I. PENDAHULUAN
Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional serta memberikan arah bagi
pelaksanaan pembangunan agar dapat berjalan efektif, efisien dan sesuai dengan
tujuan tersebut. Salah satu kebijakan yang diambil oleh pemerintah adalah dengan
daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik (public service) dan memajukan
misi utama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu: (1)
(2) menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah. dan (3)
mulai dilakukan sejak tahun 2001. Namun beberapa perubahan mendasar terkait
dengan pengelolaan keuangan negara dan daerah terjadi dalam rentang waktu tahun
2
2004-2005. Hal ini ditandai dengan terbitnya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai pengganti dari
dua Undang-undang di bidang otonomi daerah dan desentralisai fiskal yaitu Undang-
undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 tahun
Perubahan UU tersebut tidak bisa dilepaskan dari UU Nomor 17 tahun 2003 tentang
masyarakat.
Keuangan daerah merupakan salah satu kriteria untuk mengetahui kemampuan riil
daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri, yaitu seberapa jauh daerah dapat
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, sumber penerimaan daerah terdiri
dari :
b. Dana Perimbangan
c. Lain-lain Pendapatan
sumber penerimaan secara cermat. Saat ini hampir semua daerah di Indonesia
khususnya pajak dan retribusi daerah. Kebijakan ini dianggap tidak populer lagi
karena cenderung menambah beban masyarakat sebagai subyek pajak dan retribusi,
4
sehingga berkembang tuntutan dan pemikiran agar pajak diposisikan sebagai upaya
terakhir dalam pendanaan pembangunan atau pajak sebagai “the last effort” .
Salah satu bentuk kewenangan dan pembiayaan yang nantinya dapat dilakukan
ini masih dikendalikan oleh pemerintah pusat atau mesti seizin pemerintah pusat,
pemerintah daerah.
telah memiliki sumber daya alam dan manusia yang memadai. Namun ada sebagian
lain yang menganggap pemerintah daerah belum mempunyai sumber daya yang
Untuk itu yang perlu ditekankan dalam pemilihan pinjaman sebagai sumber
penerimaan daerah adalah alasan suatu daerah melakukan pinjaman dan bagaimana
pengelolaan penggunaan dan konsekuensi lain dari berutang itu sendiri. Tidak semua
daerah dapat melakukan pinjaman, harus disesuaikan dengan kemampuan daerah dan
kebutuhannya.
bagi keuangan daerah di masa-masa berikutnya. Oleh karena itu perlu adanya analisis
Kabupaten Lampung Barat yang resmi berdiri pada tanggal 24 September 1991,
terdiri dari 17 kecamatan yang meliputi 195 pekon dan 6 kelurahan. Sebagai
kabupaten yang relatif masih tergolong muda, Pemerintah Kabupaten Lampung Barat
Barat pada beberapa tahun anggaran Pemerintah Kabupaten Lampung Barat terus
Lampung Barat tidak mengalami permasalahan. Akan tetapi hal tersebut belum
Kabupaten Lampung Barat telah berjalan dengan baik karena terdapat beberapa
ditunda.
Lampung Barat yang tidak dapat segera dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten
Lampung Barat karena faktor keterbatasan dana. Sebagai salah satu contoh adalah
saat ini program tersebut belum berjalan dengan optimal sehingga belum dapat
Lampung Barat itu sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten
Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari
melakukan pinjaman.
3. menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang akan menulis berkaitan
Salah satu aspek yang dapat menentukan keberhasilan otonomi daerah adalah
akan tetapi juga seberapa besar wewenang yang diserahkan tersebut memberikan
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah
tersebut. Faktor keuangan merupakan faktor yang penting dalam mengukur tingkat
menentukan bentuk dan ragam kegiatan yang akan dilakukan oleh pemerintah daerah.
10
dirumuskan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan
kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang
yang berlaku. Dari pengertian tersebut di atas dapat dilihat bahwa dalam keuangan
1. semua hak dimaksudkan sebagai hak untuk memungut pajak daerah, retribusi
adanya tagihan kepada daerah dalam rangka pembiayaan rumah tangga daerah
serta pelaksanaan tugas umum dan tugas pembangunan oleh daerah yang
bersangkutan.
