteruskan kepada pemasok. h) atas pembebanan tersebut Bank Indonesia menerbitkan nota disposisi sebagai realisasi L/C dan membukukan ekuivalen rupiah ke dalam rekening kas negara KPPN penerbit SKM Reksus L/C, dengan menerbitkan nota debet/kredit sebagai realisasi penarikan hibah luar negeri, dan menyampaikan kepada KPPN. i) atas dasar SKM RK-LC, nota disposisi L/C, dan nota debet/kredit yang diterima dari Bank Indonesia, KPPN menerbitkan dan membukukan SP3 pada tahun anggaran berjalan sebagai realisasi APBN dan menyampaikannya kepada PA atau KPA dan direktorat jenderal pengelolaan utang. j) dalam L/C dibuka di Bank, Bank menerbitkan Nota Disposisi atau dokumen lain yang dipersamakan sebagai realisasi L/C dan menyampaikannya kepada KPPN. k) atas dasar SKM Reksus L/C dan nota disposisi atau dokumen lain yang dipersamakan, KPPN menerbitkan dan membukukan SP3 pada tahun anggaran berjalan sebagai realisasi APBN dan menyampaikannya kepada Bank Indonesia , PA atau KPA, serta direktorat jenderal pengelolaan utang. 8.36 Administrasi Keuangan l) untuk pengisian kembali rekening khusus, direktorat jenderal perbendaharaan mengajukan withdrawal application/ WA kepada PPHLN dengan dilampiri dokumen pendukung sebagaimana disyaratkan dalam NPHLN; m) direktorat jenderal pengelolaan utang dan Bank Indonesia menerima NOD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan dari PPHLN sebagai realisasi penarikan pinjaman; n) dalam hal terdapat sisa dana dalam Reksus setelah penutupan rekening (closing account), sisa dana tersebut dikembalikan kepada PPHLN. 4) Penarikan hibah luar negeri dengan cara penggantian pembiayaan pendahuluan (reimbursment) Penggantian Pembiayaan Pendahuluan adalah pembayaran yang dilakukan oleh PPHLN untuk penggantian dana yang pembiayaan kegiatannya dilakukan terlebih dahulu melalui Rekening BUN dan/atau Rekening Kas Negara atau Rekening Penerima Penerusan Pinjaman. Penerima Penerusan Pinjaman (PPP) adalah Pemerintah daerah atau Badan Usaha Milik Negara. Penarikan hibah luar negeri dilakukan sebagai berikut. a) Berdasarkan NPPHLN dan dokumen anggaran yang berlaku, PA atau KPA mengajukan bukti-bukti pengeluaran pembiayaan pendahuluan dan rincian rencana penggunaan uang kepada KPPN. b) Atas dasar bukti pengeluaran tersebut dan dokumen pendukung sebagaimana disyaratkan oleh PPHLN, KPPN mengajukan aplikasi penarikan dana (APD) kepada PPHLN. c) Direktur Jenderal Pengelolaan Utang, KPPN dan Bank Indonesia menerima NOD atau dokumen lain yang dipersamakan dari PPHLN atas reimbursement yang dilakukan PPHLN untuk keuntungan rekening BUN dan/atau rekening kas negara atau rekening PPP. d) Atas NOD sebagaimana dimaksud, KPPN ditunjuk menerbitkan SP3 dan mengirimkannya kepada PA atau KPA untuk bahan pembukuan SAI. e) Tata cara pengakuan, pengukuran dan pengungkapan hibah luar negeri, beban bunga terutang dalam rangka penyusunan laporan ADPU4333/MODUL 8 8.37 keuangan pemerintah pusat (LKPP), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam SAP. f) Tata cara penyusunan laporan keuangan tentang penarikan hibah luar negeri mengacu kepada pedoman akuntansi utang yang diatur secara tersendiri dalam peraturan menteri keuangan. 2. Hibah Dalam Negeri Dalam hal hibah yang bersumber dari dalam negeri, maka pemerintah daerah berkewajiban menyediakan dana pendamping. Dana pendamping adalah dana yang disediakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah untuk pelaksanaan penerimaan hibah. Dana pendamping dapat berupa uang, barang, maupun jasa yang dikelola dalam APBD. Dalam hal dana pendamping berupa uang maka besarannya didasarkan pada kapasitas fiskal daerah. Dana pendamping merupakan persyaratan harus disediakan pemerintah dan pemerintah daerah, untuk pelaksanaan penerimaan hibah. Dana pendamping dapat berupa uang, barang maupun jasa yang dikelola dalam APBD. Hibah digunakan untuk menunjang peningkatan fungsi pemerintahan dan layanan dasar umum serta pemberdayaan aparatur daerah dan penggunaan hibah untuk kegiatan yang merupakan kewenangan daerah. a. Penerimaan hibah Penerimaan hibah bersifat sebagai bantuan yang tidak mengikat dan harus digunakan sesuai dengan persyaratan di dalam naskah perjanjian hibah dalam negeri (NPHD) dan/atau naskah perjanjian penerusan hibah (NPPH). Yang dimaksud tidak mengikat adalah tidak mengikat secara politis, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan tidak mempengaruhi kebijakan daerah. b. Bentuk hibah berupa 1) Uang, dapat berupa rupiah, devisa dan/atau surat berharga. 2) Barang, dapat berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak. 3) Jasa, dapat berupa bantuan teknis, pendidikan, pelatihan, penelitian, dan jasa lainnya. 4) Barang bergerak antara lain berupa peralatan, mesin kendaraan bermotor, sedangkan barang tidak bergerak antara lain tanah, rumah, gedung dan bangunan. 8.38 Administrasi Keuangan 5) Dalam hal pengelolaan hibah yang bersumber dari dalam negeri Pemerintah dan hibah yang bersumber dari luar negeri dikelola melalui mekanisme APBN dan APBD. 6) Pertanggungjawaban hibah dalam bentuk barang dan/atau jasa dilaporkan melalui mekanisme pelaporan keuangan daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. B. MANAJEMEN DANA PINJAMAN DAERAH Otonomi daerah sebagai tujuan dari reformasi yang dijalankan diharapkan dapat memberikan semangat bagi pemerintah daerah untuk secara terus menerus membenahi diri dan meningkatkan pembangunan daerahnya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Adalah sesuatu yang logis kalau suatu daerah mengalami kemajuan apabila daerah tersebut senantiasa melaksanakan pembangunan fisik maupun pembangunan manusianya. Pembangunan fisik dapat berupa sarana dan prasarana daerah, seperti infrastruktur: 1. sosial: rumah sakit, sekolah, gelanggang olah raga, taman, dan sebagainya; 2. ekonomi: pasar, pusat perbelanjaan, kawasan industri, pusat perkantoran, pusat komoditas unggulan daerah dan sebagainya; 3. perkotaan: jalan, jembatan, terminal, perumahan, air minum, penerangan jalan, dan sebagainya. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut diperlukan adanya dana yang tidak sedikit. Bagi daerah yang tidak memiliki dana yang cukup memadai tentu memerlukan tambahan dari pihak lain, agar program pembangunan yang telah direncanakan apalagi yang menyangkut kebutuhan minimal masyarakat atau untuk layanan umum yang tidak menghasilkan penerimaan atau proyek investasi dapat terlaksana. Yang dimaksud dengan ‘layanan umum yang tidak menghasilkan penerimaan ”(public services obligation/PSO), adalah layanan kepada masyarakat yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah yang tidak menghasilkan pendapatan bagi APBD. Yang dimaksud “proyek investasi yang menghasilkan penerimaan”, adalah proyek sarana dan prasarana yang menghasilkan pendapatan bagi APBD yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana dan atau sarana tersebut. ADPU4333/MODUL 8 8.39 Pihak lain yang dimaksud adalah suatu lembaga perbankan, pemerintah pusat atau pihak asing yang peduli dengan program pembangunan di suatu daerah. Dalam hubungan ini pemerintah daerah dapat melakukan suatu kegiatan yang dikenal dengan pinjaman daerah, yaitu sebagai transaksi yang mengakibatkan pemerintah daerah/badan usaha milik daerah (BUMD) menerima dari pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga pada akhirnya pemerintah daerah/BUMD berkewajiban melakukan pembayaran atas pinjamannya tersebut. Pada dasarnya, pinjaman pemerintah daerah dibedakan dengan pinjaman BUMD, perbedaannya terletak pada kepentingan dan beban yang ditanggungnya. Artinya bahwa pinjaman pemerintah daerah itu untuk kepentingan dan atas beban APBD, sedangkan pinjaman BUMD dipergunakan untuk kepentingan dan atas beban BUMD tersebut, meskipun BUMD tersebut milik pemerintah daerah yang bersangkutan dan memberikan pelayanan publik dengan perhitungan pengembalian hutang atas investasi yang dilaksanakan. Pinjaman daerah merupakan alternatif sumber pembiayaan anggaran pendapatan dan belanja daerah dan atau untuk menutup kekurangan kas yang digunakan untuk membiayai kegiatan yang merupakan inisiatif dan kewenangan daerah. Dana pinjaman merupakan pelengkap dari sumber-sumber penerimaan daerah yang ada dan ditujukan untuk membiayai pengadaan prasarana daerah atau harta tetap lain yang berkaitan dengan kegiatan yang bersifat meningkatkan penerimaan yang dapat digunakan untuk mengembalikan pinjaman serta memberikan manfaat bagi pelayanan masyarakat. Selain itu, daerah dimungkinkan pula melakukan pinjaman dengan tujuan lain, seperti mengatasi masalah jangka pendek yang berkaitan dengan arus kas daerah. Besaran pinjaman daerah perlu disesuaikan dengan kemampuan daerah karena dapat menimbulkan beban anggaran pendapatan dan belanja daerah tahun-tahun berikutnya sehingga perlu didukung dengan keterampilan perangkat daerah dalam mengelola pinjaman daerah. Untuk meningkatkan kemampuan obyektif dan disiplin pemerintah daerah dalam melaksanakan pengembalian pinjaman maka diperlukan kecermatan dan kehati-hatian dalam pengelolaan pinjaman daerah. 1. Pertimbangan dalam Mengelola Pinjaman Daerah Dalam melaksanakan pinjaman daerah ada beberapa ketentuan yang perlu dipertimbangkan: 8.40 Administrasi Keuangan a. pemerintah daerah dilarang melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri; b. pemerintah daerah dilarang memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain dan pendapatan daerah dan/atau barang milik daerah tidak boleh dijadikan jaminan pinjaman daerah. c. proyek yang dibiayai dari obligasi daerah beserta barang milik daerah yang melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan obligasi daerah. 2. Batas Pinjaman Daerah Batas maksimal kumulatif pinjaman pemerintah dan pemerintah daerah tidak boleh melebihi 60% (enam puluh persen) dari produk domestik bruto tahun yang bersangkutan. Penetapan batas maksimal kumulatif pinjaman pemerintah dan pemerintah daerah adalah total pinjaman pemerintah setelah dikurangi pinjaman yang diberikan kepada pemerintah daerah, ditambah total pinjaman seluruh pemerintah daerah setelah dikurangi pinjaman yang diberikan kepada pemerintah dan/atau pemerintah daerah lain. 3. Jenis Pinjaman Daerah Berikut ini, jenis-jenis pinjaman daerah. a. Pinjaman jangka pendek Merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu kurang atau sama dengan 1 (satu) tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga dan biaya lain seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang bersangkutan. b. Pinjaman jangka menengah Merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman meliputi pokok pinjaman, bunga dan biaya lain harus dilunasi dalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan Kepala Daerah yang bersangkutan. c. Pinjaman jangka panjang Merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan. ADPU4333/MODUL 8 8.41 Dalam hal kepala daerah dan wakil kepala daerah yang telah melakukan perjanjian pinjaman jangka menengah berhenti sebelum masa jabatannya berakhir, maka perjanjian pinjaman jangka menengah tersebut tetap berlaku. 4. Persyaratan Umum Pinjaman Daerah a. Dalam melakukan pinjaman jangka pendek maka persyaratan yang harus dipenuhi: 1) kegiatan yang akan dibiayai dari pinjaman jangka pendek telah dianggarkan dalam APBD tahun yang bersangkutan; 2) kegiatan dimaksud merupakan kegiatan yang bersifat mendesak dan tidak dapat ditunda; 3) persyaratan lainnya seperti dipersyaratkan oleh calon pemberi pinjaman. b. Dalam hal pemerintah daerah akan melakukan pinjaman jangka menengah atau jangka panjang maka wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya; 2) jumlah sisa pinjaman daerah adalah jumlah pinjaman lama yang belum dibayar; 3) jumlah pinjaman yang akan ditarik adalah rencana pencairan dana pinjaman tahun yang bersangkutan; 4) penerimaan umum APBD tahun sebelumnya adalah seluruh penerimaan APBD tidak termasuk dana alokasi khusus, dana darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan lain yang kegunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu. 5. Rasio Kemampuan Keuangan Daerah Rasio kemampuan keuangan daerah dihitung berdasarkan perbandingan antara proyeksi tahunan jumlah pendapatan asli daerah, dana bagi hasil tidak termasuk dana bagi hasil dana reboisasi dan dana alokasi umum setelah dikurangi belanja wajib dibagi dengan proyeksi penjumlahan angsuran pokok, bunga dan biaya lain yang jatuh tempo setiap tahunnya selama jangka waktu pinjaman yang akan ditarik. 