Syamsi (1986) mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan
ukuran untuk mengetahui apakah suatu daerah itu mampu mengatur dan mengurus
dan tugas-tugas yang menjadi beban dan tanggung jawabnya, jumlah unit-unit
dan mengurus rumah tangga daerahnya. Keahlian, moral, disiplin dan kejujuran
Pemerintah daerah harus mampu mendorong agar masyarakat mau berperan serta
peraturan perundang-undangan.
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, sumber penerimaan daerah terdiri dari :
b. Dana Perimbangan
c. Lain-lain Pendapatan
menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain
kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran
kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain
pendek tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam
perdagangan.
lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman
yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain (termasuk biaya
dalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan Kepala Daerah yang
bersangkutan.
Pinjaman jangka panjang merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih
dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang
meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain (termasuk biaya administrasi,
komitmen, provisi, asuransi dan denda) seluruhnya harus dilunasi pada tahun-
bersangkutan.
14
Daerah, alternatif sumber pinjaman yang dapat dipilih oleh Pemerintah Daerah adalah
sebagai berikut :
a. Pemerintah yang dananya berasal dari pendapatan APBN dan atau pengadaan
Riphat dan Hutahean (1997) dalam Prianto (2004) menyatakan bahwa ada 3 (tiga)
aspek penting yang berhubungan dengan kebijaksanaan pinjaman daerah yang selama
ini terus dikembangkan meliputi; (i) penyediaan dana pinjaman yang lebih besar
untuk pembiayaan proyek yang bersifat cost recovery, (ii) peningkatan kemampuan
pemerintah daerah menggali pendapatan daerah sendiri (PDS) yang pada gilirannya
kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah daerah dalam memutuskan jenis
investasi dan cara pembiayaannya, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah.
daerah dewasa ini masih relatif kecil, namun memiliki peluang yang sangat besar
15
untuk ditingkatkan. Peluang tersebut antara lain tercermin dari karakteristik pinjaman
3. untuk pembelian gedung (asset) dan peralatan dengan umur ekonomis jangka
menengah
Dalam memilih sumber dan jenis pinjaman, daerah harus mempertimbangkan kondisi
atau karakteristik jenis pinjaman yang meliputi jangka waktu pinjaman, masa
Seperti yang dikemukakan Devas dkk (1989) pinjaman daerah dibenarkan atas dasar
dua pertimbangan:
16
1) dengan cara meminjam dana untuk menanam modal, pemerintah daerah dapat
2) karena manfaat penanaman modal baru dapat dipetik setelah jangka waktu yang
panjang, maka sudah sepatutnya jika biaya dipikul oleh mereka yang akan
biaya (cost recovery) dan yang bersifat pelayanan umum, karena dengan semakin
sarana dan prasarana daerah yang langsung menghasilkan (direct cost recovery)
1. Kegiatan yang akan dibiayai dari pinjaman jangka pendek telah dianggarkan
1. Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak
pemerintah.
Batas maksimum pinjaman merupakan batas yang dianggap layak menjadi beban
APBD, di mana jumlah kumulatif pokok pinjaman daerah yang wajib dibayar tidak
melibihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD tahun
sebelumnya.
jaminan bahwa pemerintah daerah dapat melunasi utang pokok dan bunga (debt
18
carrying capacity) bagi masyarakat sebagai pemberi dana apabila pemerintah daerah
menerbitkan obligasi.
rasio kemampuan keuangan daerah dihitung berdasarkan nilai DSCR (Debt Service
Coverage Ratio /Rasio Kemampuan Membayar Kembali Pinjaman) dimana jika nilai
DSCR suatu daerah ≥ 2,5 maka berarti daerah tersebut memiliki kemampuan untuk
pinjaman.
19
dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data time series (runtun waktu)
tahunan selama 5 (lima) tahun dari tahun anggaran 2003 sampai dengan 2007 yang
meliputi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan data Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) Kabupaten Lampung Barat. Data tersebut diperoleh dari
dan Aset Daerah Kabupaten Lampung Barat, dan Badan Perencanaan Pembangunan
dilakukan untuk memperoleh landasan teori bersumber dari berbagai literatur yang
Keuangan daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai
dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik
daerahnya.
Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima dari
pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga daerah tersebut
dibebani kewajiban untuk membayar kembali, tidak termasuk kredit jangka pendek
Salah satu syarat suatu daerah dalam melakukan pinjaman diantaranya adalah nilai
Batas Maksimum Pinjaman ≤ 75% dan rasio kemampuan keuangan daerah dalam
Batas Maksimum Pinjaman adalah batas paling tinggi jumlah pinjaman daerah yang
dianggap layak menjadi beban APBD. Nilai Batas Maksimum Pinjaman suatu daerah
adalah ≤ 75%
dari pembagian antara dana netto dengan angsuran pinjaman suatu daerah sehingga
diperoleh nilai Debt Service Coverage Ratio (DSCR) daerah tersebut, kemudian
hasilnya dibandingkan dengan DSCR minimal 2,5 yang ditetapkan sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005. Apabila DSCR daerah lebih besar dari DSCR
daerah tahunan selama jangka waktu pinjaman. Nilai DSCR suatu daerah agar dapat
struktur dan potensi keuangan daerah. Menganalisis struktur keuangan daerah dengan
komponen APBD yaitu dengan menggunakan model sebagai berikut : (Widodo 1993
Kvi Vi
Vtotal 100 0
0
sebagai berikut :
22
Vx – Vx -1
Pertumbuhan (∆Y) = x 100%
Vx –1
Keterangan ;
Jumlah kumulatif pokok pinjaman daerah yang wajib dibayar adalah jumlah pokok
pinjaman lama yang belum dibayar (termasuk akumulasi bunga yang sudah
dikapitalisasi), ditambah dengan jumlah pokok pinjaman yang akan diterima dalam
tahun tersebut.
penerimaan APBD tidak termasuk Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat, dana
pinjaman lama, dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai
PU = PD – ( DAK + DD + DP + PL )
23
Keterangan :
DD = dana darurat
DP = dana pinjaman
Untuk mengetahui besarnya jumlah pinjaman daerah yang dapat dilakukan dapat
jangka waktu, masa tenggang dan bunga pinjaman. Menurut Sartono (1997) dalam
Pinjaman daerah.
1 1
PD A n
r r (1 r )
Keterangan :
PD = Pinjaman daerah.
A = Angsuran pinjaman.
trend. Metode penghitungan trend yang digunakan adalah metode jumlah kuadrat
24
terkecil atau The Least Square’s Method dengan rumus sebagai berikut
(Boedijoewono, 2001):
Y = a + bX
Keterangan :
X = unit waktu
Pendapatan Asli Daerah, Bagian Daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, penerimaan sumber daya alam dan bagian
daerah lainnya seperti Pajak Penghasilan Perseorangan, serta Dana Alokasi Umum,
setelah dikurangi Belanja Wajib, dengan penjumlahan angsuran pokok, bunga dan
biaya pinjaman lainnya yang jatuh tempo. Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah
Nomor 54 Tahun 2005 besarnya DSCR paling sedikit 2,5 (dua setengah), ditulis
dengan rumus:
25
(PAD+BD+DAU) – BW
DSCR = ----------------------------------- ≥ 2,5
P + B + BL
Keterangan :
BW : Belanja Wajib yaitu belanja pegawai dan belanja DPRD dalam tahun
bersangkutan
Apabila DSCR < 2,5 maka daerah tidak boleh melakukan pinjaman.
26
5.1 Simpulan
Dari hasil analisis data, simpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
Pendapatan Asli Daerah masih kecil yaitu rata-rata sebesar 2,66% dan
16,67%.
Lampung Barat untuk tahun 2010 adalah sebesar Rp374.450.638.698 (tiga ratus
tujuh puluh empat milyar lebih). Adapun batas pinjaman tersebut merupakan
maka dana netto yang harus disisihkan dari APBD Kabupaten Lampung Barat
Rp71.787.257.816 (tujuh puluh satu milyar lebih) per tahun dengan asumsi suku
tahun 2010 dengan nilai Debt Service Coverage Ratio rata-rata selama jangka
waktu pinjaman yaitu mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2020 adalah sebesar
6,544. Nilai DSCR setiap tahun selama jangka waktu pinjaman menunjukkan
nilai di atas 2,5 sebagai syarat minimal DSCR yang layak memperoleh
pinjaman daerah.
5.2 Saran
Lampung Barat dapat menggunakan dana pinjaman daerah sebagai salah satu
pinjaman tersebut harus diperhatikan dengan baik dan perlu disesuaikan dengan
daerah agar dapat tetap tumbuh dan senantiasa berusaha untuk meningkatkan
angsuran pinjaman tidak akan membebani keuangan daerah di masa yang akan
datang.
dana pinjaman yang diperoleh sehingga menimbulkan beban baru bagi APBD
sarana penunjang dalam mewujudkan visi dan misi daerah dan dapat