8.42 Administrasi Keuangan C. SUMBER PEMBIAYAAN DARI PINJAMAN DAERAH Pinjaman sektor publik dibutuhkan untuk membiayai berbagai kebutuhan dan penyediaan fasilitas yang diperlukan oleh sektor publik. Pinjaman diperlukan untuk menutupi kekurangan penerimaan yang berasal dari pajak dan retribusi daerah serta bantuan yang diberikan dari Pemerintah dalam bagi hasil pajak dan bukan pajak. Kenyataan selama ini menunjukkan bahwa pinjaman yang dipergunakan oleh pemerintah daerah untuk penyediaan infrastruktur publik di berbagai sektor-sektor yang menjadi kebutuhan dasar infrastruktur (sarana dan prasarana) pelayanan publik, dari sektor ini memerlukan dana investasi yang cukup besar. Infrastruktur publik ini misal sektor air bersih/air minum, persampahan/kebersihan, sanitasi lingkungan, kesehatan, pendidikan, jalan dan jembatan, transportasi, pusat kegiatan usaha, pasar, telekomunikasi, tenaga listrik, pelabuhan dan sebagainya. Dalam hal melakukan pinjaman daerah untuk proyek investasi infrastruktur dapat dibenarkan atas dasar pertimbangan berikut. 1. Sektor infrastruktur publik mencakup banyak sekali kegiatan yang memungkinkan pemerintah daerah untuk menyediakannya dan dapat membayar/menanggung biaya untuk operasionalisasi dan pemeliharaan, yang tentunya dibebankan kembali pada pihak penerima manfaat. 2. Pemerintah daerah diharapkan dapat membayar kembali pinjaman yang diterima atas pembiayaan investasi yang ditanamkan dari penerima manfaat. 3. Lembaga pemberi pinjaman multilateral dan bilateral yang bekerja atas dasar asas pinjaman yang dibayar kembali dari hasil yang diperoleh penerima manfaat atas infrastruktur publik yang dipergunakan dan sekaligus terlibat dalam sektor ini. Dasar dari pemberian pinjaman adalah diukur dari kemampuan daerah itu sendiri dalam menghimpun kembali penerimaan selama periode tertentu yang didasarkan atas jumlah pendapatan asli daerah. Pemerintah daerah yang belum mampu membiayai kebutuhan infrastruktur publik perlu meminjam dana agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam membangun infrastruktur. Penanaman modal atau investasi ini tentunya diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi penerimaan daerah serta mampu membiayai dirinya sendiri atas penggunaan utilitas publik ini. ADPU4333/MODUL 8 8.43 Keputusan untuk meminjam seperti ini tidak berbeda dengan keputusan yang serupa yang dilakukan oleh sektor swasta. Namun demikian, tidak semua pengeluaran yang berasal dari pinjaman langsung menghasilkan penerimaan bagi daerah. Pinjaman pemerintah daerah di Indonesia diatur oleh pemerintah pusat dengan undang-undang dan peraturan pemerintah dengan maksud agar pemerintah daerah bersikap hati-hati dalam hal pinjaman dan dipergunakan sebaik-baiknya sehingga tidak memberatkan pemerintah daerah itu sendiri, maupun beban pada pemerintah pusat seperti banyak terjadi di masa lalu. Dalam Undang-undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, pada Pasal 51 disebutkan pinjaman daerah bersumber dari: 1. pemerintah, 2. pemerintah daerah lain, 3. lembaga keuangan bank, 4. lembaga keuangan bukan bank, 5. masyarakat (obligasi daerah). Kenapa Daerah Memerlukan Pinjaman Daerah? Kalau Pendapatan daerah baik berupa PAD, dana perimbangan dan lain-lain penerimaan lebih rendah atau lebih kecil dari belanja gaji, barang dan jasa, modal dan lain sebagainya maka akan terjadi defisit anggaran daerah; untuk menutup defisit maka harus ditutup melalui penerimaan pembiayaan yang berasal dari: 1. sisa lebih perhitungan anggaran daerah; 2. penerimaan pinjaman daerah; 3. dana cadangan daerah; dan 4. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. 1. Pinjaman Daerah dari Pemerintah Pusat Pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat terutama dalam infrastruktur harus dapat dipenuhi oleh pemerintah daerah itu sendiri, sedangkan dana untuk pembangunan tersebut jumlahnya sangat terbatas sehingga pemerintah daerah harus mencari sumber pembiayaan lain. 8.44 Administrasi Keuangan Pinjaman daerah yang bersumber dari pemerintah berasal dari APBN dan/atau pinjaman luar negeri pemerintah yang diterus pinjamkan kepada daerah (SLA). a. Prinsip umum pinjaman daerah 1) Pinjaman daerah merupakan alternatif sumber pembiayaan. 2) Pinjaman daerah untuk membiayai kegiatan yang merupakan inisiatif dan kewenangan pemerintah daerah. 3) Pemerintah daerah dilarang melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri. 4) Pemerintah daerah dilarang memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain. 5) Pendapatan daerah dan/atau barang milik daerah tidak boleh dijadikan jaminan pinjaman daerah. 6) Proyek yang dibiayai dari obligasi daerah beserta barang milik daerah yang melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan obligasi daerah. b. Prosedur pinjaman daerah 1) Pemerintah dapat memberikan pinjaman kepada pemerintah daerah yang dananya berasal dari luar negeri. 2) Pinjaman kepada pemerintah daerah dilakukan melalui perjanjian penerusan pinjaman kepada pemerintah daerah (Subsidiary Loan Agreement/SLA). 3) Perjanjian penerusan pinjaman dilakukan antara menteri keuangan dan kepala daerah. 4) Perjanjian penerusan pinjaman ini dinyatakan dalam mata uang rupiah atau mata uang asing. 5) Pemerintah daerah diwajibkan melaporkan posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman kepada pemerintah setiap semester dalam tahun anggaran berjalan; tembusan laporan posisi kumulatif dimaksud disampaikan kepada DPRD sebagai pemberitahuan. 6) Dalam hal pemerintah daerah tidak menyampaikan laporan, pemerintah pusat dapat menunda penyaluran dana perimbangan. c. Batas pinjaman daerah 1) Batas kumulatif pinjaman pemerintah daerah tidak melebihi 60% (enam puluh persen) dari PDB tahun yang bersangkutan. ADPU4333/MODUL 8 8.45 2) Batas kumulatif pinjaman pemerintah daerah secara keseluruhan ditetapkan oleh menteri keuangan paling lambat bulan Agustus untuk tahun anggaran berikutnya. 3) Pedoman pelaksanaan dan mekanisme pemantauan serta pengendalian batas maksimal kumulatif pinjaman ditetapkan oleh menteri keuangan. d. Persyaratan umum pinjaman daerah 1) Kegiatan yang akan dibiayai telah dianggarkan dalam APBD tahun yang bersangkutan. 2) Kegiatan mendesak dan tidak dapat ditunda. 3) Syarat lain yang dipersyaratkan calon pemberi pinjaman. 4) Pinjaman daerah yang bersumber dari pemerintah daerah lain berupa pinjaman antardaerah. 5) Pinjaman daerah yang bersumber dari lembaga keuangan bank berupa pinjaman biasa antara pemerintah daerah dengan bank umum atau bank pembangunan daerah untuk membiayai proyek investasi layanan umum. 6) Pinjaman daerah yang bersumber dari lembaga keuangan bukan bank antara lain dapat berasal dai lembaga asuransi pemerintah, dana pensiun, namun hal ini perlu pengaturan lebih lanjut karena lembaga keuangan bukan bank punya undang-undang pengaturan tersendiri dalam menginvestasikan dananya. 7) Pinjaman daerah yang berasal dari masyarakat dapat berasal dari orang pribadi dan/atau badan yang melakukan investasi di pasar modal, misalnya melalui obligasi daerah. Oleh karena ketatnya aturan yang diperlakukan untuk mengadakan suatu pinjaman maka pemerintah daerah kesulitan untuk memperoleh dana sehingga menyebabkan pemerintah daerah memiliki keterbatasan anggaran. Pada hal di sisi lain pemerintah daerah memerlukan dana yang cukup besar untuk membangun berbagai infrastruktur yang dapat mendukung kegiatan ekonomi masyarakat di daerah. Terbatasnya anggaran yang dimiliki pemerintah daerah menyebabkan sulit untuk merencanakan penanaman modal pada infrastruktur publik, lagi pula karena syarat pinjaman yang berbeda-beda maka tidak banyak mendorong pemerintah daerah untuk mencari penggunaan sumber daya yang tepat. 8.46 Administrasi Keuangan a. Persyaratan pinjaman Sekarang ini sebagian besar dana pinjaman berasal dari pinjaman luar negeri dan sebagian besar lainnya dari pinjaman yang diberikan dipergunakan untuk pendamping program. Prioritas untuk program pinjaman luar negeri tidak ditentukan oleh pemerintah daerah, namun pada umumnya juga tidak ditentukan oleh pemerintah pusat, tetapi oleh pemberi pinjaman, dalam hal ini oleh lembaga multilateral atau bilateral pemberi pinjaman. Ada 5 (lima) masalah dalam hal pinjaman pemerintah daerah: 1) jenis pengeluaran yang cocok untuk dibiayai dari pinjaman; 2) berapa besar pinjaman daerah dapat dilakukan; 3) syarat dari pinjaman; 4) cara membayar pinjaman; 5) tanggung jawab membayar pinjaman. b. Pinjaman daerah yang memerlukan pertimbangan menteri dalam negeri. adalah pinjaman daerah jangka menengah dan jangka panjang yang bersumber dari: 1) pinjaman pemerintah yang bersumber dari pinjaman luar negeri (SLA); 2) selain dari pemerintah. c. Persyaratan pinjaman untuk membiayai investasi: 1) biasanya memerlukan jangka waktu yang panjang misal 15-20 tahun untuk dapat mengembalikan investasi yang sudah ditanam; 2) sedangkan kalau dibiayai dari bank komersial biasanya jangka waktu pinjaman paling lama berjangka waktu 5-7 tahun; 3) tingkat bunga pinjaman bank komersial berkisar 13%-17%; 4) untuk pinjaman pemerintah daerah bunga yang dikehendaki adalah berkisar 10%-12%. ADPU4333/MODUL 8 8.47 1) Jelaskan prosedur daerah untuk mendapatkan hibah dan pinjaman dari luar negeri! 2) Bagaimana strategi daerah saudara untuk bisa mendapatkan hibah luar negeri? 3) Dalam kondisi bencana apa yang harus dilakukan oleh daerah agar mendapat bantuan keuangan daerah dalam dan luar negeri? 4) Apakah pemerintah daerah boleh melakukan pinjaman daerah? Untuk apa biasanya digunakan? 5) Apa saja batasan yang harus dipenuhi dalam mendapatkan pinjaman daerah? Petunjuk Jawaban Latihan 1. Cobalah Anda baca terlebih dahulu materi tentang “Lain-lain Pendapatan dan Pinjaman Daerah” dari Kegiatan Belajar 3 ini. 2. Cobalah Anda pelajari terlebih dahulu dengan seksama materi tentang “Lain-lain Pendapatan dan Pinjaman Daerah”, yang terdapat dalam Kegiatan Belajar 3. Dalam memenuhi kebutuhan dana untuk kesejahteraan rakyat, pemerintah daerah yang memiliki keterbatasan anggaran dapat memperoleh tambahan kemampuan keuangan dari lain-lain pendapatan antara lain berasal dari hibah luar negeri dan hibah dalam negeri. Selain itu, pemerintah daerah juga dapat melakukan pinjaman untuk membiayai APBD jika diperlukan. Hanya saja, memang prosedur yang ada tidak terlalu mudah untuk dilakukan khususnya bagi daerah yang lokasinya jauh dari Ibu kota. Akan tetapi, dengan semangat untuk membela kepentingan rakyat banyak maka birokrasi yang rumit tidak harus mematahkan semangat pejabat daerah untuk menggali potensi keuangan dari kedua sumber ini. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! RANGKUMAN 8.48 Administrasi Keuangan 1) Sumber penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah dalam/luar negeri, badan/lembaga dalam/luar negeri atau perseorangan yang tidak perlu dibayar kembali. Penerimaan ini bersifat tidak mengikat sehingga tidak dapat mempengaruhi kebijakan daerah, disebut .... A. hibah daerah B. pinjaman daerah C. subsidi daerah D. obligasi daerah 2) Hibah digunakan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan daerah, dapat berupa, kecuali .... A. dana B. barang C. jasa termasuk tenaga ahli atau pelatihan D. investasi 3) Kalau sumber hibah daerah berasal dari luar negeri maka dilakukan melalui .... A. pemerintah dan dituangkan dalam naskah perjanjian antara pemerintah dan pemberi hibah luar negeri dan digunakan sesuai dengan naskah perjanjian. dengan demikian pemerintah bertindak sebagai pihak yang menerus hibahkan kepada daerah B. pihak ketiga yang disepakati pemerintah C. pihak investor D. kerja sama bilateral 4) Pemerintah daerah dapat menggunakan hibah daerah untuk .... A. menunjang peningkatan fungsi pemerintahan dan layanan dasar umum B. pemberdayaan aparatur daerah C. pembayaran hutang D. A dan B benar 5) Hibah dari luar negeri bersumber dari, kecuali .... A. bilateral adalah hibah yang berasal dari pemerintah suatu negara melalui suatu lembaga/badan keuangan yang ditunjuk oleh pemerintah negara yang bersangkutan untuk melaksanakan pemberian hibah B. multilateral TES FORMATIF 3 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! ADPU4333/MODUL 8 8.49 C. donor lainnya D. pemerintah daerah dari luar negeri Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3. Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum dikuasai. Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar 100% Jumlah Soal 8.50 Administrasi Keuangan Kunci Jawaban Tes Formatif Tes Formatif 1 1) A 2) A 3) B 4) C 5) D Tes Formatif 2 1) A 2) D 3) B 4) B 5) A Tes Formatif 3 1) A 2) D 3) A 4) D 5) D ADPU4333/MODUL 8 8.51 Glosarium Anggaran pendapatan dan belanja daerah : suatu rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD Anggaran pendapatan dan belanja negara : suatu rencana keuangan tahunan Negara yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang tentang APBN Asas akuntabilitas : asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai ketentuan perundang-undangan Badan usaha : perusahaan berbentuk badan hukum yang menjalankan jenis usaha bersifat tetap, terusmenerus dan didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bank (Negara) : Bank Indonesia atau Bank Pemerintah yang ditunjuk oleh menteri keuangan untuk menyalurkan dana pinjaman pemerintah dan atau menerima pengembangan pinjaman dari daerah melalui rekening penyaluran dan atau rekening penampungan untuk dana pinjaman pemerintah yang diteruspinjamkan atau diterushibahkan kepada daerah. Conservatoir Beslaag : kekuatan hukum untuk pelaksanaan sita jaminan Daerah otonom : kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai 8.52 Administrasi Keuangan batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dana alokasi umum : dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana alokasi khusus : dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. Dana perimbangan : dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana cadangan daerah : dana yang disisihkan dari APBD melalui dana yang bersumber dari sisa anggaran lebih tahun lalu dan atau dari surplus anggaran daerah tahun berjalan untuk tujuan tertentu. Informasi keuangan daerah : segala dokumen yang berkaitan dengan keuangan daerah yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan sistem informasi keuangan daerah. Kas daerah : tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh bendahara umum daerah. Kas negara : tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh menteri keuangan selaku bendahara umum negara untuk menampung seluruh penerimaan ADPU4333/MODUL 8 8.53 negara dan membayar seluruh pengeluaran negara. Kekayaan negara yang dipisahkan : kekayaan negara yang berasal dari APBN untuk dijadikan penyertaan modal negara pada Persero dan/atau perum serta perseroan terbatas lainnya. Kerugian keuangan daerah/negara : setiap kerugian daerah/negara yang nyata dan pasti jumlahnya, baik yang langsung maupun tidak langsung yang diakibatkan oleh perbuatan melanggar hukum atau kelalaian pejabat pengelolaan keuangan daerah/negara. Kerugian daerah/negara : kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai. Keuangan daerah : semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka anggaran pendapatan dan belanja daerah. Keuangan negara : semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Pejabat pengelola keuangan daerah : pejabat dan atau pegawai daerah yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku diberi kewenangan tertentu dalam kerangka pengelolaan keuangan daerah. 8.54 Administrasi Keuangan Pembiayaan : setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembukuan : suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada tahun pajak berakhir. Pemegang kas : setiap orang yang ditunjuk dan diserahi tugas melaksanakan kegiatan kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan APBD di setiap unit kerja pengguna anggaran. Pemungutan : suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data obyek dan subyek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta pengawasan penyetorannya. Pendapatan daerah : semua penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi hak daerah. Pendapatan negara : hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Penerimaan daerah : semua penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu. Penerimaan negara : uang yang masuk ke kas negara. ADPU4333/MODUL 8 8.55 Pengeluaran daerah : semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu. Pengeluaran negara : uang yang keluar dari kas negara Perbendaharaan daerah : pengelola keuangan daerah yang memiliki dan atau dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan APBD. Perbendaharaan negara : pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah : suatu sistem pembiayaan pemerintahan dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta pemerataan antardaerah secara proporsional, demokratis, adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya. Uang negara : uang milik negara yang meliputi rupiah dan valuta asing. Utang daerah : jumlah uang yang wajib dibayar daerah sebagai akibat penyerahan uang, barang dan atau jasa kepada daerah atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Utang negara : jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah pusat dan/atau kewajiban pemerintah pusat yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, perjanjian, 8.56 Administrasi Keuangan atau berdasarkan sebab lainnya yang sah Wajib pajak : orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu. Modul 9 Transparansi dan Pelaporan Keuangan Dr. Drs.Rahman Mulyawan, M.Si. ertanggungjawaban pemimpin pemerintah daerah atas kinerjanya dan atas pengambilan keputusan penting mereka kepada rakyat dan bangsa merupakan bagian penting dalam penerapan good governance. Pengungkapan secara transparan dilakukan kepada rakyat, DPRD, pemerintah pusat maupun auditor pemerintahan. Akuntabilitas pemerintah daerah kepada para stakeholders tidak dapat dijalankan tanpa pengungkapan informasi pemerintahan daerah yang transparan. Pengungkapan informasi yang transparan menjadi salah satu sarana untuk pengendalian internal pemerintah daerah. Dengan sistem pengendalian intern yang efektif, pemerintah daerah dapat terhindar dari kerugian dan malapetaka besar yang sebelumnya tidak disangka. Tanpa pengendalian internal yang efektif, kendala dan risiko yang menyebabkan kerugian besar dapat terjadi tanpa terdeteksi oleh manajemen pemerintah daerah dalam waktu yang lama. Dalam kasus Enron, CEO, dan CFO perusahaan tersebut memanipulasi pos-pos laporan keuangan sehingga laporan keuangan yang diaudit tidak disajikan secara transparan. Kejadian serupa dapat terjadi pada pemerintahan baik pusat maupun daerah. Jika oknum tertentu memanipulasi laporan keuangan pemerintahan, maka kerugian besar bisa terjadi pada pemerintah dan rakyat, misalnya: jika oknum pemerintah daerah menghapuskan aktiva tetap berupa tanah dari pembukuan, maka kerugian pemerintah daerah akan terjadi manakala tanah tersebut dipindahtangankan kepada pihak yang tidak berhak. Sebagian besar kasus korupsi pada instansi pemerintah Indonesia terjadi pada proses pengadaan barang dan jasa. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 ditegaskan bahwa dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pemerintah daerah wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dan laporan kinerja. P PENDAHULUAN 9.2 Administrasi Keuangan Berkaitan dengan hal tersebut di atas, modul ini akan membahas tentang transparansi dan pelaporan keuangan terutama pelaporan keuangan pemerintah daerah dalam penerapan good governance serta pembukuan. Oleh karena itu, setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu menjelaskan penyelenggaraan pelaporan keuangan pemerintah daerah dalam penerapan good governance serta pembukuan dan pelaporan keuangan. Secara khusus, setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu menjelaskan hal-hal berikut ini. 1. Pelaporan keuangan pemerintah daerah dalam penerapan good governance. a. Laporan keuangan. b. Laporan kinerja. c. Pernyataan tanggung jawab. 2. Pembukuan dan pelaporan keuangan. a. Siklus akuntansi. b. Kode rekening dan saldo normal. c. Penjurnalan sederhana dalam pembukuan keuangan daerah. d. Laporan keuangan daerah. e. Ilustrasi penjurnalan lebih kompleks dalam keuangan daerah. f. Ilustrasi pembukuan terdesentralisasi di SKPD. Berkaitan dengan tujuan tersebut, modul ini terdiri dari 2 (dua) kegiatan belajar. 1. Kegiatan Belajar 1, membahas tentang pelaporan keuangan pemerintah daerah dalam penerapan good governance. 2. Kegiatan Belajar 2, membahas tentang pembukuan dan pelaporan keuangan. Selamat belajar! ADPU4333/MODUL 9 9.3 Kegiatan Belajar 1 Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah dalam Penerapan Good Governance A. LAPORAN KEUANGAN Dalam pelaporan keuangan terdapat beberapa aspek yang harus dipenuhi untuk kesempurnaan laporan ataupun pemenuhan syarat-syarat berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota) wajib membuat laporan keuangan yang terdiri dari: 1. neraca, 2. laporan realisasi anggaran, 3. laporan arus kas, 4. catatan atas laporan keuangan. Neraca menyajikan aset, utang, dan ekuitas dana yang diperbandingkan dengan periode sebelumnya. Laporan realisasi anggaran menyajikan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan yang diperbandingkan dengan anggaran dan dengan realisasi periode sebelumnya. Laporan arus kas menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi aset nonkeuangan, aktivitas pembiayaan dan arus kas dari aktivitas non-anggaran yang diperbandingkan dengan periode sebelumnya. Sementara itu, catatan atas laporan keuangan antara lain membahas tentang kebijakan akuntansi dan informasi lain yang diperlukan dan tidak tercantum dalam ketiga laporan lainnya. Contoh format laporan keuangan dapat dilihat pada lampiran modul ini. Kepala satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran menyusun laporan keuangan dan menyampaikannya kepada gubernur/bupati/walikota melalui pejabat pengelola keuangan daerah. Laporan yang harus dibuat terdiri dari neraca, laporan realisasi anggaran dan catatan atas laporan keuangan. Selain itu, SKPD juga harus membuat laporan kinerja. Laporan keuangan SKPD dan badan usaha daerah (BUD) disampaikan selambat-lambatnya 2 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Penyelenggaraan teknis akuntansi dan penyusunan laporan keuangan SKPD dapat dilakukan langsung oleh satuan kerja pengguna anggaran atau dibantu oleh satuan kerja/pihak lain yang ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota 9.4 Administrasi Keuangan berdasarkan pertimbangan kondisi sumber daya yang tersedia. Namun demikian, tanggung jawab atas laporan tersebut berada pada satuan kerja pengguna anggaran yang bersangkutan. Pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD) menyusun laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan laporan keuangan SKPD serta laporan pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah dan disampaikan kepada gubernur/bupati/ walikota. Selanjutnya, laporan keuangan pemerintah daerah tersebut disampaikan kepada badan pemeriksa keuangan (BPK) selambat-lambatnya 3 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Gubernur/ bupati/walikota memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan berdasarkan hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan pemda serta koreksi lain berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan. Apabila sampai batas waktu 2 (dua) bulan setelah laporan keuangan disampaikan kepada BPK, namun BPK belum menyampaikan hasil pemeriksaannya maka kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah (Perda) tentang pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) kepada DPRD yang isinya sama dengan yang disampaikan kepada BPK PPKD menyusun rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan oleh gubernur/bupati/walikota disampaikan kepada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang telah disetujui bersama dengan DPRD, untuk tingkat pemprov disampaikan kepada mendagri dan untuk tingkat pemkab/pemkot disampaikan kepada gubernur. B. LAPORAN KINERJA Laporan lain yang tingkat kepentingannya sama dengan pelaporan keuangan adalah laporan kinerja yang berisi ringkasan tentang keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-masing program sebagaimana ditetapkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN)/APBD. Format laporan kinerja secara umum untuk SKPD adalah sebagai berikut. ADPU4333/MODUL 9 9.5 LAPORAN KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN ….. Kode Program /Kegiatan Belanja Hasil/Keluaran Anggaran Realisasi Rencana Realisasi Satuan Keterangan xxxx Program 1 xxxxx Kegiatan A Indikator Kinerja 1 Indikator Kinerja 2 xxxx Program 2 Sedangkan format lain yang berkaitan dengan laporan kinerja untuk provinsi, kabupaten/kota adalah sebagai berikut. LAPORAN KINERJA PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA TAHUN ANGGARAN .... Kode Fungsi/Sub Fungsi/Program/ Kegiatan Belanja Hasil/Keluaran Anggaran Realisasi Rencana Realisasi Satuan Keterangan xx Fungsi xx Subfungsi xxxx Program xxxxx Kegiatan A Indikator Kinerja 1 Indikator Kinerja 2 Dengan laporan kinerja ini, kita dapat melihat dan menganalisis jumlah biaya yang dianggarkan beserta realisasinya dan yang paling penting adalah kita bisa melihat seberapa hasil dari pengeluaran belanja tersebut. Misalnya program pendidikan memiliki kegiatan pendidikan informal bagi masyarakat miskin. Indikator kinerja yang dipakai misalnya jumlah penduduk yang mendapat pendidikan jahit menjahit sampai mahir. Jika misalnya biaya yang dianggarkan dan realisasinya 100 juta rupiah dan jumlah masyarakat yang lulus pendidikan informal ini sejumlah 1000 orang, maka kita dapat melihat bahwa biaya rata-rata untuk pendidikan ini per orang adalah Rp100.000. Masyarakat dapat melihat hasil dari pengeluaran daerah ini bagi masyarakat. Ini merupakan contoh transparansi yang pada masa lampau kurang mendapat perhatian. 9.6 Administrasi Keuangan Dalam praktik di masa yang lalu, laporan akuntabilitas ini sering kali dimanipulasi dengan cara menetapkan indikator kinerja tidak pada awal tahun anggaran. Indikator ditetapkan pada saat laporan tersebut dibuat sehingga hanya indikator yang memberikan hasil yang baik saja yang dimunculkan. Akan tetapi, dengan PP No. 8 Tahun 2006, laporan kinerja merupakan satu kesatuan dengan pelaporan keuangan dan indikator kinerja harus ditetapkan pada saat penyusunan anggaran. C. PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB Dalam PP No. 8 Tahun 2006, entitas akuntansi dan entitas pelaporan wajib pula membuat surat pernyataan tanggung jawab. Contoh pernyataan tanggung jawab adalah sebagai berikut: Surat Pernyataan Tanggung Jawab Laporan Keuangan Dinas ... Tahun Anggaran ...., sebagaimana terlampir adalah merupakan tanggung jawab kami. Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan. ........... ..........., 20... Kepala Dinas ........ (............................) Pernyataan ini harus dibuat oleh kepala SKPD sebagai pernyataan bertanggung jawab atas laporan keuangan. Ini merupakan asersi dari penyelenggara negara yang akan memberikan tekanan psikologis agar penyelenggara negara menyadari kembali bahwa apa yang dilakukan dan tercermin dalam laporan keuangan merupakan tanggung jawab secara substansi maupun formal di depan hukum. Pernyataan tanggung jawab ini juga dibuat oleh entitas pelaporan untuk pemerintah daerah baik kota, kabupaten maupun propinsi yang ditandatangani oleh Walikota, Bupati maupun Gubernur sesuai dengan jenjang tanggung jawab keuangan mereka. Dengan demikian diharapkan ADPU4333/MODUL 9 9.7 penerapan good governance di sektor pemerintahan dapat dilaksanakan dengan baik secara akuntabel dan transparan. 1) Jelaskan hubungan antara pelaporan dan good governance dalam praktik pemerintahan daerah! 2) Jelaskan laporan apa saja yang harus dibuat sesuai dengan PP 8 Tahun 2006! Jelaskan perbedaan laporan kinerja dengan laporan keuangan! 3) Buatlah contoh surat pernyataan tanggung jawab untuk SKPD pada pemerintah kabupaten/kota tempat Anda tinggal! 4) Apakah Laporan keuangan SKPD dapat dibuatkan oleh pihak lain? Jelaskan! Jika boleh siapa yang harus menandatanganinya, SKPD yang bersangkutan ataukah Pembuatnya? 5) Kapankah indikator-indikator kinerja ditentukan untuk penyusunan laporan kinerja? Petunjuk Jawaban Latihan 1) Cobalah Anda cermati kembali materi tentang “Pelaporan Keuangan Pemda dalam Penerapan Good Governance” dari Kegiatan Belajar 1 ini. 2) Cobalah Anda cermati kembali materi tentang “Pelaporan Keuangan Pemda dalam Penerapan Good Governance”, yang terdapat dalam Kegiatan Belajar 1. 3) Sebagai panduan untuk menjawab pertanyaan ini, Anda dapat mencermati uraian tentang pernyataan tanggung jawab. 4) Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda dapat mencermati kembali uraian tentang laporan keuangan. 5) Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda dapat mencermati kembali uraian tentang laporan kinerja. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 9.8 Administrasi Keuangan Berdasarkan PP No 8 Tahun 2006, pemerintah daerah dan SKPD dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, wajib menyusun dan menyajikan laporan: 1. keuangan 2. kinerja Laporan keuangan yang harus dibuat untuk entitas pelaporan (pemkab/pemkot/pemprop) terdiri dari: 1. neraca, 2. laporan realisasi anggaran, 3. laporan arus kas, dan 4. catatan atas laporan keuangan. Untuk SKPD, seluruh laporan keuangan tersebut wajib dibuat, kecuali laporan arus kas. Selain itu, seluruh SKPD maupun pemkab/pemkot/pemprop wajib pula membuat surat pernyataan tanggung jawab. 1) Pemerintah daerah (kabupaten/kota/provinsi) wajib membuat laporan keuangan berikut ini, kecuali .... A. neraca B. laporan realisasi anggaran C. laporan arus kas bulanan D. catatan atas laporan keuangan 2. Neraca menyajikan aset, utang, dan ekuitas dana yang diperbandingkan dengan .... A. periode sebelumnya B. dua tahun sebelumnya C. pelaporan lembaga lain D. hasil monitoring dan evaluasi dari BPK RANGKUMAN TES FORMATIF 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! ADPU4333/MODUL 9 9.9 3) Laporan realisasi anggaran menyajikan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan yang diperbandingkan dengan anggaran dan realisasi.... A. periode sebelumnya B. dua tahun sebelumnya C. target D. capaian 4) Laporan anggaran dan kegiatan menyajikan arus kas dari aktivitas berikut, kecuali .... A. operasi B. arus kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan C. arus kas dari aktivitas pembiayaan bulanan D. arus kas dari aktivitas non-anggaran yang diperbandingkan dengan periode sebelumnya 5) Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun laporan keuangan dan menyampaikannya kepada gubernur/bupati/walikota melalui pejabat.... A. pengelola keuangan daerah B. pembuat komitmen C. urusan layanan D. pengguna anggaran Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1. Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai. Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar 100% Jumlah Soal 9.10 Administrasi Keuangan Kegiatan Belajar 2 Pembukuan dan Pelaporan Keuangan A. SIKLUS AKUNTANSI Secara umum, siklus akuntansi dimulai dari penjurnalan bukti dokumen sumber baik berupa SPM, STS, SP2D maupun dokumen anggaran serta transaksi lainnya. Setelah penjurnalan kemudian dilakukan posting ke buku besar yang sesuai. Setelah itu, pada akhir periode pelaporan dibuatkan neraca saldo untuk mengecek dan meringkas buku besar yang ada untuk selanjutnya dibuat laporan keuangan. Sebelum dibuat laporan keuangan, biasanya terdapat ayat jurnal penyesuaian untuk mencatat transaksi dan kejadian yang belum dicatat dalam jurnal umum sehari-hari seperti pencatatan hasil cek fisik persediaan, perlengkapan dan pencatatan utang biaya operasional. Cermatilah bagan siklus akuntansi berikut! Dokumen sumber Buku Besar Kode Akun Jurnal Jurnal Penyesuaian Neraca Saldo Laporan Keuangan BAGAN AKUN STANDAR SIKLUS AKUNTANSI Dari gambar tersebut terlihat bahwa pencatatan ke jurnal sampai penyusunan laporan keuangan sangat sederhana. Akan tetapi, dalam praktiknya, tidaklah sesederhana yang terlihat. Pembukuan ini jika dilakukan secara manual sangat rumit mengingat kode rekening yang sesuai dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006 jumlahnya sangat banyak. Kerumitan ini diperbesar dengan banyaknya SKPD yang memiliki kode rekening tersendiri sesuai dengan fungsinya masing-masing. Jumlah rekening ini bisa ratusan sampai ribuan untuk ADPU4333/MODUL 9 9.11 kabupaten/kota yang besar. Oleh karena itu, adalah sangat penting untuk melakukan otomasi pembukuan dengan menggunakan program aplikasi komputer, baik di tingkat SKPKD maupun untuk SKPD yang besar seperti dinas pendidikan dan kesehatan. Dengan otomasi, para pegawai pembukuan di SKPKD maupun SKPD cukup hanya membuat jurnal atau bahkan hanya mengisi formulir yang ada dan laporan keuangan secara otomatis dapat tercetak dengan sempurna. Lampiran pembukuan berupa jurnal dan buku besar serta neraca saldo secara otomatis dapat dihasilkan dari program aplikasi komputer. Standar akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan adalah standar akuntansi pemerintahan sesuai dengan PP No. 24 Tahun 2005. Isi PP No. 24 Tahun 2005 secara garis besar adalah sebagai berikut. 1. Kerangka konseptual akuntansi pemerintah. 2. PSAP 01 penyajian laporan keuangan. 3. PSAP 02 laporan realisasi anggaran. 4. PSAP 03 laporan arus KAS. 5. PSAP 04 catatan atas laporan keuangan. 6. PSAP 05 akuntansi persediaan. 7. PSAP 06 akuntansi investasi. 8. PSAP 07 akuntansi aset tetap. 9. PSAP 08 akuntansi konstruksi dalam pengerjaan. 10. PSAP 09 akuntansi kewajiban. PSAP 10 koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, dan peristiwa luar biasa. PSAP 11 laporan keuangan konsolidasian. Plus: Buletin Teknis tentang Penyusunan Neraca Awal. Buletin Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Pemda. Dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah maupun SKPD wajib menggunakan PP ini sebagai acuan. B. KODE REKENING DAN SALDO NORMAL Kode rekening merupakan hal yang penting dalam proses penyusunan dan konsolidasi laporan keuangan serta verifikasi dan audit atas laporan keuangan. Kode ini memudahkan penyusun dan auditor laporan keuangan dalam memahami klasifikasi rekening sesuai dengan jenis, fungsi serta penggunaan 9.12 Administrasi Keuangan lain. Kode rekening menurut Permendagri No 13 Tahun 2006 dan Kepmendagri No 29 Tahun 2003 adalah sebagai berikut. kode rekening rincian obyek pendapatan, belanja & pembiayaan kode rekening jenis pendapatan, belanja & pembiayaan kode rekening kelompok pendapatan, belanja & pembiayaan Kode rekening Akun pendapatan, belanja & pembiayaan kode Kegiatan kode Program kode Organisasi kode urusan pemerintahan XX XX XX XX XX XX XX XX XX PERMENDAGRI 13/2006 kode rekening bagian belanja kode rekening rincian obyek pendapatan, belanja & pembiayaan kode rekening obyek pendapatan, belanja & pembiayaan kode rekening jenis pendapatan, belanja & pembiayaan kode rekening kelompok pendapatan, belanja & pembiayaan kode unit organisasi kode bidang pemerintahan kode rekening anggaran pendapatan, belanja & pembiayaan XX XX XX XX XX XX XX XX KEPMENDAGRI 29/2002 KODE REKENING Pada kegiatan belajar ini akan dibahas kode rekening akun yang terdiri dari: KODE URAIAN 1 Aset 2 Kewajiban 3 Ekuitas Dana 4 Pendapatan 5 Belanja 6 Pembiayaan Berikut ini, beberapa istilah yang berkaitan dengan saldo. 1. Saldo normal aset merupakan debit, artinya jika terjadi kenaikan dalam aset, maka akun aset didebit dan jika terjadi penurunan aset maka akun aset dikredit. 2. Saldo normal utang merupakan kredit, artinya jika terjadi kenaikan dalam utang, maka akun utang dikredit, dan jika terjadi penurunan utang, maka akun utang didebit. ADPU4333/MODUL 9 9.13 3. Saldo normal ekuitas dana merupakan kredit, artinya jika terjadi kenaikan dalam ekuitas dana, maka akun ekuitas dana dikredit dan jika terjadi penurunan ekuitas dana, maka akun ekuitas dana didebit. 4. Saldo normal pendapatan merupakan kredit, artinya jika terjadi kenaikan dalam pendapatan, maka akun pendapatan dikredit dan jika terjadi penurunan ekuitas dana, maka akun pendapatan didebit. 5. Saldo normal belanja merupakan debit, artinya jika terjadi kenaikan dalam belanja, maka akun belanja didebit dan jika terjadi penurunan belanja, maka akun aset dikredit. 6. Saldo normal pembiayaan penerimaan merupakan kredit, artinya jika terjadi kenaikan dalam pembiayaan penerimaan, maka akun pembiayaan penerimaan dikredit dan jika terjadi penurunan penerimaan pembiyaan, maka akun ini didebit. 7. Saldo normal pembiayaan pengeluaran adalah debet, artinya jika terjadi kenaikan dalam pembiayaan pengeluaran, maka akun pembiayaan pengeluaran didebit dan jika terjadi penurunan, maka akun ini dikredit. C. PENJURNALAN SEDERHANA DALAM PEMBUKUAN KEUANGAN DAERAH Berikut ini ilustrasi sederhana tentang penjurnalan akuntansi dengan asumsi yang sangat sederhana agar mudah untuk dipahami. Penyederhanaan ini dibuat untuk memudahkan pemahaman konsep jurnal yang memang kelihatannya tidak mudah. Asumsi yang dibuat, adalah 1. rekening pendapatan hanya ada satu yaitu pendapatan; 2. rekening belanja hanya ada satu yaitu belanja; 3. rekening pengeluaran pembiayaan hanya ada satu, yaitu pengeluaran pembiayaan; 4. rekening penerimaan pembiayaan hanya ada satu, yaitu penerimaan pembiayaan; 5. jumlah realisasi anggaran adalah sama dengan APBD; 6. di Pemda hanya ada satu SKPD sehingga pembukuannya terpusat dengan menggunakan single database. Pembukuan dengan menggunakan single database merupakan suatu konsep ideal untuk pembukuan keuangan daerah di masa yang akan datang. Dengan single data base hanya terdapat satu database besar untuk semua SKPD dan 9.14 Administrasi Keuangan SKPKD yang memungkinkan penjurnalan pembukuan dapat dilakukan di tingkat SKPD dan hasilnya langsung dikonsolidasi di SKPKD. Pembukuan dengan single database ini sangat sederhana karena komputer membantu dalam penggabungan laporan. Secara garis besar, penjurnalan untuk penganggaran, realisasi dan penutup pendapatan adalah sebagai berikut. 1. Jurnal Pendapatan Waktu terbit Perda APBD dengan anggaran pendapatan Rp.100 No akun Nama akun Debit Kredit estimasi pendapatan 100 surplus/defisit tahun perolehan 100 Waktu terbit revisi Perda APBD yang berakibat penambahan Rp.10 No akun Nama akun Debit Kredit estimasi pendapatan 10 surplus/defisit tahun perolehan 10 Database SKPD SKPD ADPU4333/MODUL 9 9.15 Waktu terbit revisi Perda APBD berakibat penurunan Rp.20 No akun Nama akun Debit Kredit surplus/defisit tahun perolehan 20 estimasi pendapatan 20 jurnal untuk mencatat estimasi pendapatan yang dialokasi berdasarkan DPA No akun Nama akun Debit Kredit Estimasi pendapatan yang dialokasikan 100 alokasi estimasi pendapatan 100 Jurnal untuk mencatat realisasi pendapatan No akun Nama akun Debit Kredit Kas di kasda 100 Pendapatan 100 Jurnal penutup No akun Nama akun Debit Kredit Alokasi estimasi pendapatan 100 estimasi pendapatan 100 Pendapatan 100 Estimasi pendapatan yang dialokasikan 100 Surplus/defisit Est. Pendapatan Alokasi esti. pendapatan Est. pend.yg dialokasikan APBD closing DPA/OKA closing Pendapatan Kas di Kasda realisasi 9.16 Administrasi Keuangan 2. Jurnal Belanja Untuk penganggaran dan realisasi belanja dapat diilustrasikan pada jurnal sebagai berikut. Waktu terbit Perda APBD dengan anggaran pendapatan Rp.100 No. Akun Nama Akun Debit Kredit surplus/defisit tahun perolehan 100 apropriasi belanja 100 Waktu terbit Perda APBD dengan anggaran pendapatan Rp.100 No. Akun Nama Akun Debit Kredit Belanja 100 Kas di Kasda 100 Jurnal penutup No. Akun Nama Akun Debit Kredit Appropriasi belanja 100 Alokasi Appropriasi belanja 100 Allotment Belanja 100 Belanja 100 Allotment belanja Alokasi Appro belanja Appropiasi belanja Surplus/defisit DPA/OKA closing APBD closing Kas di Kasda Belanja realisasi ADPU4333/MODUL 9 9.17 3. Jurnal Penerimaan Pembiayaan Jurnal untuk penerimaan pembiayaan mirip dengan penjurnalan terhadap penerimaan. Perkiraan pokok yang terkait dengan transaksi atau kejadian yang terkait dengan penerimaan pembiayaan, adalah: a. pembiayaan netto; b. estimasi penerimaan pembiayaan; c. alokasi estimasi penerimaan pembiayaan; d. estimasi penerimaan pembiayaan yang dialokasikan; e. penerimaan pembiayaan; f. kas di kasda. 4. Jurnal Kolorari Untuk transaksi anggaran yang mempengaruhi pos-pos neraca selain kas, perlu dibuatkan jurnal kolorari. Jurnal kolorari merupakan jurnal yang dibuat khusus untuk mencatat transaksi atau kejadian yang mempengaruhi pos-pos selain kas di kasda seperti aktiva tetap, investasi, utang dan ekuitas. Contohnya adalah pada realisasi anggaran belanja modal yang menyebabkan jumlah aktiva tetap meningkat, maka selain belanja didebit, dibuat jurnal kolorari yang mencatat aktiva tetap yang diterima. Misalnya Pemerintah Kabupaten Cirebon membeli tanah yang tertera dalam belanja modal senilai 1 miliar tunai, maka jurnalnya adalah sebagai berikut: No. Akun Nama Akun Debit Kredit Belanja modal aktiva tetap 1 milyar Kas di kasda 1 milyar Jurnal kolorari Tanah 1 milyar Diinvestasikan dalam aktiva tetap 1 milyar Penyederhanaan penjurnalan sangat dimungkinkan untuk dilakukan, jika Pemda menggunakan single data base. Pada level SKPD cukup melakukan penjurnalan untuk realisasi anggaran di SKPD masing-masing sedangkan penjurnalan untuk penganggaran dan alokasi anggaran cukup dilakukan dilevel SKPKD sehingga SKPD tidak terlalu mengalami kesulitan dalam melakukan penjurnalan karena hanya melakukan penjurnalan yang berkaitan dengan realisasi anggaran dan jurnal kolorari. 9.18 Administrasi Keuangan D. LAPORAN KEUANGAN DAERAH Dari jurnal dan buku besar dapat dibuat laporan keuangan khususnya laporan realisasi anggaran dan neraca. 1. Neraca Dalam proses penyusunan neraca akhir tahun perlu dibuat neraca awal terlebih dahulu. Neraca merupakan laporan yang menyajikan posisi keuangan pemerintah pada tanggal tertentu. Yang dimaksud dengan posisi keuangan adalah posisi tentang aset, kewajiban dan ekuitas. Aset mencakup seluruh sumber daya yang memberikan manfaat ekonomi dan/atau sosial yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah daerah. Kewajiban merupakan utang yang harus diselesaikan oleh pemerintah daerah di masa yang akan datang. Ekuitas mencerminkan kekayaan bersih pemerintah daerah, yaitu selisih antara aset dan kewajiban. Aset, kewajiban dan ekuitas yang disajikan pada neraca pemerintah daerah berasal dari perolehan sejak pemerintah daerah tersebut berdiri. Pencatatan aset dan kewajiban selama ini dilakukan melalui sistem pencatatan tunggal yang tidak dapat menghasilkan neraca secara langsung. Di samping itu, pencatatan aset pada umumnya dilakukan juga dalam berbagai subsistem yang terpecah-pecah dan tidak terintegrasi. Dengan demikian, informasi yang dihasilkan kurang dapat diyakini keandalannya. Oleh karena itu, untuk keperluan penyusunan neraca pertama kali, pemerintah daerah perlu menyiapkan suatu pendekatan tertentu dan melakukan inventarisasi terhadap aset dan kewajibannya. Keandalan informasi tentang aset, kewajiban dan ekuitas dalam neraca awal sangat penting dalam membangun sistem akuntansi pemerintah daerah, karena jumlah-jumlah yang disajikan dalam neraca awal ini akan menjadi saldo awal, yang akan terus terbawa dalam sistem akuntansi pada periode berikutnya. Neraca adalah salah satu komponen laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan pada tanggal tertentu. Aset adalah sumber daya yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan/ atau sosial yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah dan dapat diukur dalam satuan uang. Sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya juga termasuk dalam pengertian aset. Contoh aset antara lain kas, piutang, persediaan dan bangunan. ADPU4333/MODUL 9 9.19 Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban mencakup utang yang berasal dari pinjaman, utang biaya dan utang lainnya yang masih harus dibayar. Contoh kewajiban antara lain utang kepada pemerintah pusat, utang kepada entitas pemerintah lain dan utang perhitungan pihak ketiga. Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. Contoh ekuitas dana antara lain Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan ekuitas dana yang diinvestasikan. Neraca mencerminkan persamaan akuntansi yang umum dikenal yaitu: Aset = Kewajiban + Ekuitas Ekuitas pemerintah disebut ekuitas dana. Ekuitas dana pemerintah berbeda dengan ekuitas sektor komersial. Ekuitas di sektor komersial mencerminkan sumber dari sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan ekuitas dana pemerintah merupakan selisih aset dengan kewajiban, sehingga persamaan akuntansinya menjadi: Aset – Kewajiban = Ekuitas dana Akun-akun neraca dikembangkan secara berpasangan. Akun-akun aset dan kewajiban berpasangan dengan akun-akun yang ada dalam ekuitas dana. Contoh: Kas berpasangan dengan SiLPA, Persediaan berpasangan dengan Cadangan Persediaan, Piutang berpasangan dengan Cadangan Piutang, Investasi Jangka Panjang berpasangan dengan Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap berpasangan dengan Diinvestasikan dalam Aset Tetap, Utang Jangka Pendek berpasangan dengan Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek. ASET= KEWAJIBAN + EKUITAS DANA NERACA AWAL 100 20 80 menerima pendapatan retribusi 200 200 saldo 300 20 280 membayar belanja pegawai -50 -50 saldo 250 20 230 membeli aktiva tetap secara kredit 70 70 saldo 320 90 230 membayar utang pembelian kredit 70 70 9.20 Administrasi Keuangan saldo 250 20 230 Membayar gaji karyawan 100 100 saldo 150 20 130 menerima pendapatan pajak daerah 1000 1000 saldo 1150 20 1130 meminjam uang untuk investasi di Tol 200 200 saldo 1350 220 1130 membayar utang investasi 200 200 saldo 1150 20 1130 Contoh penggunaan persamaan akuntansi adalah seperti terlihat pada bagan di atas. Dari persamaan sebagaimana tertera pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa jumlah aset selalu sama dengan kewajiban ditambah ekuitas dana. Neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Aset diklasifikasikan menjadi lancar dan nonlancar. Aset lancar terdiri dari kas atau aset lainnya yang dapat diuangkan atau dapat dipakai habis dalam waktu 12 bulan mendatang. Aset nonlancar terdiri dari investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya. Kewajiban diklasifikasikan menjadi jangka pendek dan jangka panjang. Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan, sedangkan kewajiban jangka panjang akan jatuh tempo dalam waktu lebih dari 12 bulan. Ekuitas dana diklasifikasikan menjadi ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi, dan ekuitas dana cadangan. Contoh Neraca sederhana adalah sebagai berikut. Pemerintah Daerah XX Neraca Per 31 Desember 200X ASET Aset Lancar xxxx Investasi Jangka Panjang xxxx Aset Tetap xxxx Dana Cadangan xxxx Aset Lainnya xxxx Jumlah Aset xxxx KEWAJIBAN Kewajiban Jangka Pendek xxxx ADPU4333/MODUL 9 9.21 Kewajiban jangka Panjang xxxx Jumlah Kewajiban xxxx EKUITAS DANA Ekuitas Dana Lancar xxxx Ekuitas Dana Investasi xxxx Ekuitas Dana Cadangan xxxx Jumlah Ekuitas Dana xxxx Jumlah Kew. Dan Ekuitas xxxx Neraca awal adalah neraca yang disusun pertama kali oleh pemerintah daerah. Neraca awal menunjukkan jumlah-jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal neraca awal. Sistem pencatatan yang digunakan selama ini tidak memungkinkan suatu entitas menghasilkan neraca. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendekatan untuk menentukan jumlah-jumlah yang akan disajikan dalam neraca. Pendekatan yang dapat digunakan adalah inventarisasi atas pospos neraca. Inventarisasi tersebut dapat dilakukan dengan cara inventarisasi fisik, catatan, laporan, atau dokumen sumber lainnya. Kebijakan akuntansi perlu disiapkan untuk penyusunan neraca awal. Kebijakan akuntansi ini mencerminkan ketentuan-ketentuan yang digunakan dalam penyusunan neraca awal seperti pengertian, pengukuran dan hal penting lainnya yang perlu diungkapkan dalam neraca. Apabila neraca awal yang disusun pertama kali belum dapat memenuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan standar akuntansi pemerintahan maka terhadap pos-pos neraca tersebut dapat dilakukan koreksi sebagaimana mestinya di kemudian hari. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan harus sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 32 Ayat (1) Undang-Undang No. 17 Tahun 2003. Amanat undang-undang tersebut tidak segera diikuti dengan terbitnya peraturan pemerintah tentang standar akuntansi pemerintahan. Ketiadaan standar akuntansi pemerintahan menimbulkan berbagai permasalahan dalam penyusunan neraca. Dalam menyikapi hal ini, pemerintah daerah pada umumnya berusaha menggunakan suatu ketentuan atau acuan tertentu dalam menyusun neraca awal. Sebagai hasilnya, neraca pemerintah daerah beraneka ragam dan penyajiannya belum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam standar akuntansi pemerintahan. Berbagai ketentuan atau pedoman yang menjadi acuan dalam penyusunan neraca pemerintah daerah antara lain Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 9.22 Administrasi Keuangan yang berlaku untuk komersial, Draf Publikasian Standar Akuntansi Pemerintahan, Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang terakhir kali diganti dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, dan International Public Sector Accounting Standard (IPSAS). Selain acuan yang sangat beragam sebagaimana diuraikan di atas, penyusunan neraca awal ini juga banyak dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai kompetensi memadai di bidang akuntansi. Banyak pemerintah daerah menggunakan jasa konsultan atau bekerja sama dengan pihak lain, namun di antara para konsultan atau pihak yang membantu pemerintah daerah belum memahami akuntansi pemerintahan dengan baik. Pemahaman dan interpretasi terhadap ketentuan yang digunakan sebagai acuan, berbeda-beda antara pihak yang satu dengan lainnya. Dengan demikian, dari satu acuan atau pedoman dapat dihasilkan neraca yang berbeda-beda. Berhubung dengan kondisi pencatatan aset dan kewajiban yang pada umumnya kurang andal, baik dari aspek kelengkapan, keberadaan dan penilaian, maka untuk penyusunan neraca awal, pemerintah daerah perlu menyusun langkah-langkah yang terstruktur, bertahap, jelas, mudah dipahami dan dapat dilaksanakan. Langkah-langkah tersebut, antara lain: 1. menentukan ruang lingkup pekerjaan; 2. menyiapkan formulir-formulir berikut petunjuk pengisiannya; 3. memberikan penjelasan kepada tim yang akan melakukan penyusunan neraca awal; 4. melaksanakan kegiatan pengumpulan data dan inventarisasi aset dan kewajiban; 5. melakukan pengolahan data dan klasifikasi aset dan kewajiban sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan; 6. melakukan penilaian aset dan kewajiban; 7. menyajikan akun-akun aset, kewajiban, dan ekuitas berikut jumlahnya dalam format neraca. Langkah-langkah sebagaimana disebutkan di atas, dapat disusun dengan mengacu pada buletin teknis standar akuntansi pemerintahan. Buletin teknis yang dikeluarkan KSAP meliputi pengidentifikasian akun-akun neraca, cakupan, ADPU4333/MODUL 9 9.23 pengumpulan data dan dokumen sumber, pencatatan, penilaian, penyajian, dan pengungkapan akun-akun neraca. Dengan demikian, diharapkan pemerintah daerah yang belum mempunyai neraca awal dapat menggunakan buletin teknis ini sebagai panduan utama. 2. Laporan Realisasi Anggaran Laporan realisasi anggaran merupakan laporan yang membandingkan antara anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan dengan realisasinya. Laporan realisasi anggaran adalah laporan yang menyajikan perhitungan atas pelaksanaan dari semua yang telah dianggarkan dalam tahun anggaran tertentu yang meliputi kelompok pendapatan, belanja dan pembiayaan. Pada dasarnya, laporan ini menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah, dan menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu tahun anggaran. Laporan realisasi anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan dari suatu pemerintah daerah yang masingmasing diperbandingkan dengan anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas, dan ketaatan pemerintah daerah terhadap anggaran. Laporan realisasi anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif. Laporan realisasi anggaran dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi sumber daya ekonomi yang diperoleh. Unsur atau elemen yang dicakup dalam laporan realisasi anggaran terdiri atas pendapatan, belanja, transfer; surplus/defisit; pembiayaan; sisa lebih pembiayaan anggaran. Laporan realisasi anggaran disajikan sedemikian rupa sehingga menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Laporan realisasi anggaran menyandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan dengan anggarannya. Laporan ini dijelaskan lebih lanjut dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan tersebut memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dengan 9.24 Administrasi Keuangan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan. Laporan realisasi anggaran minimal harus mencakup pos-pos sebagai berikut. a. Pendapatan. b. Belanja. c. Transfer. d. Surplus/defisit. e. Penerimaan pembiayaan. f. Pengeluaran pembiayaan. g. Pembiayaan netto. h. Selisih lebih pembiayaan anggaran (SiLPA). 3. Laporan Arus Kas Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan kegiatan operasional, investasi, pembiayaan dan transaksi non-anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah daerah pada periode anggaran tertentu. Tujuan pelaporan arus kas, adalah memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk sarana pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan. Informasi arus kas berguna sebagai indikator terhadap jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya. Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan. Jika dikaitkan dengan laporan keuangan daerah lainnya, laporan arus kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih atau ekuitas dana suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas). Unsur atau elemen yang dicakup dalam laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas. Penerimaan adalah semua penerimaan kas daerah yang dibukukan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Pengeluaran adalah semua pengeluaran kas daerah yang dibukukan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. ADPU4333/MODUL 9 9.25 Laporan arus kas menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan dan non-anggaran. Klasifikasi arus kas didasarkan pada aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan dan non-anggaran memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk menilai pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan setara kas pemerintah daerah. Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar-aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan dan non-anggaran. Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa aktivitas, misalnya transaksi pelunasan utang yang terdiri atas pelunasan pokok utang dan bunga utang. Pembayaran pokok utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas pembiayaan sedangkan pembayaran bunga utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi. Berikut ini, adalah aktivitas-aktivitas yang terdapat dalam laporan arus kas. a. Aktivitas Operasi Arus kas bersih dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan operasi pemerintah daerah dalam menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. b. Aktivitas Investasi Arus kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat di masa yang akan datang. c. Aktivitas Pembiayaan Arus kas dari aktivitas pembiayaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto sehubungan dengan pendanaan defisit atau penggunaan surplus anggaran, yang bertujuan untuk memprediksi klaim pihak lain terhadap arus kas pemerintah daerah dan klaim pemerintah terhadap pihak lain di masa yang akan datang. 9.26 Administrasi Keuangan d. Aktivitas Non Anggaran Arus kas dari aktivitas non-anggaran mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi anggaran. Arus kas dari aktivitas non-anggaran antara lain perhitungan pihak ketiga. Perhitungan pihak ketiga menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar atau diterima secara tunai untuk fihak ketiga, misalnya potongan Taspen dan Askes. Arus kas masuk dari aktivitas non anggaran meliputi penerimaan PFK, sedangkan arus kas keluar untuk aktivitas aktivitas non anggaran meliputi pengeluaran PFK. Sementara itu, metode pelaporan laporan arus kas ada dua, yaitu: a. Metode Langsung Metode ini mengungkapkan pengelompokkan utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto. b. Metode Tidak Langsung Dalam metode ini, surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksitransaksi operasional non kas, pos-pos yang ditangguhkan (deferral) atau akrual penerimaan kas atau pembayaran yang lalu atau yang akan datang serta unsur pendapatan dan belanja dalam bentuk kas yang berkaitan dengan aktivitas investasi aset non keuangan dan pembiayaan. Pemerintah daerah sebaiknya menggunakan metode langsung dalam melaporkan arus kas dari aktivitas operasi. Beberapa keuntungan penggunaan metode langsung adalah: 1) menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengestimasikan arus kas di masa yang akan datang; 2) lebih mudah dipahami oleh pengguna laporan; 3) data tentang kelompok penerimaan dan pengeluaran kas bruto dapat langsung diperoleh dari catatan akuntansi. Arus kas yang timbul dari transaksi mata uang asing harus dibukukan dengan menggunakan mata uang rupiah dengan menjabarkan mata uang asing tersebut ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs pada tanggal transaksi. Arus kas yang timbul dari aktivitas entitas pelaporan di luar negeri harus dijabarkan ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs pada tanggal transaksi. ADPU4333/MODUL 9 9.27 Transaksi investasi dan pembiayaan yang tidak mengakibatkan penerimaan atau pengeluaran kas dan setara kas tidak dilaporkan dalam laporan arus kas. Transaksi tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Pengecualian transaksi bukan kas dari laporan arus kas konsisten dengan tujuan laporan arus kas karena transaksi bukan kas tersebut tidak mempengaruhi kas periode yang bersangkutan. Contoh transaksi bukan kas yang tidak mempengaruhi laporan arus kas adalah perolehan aset melalui pertukaran atau hibah. E. ILLUSTRASI PENJURNALAN LEBIH KOMPLEKS DALAM KEUANGAN DAERAH Dengan memahami jurnal standar akan memudahkan kita dalam memahami jurnal yang lebih kompleks untuk transaksi dan kejadian yang benar-benar sesuai dengan kondisi pemerintahan daerah. Kode rekening yang jumlahnya ratusan dapat membuat penjurnalan menjadi lebih kompleks. Berikut ini penjurnalan dengan menggunakan kasus riil yang lebih kompleks. Walaupun lebih kompleks dari ilustrasi sebelumnya, contoh jurnal standar yang didesain untuk pemerintah daerah kota/kabupaten atau propinsi berikut ini menggunakan asumsi pembukuan tersentralisasi. Secara database, hanya terdapat satu database (single database) yang digunakan untuk mencatat semua transaksi yang terjadi. SKPD hanya memiliki terminal pembukuan yang merupakan client komputer dari komputer server yang ada di SKPKD. Berikut ini, jurnal standar untuk pengesahan APBD. JURNAL STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH JURNAL ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH SISTEM AKUNTANSI UMUM/BIRO KEUANGAN No Transaksi DS B B D K APBD disetujui oleh DPRD Perda I. Estimasi Pendapatan Pajak Daerah xxx APBD Estimasi Pendapatan Retribusi Daerah xxx Estimasi Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lainnya xxx xxx 9.28 Administrasi Keuangan No Transaksi DS B B D K Estimasi Pendapatan dari Lain-lain PAD Estimasi Pendapatan Bagian Daerah dari PBB dan BPHTB xxx Estimasi Pendapatan Bagian Daerah dari Pajak Penghasilan Estimasi Pendapatan Bagian Daerah dari SDA Estimasi Pendapatan Dana Alokasi Umum Estimasi Pendapatan Dana Alokasi Khusus Estimasi Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi xxx xxx xxx xxx xxx Estimasi Pendapatan Bagi Hasil Lainnya dari Provinsi Estimasi Pendapatan Hibah Estimasi Pendapatan Dana Darurat Estimasi Pendapatan Lainlain Surplus/Defisit Tahun Pelaporan xxx xxx xxx xxx xxx Apropriasi Belanja Pegawai xxx Apropriasi Belanja Barang dan Jasa Xxx Apropriasi Belanja Pemeliharaan xxx Apropriasi Belanja Perjalanan Dinas xxx Apropriasi Belanja Pinjaman xxx Apropriasi Belanja Subsidi xxx Apropriasi Belanja Hibah xxx Apropriasi Belanja Bantuan Sosial xxx Apropriasi Belanja Operasi Lainnya xxx Apropriasi Belanja Aset Tetap xxx Apropriasi Belanja Aset Lainnya xxx ADPU4333/MODUL 9 9.29 No Transaksi DS B B D K Apropriasi Belanja Tak Tersangka xxx Apropriasi Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota xxx Apropriasi Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kab./Kota xxx Apropriasi Bagi Hasil Pajak ke Desa xxx Apropriasi Bagi Hasil Retribusi ke Desa Xxx Apropriasi Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Desa xxx Estimasi Pencairan Dana Cadangan xxx xxx Apropriasi Pembentukan Dana Cadangan Surplus/Defisit Tahun Pelaporan Estimasi Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) xxx xxx xxx Estimasi Penerimaan Penjualan Aset Yang Dipisahkan (Divestasi) xxx Estimasi Pen Kembali Pinja. kepada BUMN/D/ Pem. Pusat/ DO Lainnya & Lbg Internasional xxx Estimasi Pen. Penjualan Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan xxx Estimasi Penerimaan Penjualan Investasi Permanen Lainnya Estimasi Penerimaan Pinjaman Luar Negeri xxx xxx Estimasi Penerimaan Pinjaman dari Pemerintah Pusat xxx Estimasi Penerimaan Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom Lainnya xxx 9.30 Administrasi Keuangan No Transaksi DS B B D K Estimasi Penerimaan Pinjaman dari BUMN/BUMD xxx Estimasi Penerimaan Pinjaman dari Bank/Lembaga Keuangan xxx Estimasi Penerimaan Pinjaman dalam Negeri Lainnya xxx Apropriasi Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx Apropriasi Pemberian Pinjaman kepeda BUMN/D/Pem Pusat/DO Lainnya & Lbg Internl. xxx Apropriasi Pengel. Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan xxx Apropriasi Pengeluaran Penyertaan dalam Investasi Permanen Lainnya xxx Apropriasi Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri xxx Apropriasi Pembayaran Pokok Pinjaman Pemerintah Pusat xxx Apropriasi Pembayaran Pokok Pinjaman Pemerintah DO Lainnya xxx Apropriasi Pembayaran Pokok Pinjaman BUMN/BUMD xxx Catatan: Apropriasi Pembayaran Pokok Pinjaman Bank/Lembaga Keuangan xxx Asumsi estimasi pendapatan lebih kecil dari apropriasi Apropriasi Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Lainnya Pembiayaan Netto Tahun Pelaporan xxx xxx ADPU4333/MODUL 9 9.31 Jurnal standar untuk persetujuan anggaran tentang pendapatan adalah: No akun Nama akun Debit Kredit Estimasi pendapatan xx Surplus/defisit tahun perolehan xx Sedangkan, jurnal standar untuk persetujuan APBD tentang belanja: No akun Nama akun Debit Kredit surplus/defisit tahun perolehan xx apropriasi Belanja xx Dalam daftar jurnal standar di atas, baik pendapatan, belanja maupun pembiayaan digabung dalam satu jurnal sehingga kelihatan lebih rumit. Akan tetapi, jika kita dapat memahami jurnal standar yang lebih sederhana, maka kerumitan ini menjadi hilang dan mudah untuk memahami jurnal-jurnal yang kelihatannya kompleks. F. ILUSTRASI PEMBUKUAN TERDESENTRALISASI DI SKPD Penjurnalan dan penyusunan sebelumnya didasarkan pada single data base system yang memungkinkan penjurnalan tersentralisasi. Ini merupakan sistem jaringan yang paling ideal untuk masa depan dan paling mudah untuk dioperasikan. Karena rata-rata sistem jaringan pada Pemda masih belum dapat berjalan dengan single data base, maka pembukuan yang terdesentralisasi merupakan pembukuan yang paling mungkin dilaksanakan untuk saat ini. Pada sistem yang terdesentralisasi, pembukuan dibuat oleh masing-masing SKPD secara otonom dan laporan keuangan Pemda merupakan pengkonsolidasian seluruh laporan dari masing-masing SKPD. Konsolidasi laporan Pemda merupakan penjumlahan secara horisontal dari seluruh laporan keuangan SKPD. Karena itu, pembukuan di SKPD merupakan pembukuan yang sangat penting. Untuk itu, pada bagian berikutnya akan diillustrasikan langsung pembukuan dilevel SKPD. Penjurnalan dan pembuatan laporan keuangan berdasarkan illustrasi sebelumnya walaupun diusahakan untuk disederhanakan, namun masih terlihat kompleks. Penyederhanaan lebih lanjut dapat dilakukan dengan mengabaikan untuk sementara jurnal penyusunan anggaran dan jurnal penutup maupun jurnal 9.32 Administrasi Keuangan pembalik. Hal yang penting dalam ilustrasi penyederhanaan ini adalah Anda dapat melakukan jurnal: 1. realisasi anggaran; 2. korolari. Penjurnalan ini dapat dilakukan dengan relatif mudah dan menghindarkan kompleksitas yang tinggi. Dengan berbekal dari pokok bahasan penjurnalan sebelumnya berikut ini diberikan ilustrasi untuk kasus Kabupaten Bakti Nusa yang hanya memiliki satu SKDP, yaitu Disdik dan SKPKD (selain sebagai SKPD, Disdik juga sebagai pengelola keuangan). APBD yang telah menjadi Perda misalnya dapat dilihat pada Tabel APBD. APBD telah melalui berbagai proses pembahasan dan akhirnya disahkan dan DIPA juga telah siap untuk dilaksanakan. Anggaran ini dibagi dua porsi untuk SKPD dan BPKD. SKPD memiliki porsi yang lebih kecil untuk memudahkan ilustrasi penjurnalan. SKPD pada waktu pengesahan anggaran cukup melakukan penjurnalan sederhana sebagai berikut. Pencatatan Alokasi Estimasi Pendapatan Debit Kredit Alokasi Estimasi Pendapatan Retribusi Daerah 2,699,136 Alokasi Estimasi Pendapatan Lain-Lain PAD 1,368,000 Utang Kepada Kas Daerah 4,067,136 (mencatat alokasi estimasi pendapatan SKPD) Jurnal ini memunculkan adanya semacam kewajiban bagi SKPD untuk menyetorkan pendapatan sebesar anggaran yang telah disahkan sebesar Rp.4.067.136. Untuk jurnal anggaran belanja di SKPD Disdik dapat Anda lihat pada ilustrasi berikut. ADPU4333/MODUL 9 9.33 Pencatatan Alokasi Belanja Piutang ke Kas Daerah 59,022,720 Allotment Belanja Pegawai 38,200,320 Allotment Belanja Barang dan Jasa 9,504,000 Allotment Belanja Bantuan Sosial 2,373,120 Allotment Belanja Peralatan dan Mesin 1,265,280 Allotment Belanja Jalan, Jaringan dan Irigasi 7,680,000 (mencatat alokasi Belanja SKPD) Piutang ke kas daerah menggambarkan otorisasi belanja bagi SKPD sebesar Rp 59.022.720. Hal ini digunakan untuk mencatat bahwa SKPD ini memiliki kewenangan/hak untuk melakukan pengeluaran sebesar Rp 59.022.720. Pemunculan akun utang maupun piutang ini sebenarnya tidak pas benar karena anggaran yang disetujui merupakan target yang diharapkan dapat tercapai dan bukan merupakan kewajiban secara hukum yang harus dipenuhi. Target ini jika tidak dapat direalisasikan, maka selisihnya harus dihapuskan sebelum awal tahun berikutnya. Akun alotment belanja merupakan akun anggaran yang nantinya harus ditutup dengan realisasi anggaran. Penjurnalan ini kelihatannya kompleks, oleh karena itu untuk sementara diabaikan. SKPD sebaiknya berfokus pada penjurnalan untuk realisasi anggaran dan jurnal korolari yang sangat penting untuk mencatat realisasi aktual. 9.34 Administrasi Keuangan Tabel APBD KABUPATEN BAKTI NUSA PERDA APBD ................ TOTAL DPA SKPD DISDIK DPA SKPKD PENDAPATAN: PENDAPATAN ASLI DAERAH: Pajak Daerah Retribusi Daerah Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah JUMLAH PENDAPATAN TRANSFER TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus JUMLAH Transfer Pemerintah Pusat Lainnya Dana Penyesuaian Transfer Pemerintah Propinsi-Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari Propinsi LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Dana Darurat JUMLAH PENDAPATAN BELANJA Belanja Operasi Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Bunga Subsidi Hibah Bantuan Sosial JUMLAH 16,240,000 - 16,240,000 8,179,200 2,453,760 5,725,440 236,160 - 236,160 4,800,000 1,440,000 3,360,000 29,455,360 3,893,760 25,561,600 --- --- 15,072,000 - 15,072,000 173,472,000 - 173,472,000 384,000 - 384,000 188,928,000 - 188,928,000 --- 5,760,000 - 5,760,000 --- --- 10,298,880 - 10,298,880 --- --- 4,608,000 - 4,608,000 --- 239,050,240 3,893,760 235,156,480 --- --- --- 127,334,400 38,200,320 89,134,080 31,680,000 9,504,000 22,176,000 320,000 - 320,000 2,284,800 - 2,284,800 2,995,200 - 2,995,200 7,910,400 2,373,120 5,537,280 172,524,800 50,077,440 122,447,360 --- 4,217,600 1,265,280 2,952,320 25,600,000 7,680,000 17,920,000 ADPU4333/MODUL 9 9.35 TOTAL DPA SKPD DISDIK DPA SKPKD BELANJA MODAL Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Jalan, Irigasi dan Bangunan JUMLAH BELANJA TAK TERDUGA JUMLAH BELANJA TRANSFER/BAG I HASIL DESA Bagi Hasil Pajak JUM LAH BELANJA DAN TRANSFER Surplus/Defisit (a-b) PEMBIAYAAN PENERIMAAN Penggunaan SILPA Pencairan Dana Cadangan Jumlah Penerimaan PENG ELUARAN Pengeluaran Penyertaan Modal Pembayaran pokok utang yg jatuh tempo Pengeluaran Pinjaman kepada PDAM Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Netto 29,817,600 8,945,280 20,872,320 --- 499,200 - 499,200 --- 202,841,600 59,022,720 143,818,880 --- --- 15,820,800 - 15,820,800 --- 218,662,400 59,022,720 159,639,680 -- 20,387,840 - -- -- 812,160 812,160 800,000 800,000 1,612,160 1,612,160 -- -- 12,800,000 12,800,000 3,200,000 3,200,000 6,000,000 6,000,000 22,000,000 22,000,000 - (20,387,840) Realisasi anggaran untuk tahun 2013 dimisalkan seperti pada tabel berikut baik pada SKPD maupun BPKD/SKPKD. Tabel Realisasi APBD Pemerintah Daerah bakti Nusa Realisasi Tahun Anggaran 2013 Konsolidasi SKPD DISDIK Realisasi SKPD PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah 19,488,000 19,488,000 Retribusi Daerah 8,997,120 2,699,136 6,297,984 9.36 Administrasi Keuangan Konsolidasi SKPD DISDIK Realisasi SKPD Hasil Perusda Hasil Pengelolaan Kekayaan Daearah yang Dipisahkan 283,392 283,392 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah (penjualan pn dan mesin 4,560,000 1,368,000 3,192,000 JUMLAH 33,328,512 4,067,136 29,261,376 PENDAPATAN TRANSFER TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBA Dana Bagi Hasil Pajak 15,072,000 15,072,000 Dana Alokasi Umum 173,472,000 173,472,000 Dana Alokasi Khusus 384,000 384,000 JUMLAH 188,928,000 4,067,136 188,928,000 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA Dana Penyesuaian 5,760,000 5,760,000 TRANSFER PEMERINTAH PROPINSI-DANA PERIMB Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari Propinsi 10,298,880 10,298,880 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Dana Darurat 4,608,000 4,608,000 JUMLAH PENDAPATAN 242,923,392 4,067,136 238,856,256 BELANJA BELANJA OPERASI Belanja Pegawai 140,067,840 42,020,352 98,047,488 Belanja Barang dan Jasa 31,046,400 9,313,920 21,732,480 Bunga 320,000 320,000 Subsidi 2,056,320 2,056,320 Hibah 2,995,200 2,995,200 Bantuan Sosial 7,514,880 2,254,464 5,260,416 JUMLAH 184,000,640 53,588,736 130,411,904 BELANJA MODAL Belanja Peralatan dan Mesin 4,217,600 1,265,280 2,952,320 Belanja Jalan, Irigasi dan Bangunan 25,600,000 7,680,000 17,920,000 BELANJA TAK TERDUGA 299,520 299,520 JUMLAH BELANJA 214,117,760 62,534,016 151,583,744 TRANSFER/BAGI HASIL DESA Bagi Hasil Pajak 15,820,800 15,820,800 ADPU4333/MODUL 9 9.37 Konsolidasi SKPD DISDIK Realisasi SKPD JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER 229,938,560 62,534,016 167,404,544 Surplus/Defisit (a-b) 12,984,832 PENERIMAAN PEMBIAYAAN Penggunaan SILPA Pencairan Dana Cadangan 800.000 800.000 Jumlah Penerimaan 800.000 800.000 PENGELUARAN Pengeluaran Penyertaan Modal 6,400,000 6,400,000 Pembayaran pokok utang yg jatuh tempo 3,200,000 3,200,000 Pengeluaran Pinjaman kepada PDAM 3,600,000 3,600,000 Jumlah Pengeluaran 13,200,000 13,200,000 Pembiayaan Netto (12,400,000) SILPA 584,832 Realisasi anggaran selama tahun 2007 juga terbagi pada SKPD Disdik dan SKPKD yang jumlahnya merupakan akumulasi dari seluruh realisasi anggaran 2007. Penjurnalan yang dilakukan adalah secara bertahap sehingga totalnya sebesar realisasi anggaran. Untuk menyederhanakan pembukuan maka penjurnalan dilakukan seolah-olah realisasi anggaran terjadi sekaligus. Berikut ini, jurnal untuk realisasi anggaran ini. Utang Kepada Kas Daerah 1,368,000 Lain-lain PAD 1,368,000 ( Untuk mencatat penerimaan Lain-lain PAD dari penjualan peralatan dan mesin) Utang kepada kas daerah didebit untuk mencatat realisasi anggaran. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen SKPD untuk merealisasikan jumlah pendapatan tertentu sudah dilakukan. 9.38 Administrasi Keuangan Untuk realisasi belanja maka penjurnalannya sebagai berikut: Belanja Pegawai (LS) Belanja Pegawai 42,020,352 Piutang Dari Kas Daerah 42,020,352 (Mencatat belanja pegawai-LS) Belanja Pegawai dan Jasa (LS) Belanja Barang Dan Jasa 9,313,920 Piutang Dari Kas Daerah 9,313,920 (Mencatat belanja barang dan jasa-LS) Akun piutang dari kas daerah dikredit pada saat realisasi anggaran untuk mengurangi hak SKPD untuk melakukan pengeluaran anggaran sesuai dengan APBD. Jika realisasi belanja dilakukan maka hak SKPD menjadi semakin berkurang. Belanja Modal (LS) Belanja Modal-Peralatan dan mesin 1,265,280 Piutang Dari Kas Daerah 1,265,280 (untuk mencatat belanja modal untuk perolehan peralatan dan mesin) Jurnal korolari Peralatan dan Mesin 1,265,280 Diinvestasikan Dalam Aset tetap 1,265,280 (mencatat peralatan dan mesin) Belanja Modal-Jalan, irigasi dan jaringan 7,680,000 Piutang Dari Kas Daerah 7,680,000 (untuk mencatat belanja modal-jalan, irigasi dan jaringan) Konstruksi dalam pengerjaan jika sudah selesai 100% maka harus dilakukan penyesuaian untuk melakukan reklasifikasi menjadi aktiva tetap sesungguhnya. Jurnal yang dilakukan adalah sebagai berikut: ADPU4333/MODUL 9 9.39 Konstruksi dalam Pengerjaan 7,680,000 Diinvestasikan dalam aset tetap 7,680,000 Persediaan 2.250,000 Cadangan persediaan 2.250,000 (untuk mencatat belanja modal-jalan, irigasi dan jaringan) Buku besar realisasi anggaran secara tradisional umumnya sangat sederhana. Karena itu, ada baiknya jika buku besar yang selama ini ada dilakukan modifikasi dengan memasukan data anggaran tahun berjalan pada rekening realisasi anggaran. Hal ini dapat menjadi alat kontrol agar realisasi anggaran belanja tidak melampaui jumlah yang dianggarkan. Dengan modifikasi ini maka buku besar sebaiknya dibuat seperti berikut: Belanja Alat Tulis Kantor Tgl Uraian Debit Kredit Saldo realisasi Anggaran Selisih 10 Pembelian 2.000.000 2.000.000 10.000.000 8.000.000 Dengan demikian, buku besar selain berfungsi untuk mencatat realisasi anggaran belanja, juga dapat berfungsi sebagai alat kontrol pengeluaran belanja untuk realisasi anggaran. Jika saldo realisasi anggaran ternyata lebih besar daripada anggaran yang tersedia maka SKPD dapat menyetop pengeluaran tersebut. Untuk realisasi anggaran SKP Disdik di Kabupaten Bakti Nusa Tahun 2013, buku besar yang terkait dengan realisasi anggaran adalah sebagai berikut: RETRIBUSI DAERAH Tgl Uraian Debit Kredit Saldo Anggaran Selisih 1-Jan 2,699,136 2,699,136 2,453,760 -245,376 9.40 Administrasi Keuangan LAIN-LAIN PAD YANG SAH Tgl Uraian Debit Kredit Saldo Anggaran Selisih 1-Jan 1,368,000 1,368,000 1,440,000 72,000 BELANJA PEGAWAI Tgl Uraian Debit Kredit Saldo Anggaran Selisih 1-Jan 42,020,352 42,020,352 38,200,320 -3,820,032 BELANJA BARANG DAN JASA Tgl Uraian Debit Kredit Saldo Anggaran Selisih 1-Jan 9,313,920 9,313,920 9,504,000 190,080 BANTUAN SOSIAL Tgl Uraian Debit Kredit Saldo Anggaran Selisih 1-Jan 2,254,464 2,254,464 2,373,120 118,656 BELANJA PERALATAN DAN MESIN Tgl Uraian Debit Kredit Saldo Anggaran Selisih 1-Jan 1,265,280 1,265,280 1,265,280 0 BELANJA JALAN, IRIGASI DAN BANGUNAN Tgl Uraian Debit Kredit Saldo Anggaran Selisih 1-Jan 7,680,000 7,680,000 7,680,000 0 Dari buku besar ini dibuat laporan keuangan realisasi anggaran untuk SKPD sebagai berikut. ADPU4333/MODUL 9 9.41 DINAS PENDIDIKAN Laporan Realisasi Anggaran Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2013 Uraian DPA-SKPD Realisasi % PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Retribusi Daerah 2,453,760 2,699,136 110% Lain - lain PAD 1,440,000 1,368,000 95% Total Pendapatan Asli Daerah 3,893,760 4,067,136 104% Total Pendapatan 3,893,760 4,067,136 104% BELANJA Belanja Operasi Belanja Pegawai 38,200,320 42,020,352 110% Belanja Barang dan jasa 9,504,000 9,313,920 98% Belanja Bantuan Sosial 2,373,120 2,254,464 95% Total Belanja Operasi 50,077,440 53,588,736 107% Belanja Modal Belanja Peralatan dan Mesin 1,265,280 1,265,280 100% Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan 7,680,000 7,680,000 100% Total Belanja Modal 8,945,280 8,945,280 100% Laporan realisasi anggaran SKPD pada kolom realisasi dapat diambil dari saldo buku besar realisasi anggaran. Sedangkan DPA SKPD juga dapat diambil dari dokumen anggaran yang ada atau buku besar yang telah dimodifikasi. Neraca SKPD pada akhir tahun dapat dibuat dengan memindahkan saldo buku besar yang terkait dengan neraca di atas. Dengan demikian, maka neraca SKPD Disdik per 31 Desember 2013 dapat disajikan sebagai berikut. ASET ASET LANCAR Kas di Bendahara Pengeluaran 1,440,000 Kas di Bendahara Penerimaan 2,100,000 Bagian lancar TGR 4,656,000 Persediaan 6,000,000 JUMLAH ASET LANCAR 14,196,000 9.42 Administrasi Keuangan ASET TETAP Tanah 54,614,400 Peralatan dan Mesin 45,463,680 Gedung dan Bangunan 67,608,000 Jalan, Irigasi dan Jaringan 87,912,000 Konstruksi dalam Pengerjaan 19,200,000 Akumulasi penyusutan (14,400,000) JUMLAH ASET TETAP 260,398,080 JUMLAH ASET 274,594,080 KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Uang Muka Dari Kas Daerah 1,440,000 JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK JUMLAH KEWAJIBAN 1,440,000 EKUITAS DANA EKUITAS DANA LANCAR Silpa akumulasi 3,540,000 Cadangan TGR 4,656,000 Cadangan Persediaan 6,000,000 Dana yang harus disediakan untuk pemb utang jk pendek (1,440,000) JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR 12,756,000 EKUITAS DANA INVESTASI Diinvestasikan dalam Aset Tetap 260,398,080 DIINVESTASIKAN DALAM ASET LAINNYA - JUMLAH EKUITAS DANA INVESTASI 260,398,080 JUMLAH EKUITAS DANA 273,154,080 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 274,594,080 ADPU4333/MODUL 9 9.43 Penyusunan laporan keuangan untuk SKPKD menggunakan logika yang sama dengan SKPD ini. Untuk mengurangi pengulangan yang tidak perlu maka SKPKD tidak kita bahas dalam hal ini. Pada akhir tahun, laporan keuangan SKPD dan SKPKD dikonsolidasikan untuk menjadi laporan keuangan Pemda. Konsolidasi ini merupakan penjumlahan horizontal dari masing-masing akun yang ada di semua SKPD dan SKPKD. 1) Jelaskan laporan yang harus dibuat oleh SKPD dan Pemda! 2) Jelaskan perbedaan neraca, laporan arus kas dan laporan realisasi anggaran! 3) Apa yang dimaksud dengan surat pernyataan tanggung jawab dan siapa saja yang harus menandatanganinya? 4) Jelaskan indikator laporan akuntabilitas instansi pemerintah! Petunjuk Jawaban Latihan 1) Cobalah Anda baca terlebih dahulu materi tentang “Pembukuan dan Pelaporan Keuangan” dari Kegiatan Belajar 2 ini. 2) Cobalah Anda pelajari terlebih dahulu dengan seksama materi tentang “Pembukuan dan Pelaporan Keuangan”, yang terdapat dalam Kegiatan Belajar 2. 3) Cobalah Anda cermati kembali materi tentang “Pembukuan dan Pelaporan Keuangan” dari Kegiatan Belajar 2 ini. 4) Cobalah Anda cermati kembali materi tentang “Pembukuan dan Pelaporan Keuangan” dari Kegiatan Belajar 2 ini. Pelaporan keuangan merupakan sarana paling penting dalam transparansi sebagai penerapan dari prinsip Good Governance dalam pemerintahan. Pemerintah daerah wajib membuat laporan keuangan yang RANGKUMAN LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 9.44 Administrasi Keuangan berupa neraca, Laporan realisasi anggaran dan laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan. Selain itu, pemerintah daerah juga harus membuat laporan akuntabilitas dan kinerja instansi pemerintah serta menandatangani pernyataan tanggung jawab tentang isi laporan keuangan. Sementara itu, SKPD sebagai entitas akuntansi wajib pula membuat laporan tersebut di atas kecuali laporan arus kas. Laporan-laporan yang dibuat harus mengacu pada standar akuntansi pemerintahan dan PP 08 Tahun 2006 serta Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. Neraca memberikan informasi tentang posisi keuangan pemerintah daerah, yaitu posisi aset, kewajiban dan ekuitas dana pada suatu tanggal tertentu. Laporan Realisasi Anggaran memberikan informasi tentang pelaksanaan dari semua yang telah. dianggarkan dalam tahun anggaran tertentu yang meliputi kelompok pendapatan, belanja dan pembiayaan. Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan kegiatan operasional, investasi, pembiayaan dan transaksi non-anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas pemerintah daerah pada periode anggaran tertentu. Penyajian Laporan Arus Kas dapat menggunakan salah satu metode langsung atau metode tidak langsung Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan tentang pos-pos yang ada pada laporan keuangan serta penjelasan lain yang penting atas laporan keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan. 1) Saldo yang berkondisi debit artinya jika terjadi kenaikan dalam aset, maka akun aset didebit dan jika terjadi penurunan aset maka akun aset di kredit, disebut saldo normal.... A. aset B. utang C. ekuitas D. pendapatan TES FORMATIF 2 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! ADPU4333/MODUL 9 9.45 2) Saldo yang berkondisi kredit artinya jika terjadi kenaikan dalam utang, maka akun utang dikredit, dan jika terjadi penurunan utang, maka akun utang didebit, disebut saldo normal .... A. aset B. utang C. ekuitas D. pendapatan 3) Saldo yang berkondisi kredit, jika terjadi kenaikan dalam ekuitas dana, maka akun ekuitas dana dikredit dan jika terjadi penurunan ekuitas dana, maka akun ekuitas dana didebit, disebut saldo normal .... A. aset B. utang C. ekuitas D. pendapatan 4) Saldo yang berkondisi kredit, jika terjadi kenaikan dalam pendapatan, maka akun pendapatan dikredit, dan jika terjadi penurunan ekuitas dana, maka akun pendapatan didebit, disebut saldo normal .... A. aset B. utang C. ekuitas D. pendapatan 5) Saldo yang berkondisi debit, jika terjadi kenaikan dalam belanja, maka akun belanja didebit, dan jika terjadi penurunan belanja, maka akun aset dikredit, disebut saldo .... A. saldo aset B. normal utang C. normal belanja D. normal pendapatan Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2. Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar 100% Jumlah Soal 9.46 Administrasi Keuangan Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS). Selamat! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai. ADPU4333/MODUL 9 9.47 Kunci Jawaban Tes Formatif Tes Formatif 1 1) C 2) A 3) A 4) C 5) A Tes Formatif 2 1) A 2) B 3) C 4) D 5) C 9.48 Administrasi Keuangan Glosarium Anggaran pendapatan dan belanja daerah : suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD. Anggaran pendapatan dan belanja negara : suatu rencana keuangan tahunan negara yang ditetapkan berdasarkan undang-undang tentang APBN. Asas akuntabilitas : asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai ketentuan perundang-undangan. Badan usaha : perusahaan berbentuk badan hukum yang menjalankan jenis usaha bersifat tetap, terusmenerus dan didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bank (Negara) : Bank Indonesia atau bank pemerintah yang ditunjuk oleh menteri keuangan untuk menyalurkan dana pinjaman pemerintah dan atau menerima pengembangan pinjaman dari daerah melalui rekening penyaluran dan atau rekening penampungan untuk dana pinjaman pemerintah yang diteruspinjamkan atau diterushibahkan kepada daerah. Conservatoir beslaag : kekuatan hukum untuk pelaksanaan sita jaminan. Daerah otonom : kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai ADPU4333/MODUL 9 9.49 batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dana alokasi umum : dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk membiayai kebutuhan